DARI PENoNToN JADI PEGIAT FILM PENDEK LEwAT MINIKINo
Vol. 12 November 2018
Yulia Evina Bhara Belajar Kehidupan dan Isu Kemanusiaan Melalui Film
Fransiska Prihadi Dari Penonton Jadi Pegiat Film Pendek
Robbi Baskoro Mengangkat Game Agar Tidak Marginal dan Eksklusif
Lucky Nurrobby Ahmad Gurih Tempe Premium dalam Genggaman
Bekraf Festival Rekam Jejak Kiprah Bekraf dalam Kemasan Festival Tahunan
02
03 D A F T A R I S I |
12-13 P R O F I L DARI PENONTON JADI PEGIAT FILM PENDEK LEWAT MINIKINO Produksi fi lm pendek setiap tahun terus meningkat, kemungkinan ini disebabkan oleh semakin murah dan mudahnya membuat fi lm. Film pendek dengan keunikannya, menarik hati Fransiska Prihadi, program director Minikino. o tin ar n M aya W
04-07 | W A C A N A 14-15 | P R O F I L ROBBI BASKORO
BEKRAF FESTIVAL 2018: GAME JADI MENGANGKAT REKAM JEJAK KIPRAH BEKRAF DALAM KEMASAN TIDAK MARGINAL DAN FESTIVAL TAHUNAN
Bekraf Festival diadakan setiap tahun secara berkeliling di ibukota-ibukota provinsi di EKSKLUSIF Indonesia. Meski tidak menutup kemungkinan akan diadakan di Jakarta, namun Bekraf 16 | P R O F I L mengutamakan pelaksanaan Bekraf Festival di kota-kota selain Jakarta. BONIFASIUS W PUDJIANTO
STRATEGI PEMASARAN EKONOMI KREATIF KE
| 08-09 P R O F I L
PASAR DUNIA
YULIA EVINA BHARA 17 | P R O F I L
BELAJAR KEHIDUPAN
YAYAK LEKHA
DAN ISU KEMANUSIAAN BERAMBISI CIPTAKAN MOTOR MELALUI FILM KUSTOM LOKAL DENGAN
INSPIRASI INTERNASIONAL
18–19 | G A L E R I F O T O adi b ri si P ta en Vol. 12 November 2018 Dari Penonton Jadi Pegiat Film Pendek Belajar Kehidupan dan Isu Kemanusiaan Melalui Film Fransiska Prihadi Yulia Evina Bhara Mengangkat Game Agar Robbi Baskoro kum Tidak Marginal dan Eksklusif Lucky Nurrobby Ahmad o Gurih Tempe Premium dalam Genggaman
D adi b ri 10-11 | P R O F I L
C O V E R S T O R Y si P ta
LUCKY NURROBBY ACHMAD en
Kolase Cover Retas 2018
GURIH TEMPE PREMIUM
kum Bekraf Festival
o Rekam Jejak Kiprah Bekraf dalam Kemasan Festival Tahunan Foto: Dok. BekrafD DALAM GENGGAMAN E D I T O R I A L Bekraf Festival merupakan public
Bekraf report atau ajang penyampaian hasil kinerja Badan Ekonomi
Festival, Kreatif “dalam membentuk ekosistem ekonomi kreatif “
Bentuk kepada masyarakat luas setiap tahunnya. Festival
Apresiasi ini juga sebagai bentuk dukungan serta apresiasi kepada kepada pelaku Ekraf yang telah ikut berkontribusi terhadap kemajuan
Pelaku Ekraf
ekonomi Indonesia.
Kegiatan ini bisa memberikan gambaran bagaimana kerja yang telah dilakukan Bekraf Bekraf Festival dalam mewujudkan Indonesia menjadi salah memberikan satu kekuatan ekonomi kreatif dunia ke depan. gambaran kerja
Masayarakat lebih mengenal, memahami dan
Bekraf dalam dapat berinteraksi dengan program program yang
mewujudkan diekspose pada Festival tahun 2018 kali ini.Indonesia Ada 45 program yang akan diekspose dalam menjadi salah
Bekraf Festival tahun ini, antara lain Coding satu kekuatan
Mum, IKKON, OPUS, Business Matching, ekonomi
Akatara, Bekraf Developer Day, BISMA, WCCE, kreatif dunia. satupintu dan lain lain. Target tahun depan, kita akan tetap menampilkan program-program Bekraf agar lebih dikenal oleh masyarakat dan Bekraf Festival akan dilaksanakan di kota lain sebagai bentuk penghargaan Bekraf kepada pemerintah dan masyarakat yang komitmen dengan pembangunan ekonomi kreatif.
Triawan Munaf Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia
Badan Ekonomi Kreatif adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang bertanggungjawab di bidang ekonomi kreatif dengan enam belas subsektor.
Konsultan Email Twitter Kantor [email protected] @bekrafid Gedung Kementerian BUMN, Lt 15, 17, 18 www.bekraf.go.id Jl. Merdeka Selatan No. 13, Jakarta Pusat - 10110.
04 W A C A N A
Warga Surabaya tengah berbunga- bunga hatinya. Belum lama ini, ibukota provinsi Jawa Timur tersebut berhasil menyabet tiga penghargaan berskala internasional, yaitu Lee Kuan Yew World City Prize kategori Special Mention, Global Green City dari PBB, serta Learning City dari UNESCO. Dari atas mobil yang ditumpanginya, Tri Rismaharini— walikota Surabaya, memamerkan penghargaan tersebut kepada warga Surabaya dalam sebuah arak-arakan keliling kota.
Pertengahan November, Bekraf akan menggelar Bekraf Festival 2018 untuk mensosialisasikan program-program unggulan yang dilaksanakan sepanjang tahun ini.
BEKRAF FESTIVAL 2018: REKAM JEJAK KIPRAH BEKRAF DALAM KEMASAN FESTIVAL TAHUNAN
Di kota yang tengah diliputi suasana bungah inilah, Bekraf Festival 2018 akan digelar pada 15-17 November mendatang. Tepatnya mengambil lokasi di Grand City Convention and Exhibition Hall yang berada persis di jantung kota Surabaya. Selama 3 hari penuh, Surabaya akan menjadi tuan rumah acara Bekraf Festival yang menampilkan rekam jejak kiprah Bekraf di sepanjang tahun 2018.
