KOSAKATA ETNOMEDISIN DALAM PENGOBATAN TRADISIONAL MASYARAKAT DAYAK KANAYATN DIALEK BANYADU

  

KOSAKATA ETNOMEDISIN DALAM PENGOBATAN TRADISIONAL

MASYARAKAT DAYAK KANAYATN DIALEK BANYADU

Leonardus Adir, Patriantoro, Agus Syahrani

  

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UntanPontianak

Posel

  

Abstract

Ethnomedisin vocabulary in traditional medicine of Dayay Kanayatn dialect Banyadu. Traditional medicine tradition in Banyadu society become distinct characteristic of the other Dayak sub-ethnics. Traditional medicine, such as baburas, batido, balenggang and baliatn is considered still sacred and magical that has supernatural powers. Traditional medicine is part of the customs and traditions passed down from generation to generation as a form of traditional medicine is nonmedical. So that traditional medicine is maintained and maintained. This research was conducted in Semade Village, Banyuke Hulu Sub- district, Landak District, which is the residence of Banyadu natives. This study includes the form of lingual units, lexical meanings and cultural meanings, foklor speech, and form of text supplements in the 2013 curriculum education unit.

  Keywords: Vocabulary, Etnomedicine, Dayak Traditional Medicine, Kanayatn, Banyadu dialect PENDAHULUAN

  Etnomedisin adalah cabang ilmu antropologi kesehatan yang membahas mengenai ilmu kesehatan, yakni asal mula penyakit, sebab-sebab, maupun cara pengobatan. Dalam penelitian ini membahas mengenai kosakata etnomedisin pengobatan tradisional dalam masyarakat Dayak Kanayatn dialek Banyadu. Pengobatan tradisional adalah cara pengobatan yang dilakukan secara tradisional, yang sesuai budaya Dayak Kanayatn dialek Banyadu. Pengobatan ini sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang mereka khususnya bagi masyarakat Dayak Kanayatn. Jenis pengobatanya, seperti baburas, batido,

  balenggang dan baliatn.

  Batido, balenggang, dan baliatn

  merupakan warisan kebudayaan yang masih dijaga sebagai kearifan lokal maupun tradisi dan budaya. Zaman dahulu batido, balenggang, dan liatn digunakan sebagai upacara pengobatan tradisional. Pengobatan ini dikatakan masih tradisional karena cara yang dilakukan dengan cara medis dan non- medis atau dengan cara ritual dan magis, selain itu bentuk penyakit yang diobati bukan sakit yang dapat dilihat secara kasat mata, tetapi penyakit yang berupa nonfisik. Contohnya, seperti sakit

  sangkaro dalam bahasa Dayak Kanayatn dialek Banyadu.

  Sangkaro merupakan jenis penyakit

  yang magis dan nonmedis, karena sakit ini boleh dikatakan sangat ditakuti, karena penyakit ini tidak dapat dilihat seseorang dengan secara fisik tetapi secara roh, sakit ini berhubungan dengan arwah atau roh seseorang sudah berada di alam yang berbeda. Jika penyakit ini tidak diobati dengan cara pengobatan tradisional biasanya orang yang sakit, dalam waktu tiga hari sampai tujuh hari orang tersebut akan meningal dunia.

  Pada penelitian ini peneliti tertarik untuk meneliti kosakata etnomedisine dalam pengobatan tradisional masyarakat Dayak Kanayatn dialek Banyadu, adapun alasan tersebut adalah, (1) Pengobatan tradisional mulai jarang digunakan karena dipengaruhi agama sehingga pengobatan ini jarang dilakukan. (2) karena pengobatan tradisional adalah sebuah aset budaya Dayak Kanayatn khususnya masyarakat penutur Banyadu merupakan sebuah pengobatan tradisional yang masih digunakan dan dilakukan, (2) dengan adanya penelitian ini peneliti ingin mendokumentasikan budaya Dayak Kanayatn khususnya Dayak Banyadu yang saat ini masih ada.

  Penelitian ini akan dilakukan di Desa Semade, Kecamatan Banyuke Hulu, Kabupaten Landak. Peneliti memfokuskan penelitian ini di Desa Semade yakni untuk melihat budaya pengobatan tradisional seperti, baburas,

  batido, balenggang dan liatn pada masyrakat Dayak Benyadu.

  Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagamanakah bentuk satuan lingual kosakata etnomedisin dalam pengobatan tradisional masyarakat Dayak Banyadu (2) Bagaimanakah makna lekiskal dan makna kultural kosakata etnomedisine dalam pengobatan tradisional masyarakat Dayak Banyadu (3) Bagaimanakah bentuk teks tentang pengobatan tradisional pengobatan tradisional sebagai suplemen pembelajaran bahasa indonesia kelas VII Kurikulum 2013.

  Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah (1) peneliti mendeskripsian bentuk satuan lingual kosakata etnomedisin dalam pengobatan tradisional masyarakat Dayak Banyadu (2) peneliti mendeskripsian makna leksikal dan makna kultural kosakata etnomedisin dalam pengobatan tradisional masyarakat Dayak Banyadu (3) peneliti mendeskripsian bentuk teks tentang pengobatan tradisional pengobatan tradisional sebagai suplemen pembelajaran bahasa indonesia kelas VII Kurikulum 2013.

  Semantik adalah ilmu yang mengkaji atau menelaah tentang makna. Subroto (2011: 1) semantik adalah salah satu bidang kajian atau cabang linguistik yang mengkaji arti bahasa atau arti linguistik (lingual meaning atau

  linguisyic meaning ) secara ilmiah.

  Kata adalah satuan terkecil yang dapat berdiri sendiri memiliki arti dan makna. Pernyatan ini dapat kita temukan pada pendapat Abdul Chaer, (2009: 38) mengemukakan sebagai satuan terkecil dalam sintaksis kata, khususnya yang termaksuk kelas terbuka (nomina, verba, dan ajektifa) dapat mengisi fungsi- fungsi sintaksis. Leksikal adalah bentuk adjektiva yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon (vokabuler, kosakata, pembendaharaan kata). Satuan dari leksikon adalah leksem yaitu satuan untuk bahasa yang bermakna. Apabila leksikon kita samakan dengan kosakata atau pembendaharaan kata, maka leksem dapat disamakan dengan kata. Leksem pada hakikatnya adalah bentuk abstrak atau hasil abstraksi bentuk-bentuk kata yang berbeda tercakup dalam leksem yang sama terdapat dalam paradigma yang sama yang disebut paradigma infleksional (Subroto, 2011:42).

  Makna adalah suatu maksud yang tersirat dalam sebuah kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Makna adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata) (Fatimah, 2012:7). Mengkaji atau memberi makna suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata lain. Makna leksikal suatu kata terdapat dalam kata yang berdiri sendiri. Dikatakan berdiri sendiri sebab makna sebuah kata dapat berubah apabila kata tersebut telah berada di dalam kalimat. Dengan demikian ada kata-kata yang makna leksikalnya dapat dipahami jika kata-kata itu sudah dihubungkan dengan kata-kata yang lain. Kata-kata tersebut termasuk kelompok kata tugas atau partikel, misalnya kata dan, ini, ke, yang (Pateda, 2010:119).

  Arti leksikal adalah arti yang terkandung dalam kata-kata sebuah bahasa yang lebih kurang bersifat tetap (Subroto, 2011:31). Lebih jauh Subroto menjelaskan mengenai arti leksikal dalam tatanan kebahasaan:

  Arti leksikal di sini biasanya berkaitan dengan arti leksikal kata-kata tunggal (monomorphemic word). Kalau kita mendengar kata “rumah” kita akan menangkap bentuk pengetahuan “sebuah bangunan yang ada atapnya, ada dindingnya, ada pintunya, ada lantainya dipakai sebagai tempat tinggal manusia”. Arti leksikal itu sifatnya masih umum, generic, sebagai ancar- ancar. Arti yang sifatnya spesifik (makna) diketahui dalam hubungan konteks kalimat (Subroto, 2011:32).

  Arti kultural sebuah bahasa adalah arti yang secara khas mengungkapkan unsur-unsur budaya dan keperluan budaya secara khas aspek kebudayaannya. Pendapat senada juga menuturkan bahwa arti kultural itu begitu khasnya sehingga hampir tidak mungkin diterjemahkan ke dalam bahasa lain (Subroto, 2011:36).

