PENGARUH CASH CONVERSION CYCLE TERHADAP PROFITABILITAS PADA INDUSTRI FOOD AND BEVERAGE DAN RETAIL DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

  PENGARUH CASH CONVERSION CYCLE TERHADAP PROFITABILITAS PADA INDUSTRI FOOD AND BEVERAGE DAN RETAIL DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

  SKRIPSI

  DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN DIAJUKAN OLEH :

  WIDYANINGTYAS P.A No. Pokok : 040831850

  KEPADA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2010

  SKRIPSI PENGARUH CASH CONVERSION CYCLE TERHADAP PROFITABILITAS PADA INDUSTRI FOOD AND BEVERAGE

DAN RETAIL DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

  DIAJUKAN OLEH : WIDYANINGTYAS P.A

  No. Pokok : 040831850 TELAH DISETUJUI DAN DITERIMA DENGAN BAIK OLEH DOSEN PEMBIMBING

  Noorlaily Fitdiarini, SE., MBA TANGGAL………………… NIP : 19700103.2001122003 KETUA PROGRAM STUDI Dr. Djoni Budiardjo, SE., M.Si. TANGGAL………………….

  NIP : 19490310.1976031001

  Surabaya, ........................................... Skripsi telah selesai dan siap untuk diuji

  DOSEN PEMBIMBING Noorlaily Fitdiarini, SE., MBA

  NIP : 19700103.2001122003

  KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan petunjuk dan rahmat serta karunia-Nya pada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Cash Conversion Cycle terhadap Profitabilitas pada Industri Food and

  Beverage dan Retail di Bursa Efek Indonesia (BEI)” ini disusun oleh penulis

  sebagai salah satu syarat guna meraih gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya.

  Pada kesempatan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat: 1) Drs. H. Karjadi Mientaroem, MA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya.

  2) Dr. Djoni Budiardjo, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya.

  3) Noorlaily Fitdiarini, SE., MBA., selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, petunjuk serta saran yang berarti dalam penulisan skripsi ini. 4) Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan tambahan ilmu pada penulis selama kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga

  Surabaya.

  5) Ayah dan Bunda ku tercinta terima kasih atas doa nya yang tiada henti diberikan kepada penulis selama ini demi kelancaran dan terselesaikannya skripsi ini. 6) Saudara-saudaraku, mbak Yunta, mbak Dresti, mz Koco, mas Anang dan adik ku okky, keponakanku keke dan dea serta seluruh keluarga yang selalu memberiku semangat dan doa. 7) Anta yang selalu membantuku dan setia mendengar keluh kesah dan bahagiaku, dan menjadi pemberi inspirasi dan semangat penulis 8) Semua teman teman ku D3 Manajemen Perhotelan angkatan 2005 yang tidak bias penulis sebutkan satu persatu. Makasih buwat persahabatannya selama ini 9) Teman-teman seperjuanganku, Harmonia (Monmon), Vian (Oscarband), Gresti, Diana, mbak suci makasi buwat masukan dan sarannya selama ini.

  Thanks a lot ya …!! 10) Teman-teman Manajemen Extension angkatan 2008, Ficha, Ajeng, I’is, Nepi,

  Angga, Vanna, Dito, Fitri, Mbak Nisa, Robi, Darwin, Sandy, Santika, Nita, Vina, Mas Rizky, Mas Riri, Mas Widi dan semuanya yang belum disebutin.

  Surabaya, 20 Agustus 2010 Penulis ABSTRAKSI

  Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah Cash Conversion Cycle berpengaruh terhadap profitabilitas pada industri Food and Beverage dan industri

  Retail . Profiabilitas disini dihitung dengan menggunakan Return on Assets (ROA).

  Juan Pablo Teruel dan Solano (Spanyol) tahun 2005 mengembangkan jurnal mengenai manajemen Modal Kerja terhadap Profitabilitas yang diukur dengan

  Cash Conversion Cycle (CCC). Komponen Cash Conversion Cycle (CCC) terdiri

  dari Periode Konversi Piutang / DSO, Periode Konversi Persedian / DSI, dan Periode Konversi Hutang /DPO. Selain itu, Profitabilitas juga dipengaruhi oleh beberapa variable kontrol yaitu Debt, Growth, dan Firm Size. Pengujian pengaruh

  Cash Conversion Cycle terhadap Profiabilitas pada industri food and beverage

  dan retail dilakukan dengan analisis regresi linier berganda menggunakn data panel yang terdaftar / listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2004 – 2008.

