Pengembangan Model Wadah Belajar Masyarakat Untuk Pengelolaan Usahatani Lestari Dan Energi Terbarukan Berbasis Teknologi Kerakyatan Di Pulau Semau, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur

  

Pengembangan Model Wadah Belajar Masyarakat Untuk Pengelolaan

Usahatani Lestari Dan Energi Terbarukan Berbasis Teknologi Kerakyatan Di

Pulau Semau, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur

  YAYASAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

  INDONESIA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA LEMBAGA PANDU LESTARI

  Memfoto copy dan / atau memperbanyak dengan cara apapun, sebagaian atau seluruh isi buku ini tanpa ijin tertulis dari penerbit adalah tindakan tidak bermoral dan melanggar hokum

  Pengembangan Model Wadah Belajar Masyarakat Untuk Pengelolaan Usahatani Lestari Dan Energi Terbarukan Berbasis Teknologi Kerakyatan Di Pulau Semau, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur

  ISBN 978-979-3598-23-9 Penulis

  IN Prijo Soetedjo, Ida Rachmawati Editor Endang R Nenoliu Desain cover

  Yacobus Aome Penerbit

YAYASAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

  Jl Bangka VIII No. 3B Pela Mampang Jakarta 12720 E-mail Website:www.kehati.or.id

  Dicetak oleh: KREASI, Jln Jendral Suharto, Kupang

  

Pengembangan Model Wadah Belajar Masyarakat Untuk Pengelolaan

Usahatani Lestari Dan Energi Terbarukan Berbasis Teknologi Kerakyatan Di

Pulau Semau, Kabupaten Kupang,

Nusa Tenggara Timur

IN. PRIJO SOETEDJO

  

I

KATA PENGANTAR

  Atas berkat dan ijin Allah SWT, kegiatan yang berjudul Pengembangan Model Wadah Belajar

  

Masyarakat Untuk Pengelolaan Usahatani Lestari Dan Energi Terbarukan Berbasis Teknologi Kerakyatan Di

Pulau Semau, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur dapat terlaksana dengan baik. Banyak pihak yang

  terlibat secara langsung maupun tak langsung dalam pelaksanaan kegiatan ini. Olehkarena itu pada kesempatan ini kami ucakan terimakasih yang setinggi tingginya kepada 1) Pimpinan Yayasan Keanekaragaman Hayati dan staf yang telah membantu pendanaan kegiatan ini sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar 2) Pimpinan Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana yang telah bekerjasama dalam memfasilitasi tenaga ahli dan mahasiswa untuk mendukung pelaksanaan kegiatan ini 3) Bapak Camat Semau Selatan yang telah ikut serta secara aktif dalam mendukung pelaksanaan kegiatan ini 4) Bapak Kepala Desa Uiboa, Uithiuhana, dan Akle yang membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan baik secara administrative maupun kegiatan di lapang 5) Tim dari Lembaga Pandu Lestari yang dengan kerjakeras dan ketekunan yang tinggi hingga terjalin kerjasama yang baik dengan semua kelompok tani yang terlibat dalam kegiatan ini 6) Pihak pihak lain yang tidak dapat tersebutkan satu satu yang mempunyai kontribusi nyata dalam mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan ini Kami sadar bahwa kegiatan yang telah dilakukan masih sedikit memberikan nilai positif bagi perubahan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan di pulau Semau khususnya di kecamatan Semau

  Selatan. Olehkarena itu kegiatan ini hendaknya dapat ditindaklanjuti dengan kegiatan berikutnya sehingga keberlanjutan daya dukung sumberdaya alam dan lingkungan di pulau Semau dapat terjaga, dan kehidupan masyarakat dapat terperbaiki baik social ekonomi, social budaya, dan kesehatan masyarakatnya

DAFTAR ISI

  4.1. Kelompok Sasaran

  16

  3.4. Goal, Kegiatan, tujuan kegiatan [objectives] dan hasil yang diharapkan

  17

  3.5. Cakupan kegiatan

  22 BAB IV MEKANISME KEGIATAN

  24

  24

  13

  4.2. Topik Kegiatan

  24

  4.3. Pendampingan Kegiatan Lapangan, Monitoring, dan Evaluasi Kegiatan

  25

  4.4. Pelaporan Hasil Kegiatan

  25

  3.3. Model Konseptual

  Halaman TIM PENYUSUN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

  BAB I PENDAHULUAN

  2.1.1. Desa Akle

  1

  1.1. Latar belakang

  1 BAB II PERUMUSAN MASALAH

  3

  2.1 Usulan intervensi kegiatan oleh kelompok masyarakat berdasarkan masalah pertanian di masing-masing desa

  5

  5

  8

  2.1.2. Desa Uithiuhana

  5

  2.1.3. Desa Uiboa

  6 BAB III TAHAP DAN STRATEGI PELAKSANAAN

  8

  3.1. Sekolah lapangan

  3.2. Kajian Model pengelolaan Pertanian Terpadu

  Halaman

  5.3.2. Praktek Aplikasi Pupuk Organik Cair Berbahan Baku Lokal

  5.2.4. Praktek model dan pola pertanian terpadu antara tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, dan peternakan

  63

  5.2.5. Kendala Kendala Yang Dihadapi dalam pelaksanaan Kegiatan

  67

  5.3. Mengembangkan sistem teknologi tepat guna bagi masyarakat untuk mendukung sistem pertanian terpadu khususnya dalam pengelolaan air dan energi terbarukan yang dapat diakses dan dikuasi oleh kelompok masyarakat di 3 Desa

  68

  5.3.1. Praktek Penyiraman Melalui Sistem Irigasi tetes dan Pemulsaan

  69

  71

  5.2.3. Kegiatan Lanjutan Sekolah Lapangan

  5.3.3. Kegiatan Workshop Ditingkat Desa

  75

  5.3.4. Kendala Kendala Yang Dihadapi dalam pelaksanaan Kegiatan

  77 BAB VI PENUTUP

  78

  6.1. Kesimpulan

  78

  6.2. Saran

  79 BAB VII PUSTAKA

  58

  58

  BAB V PELAKSANAAN KEGIATAN

  50

  26

  5.1. Meningkatkan kapasitas SDM petani [pemahaman dan ketrampilan] dalam menganalisa lingkungan dan interaksinya dengan usahatani, dan kelompok belajar tani melalui program sekolah lapang pertanian