  Bloomfield (1933) mendefinisikan kata sebagai satu bentuk yang dapat diujarkan sendiri dan memiliki makna, namun bentuk tersebut tidak dapat dipisahkan menjadi bagian-bagian yang (satu di antaranya atau mungkin juga semua unsurnya).

  Samsiarni, (2016: 2) Istilah foklor merupakan pengindonesiaan kata inggris folklore. Kata itu adalah kata majemuk, yang berasal dari dua kata dasar folk dan lore. Folk adalah kolektif, menurut alan Dundes, folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainya.

  Etnolinguistik adalah cabang linguistik yang mempelajari variasi dan penggunaan bahasa dan hubunganya dengan perkembangan waktu, tempat, komunikasi , kepercayaan, etika bahasa, adat istiadat, dan pola-pola kebudayaan lain dari suatu bangsa (Sibarani, 2004: 50).

  Menurut Kridalaksana (2011:129) yang dimaksud dengan komponen makna semantik adalah bagian bagian dari model teoretis yang memberikan tafsiran terhadap struktur yang dijelaskan dalam komponen dasar. Misalnya unsur (+insan), (+muda), (+laki-laki), dan sebagainya adalah komponen makna atau komponen semantik (Semantic Feature Semantic

  Property atau Semantic Marker)“

  mengajarkan bahwa setiap kata atau unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau makna unsur leksikal tersebut.

  Pembelajaran Bahasa Indonesis dalam kurikulum 2013 adalah pembelajaran berbasis teks. Teks merupakan ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang di dalamnya memiliki situasi dan konteks. Pembelajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah membelajarkan peserta didik tentang keterampilan berbahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai tujuan dan fungsinya. Untuk mengimplementasikan tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia tersebut, maka pembelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 disajikan dengan menggunakan pendekatan berbasis teks. Teks dapat berwujud teks tertulis maupun teks lisan. Teks merupakan ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang di dalamnya memiliki situasi dan konteks. Dengan kata lain, belajar Bahasa Indonesia tidak sekadar memakai bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, tetapi perlu juga mengetahui makna atau bagaimana memilih kata yang tepat yang sesuai tatanan budaya dan masyarakat pemakainya.

  Mahsun (2014: 39) menyatakan, dalam pembelajaran Bahasa ada dua komponen yang harus dipelajarai, yaitu masalah makna dan bentuk. Kedua unsur tersebut harus hadir secara stimulant dan keduanya harus ada. Namun pemakai bahasa harus menyadari bahwa komponen makna menjadi unsur utama dalam pembentuk bahasa, dan karena itu bahasa menjadi sarana pembentukan pikiran manusia.

  Pengertian Teks Deskripsi merupakan sebuah teks atau paragraph yang menjelaskan atau memaparkan sebuah objek tertentu melalui untaian kata dan susunan kalimat yang menarik dan merangsang panca indra sehingga pembaca seolah

  • – olah merasakan atau menyaksikan sendiri objek yang di deskripsikan. Teks deskripsi biasa digunakan untuk menjelaskan suatu objek, tempat, kondisi ataupun suasana. Untuk menulis teks deskripsi kita harus tahu tentang struktur teks deskripsi, kaidah kebahasaan teks deskripsi, dan ciri-ciri teks deskripsi.

  Teks Prosedur merupakan teks yang berisi tentang langkah-langkah atau tahap-tahap untuk melakukan sesuatu hal baik melakukan suatu kegiatan tertentu maupun membuat sesuatu yang disajikan secara berurutan. Untuk menulis teks prosedur yang harus diperhatikan terlebih dahulu adalah tujuan teks prosedur, ciri-ciri teks prosedur, kaidah kebahasaan dan struktur teks prosedur.

  Metode adalah cara kerja, langkah kerja, teknik kerja yang dilakukan secara berurutan dan sistematis dalam penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, metode pengumpulan data dan metode analisis data. Metode cara kerja yang digunakan untuk pengumpulan data. Metode analisis data yang digunakan meliputi, metode deskriptif, metode analisis bentuk.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskritif. Sibarani, dkk. (2003: 3) mengartikan metode deskriptif sebagai metode penelitian yang dilaksanakan secara apa adanya dan subjek mungkin.

  Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data,teknik analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2016: 15).

  Sumber data dalam penelitian ini adalah informan, yang mengetahui mengenai pengobatan tradisional seperti, upacara balenggang. Informan yang dimaksud adalah batra, karena seorang batra yang mengetahui mengenai pengobatan tradisional berupa kosakata yang dituturkan.

  Data dalam penelitian ini adalah berupa kata dan frasa dengan kategori kosakata jenis penyakit, kosakata flora dan fauna, kosakata cara pengobatan, dan kosakata takaran obat-obatan yang di gunakan dalam upacara pengobatan tradisional yang didapatkan dari data- data yang telah dihimpun dari seorang batra, yang mencakup Kosakata Etnomedisin dalam Pengobatan Tradisional Masyarakat Dayak Kanayatn dialek Banyadu di Desa Semade Kecamatan Banyuke Hulu.

METODE PENELITIAN

  Metode yang digunakan untuk penggumpulan data berupa metode cakap dengan teknik cakap semuka dan teknik pancing. Selanjutnya, teknik dasar tersebut dijabarkan menjadi berberapa teknik lanjut yaitu, teknik pancing, teknik cakap semuka, teknik catat, dan teknik rekam.

  Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen wawancara, pertanyaan, alat tulis, kamera, dan perekam suara. Peneliti sebagai instrumen kunci sebagai perencana, pelaksana, penganalisis, dan pelapor hasil penelitian.

  Pengujian ini dilakukan dengan cara, yaitu teknik ketekunanan pengamatan. Ketekunan ini akan dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan data di lapangan agar tidak terjadi kekeliruan dan ketidaklengkapan data.

  Pada tahap ini dilakukan upaya mengelompokkan, menyamakan data yang sama dan membedakan data yang memang berbeda, serta menyisihkan pada kelompok lain data yang serupa, tetapi tidak sama (Mahsun, 2012:253). Data-data yang sudah dikumpulkan dikelompokan berdasarkan bentuk lingual, makna kultural dan fungsinya dalam kosakata (Judul).

  Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasikan, dan mengelompokan data. Pada tahap ini dilakukan upaya mengelompokkan, menyamakan data yang sama dan membedakan data yang memang berbeda, serta menyisihkan pada kelompok lain data yang serupa, tetapi tidak sama (Mahsun, 2012:253). Data- data yang sudah dikumpulkan dikelompokan berdasarkan bentuk lingual, makna kultural dan fungsinya dalam kosakata (Judul).

  Langkah selanjutnya, data dianalisis berdasarkan urutan masalahnya (1) data bentuk lingual kosakata dianalisis dengan metode deskriptif dengan teknik pemaparan (2) data makna leksikal dianalisis dengan metode konteks dengan teknik konteks arti leksikal (3) data makna kultural dianalisis dengan metode konteks dengan teknik konteks arti kultural (4) menyimpulkan hasil analisis berdasarkan bentuk, makna kosakata, makna kultural pada kosakata etnomedisine dalam pengobatan tradisional masyarakat Dayak Kanayatn dialek Banyadu.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pembahasan

  Berdasarkan masalah, maka analisis data yang terdiri tiga bagian, yaitu bentuk satuan lingual, kosakata jenis penyakit, kosakata fauna dan flora, cara pengobatan yang didapatkan hasil berupa kata dan frasa, arti leksikal dan makna kultural kosakata etnomedisin, dan tuturan foklor berdasarkan mitos dan cerita rakyat.

  1. Bentuk kosakata pengobatan tradisional masyarakat Dayak Kanayatn Dialek Banyadu

  Bentuk satuan lingual berupa kata tunggal berkategori nomina mencakup nama penyakit dalam kosakata etnomedisin dalam pengobatan tradisional masyarakat dayak kanayatn dialek Banyadu, terdapat 25 kosakata data berkategori nomina mencakup jenis pengobatan terdapat

  27 kosakata, terdapat istilah yang berkategori verba mencakup cara pengobatan, setiap istilah tersebut merupakan bentuk dasar dari sebuah kata.

