PENANAMAN SPIRITUAL QUOTIENT dan NILAI MORAL pada SISWA untuk PENGUATAN KURIKULUM PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

  PENANAMAN SPIRITUAL QUOTIENT dan NILAI MORAL pada SISWA untuk PENGUATAN KURIKULUM PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

  Oleh: Armizi

  Emotional Quotient (eq) bukan merupakan lawan kecerdasan

  Abstract :

intelektual yang biasa dikenal dengan iq, namun keduanya berinteraksi secara

dinamis.seseorang dikatakan sebagai guru tidak cukup “tahu” sesuatu materi

yang akan diajarkan,tetapi pertama kali ia harus merupakan seseorang yang

memang memiliki “kepribadian guru”.dengan kata lain untuk menjadi pendidik

atau uru,seseorang harus memiliki kepribadian. Moral merupakan suatu norma

yang sifatnya kesadaran atau keinsyafan terhadap suatu kewajiban melakukan

sesuatu atau suatu keharusan untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan tertentu

yang dinilai masyarakat melanggar norma-norma moral. Pendidikan karakter

adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang

meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME),

diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia

insan kamil. Tulisan ini bertujuan untuk bagaimana penanaman emotional

quotient untuk menumbuhkan karakter pada anak, serta bagaimana penanaman

nilai moral pada anak di sekolah untuk menumbuhkan karakter pada anak Kata Kunci : Spiritual Quotient, Pendidikan Karakter,

  PENANAMAN SPIRITUAL QUOTIENT dan NILAI MORAL pada SISWA untuk PENGUATAN KURIKULUM PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH Oleh Armizi

  Pendahuluan

  Saat ini banyak orang berpendidikan yang tampak menjanjikan mengalami kemandekan dalam kariernya. Lebih buruk lagi mereka tersingkir akibat rendahnya kecerdasan emosional mereka. Di Amerika Serikat tentang kecerdasan emosional, menurut survei nasional di negara itu tentang apa yang diinginkan oleh para pekerja, keterampilan teknik tidak seberapa penting bila di bandingkan dengan keterampilan dasar untuk beradaptasi (belajar) dalam pekerjaan: kemampuan mendengar dan berkomunikasi secara lisan, adaptasi, kereativitas, ketahanan mental 1 terhadap kegagalan, kepercayaan diri, motivasi.

  Buku-buku Barat yang mengajarkan tentang EQ ternyata sejauh ini baru sebatas pada pemahaman dan pengetahuan saja, akibatnya sulit sekali bagi orang lain untuk meningkatkan kemampuan EQ nya. Ini terjadi karena pemahama mereka tidak dilanjutkan dengan metode pelatihan yang komprehensif. Pelatihan EQ mereka, umumnya hanya sebatas coba-coba jangka pendek. Namun sebaliknya, di dalam Islam ”pemahaman tentang Spiritual Qoutient” yang diperoleh melalui Rukun Iman, bisa dilatih dan dipertajam lebih dalam dengan menggukan konsep syahadat, sholat, puasa, Zakat dan haji yang dilakukan secara aplikatif, 2 berulang secara terus menerus.

1 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual, (Jakarta: Arga, 2009), hlm.8.

  2 Menurut hasil penelitian beberapa ahli, terungkaplah bahwa tingkat kecerdasan intelektual (IQ) relatif tetap, sedangkan Spiritual Qoutient (SQ) dapat meningkat sepanjang masih hidup.

  Dari beberapa serangkaian pendapat tersebut menunjukkan Spiritual

  Qoutient

  memiliki peran yang sangat penting bagi prestasi dan kinerja seseorang baik sebagai orang tua, kepala keluarga, pemimpin maupun sebagai guru.