  26

  5.1.1. Pelatihan Bagi Pemandu Lokal

  26

  5.1.2. Kegiatan Sekolah lapangan

  32

  5.1.3. Kegiatan Farmer Field Day (FFD)

  5.1.4. Kegiatan Workshop

  5.2.2. Kegiatan Pelatihan Pemandu Lokal Bersama Mahasiswa PKL

  52

  5.1.5. Kegiatan Diskusi Dengan Tim Universitas Nusa Cendana

  54

  5.1.6. Kendala Kendala Yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Kegiatan

  54

  5.2. Mengembangkan model pengelolaan ekosistem pertanian terpadu untuk pemulihan daya dukung pertanian melalui penerapan Intergrated Crop management dan Integrated soil and water management di 3 Desa di P. Semau

  55

  5.2.1. Kegiatan Pelatihan Bagi Mahasiswa Praktek kerja lapang (PKL)

  55

  80

  

DAFTAR TABEL

  No Teks Halaman

  5.1. Hasil Pengamatan Agro-Ekosisitim Tanaman Lombok Pada Lahan

  39 Kebiasaan 5.2.

  39 Hasil Pengamatan Agro-Ekosistim Tanaman Lombok Pada Lahan Mikir 5.3.

  64 Rerata Hasil Analisa Kerapatan isi Tanah, Kandungan N, P, K, dan C Organik di Lahan Kelompok Mekarsari dan Kelompok Gemilang

  5.4. Total Produksi jagung dan Kacang tanah yang ditanam dengan

  65 Pola Berbeda

  5.5. Pendapatan Bersih Petani Dalam Pola Tanam Berbeda per ha per

  66 Tahun 5.6.

  70 Hasil Lombok per ha, Nilai Efisiensi Penggunaan Air, dan Nilai Ekonoi per ha pada Tanah Mediteran dan Tanah Podsolik merah Kuning 5.7.

  72 Hasil Analisa Unsur Hara Sebelum dan Sesudah Praktek Dilakukan Dengan Perlakuan Berbeda pada Tanah Podsolik Merah Kuning Di desa Uithiuhana

  5.8. Hasil Analisa Unsur Hara Sebelum dan Sesudah Praktek Dilakukan

  72 Dengan Perlakuan Berbeda pada Tanah Mediteran Di desa Uiboa

  2 5.9.

  74 Hasil Lombok (g/1,5 m ) dan Nilai Ekonomi (Rp/ha) pada Tanah Podsolik Merah Kuning di Desa Uithiuhana

  2

  5.10. Hasil Lombok (g/1,5 m ) dan Nilai Ekonomi (Rp/ha) pada Tanah

  74 Mediteran di Desa Uiboa

  

DAFTAR GAMBAR

  5.15. Diskusi anggota kelompok tani dalam menyusun kalender musim tanam yang selama ii dipraktekan dan perbaikan yang akan dilakukan

  31

  5.12. Anggota pemandiu lokal menjelaskan fisiologi daun dalam hubungannya dengan factor tumbuh (sinar, air dan tanah) melalui contoh daun tertentu

  31

  5.13. Salah satu anggota kelompok Karya Nyata menjelaskan analisa kebutuhan sehari hari

  33

  5.14. Anggota kelompok wanita di desa Akle menjelaskan pada anggota pernanan wanita dalam mengelola usahatani keluarga

  34

  35

  31

  5.16. Salah satu anggota kelompok tani mempresentasikan kegiatan usahatani yang dilakukan selama ini dan rencana berikutnya yang akan dipraktekan di lahan mikir

  35 5.17. . Daun daun yang digunakan sebagai kompos

  36

  5.18. Daun daun yang telah dicach kemudian dimasukan dalam wadah untuk proses fermentasi setelah ditambah dengan bahan bahan lain seperti air cucian beras sebagai sumber mikroorganisme, gula air, urine sapi, dan tanah

  36

  5.19. Kompos yang sudah jadi dicampur dengan pupuk kandang yang sudah jadi dikeringkan

  36

  5.20. Aplikasi kompos yang sudah jadi di lahan mikir milik kelompok tani

  5.11. Kegiatan membangun kebersamaan angota kelompok yang dilakukan di ruangan terbuka

  5.10. Tim Field menjelaskan makna agroeksosistem dan pengelolaan usahatani yang telah dipresentasikan dengan keanekaragaman usahatani/ vegetasi

  No Teks Halaman

  30

  5.1. Koordinator Tim Field menjelaskan maksud dilakukan pelatihan pemandu lokal dan rencana kegiatan

  30

  5.2. Sebagian peserta Peatihan bagi Pemandu Lokal dan Tim Field

  30

  5.3. Kelompok pemandu lokal menyusun suatu model pengelolaan usahatani berkelanjutan berdasarkan bahan yang ada disekitarnya

  30

  5.4. Kelompok pemandu mulai merangkai apa yang telah didiskusikan kelompok difasilitasi Field dan kehati

  5.5. Kelompok mempresentasikan rencana pengelolaan usahatani berkelanjutan yang mereka rencanakan

  31

  30

  5.6. Kelompok lain juga melakukan hal yang sama yaitu mempresentasikan rencana pengelolaan usahatani berkelanjutan yang mereka rencanakan

  30

  5.7. Kelompok pemandu mulai belajar agroekosistem dari lingkungan sekitarnya

  31

  5.8. Kelompok pemandu lokal mendiskusikan hubungan kondisi lingkungan dengan suatu pola pengelolaan usahatani tertentu

  31

  5.9. Kelompok pemandu mulai mempresentasikan hubungan agroekosistem dengan pengelolaan usaha tani

  36

  5.21. Bahan bahan yang akan dibuat pupuk organic cair dipotong dan dicacah

  43

  5.35. Praktek tanaman bayam dicelupkan di larutan pewarna dan tidak untuk melihat perubahan warna pada jaringan pengangkut

  42

  5.36. Penagamtan perubahan warna pada batng dan daun tanaman bayam

  42

  5.37. Praktek pengamatan jaringan tanaman dengan tanaman bawang merh sebagai contoh

  42

  5.38. Persapan dan pPengisian botol plastic dengan tanah dengan komposisi campuran bahan organic berbeda

  43

  5.39. Pengamatan kecepatan menentes air dari tanah dengan komposisi yang berbeda untuk mengetahui kemampuan tanah dalam memegang air