Sesuai konsep acaranya, Bekraf Festival diadakan setiap tahun secara berkeliling di ibukota- ibukota provinsi di Indonesia. Meski tidak menutup kemungkinan akan diadakan di Jakarta, namun Bekraf mengutamakan pelaksanaan Bekraf Festival di kota-kota selain Jakarta, yang juga memiliki angka kegiatan ekonomi kreatif (Ekraf) cukup tinggi. Tahun 2017 lalu, Bekraf Festival digelar di Bandung. Tahun ini, Surabaya terpilih menjadi lokasi penyelenggaraan Bekraf Festival karena berbagai faktor.
Menurut Poppy Savitri, Direktur Edukasi Bekraf, Surabaya terpilih menjadi lokasi digelarnya Bekraf Festival karena kota ini dinilai sebagai salah satu kota yang mendukung penuh kemajuan Ekraf. Berdasarkan survei ekonomi oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Surabaya memiliki jumlah usaha kreatif dengan jaringan usaha tunggal terbesar di Indonesia. Pemetaan usaha Ekraf untuk 99 kota di Indonesia juga menunjukkan bahwa Surabaya memiliki potensi usaha kreatif yang menduduki urutan lima teratas.
W aya n M ar tin o
05
JURNAL PERJALANAN BEKRAF
dilakukan di sepanjang tahun 2018. Jika ditotal, akan ada 45 program yang dipresentasikan kepada pengunjung, mulai dari program yang terkait dengan pengembangan di bidang film, desain, pendanaan usaha, hingga program yang mendukung bisnis di bidang kuliner.
Deputi 1 (Riset, Edukasi, dan Pengembangan) Bekraf misalnya, akan menampilkan program Coding Mum, yaitu sebuah program pendidikan dan latihan yang ditujukan bagi para ibu rumah tangga, penyandang disabilitas, dan tenaga kerja lainnya untuk mempelajari ilmu coding atau pemrograman komputer, agar kelak bisa bekerja sebagai programmer dan meningkatkan taraf hidup mereka.
Selain itu akan ditampilkan pula program Indonesia Trend Forecasting (ITF), Creative Training & Education (CREATE), Bekraf Festival, ORBIT, Inovatif dan Kreatif melalui Kolaborasi Nusantara (IKKON), Docs By The Sea, BISMA Goes to Get Member (BIGGER), Bekraf Animation Conference (BEACON), Bekraf Creative Labs (BCL), dan Bekraf Information System in Mobile Application (BISMA).
Sesuai namanya, Deputi 2 (Akses Permodalan) akan mempresentasikan sejumlah program yang terkait dengan bantuan akses permodalan bagi para pelaku Ekraf. Salah satunya adalah Business Matching, yang merupakan program untuk mempertemukan para pelaku Ekraf dengan pihak perbankan dan memberikan mereka akses kepada pembiayaan yang ditawarkan oleh sektor perbankan.
Deputi 2 juga akan menampilkan program Bekraf Financial Club (BFC), Seri Kelas Keuangan, Derap Ekrafpreneur Hasanah Mulia (DEUREUHAM), Bantuan Insentif Pemerintah (BIP), Food Startup Indonesia (FSI), Akatara Indonesian
“Selain itu, kota Surabaya juga telah meraih berbagai penghargaan, sehingga layak menjadi inspirasi bagi banyak pelaku kreatif. Tahun ini, Surabaya juga terpilih untuk menjadi tuan rumah acara Internasional Startup Nations Summit (SNS), sehingga Ibu Risma selaku Walikota Surabaya menyarankan untuk menggabungkan jadwal Bekraf Festival dengan SNS. Jadi, pengunjung SNS juga bisa sekaligus singgah ke acara Bekraf Festival 2018,” Poppy memaparkan.
Seperti apa penyelenggaraan acara Bekraf Festival? Sesuai pemaparan Ricky Joseph Pesik, Wakil Kepala Bekraf, Bekraf Festival sebenarnya adalah semacam laporan publik tahunan yang disampaikan oleh Bekraf kepada masyarakat Indonesia.
Jadi, ini adalah laporan terbuka kepada publik untuk memamerkan sekaligus mengintroduksi program- program yang telah dilakukan Bekraf sepanjang tahun. Dalam ajang Bekraf Festival, pengunjung bisa melihat apa saja program yang sudah dilakukan ataupun tengah dilaksanakan oleh Bekraf, baik dalam skala lokal, nasional, maupun internasional. Menariknya, selain presentasi program, pengunjung juga bisa berkenalan dan berinteraksi dengan para pelaku kreatif dari berbagai bidang, yang selama ini didukung oleh Bekraf.
“Dengan menggelar Bekraf Festival, kami ingin membuat masyarakat lebih paham akan tugas, fungsi, dan sasaran-sasaran Bekraf. Termasuk juga mengenal apa saja program- program Bekraf dan mengapa program tersebut dibuat. Selain itu, kami juga hendak menciptakan kesempatan terbentuknya networking di kalangan pelaku Ekraf,” jelas Ricky. Jangan bayangkan Bekraf Festival hanya akan diisi oleh acara pameran dan presentasi yang sifatnya satu arah. Sebaliknya, akan ada banyak pilihan acara yang sifatnya interaktif, seperti diskusi, workshop, dan talkshow bersama para pakar dan pelaku Ekraf yang selama ini turut menjalankan program Bekraf. Serunya lagi, akan ada pula acara pemutaran film, pertunjukan musik, serta fashion show yang semuanya menampilkan produk-produk kreatif hasil kolaborasi dengan Bekraf. “Konsep Bekraf Festival ini memang mengedukasi masyarakat mengenai ekonomi kreatif, dengan cara yang menyenangkan dan menginspirasi. Kalau caranya membosankan, tentu tak banyak yang tertarik. Kami berharap akan ada lebih banyak lagi anak muda yang berkarya di bidang ekonomi kreatif di masa depan,” jelas Poppy.
Berkaca pada tingginya animo masyarakat pada gelaran acara serupa di tahun 2017, tahun ini Bekraf menargetkan jumlah pengunjung Bekraf Festival 2018 akan mencapai 50 ribu orang.
Dalam ajang Bekraf Festival 2018, 6 deputi yang ada di Bekraf masing- masing akan menampilkan program- program unggulan yang telah
Konsep Bekraf Festival ini
memang mengedukasi
masyarakat mengenai
ekonomi kreatif, dengan cara
yang menyenangkan dan
menginspirasi. Kalau caranya
membosankan, tentu tak banyak
yang tertarik. Kami berharap akan
ada lebih banyak lagi anak muda
yang berkarya di bidang ekonomi
kreatif di masa depan.
