BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Perhitungan Ketebalan Pada Pipa - Analisa Tegangan Pipa Pada Sistem Perpipaan Heavy Fuel Oil dari Daily Tank Unit I dan Unit II Menuju Heat Exchanger Di PLTU Belawan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Perhitungan Ketebalan Pada Pipa

  Ketebalan dibutuhkan dari pipa lurus, kode pipa telah mengatur perhitungan ketebalan pipa yang diperbolehkan yang disebut dengan ketebalan minimum ( ) yang meliputi kemampuan untuk kekuatan bahan. Ketebalan dapat dihitung dengan persamaan dibawah, ketebalan minimum yang dipakai tidak boleh lebih kecil dari perhitungan (Kannappan, Sam, 1986).

  = + = ( )

  • .................................. (2.1)

  Dimana: = ketebalan minimum yang dibutuhkan (mm) t = ketebalan disign terhadap tekanan (mm)

  P = tekanan dari dalam (KPa) = diameter luar dari pipa (mm)

  S = tegangan yang diijinkan pada suhu disign (KPa) appendix A1 A = ketebalan tambahan, ketebalan ini deberikan untuk menanggulangi kehilangan akibat korosi atau erosi (mm) Y = koefisen terhadapa sifat material dan suhu disign, lihat tabel 2.1 untuk nilai Y

  .................................................. (2.2)

  Y=

  = faktor kualitas

  =

  ........................................... (2.3) Dimana:

  = faktor kualitas casting, nilainya antar 0.85-1.00 = faktor kualitas sambungan

  = faktor kualitas struktural

2.2 Tegangan pada Pipa Tegangan pada pipa dikategorikan menjadi dua kategori dari tegangan.

  Pertama tengan yang diakibatkan oleh tekanan baik dari dalam pipa maupun dari luar pipa. Kedua, tegangan yang datang dari gaya-gaya dan momen-momen yang bekerja pada sumbu x, y dan z yang diakibatkan oleh berat total, pemuaian panas, angin, gempa bumi dan yang lainnya (ITT Grinnell Industrial, 1981).

  Elemen dari suatu dinding pipa dihubungkan dengan empat tegangan yang dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Tegangan pada pipa

  = tegangan Logitudinal (Longitudinal Stress) = tegangan sirkumferensial (Circumferential Stress) = tegangan Radial ( Radial Stress) = tegangan Geser (Shear Stress)

2.2.1 Tegangan Longitudinal (Longitudinal Stress)

  Longituginal stress adalah tegangan yang mana arah tegangannya sejajar

  dengan sumbu pipa atau tegangan ke arah panjang pipa. Nilai pada tegangan ini negatif jika mengalami tekan dan positif jika mengalami tarik. Tegangan logituginal disebabkan gaya aksial, tekanan pipa, momen lentur (Peng, Ling- Chuan, dan Tsen Long Peng, 2009).

  1. Gaya aksial Gaya yang diberikan baik berupa tekan atau tarik terhadap luas penampang pipa, dengan bentuk perasaam ditulis sebagai berikut

  (ferid ferdiansyah, 2006).

  =

  .............................................. (2.4) Dimana:

  = Tegangan Logituginal akibat gaya aksial (KPa) = Gaya aksial (N) = Luas Penampang Pipa ( )

  = ( ) ................................... (2.5)

  − Dimana: = diameter luar pipa (mm)

  = diameter dalam pipa (mm) Tekanan dalam ini dikarenakan fluida yang ada didalam pipa, fluida ini akan memberikan tekanan baik searah dengan panjang pipa dan kesegala arah permukaan pipa, dimisalkan seperti pada gambar 2.2 dan 2.3.

Gambar 2.2 Tekanan dalam pipa satu arahGambar 2.3 Tekanan dalam pipa segalah arah

  = ........................................... (2.6)

  = = ............................... (2.7)

  Kemudian rumus diatas dapat diserhanakan menjadi :

  = ............................................ (2.8)

  Dimana: = tegangan longitudinal akibat beban dalam (KPa)

  = tekanan dalam akibat fluida (KPa) = luas penampang dalam pipa ( ) t = ketebalan dinding pipa (mm)

  = −

  Gaya momen dibagi menjadi dua kategori yaitu momen bending dan momen torsi, pada tegangan longitudinal hanya momen bending yang terjadi. Momen bending dikategorikan menjadi dua komponen momen yang terjadi dan . Momen bending menghasilkan distribusi tegangan yang linear dengan tegangan terbesar berada pada bagian terluar permukaan terjauh dari sumbu aksis bending. Gambar Tegangan longitudinal akibat momen bending dapat dilihat pada gambar 2.4 (Peng, Ling-Chuan, dan Tsen Long Peng, 2009).

