KONTRIBUSI PEMILIKAN MODAL MAYA (VIRTUAL CAPITAL OWNERSHIP) DAN PENGUATAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KEBERLANGSUNGAN USAHA (VIABILITY): Studi Usaha Kecil dan Menengah di Kota Mataram

  

Juni 2018

e-issn : 2548-3919

KONTRIBUSI PEMILIKAN MODAL MAYA (VIRTUAL

  

KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP

KEBERLANGSUNGAN USAHA (VIABILITY):

Studi Usaha Kecil dan Menengah di Kota Mataram

  1

  2

  3 Abdul Aziz Bagis, Surati dan Santi Nururly Abstrak

  Penelitian ini bertujuan menjelaskan, bahwa suatu perusahaan bisnis, semestinya berusia panjang sehingga dapat dinikmati oleh generasi generasi yang akan datang. Membangun keberlangsungan suatu bisnis (viability), di era yang bergejolak dewasa ini, memerlukan kekuatan utama yang bersumber dari para pengelolanya, yang berbentuk modal maya (virtual capital). Bagaimanapun juga dukungan dari luar tetap diperlukan untuk menguatkan kontribusi pemilikan modal maya, utamanya dari Pemerintah Pusat dan Daerah yang dibukikan dalam kebijakan yang berpihak bagi perkembagan usaha kecil dan menengah di Indonesia. Untuk itu pemetaan dan pengkajian difokuskan pada usaha kecil dan menengah di wilayah Mataram yang telah berusia di atas dua puluh tahun masa operasi. Keberlangsungan usaha kecil dan menengah yang memiliki usia operasi yang panjang, dengan bertumpu modal intelektual, modal sosial (net-working) dan modal kredibilitas para pelaku itu sendiri, sekaligus didukung oleh para pihak terkait (stake holders), terutama melalui kebijakan pemerintah, yang pro-pemerataan. Pada akhirnya penelitian ini dapat menghasilka pola pengelolaan dan pemberdayaan serta pengembangan bisnis usaha kecil dan menengah di kota Mataram Nusa Tenggara Barat, dan kota-kota lain di Indonesia.

  Keywords: Viability, Virtual Capital, Intelectual Capital, Social Capital, Credibility

  jmm.unram.ac.id

  1

  

Juni 2018

e-issn : 2548-3919

1. Latar Belakang

  Apresiasi para pihak terhadap kontribusi besar para pelaku usaha kecil dan menengah, dalam menciptakan lapangan kerja di berbagai daerah di Indonesia, perlu diwujudkan secara nyata dan positif. Dukungan dan keberpihakan untuk pengembangan usaha kecil dan menengah perlu terukur dan dirasakan, sekaligus memberi manfaat jangka panjang bagi perekonomian di daerah di seluruh Indonesia. Untuk itu diperlukan indikator keberhasilan usaha yang lebih baik dan lebih langgeng, sekaligus didukung oleh para pihak secara rasional maupun emosional. Sementara indikator laba yang dikenal dan populer dikalangan para pelaku usaha kecil dan menengah, kurang mampu menjamin keberlangsungan usaha itu sendiri. Dengan demikian ukuran keberhasilan usaha kecil dan menengah lebih tepat menggunakan usia operasi, yang menunjukkan kemampuan para pelaku usaha kecil dan menengah dalam mempertahankan usahanya di tengah-tengah tantangan dunia bisnis, secara berkelanjutan. Sebagaimana prestasi berbagai perusahaan yang berusia panjang di dunia (De Geus, 2000), dapat menjadi model ukuran keberhasilan bagi usaha kecil dan menengah di Indonesia. Karakteristik utama yang dimiliki oleh perusahaan dunia yang berusia panjang, pada dasarnya adalah kesadaran dan kemampuan mereka menjadikan perusahaan sebagai komunitas manusia, yang dikelola secara manusiawi, sebagaimana merawat anggota keluarga secara baik dan sehat. Sekaligus memahami dan mengikuti perubahan lingkungan yang terus terjadi, dengan mengutamakan potensi manusia ketimbang penggunaan aset, dengan cara berhati-hati melakukan pinjaman hutang dan membuka serta melahirkan ide- ide yang segar dan baru. Pemberdayaan para pelaku usaha kecil dan menengah di Mataram, pada dasarnya juga memerlukan pola yang jelas, mendasar dan menjamin keberlangsungan usaha mereka secara berkelanjutan. Para pelaku usaha dan para pihak terkait lainnya, terutama pemerintah daerah, perlu memahami esensi usaha kecil dan menengah, sebagai komunitas manusia yang dapat tumbuh kembang layaknya suatu keluarga modern. Sebagai keluarga para anggota perusahaan perlu diberdayakan secara manusiawi, terutama para karyawan yang kini menjadi tumpuan utama keberhasilan dan keberlangsungan usaha itu sendiri. Sudah saatnya usaha kecil dan menengah, tidak lagi diperlakukan sebagai entiti bisnis yang eksklusif, terlepas dari kumunitas para pihak yang ikut menentukan masa depan perusahaan. Untuk itu ukuran keberhasilan juga perlu disesuaikan sebagaimana yang dikembangkan oleh De Geus. Usaha kecil dan menengah yang sukses, bukan sekedar yang mampu mencetak keuntungan (profit) semata, melainkan yang mampu menjaga keberlangsungan hidup usaha untuk waktu yang panjang (viability). Kemampuan menciptakan keuntungan materi, seringkali menyebabkan para pengusaha kecil dan menengah lebih berorientasi jangka pendek. Target keuntungan yang berlebihan justru medorong para pengusaha kecil dan menengah, kurang memperhatikan proses kemampuan berlaba (profitability). Proses kemampuan berlaba, lebih mencerminkan nilai-nilai yang dimiliki oleh para pengusaha kecil dan menengah, dan dimanfaatkan untuk memperoleh laba itu sendiri. Kemampuan berlaba lebih mengutamakan kepuasan para pihak (pelanggan, karyawan), tanpa mengabaikan kepentingan pemilik modal.