—Poppy Savitri
[Direktur Edukasi Bekraf]
SARAT PROGRAM UNGGULAN
Minikino—organisasi Festival Film Pendek Internasional yang berbasis di Bali, misalnya, bulan Maret lalu mengikuti ajang South by Southwest (SXSW) di Austin, Texas, Amerika Serikat. Di ajang yang merupakan festival seni kreatif dan teknologi terbesar di dunia tersebut, Minikino menampilkan sejumlah film pendek dan foto-foto tentang kegiatan mereka di Indonesia.
Fransiska Prihadi, Direktur Program Minikino, mengungkapkan bahwa kesempatan ini cukup unik, karena umumnya dukungan pemerintah diberikan kepada para pembuat film, dan bukan untuk mempromosikan sebuah festival film.
“Hal ini kami rasa positif dan strategis, karena dengan membawa Minikino yang merupakan ajang festival film pendek berskala internasional di Indonesia, kami bisa mulai mencari posisi Indonesia dalam kancah festival film dunia. Semoga ke depan, kualitas filmnya lebih bagus, para pembuat filmnya semakin membuka diri untuk berjejaring dan mencari referensi sebanyak-banyaknya,” ujar Fransiska. Dalam berbagai ajang di dalam dan luar negeri tersebut, Deputi 4 mempromosikan produk dan pelaku Ekraf Indonesia dalam stan yang dinamakan Paviliun Indonesia. Bisa dikatakan, ini merupakan “etalase” aneka produk Ekraf Indonesia yang diusung oleh Bekraf dalam berbagai perhelatan nasional dan internasional, yang telah melalui proses kurasi dari segi kualitas, keunikan, harga, dan sebagainya. Deputi 5 (Fasilitasi HKI dan Regulasi) yang bertanggung jawab untuk membangun kesadaran serta ekosistem Hak Kekayaan Intelektual (HKI), juga memiliki sejumlah program andalan untuk mendukung Ekraf. Termasuk di antaranya adalah program penyediaan informasi tentang HKI dalam bentuk aplikasi,
Film Financing Forum (AKATARA), Go Startup Indonesia (GSI), Go Startup Championship (GSC), dan Get Funded.
Dari Deputi 3 (Infrastruktur), pengunjung Bekraf Festival 2018 bisa menyaksikan hasil program utamanya, yaitu Bantuan Pemerintah (Banper), dalam bentuk pembangunan sejumlah infrastruktur fisik ruang kreatif, sarana ruang kreatif, serta pengembangan teknologi informasi dan komunikasi yang mampu menunjang kegiatan Ekraf di berbagai wilayah. Bukan hanya infrastruktur fisik, Deputi 3 juga memanfaatkan peranti dan aplikasi daring sebagai infrastruktur komunikasi yang bisa dipakai secara mandiri oleh pelaku Ekraf di Indonesia. Ini bisa dilihat penerapannya dalam program Penilaian Mandiri Kabupaten/Kota Kreatif Indonesia (PMK3I). Dari Deputi 3 ada pula program Bekraf for Pre-Startup (BEKUP) dan Bekraf Developer Day (BDD). Salah satu upaya yang dilakukan Deputi 3 adalah menggelar ajang eksibisi dan diskusi game nasional tahunan, Bekraf Game Prime. Dalam acara yang menghadirkan ribuan developer game dan praktisi industri game ini, Bekraf berupaya membangun ekosistem game di tanah air, agar para pelaku dapat saling berbagi tips mengenai berbagai hal terkait game. Robbi Baskoro—salah satu pendiri Duniaku.network, sebuah situs yang mengulas dunia game, geek, gadget, dan komik, menilai ajang Bekraf Game Prime mampu menghadirkan aura positif bagi perkembangan industri game di Indonesia. “Dalam eksibisi tersebut, panitia yang berasal dari Asosiasi Game Indonesia akan melakukan kurasi bagi para pelaku bisnis game. Kami beri panggung untuk game-game berkualitas. Selain pameran,
Game Prime juga menggelar konferensi bisnis hingga kompetisi game,” jelasnya. Selanjutnya, Deputi 4 (Pemasaran) akan menampilkan sejumlah program yang berperan memperluas pasar produk dan jasa kreatif Indonesia, baik di pasar lokal maupun global.
Di dalam negeri, ada program "Kini Indonesia" di Metro TV yang mempromosikan jasa dan karya kreatif. Ada juga Kreatorial, sebuah rubrik reguler di surat kabar nasional terkemuka. Rubrik ini menyajikan informasi terbarukan mengenai perkembangan Ekraf di Indonesia dan edukasi lainnya terkait sektor Ekraf. Selain itu ada pula ajang Kreatifood yang merupakan wadah bagi pecinta kuliner nusantara untuk memamerkan dan memasarkan produknya ke masyarakat lokal.
Untuk membantu memasarkan produk Ekraf ke pasar global, Deputi 4 juga rajin mengikutsertakan produk-produk binaan Bekraf ke berbagai ajang festival, pameran, dan marketplace berskala internasional. Beberapa di antaranya yang telah diikuti pada tahun 2018 adalah South by Southwest, New York Now, Salone Del Mobile, dan Venice Art Biennale.
Dengan menggelar Bekraf Festival, kami ingin membuat masyarakat lebih paham akan tugas, fungsi, dan sasaran- sasaran Bekraf. Termasuk juga mengenal apa saja program- program Bekraf dan mengapa program tersebut dibuat. Selain itu, kami juga hendak menciptakan kesempatan terbentuknya networking di kalangan pelaku Ekraf.
—Ricky Pesik [Wakil Ketua Bekraf]
07
06 W A C A N A
membentuk Satgas anti-pembajakan, menghadirkan para konsultan HKI untuk memberikan konsultasi gratis, serta memfasilitasi pendaftaran HKI bagi para pelaku Ekraf. Selain itu, Deputi 5 juga menyediakan fasilitas untuk sertifikasi profesi bagi pelaku Ekraf, membantu pembentukan regulasi daerah terkait pengembangan Ekraf, dan juga membantu pendirian badan hukum untuk usaha Ekraf. Bila selama ini kesulitan memperoleh informasi mengenai seluk-beluk pengurusan HKI dan sertifikasi profesi, maka pengunjung Bekraf Festival 2018 akan dengan mudah mendapatkannya di acara tersebut.