  Penguasaan ilmu pengetehuan dan teknologi tanpa didasari pemahaman serta keyakinan bahwa sumber IPTEK adalah Allah, justru akan membuat manusia lebih banyak melakukan

  “trial and error”. Contoh,

  selama ratusan tahun dunia Barat telah begitu menggantungkan diri pada pentingnya IQ. Tetapi baru-baru ini (kurang lebih tahun 1990) mereka mulai mengakui dan menyadari bahwa SQ ternyata jauh lebih penting. Padahal sesungguhnya, dalam Al-

  Qur‟an, telah diberikan secara tersirat dan tersurat tentang arti penting bimbingan suara hati yang sekarang baru diakui dengan menamakannya Spiritual Qoutient (SQ).

  Pendidik pada prinsipnya tidak hanya yang mempunyai kualifikasi keguruan secara formal diperoleh dari bangku sekolah perguruan tinggi, melainkan yang terpenting adalah yang mempunyai kompetensi keilmuan tertentu dan dapat menjadikan orang lain pandai dalam kognitif, efektif dan psikomotorik. Kognitif menjadikan siswa cerdas intelektualnya, afektif menjadikan siswa mempunyai sikap dan prilaku yang sopan, dan psikomotorik menjadikan siswa terampil dalam melaksanakan aktivitas 3 secara efektif dan efesien, serta tepat guna.

  Guru sebagai induk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus kritis dan dinamis serta proaktif dalam menyikapi pokok permasalahan yang dibutuhkan siswa dan masyarakat.Sebagai pendidik, guru mempunyai tugas yang sangat signifikan untuk menjadikan siswa 4 mampu mengembangkan potensinya.

  3 4 Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator (Semarang: Rasail Media Group,2007).hlm.3.

  Berbagai penelitian menemukan keterampilan spritual akan semakin penting peranannya dalam kehidupan dari pada kemampuan intelektual.Atau dengan kata lain, memiliki SQ tinggi mungkin lebih penting pencapaian keberhasilan ketimbang IQ tinggi yang diukur berdasarkan uji standar terhadap kecerdasan kognitif verbal dan non 5 verbal.

  Spiritual Qoutient sangat mempengaruhi kehidupan seseorang secara

  keseluruhan, mulai dari kehidupan dalam keluarga, sekolah, pekerjaan maupun sampai pada interaksi lingkungan sosialnya. Spiritual Qoutient adalah kemampuan untuk mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi baik pada diri sendiri dan dalam hubungan orang lain.

  Bagi bangsa Indonesia agama merupakan bagian yang tidak dipisahkan dalam kehidupannya, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota masyarakat. Sepanjang sejarahnya, gerak langkah dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia telah dijiwai dengan kehidupan yang religius. Mereka memahami benar bahwa keberhasilan dan kebahagian yang hakiki tidak dapat dicapai tanpa agama. Keberhasilan materi dan kesuksesan serta prestasi duniawi bukanlah satu-satunya yang menjadi dambaan hidup. Dengan disertai penghayatan agama yang mendalam atau pendekatan diri kepada Tuhan, kesuksesan itu menjadi 6 benar-benar bermakna.

  Di sisi lain, agama tidak hanya mengatur hubungan individu dengan Tuhan Yang Maha Esa dalam merangka mencapai kebahagian sejati. Agama dengan nilai

  • –nilai transendentalnya (penting) telah menjadi penyangga kehidupan yang harmonis dan damai antara sesama warga negara yang sangat heterogin dan majemuk di negara ini. Dengan kata lain, agama telah menjadi landasan kehidupan sosial kemasyarakatan.

  5 Hamzah B.uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2006),hlm.101-102. 6 Departemen Agama RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, Berbagai tindakan negatif, penyimpangan dan kejahatan masih mewarnai kehidupan bangsa ini, bahkan itu juga dilakukan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat.Bahkan, ajaran agama yang mestinya menjadi dorongan dan semangat untuk beretos kerja yang tinggi dan berprilaku tertib serta disiplin, ternyata sebelum sepenuhnya berfungsi. Agama dengan ajaran dan nilai-nilainya masih menjadi sesuatu yang formal.

  Gejala kemerosotan moral dewasa ini sudah benar-benar mengkhawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong-menolong dan kasih sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling menjegal dan saling merugikan. Banyak terjadi adu domba dan fitnah, menjilat, menipu, mengambil hak orang lain sesuka hati, dan 7 perbuatan-perbuatan maksiat lainnya.