  Pola pengelolaan dan pemberdayaan para pelaku usaha kecil dan menengah selama ini, lebih menekankan pada keberhasilan memperoleh keuntungan, dengan orientasi jangka pendek. Indikator keberhasilan lebih banyak mencerminkan aspek finansial. Para pihak terkait umumnya memandang entitas usaha kecil dan menengah lebih sebagai “mesin percetakan uang”. Sementara usia operasi bisnis kurang mendapatkan perhatian, bahkan seringkali dikorbankan demi pencapaian target keuntungan (profit taking).

  Bagaimana pola Pengelolaan usaha kecil dan menengah yang lebih mampu menjamin keberlangsungan usaha jangka panjang, dengan bertumpu pada modal insani para pelaku usaha, sehingga perusahaan dapat diwariskan kepada generasi yang akan

  

Juni 2018

e-issn : 2548-3919

  datang dan pola Pemberdayaan usaha kecil dan menengah, utamanya dari pihak Pemerintah Daerah, sehingga keberlangsungan usaha kecil dan menengah mampu menjamin kemajuan ekonomi daerah itu sendiri secara berkelanjutan. Tujuan penelitian yang ingin dicapai secara khusus, pada dasarnya adalah perumusan pola pengelolaan dan pemberdayaan perusahaan skala kecil dan menengah, dengan bertumpu pada modal Manusianya. Merumuskan kembali kriteria keberhasilan usaha kecil dan menengah, yang berorientasi pada keberlangsungan usia operasi jangka panjang, dengan bertumpu pada potensi dan kemampuan para pelakunya, pada konteks usaha kecil dan menengah. Membuktikan kontribusi kepemilikan modal maya (virtual capital ownership) para pelaku usaha terhadap keberlangsungan usaha kecil dan menengah, sehingga mampu memiliki usia operasi yang panjang.

  Mengkaji peran dan kontribusi berbagai kebijakan Pemerintah daerah dalam rangka pemberdayaan para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah secara riil, efektif dan berkelanjutan. Kajian kebijakan Pemerintah daerah atas dasar apa yang dialami dan dirasakan oleh para pelaku usaha kecil dan menengah selama ini, dan bukan berdasarkan kebijakan formal yang dicanangkan secara normatif, tetapi belum tentu dirasakan oleh para pengusaha kecil dan menengah di daerah kabupaten atau kota di Indonesia. Disadari bahwa selama ini kebijakan pemerintah dalam rangka memajukan usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia, lebih pada aspek teknis dan permodalan dengan cara pembinaan. Hasil pembinaan tersebut pada umumnya masih sangat jauh dari harapan para pihak, utamanya para pelaku usaha. Pola pembinaan pada usaha mikro, kecil dan menengah menciptakan ketergantungan mereka pada belas kasihan Pemerintah dan terus mengharap perlindungan. Sementara sebagian yang lain, yang belum banyak tersentuh justru mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup usaha erarti. Inilah tantangan kita semua pihak terkait (stakeholders), utamanya para pelaku usaha, para akademisi dan pemerintah daerah. Sesungguhnya membangun keberlangsungan usaha kecil dan menengah, untuk jangka waktu yang panjang, lebih memerlukan proses pemberdayaan (empowerment), bukan lagi pembinaan. Para pelaku usaha pada umumnya lebih memahami apa yang menjadi keperluannya dalam mengelola usaha mereka, dibandingkan para pembina dari Instansi pemerintahan. Untuk itu diperlukan kajian profil dan potensi UMKM, sekaligus daya dukung yang dibutuhkan. Menghadapi berbagai tantangan dunia bisnis kontemporer, UMKM sangat membutuhkan modal maya (modal intelektual, modal sosial dan modal kepercayaan).

2. Metode Penelitian

a. Obyek Penelitian

  Obyek penelitian dalam hal ini adalah kelompok pengusaha kecil dan menengah di kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Meliputi para pengusaha dari berbagai jenis usaha (manufaktur, perdagangan ataupun jasa), dengan usia operasi minimal sepuluh tahun terhitung sejak mulai beroperasi, didukung legalitas formal. Para pelaku usaha yang menjadi responden, diasumsikan telah mampu memberikan persepsi atas berbagai tantangan dunia bisnis selama ini. Para pelaku usaha mikro yang sudah beroperasi dua belas tahun, usia rata-rata umkm Mataram, sekaligus dimaksudkan sebagai bukti kesiapan dan akumulasi pengalaman mereka sebagai pengusaha yang mampu mengungkapkan sikap perseptual mereka secara benar dan obyektif. Unit analisis ditetapkan pada level perusahaan, sementara unit observasinya terdiri dari pelaku usaha sekaligus pemilik usaha mikro dan kecil di Mataram. Lokasi penelitian dilaksanakan pada usaha kecil dan menengah (khususnya usaha mikro) yang beroperasi di wilayah kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Populasi para pengusaha meliputi usaha mikro yang memiliki legalitas formal. Sementara yang menjadi responden adalah mereka yang telah terdaftar di Instansi terkait, sebagai pengusaha kecil dan menengah (mikro) secara acak (random), dari seluruh kota Mataram Nusa Tenggara Barat. Para pengusaha tersebut

  

Juni 2018

e-issn : 2548-3919

  akan dibagi sesuai jenis usaha, dan berdasarkan usia rata-rata usaha mikro, kecil dan menengah serta diolah sesuai dengan kebutuhan analisis, sebagai berikut:

  Tabel 1. UMKM terdaftar dengan usia di atas 12 tahun

Sektor usaha UMKM Jumlah UMKM Usia rata-rata UMKM

Mataram kota Mataram 12 tahun ke atas

  Manufaktur/Produksi

  12

  7 Perdagangan

  91

  30 Usaha Jasa

  27

  12 Jumlah UKM Mataram 130

  49 Jumlah ( % ) 100 ( 38 ( % )

  % ) Sumber: diolah dari Profil UMKM dari Dinas Koperasi dan UKM propinsi NTB.

b. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

  Pada dasarnya teknik dan pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner yang akan dirancang secara khusus, dengan memenuhi validitas konten dan validitas konstruk. Selanjutnya menganalisis hasil kuesioner persepsional para responden yang sudah valid secara terukur. Data variabel independen meliputi kepemilikan modal maya (Virtual Capital

  

Ownership) yang terdiri dari 12 variabel manifes dan varaibel moderating meliputi kebijakan

  Pemerintah daerah, terdiri dari 12 variabel manifes. Sementara variabel dependen keberlangsungan usaha (Viability) terdiri dari 16 variabel manifest. Seluruhnya diolah dan duji dengan berbagai uji statistik yang relevan, sesuai model penelitian. Dalam kajian digunakan model moderating multiple regression Analysis (MRA). Obyek pengukuran penelitian adalah sikap dan kecendrungan perilaku para pengusaha kecil dan menengah, utamanaya usaha mikro yang berskala kecil sekaligus memiliki legalitas formal. Digali persetujuan mereka atas nilai-nilai bisnis serta persepsi mereka terhadap kebijakan ataupun dukungan institusional dari Pemerintah daerah, yang mereka alami selama ini. Pengukuran sikap dilakukan berdasarkan ekspresi yang diungkapkan para pengusaha secara verbal dan non-verbal, dengan cara memilih pernyataan yang sesuai persepsi ataupun perasaan mereka. Demikian halnya dengan berbagai peran dan kebijakan Pemerintah daerah kota Mataram, sesuai dengan apa yang mereka alami selama menjadi pengusaha.

  Teknik pengukuran dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan skala likert dengan aras/skala pengukuran interval. Teknik pengukuran dilakukan dengan cara meperhatikan karakteristik data responden, yang memenuhi prasyarat pengolahan data interval (validasi konten). Selanjutnya Validasi konstruk dilakukan dengan menggunakan analisis faktor dan kajian hubungan kausalitas menggunakan moderating multiple regression, sesuai dengan model penelitian (validity model) atau keberlangsungan usaha yang dibangun atas dasar pemilikian modal maya (virtual capital) di kalangan usaha mikro di kota Mataram. Identifikasi dan klasifikasi variabel, dapat dijelaskan sesuai kerangka konseptual yang secara sistematis dapat disebutkan sebagai berikut: Sikap para pengusaha kecil dan menengah (attitude), yang dapat diexpresikan sebagai modal kepercayaan. Kemampuan

  

Juni 2018

e-issn : 2548-3919

  para pengusaha kecil dan menengah (ability), yang dapat diexpresikan sebagai modal intelektual dan modal sosial (kemitraan). Nilai-nilai bisnis para anggota perusahaan (values), yang melandasi sinerginitas unsur- unsur modal maya (intelektualitas, sosial dan kepercayaan). Dukungan kebijakan dan peran Pemerintah Daerah untuk usaha kecil dan menengah (Government support), yang dirasakan dan dialami oleh para pengusaha mikro dan kecil di kota Mataram. Modal maya merupakan sinerginitas kemampuan para pelaku usaha, yang meliputi kemampuan Intelektual, kemampuan Sosial (jejaring bisnis) dan tingkat Kepercayaan (kredibilitas) dengan para pihak terkait. Keberlangsungan Usaha (Viability), merupakan kemampuan para pelaku usaha kecil dan menengah dalam mempertahankan usia operasi secara terus menerus. Dalam hal ini keberlangsungan usaha, ditetapkan berdasarkan usia rata-rata masa operasi. Kebijakan Pemerintah Daerah, merupakan bentuk dukungan yang implisit dan ekplisit dalam rangka memajukan para pengusaha kecil dan menengah di daerah (kota Mataram). Karakteristik yang dimiliki oleh perusahaan yang berusia panjang, mustahil datang dengan sendirinya. Para pelaku usaha tersebut berjuang memunculkan segenap potensi positif yang ada pada diri mereka. Kemunculan potensi bisnis mereka secara maksimal, pada gilirannya membentuk suatu kekuatan yang besar (powerfull). Mereka memanfaatkan segenap kecerdasan intelektualnya untuk memahami dan mengikuti informasi perubahan. Memanfaatkan segenap mitra dan para pihak yang merupakan para pihak yang ikut menentukan kemajuan hidup perusahaan. Untuk menjaga hubungan relasional yang kuat, mereka juga berusaha untuk jujur dan memelihara rasa saling percaya sesama pihak terkait. Dengan demikian patut diduga keseluruhan potensi positif yang dimunculkan secara maksimal, sehingga membentuk modal intelektual, modal sosial dan modal kredibilitas, merupakan faktor pembentuk keberlangsungan usaha mereka. Keberhasilan para pengusaha dalam mempertahankan usia yang panjang, selain ditentukan oleh modal pelaku usaha itu sendiri, juga dapat didukung oleh pihak lain yang ikut serta memberi perhatian pada pengembangan usaha kecil dan menengah. Dalam hal ini difokuskan pada peranan Pemerintah daerah, sesuai dengan kewajibannya untuk ikut memberdayakan usaha kecil dan menengah di daerah di seluruh Indonesia. Berbagai kebijakan sudah dibuat dan dilaksanakan, sebagai bentuk keberpihakan Pemerintah, karena menyadari kontribusi mereka dalam membangun ekonomi daerah. Para pelaku usaha kecil dan menengah adalah paling dapat dindalkan dalam menyerap tenaga kerja non-terdidik yang sering kali menjadi ujian bagi Pemerintah daerah selama ini. Dalam keadaan krisis ekonomi Indonesia, sebagaimana terjadi di tahun 1998 dan tahun 2008, terbukti bahwa para pelaku usaha kecil dan menengah mampu tetap hidup (servive). Mereka tidak terkena dampak kenaikan nilai dollar, karena tidak banyak tergantung pada mata uang asing (kecuali usaha kerajinan yang berorientasi eksport). Mereka mampu ikut menggerakkan ekonomi daerah secara berkelanjutan, sekalipun tidak langsung terkait dengan proyek pemerintah. Menyadari semua itu pihak Pemerintah tidak ragu lagi memberi dukungan untuk para pengusaha kecil dan menengah di daerah. Modal intelektual menunjukkan kemampuan para pelaku usaha dalam menguasai segenap bidang usahanya sekaligus mampu mengendalikan bisnis secara efisien dan efektif. Dengan kemampuan intelektual yang tinggi diharapkan akan mampu membangun keberlangsungan usaha secara berkelanjutan. Modal Intelektual sebagai bagian dari modal maya, diharapkan dapat menjadi makin kuat pengaruhnya terhadap keberlangsungan usaha, bilamana pemerintah daerah mampu menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi UMKM. Dengan kondusifitas iklim usaha yang dirasakan bagi para pelaku, mendorong kemampuan intelektualitas para pelaku usaha menjadi makin kuat dalam membangun keberlangsungan usaha jangka panjang, karena kontribusi intelektualitas dapat menciptakan pengembangan usaha secara berkelanjutan. Bagaimanapun juga suasana iklim bisnis yang kondusif dan efisien diharapkan sangat menuntungkan bagi keberlangsungan UMKM di kota Mataram.