  Berdasarkan distribusinya, istilah tersebut digolongkan sebagai morfem bebas, karena bisa berdiri sendiri sebagai kata tanpa dibantu oleh morfem lain dan tanpa morfem lain kata tersebut memiliki arti tersendiri berdasarkan referensinya. Ditinjau dari satuan gramatikalnya, bentuk istilah tersebut tergolong ke dalam bentuk monomorfemis atau kata tunggal, karena terdiri satu morfem. Satuan lingual berupa frasa yang terdapat dalam kosakata etnomedisin dalam pengobatan tradisional masyarakat dayak kanayatn dialek Banyadu yang tergolong ke dalam bentuk frasa dengan kategori nomina terdapat 24 kosakata, yang terbagi atas nomina nama penyakit. Secara utuh frasa dapat menjadi pelengkap dalam kalimat. Namun jika dipisah kedua frasa tersebut tidak dapat mengisi fungsi pelengkap dalam kalimat. Sebuah bentuk dari kata berkategori nomina yang menjadi inti dan atribut dalam frasa, pengabungan dua kata tersebut bisa menduduki fungsi pelengkap dalam kalimat dan menjadi sebuah frasa nominal.

  Berdasarkan data kosakata etnomedisin dalam pengobatan tradisional masyarakat dayak kanayatn dialek Banyadu maka didapat penjelasan mengenai arti istilah yang kemudian digolongkan berdasarkan klasifikasi nama penyakit, alat yang digunakan, bahan yang digunakan, dosis, dan pantanganyang mencakup jenis pengobatan tradisional seperti, baburas,

  batido, balenggang, dan liatn.

  Arti leksikal berdasarkan kategori jenis penyakit dalam kosakata etnomedisin dalam pengobatan tradisional masyarakat dayak kanayatn dialek Banyadu.

  Tampusu merupakan jenis penyakit

  bintul yang membengkak pada kulit (berisi nanah). Jenis penyakit yang disebut tampusu ini adalah penyakit yang dirasakan sakit pada kulit.

  Tampusu memiliki ciri-ciri dibagian kulit yang terasa sakit, badan meriang.

  Supaya seseorang yang sakit dapat disembuhkan ia harus mengobati menggunakan pengobatan tradisional yaitu baburas, karena sakit ini dapat berasal dari alam, manusia dan hantu. Saat seorang mengadakan pengobatan

  baburas alat dan bahan yang disediakan.

2. Arti Leksikal kosakata etnomedisin dalam pengobatan tradisional masyarakat Dayak Kanayatn dialek Banyadu

  Adapun alat, seperti atos, pingatn, dan

  galas sedangkan bahan rokok, ohe, uwit, nahas, paitn, daukng selasih, kunyit, alak, daukng kambang sapatu, daukng tangkul, madu, paku pagokng, daukng antabatn, daukng angkala . Adapun cara

  penggunaan paitn dicampur sia sedikit yang berwadah di galas, daukng salsih,

  uwit , dan atos yang berwadah dipiring berisi beras sedikit serta mantra.

  Pantangan yang terdapat pada seorang penderita penyakit ini berupa tidak boleh makan makanan seperti ikan dan telur.

  Gambar 1. Penyakit Tampusu

  KONTEKS: Are menanyakan mitos tentang penyakit tampusu kepada Bapak Karoyot mengenai penyakit tersebut berdasarkan mitos.

  Are : Wakina bah carita sook bisa anap

  kasu dan perlengkpan balenggang dan

  Pengobatan tradisional merupakan satu diantara jenis pengobatan yang masih sakral dan magis, sehingga masyarakat dialek penutur Banyadu harus berhati-hati dalam bertutur kata

  b. Nyalah ano ndu boleh maba (sore hari tidak boleh memanggil nama)

  penyakitnya itu positif kembali lagi, dengan keadaan seperti itu penyakit itu tidak bisa lagi diobati lagi akibat melanggar larangan yang sudah diamanahkan oleh seorang batra kepada seseorang yang sakit dengan positif dalam jangka waktu berberapa hari orang tersebut dapat meninggal dunia. Oleh karena itu, masyarakat selalu menghimbau keluarga yang sakit agar selalu mentaati pantangan untuk tidak uman barang babulakng ketika sudah melakukan prosese pengobatan tradisional tersebut.