  Hasil dari penelitian ini menunjukan secara simultan dan parsial Cash

  Conversion Cycle pada industri food and beverage dan retail berpengaruh

  signifikan negatif terhadap profitabilitas yang diukur dengan ROA. Pada industri

  food and beverage variabel kontrol debt berpengaruh signifikan negatif terhadap

  profitabilitas yang diukur dengan ROA, sedangkan veriabel kontrol growth dan

  firm size tidak berpengaruh secara signifikan positif terhadap profitabilitas yang

  diukur dengan ROA. Pada industri retail variabel kontrol debt berpengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas yang diukur dengan ROA, firm size berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas yang diukur dengan ROA, sedangkan variabel kontrol growth tidak berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas yang diukur dengan ROA. Kata Kunci : Modal Kerja, CCC, Debt, Growth, dan Firm Size

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN KATA PENGANTAR …………………………………………….. i ABSTRAK ………………………………………………………… iii DAFTAR ISI ………………………………………………………. iv DAFTAR TABEL …………………………………………………. vi DAFTAR GAMBAR ……………………………………………… vii DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………… viii

  BAB 1 PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang …………………………………………

  1 1.2 Rumusan Masalah ..…………………………………….

  6 1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………….

  6 1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………...

  7 1.5 Sistematika Penulisan …………………………………..

  7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Landasan Teori …………………………………………

  9 2.1.1 Definisi Modal Kerja …………………………….

  9 2.1.2 Faktor yang mempengaruhi Modal Kerja ………..

  12 2.1.3 Kebijakan Modal Kerja …………………………..

  15

  2.1.4 Faktor yang mempengaruhi Tingkat Modal Kerja

  17

  2.1.4.1 Faktor yang mempengaruhi Aktiva Lancar ...17 2.1.4.2 Faktor yang mempengaruhi Hutang Lancar ..

  18 2.1.5 Profitabilitas ………………………………..…….

  19

  2.1.6 Return On Asses (ROA) ………………………...…

  20 2.1.7 Cash Conversion Cycle (CCC) ……………..…...

  21

  2.1.8 Hubungan Modal Kerja, CCC, dan Profitabilitas …

  24 2.1.9 Komponen Cash Conversion Cycle ……………….

  29 2.1.9.1 Days Sales Outstanding (DSO) ………..…..

  30 2.1.9.2 Days Sales in Inventory (DSI) ……………..

  31 2.1.9.3 Days Payable Outstanding (DPO) ………...

  33 2.1.10 Variabel Kontrol …………………...…………..

  34

  2.1.10.1 Firm Size …………….……………………

  34

  2.1.10.2 Growth ……………………………………

  35

  2.1.10.3 Debt ………………………………………

  36

  2.2 Penelitian Sebelumnya .…………………………………

  37 2.3 Hipotesis dan Model Analisis …….…………………….

  39 2.3.1 Hipotesis …………………..……………………..

  39

  2.3.2 Analisis Regresi Data Panel ………………………

  40

  2.3.3 Analisis Regresi Non Parametrik …………………

  42

  2.3.4 Model Analisis …………………………………..

  4.3.3.2 Uji Asumsi Klasik …….….…………….…

  65

  4.3.2.2 Uji Asumsi Klasik …..……………………

  69

  4.3.2.2.1 Uji Nomalitas .……………….....………

  69 4.3.2.2.2 Uji Multikolinieritas ……….……..…….

  70

  4.3.2.2.3 Uji Autokorelasi …….…………….……

  71 4.3.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas ….…………..….

  72

  4.3.3 Analisis Regresi Linier Berganda Retail …..…….…

  73 4.3.3.1 Model Persamaan Regresi …….………...…..

  73

  77 4.3.3.2.1 Uji Normalitas ..………………………....

  65

  77 4.3.3.2.2 Uji Multikolinieritas ...…………………..

  78 4.3.3.2.3 Uji Autokorelasi …..…………………….

  79

  4.3.3.2.4 Uji Heterokedastisitas ……………………

  79 4.4 Pembahasan ……………….…….……………………...

  78 4.4.1 Perusahaan Food and Beverage …..……………...

  78

  4.4.2 Perusahaan Retail ……………..……………….…

  82 4.4.3 Uji Beda …………………………………………..

  84 BAB 5 PENUTUP

  5.1 Simpulan ………………………..………………………

  85 5.2 Saran …………………………..……………………….

  4.3.2.1 Model Persamaan Regresi ….……..……..…

  4.3.2 Analisis Regresi Linier Berganda Food and Beverage

  43

  4.1 Gambaran Umum Perusahaan Sampel …………………

  2.4 Kerangka Pemikiran ……………………………………

  44 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ………………………………….

  45

  3.2 Identifikasi Variabel ……………………………………

  45

  3.3 Definisi Operasional ……………………………………

  46

  3.4 Jenis dan Sumber Data .…………………………………

  47 3.5 Prosedur Pengumpulan Data …………………………...