  

Juni 2018

e-issn : 2548-3919

  Sementara Modal Sosial yang menunjukkan kemampuan para pelaku dalam membangun jejaring bisnis (net working), sehingga diandalkan sebagai pendorong pertumbuhan dan pengembangan usaha jangka panjang. Melalui kemampuan jejaring bisnis, para pelaku dapat bersinergi secara baik bersama para mitra usaha, sekaligus memperkuat peranan masing-masing. Modal sosial dapat diharapkan lebih kuat peranannya terhadap keberlangsungan usaha bilamana terasa adanya kemudahan akses sumber daya produktif bagi UMKM. Dengan adanya kemudahan untuk memperoleh akses sumber daya yang produktif mendorong para pelaku usaha untuk bersinergi kepada mitra usaha, sehingga mampu membangun keberlanjutan usaha secara berkelanjutan. Dengan kemudahan akses sumber daya yang produktif, memungkinkan bagi para pelaku untuk memperoleh kesempatan yang sama dengan mitranya, sehingga dapat memper-erat hubungan dan kebersamaan mereka. Modal kredibilitas merupakan modal kepercayaan yang sangat strategis dan efektif bagi keberlangsungan usaha bagi para pebisnis dewasa ini. Dengan modal kepercayaan yang tinggi para pelaku dapat lebih midah membangun usaha jangka panjang sekaligus mampu menghadapi berbagai tantangan usaha. Berbekal kepercayaan maka dukungan dari para pihak terkait akan menjadi makin nyata dan menjadi kekuatan besar untuk mempertahankan dan mengembangkan usaha secara berkelanjutan. Modal kredibilitas diyakini menjadi makin efektif (powerfull) dalam membangun keberlangsungan usaha, bilamana suasana pengembangan keunggulan bersaing mampu dibangun oleh pemerintah daerah. Pemberdayaan para pelaku UMKM membutuhkan dukungan pemberdayaan yang mendorong mereka untuk memiliki keunggulan bersaing. Dengan demikian kemampuan dan kepercayaan yang dimiliki pengusaha, menjadi makin nyata pengaruhnya terhadap keberlangsungan usaha, bilamana pemerintah memberi dukungan yang positif melalui pemberdayaan usaha. Pengembangan keunggulan bersaing UMKM menjadi prioritas program pemerintah pusat dan harus ditindak lanjuti oleh pemerintah daerah, karena diharapkan mampu mendorong keberlangsungan usaha secara konsisten.

  Berdasarkan kerangka konsepsional tersebut, maka dapat dibuat model diagramatik, yang sekaligus menunjukkan hubungan diantara berbagai variabel yang dikaji dalam penelitian ini. Model keberlangsungan usaha (Viability) sekaligus merupakan model hipotetik yang dikembangkan, menjadi sebagai berikut:

  Kemudahan Pengembangan Akses Sumber Keunggulan Iklim UKM

MODAL MAYA

  Daya Bersaing

  MODAL

  INTELEKTUAL KEBER

MODAL SOSIAL

  USAHA (Viability)

  • MODAL

Gambar 3.1 Model Keberlanjutan Usaha UMKM

  Berdasarkan model diagramatis di atas, dapat juga dirumuskan model matematis menjadi

  

Juni 2018

e-issn : 2548-3919

  sebagai berikut: Y = X1+ X2 + X3+ X1.X4+X2.X5+X3.X6 Dimana Y = variabel viability atau keberlangsungan usaha X1,2,3 = variable kepemilikan modal maya dan X4,5,6 = variable kebijakan pemerintah kota Mataram.

c. Hipotesa

  

c.1. Diduga kuat bahwa kepemilikan modal maya (modal intelektual, modal sosial, modal

kredibilitas) para pelaku UMKM dapat mendorong keberlangsungan usaha di daerah.

c.2. Kondusifitas iklim usaha yang efisien, diduga mampu menguatkan kepemilikan

  modal intelektual UMKM dalam membangun keberlangsungan usaha (viability) skala mikro kecil dan menengah.