  5.40. Persiapan botol diisi dengan komposisi tanah berbeda

  5.34. Bahan pestisida organic yang siap untk disimpan dalam kondisi an=aerob kudian diperas setelah diperam dalam 2 hari

  44

  5.41. Pemasangan balon diatas tutup botol

  44

  5.42. Pengamatan terhadap kecepatan balon kemps yang menunjukkan tinggi rendahnya aerasi dalam tanah dengan komposisi berbeda

  45

  5.43. Penggunaan rumput sebagai mulsa

  46

  5.44. Penggunaan sisa pertanaman kacang tanah sebagai mulsa

  46

  5.45. Pengamatan adanya seragan hama dan atau penyakit pada pertanaman bawang

  41

  41

  37

  5.27. Pengolahan lahan praktek baik lahan untuk lahan biasa dan lahan mikir

  5.22. Bahan yang sudah dicacah dimasukan dalam ember yang mempunyai tutup

  37

  5.23. Ditambahkan urine sapi, gula air, dan R1M untuk kemudian ditutup selama 1 bulan

  37

  5.24. Pupuk organic cair yang telah jadi kemudian diperas untuk mendapatkan cairan hasil extrak

  37

  5.25. Pembersihan lahan untuk praktek pengolahan dan penanaman

  38

  5.26. Pembuatan bedengan lahan praktek

  38

  38

  5.33. Semua bahan diaduk merta kemudian disimpan selama 1 hari ditempat gelap

  5.28. Penanaman pada benedenag lahan mikir yang telah diberi pupuk organik

  38

  5.29. Pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang merah pada kelompok tani berbeda

  39

  5.30. Pengmatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman Lombok dalam praktek agroekosistem

  40

  5.31. Bahan sumber pestisida organic diccacah untuk memudahkan proses fermentasi oleh mikroorganisme

  40

  5.32. Penambahan air cucian beras sebagai sumber mikroorganisme, kemudian ditambahkan gula air

  40

  48

  5.46. Pengamatan gulma yang tumbuh dan berkembang pada pertanaman utama yangdiusahakan

  71

  5.62. Bahan briket yang telah jadi dicampur dengan anji sebagai perekat

  57

  5.63. Bahan yang telah dicampur kanji kemudian dicetak

  57

  5.64. Hasil cetakan briket yang siiap dikeringkan

  57

  5.65. Praktek perbaikan daya ikat air dan prinsip dasar irigasi tetes

  61

  5.66. Praktek membandingkan daya tukar kation pada bagian tanaman yang berbeda

  61

  5.67. Sistem irigasi tetes dan pemulsaan pada pertanaman Lombok di kelompok tani Deal Kollo

  5.68. Sistem irigasi tetes dan pemulsaan pada pertanaman Lombok dikelompok tani Gemilang

  5.61. Hasil bakaran yang telah jadi

  71

  5.69. Pupuk cair yang telah mengalami fermentasi selama 40 hari diperas dan disaring untuk mendapatkan extraknya

  75

  5.70. Hasil ekstrak kemudian di simpan dalam jirigen

  75 5.71. . Aplikasi pupuk cair hasil ekstrak disekitar tanaman pada umur 35 hari setelah dilapangan

  75

  5.72. Kondisi plot praktek penggunaan pupuk organic cair berbahan baku tanaman lokal

  75

  5.73. Mahasiswa mempresentasikan hasil penelitiannya pada wakil dari kelompok tani

  77

  5.74. Sebagian peserta worksop ditingkat desa yang diwakili oleh beberpa anggota kelompok tani di desa Uiboa, Uithiuhana, dan Akle

  57

  57

  48

  53

  5.47. Farmer Field Day yang dilaksanakan di desa Akle diikuti oleh petani kelompok dan bukan kelompok, PPL, Tim dari pandu Lestari, Undana, dan aparat desa

  51

  5.48. Farmer Field Day di desa Uiboa dengan melihat lahan contoh oleh kelompok tani dan diskusi tentang kelebihan dan kekurangan hasil Sekolah Lapangan yang dipraktekan di lahan mikir, difasilitasi oleh Tim Pandu Lestari, Field dan Undana

  52

  5.49. Bapak Camat Semau Selatan membuka acara workshop sekaligus bertindak sebagai nara sumber

  53

  5.50. Peserta pengikut workshop terdiri atas beberapa wakil dari kelompok tani, masyarakat, petugas PPL, aparat kecamatan,dan kelompok tamu dari Timor Tengah Selatan

  53

  5.51. Ketua kelompok yang memaparkan hasil kegiatan sekolah lapangan di masing masing kelompok

  53

  5.52. Ketua kelompok Gemilang memaparkan hasil kegiatan yang telah dilakukan di kelompoknya

  5.53. Sekretaris kelompok Karya Nyata memaparkan hasil kegiatan yang telah dilakukan di kelompoknya

  5.60. Bahan briket berupa jerami padi dibakar dengan sistem pemanasan uap

  53 5.54. . Ketua kelompok Nuleka memaparkan hasil kegiatan yang telah dilakukan di kelompoknya

  53

  5.55. Kompor alternative berbahan bakar rumput kering

  56

  5.56. Kompor alternative berbahan bakar daun tanaman yang kering

  56

  5.57. Kompor alternative berbahan bakar sekam padi

  56

  5.58. Uji kemampuan daya bakar masing masing sumebr bahan bakar sisa tanaman

  56

  5.59. Awal pembuatan briket

  57

  77

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Secara konseptual pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan adalah bagaimana mengelola secara maksimal potensi yang ada sesuai dengan peruntukan dan daya dukungnya dengan memperhatikan semua komponen lingkungan terkait dan berusaha meminimumkan kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan akibat pengelolaan tersebut. Kegiatan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan ini dilakukan secara berksinambungan dengan proses dan dinamika yang dapat menampung dinamika perkembangan dan perubahan kondisi sosial-ekonomi dan sosial-budaya masyarakat pengguna serta mampu mengantisipasi potensi konflik kepentingan dan konflik pemanfaatan wilayah lautan, pesisir,dan daratan baik yang bersifat horisontal maupun vertikal. Dengan konsep ini diharapkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan dapat dilakukan secara holistik, terintegrasi, dan terpadu (Soetedjo, 2004)

  Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara arif dengan memperhatikan perubahan yang terjadi pada semua komponen lingkungan terkait akan memberikan manfaat lebih bagi pengelola. Keuntungan dan kerugian dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam tersebut akan sangat tergantung pada presepsi masyarakat dalam memelihara dan menjaga keseimbangan semua komponen lingkungan terkait. Secara konseptual pengelolaan sumberdaya alam di wilayah pegunungan, daratan, dan wilayah pesisir harus dilakukan secara Holistik dan berkesinambungan dengan proses dan mekanisme yang mampu menampung dinamika perkembangan dan perubahan sosial-budaya dan kondisi sosial-ekonomi pengelola wilayah tersebut. Satu hal juga harus diperhatikan secara konseptual dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan adalah kemampuan pengelola yang mampu mengantisipasi potensi konflik kepentingan dan konflik pemanfaatan baik secara vertikal dan horisontal. (Soetedjo, 2004 dan 2005)

  Pada aras praktikal ternyata kaidah kaidah pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara lestari dan berkesinambungan sulit diwujudkan terutama bila terkait pada perubahan komponen sosial-ekonomi dan sosial-budaya masyarakat pengelola. Hal ini terjadi karena perencanaan, pemanfaatan, dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan dilakukan secara parsial, kurang memperhatikan keterkaitan semua komponen lingkungan terkait, dan bersifat monosektoral (Awang, 1999). Mengacu pada hal tersebut, maka Yayasan Pandu Lestari bekerjasama dengan Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana, dan Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI) sejak tahun 2005 sampai 2007 telah melakukan kegiatan secara holistik pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan di pulau Semau dengan menganalisa semua komponen lingkugan terkait (geofisik, biologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat) untuk menggali potensi yang dimiliki dan dapat dikembangkan sampai pada kendala-kendala yang akan timbul dalam proses pengelolaansumberdaya alam dan lingkungan di pulau Semau khususnya di tiga desa pewakil yaitu desa Akle, Uithiuhana, dan desa Uiboa yang mewakili wilayah pantai, daratan, dan pegunungan. Salah satu tujuan kegiatan ini adalah mencari dan mengembangkan sumber energi terbarukan pada skala pedesaan yang mampu membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan energi pada rumah tangga mereka seperti pelita, kompor, penggerak motor disel dll.kegiatan ini akan dapat tersentuh dengan sendirinya oleh masyarakat setempat bila kebutuhan utama mereka yaitu pangan dapat terpenuhi secara lestari. Olehkarena itu pada tahap awal kegiatan ini bersama sama dengan mahasiswa pertanian dan kesehatan masyarakat Universitas Nusa Cendana berusaha menggali permasalahan utama secara tehnis pengelolaan usahatani yang dilakukan oleh masyarakat di ketiga desa tersebut. Hasil temuan mahasiswa tersebut kemudian didiskusikan dengan masyarakat. Kegiatan ini kemudian ditindak lanjuti dengan model sekolah lapangan cepat dalam menganalisa kondisi usahatani masyarakat, pengelolaaanya, sampai kemungkinan pemecahan masalahnya dilapangan. Pada kegiatan ini pembimbing mahasiswa dan tim Pandu lestari berperan secara aktif bersama sama dengan masyarakat. Hasil kegiatan tersebut ternyata harus ditindak lanjuti dengan pelaksanaan langsung kegiatan usaha yani sejak persiapan lahan sampai pada pemanfaatan dan pengelolaan hasil panen. Untuk mendukung kegiatan ini, maka perlu dibentuk kelompok yang akan mengelola kebun kelompok sebagai kebun contoh bagi anggota kelompok dan masyarakat sekitranya cara pengelolaan usahatani yang benar. Kegiatan ini difasilitasi oleh pak Mino dari LPTP Solo dan tim Pandu Lestari. Hasil kegiatan pengembangan kelompok ini adalah rumusan rencana kerja yang akan dilakukan oleh kelompok yang telah terbentuk dan mewakili hampir semua golongan yang ada di desa pewakil tersebut seperti petani tanaman pangan, sayuran, pedagang, wanita, pemuda, dan staf desa. Beberapa rumusan rencana kegiatan kelompok tersebut antara lain perbaikan persiapan lahan, pemeliharaan tanaman (penggunaan pestisida,pupuk, dan air), penanganan lepas panen, pemasaran. Kelompok juga menginginkan adanya tehnologi kerakyatan yang mampu mengangkat air dari dalam tanah, tehnologi penyiraman yang sederhana dan efisien, pembuatan pupuk dan pestisida organik, pembuatan energi pengganti kayu bakar, dan pemanfaatan sisa panen sebagai sumebr enrgi pembakaran.

  Untuk mendukung hal tersebut, maka pada tahap awal kegiatan yang telah dirumuskan oleh kelompok tersebut maka tim Pandu Lestari berusaha menyusun skala prioritas yang harus dilakukan pada musim tanam ini. Kegiatan yang akan direncanakan adalah mengacu pada hasil analisa awal tim Pandu Lestari, mahasiswa Undana, dan rumusan rencana kerja yang telah dibangun oleh kelompok. Pada kegiatan ini akan dikonsentrasikan terutama pada penyiapan lahan, dan pengelolaan tanaman (pestisida, pupuk, air), penanaman tanamam jarak sebagai salah satu sumber energi terbarukan yang diinteraksikan dengan usahatani kelompok, pengenalan sumber energi terbaruka yang lain, memperkenalkan tehnologi pengenagkatan dan pemanfaatan air sederhana. Kegiatan ini direncanakan akan terus dapat dievaluasi dan dimonitioring sebagai bahan perbaikan pada kegiatan mendatang yang berinteraksi dengan kegiatan lain. Dengan kegiatan yang dilakukan secara berkesinambungan ini diharapkan tujuan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan serta pengembangan sumber energi terbarukan berbasis masyarakat di pulau Semau dapat berkesinambungan dan lestari.

II. PERUMUSAN MASALAH

  Hasil kegiatan Riset Kompetitif Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan di pulau Semau khususnya di desa Akle, Uithiuhana, dan Uiboa menunjukkan bahwa petani di desa pewakil mengelola usahataninya berdasarkan pada pengetahuan yang mereka miliki dan tergantung besar sekali pada kondisi lingkungan yang mempengaruhi usaha tani mereka. Misalnya dalam mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman, mereka hanya melihat jenis serangan tersebut berdasarkan pengalaman yang mereka dapatkan dari pengetahuan sebelumnya tanpa melihat lebih detail penyebab serangan tersebut apakah hama atau penyakit. Sehingga kesalahan mengidentifikasikan hama dan penyakit tersebut berpengaruh pada ketidaktepatan dalam usaha pengendalian serangan tersebut. Hal tersebut diperburuk dengan penggunaan jenis pestisida dan dosis yang digunakan tidak tepat bahkan cenderung berlebihan. Hal ini berakibat kecenderungan meningkatnya kekebalan hama penyakit tersebut terhadap penggunaan pestisida tertentu.