  Kemerosotan moral yang demikian itu lebih mengkhawatirkan lagi, karena bukan hanya menimpa kalangan orang dewasa dalam berbagi jabatan, kedudukan dan profesinya, melainkan juga telah menimpa kepada para siswa tunas-tunas muda yang diharapkan dapat melanjutkan perjuangan membela kebenaran, keadilan dan perdamaian masa depan.

  Biasanya merosotnya moral disertai oleh sikap menjauh dari agama. Nilai-nilai moral yang tidak didasarkan kepada agama akan terus berubah sesuai dengan keadaan, waktu dan tempat. Keadaan nilai-nilai yang berubah itu menimbulkan kegoncangan pula, karena menyebabkan orang hidup tanpa pegangan yang pasti. Nilai yang tetap dan tidak berubah adalah nlai-nilai agama, karena nilai agama itu absolut dan berlaku sepanjang zaman, tidak dipengaruhi oleh waktu, tempat dan keadaan.

  Maka orang yang kuat keyakinan beragamalah yang mampu mempertahankan nilai agamanya yang absolut itu dalam kehidupan sehari-hari dan tidak terpengaruh oleh kemerosotan moral yang terjadi dalam masyarakat serta dapat mempertahankan ketenangan jiwanya.

  Oleh sebab itu sangat penting melaksanakan penanaman nilai moral dan agama serta nilai-nilai sosial dan akhlak kepada manusia khususnya bagi para remaja (siswa) sejak usia dini. 7 Abuddin Nata,Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam Di

  Telah terbukti secara ilmiah bahwa Spiritual Qoutient memegang peranan penting dalam mencapai keberhasilan di segala bidang. Menurut Robert K Co oper, “hati mengaktifkan nilai-nilai yang terdalam, mengubahnya dari sesuatu yang dipikirkan menjadi sesuatu yang 8 dijalani.

  Menurut Mc Cleland yang dikutip oleh Ary Ginanjar, “seperangkat kecakapan khusus seperti: empati, disiplin diri, dan insiatif, akan membedakan antara mereka yang sukses sebagai bintang kinerja dengan 9 yang hanya sebatas bertahan dilapangan pekerjaan.

  Inti kemampuan pribadi yang merupakan kunci utama keberhasilan seseorang sesungguhnya adalah Spiritual Qoutient. Di sinilah tugas guru agama, harus mampu memberikan pemahaman kepada siswa tentang materi pendidikan yang diberikannya. Pemahaman inilah lebih mudah diserap jika pendidikan agama yang diberikan dikaitkan dengan kehidupan sehari

  • –hari tidak terbatas pada kegiatan yang bersifat hafalan semata, sehingga terbentulah karakter yang baik pada diri anak disekolah.

  Spiritual Quotient (SQ) nilai Moral dan Pendidikan Pengertian Karakter

  Kecerdasan adalah “potensi yang dimiliki seseorang untuk 10 Menurut C.P.Chaplin yang dikutip beradaptasi dengan lingkungannya”. oleh Syamsu Yusuf mengartikan “intelegensi itu sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan 11 Menurut Zohar dan Ian Marshall yang dikutip oleh Ari efektif”.

  Ginanjar mendefinisikan:

  8 9 Ary Ginanjar Agustian....., hlm.7 10 Ibid., hlm.9 Monty P.Satiadarma Fidelis E.Waruwu, Mendidik Kecerdasan,(Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003), hlm.26. 11 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, (Bandung: Remaja

  “Kecerdasan spritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup 12 seseorang l ebih bermakna dibandingkan dengan yang lain”. Kecerdasan spritual atau Spiritual Quotient (SQ) adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita. Dalam Spiritual Quotient (SQ), kecerdasan spritual adalah kemampuan untuk memberi makna spritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan serta mampu menyinergikan 13 IQ, EQ, SQ secara komprehensif.

  Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa Spiritual Quotient (SQ) adalah kecerdasan seseorang dalam menentukan sikap dalam menjalani hidup sehingga merasa hidup lebih bermakna dengan menempatkan keikhlasan kepada Allah sebagai sumber utama kehidupan dengan menjalani perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Moral merupakan suatu norma yang sifatnya kesadaran atau keinsyafan terhadap suatu kewajiban melakukan sesuatu atau suatu keharusan untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan tertentu yang dinilai masyarakat melanggar norma- norma moral.

  Secara Etimologi Karakter berasal dari bahasa Yunani “Kharakter” dan b 14 ahasa Inggris “Character” yang berarti membuat tajam, membuat dalam . Karakter adalah ciri khas yang di miliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, dan merupakan mesin yang mendorong 15 bagaimana seoarang bertindak, bersikap, berujar, dan merespon sesuatu. 12 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual, (Jakarta: Arga, 2009), hlm. 13. 13 14 Ibid., hlm. 13.

  Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Persfektif Islam ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011) h. 11 15 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter Jadi, Karakter adalah suatu perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari- 16 hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak.

  Pendidikan karakter adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Dalam definisi ini ada tiga ide pikiran penting, yaitu: Proses transformasi nilai- nilai, ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan menjadi satu dalam 17 perilaku.

  Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan 18 kamil. Pendidikan karakter adalah mengajarkan anak didik berfikir cerdas, mengaktivasi otak tengah secara alami. Pendidikan karakter juga dapat diartikan pendidikan budi pekerti plus, yaitu melibatkan aspek pengetahuan (Cognitive), perasaan (Feeling), dan tindakan (Action). Tanpa ketiga aspek tersebut, pendidikan karakter tidak efektif. Pendidikan karakter ditetapkan secara sistematis dan berkelanjutan dan seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Karena kecerdasan emosi ini 19 merupakan bekal penting bagi anak untuk menyonsong masa depan.

  Dari beberapa pengertian dan penjelasan di atas, dapat disimpulkan, bahwa Pendidikan Karakter adalah adalah suatu tindakan yang dapat membentuk suatu kepribadian yang baik bagi peserta didik yang ditanamkan dengan nilai-nilai keagamaan, melalui guru, orang tua, dan lingkungan sekitar. Sehingga, dengan demikian, sebagaimana tujuan pendidikan itu adalah pembentukan kepribadian yang baik. Maka, pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan 16 17 Ibid, h. 42 18 Abdul Majid dan Dian Andayani, Op.cit. h.

   diakses Tanggal 6 Nopember 2015 19 Jamal Ma‟mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah).

  

Langkah-langkah Membangun Spiritual Quotient (SQ) di Sekolah

untuk menguatkan pendidkan karakter Spiritual Quotient

  (SQ) bukan merupakan lawan kecerdasan intelektual yang biasa dikenal dengan IQ, namun keduanya berinteraksi secara dinamis. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa Spiritual Quotient (SQ) miliki peran yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan di sekolah, tempat kerja, dan dalam berkomunikasi di lingkungan masyarakat.

  Menurut Ari Ginanjar ada beberapa langkah dalam membangun

  Spiritual Quotient

  (SQ) yaitu: 1. Hati (Value) yang ihsan pada God Spot 2. Prinsip moral berdasarkan rukun Iman a.

  Beriman kepada Allah SWT b.

  Beriman kepada Malaikat-Malaikat c. Beriman kepada Kitab-kitab Allah SWT d.

  Beriman kepada Nabi dan Rasul e. Beriman kepada hari kemudian f. Beriman kepada Qada dan Qadar Allah SWT 3. Langkah sukses berdasarkan rukun Islam a.

  Mengucap dua kalimat syahadat b.

  Mengerjakan shalat c. Membayar zakat d.

  Berpuasa di bulan Ramadhan 20 e.

  Naik haji jika mampu. Ada 7 nilai dasar SQ yang diambil dari Asmaul Husna yang harus dijunjung tinggi sebagai bentuk pengabdian manusia kepada sifat Allah yang terletak pada pusat orbit: 20

  1.

  Jujur, adalah wujud pengabdian manusia kepada sifat Allah, Al Mukmin.