Gambar 2.4 Tegangan longitudinal akibat momen bending

  = = ........................... (2.9) = =

  .......................... (2.10) = ( ......................... (2.11)

  − )

  = ( ) ......................... (2.12)

  −

  = ......................... (2.13)

  dan berada pada permukaan bagian terluar dari pipa,

  tetapi dalam sudut

  90 , maka kedua bending tersebut dikombinasikan bersama sehingga menjadi tegangan bending total.

  = + = ....... (2.14) + Dimana:

  = tegangan longitudinal akibat momen lentur ( KPa ) , = momen lentur pada penampang pipa (N.mm)

  = momen inersia dari penampang pipa ( ) = radius luar pipa (mm) = modulus permukaan pipa

  Dengan demikaan tegangan logituginal secara keseluruhan adalah jumlah dari gaya aksial + tekanan dalam pipa + momen bending pipa, sehingga dapat dituliskan seperti persamaan berikut ini.

  • =

   .............. (2.15)

2.2.2 Tegangan Radial

  Tegangan radial adalah tegangan yang bekerja pada dalam arah radial pipa atau arah jari-jari pipa. Besar tegangan ini bervariasi dari permukaan dalam pipa ke permukaan luarnya dan dapat dinyatakan dengan persamaan tegangan tangensial. Dimana pada permukaan dalam pipa besarnya sama dengan tekanan dalam atau tekanan yang disebabkan oleh fluida yang ada dalam pipa dan permukaan luar pipa besarnya sama dengan tekanan atmosfer. Tegangan radial ini disebabkan oleh tekanan yang ditimbulkan oleh fluida. Gambar tegangan radial dapat dilihat pada gambar 2.5 (Peng, Ling-Chuan, dan Tsen Long Peng, 2009).

Gambar 2.5 Tegangan Radial

  2

  2   r r

    2 i o P r

     i

  2  r   

  SR

  2

  2 ( r r )  o i

  ......................... (2.16) Dimana:

  = tegangan radial (KPa) P = tekanan design (Kg/ )

2.2.3 Tekanan Sirkumferensial atau Tegangan Tangensial (Hoop Stress)

  Tegangan ini disebabkan oleh tekanan dalam pipa yang mana tekanan ini bersumber dari fluida dan nilainya selalu positif jika tegangan cenderung membela pipa menjadi dua. Tekanan dalam ini bekerja ke arah tangensial dan besarnya bervariasi terhadap tebal diding dari pipa, nilai tekanan yang diberikan kepada diding pipa atau nilai tekanan yang dialami diding pipa sama dengan tekanan yang diberikan oleh fluida. Besar tegangan ini dapat dihitung berdasarkan persamaan Lame’s, dimana tekanan Sirkumferensial atau Tegangan Tangensial (Hoop Stress) dapat dilihat pada gambar 2.6 (Peng, Ling-Chuan, dan Tsen Long Peng, 2009).

Gambar 2.6 Tekanan Sirkumferensial atau Tegangan Tangensial (hoop stress)

  ( )

  = .................................... (2.17)

  ( )

  Secara konservatif persamaan ini dapat disederhakan dengan mengasumsikan gaya akibat tekanan di sepanjang pipa yaitu : F=P I dan kemudian ditahan oleh pipa dengan luas = 2tI sehingga persamaan untuk tegangan sirkuferensial dapat disederhanakan menjadi.

  = .......................................... (2.18)

2.2.4 Tegangan Geser

  Tegangan geser adalah tegangan yang bekerja dalam penampang pipa atau luas permukaan pipa, tegangan ini diakibatkan oleh gaya geser dan momen puntir (Peng, Ling-Chuan, dan Tsen Long Peng, 2009).

  1. Gaya geser Rasio dari nilai maksimum dan nilai rata-ratanya disebut dengan faktor distribusi gaya geser, untuk pipa menggunakan nilai faktor distribusi tegangan geser adalah 2, dengan demikian dapat ditulis dengan persamaan dibawah. Gambar gaya bekerja dapat dilihat pada gambar 2.7.