  barang babulakng secara tidak langsung

  dideritanya itu akan kembali lagi keasal semula. Misalnya seorang yang mengalami sakit sankaro ketika itu ia dengan tidak sengaja melakukan pantangan, seperti tidak boleh uman

  barang babulakng, penyakit yang

  penderita yang sakit. Orang yang uman

  uman barang babulakng khususnya bagi seorang

  tidak lupa memberikan pantangan dan larangan kepada keluarga yang melakukan pengobatan tersebut. Masyarakat meyakini bahwa orang yang sakit tidak boleh

  liatn seorang batra atau dukun selalu

  Dalam pengobatan tradisional seperti baburas, batido, balenggang, dan

  a. Tidak boleh uman barang babulakng (tidak boleh makan makanansisa)

  Makna kultutral yang terdapat pada kosakata etnomedisin dalam pengobatan tradisional masyarakat Dayak Kanayatn dialek Banyadu diantaranya ialah berupa larangan-larangan yang harus dipatuhi oleh orang yang mengalami sakit maupun pihak keluarganya, baik yang sakit maupun seluruh keluarganya yang terlibat di dalam ritual tersebut. larangan-larangan tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.

  mantra. Pantangan yang terdapat pada seorang penderita penyakit ini berupa makanan yang dingin seperti pepaya, makannan sisa, memangil nama dengan teriak, tepo takala, kanis dan asam.

  Adapun bahan obat-obatan seperi tumbuhan yang digunakan seperti, siap,

  kana tampusu dakoh?

  lamang bontokng, kasu, siap, tabos nyawa, tumpang, batankng taman.

  seperti ohe, uwit, nahas, tumpi, powe,

  pingatn, galas sedangkan untuk bahan

  dan bahan yang disediakan seperti, atos,

  baburas, batido, balenggang liatn alat

  alam atau dari manusia dan hantu. Saat seorang mengadakan pengobatan

  liatn , karena sakit ini dapat berasal dari

  memiliki ciri-ciri roh seseorang sudah berada di alam yang berbeda. Supaya seseorang yang sakit dapat disembuhkan ia harus mengobati menggunakan pengobatan tradisional yaitu baburas, batido, balenggang dan

  Sangkaro

  yang arwah seseorang yang berada di alam yang berbeda. Jenis penyakit disebut sangkaro ini adalah penyakit yang dialami pada bagian tubuh.

  Sangkaro adalah jenis penyakit

  Are : Bagaimana cerita orang bisa dapat penyakit tampusu tersebut? Karoyot : Menurut Cerita orang tua dahulu, suka mencuri telur ayam orang. Makanya jika orang bisa dapat penyakit tampusu berarti dia selalu mencuri telur ayam oarang.

  suka nangko turah siap sook ka. Makae kalo sook suka kana tampusu barati ene nangko turah siap gete.

  Karoyot : Manurut carita dama nuayu,

3. Makna Kultural Kosakata Etnomedisin dalam Pengobatan Tradisional Masyarakat Dayak Kanayatn dialek Banyadu

  dan bertindak. Selesai ritual pengobatan tradisional terdapat larangan bahwa nyalah ano ndu boleh maba. Selesai pengobatan tradisional dukun selalu memberi pesan atau amanat bahwa, nyalah ano ndu boleh maba oarang yang sakit karena itu adalah larangan yang termaksud ditakuti juga. Larangan tersebut diyakini masyarakat bahwa maba orang sakit tersebut akan membuat penyakit yang diobati kemabali lagi. Jika penyakit orang tersebut kemabli maka penyakitnya tidak lagi dapat disembuhkan lagi, dalam berberapa hari oarang yang sakit bisa meninggal dunia. Orang yang menyepelekan larangan tersebut akan menangung akibatnya sendiri.

  c. tidak boleh makan paku, rabukng, kurat, kanis, tepo takala, asupm dan ikatn tankeokng, ikatn dodok (sayuran seperti, pakis, rebung, kanis, asam, ikan tangkeokng, dan ikan dodok)