  Hal yang sama terjadi pada penggunaan pupuk. Petani justru terus meningkatkan jumlah penggunaan pupuk untuk meningkatkan produksi tanaman mereka walaupun daya dukung lahan dan komponen ikutan lain sudah menurun. Hal berpengaruh pada peningkatan ketergantungan pada pemakaian pupuk an-organik yang justru akan berdampak buruk pada keseimbangan lingkungan lahan.

  Pemakaian air untuk usaha tani sayuran cenderung kurang efektif dengan penggunaan air yang berlebihan pada kondisi lingkungan yang justru memerlukan efesiensi penggunaan air. Mereka beranggapan bahwa dengan pemberian air tersebut tanaman akan tumbuh subur. Semakin menurunnya daya dukung lahan khususnya dan lingkungan umumnya berpengaruh pada pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat.

  Hasil penelitian mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat menunjukkan bahwa rerata penduduk di desa pewakil tergolong mempunyai nilai gizi buruk dan pendapatan petani yang sangat rendah. Kebutuhan rumah tangga mereka tergantung pada hasil pertanian secara luas (tanaman pangan, perkebunan, perikanan) dan pemenuhan energi keluaga tergantung pada pengumpulan kayu bakar dari hutan serta pembelian minyak tanah yang cenderung memberatkan ekonomi keluarga.

  Hasil penelitian mahasiswa yang kemudian disosialisasikan kemasyarakat dan ditindaklanjuti dengan sekolah lapangan cepat difasilitasi dosen dosen ilmu Hama Penyakit Tanaman, Sosial-ekonomi Pertanian, Ilmu Tanah, Agronomi, dan Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana mampu memberikan kesegaran dan penambahan wawasan pengelolaan usahatani dengan benar dan pemanfaatan sumberdaya alam sebagai salah satu energi terbarukan.

  Untuk mendukung model sekolah lapangan tersebut terutama dalam menyusun kegiatan berikutnya, maka dibentuklah kelompok yang beranggotakan masyarakat yang mewakili kepentingan petani, pedagang, wanita, pemuda, dan pemerintahan. Setiap kelompok terdiri atas 15 orang dan setiap desa dibentuk 2 kelompok. Dengan fasilitasi dari Field Jakarta dan Pandu Lestari kelompok kelompok tersebut berdiskusi untuk merencanakan dan merumuskan kaji tindak perbaikan pengelolaan usahatani dan penggunaan energi

  

terbarukan berbasis masyarakat melalui bentuk sekolah lapangan yang akan dibangun pada lahan kelompok.

  Prinsip dasar sekolah lapangan yang akan dibangun adalah proses belajar petani langsung dilapangan dari mengenal kondisi lingkungan yang mempengaruhi sistem usahataninya sampai pada kemandirian petani dalam mengambil keputusan pengelolaan usaha taninya berbasis lingkungan. Dalam proses pembelajaran hubungan antara pemandu dan petani bukan sebagai guru dan murid tetapi lebih sebagai rekanan dalam proses alih informasi dan tehnologi. Diperlukan kebun kelompok yang berfungsi sebagai media untuk belajar. Keberhasilan dalam proses pembelajaran ini sangat tergantung pada partisipasi aktif dari semua anggota kelompok terutama dalam membangun kebersamaan dalam dalam suatu model untuk menyusun suatu program kegiatan dan jai tindaknya.

  Mengacu pada permasalahan usaha tani di beberapa desa pewakil yang cenderung menurun dan model sekolah lapangan yang akan dibangun, maka pengelolaan usahatani secara berkelanjutan harus dilakukan secara bertahap mulai dari pembenahan kelompok dan anggota kelompok, pengenalan lingkungan yang mempengaruhi sistem usahatani yang dilakukan, penentuan objek tertentu yang akan dilaksanakan sebagai prioritas utama oleh kelompok sampai pada pembangunan kegiatan pendukung usaha tani seperti pemenuhan energi rumah tangga dari sumber yang terbarukan.

  Program kegiatan kaji tindak harus dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan dengan monitoring dan evaluasi secara partisipatif oleh semua anggota kelompok untuk dapat mengetahui keunggulan, kelemahan, kendala-kendala, dan kemungkinan perbaikan dan pengembangannya. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara bertahap dengan tataurutan yang jelas diharapkan perbaikan usaha tani dan pengembangan energi terbarukan khususnya dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara lestari dapat tercapai. Pada kurun waktu tertentu diharapkan perbaikan kondisi sosial-ekonomi dan sosial-budaya masyarakat akan dapat dibangun dan dilestarikan berdasarkan pengetahuan dan ketrampilan mereka, daya dukung lingkungan terperbaiki, dan keanekaragaman hayatipun akan dapat diperbaiki.

  

2.1. Usulan intervensi kegiatan oleh kelompok masyarakat berdasarkan masalah pertanian di masing-

masing desa

  2.1.1 Desa Akle

  2.1.2. Kelompok Tani Nuleka Kelompok tani ini merencana kegiatan pada usahatani lombok, kacang tanah, dan rumput laut. Pada usaha tani lombok dan kacang tanah mereka ingin mengetahui, mempraktekan secara benar persiapan bahan tanam, persiapan lahan, pengelolaan tanaman dilapangan (pemupukan, pengidentifikasian dan pengendalian hayati hama, penyakit, gulma), dan penangan pasca panen.

  Usaha tani rumput laut yang merupakan matapencaharian tambahan selama musim panas lebih mefoukskan pada awal kegiatan ini adalah permilihan bibit, persiapan bibit, tehnik pembudidayaan, dan pengendalian penyakit ais-ais

  2.1.3. kelompok Tani Mekarsari Kelompok tani ini merencanakan kegiatan pada usaha tani lombok, bawang merah dan mereka berusaha untuk dapat memperoleh tehnologi mencari sumber air dan mengelola air secara efisien. Usahatani lombok dan bawang merah pada awal kegiatan ini mereka ingin mengetahui dan mempraktekan secara benar mulai dari persiapan bahan tanam, persiapan lahan, pemeliharaan tanaman sampai pengelolaan pasca panen

  2.2.1. Desa Uithiuhana

  2.2.2. Kelompok Sehati Kelompok tani sehati merencanakan kegiatan usaha tani jagung, ubikayu, dan lombok. Mereka juga ingin mengembangkan tanaman jarak yang berinteraksi dengan usahatani yang mereka lakukan yang nantinya digunakan sebagai sumber energi rumah tangga, disamping lontar dan sisa hasil panen.