Gambar 2.7 Gaya geser

  ,

  =

  ,

  ..................................... (2.19) Karena nilai faktor distribusi pada pipa (Q) adalah dua, maka persamaan tegangan geser akibat gaya geser yang bekerja pada dan adalah.

  = 2 ..................................... (2.20)

  = 2 .................................... (2.21)

  Karena dan saling tegak lurus, komponen tersebut dapat digabungkan dengan membentuk resultan gaya ( ) .

  = + ......................... (2.22) Maka:

  = ..................................... (2.23)

  = tegangan geser yang terjadi pada pipa (KPa)

  

; = tegangan geser pada X dan Y (KPa)

; = gaya geser yang bekerja pada x dan y (N)

  = luas permukaan penampang pipa ( )

2.3 Tegangan Kombinasi

  Tegangan yang terjdi pada dinding pipa kemudian dikombinasikan seperti gambar di bawah, tegangan yang terjadi di pipa antara lain adalah (Peng, Ling-Chuan, dan Tsen Long Peng, 2009).

  a. Tegangan logituginal

  b. Tegangan tangensial (hoop stress)

  c. Tengan radial Tegangan ini disebut sebagai tegangan kombinasi (combined stress) , persamaan tegangan kombinasi adalah :

  • = ....................... (2.24) + + +

  Dimana > > . Adapun merupakan tegangan normal maksimum dan tegangan normal minimum yang diperoleh apabila tegangan geser tidak bekerja pada dinding pipa, tegangan ini sering disebut dengan tegangan utama.

  Nilai tegangan utama dan tegangan geser maksimum pada permukaan dinding pipa dapat dicari dengan menggunakan lingkaran Mohr, dalam sistem tegangan dua dimensi maka salah satu komponen tegangan utama diabaikan (dalam kasus tegangan pada pipa = 0). Sehingga evaluasi tegangan dapat dilakukan dua dimensi seperti terlihat pada gambar 2.8 (Peng, Ling-Chuan, dan Tsen Long Peng, 2009).

Gambar 2.8 Lingkaran mohr kombinasi tegangan

  =

  ( )

  ............. (2.25) =

  ( ) −

  • ............. (2.26) = + =

  ( )

  ............... (2.27) Dimana:

  = tegangan utama maksimum (KPa ) = tegangan utama minimum (KPa ) = tegangan yang bekerja pada arah sumbuh X ( ) (KPa )

  = tegangan yang bekerja pada arah sumbu Y ( ) (KPa ) Tegangan yang bekerja pada sumbu X sama dengan tegangan logitudinal dan tegangan yang bekerja pada sumbu Y sama dengan tegangan sirkumferensial atau hoop stress. Dasar tegangan izin disebut juga sebagai tegangan kode karena nilai ini ditabulasikan dalam buku kode. Tegangn izin berdasarkan kode ini dibuat untuk menanggulangi kegagalan yang terjadi pada sistem perpipaan. Dua tipe kegagalan yang harus dijaga atau diperhatikan kembali adalah (Kannappan, Sam, 1986).

  a. Tegangan berlebihan atau kegagalan yang diakibatkan berat total, kecepatan angin, gempa bumi dan lainnya b. Kelelahan atau distorsi diakibatkan pergeseran (displacement), water hammer dan lainnya.

  Tegangan izin untuk setiap jenis material pipa yang berbeda akan dibentuk standar material yang berbeda juga berdasarkan jenis materialnya. Nilai- nilai yang ditampilkan pada tabel untuk temperatur yang ditentukan diambil nilai- nilai tekecil dari kondisi di bawah ini: (Peng, Ling-Chuan, dan Tsen Long Peng, 2009).

  1. Lebih rendah dari 1/3 ultimate strength pada suhu kamar dan 1/3 dari ultimated strength pada kondisi suhu operasi.

  2. Lebih rendanh 3/2 dari yield strength pada suhu kamar dan 2/3 pada suhu operasi.

  3. Untuk austenitic steel dan nickel alloys , lebih rendah 2/3 yield strength pada suhu kamar dan 90% dari yield strength pada suhu operasi, nilai ini tidak direkomendasikan untuk flange dan komponen-komponen untuk pipa. 4. 100% dari tegangan rata-rata untuk laju penyusutan dari 0.01% per 1000 jam. 5. 67% (2/3) dari tegangan rata-rata untuk patah pada setiap 100000 jam. 6. 80% tegangan minimum untuk patah pada setiap akhir 100000 jam.