  47

  3.6 Teknik Analisis …………………………………………

  48 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

  55 4.2 Deskripsi Hasil Penelitian …………….………………..

  65

  57 4.2.1 Perusahaan Food and Beverage .………………...

  57

  4.2.2 Perusahaan Retail …………...……………………

  59

  4.3 Model Analisis dan Pengujian Hipotesis ….……………

  60 4.3.1 Analisis Non Parametrik ………………………….

  60 4.3.1.1 Return On Assets (ROA) ……..…….…….

  61

  4.3.1.2 Cash Conversion Cycle (CCC) ……………

  62

  4.3.1.3 Debt …………………..……..……………

  63 4.3.1.4 Growth ………..……………...…………..

  64 4.3.1.5 Size ……..…………………………….…..

  86 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

  Tabel 4.7

Tabel 4.11 Tabel Durbin Watson (Tabel) perusahaan retail

  VIF Perusahaan Retail

  Tabel 4.10

Tabel 4.9 Deskripsi Hasil Regresi Linier Berganda perusahaan retailTabel 4.8 Tabel Durbin Watson perusahaan F&B

  VIF Food and Beverage

Tabel 2.1 Tingkat CCC terhadap ProfitabilitasTabel 2.2 Jenis Uji Parametrik dan Non ParametrikTabel 4.5 Hasil Uji Kruskal Walis CCC Perusahaan F&B dan RetailTabel 4.4 Deskripsi Data Perusahaan Retail periode 2004 – 2008Tabel 4.3 Deskripsi Data Perusahaan food and beverage periode 2004 – 2008Tabel 4.2 Jumlah Sampel Penelitian Industri retailTabel 4.1 Jumlah Sampel Penelitian industri food and beverageTabel 3.1 Tabel Durbin WatsonTabel 4.6 Deskripsi Hasil Regresi Linier Berganda perusahaan F&B

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Perputaran KasGambar 2.2 Kerangka PemikiranGambar 4.1 Grafik Distribusi Normal perusahaan food and beverageGambar 4.2 Plot Residual versus Fits Perusahaan food and beverageGambar 4.3 Grafik Distribusi Normal perusahaan retailGambar 4.4 Plot Residual versus Fits Perusahaan retail

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Daftar Perusahaan food and beverage dan retail Lampiran 2 Data ROA perusahaan food and beverage dan retail Lampiran 3 Data DSO Perusahaan food and beverage dan retail Lampiran 4 Data DSI Perusahaan food and beverage dan retail Lampiran 5 Data DPO Perusahaan food and beverage dan retail Lampiran 6 Data CCC Perusahaan food and beverage dan retail Lampiran 7 Rata-Rata DSO, DSI, DPO, dan CCC F&B dan Retail Lampiran 8 Data Debt Perusahaan Food and Beverage dan Retail Lampiran 9 Data growth Perusahaan Food and Beverage dan Retail Lampiran 10 Data Firm Size Perusahaan Food and Beverage dan Retail Lampiran 11 Ouput SPSS Hasil Uji Regresi Linier Berganda food and beverage Lampiran 12 Ouput SPSS Hasil Uji Regresi Linier Berganda Retail Lampiran 13 Output SPSS Hasil Uji Non Parametrik F&B dan Retail

  BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang . Dunia bisnis yang sedang dalam era teknologi informasi menyebabkan persaingan semakin tajam, sehingga setiap perusahaan dituntut untuk senantiasa berproduksi secara efisien apabila tetap menginginkan memiliki keunggulan daya saing. Perusahaan sebagai entitas yang beroperasi dengan menerapkan prinsip ekonomi, umumnya tidak hanya beroperasi pada pencapaian laba maksimal tetapi juga berusaha untuk meningkatkan nilai perusahaan dan kekayaan pemegang saham. Dengan demikian perusahaan harus memiliki rencana strategis dan taktis yang disususun dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu aspek penting untuk mengimplementasikan rencana tersebut adalah rencana modal kerja. Pengaturan yang tepat dalam rencana modal kerja dapat membantu perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya.

  Pada dasarnya semua perusahaan mengharapkan aktivitas operasionalnya dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Modal kerja merupakan dana yang disediakan oleh perusahaan untuk melakukan aktivitas operasionalnya yang merupakan masalah pokok dan topik penting yang sering kali dihadapi oleh perusahaan. Menurut Weston and Coopland (1997:328), meskipun penggunaannya bervariasi, modal kerja umumnya didefinisikan dalam laporan keuangan sebagai aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar.