  Seperti halnya pada kelompok tani yang lain pada dasarnya meraka ingin mengetahui dan sekaligus mempraktekan budidaya tanaman pangan dan sayuran dari persiapan bibit, lahan, pemeliharaan (identifikasi hama penyakit, gulma dan cara pengendaliannya, pemakian pupuk yang tepat), dan penanganan pasca panen .

  Pengusahaan tanaman jarak dilakukan sebagai tanaman sisipan, namun mereka belum mengetahui tehnologi budidayanya yang tepat, pengolahan hasil panen untuk bahan bakar kompor atau motor disel dll. Pada tanaman lontar mereka ingin memperbaiki tehnologi penyulingan nira lontar untuk menjadi gasohol sebagai bakar bakar kompor. Kelompok ini juga tertarik untuk memanfaatkan sisa panen dan bahan buangan organik lain sebagai sumber energi pembakaran

  2.2.3. Kelompok Tani Dael Kollo Kelompok tani ini juga ingin memperbaiki pola pembudidayaan tanaman jagung, ubi, kacang tanah, lombok, dan bawang merah. Mereka berharap dapat mempelajari sekaligus mempraktekan secara benar tehnik budidaya tanaman tersebut, dan dengan memanfaatkan bahan dasar lokal untuk melaksanakan pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit secara hayati. Namun pada kegiatan awal ini mereka ingin mempelajari penentuan dosis, cara dan waktu aplikasi yang tepat pada kegiatan pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit.

  Kelompok tani ini juga ingin membudidayakan tanaman jarak dengan pola tanam yang benar serta pengelolaan panen jarak sebagai sumber energi atau bahan organik. Hal yang sama dengan kelompok tani sehati, mereka juga ingin memperlajari sekaligus mempraktekan proses penyulingan nira lontar menjadi gasohol dan diolahsebagai bahan bakar kompor. Kelompok ini juga ingin mempelajari pemanfaatan sisa panen sebagai sumber energi bakar.

2.3.1 Desa Uiboa

  2.3.2. Kelompok Tani Karya Nyata Kelompok tani ini juga ingin memperbaiki pola usahatani tanaman jagung, ubikayu, dan kacang tanah selama musim tanam tahun 2007-2008. hasil diskusi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa perbaikan pola usahatani yang akan dilakukan adalah persiapan bahan tanam, persiapan lahan, pemeliharaan tanaman, dan penanganan pasca panen. Pemeliharaan yang ingin mereka pelajari sekaligus dipraktekan bersama sama dengan anggota kelompok adalah penentuan dosis penggunaan pupuk, pemilihan jenis pupuk, waktu dan cara aplikasinya. Pengendalian hama dan penyakit lebih difokuskan pada pemilihan jenis pestisida ramah lingkungan, dosis, cara dan waktu aplikasi yang tepat.

  Kelompok ini memperioritaskan pula pembelajaran cara mendapatkan air dengan tehnologi sederhana, mengelola air sesuai dengan kebutuhan tanaman dengan tehnologi yang sederhana pula. Sepertihalnya pada kelompok tani yang ada di desa Uithiuhana masalah kebutuhan energi rumah tangga (kompor) juga menjadi salah satu rencana kegiatan kelompok yaitu penanaman jarak pagar, pengolahan sopi menjadi gasohol, pemanfaatan sisa tanaman sebagai bahan bakar, dan pemanfaatan kotoran sapi sebagai biogas.

  2.3.3. Kelompok Tani Gemilang Rencana kegiatan yang disusun oleh kelompok tani Gemilang pada dasarnya sama dengan rencana kerja yang akan dilakukan oleh kelompok tani Karya Nyata. Kegiatan yang disusun adalah memperbaiki dan sekaligus mempraktekan dilapangan bersama sama semua angota kelompok dan tim Pandu lestari dalam mengelola usaha tani tanaman jagung, kacang tanah, ubikayu, lombok yang benar dan berwawasan lingkungan terutama yang berhubungan dengan pemilihan dan cara aplikasi pupuk dan pestisida serta penanganan lepas panen.

  Kelompok ini juga merencanakan kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan tanaman jarak pagar, kotoran sapi, dan sisa hasil panen yang tidak termanfaatkan sebagai sumber energi bakar untuk konsumsi rumah tangga. Kegiatan ini merupakan kegiatan pendukung perbaikan pengelolaan usahatani yang mereka lakukan saat ini

III. TAHAP DAN STRATEGI PELAKSANAAN

  Mengacu pada latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijabarkan maka rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada kegiatan musim tanam 2007-2008 merupakan kegiatan yang pada dasarnya akan mengakomodasi kepentingan kelompok dengan skala prioritas yang harus dilaksanakan pada musim tanam ini. Namun sebagai langkah awal kegiatan, maka perbaikan kapasitas kelompok perlu dilakukan lebih dulu agar kesamaan nilai kepentingan kelompok dapat terorganisasikan dengan baik dan keberlanjutan kelompok dapat diharapkan.

  Ada 2 strategi pelaksanaan yang akan direncanakan yaitu :

  3.1. Sekolah lapang

  3.2. Kajian model pengelolaan pertanian terpadu

3.1. Sekolah lapangan

3.1.1. Pendekatan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan sekolah lapangan

  Sekolah lapang difasilitasi jaringan FIELD yang akan memulai program sekolah lapang dengan training TOT untuk petani lokal wakil dari kelompok dari desa-desa pewakil. Selain itu forum ini juga mengikutsertakan staf UNDANA untuk memperkaya pengetahuan bagi civitas akademis dalam kegiatan pertanian berbasis masyarakat.

  Training TOT dipandu 2 orang fasilitator dari FIELD selama 6 hari di lakukan di desa. Dalam TOT ini akan dijaring calon petani pemandu lokal untuk dilatih dalam sekolah lapang pertanian. Selain itu dalam training TOT ini juga akan dilakukan Sustainable Livelihood Analysis yang mendiskusikan segala kebutuhan pengembangan program terkait masalah pertanian setempat dan menjadi fokus dalam pelatihan Sekolah lapang yang akan dilaksanakan secara bertahap selama 2 bulan.