  Batas dari tegangan dikarenakan oleh beban sustained dan pergeseran penahan adalah:

   Internal pressure stress

  Tegangan dikarenakan tekanan dari dalam diperhitungkan aman ketika ketebalan dari dinding pipa dan beberapa penguatan diperhitungkan telah cukup.

  2. Tegangan logitudinal Jumlah dari tegangan logitudinal tidak melebihi tegangan yang diijinkan untuk material pada kondisi maksimum ( ) .

  3. Allowable stress range Adalah merukan suatu batas tegangan ijin yang diturunkan dari

  

basic allowable stress . allowable stress range adalah batas tegangan yang

  diizinkan, yang terjadi pada suatu material pipa atau komponenya akibat beban berulang, beban akibat ekspansi termal dan juga konstruksi.

  Pada ASME B31.3 adapun batasan tegangan yang diizinkan akibat beban berulang ini adalah sebagai berikut: (The American Society of Mechanical Engineers, 2010).

  ( 1,25 ) = + 0,25 ......................... (2.28)

  Jika lebih besar dari , maka batasan yang digunakan adalah: (ASME B31.3 Process Piping, 2010).

  [1,25( ) ]

  ......................... (2.29) + = −

  Dimana: =tegangan yang diizinkan akibat beban berulang (KPa ) = tegangan izin pada temperatur dingin (KPa )

  = tegangan izin pada temperatur operasi (KPa ) = tegangan Logitudinal pada pipa (KPa )

  = faktor stress range reduction (lihat tabel 2.1) Number of cycle faktor stress range reduction ( ) 7.000 and less 1.0 7.000 to 14.000 0.9 14.000 to 22.000 0.8 22.000 to 45.000 0.7 45.000 to 100.000

  0.6 Over 100.000

  0.5 Sumber : Kannappan, Sam. 1986. Introduction to Pipe Stress Analysis /hal 50

  Nilai f adalah faktor yang berfungsi untuk memperkirakan penurunan kemampuan sebuah material dalam menerima beban. Adapun nilai faktor ini dapat lihat juga dalam bentuk grafik seperti pada gambar 2.9.

  Sumber : ASME B31.3 Process Piping 2010/hal 16

Gambar 2.9 Grafik stress range reduction factor

2.5 Tegangan Berdasarkan Kode Standar

  Standar yang digunakan pada penulisan skripsi ini adalah ASME B31.3, standart ini digunakan untuk analisa tegangan yang terjadi, jenis standar ini digunakan untuk menganalisa jenis pipa proses.

  Prioritas utama apabila hendak melakukan suatu analisa flexibilitas dan tegangan pada sistem perpipaan adalah harus memenuhi persyaratan-persyaratan dan sesuai dengan Code atau standar yang benar. Batatasan-batasan dalam Code dan Standar dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni batasan yang berhubungan dengan tegangan yang terjadi pada sistem perpipaan, dan batasan beban (gaya dan momen) yang terjadi pada nozzle equipment akibat beban

  

operating load dan sustained load sistem perpipaan. Pada sistem perpipaan ada

  dua dasar mode kegagalan (failure) yaitu kegagalan tegangan sustained (primer) dan kegagalan tegangan expansi (sekunder) (Peng, Ling-Chuan, dan Tsen Long Peng. 2009).

  a.

   Sustained Load Sustained load merupakan tegangan primer yang

  menyebabkan kegagalan katastrofis. Jumlah dari seluruh tegangan logitudinal ( ) akibat tekanan, berat dan akibat beban sustain yang lain tidak boleh melebihi , dimana adalah basic allowable stress pada kondisi atau suhu logam maksimum.

  Sustained load memiliki karateristik antara lain adalah:

  • Kegagalan yang terjadi menimbulkan deformasi plastic yang sangat besar. Selama beban ini berkerja maka deformasi akan berlanjut sampai kesetimbangan gaya tercapai.
  • Sifatnya bukan cyclic alami.
  • Beban sustain biasanya diakibatkan oleh adanya berat dan tekanan (pressure).
  • Batasan yang diijinkan (allowable) untuk tegangan sistem adalah berkisar pada tegangan yield material. (yaitu titik dimana deformasi plastic dimulai).