  Dalam pengobatan tradisional ada larangan memakan makanan yang harus di taati, seperti pantangan makanan seperti paku, rabukng, kurat, kanis, tepo

  takala, asupm dan ikatn tankeokng, ikatn dodok. Makanan tersebut sangat

  diyakini atau ditakuti bahwa jika seorang yang sakit melanggar atau makan makanan tersebut maka penyakitnya akan kembali lagi. Jika larangan tersebut di langgar maka nyawa seorang akan terancam meninggal dunia. Oleh karena itu larangan tersebut tidak boleh diremehkan oleh masyarakat Dayak Kanayatn dialek Banyadu.

  Berdasarkan data kosakata etnomedisin dalam pengobatan tradisional masyarakat Dayak Kanayatn dialek Banyadu maka didapatkan 2 buah bentuk teks pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu teks deskripsi dan teks prosedur, yang dikategorikan berdasarkan klasifikasi jenis pengobatan tradisional, dan nama jenis penyakit. Jumlah teks yang dihasilkan sebanyak data yang diperoleh pada saat penelitian berdasarkan klasifikasi jenis pengobatan dan nama penyakit.

  SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan dari data yang terkumpul sebanyak 51 data kosakata jenis penyakit. Berkaitan dengan pengobatan tradisional masyarakat Dayak Kanatan dialek Banyadu, dari 51 data kosakata etnomedisin dalam pengobatan tradisional masyarakat dayak kanayatn dialek banyadu tersebut terbagi atas 31 monomorfemis kategori nomina dan 5 bekategori verba selain itu juga ditemukan 26 frasa berkategori 24 nomina dan 2 berkategori ajktiva. Dari keseluruhan data kosakata maka disimpulkan, data kosakata kategori nama penyakit, menjadi data yang mendominasi, selanjutnya kosakata flora dan fauna berkategori nomina dan kosakata cara pengobatan berkategori verba adalah data yang paling sedikit dari antara kategori jenis pengobatan tradisional tersebut. Seluruh data tersebut terbagi atas kata dan frasa, kemudian dari kata dibagi lagi ke dalam 2 bentuk yaitu bentuk monomorfemis dan bentuk polimorfemis.

  Data istilah yang dimunculkan dalam kosakata berupa istilah, bentuk kata dan arti. Berdasarkan analisis makna kultural, tuturan foklor sebanyak 7 tuturan berupa cerita rakyat dan mitos berdasarkan jenis penyakit yang memiliki tuturan.

  Saran

  Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat diterima dengan baik untuk sebagai referensi dalam penelitian yang sejenis, dan ilmu bidang semantik dalam perguruan tinggi serta dapat menjadi satu dokumentasi inventarisasi budaya yang menjadi tradisi pengobatan tradisional masyarakat Dayak Kanayatn dialek Banyadu. Kecamatan Banyuke Hulu, Kabupaten Landak, Desa Semade.

DAFTAR RUJUKAN

  Chaer, Abdul. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia.

  Rajawali Press. Mahsun. 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia.

  Antropolinguistik. Medan: Poda.

  Sibarani Robert. 2004.

  Kuliah Foklor. Yogyakarta: CV Budi Utama.

  Surakarta: Cakrawala Media. Samsiarni dkk.. 2016. Buku Ajar Mata

  Alfabeta: Bandung. Subroto Edy. 2011. Pengantar Studi Semantik dan Pragmatik.

  Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif Kualitatif, dan R&D) .

  Sugiyono. 2015. Metode Penelitian

  Jakarta: Raja Grafindo Persada. Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal . Jakarta: Rineka Cipta.

  Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta:

  Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul dkk. 2010. Sosiolinguistik

  Mahsun. 2012. Metode Penelitian

  Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

  Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus

  2 Relasi Paradigmatik, Sintakmatik, dan Derivasional . Bandung: Refika Aditama.

  Aditama. Djajasudarma, Fatimah. 2013. Semantik

  1 Makna Leksikal dan Gramatikal . Bandung: Refika

  Djajasudarma, Fatimah. 2012. Semantik

  Semantik

  Djajasudarma, Fatimah. 2009.

  Perkenalan Awal. Jakarta; Rineka Cipya.