  Tujuan peyelenggaraan Sekolah Lapangan Usaha Tani Lestari dan Energi Terbarukan (SLUTLET) di Semau adalah :

  a. Meningkatkan kemampuan petani dalam pengelolaan usaha tani sehingga mampu meningkatkan produktifitas lahan dan pendapatan b. Menjadikan aktivitas sekolah lapang sebagai wadah belajar yang efektif antar kelompok agar masing- masing kelompok tani di desa dapat saling memberikan pengalamannya dalam pengelolaan tani berkelanjutan. c. Mengembangkan sains petani dalam rangka meningkatkan rangka pengetasan potensi lokal dan menumbuhkan kemampuan petani dalam menemukan teknologi budidaya tanaman sesuai dengan karakteristik komponen lingkungan setempat

  d. Meningkatkan pengetahuan petani dalam hal menemukan teknologi terbarukan untuk mengatasi keterbatasan sumber energi di ruma tangga petani.

  Untuk mencapai tujuan tersebut peserta sekolah lapangan berperan aktif sebagai subyek belajar untuk meningkatkan penyadaran kesadaran akan masalah sesungguhnya yang sedang dihadapi, melalui :

  • Identifikasi dan analisis permasalahan petani melalui kegiatan SLA (Sustainanble Livelihoods Assessment) oleh masayarakat.
  • Mengembangkan perencanaan oleh masyarakat dan keluarga dalam hal pemecahan masalah budidaya tanaman, air da energi
  • Mengembangkan prinsip-prinsip sains petani petani untuk meningkatkan keanekaragaman hayati, pengelolaan potensi lokal dan mendorong terciptanya teknologi tepat guna oleh masyarakat.
  • Meningkatkan sikap kritis, kerjasama petani dalam hal pengembilan keputusan untuk mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi oleh mereka.
  • Membangun dinamika dan nilai-nilai dalam pengembangan kemandirian petani / msayarakat
  • Mengembangkan pendidikan orang dewasa kritis / belajar dari pengalaman bagi masarakat

3.1.2. Prinsip Dasar Pelaksanaan SL

  1. Lahan (kebun dan pekarangan) dan sosial budaya (social culture) merupakan sarana belajar utama peserta.

  2. Cara belajar lewat pengalaman dan mengembangkan sistem aksi dan refleksi

  3. Tempat belajar diruang terbuka dan dekat dengan lahan praktek

  4. Mengembangakan perencanaan dari bawah ( waktu, peserta dan materi seluruhnya ditentukan bersama antara peserta dan fasilitator/pemandu latihan)

  5. Dalam SL tidak ada guru dan murid yang ada adalah warga belajar, dan kegiatan dipandu oleh 1 atau 2 orang fasilitator, yang berfungsi sebagai pelayan dan pelancar aktivitas belajar peserta atas pengalaman mereka sendiri.

  6. Pelaksanaan kegiatan SL terbagi atas 3 tahap : Perencanaan melalui penelusuran SLA, pelaksanaan (aksi) dan FFD (untuk mendapatkan dukungan dalam kegiatan tindak lanjut baik masyarakat lainya maupun fihak terkait)

  7. Jumlah peserta dalam 1 SL adalah antara 15 - 25 orang, komposisi peserta perempuan dan laki-laki disesuaikan dengan hasil analisis peran perempuan dan laki-laki dalam hal pengelolaan ekosistem dan energi, namun demikian untuk memberikan peran yang besar kepada perempuan makin baik jika peserta terdiri dari laki dan perempuan masing-masing 50 %

  8. Dalam satu putaran SL terdiri dari 16 kali pertemuan : 6 kali pertemuan adalah perencanaan (SLA) dan 10 kali pertemuan untuk kegiatan tindak lanjut .

  3.1.3. Daur Belajar

  Kegiatan belajar peserta dilakukan dengan proses “Daur Belajar dari Pengalaman” ini merupakan proses belajar yang alamiah yang sengaja dituangkan dalam setiap kegiatan latihan. Adalah sebagai berikut :

  3.1.4. Kegiatan Harian Sekolah Lapangan

  1. Pengamatan Agroekosistem / sosial budaya setempat / sumber-sumber energi lokal l

  2. Diskusi kelompok

  3. Presentasi dan Pengambilan keputusan

  4. Dinamika kelompok

  5. Topik khusus (materi yang berhubungan dengan budidaya tanaman, pengelolaan air dan energi)

  6. Evaluasi harian

  3.1.5. Pemandu Kegiatan SL pada musim pertama dipandu oleh pemandu dari FIELD sambil mempersipakan calon pemandu yang sudah mengikuti kegiatan TOT, setelah selesai SL calon pemandu melanjutkan TOT dengan tekanan pada penguatan kepemanduan dan penyusunan kurikulum SL, pada kegiatan tindak lanjut dan seterusnya maka kegiatan akan dipandu petani pemandu setempat.

  3.1.6. Lahan Belajar Peserta

  Kebutuhan lahan belajar (lahan studi), lahan yang diperlukan untuk kegiatan tersebut adalah lahan yang dikelola oleh kelompok (dikelola bersama ) luas lahan yang dibutuhkan kurang lebih 1.000 m2 dan lahan pekarangan masing-masing peserta, kebutuhan untuk lahan pekarangan peserta adalah agar seluruh peserta dapat mempraktekan hasil-hasil diskusi dan keputusan kelompok di lahan pekarangan peserta selain menerapkan dilahan studi kelompok, luas lahan pekarangan yang digunakan tergantung kesiapan peserta.

  3.1.7. Waktu Penyelenggaraan SL Sekolah Lapangan dilaksanakan pada Pebruari – Juli 2008, jumlah pertemuan 18 kali pertemuan.