  

c.3. Dengan adanya kemudahan akses atas sumber daya produktif di daerah,

  diharapkan ikut menguatkan peran dan kontribusi modal sosial (net-working) UMKM dalam mendorong Keberlangsungan usaha jangka panjang, bagi usaha mikro, kecil dan menengah di daerah.

  

c.4. Kebijakan Pemerintah daerah yang memberdayakan usaha kecil dan menengah

  menjadi usaha berdaya saing, diyakini ikut menguatkan pengaruh nyata kepemilikan modal kredibilitas UMKM dalam membangun keberhasilan usia panjang bagi usaha mikro, kecil dan menengah di daerah.

3. Analisis Hasil Penelitian

a. Model Viabiliti Faktual

  Setelah dilakukan analisis multiple regression model viability, maka model hipotetik yang telah dibangun dapat dipaparkan kembali sesuai dengan temuan dan hasil pembuktian di lapangan. Model faktual ini, secara umum menunjukkan kausalitas yang makin kuat dan terbukti dari sejumlah variabel independen (kepemilikan modal maya) para pengusaha mikro dan kecil dalam membangun keberlangsungan usaha mereka (viability

  

business). Sementara peran pemerintah daerah dalam memebrdayakan dan

  memfasilitasi UMKM, terbukti efektif menguatkan pemanfaatan modal maya tersebut, terhadap keberlangsungan usaha UMKM di kota Mataram. Model viability faktual tersebut menjadi sebagai berikut:

Gambar 4.2 Model Faktual: Keberlanjutan Usaha

  Kemudahan

  Kondusifitas Pengembangan

  Akses Sumber

  Iklim bagi Keunggulan

  Daya Produktif

MODAL MAYA

  UKM Bersaing

  • + MODAL -

  INTELEKTUAL KEBER LANJUTAN + MODAL SOSIAL USAHA (Viability) + MODAL

  • - KREDIBILITAS

b. Interpretasi hasil kajian Model

  Setelah dilakukan analisis model penelitian secara kuantitatif, sesuai model faktual di atas, maka hasilnya dapat sekaligus dapat diinterpretasikan, sebagai berikut:

  Tabel 2. Mode Summary

  42

  6

  

Juni 2018

e-issn : 2548-3919

  Model R R

  Squar e Adjust ed R

  Square Std.Er or of the Estimate

  Change Statistics R Square Change

  F Change df1 df2 Sig. F Change

  1

  2 .747a .733b

  .559 .537

  .496 .483

  3.840 3.887

  .559

  8.862 2.061

  • .022

  1

b. Predictors: (Constant), X3X6, X2, X1X4, X3, X1 c.

  VIF (Constant 14.788 6.078 2.433 .019 X1 -1.215 .517 -.491 -2.349 .024 .241 4.154 X2 1.712 .515 .500 3.324 .002 .463 2.158 X3 3.590 1.239 .443 2.898 .006 .449 2.227

  Taraf Signifikansi: * signifikan dengan p<0.10

  X3X6 -.319 .092 -.581 -3.458 .001 .381 2.625

  X1X4 .044 .014 .637 3.207 .003 .273 3.660

  X3X6 -.316 .091 -.576 -3.466 .001 .381 2.626 (Constant 13.511 6.086 2.220 .032 X1 -1.010 .503 -.408 -2.008 .051 .260 3.839 X2 1.259 .412 .368 3.055 .004 .741 1.349 X3 3.748 1.249 .463 3.001 .004 .453 2.209

  X2X5 -.067 .047 -.226 -1.436 .159 .424 2.360

  X1X4 .053 .015 .763 3.549 .001 .227 4.404

  Beta Toleranc e

  Collinearity Statistics B Std. Error

  Coefficients T Sig.

  Coefficients Standardized

  

Tabel 3. Hasil Coefficientsa

Model Unstandardized

  Dependent Variable: Y Tingkat capaian adjusted R square 48,3 % menunjukkan keluasan model dalam menjelaskan fenomena keberlangsungan usaha. Capaian tersebut juga berarti masih terdapat 51,2 % femonomena keberlangsungan usaha yang di luar kajian model tersebut. Bagaimanapun tingkat capaian R square tersebut dapat dipandang mampu menjelaskan kompleksitas model keberlangsungan usaha UMKM di kota mataram. Selanjutnya analisis regresi berganda dapat dilakukan, dengan menggunakan backward elimination, secara konsisten. Variabel yang diregresikan meliputi seluruh variabel modal maya, bersama dengan interaksi variabel modal maya bersama variabel kebijakan pemerintah daerah terhadap keberlangsungan usaha UMKM di kota Mataram. Hasil analisis dinterpretasikan atas dasar tingkat signifikansi yang tercapai, dengan tetap memperhatikan arah atau kecendrungan betanya. Dengan menggunakan metoda backward, maka iterasi model akan berulang sampai pada model final, sesuai karakteristik data yang diolah. Selanjutnya tingkat signifikansi tersebut dapat diperbandingkan dengan taraf signifikasi tertentu (pada umumnya dimulai dari 0,01, 0.05 dan 0,10 ). Hasil akhir model regresi berganda dapat ditunjukkan dengan tabel koefisen, sebagai berikut:

  Predictors: (Constant), X3X6, X2, X1X4, X3, X2X5, X1

  42 .000 .159 a.

a. Dependent Variable: Y

  • signifikan dengan p<0.05

  