  (warning), karena akibat berat sehingga dapat menimbulkan

  displacement (pergeseran) yang besar dan tidak disangka- sangka.

  Secara matematis persamaan dari sustained load dapat digambarkan seperti berikut:

  

( ) ( )

  ............. (2.30) + = ≤

  Dimana: = tegangan logitudinal (KPa )

  = luas penampang pipa ( ) = faktor intisifikasi (SIF) in-plane

  = faktor intisifikasi (SIF) out-plane = momen lenduan in-plane karena sustained load

  (N.mm) = momen lendutan out-plane karena sustained load

  (N.mm) b.

   Occasional load Ocasional load adalah beban yang terjadi kadang-kadang

  selama proses operasi normal. Beban ini dikarenakan oleh beban yang kuantitas terjadinya hanya sesekali saja misalnya seperti gempa bumi, angin, water hammer, pressure drop,dan lain-lain. Occasional load juga dapat dikategorikan sustained load yang terjadi sesekali.

  Occasional load ini tidak boleh melebihi 1,33 , yang mana

  adalah basic allowable stress , berikut adalah persamaan

  occasional load :

  • 1,33 ........................... (2.31)

  ≤ Dimana:

  = Tegangan akibat occasional load c.

   Expansion Load Expansion load adalah stress yang terjadi akibat adanya

  perubahan temperatur, jika temperatur naik akan mengakibatkan pemuaian sedangkan jika suhu menurun maka akan terjadi pengkerutan. Pemuaian dan pengkerutan akan mengakibatkan kegagalan dan kebocoran pada sambungan, misalnya sambungan pada

  pompa,vessel , tank dan lain-lain.

  Beban expansion load memiliki karakteristik, antara lain adalah:

  • Sering menimbulkan kegagalan yang sangat membahayakan setelah menggunakan sejumlah beban (biasanya tinggi).
  • Kegagalan terjadi tanpa peringatan. Selama cyclic berulang- ulang, crack menjalar keseluruh permukaan hingga kapasitas beban yang cukup menjadi hilang. Sekali ini terjadi cycle berikutnya mengakibatkan kegagalan tiba-tiba.
  • Sifat kegagalannya cyclic secara alami, yaitu karena penjalaran atau pemuaian (expansi) thermal.
  • Hampir semuanya dibatasi oleh dirinya sendiri, yaitu pemakaian beban tunggal tidak akan pernah terjadi kegagalan.
  • Ciri-cirinya adalah suatu crack kecil karena adanya kenaikan tegangan atau ketidaksempurnaan material pada inner atau outer permukaan pipa.
adalah tegangan logitudinal akibat momen lentur dan tegangan geser akibat momen torsi, dari persamaan tegangan geser maksimum dapat diperoleh persamaan:

  = = + 4 ( ) ( )

  = + 4 ............. (2.32) = = ( ) + ( ) + ( ) ..... (2.33)

  Dimana: = tegangan dari beban ekspansi (KPa )

  = momen lendutan in-plane karena expansion load (N.mm)

  = momen lendutan out-plane karena expansion load (N.mm)

  = momen torsi karena expansion load (N.mm) , = faktor intensifikasi (SIF) in-plane dan out-plane

  Tengangan ekspansi yang terjadi tidak boleh melebihi

  

expansion allowable stress range , dengan itu persamaan untuk

expansion load adalah sebagai berikut: ( ) + ( ) + ( ) ( 1,25 )

  • 0.25 ......... (2.34)

  ≤

2.6 Beban yang Terjadi pada Sambungan.

2.6.1 Sambungan Flange

  Standar prosedur perencanaan flange pertama sekali dikembangkan pada tahun 1930 dan mengadobsi ASME Pressure Vessel Section VIII. Flange secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian : flange ring, hub ring dan pipa yang terkoneksi. Berikut akan dijelaskan beban yang bekerja pada sambungan flange, pembebanan yang terjadi pada flange dapat dilihat pada gambar 2.10 (Peng, Ling- Chuan, dan Tsen Long Peng, 2009).