  Menurut Smith, 1980 “Working capital management is important because

  of its effects on the firm's profibility and risk, and consequently its value

  Manajemen modal kerja penting karena berdampak pada profitabilitas dan resiko sebagai konsekuensi atas nilai perusahaan (Smith, 1980). Setiap perusahaan membutuhkan modal kerja dalam membiayai operasi sehari-hari misalnya, pembelian bahan mentah, penggajian pegawai dimana uang dana tersebut diharapkan dapat kembali ke perusahaan dalam waktu singkat melalui hasil penjualan produksi, serta mengharapkan aktivitas operasionalnya dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan

  Besarnya modal kerja yang digunakan perusahaan, baik kelebihan atau kekurangan sama-sama membawa dampak negatif bagi perusahaan. Jika kekurangan modal kerja maka perusahaan akan mengalami masalah likuiditas yaitu tidak bisa membayar kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya, akan mengalami kesulitan dalam membeli bahan baku atau bahan pembantu, membayar upah buruh, gaji para karyawan, serta biaya-biaya lainnya yang akan mengakibatkan tidak maksimumnya kegiatan operasional perusahaan. Kelebihan modal kerja berarti menunjukkan adanya dana yang tidak produktif, ini akan mengurangi kesempatan dalam memperoleh keuntungan.

  Penentuan kebijakan modal kerja telah banyak diteliti di sebelumnya pada berbagai penelitian. Salah satunya adalah Deloof (2003) yang meneliti tentang perputaran modal kerja yaitu perputaran kas, piutang dan persediaan dan hasil penelitiannya adalah semakin lama perputaran modal kerja berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Sebaiknya, semakin cepat perputaran modal kerja maka semakin tinggi profitabilitas perusahaan. Solano (2005) menyimpulkan bahwa bahwa manajer dapat menciptakan nilai perusahaan dengan mengurangi jumlah hari dalam piutang dagang dan persediaan.

  Keputusan mengenai banyaknya persediaan yang akan diinvestasikan dan banyaknya kredit yang diterima oleh supplier tercermin dari siklus konversi kas (Cash Conversion Cycle) dimana perusahaan menyediakan jumlah hari antara tanggal mulai supplier membayar ke perusahaan dan tanggal mulai mengumpulkan pembayaran dari customer. Penelitian sebelumnya menggunakan analisis Cash Conversion Cycle untuk menentukan dampak positif atau negatif terhadap profitabilitas perusahaan. Shin dan Shonen (1998) menganalisis hubungan antara Cash Conversion Cycle (CCC) dan profitabilias pada bursa efek Amerika Serikat. Hasilnya menunjukkan pengurangan Cash Conversion Cycle

  (CCC) meningkatkan taraf wajar profitabilitas perusahaan. Deloof (2003)

  menganalisis pada perusahaan besar di Belgia dan hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan dapat memperbaiki profitabilitas dengan mengurangi jumlah hari piutang yang beredar dan mengurangi persediaan.

  Pada industri Food and Beverage (F&B) yang kegiatan operasionalnya dimulai kas dikeluarkan untuk membeli bahan mentah, lalu diproses menjadi barang setengah jadi, dan barang jadi lalu dijual sehingga kas dapat kembali ke perusahaan dengan harapan mendapatkan laba. Pada indusri Retail perusahaan mengeluarkan kas untuk menyuplai barang dagangan yang telah jadi dan sudah kemas sedemikian rupa untuk dapat dijual kepada konsumen sehingga perusahaan lebih cepat mendapatkan kas-nya kembali ke perusahaan dan mendapatkan laba

  Dalam pengambilan keputusan tentang pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas pada industri Food and Beverage (F&B) dan Retail harus memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut terdiri dari atas Day Sales Outstanding (DSO), Day Sales Inventory (DSI), dan

  Day Payable Outstanding (DPO), dan variabel kintrol Debt, Growth, dan Firm Size.

  Dengan mempertimbangkan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tersebut di Indonesia dengan judul : ”Pengaruh Cash Conversion Cycle terhadap Profitabilitas pada industri Food and Beverage dan Retail di Bursa Efek Indonesia (BEI).”

  1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

  1. Apakah Cash Conversion Cycle (CCC) berpengaruh terhadap profitabilitas pada industri Food and Beverage dan Retail?

  2. Apakah ada perbedaan antara Cash Conversion Cycle (CCC) pada industri

  Food and Beverage dan industri Retail?

  1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:

  1. Menguji pengaruh Cash Conversion Cycle (CCC) terhadap profitabilitas dengan variabel kontrol.

  2. Menguji perbedaan antara Cash Conversion Cycle antara industri Food and Beverage dan Retail.

  1.4 Manfaat penelitian Penelitian ini memberikan manfaat antara lain:

  1. Memberikan informasi kepada pelaku ekonomi mengenai pengaruh Cash

  Conversion Cycle (CCC) terhadap profitabilitas beserta variabel kontrol pada industri Food and Beverage dan Retail di (BEI).