Juni 2018

e-issn : 2548-3919

  • signifikan dengan p<0.01

  Keterkaitan kausal antara modal intelektual dengan viabilitas, menunjukkan

  bahwa, kepemilikan modal Intelektual terbukti mampu mempengaruhi keberlangsungan usaha atau viabilitas UMKM di kota Mataram, hal itu ditunjukkan dengan tingkat signifikansi 0.051 (signifikan pada taraf signifikansi di bawah 0.10). Dengan demikian terjadi hubungan yang kuat antara kepemilikan modal intelektual dengan keberlangsungan usaha kota Mataram. Menariknya hubungan modal intelektual dengan viabiliti tersebutmemiliki beta negatif, artinya bahwa semakin tinggi kepemilikan modal maya justru memperpendek usia itu sendiri. Sementara teori dan akal sehat (common sense), memastikan hubungan keduanya seyogyanya positif. Apa makna dari temuan ini? Apa yang terjadi di lingkungan UMKM di kota Mataram selama ini? Berdasarkan konfirmasi di lapangan, patut diduga keras, bahwa usaha yang terlibat dalam penelitian ini, memiliki karakteristik yang unik, diantaranya mereka mengalami pertumbuhan usaha yang cukup baik. Dengan makin tingginya modal intelektual mereka, maka makin inovatif pengembangan usaha mereka, sekaligus terjadi peralihan jenis usaha ataupun pengembangan usaha yang baru. Sementara usaha yang asal sudah mengalami meta morfose yang baru. Dengan intelektual yang makin tinggi, para pelaku usaha makin memahami peluang usaha yang baru, dan mengakibatkan mereka meninggalkan atau memalingkan usaha yang digeluti selama ini, dengan tetap menjaga dan mengembangkan usaha saat ini. Misalnya usaha perdagangan buah, berubah menjadi usaha sayur karena adanya permintaan yang tinggi dari berbagai industri hotel ataupun super market modern. Perdagangan tanaman hias dapat berubah menjadi usaha jasa penyewaan tanaman hias untuk berbagai acara serimonial, sehingga usaha asal, atau penjualan tanaman hias nyaris terhenti.

  Keterkaitan kausal antara Modal Sosial dengan Viabilitas, menunjukkan Hubungan

  antara modal sosial (net-working) telah terbukti secara meyakinkan, mampu membangun keberlangsungan usaha di kalangan UMKM di kota Mataram. Hal tersebut dapat dimaklumi, bahwa dengan makin luasnya jejaring bisnis para pelaku UMKM tersebut makin mudah bagi untuk mengembangkan usaha mereka. Keluasan mitra bisnis tersebut juga didukung oleh peningkatan modal intelektual yang dialami para pengusaha selama ini. Dengan memanfaatkan kemampuan jejaring bisnis dan modal intelektual mereka, maka memudahkan mereka untuk terus bertahan (survive) bahkan berkembang (growth) secara berkelanjutan. Kepemilikan modal intelektual dan modal sosialyang tinggi mendorong pengusaha untuk lebih percaya diri, melahirkan gagasan dan ide-ide bisnis yang baru, yang sekaligus dapat dihargai oleh mitra bisnis mereka, sehingga mengakibatkan usaha yang lebih maju dan berusia panjang.

  Keterkaitan kausal antara Modal Kredibilitas dengan Viabilitas, menunjukkan m

  odal kredibilitas atau modal lunak (soft capital), menunjukkan kemampuan pengusaha dalam membangun tingkat kepercayaan yang tinggi kepada para pihak terkait seperti, konsumen, mitra dan lainnya. Modal kredibilitas juga terbangun dari modal moral yang melandasi kepercayaan (mutual trust) sesama pengusaha. Dengan demikian mudah untuk diterima, bahwa makin tinggi kepemilikan modal kredibilitas, maka makin tinggi pula usia perusahaan mereka. Keberlangsungan usaha secara tegas sekaligus meyakinkan ditopang oleh kekuatan modal kredibilitas yang dimilki oleh UMKM kota Mataram. Modal kredibilitas tersebut menjadi makin bermakna dengan keterpaduan modal intelektual dan modal sosial yang juga mampu dimanfaatkan untuk membangun keberlangsungan usaha mereka. Kepemilikan modal maya, yang meliputi modal intelektual, modal sosial dan kredibilitas tersebut, secara bersama-sama mampu mempengaruhi keberlangsungan usaha secara meyakinkan dan efektif. Temuan faktual tersebut, sekaligus mengkonfirmasi peran dan pentingnya modal maya dalam pengembangan entitas bisnis di era yang bergejolak (turbulent environment) dewasa ini.

  

Juni 2018

e-issn : 2548-3919

Dukungan Pemerintah dalam Iklim Bisnis yang Kondusif, dirasakan cukup baik

  oleh UMKM di kota Mataram. Iklim bisnis yang mencerminkan kondisi psiko-sosial yang dialami para pengusaha mikro dan kecil dalam menjalankan segala kegiatan usaha mereka sehari-hari. Dengan adanya dukungan iklim bisnis yang kondusif, dalam bentuk pemberdayaan maupun peluang untuk mengembangkan usaha mereka, menjadikan pemilikan modal intelektual para pengusaha, mampu menguatkan pengaruhnya terhadap keberlangsungan usaha di kota Mataram. Keberlangsungan usaha (viability), menjadi makin nyata, di tengah dukungan iklim usaha yang kondusif dan efisien, dari pemerintah daerah. Beberapa kebijakan yang dirasakan sebagai iklim usaha yang kondusif, antara lain, Pemda selalu melayani perizinan usaha dengan mudah. Pelayanan Izin cepat dan murah sesuai harapan dan Pemda siap membantu dalam pesoalan perpajakan. Bagaimanapun iklim bisnis akan mengalami perubahan sesuai tantangan dan harapan para pengusaha di kota Mataram. Untuk itu pemerintah daerah dituntut untuk konsisten melayani para pengusaha mikro dan kecil di masa-masa yang akan datang. Fasilitas perizinan tidak sekedar memudahkan bagi UMKM, sementara kemudahan yang sama juga diperoleh oleh pengusaha besar yang sejenis, sehingga pada akhirnya kemudahan tersebut menjadi kontra produktif, karena persaingan makin tajam, sebagaimana bisnis retail.