Yang terakhir adalah Deputi 6 (Hubungan Antarlembaga dan Wilayah). Deputi ini berperan membangun ekosistem Ekraf di Indonesia dengan melibatkan segenap pemangku kepentingan, baik di dalam maupun luar negeri. Beberapa program yang ditampilkan Deputi 6 adalah Koperasi Karya IKKON Bersama (KOPIKKON)—yaitu koperasi untuk mewadahi para pelaku Ekraf alumni program IKKON, serta program Bekraf Satu Pintu—yang merupakan sebuah mekanisme untuk mempermudah layanan Bekraf kepada masyarakat luas.
KIPRAH BEKRAF TAHUN MENDATANG
Ajang World Conference on Creative Economy (WCCE) 2018 yang baru saja digelar di Bali juga merupakan inisiatif Bekraf yang dilaksanakan oleh Deputi 6. WCCE 2018 adalah konferensi Ekraf berskala internasional yang untuk pertama kalinya diadakan di dunia. Konferensi ini mempertemukan perwakilan dari pemerintah, pengusaha, think tank, komunitas, organisasi internasional, media, serta para ahli di bidang Ekraf.
Konferensi ini merupakan salah satu langkah yang menandai keseriusan Bekraf untuk berkolaborasi dengan negara-negara di dunia dalam mengembangkan sektor Ekraf. Poin- poin kesepakatan yang dihasilkan oleh WCCE akan turut mempengaruhi iklim Ekraf di dalam dan luar negeri.
Di masa depan, Bekraf akan terus melanjutkan berbagai program unggulan dari masing-masing kedeputian dengan intensitas yang disesuaikan oleh kebutuhan serta iklim Ekraf di dalam negeri dan dunia. Potensi sektor Ekraf di negara kita memang amat menjanjikan dan tak bisa dipandang sebelah mata, sehingga perlu terus digarap secara serius dari waktu ke waktu. Meski subsektor Fesyen, Kriya, dan Kuliner masih menjadi subsektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian di industri kreatif, Bekraf secara konsisten akan terus memberikan dukungan pada subsektor-subsektor Ekraf lainnya di dalam negeri.
Mengutip riset IMF, posisi perekonomian Indonesia tahun 2016 berada di peringkat 8 dengan total Produk Domestik Bruto (GDP) 3.028 miliar dolar AS. Sejalan dengan riset tersebut, lembaga konsultan jasa PWC memprediksi Indonesia mampu menjadi negara superpower peringkat kelima dunia pada tahun 2030 dan peringkat keempat dunia pada 2050, dengan bermodalkan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi serta momentum bonus demografi. Posisi tersebut akan menjadikan Indonesia sebagai big emerging market, mengingat posisi Indonesia saat ini yang merupakan negara dengan level perekonomian terkuat di Asia Tenggara. Indonesia juga memiliki potensi lain di sektor Ekraf yang terus tumbuh dan berkembang, dilihat dari kontribusinya terhadap perekonomian nasional. BPS mencatat, sektor Ekraf berkontribusi sebesar 922 triliun, atau sekitar 7,44% terhadap perekonomian nasional di tahun 2016. Tahun lalu, PDB Ekraf diperkirakan sudah mencapai lebih dari 1.000 triliun rupiah. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat hingga di atas 1.200 triliun pada tahun 2019. Potensi inilah yang ingin dikembangkan oleh pemerintah, salah satunya dengan mengoptimalkan fungsi Bekraf. Pembentukan dan pemberdayaan Bekraf membuat Indonesia berdiri sejajar dengan sejumlah negara maju di dunia yang mulai fokus menggarap potensi Ekraf secara serius, seperti Inggris, Korea Selatan, dan Australia. Kalau saat ini dunia dilanda “demam K-Pop” dan mengidolakan oppa- oppa dari Korea, boleh jadi beberapa tahun lagi, dengan keseriusan kerja Bekraf dan para pelaku kreatif, dunia akan dilanda “demam dangdut” dan mengidolakan sosok mas-mas asal Boyolali.
■ D o kum en ta si P ri b adi
08
09 P R O F I L
Yulia Evina Bhara BELAJAR KEHIDUPAN DAN
ISU KEMANUSIAAN MELALUI FILM Film lab sangat membantu proses pengembangan sebuah proyek fi lm yang dikerjakan oleh sutradara muda.
Memiliki rumah di belakang bioskop saat tinggal di Lampung, kecintaan Yulia Evina Bhara akan fi lm sudah tertanam sejak kecil. Bersama dengan ayahnya, Yulia kerap menonton fi lm-fi lm yang diputar di bioskop di belakang rumahnya tersebut.
“Saya selalu terkagum-kagum dengan apa yang ada di layar besar. Jadi, jika saya sekarang berkecimpung di dunia fi lm, saya seperti telah menemukan jati diri dimana kecintaan itu telah ditanam sejak kanak-kanak,” ungkap Yulia. Sebelum terjun di dunia fi lm, ia bersama Happy Salma mendirikan Titimangsa Foundation dimana
adi b ri
yayasan ini memproduksi
si P ta
pementasan teater monolog yang
en
ceritanya mengadaptasi Novel
kum o
Ronggeng Dukuh Paruk, Inggit
D D o kum en ta si P ri b adi
D o kum en ta si P ri b adi
dari novel “Kuantar Ke Gerbang.” Dari pengalaman menggarap teater ini, Yulia mengaku banyak belajar mengenai manajemen produksi.
“Saya suka proses memproduksi teater. Prosesnya saya anggap sebagai sekolah kehidupan yang tidak didapatkan dari sekolah formal manapun. Apalagi, apa yang dipentaskan diangkat dari adaptasi karya sastra yang sarat dengan isu kemanusiaan.” Dari Titimangsa Foundation, Yulia memproduksi fi lm melalui KawanKawan Media, lembaga yang ia dirikan sendiri. Beberapa karyanya adalah Tarung (Dokumenter, 2011), Return to Sender (Film pendek, 2013), Saudara Dalam Sejarah (2015), dan Tida Lupa (2015), On Th e Origin of Fear (fi lm pendek, 2016, premiere di Venice Film Festival), Istirahatlah Kata-Kata (2016, premiere di Locarno International Film Festival), Ballad of Blood and Two White Buckets (2018, premiere di Toronto International Film Festival), dan A Plastic Cup of Tea Before Her (2018, premiere di Singapore International Film Festival). Saat ini, ia juga sedang melalui fi lm ke berbagai belahan dunia. Selain terseleksi di berbagai festival fi lm, Istirahatlah Kata- Kata yang arthouse fi lm diterima penonton Indonesia cukup baik. Awalnya hanya mendapatkan 19 layar tapi pada akhirnya ditonton 54 ribu penonton di bioskop.” Keterlibatannya dalam TorinoFilmLab dimulai ketika ia mendaft arkan Autobiography dalam proses penyeleksian yang dibuka TFL dan Bekraf.