  2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para manajer perusahaan dalam menentukan keputusan investasi jangka panjang maupun jangka pendek.

  3. Memberikan sumbangan bagi pengembang ilmu pengetahuan, khususnya di bidang manajemen keuangan dan sebagai informasi bagi penelitian selanjutnya.

  1.5 Sistematika penulisan

  BAB I : PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah mengenai pengaruh Cash Conversion Cycle (CCC) terhadap profitabilitas pada industri Food and Beverage dan Retail di Bursa Efek Indonesia (BEI), tujuan penelitian, manfaat dilakukannya penelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas mengenai landasan teori, yaitu pengertian modal kerja, kebijakan modal kerja, teori-teori mengenai Cash

  Conversion Cycle (CCC ), Profitabilitas, Komponen Cash Conversion Cycle (DSO ,DSI, DPO) dan variabel kontrol Debt, Growth, dan Firm Size, penelitian sebelumnya, hipotesis uji pengaruh, hipotesis uji beda, model analisis, dan kerangka berpikir.

  BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini akan membahas mengenai pendekatan penelitian yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, prosedur pengumpulan data dan teknik analisis menggunakan model regresi linier berganda dan analis non parametrik Kruskal Walis.

  BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas mengenai pengaruh subyek penelitian yaitu CCC terhadap profitabilitas beserta variabel kontrol pada industri Food and Beverage dan Retail, serta hasil uji beda antara industri Food and Beverage dan Retail

  BAB V : SIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan membahas mengenai simpulan yang dihasilkan dari analisis regresi linier berganda dan analisis non parametrik Kruskal Walis serta saran-saran sebagai bahan pertimbangan.

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Landasan Teori

  2.1.1 Definisi Modal Kerja Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk mendanai kegiatan operasionalnya. Dana yang telah dikeluarkan, diharapkan akan dapat kembali masuk ke dalam perusahaan melalui penjualan hasil produksi perusahaan. Definisi modal kerja menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :

  1. Definisi menurut Weston dan Brigham (1993:358) : Modal kerja biasanya disebut sebagai modal kerja kotor (gross working

  capital ) merupakan aktiva-aktiva lancar yang digunakan dalam operasional

  perusahaan. Sedangkan modal kerja bersih (net working capital) didefinisikan sebagai aktiva lancar yang dikurangi hutang lancar.

  2. Menurut Ross (2003:472) memberi pengertian sebagai berikut : Modal kerja bersih (net working capital) merupakan perbedaan antara aktiva lancar perusahaan dengan hutang lancarnya dan pengelolaan pendanaan jangka pendek disebut sebagai manajemen modal kerja.

  3. Menurut Riyanto (2001:57) memberikan pengertian modal kerja dalam beberapa konsep yaitu : a. Konsep Kuantitatif

  Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah ”keseluruhan dari jumlah aktiva lancar'. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut Modal Kerja Bruto (Gross Working Capital).

  b. Konsep Kualitatif Menurut konsep ini, pengertian modal kerja dikaitkan dengan besarnya jumlah hutang lancar atau hutang yang harus segera dibayar. Demikian, sebagian dari aktiva lancar ini harus disediakan untuk memenuhi kewajiban finansial yang harus segera dilakukan, dimana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membiayai operasional perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Oleh karenanya maka modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasional perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, ‘yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancarnya'. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut Modal Kerja Netto (Net Working

  Capital).

  c. Konsep Fungsional Konsep ini didasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan

  (income) . Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan

  adalah dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam suatu periode akuntansi tertentu (current income) dan ada sebagian dana lain yang digunakan selama periode tersebut tetapi tidak seluruhnya digunakan untuk menghasilkan current income. Sebagian dari dana ini dimaksudkan juga untuk menghasilkan pendapatan untuk periode- periode berikutnya (future income)

  4. Sedangkan menurut Gitman (2003:598) : Modal kerja adalah aktiva lancar perusahaan yang merupakan kegiatan dari investasi yang berputar dari suatu bentuk yang lain dalam proses bisnis. Sedangkan modal kerja bersih secara umum didefinisikan sebagai perbedaan antara aktiva lancar dan hutang lancar. Jika perusahaan memiliki aktiva lancar melebihi jumlah hutang lancarnya, maka perusahaan memiliki modal kerja bersih yang positif. Sebaliknya jika perusahaan memiliki aktiva lancar lebih kecil daripada jumlah hutang lancarnya, maka perusahaan memiliki modal kerja bersih yang negatif.

  2.1.2 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Modal Kerja Modal kerja yang cukup sangat penting bagi perusahaan, tetapi untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi perusahaan bukanlah merupakan hal mudah, karena modal kerja yang dibutuhkan suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut: 1) Sifat atau tipe dari perusahaan

  Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif akan lebih rendah bila dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan industri karena perusahaan jasa tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang maupun persediaan.