  

Pemberdayaan dalam penguatan peran modal Kredibilitas, dalam bentuk adanya

  kebijakan pemerintah daerah dalam memberdayakan pengusaha, mampu menguatkan peranan modal kredibilitas terhadap keberlangsungan usaha UMKM di kota Mataram. Hasil analisis, menunjukkan pengaruh yang negatif, yaitu dengan pola pemberdayaan yang dirasakan selama ini, justru mengakibatkan peranan modal kredibilitas menjadi kontra produktif terhadap keberlangsungan usaha selama ini. Modal kredibilitas yang menunjukkan kemampuan pelaku usaha dalam membangun kepercayaan bisnis, menjadi tidak produktif terhadap keberlangsungan usaha, selama kebijakan pemberdayaan UMKM dilaksanakan. Hal ini menimbulkan dugaan, bahwa pola kebijakan yang dilakukan pemerintah daerah kurang efektif. Boleh jadi yang dirasakan lebih sebagai pembinaan, dimana pihak pemda merasa lebih memahami strategi usaha ketimbang pengusaha itu sendiri. Dalam kondisi dimana pembinaan dirasakan sebagai intervensi bisnis, mengakibatkan peranan modal kredibilitas tidak mampu membangun keberlangsungan usaha mereka.

  Kemudahan Akses Sumber Daya Produktif, menunjukkan peran pemerintah

  daerah dalam bentuk program kemudahan mengakses sumber daya produktif, dalam kenyataannya belum dirasakan sama sekali oleh para pelaku UMKM di kota Mataram. Fakta ini menunjukkan bahwa program tersebut dipastikan belum berjalan sebagaimana mestinya. Pemerintah daerah bersama instansi terkait, perlu melakukan evaluasi menyeluruh tentang program tersebut. Para pelaku usaha di kota Mataram tidak merasa memperoleh kemudahan dalam mengakses sumber daya produktif selama ini. Dengan demikian kemampuan para pelaku usaha dalam menciptakan jejaring bisnis, menjadi tertekan bahkan dapat meniadakan peraran modal sosial para pengusaha dalam membangun keberlangsungan usaha jangka panjang. Temuan ini sekaligus membuktikan bahwa program pembinaan maupun pemberdayaan UMKM di kota Mataram, khususnya dalam menciptakan kemudahan akses sumber daya yang produktif belum dirasakan oleh para pelaku UMKM. Boleh jadi kemudahan akses sumber daya masih terbatas pada pelaku usaha besar yang memiliki kemampuan modal dan kedekatan dengan pemerintah daerah. Berdasarkan hasil temuan ini, para pihak terkait perlu menyadari, bahwa keberlangsungan UMKM di kota Mataram, akan sangat terganggu jika kebijakan pemerintah daerah tidak memberi dukungan yang efektif, untuk itu berbagai sumber daya produktif yang dimiliki pemerintah daerah harus dapat diakses secara luas dan transparan bagi para pengusaha di masa-masa yang akan datang.

  

Juni 2018

e-issn : 2548-3919

4. Kesimpulan Penelitian

  Kajian keberlangsungan usaha (viability) yang telah ditunjukkan oleh UMKM di kota Mataram, dengan mengandalkan pemilikan modal maya (virtual capital) para pelaku usaha, dan dukungan kebijakan Pemerintah daerah, dapat disimpulkan sebagai berikut:

  

a) Modal maya yang dimiliki oleh para pelaku usaha, meliputi modal intelektual, modal

  sosial dan modal kredibilitas terbukti mampu membangun keberlangsungan usaha dalam mempertahankan usia operasi bisnis, UMKM di kota Mataram.

  

b) Modal intelektual menunjukkan kemampuan para pengusaha dalam mengelola usaha

  mereka, terbukti mampu memperpanjang usia operasi perusahaan, sekalipun dengan kecendrungan menyesuaikan bahkan mengganti jenis usaha yang digeluti selama ini. Dengan intelektual yang makin tinggi, para pelaku usaha makin memahami peluang usaha yang baru, dan mendorong mereka menyesuaikan usaha yang dijalankan dengan tetap menjaga dan mengembangkan usaha saat ini. Kekuatan modal intelektual tersebut makin nyata peranannya terhadap keberlangsungan usaha, dengan adanya dukungan iklim berusaha yang kondusif bagi UMKM di kota Mataram.

  

c) Modal sosial menunjukkan kemampuan pengusaha dalam menciptakan jejaring bisnis

  (net working), secara meyakinkan mampu membangun keberlangsungan usaha di Mataram, sehingga mampu mencapai dua-belas tahun atau lebih masa operasi. Dengan adanya dukungan Pemerintah kota, yang memberdayakan mampu menguatkan peranan modal sosial terhadap keberlangsungan usaha mereka.

  

d) Modal kredibilitas menunjukkan suatu kemampuan para pengusaha dalam membangun

  kepercayaan dengan pihak terkait (stakeholders). Modal kredibilitas yang dimiliki UMKM di kota Mataram terbukti mampu memperpanjang usia operasi bisnis mereka, sehingga mencapai dua belas tahun atau lebih. Berbekal modal kepercayaan dan kemudahan dalam mengkases sumber daya produktif, mampu meningkatkan pengaruh modal kepercayaan tersebut terhadap keberlangsungan usaha bagi para pelaku UMKM di kota Mataram.