“Dari situ, proyek fi lm pun terpilih untuk mengikuti TorinoFilmLab (TFL). Kita hanya harus berkompetisi dengan proyek dari Indonesia saja untuk dapat terpilih. Berbeda dengan fi lmmakers dari negara lain yang harus bersaing dengan ratusan fi lmmakers dari berbagai negara dan hanya 10 proyek yang dipilih, sebagai proyek yang terpilih, kita juga mendapat beasiswa penuh dari Bekraf untuk mengikuti TFL. Selain di TorinoFilmLab, fi lmnya juga terpilih ke beberapa fi lm lab lainnya seperti Singapore International Film Festival Film Lab dan Ties Th at Bind.” Yulia merasa fi lm lab sangat membantu proses pengembangan sebuah proyek fi lm yang dikerjakan oleh sutradara muda. Dalam TFL, ia akan bertemu sekaligus berguru pada mentor- mentor yang adalah pelaku industri fi lm dunia.
“Ini jelas pengalaman yang berharga. Film lab akan sangat membantu penulis dan sutradara untuk dapat mematangkan naskahnya hingga siap diproduksi. Selain itu, membuka kesempatan untuk bertemu dengan co-producer dari negara lain dan dengan skema co-producing, kita berkemungkinan mengakses funding-funding fi lm.”
■ menangani beberapa proyek fi lm.
Ia telah menyelesaikan fi lm panjang berjudul Th e Science of Fictions. Film yang sudah masuk tahap post production ini disutradarai oleh Yosep Anggi Noen. Lalu, ada Autobiography dengan sutradara Makbul Mubarak yang masih dalam tahap script development, You and I, fi lm dokumenter dengan sutradara Fani Chotimah yang dalam tahap post produksi.
“Ketika fi lm yang diproduksi terpilih oleh festival besar, saya tentu senang sekali. Namun lebih dari itu senang rasanya kalau fi lm tersebut diputar di festival. Karena membawa nama Indonesia, menceritakan Indonesia
Senang rasanya kalau fi lm
diputar di festival karena
membawa nama Indonesia,
menceritakan Indonesia
melalui fi lm ke berbagai
belahan dunia.
—Yulia Evina Bhara
10
11 P R O F I L
Lucky Nurrobby Achmad GURIH TEMPE PREMIUM DALAM GENGGAMAN Tempe tidak hanya hadir di atas meja makan saja, tapi juga bisa hadir di setiap kantong celana. adi b ri si P ta en kum o D
gurih. Tempe Krezi memiliki rasa pedas asli dengan kedelai premium. Kepedasan milik Tempe Krezi juga berasal dari cabai asli Indonesia.
Lucky Nurrobby Achmad adalah dalang di balik terciptanya Tempe Krezi. Berawal dari renungannya melihat toko oleh-oleh sang mertua di daerah Bandung yang harus mengalami kemerosotan bisnis, Lucky, sapaan akrabnya, berinovasi memanfaatkan bahan-bahan yang terpaksa menganggur di toko oleh-
adi oleh tersebut. b ri si P ta
“Dulu, usaha toko oleh-oleh milik
en
mertua mengalami kemerosotan
kum o D
bisnis secara drastis. Tadinya, memiliki delapan toko, hingga akhirnya tersisa satu toko saja. Tempe memang dikenal sebagai Tempe Krezi namanya. Kudapan Kasihan juga melihat banyak salah satu makanan favorit keluarga tempe kekinian, dikemas dalam karyawan yang harus dirumahkan,” Indonesia lantaran rasanya yang bentuk kemasan yang siap kata Lucky. gurih, murah, dan bergizi tinggi. dikantongi ke mana pun. Tempe Nyatanya, kini tempe tidak hanya dalam kemasan berwarna merah Lucky yang saat itu bekerja di hadir di atas meja makan saja, bertuliskan Tempe Krezi ini salah satu perusahaan rokok tapi juga bisa hadir di setiap berisikan 100 gram tempe renyah raksasa, memutuskan untuk fokus kantong celana. yang hadir dengan rasa pedas dan bereksperimen dengan tempe- tempenya. Alhasil, pada tanggal
11 Maret 2011, di daerah Pasar Kosambi Bandung, Lucky berhasil menciptakan keripik tempe dengan rasa gurih dan pedas dengan nama Tempe Gila.
Seiring berjalannya waktu, cinta pun bersambut. Tempe Gila mulai terdengar namanya di Bandung. Optimis dengan keberhasilannya di masa depan, Lucky kemudian mengekspansi bisnisnya ke wilayah yang lebih luas. Ia juga me-rebranding nama Tempe Gila menjadi Tempe Krezi yang merupakan plesetan dari kosa kata Bahasa Inggris crazy. “Saya optimis melakukan ekspansi yang lebih luas. Sejak me-rebranding nama menjadi Tempe Krezi, Tempe Krezi kemudian dinobatkan sebagai pelopor keripik tempe pedas di Indonesia,” katanya. Dewi fortuna tidak menghampiri Lucky sampai di situ saja. Sejak mengikuti kompetisi Food Startup Indonesia (FSI) 2018 dan mendapatkan juara runner-up satu,
Tempe Krezi semakin mengepakkan sayapnya di kancah nasional. Dari sini, Tempe Krezi mulai rutin mengikuti event-event yang dilaksanakan Bekraf. Baginya, sejak bekerja sama dengan Bekraf, bisnis Tempe Krezi mengalami perkembangan yang sangat pesat, “Bekerja sama dengan Bekraf merupakan momen yang sangat besar bagi kami. Bekraf sangat membantu Tempe Krezi, mulai dari dukungan di setiap pelaksanaan pameran, hingga menjadi media promosi Tempe
Krezi. Bahkan, investor-investor berdatangan setelah kami bersama Bekraf,” tegas Lucky. Kini, angin segar telah menghampiri Tempe Krezi. Tempe Krezi kini sudah tersebar luas di seluruh Indonesia, khususnya Pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera, Bali, dan Sulawesi. Bahkan, Tempe Krezi telah dipasarkan di kancah internasional seperti Malaysia dan kawasan Asia Tenggara lainnya. Dan baru-baru ini, tawaran datang dari Afrika Selatan, namun Lucky mengaku masih mempelajari sistem pemasaran di sana.