  2) Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga persatuan dari barang tersebut.

  Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan dasar yang akan diproduksi sampai barang tersebut dijual. Makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang tersebut maka makin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. 3) Syarat pembelian bahan atau barang dagangan

  Syarat pembelian barang dagangan atau bahan dasar yang akan digunakan untuk memproduksi barang sangat mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Jika syarat kredit yang diterima pada waktu pengembalian menguntungkan, maka sedikit uang kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan bahan atau barang yang dibeli tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu yang pendek maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan semakin besar pula. 4) Syarat penjualan

  Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang. Untuk memperendah dan memperkecil jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam piutang dan untuk memperkecil resiko adanya piutang yang tidak dapat ditagih, sebaiknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada para pembeli, karena dengan demikian para pembeli akan tertarik untuk segera membayar hutangnya dalam periode diskonto tersebut.

  5) Tingkat perputaran persediaan Tingkat perputaran persediaan (inventory turn over), menunjukkan beberapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli atau dijual kembali.

  Semakin tinggi tigkat perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan (terutama jika harus diinvestasikan dalam persediaan) semakin rendah. Untuk dapat mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan pengawasan persediaan secara teratur dan efisien. Semakin cepat atau semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil resiko terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, disamping itu akan menghemat biaya penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.

  6) Tingkat perputaran piutang Kebutuhan modal kerja juga tergantung dari jangka waktu yang diperlukan untuk menagih piutang. Makin sedikit waktu yang diperlukan untuk menagih janji piutang, maka semakin sedikit modal kerja yang diperlukan. Pengendalian piutang secara efektif dapat dilaksanakan dengan mengatur kebijakan mengenai pemberian kredit, syarat-syarat penjualan, ditetapkan kredit maksimum bagi para pembeli dan para penagih. Pengurusan kredit secara efisien dapat menghasilkan perputaran piutang yang tinggi.

  Suatu perputaran piutang yang tinggi harus disertai dengan penagihan piutang yang relatif cepat. Apabila tidak, maka modal kerja akan terikat untuk waktu yang lebih lama dan oleh karena itu tidak akan tersedia cukup modal kerja untuk digunakan segera dalam siklus usaha perusahaan. Kecepatan perputaran piutang dapat ditingkatkan dengan jalan menjual piutang atau assignment. Pemimpin perusahaan yang modern menekankan atau menyadari tidak hanya pentingnya prosentase laba bersih atas penjualan tetapi juga kecepatan perputaran. 7) Faktor musiman

  Apabila perusahaan tidak terpengaruhi oleh musim maka penjualan tiap bulan rata-rata sama. Tetapi dalam hal ada musim, maka terdapat perbedaan.

  Pada saat musim akan terjadi aktivitas yang besar, sedangkan di luar musim aktivitas adalah rendah. Perusahaan yang mengalami musim memerlukan sejumlah modal kerja yang maksimum untuk jangka relatif pendek. 8) Siklus usaha (konjungtur)

  Dalam masa 'prosperity' (konjungtur tinggi), aktivitas perusahaan diperluas dan ada kecenderungan bagi perusahaan untuk membeli barang mendahului kebutuhan agar dapat memanfaatkan harga rendah dan untuk memastikan diri akan adanya persediaan yang cukup. Dalam hal demikian diperlukan modal kerja yang besar. Sebaliknya dalam masa depresi (konjungtur menurun) maka volume usaha turun dan banyak perusahaan harus menukar persediaan, dan piutang menjadi uang. Dengan demikian terjadi kelebihan uang yang dapat dipergunakan sebagai berikut: a) Dibiarkan dalam bentuk uang

  b) Dipergunakan untuk membeli surat-surat berharga

  c) Dipergunakan untuk membayar hutang 9) Faktor-faktor lain; seperti volume penjualan dan jumlah rata-rata pengeluaran uang setiap harinya. (Tunggal, 2000:96)

  2.1.3 Kebijakan Modal Kerja Dalam pemenuhan kebutuhan modal kerja, perusahaan membagi dalam dua komponen yaitu kebijakan investasi dan kebijakan pendanaan. Kebijakan investasi terkait dengan seberapa tingkat aktiva lancar yang digunakan perusahaan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan, sedangkan kebijakan pendanaan terkait dengan seberapa tingkat hutang lancar yang digunakan perusahaan untuk membiayai investasinya. Dalam setiap komponen modal kerja, terdapat tiga pendekatan kebijakan. Menurut Weston and Copeland (1997) terdapat tiga pendekatan dalam pemenuhan kebutuhan yang berkaitan dengan kebijakan investasi atau penggunaan aktiva lancar yaitu:

  a. Kebijakan modal kerja konservatif yaitu kebijakan perusahaan yang mempertahankan jumlah kas dan atau surat berharga yang relatif besar, mengadakan persediaan dalam jumlah besar dan penjualan ditingkatkan melalui kebijakan kredit yang longgar sehingga jumlah piutang dagang relatif besar.