Gambar 2.10 Pembebanan pada Flange

  = ................................................ (2.35) = ............................................ (2.36) = ( 2 ) ........................................... (2.37)

  Dimana: = tekanan dan gaya dari pipa (KPa)

  = tekanan pada permukaan flange (KPa)

  = gaya gasket untuk seal (N) = jarak dudukan (mm)

  = faktor gasket Kemudian untuk menghitung momen flange total adalah:

  = + +

  ℎ ℎ ℎ ........................ (2.38) Dimana:

  = momen total flange (N.mm) Menghitung tegangan yang terjadi pada flange, ada tiga tegangan yang dapat dihitung pada flange yaitu: tegangan longitudinal ( ), tegangan radial flange ( ) dan tegangan tangensial ( ).

  = .................................................. (2.39) ) ( ,

  = ......................................... (2.40) = ........................................ (2.41)

  −

2.6.2 Sambungan nozzle pada pompa

  Pompa adalah jenis peralatan berputar (rotating equipment) yang banyak digunakan pada industri. Pada sambungan pompa dengan pipa terdapat nozzle, agar sistem perpipaan dapat beroperasi dengan baik sebaiknya dilakukan pengecekan gaya dan momen yang bekerja akibat pipa terhadap nozzle apakah masih sesuai dengan gaya dan momen yg diizinkan ( Kannappan, Sam, 1986 ).

  Standart yang sering digunakan dalam pengecekan gaya dan momen yang diizinkan terhadap nozzle adalah API Standard 610 Centrifugal Pump. API

  610 pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Gaya dan momen yang diizinkan pada pompa sentrifugal

  Sumber : API 610, hal 12

  Berikut adalah pompa horizontal berdasarkan API Standart 610 khusus untuk jenis pompa sentrifugal. Dimana jenis dari pompa ini ada beberapa jenis yang dibedakan berdasarkan posisi nozzle saluran masuk dan nozzle saluran keluar dari pompa yaitu side nozzle, top nozzle, dan end nozzle. Jenis pompa ini sering digunakan dalam perusahaan atau pabrik-pabrik sehingga API 610 ini sudah menjadi acuan dalam suatu perancangan. Jenis pompa ini digunakan untuk industri perminyakan, industri petrochemical dan industri gas.

  Penentuan nilai gaya dan momen yang diizinkan adalah dengan cara mengetahui diameter dari nozzle atau nominal pipe size (NPS) setelah ditentukan diameter kemudian gaya yang digunakan sebagai batas izin adalah berdasarkan posisi nozzle dari pompa itu sendiri sedangkan nilai momen pada setiap posisi

  

nozzle adalah sama Berikut akan diperlihatkan bagian pompa jenis side by side

pada gambar 2.11 ( American Petrolium Institute, 2004 ).

Gambar 2.11 Pompa dengan dua sisi nozzle discharge dan suction

  API std 610 merupakan standar internasional yang menetapkan persyaratan untuk pompa horizontal. Pompa berdasarkan kriteria untuk design pipa untuk pompa horizontal harus memenuhi kriteria F1.2a, F1.2b, F1.2c (Peng, Ling-Chuan, dan Tsen Long Peng, 2009).

  Dimana:

  1. F1.2a, gaya dan momen yang ada tabel API 610 tetapi jika gaya dan momen lebih dari 1x tabel tetapi kurang dari 2x tabel maka nozzle pompa harus memenuhi kriteria F1.2b dan F1.2c

  2. F1.2b, gaya resultan ( ) dan Momen resultan

  ,

  ( ) yang bekerja pada masing-masing nozzle

  ,

  pompa harus memenuhi kriteria berikut :

  • , ,

  2 .......................................... (2.42)

  ≤

  = resutan gaya (discharge & suction) aktual (N) = resultan momen (discharge & suction) aktual (N.mm)

  = resultan gaya yang diizinkan pada tabel (N) = resultan momen yang diizinkan pada tabel (N.mm)

  3. F1.2C dengan masing-masing flange nozzle pompa harus diterjemahkan ke pusat pompa. Besarnya gaya resultan yang diberikan , momen resultan dibatasi oleh kriteria berikut.