Selanjutnya, Lucky menargetkan Tempe Krezi dapat lebih mengangkasa dengan menjadi Top Brand dan Top Of Mind untuk keripik tempe di Indonesia dan dunia. “Selain itu, saya berharap semakin banyak masyarakat sekitar pabrik yang terserap mendapat pekerjaan di Tempe Krezi,” harap Lucky yang mengaku sempat menggadaikan buku nikah untuk modal awal berbisnis ini.
■
Sejak me-rebranding nama
menjadi Tempe Krezi, Tempe Krezi
kemudian dinobatkan sebagai
pelopor keripik tempe pedas
di Indonesia.
—Lucky Nurrobby Achmad
(Tempe Krezi)
D o kum en ta si P ri b adiD o kum en ta si P ri b adi
12
13 P R O F I L
Fransiska Prihadi DARI PENONTON JADI PEGIAT FILM PENDEK LEWAT MINIKINO Produksi film pendek setiap tahun terus meningkat, kemungkinan ini disebabkan oleh semakin murah dan mudahnya membuat film.
Tak sekadar dinikmati dan ditonton Cika sendiri mengawali di kala senggang, film pendek keterlibatannya di Minikino dengan keunikannya menarik hati dengan menjadi penonton di Fransiska Prihadi. Bagi Program festival film pendek Minikino Director Minikino yang akrab Monthly Screening & Discussion disapa Cika ini, ketertarikannya di Denpasar sejak 2007. Kemudian pada film pendek bisa didasari oleh menjadi sukarelawan, mulai dari beberapa hal. menyiapkan absensi, membuat laporan pemutaran, hingga menjadi “Format film pendek yang unik dan moderator diskusi. merupakan awal dari budaya itu sendiri,” tuturnya soal alasannya “Saya makin aktif dalam tertarik dengan dunia film pendek. pengelolaan program workshop di
Minikino tahun 2013, waktu itu saya Selain itu, cara menikmati film menjadi direktur program kompetisi pendek yang beragam juga menjadi film 1 menit dan workshop magnet tersendiri. “Mulai dari satu internasional untuk remaja dalam per satu, maupun dalam bentuk program My Life My Dreams,” lanjut
o tin
program bentuk pendek yang terdiri Cika. Setelah itu, dirinya makin
ar
dari beberapa film pendek dengan terlibat dalam berbagai program dan
n M aya
benang merah tertentu.” festival yang diadakan Minikino.
W untuk Minikino Film Week Bali International Film Festival. Dukungan ini berlanjut pada 2018 pada program yang sama.
Selain itu, Bekraf juga memberikan kesempatan untuk terlibat dalam
Trade Show di SXSW 2018 pada bulan Maret 2018 lalu. Cika mengaku, kesempatan ini cukup unik karena umumnya dukungan pemerintah adalah untuk perjalanan untuk pembuat film, bukan untuk promosi festival film. “Hal ini kami rasa positif dan strategis karena dengan membawa Minikino yang merupakan festival film pendek skala internasional di Indonesia, kita mulai mencari posisi Indonesia dalam kancah film festival dunia,” tutur perempuan kelahiran Bandung ini.
Dari situ, Cika sendiri berharap dunia film pendek di tanah air terus berkembang. “Semoga kualitasnya lebih bagus, para pembuat filmnya semakin membuka diri untuk berjejaring dan mencari referensi sebanyak-banyaknya,” pungkas Cika.
■
Permasalahannya,
film pendek yang
berkualitas proporsinya
menurun. Hal ini bisa
diobati dengan usaha
meningkatkan kesadaran
untuk menambah minat,
membuka wawasan dengan
lebih banyak membaca dan
menonton film lain.
—Fransiska Prihadi
(Program Director Minikino)
diobati dengan usaha meningkatkan kesadaran untuk menambah minat, membuka wawasan dengan lebih banyak membaca dan menonton film lain.” Mendukung program Minikino, Bekraf memberikan motivasi langsung melalui sokongan dana terutama mulai 2017 ketika Minikino mengajukan proposal
Minikino merupakan organisasi festival film pendek dengan jaringan kerja internasional. Organisasi ini bekerja sepanjang tahun, merancang dan menyelenggarakan berbagai bentuk festival film pendek yang memiliki sub-fokusnya masing- masing.
Saat ini, Minikino menjalankan 3 festival film pendek yaitu Monthly Screening & Discussion, Open December, serta Minikino Film Week-Bali International Short Film Festival. Selain itu, Minikino juga menginisiasi gerakan Indonesia Raja serta S-Express dengan lingkup regional Asia Tenggara. Tak hanya itu, Minikino juga menyelenggarakan Begadang Filmmaking Competition, sebuah kompetisi film pendek tahunan.
Produksi film pendek setiap tahunnya terus meningkat, menilik data pemasukan yang diterima Minikino. “Kemungkinan ini disebabkan oleh semakin murah dan mudahnya membuat film,” ungkap Cika. Permasalahannya, film pendek yang berkualitas proporsinya menurun. “Hal ini bisa
Pr as ti ko D es tam to
W aya n M ar tin o
14
15 P R O F I L
y h p ra tog o h ie P G Selain menggagas media yang melakukan apresiasi pada industri game, Robbi bersama Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) juga menggelar Game Prime sejak tahun 2014. Sejak Bekraf turun tangan, penyelenggaraan event eksibisi itu skalanya semakin besar, tak hanya dari kampus ke kampus lagi.
“Game Prime diadakan tiap tahun dibarengi Hari Game Indonesia (Hargai) yang jatuh tanggal 8 Agustus. Setiap tahun penyelenggaraan enggak jauh dari bulan Agustus,” ungkap Robbi. Dalam eksibisi tersebut, panitia yang berasal dari Asosiasi Game Indonesia akan melakukan kurasi bagi para pelaku bisnis game.
“Sejak Bekraf turun tangan,
penyelenggaraan event
Game Prime skalanya
semakin besar, tak hanya
dari kampus ke kampus lagi.”