  b. Kebijakan modal kerja agresif yaitu kebijakan dengan pembatasan yang ketat atas kas, piutang dagang, dan persediaan c. Kebijakan modal kerja moderat adalah kebijakan modal kerja optimum teoritis atau kebijakan antara kebijakan konservatif dan kebijakan agresif.

  Tiga pendekatan dalam pemenuhan kebutuhan yang berkaitan dengan kebijakan pendanaan atau penggunaan hutang lancar adalah: a. Kebijakan modal kerja konservatif yaitu kebijakan perusahaan mendanai seluruh aktiva tetap, aktiva lancar permanen, serta sebagian aktiva temporer dari hutang jangka panjang, sedangkan sebagian dari aktiva temporer didanai dari hutang jangka pendek.

  b. Kebijakan modal kerja agresif adalah kebijakan perusahaan mendanai seluruh aktiva tetap, sebagian aktiva permanen, serta seluruh aktiva temporer dari hutang jangka pendek, sedangkan sebagian aktiva permanen didanai dari hutang jangka panjang c. Kebijakan modal kerja moderat adalah kebijakan perusahaan mendanai seluruh aktiva tetap serta aktiva permanen dari hutang jangka panjang dan modal sendiri, sedangkan seluruh aktiva temporer didanai dari hutang jangka pendek.

  Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan modal kerja konservatif memiliki tingkat aktiva lancar tinggi dan tingkat hutang lancar rendah, sedangkan kebijakan modal kerja agresif memiliki tingkat aktiva lancar rendah dan tingkat hutang lancar tinggi dan kebijakan modal kerja moderat adalah kebijakan modal kerja optimum teoritis atau kebijakan antara kebijakan konservatif dan kebijakan agresif.

  2.1.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Modal Kerja Menurut Hanafi (2005:521) ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat modal kerja yaitu :

  1) Karakteristik Bisnis Pada sektor industri pengolahan seperti Food and Beverage (F&B) mempunyai karakteristik yang berbeda satu dengan yang lain, termasuk dalam penggunaan modal kerja. Dimana pada sektor industri pengolahan seperti Food

  and Beverage (F&B) umumnya mengenal 3 jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses produksi, dan persediaan barang jadi.

  Sedangkan pada sektor retail cenderung hanya memiliki satu jenis barang persediaan yang tidak mengalami proses perubahan bentuk yang sering disebut barang dagangan atau marchandise inventory serta memiliki persediaan barang dagangan yang lebih besar dibandingkan dengan sekor industri pengolahan seperti

  Food and Beverage (F&B). Ada pula sektor tertentu yang memiliki hutang lancar

  yang lebih tinggi dibandingkan dengan aktiva lancarnya 2) Ukuran Perusahaan

  Komposisi untuk perusahaan – perusahaan besar adalah 31% aktiva lancar dan 24.4% kewajiban lancar. Hal ini ada beberapa kemungkinan yaitu (1) perusahaan besar menjadi semakin modal intensif, (2) perusahaan besar mempunyai skala ekonomi modal kerja, atau aliran kas yang relatif stabil, (3) perusahaan besar memiliki akses yang lebih baik ke pasar keuangan, sehingga tidak memegang modal kerja lebih besar 3) Aktivitas Perusahaan

  Jika penjualan perusahaan meningkat, maka hutang lancar dan aktiva lancar yang bersifat spontan juga semakin meningkat. Semakin tinggi penjualan semakin besar aktiva lancar suatu perusahaan. 4) Stabilitas Penjualan Perusahaan Jika penjualan stabil maka aktiva lancar cenderung semakin kecil.

  Sebaliknya, jika penjualan berfluktuasi, aktiva lancar akan cenderung semakin besar 5) Faktor Eksternal

  Suatu industri pengolahan cenderung mempunyai hutang lancar lebih besar. Sedangkan industri retail menggunakan aktiva lancar dalam bentuk barang dagangan yang lebih besar dibandingkan dengan industri pengolahan. Barang dagangan biasanya diperoleh melalui hutang dagang, sehingga aktiva lancar yang tinggi mengakibatkan hutang dagang yang tinggi pula. 6) Faktor Internal Kebijakan Perusahaan

  Jika Fleksibelitas suatu manajemen cukup tinggi, manajemen akan menggunakan hutang lancar yang lebih kecil. Jika manajemen membutuhkan dana cepat, maka manajemen dapat menggunakan hutang lancarnya. Sedangkan jika perusahaan memiliki akses ke pasar keuangan yang baik, kemungkinan perusahaan akan menggunakan hutang lancar yang tinggi karena pada situasi mendadak,manajemen bisa mendapat dana tambahan dengan cepat. Manajemen yang menggunakan modal kerja agresif akan menggunakan hutang yang lebih tinggi karena dapat meningkatkan profitabilitas, meskipun resikonya juga semakin meningkat.