  • < 1,5
  • < 1,5 ....................... (2
  • < 1,5

  Dengan,

  • = ......... (2.44)
  • =
  • =
  • =

2.6.3 Gaya Dan Momen Pada vertikal Dan Horizontal Equipment

  Nozzle dengan ukuran dua inci dan lebih besar dari pada dua inci, untuk Coloum, drum, dan shell dan tube pada heat exchanger yang dibuat dari baja ataupun alloy di rekomendasikan untuk didesign mampu bertahan akibat dari gaya dan momen akibat beban pemuaian (expansion

  load) dan juga sustained load dari pipa. Gaya dan momen ini harus

  diperhitungkan untuk memulai dikerjakan pada masing-masing bagian

  nozzle , persamaan menentukan gaya dan momen ini diambil berdasarkan standar yang ditetapkan yaitu WRC 107/297 ( Moharir, A.S. 2004 ).

  Perlengkapan atau equipmen vartikel sering kita jumpai dalam plant seperti misalnya tank, vertical vessel, boiler, filter, dan lainya. Dalam menentukan gaya dan momen yang dapat ditanggung pada sambungan antara equipment dengan pipa, jika gaya dan momen yang diberikan oleh pipa melewati kemampuan equipment menahan gaya dan momen tersebut maka bisa menyebabkan kegagalan pada sambungan dan jika itu terjadi pipa yang telah direncankan harus dirancang ulang kembali. Di bawah kita dapat melihat gaya dan momen yang bekerja pada sambungan (nozzle) pada equipment pada gambar 2.12.

Gambar 2.12 Orientasi dari gaya dan momen pada peralatan vertikal Nozzle pada bagian samping atau bagian atas.

  a. Moment i. Momen bending longitudinal (Mx)

  = 130 (N.mm) ………………………………....(2.45)

  = 100 (N.mm) ................................................. (2.46) ∅

  iii. Momen bending resultan

  /

  (N.mm) .......................................... (2.47) + =

  ∅

  iv. Torsional dan momen (My)

  = 150 (N.mm) ................................................. (2.48)

  b. Gaya i. Gaya aksial in-plane flange(Fx)

  = 2000 (N) ................................................. (2.49)

  ii. Gaya tangesial in-plane flange(Fz)

  = 1500 (N) ................................................. (2.50) ∅

  iii. Resultan gaya geser

  /

  (N) ................................................. (2.51) + =

  ∅

  iv. Tensil radial atau gaya tekan(Fy)

  = 2000 (N) ................................................. (2.52)

  2. Orientasi dari gaya dan momen pada peralatan horizontal Peralatan horizontal juga sering ditemukan pada pabrik sebagai contoh adalah heat exchanger, vessel, tank, dan lainya. Sambungan pada horizontal equipment harus didesign agar tidak terjadi gaya dan momen yang berlebih pada sambungan (nozzle), jika terjadi kelebihan gaya atau momen maka pipa tersebut dinyatakan tidak aman dan membahayakan. Setiap engineering setelah selesai dalam menghitung tegangan yang terjadi aman, maka para engineering dilibatkan dalam menganalisa apakah nozzle pada equipment mampu menerima gaya dan momen yang bekerja pada pipa. Dalam memudahkan melihat bentuk-bentuk pembebanan itu diperlihatkan gaya dan momen yang berkerja pada sambungan equipment Pada gambar 2.13.

Gambar 2.13 Gaya dan momen yang berkerja pada peralatan horizontal

  Untuk nozzle yang dibentuk menghadapa ke atas, nilai gaya dan momennya dapat ditentukan dengan persamaan di bawah ini.

  a. momen. i. Resultan momen bending

  = 164 (N.mm) ................................................. (2.53)

  dimana Mb adalah resultan dari komponen Mx dan Mz ii. Momen torsi

  = 150 (N.mm) ................................................. (2.54)

  b. Gaya i. Resultam gaya geser

  = 2500 (N) ............................................................. (2.55)

  dimana Fa adalah resultan dari komponen fx dan fz ii. Radial tensile atau gaya tekan

  = 2000 (N) ............................................................. (2.56)

  dimana adalah kostanta yang dapat dilihat pada tabel 2.3 di bawah, dan D adalah nominal diameter dalam inci.

Tabel 2.3 kostanta

FLANGE RATING

  1500# 2500#

  5.60

  3.3 Sumber : WRC 107

  3.0

  1.8

  0.8

  0.7

  0.6

  4.00

  PN 10 &16 PN 25 &40

  ANSI Class DIN Heat Exchanger Kolom dan drum 150# 300# 600# 900#

  1.25

  0.75

  0.75

  PN 250&320 PN 400

  PN 64 &100 PN 160

  3.00