  Kegiatan terbagi dalam dua bagian yaitu tahap perencanaan (SLA) selama 5 kali pertemuan dilaksanakan 2 kali dalam satu minggu. Kegiatan aksi dilaksanakan 12 kali pertemuan satu minggu sekali sedang hari pertemuan ditentukan bersama sesuai keputusan, dan 1 hari Farmers Field Day

  3.1.8. Famers Field Day

  Pada akhir penyelenggaraan Sl dilaksanakan Farmer Field Day (FFD), waktu pelaksanaan 1 hari, dalam kegiatan ini peserta dapat melakukan pameran meliputi : proses belajar, hasil-hasil kegiatan, dan teknologi yang ditemukan selama SL, selain itu peserta melakukan presentasi dan dialog dengan para tamu undangan, peserta yang hadir kurang lebih 35 orang, terdiri dari masyarakat yang belum mengikuti SL, aparat setempat, desa, Kecamatan dan peserta SL. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Juni 208

  Selain itu tujuan strategis lainnya yang ingin didapatkan dengan adanya pelatihan TOT, SLA dan Sekolah Lapang adalah :

  1) Pembenahan kelompok untuk memperkuat kebersamaan kelompok dalam mengelola usahatani dilahan kelompok sebagai media pembelajaran dan bagian dari sekolah lapangan yang akan dialihkan ke kebun masing masing

  2) Memperbaiki karakter anggota kelompok agar mempunyai kepentingan dalam berkelompok sehingga tercipta komunikasi bersama secara partisipatif bagi semua anggota

  3) Melaksanakan proses analisis agro-ekosistem barsama kelompok untuk mengetahui mengidentifikasi, dan mampu menganalisa variabel lingkungan yang berpengaruh secara langsung dan tak langsung terhadap usahatani mereka khususnya, dan perubahan lingkungan lain dalam interaksinya dengan pengelolaan sumberdaya alam dan perubahan komponen lingkungan yang lain. Kegiatan ini akan dilaksanakan secara mingguan selama musim tanam. 4) Mengajak anggota kelompok bersama sama dalam kelompok secara partisipatif menemukan sendiri permasalahan perubahan lingkungan yang berkaitan dengan usahataninya, berusaha berdiskusi untuk menentukan kaji tindak pemecahan masalah berdasarkan pengetahuan dan ketrampilan lokal, dan anggota kelompok secara partisipatif secara bersama-sama dapat menyusun rencana kegiatan perbaikan masalah yang terjadi. 5) Melaksanakan kegiatan yang bertujuan untuk membangun dinamika kelompok terutama yang berhubungan dengan kerjasama tim dalam kelompok, penguatan kelompok dan menjaga motivasi kelompok, dan membantu memunculkan nilai ketrampilan anggota kelompok dalam mengorganisasikan usahataninya. 6) Melaksanakan kegiatan alih tukar informasi ke kelompok yang lain sebagaian bagian penyebarluasan informasi yang diperoleh oleh setiap anggota kelompok. Kegiatan ini diharapkan pula akan memacu tumbuhnya kelompok baru dalam pengelolaan usaha tani secara bersama-sama. 7) Kegiatan tambahan dilakukan terutama untuk memperbaiki kebutuhan energi keluarga yang bersumber dari sisa hasil pertanian yang tidak digunakan.

  Dalam kegiatan sekolah lapangan tersebut, maka hasil penjajagan dalam pengelolaan pertanian yang dilakukan oleh kelompok di 3 desa pewakil dikemas dalam konsep pertanian terpadu dan pengelolaan sumberdaya tanah dan air secara lebih efisien. Konsep ini juga merupakan strategi adaptasi dari kemungkinan dampak perubahan iklim atau masalah keterbatasan air (ketersediaan dan distribusinya) yang saat ini dirasakan oleh masyarakat.

3.2. Kajian Model pengelolaan Pertanian Terpadu

3.2.1. Rancangan Model atau Konsep yang diusulkan

  Konsep pertanian terpadu yang dirancang pada dasarnya adalah memperbaiki produksi tanaman pangan sebagai sumber pangan keluarga, dipadukan dengan tanaman yang mampu memperbaiki kondisi fisik dan kimia lahan, tanaman yang dapat dimanfaatkan selama musim kering sebagai bagian ketahanan pangan keluarga, tanaman yang diharapkan mampu meminimumkan serangan hama dan penyakit, dan tanaman yang mampu berfungsi sebagai salah satu sumber energi keluarga.

  Pada musim tanam 2007-2008 pengelolaan usahatani terpadu dikonsentrasikan pada jenis tanaman yang selama ini diusahakan oleh masyarakat dengan memperbaiki pola tanam yang sudah ada dengan mengacu pada kaidah konservasi lahan dan air. Pada semua pola tanam yang ditawarkan akan dipraktekan pula cara-cara persiapan lahan yang benar, pemilihan bibit yang benar, penanaman, pemeliharaan tanaman (penggunaan pupuk, pestisida untuk hama, penyakit, dan gulma), panen, dan penanganan lepas panen. Beberapa pola tanam yang akan dipraktekan antara lain:

  1) Pola tanam petani antara tanaman jagung dan kacang tanah di tanam secara tunggal 2) Pola tanam berbaris dimana 2 baris tanaman jagung diselingi dengan 5 baris tanaman kacang tanah dan tanaman ubi kayu ditanam 2 baris mengelilingi kedua tanaman tersebut. Model tanam yang dikembangkan adalah model tanam aditif

  3) Pola tanam strip, dimana tanaman jagung ditanam pada baris sendiri, tanaman kacang tanh pada baris sendiri, sedangkan tanaman ubikayu ditanam pada baris terluar dari kedua tanaman tersebut. Model tanam yang dikembangkan adalah model tanam aditif

  Tanaman kacang tanah disamping sebagai sumber pangan keluarga dapat berfungsi sebagai tanaman yang diharapkan mampu memperbaiki kondisi kimia lahan terutama ketersediaan unsur hara Nitrogen. Tanaman ubikayu merupakan tanaman yang tahan pada musim kering sehingga mampu menunjang ketahan pangan keluarga terutama pada musim kering dan tanaman ini mampu meminimumkan siklus serangan hama dan penyakit pada tanaman jagung dan kacang tanah bila ditanam dengan pola yang tepat.

  Sebagai tanaman konservasi lahan digunakan tanaman jarak pagar dan lamtoro yang ditanam sebagai pagar lahan yang akan berfungsi sebagai sumber bahan organik, pakan ternak untuk lamtoro pada sistem peternakan semi intensif, jarak pagar mampu mencegah ternak untuk masuk kedalam kebun, dan tanaman jarak dapat dimanfaatkan pula sebagai salah satu sumber energi terbarukan. Sumber energi terbarukan lain yang akan digunakan sebagai bahan bakar kompor adalah sisa panen dari tanaman jagung (daun dan dan klobot jagung), daun kacang tanah, dan guguran daun yang lain.

Dokumen yang terkait