  2.1.5 Profitabilitas Profitabilitas merupakan indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan dalam menghasilkan laba. Selain itu, rasio profitabilitas merupakan alat ukur terhadap efektivitas dan efisiensi operasional perusahaan. Sebuah perusahaan dikatakan lebih efisien dalam menggunakan modalnya apabila perusahaan memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi. Di samping itu, profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manjemen.

  Menurut Riyanto (2001:35) profitabilitas menunjukan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Sedangkan profitabilitas itu sendiri menurut Sartono (1994:130) adalah kemampuan perushaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Brigham dan Huston ( 2001:81) mendefinisikan, profitabilitas adalah hasil bersih dari kebijakan dan keputusan

  Profitabilitas dapat diterapkan dengan menghitung berbagai tolak ukur yang relevan. Salah satu tolak ukur adalah dengan menggunakan rasio keuangan sebagai salah satu alat dalam menganalisis kondisi keuangan hasil operasi dan tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Profitabilitas dapat dibandingkan dengan penjualan yang terjadi atau dibandingkan dengan modal yang digunakan dalam kegiatan operasinya. Pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas dapat dianalisis dengan Return of Assets (ROA)

  2.1.6 Return of Assets (ROA)

  Return of Assets (ROA) adalah salah satu bentuk dari ratio profitabilitas

  untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Rasio ini mencoba mengukur efektivitas pemakaian total sumber daya oleh perusahaan. Manajemen perlu mengetahui hasil pengembalian operasi atas sumber daya yang telah digunakan (Weston and Copeland,1997:240).

  Secara spesifik, ROA menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktiva nya dalam kegiatan operasional perusahaan. Analisa ROA dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh/komprehensif untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Dengan demikian Return Of Assets (ROA) menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan

  Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan rasio ROA, yang mengukur besarnya laba yang mampu dihasilkan oleh perusahaan yang dibiayai oleh modal. Rasio untuk menghitung ROA adalah :

  Net Income

  ROA = ------------------ x 100% Total Aset

  ............................................. (2.1) Semakin tinggi pengembalian atas modal suatu perusahaan, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat memanfaatkan modal secara efektif dalam menghasilkan laba bersih.

  2.1.7 Cash Conversion Cycle (CCC) Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan beroperasi. Periode perputaran ini dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai kembali lagi menjadi kas.

  Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk meminimalkan modal kerja dengan syarat modal kerja tersebut harus cukup untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan. Meminimalkan modal kerja dapat dicapai dengan mempercepat penagihan atau collection, kas dari penjualan, meningkatkan perputaran persediaan, dan mengurangi pembelanjaan dengan kas. Semua hal dapat diukur dengan menggunakan alat ukur Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)

  Menurut Gitman (2003:601), Siklus Konversi Kas (Cash Conversion

  Cycle ) adalah siklus operasi dikurangi periode penangguhan hutang. Siklus

  operasi sendiri merupakan penjumlahan dari periode konversi persediaan dengan periode penerimaan piutang sehingga siklus konversi kas menggambarkan hubungan waktu dari sumber-sumber perusahaan.

Dokumen yang terkait

PENGARUH LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

6 15 26

PENGARUH LIKUIDITAS DAN SRUKTUR MODAL TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN MANUFAKTUR PADA SEKTOR INDUSTRI FOOD AND BEVERAGE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2008-2012

6 24 64

PENGARUH LABA BERSIH DAN ARUS KAS OPERASI TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 11

PENGARUH PENGELOLAAN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC INDUSTRI FOOD AND BEVERAGES DI BURSA EFEK INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 1 16

PENGARUH PENGELOLAAN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC INDUSTRI FOOD AND BEVERAGES DI BURSA EFEK INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 13

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE DI BURSA EFEK INDONESIA 2012-2016

0 1 16

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA INDUSTRI FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) - Perbanas Institutional Repository

0 0 18

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA INDUSTRI FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) - Perbanas Institutional Repository

0 0 18

ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, PROFITABILITAS, DAN LEVERAGE TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) - Perbanas Institutional Repository

0 0 19

ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, PROFITABILITAS, DAN LEVERAGE TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) - Perbanas Institutional Repository

0 0 15