—Robbi Baskoro
(Duniaku.network)
Robbi Baskoro menjadi salah satu pendiri Duniaku.network, sebuah situs yang mengulas dunia game, geek, gadget, dan komik. Berdiri tahun 2011, Duniaku.network semula hadir dalam format majalah. Melalui situs ini, Robbi yang juga menjadi co-Founder dan Komisaris berniat menjadikan dunia game tak lagi marjinal, tidak pula eksklusif.
“Duniaku menggiring agar ekosistem makin tumbuh yang harus disadari kita berusaha urusi bagian apresiasi sementara ini makin bagus untuk media game, masih dipegang lokal,” kata Robbi. Menurutnya, sejauh ini Indonesia masih menjadi pasar empuk bagi produsen game asing. Bahkan, komposisi pemain lokal dan asing pun sangat tak imbang. Hampir 95% pasar game tanah air diisi oleh pemain luar.
Namun, bukan berarti industri game dengan pemain lokal tak berkembang. Produsen game tanah air tetap tumbuh dan berkembang di sisi konten. “Kenapa Indonesia bisa bersaing di konten karena lebih dekat di masyarakat, budayanya, lebih tahu kebutuhan,” kata Robbi.
“Kami beri panggung untuk game-game berkualitas,” ujar Robbi. Sejauh ini peserta eksibisi berkisar 50-an, bahkan pernah mencapai 100 lebih peserta pada 2015. Selain eksibisi, Game Prime juga menggelar konferensi bisnis hingga kompetisi game. Menurutnya, Game Prime 2018 ini menarik karena kita mulai melihat game bukan hanya dikonsumsi pribadi tapi keluarga, mulai datang pada 2018. Peran keluarga yang mengantar anaknya memilih game atau mainan. Itu tak bisa dilepaskan dari effort Kominfo soal rating. Game kini sudah dinilai lebih positif, tidak sebelah mata, dan tidak juga eksklusif atau hanya dimainkan anak-anak saja. Bagi gamer profesional sendiri, Robbi menilai ekosistem yang ada saat ini cukup menguntungkan. Selain banyak pilihan game dengan konten bagus, gamer juga bisa menikmati harga internet dan perangkat game yang murah.
Namun, Robbi mengakui di sisi produsen game lokal masih harus ditingkatkan jumlahnya. Profesi gamer pun kini bisa dijadikan pegangan hidup. Jika serius mendalami, seorang gamer bisa meraup penghasilan hingga puluhan juta setiap bulannya. Robbi mencontohkan pegawainya yang semula hanya tukang parkir dengan penghasilan sejutaan per bulan, kini setelah menjadi gamer profesional bisa meraup hingga Rp 50 juta setiap bulan. “Tapi secara fair, enggak semua orang bisa seperti itu. Ini kan showbiz selalu ada yang sukses tapi banyak yang gagal, only the very best yang bertahan,” tutupnya.
■ Meski Indonesia masih menjadi pasar empuk bagi produsen game asing, tapi produsen game tanah air tetap tumbuh dan berkembang dari sisi konten.
Robbi Baskoro MENGANGKAT GAME JADI TIDAK MARGINAL DAN EKSKLUSIF
16 P R O F I L
Perkembangan produk-produk ekonomi kreatif harus didukung oleh pemasaran. Tidak hanya di tanah air tetapi juga di luar negeri. “Tapi sebelum pemasaran ada satu hal penting yaitu HKI (Hak Kekayaan Intelektual). Nilai produk dengan adanya HKI akan sangat besar,” ungkap Bonifasius Wahyu Pudjianto, Direktur Pengembangan Pasar Luar Negeri yang berada di bawah Deputi Pemasaran Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Boni mengungkapkan selain barang dan jasa, kini kekayaan intelektual juga bisa dipasarkan. Contoh saja karakter Disney, jika lisensinya sudah dibeli siapapun dapat memproduksi merchandise karakter tersebut. “Hak cipta memberi kesejahteraan bagi kreator,” katanya. Di Indonesia bisa dicontohkan karakter Wiro Sableng
Bonifasius Wahyu Pudjianto
STRATEGI PEMASARAN EKONOMI KREATIF KEPASAR DUNIA
Selain barang dan jasa, kekayaan intelektual juga bisa dipasarkan.Program lain yang juga diandalkan Bekraf adalah penyelenggaraan pameran di tanah air yang berskala internasional misalnya seperti pada Asian Games lalu. Meski dilaksanakan di tanah air, namun banyak pembeli dari luar yang turut mendorong pemasaran produk kreatif. Hal ini dibuktikan dengan suksesnya penjualan merchandise Asian Games.
Boni menegaskan beberapa pameran di luar negeri telah memberi dampak bagi pemasaran produk ekraf Indonesia. Sejauh ini, sekitar 20 pameran diselenggarakan setiap tahunnya. Subsektor yang dipilih pun merata, terutama untuk tiga subsektor prioritas yakni fashion, kriya, dan kuliner. Juga karya film, buku, game, hingga seni pertunjukan. Tujuannya tak hanya pasar di negara bersangkutan tetapi juga negara-negara tertentu. “Misal dengan perusahaan startup, jadi kita pertemukan B to B dengan pelaku dari seluruh dunia,” ujarnya.
■
atau Gundala Putra Petir yang bisa diperjualbelikan lisensinya. Bekraf telah menelurkan sejumlah kebijakan untuk mendorong tumbuh dan kembangnya ekspor produk ekraf. “Selain kebijakan terkait strategi pemasaran adalah pemasaran kekayaan intelektual yang nilai kapitalnya enggak kalah dari nilai produk itu sendiri,” kata dia. Bekraf juga melancarkan bimbingan teknis untuk mendukung kemampuan pelaku ekraf. Salah satunya dengan mendorong pelaku untuk turut serta dalam pameran berskala internasional. “Tapi yang paling penting promosi, publikasi, dan branding sehingga nilai jual tiap karya naik,” tambahnya. Saat ini, pihaknya kerap kali menggelar pameran di luar negeri untuk menjemput pasar ekspor. Negara yang terpilih biasanya adalah pasar ekspor produk ekraf seperti Amerika Serikat, Asia, dan Eropa. Ke depan, Indonesia akan memperluas pasar produk ekraf ke Singapura dan Timur Tengah.
Langkah-langkah strategi pemasaran diharapkan dapat mencapai target Bekraf untuk meningkatkan kontribusi ekraf terhadap PDB, menyerap tenaga kerja, dan mendatangkan devisa melalui kegiatan ekspor.