  Berdasarkan temuan penelitian ini, membuktikan peran dan pentingnya modal maya dalam pengembangan entitas bisnis di era yang bergejolak (turbulent environment) dewasa ini, sekaligus meningkatkan keberlangsungan usaha pelaku usaha di kota Mataram. Untuk itu perlu direkomendasikan hal-hal sebagai berikut: Keberlangsungan usaha (viability) perlu menjadi ukuran keberhasilan, khususnya bagi UMKM di Indonesia, termasuk di kota Mataram. Menggunakan ukuran keuntungan (profit), dapat mengakibatkan pengusaha lebih berorientasi pada kepentingan jangka pendek, sekaligus dapat mengorbankan keberlangsungan usaha jangka panjang. Mempertahankan usia operasi bisnis secara berkelanjutan, mendorong para pengusaha untuk lebih serius dalam menjalankan bisnisnya, tanpa mengabaikan pencapaian keuntungan usaha. Untuk itu konsep viabilitas usaha perlu lebih ditekankan, khususnya bagi pengembangan UMKM di masa-masa yang akan datang. Pemahaman terhadap modal maya (virtual capital) senantiasa perlu disosialisasikan di kalangan para pengusaha, khususnya bagi pelaku usaha di kota Mataram. Sudah saatnya pemanfaatan modal maya makin dominan, dibandingkan pemenfatan modal fisik, yang kini makin sulit diperoleh dan dapat menjadi beban operasi bagi pengusaha. Untuk itu program pendidikan dan pelatihan perlu mendiskusikan makna dan peranan modal maya dalam mengembangkan usaha di tengah- tengah tantangan dunia bisnis yang makin bergejolak dewasa ini. Dukungan kebijakan dan program Pemerintah daerah dalam memberdayakan UMKM di kota Mataram, perlu ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya. Efektifitas berbagai program kebijakan dan pemberdayaan tersebut, lebih ditentukan oleh persepsi para pelaku pengusaha itu sendiri, bukan persepsi Pemerintah daerah. Unuk itu program tersebut perlu melibatkan pengusaha secara ko-kreatif, yaitu menyerap aspirasi para pelaku usaha, dan memberikan peran aktif bersama dalam perencanaan maupun pelaksanaan program kerja

  

Juni 2018

e-issn : 2548-3919

  pada instansi terkait. Menghadapi berbagai tantangan dunia bisnis di masa-masa mendatang, perlu menjadi agenda utama Pemerintah daerah, agar UMKM mampu bertumbuh kembang sekaligus menciptakan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

  PUSTAKA

  Bagis, A.A. 2015 The Role of Virtual Capital fo Development Economy Ummah Bagis, A.A. 2016 Pengembangan Model Entrepreneurship berbasis pada Potensi Insani Christensen, 1997. Making strategy: Learning by doing. Harvard Business Review Deming, W. E. 1993. The New Economics for Industry For Industry, Government & Education. Cambridge: Massachusetts Institute of Technology..

  Hartanto, FM. 2009. Paradigma Baru Manajemen Indonesia. Iansiti, M. and R. Levien. 2004. Strategy as ecology. Harvard Business Review (March): 68.

  Johnson, H. T. 2006. Sustainability and "Lean Operations". Cost Management (March): 40. Johnson, H. T. and A. Broms. 2000. Profit Beyond Measure: Extraordinary Results through Attention to Work and People. The Free Press. Kim, W. C. and R. Mauborgne. 1997. Value innovation: The strategic logic of high growth.

  Harvard Business Review (January-February): 103-112.

  Kim, and R. Mauborgne. 1999. Creating new market space: A systematic approach to value innovation can help companies break free from the competitive pack. Harvard

  Business Review (January): 83-93.

  Kim, W. C. and R. Mauborgne. 2002. Charting your company's future. Harvard Business Review, (June): 77-83. Lepore, D. and O. Cohen. 1999. Deming and Goldratt: The Theory of Constraints and the System of Profound Knowledge- The Decalogue. North River Press.

Dokumen yang terkait

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - PENGARUH KEPEMIMPINAN, BEBAN KERJA, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI PETUGAS JAGA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II A MATARAM

0 0 21

STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PEMASARAN DESA WISATA SUKARARA YANG TERINTEGRASI DI KECAMATAN JONGGAT KABUPATEN LOMBOK TENGAH Lalu Adi Permadi

0 2 16

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK, KUALITAS PELAYANAN, HARGA, DAN LOKASI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA WARUNG-WARUNG PECEL DI BLITAR

0 4 22

IMPULSIVE BUYING DAN KECENDERUNGAN COMPULSIVE BUYING

0 3 20

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN IKLIM PSIKOLOGIS TERHADAP KESIAPAN UNTUK BERUBAH KARYAWAN PUSKESMAS KABUPATEN LOMBOK BARAT DALAM RANGKA AKREDITASI DAN KOMITMEN AFEKTIF SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 9 19

PENGARUH STRES KERJA TERHADAP TURNOVER INTENTIONS YANG DIMEDIASI OLEH BURNOUT” (STUDI PADA KARYAWAN HOTEL BINTANG 4 (EMPAT) DI KOTA MATARAM

0 3 16

ANALISIS PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA (Studi Pada Kantor Perwakilan BKKBN Provinsi Nusa Tenggara Barat )

0 0 12

I. PENDAHULUAN - PENGARUH KUALITAS SISTEM INFORMASI, KUALITAS INFORMASI, KEPUASAN PENGGUNA, DAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PENGGUNAAN SISTEM ERP (ENTERPRISE RESOURCE PLANNING) BERBASIS TAM (TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL)

0 0 17

UNIVERSITAS MATARAM September 2017 ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN ISLAMI DAN ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA ISLAMI PEGAWAI DENGAN BUDAYA ORGANISASI ISLAMI SEBAGAI MODERATING VARIABEL (STUDI PADA RUMAH SAKIT ISLAM SITI HAJAR MATARAM) M. Aswadi1 Lalu Su

0 1 17

Keywords: transformational leadership, organizational environment, work discipline, 1. PENDAHULUAN - PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL IKLIM ORGANISASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PERGURUAN TINGGI SWASTA DI KOTA BIMA

0 0 17