—Bonifasius Wahyu Pudjianto (Direktur Pengembangan Pasar Luar Negeri Bekraf) D o kum en ta si P ri b adi Sejak tahun 2010, workshop perakitan motor kustom Queen Lekha Choppers, yang dipimpin oleh Muhammad Perdana Agung Satria, berkomitmen untuk menghasilkan karya terbaik. Sejak awal membuka bengkel khusus motor kustom, Yayak Lekha, begitu Muhammad biasa dipanggil, selalu berkeinginan untuk menciptakan karya yang baru. Bahkan, selalu mencoba dan menerapkan ide kreatif yang sebelumnya belum pernah dicoba oleh builder-builder motor dari negara manapun. Itu sebabnya ketika berpartisipasi dalam 26th Annual Yokohama Hot Rod Custom Show 2017, motor kustom kreasinya berhasil meraih penghargaan Free Kustom Cycles Mooneyes Spain Award. Setahun kemudian, Yayak bersama dengan workshop-nya sudah melakukan persiapan “amunisi baru” untuk mengikuti Yokohoma Hot Rod Custom Show 2018 Desember mendatang yang ia harapkan juga bisa mendulang sukses yang lebih baik dari tahun sebelumnya.
“Sekarang, yang dipersiapkan mental dan karya. Kita juga berharap dapat doa restu dari semua masyarakat Indonesia karena partisipasi kali ini adalah yang kedua kalinya ke Yokohama,” terang pria asal Yogyakarta ini.
Yayak Lekha BERAMBISI CIPTAKAN MOTOR KUSTOM LOKAL DENGAN INSPIRASI
INTERNASIONAL Selalu mencoba dan menerapkan ide kreatif yang sebelumnya belum pernah dicoba oleh builder-builder motor dari belahan negara manapun.
Motor kustom yang akan dipamerkan diberi nama The Falcon, motor kustom old skool chopper berbasis mesin S&S Knucklehead KN 74 dengan tema besar Native American.
“Kami sangat menyukai pola dan motif suku Indian yang dituangkan dalam berbagai aspek kustom. Selain itu, inspirasi semangat dan etos kerja suku asli Amerika memacu kita untuk terus berproses. Pada akhirnya The Falcon merupakan representasi kerja keras tim selama berkecimpung di industri kustom kulture.” Proses pengerjaan The Falcon memakan waktu tiga bulan. Konsep kuat direfleksikan dalam setiap detail motor sambil tidak mengabaikan aspek estetika dan teknis. Artis painting Danny Hacka dipercaya untuk menuntaskan pengecatan dengan pola dan motif suku Indian. Sedangkan untuk penyempurnaan detail, Sweda, pakar kriya logam dan perak, memberi sentuhannya dalam beberapa bagian motor The Falcon yang dibuat secara handmade.
“Setiap aspek motor ini menampilkan simbol dan filosofi suku Indian, kalau kita perhatikan desain tangki merupakan perwujudan tenda pemukiman suku
Indian. Bagian exhaust menjadi simbol anak panah. Semua kreasi kustom yang dituangkan ke dalam The Falcon merupakan perkawinan estetika teknis dan filosofi kerja workshop,” terang Yayak. Selama hampir 9 tahun berkecimpung di dunia motor kustom ini, Yayak mengaku banyak tantangan yang sering dihadapi. Namun, selalu konsisten kreatif dalam melakukan kustom motor adalah tantangan terbesarnya. Ia sadar jika pecinta motor kustom adalah komunitas-komunitas yang unik. “Pasarnya, ya, orang-orang yang menurut saya senang dengan gaya choppers atau mungkin bisa di bilang orang ‘gila’.” Untuk bisa memamerkan karya kustom kreatif, Yayak tidak memungkiri jika pameran seperti Kustomfest menjadi salah satu ajang terpenting mereka.
“Kami sadar jika Kustomfest adalah ruang karya kami. Itu sebabnya kami sudah berpartisipasi di acara tahunan ini sejak tahun 2012. Begitu juga dengan peran Bekraf yang sangat dibutuhkan karena sebagai pelaku kreatif, memerlukan ruang yang disediakan pihak Bekraf dan juga Bekraf memberi dukungan langsung pada para pelaku.”
■ D o kum en ta si P ri b adi
17 P R O F I L Beragam Kegiatan Bekraf dalam Membangkitkan Ekonomi Kreatif Indonesia ^ Gim horor yang memasukkan hantu khas Indonesia, DreadEye dan Ghost Parade hadir di zona Creativillage, WCCE 2018.
^ Bekraf memfasilitasi pelaku seni pertunjukan di festival seni OzAsia Festival 2018 yang berlangsung pada 25 Oktober-11 November 2018 di Adelaide Festival Centre, Australia. < Bekraf bekerjasama dengan Indonesia Blockchain Network (IBN) dan Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) menggelar Bekraf Blockchain Forum di Balai Kartini Convention Center pada 30-31 Oktober 2018 lalu. ^ Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf pada peluncuran buku Opus 2019 di Jakarta pada 17 Oktober 2018 lalu. Buku ini memuat kinerja dan pencapaian Bekraf serta proyeksi ekonomi kreatif di tahun 2019.
G A L E R I F O T O
18
^ Bekraf menyelenggarakan CREATE Workshop Creativepreneur pada 24-
26 Oktober 2018 di kota Batam. Kegiatan yang diikuti oleh 50 peserta ini memanfaatkan limbah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis.
F o to-f o to D o kum en ta si B ek ra f
^ Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita memberikan penghargaan untuk Bekraf yang diwakili oleh Direktur Pengembangan Pasar Dalam Negeri Bekraf, Sappe M.P. Sirait di acara Trade Expo Indonesia (TEI) ke- 33 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang pada 24-28 Oktober 2018.
^ Direktur Akses Non Perbankan Bekraf, Syaifullah pada acara Bootcamp GoStartupIndonesia di Jakarta. Bootcamp yang diikuti oleh pengusaha rintisan (startup) pemenang dan penerima wild card, roadshow GoStartupIndonesia di tujuh kota ini berlangsung selama empat hari (31/10 s/d 3/11).
^ Kepala Bekraf Triawan Munaf menghadiri peringatan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2018 lalu di Bogor. ^ Dukungan Bekraf kepada puluhan karya pelaku kreatif di bidang subsektor seni rupa dan desain, untuk tampil di Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) yang diselenggarakan dari 18 Oktober-30 November 2018 di Grand Kemang, Jakarta.