  2. Tanggung jawab adalah wujud pengabdian manusia kepada sifat Allah, Al Wakil.

  3. Disiplin, adalah wujud pengabdian manusia kepada sifat Allah, Al Matiin.

  4. Kerjasama adalah wujud pengabdian manusia kepada sifat Allah, Al Jaami‟ 5. Adil adalah wujud pengabdian manusia kepada sifat Allah, Al „Adl 6. Visioner, adalah wujud pengabdian manusia kepada sifat Allah, Al

  Aakhr 7. Peduli, adalah wujud pengabdian manusia kepada sifat Allah, As 21 Sami‟ dan Al Bashir.

  Berdasarkan teory pendidikan karakter bahwa nilai dasar SQ 22 tersebut mempunyai kesamaan Merujuk hakikat Pendidikan Karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Makna tersebut berlandaskan Undang-Undang Nomor : 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yaitu : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

  

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, sehat,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab .

  Sedangkan menurut Megawangi, kualiatas karakter meliputi sembilan pilar, yaitu (1) cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; (2) tanggung jawab; (3) jujur/amanah dan arif; (4) hormat dan santun; (5) dermawan, suka menolong, dan gotong royong; (6) percaya diri, kreatif 21 hlm. 90. 22 Ibid.,

  dan pekerja keras; (7) kepemimpinan dan adil; (8) baik dan rendah hati; 23 (9) toleran, cinta damai dan kesatuan.

  Sasaran pendidikan karakter adalah seluruh warga civitas akademika yang terdapat pada setiap satuan pendidikan, baik negeri maupun swasta. Semua warga sekolah yang meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah, menjadi sasaran program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini yang telah berhasil melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dan dapat dijadikan sebagai best practices yang menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-ssekolah lain. Melalui program ini diharapkan lulusannya memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkahlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akdemik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai dengan norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan 24 menjadi budaya sekolah.

  Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan yang antara lain meliputi sebagai berikut. 1) Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja; 2) Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri; 3) Menunjukkan sikap percaya diri; 4) Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang luas; 5) Menghargai keberagaman agama, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional; 6) Mencari dan menerapkan informasi dan lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif; 7) Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif; 8) Menunjukkan kemampuan belajar secara sendiri sesuai dengan potensi yang dimiliki; 9) Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari; 10) Mendeskripsikan gejala alam dan sosial; 11) Memamfaatkan lingkungan secara bertanggungjawab; 12) Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam keidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya 23 24 Ratna Megawangi, op. Cit.,h. 45

  persatuan dalam nagara kesatuan Republik Indonesia; 13) Menghargai karya seni dan budaya nasional; 14) Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kesempurnaan untuk berkarya; 15) Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memamfaatkan waktu luang dengan baik; 16) Berkomunikasi dan beriteraksi secara efektif dan santun; 17) Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalm pergaulan di masyarakat dan menghargai adanya perbedaan pendapat; 18) Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana; 19) Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana; 20) Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah; dan 21) Memiliki 25 jiwa kewirausahaan.

  Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah dan masyarakat sekitar sekolah berdasarkan nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai serta indikator-indikator dalam pendidikkan berkarakter. Seperti yang tertuang dalam pedoman sekolah tentang Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Nilai-nilai serta indikator- indikator yang menunjukkan keberhasilan dalam pendidikan karakter di 26 sekolah dan di kelas adalah sebagai berikut.

  INDIKATOR

  INDIKATOR NILAI DESKRIPSI SEKOLAH KELAS Relegius Sikap dan Merayakan hari-

  Berdo‟a sebelum perilaku yang hari besar dan sesudah patuh dalam keagamaan. pelajaran. melaksanakan Memiliki fasilitas Memberikan ajaran Agama yang dapat kesempatan 25 yang dianutnya, digunakan untuk kepada semua 26 Megawati, Op.cit., h. 75 Kemendiknas, Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama toleransi beribadah. peserta didik terhadap Memberikan untuk pelaksanaan kesempatan melaksanakan ibadah agama kepada semua ibadah. lain, serta hidup peserta didik rukun dengan untuk pemeluk Agama melaksanakan lain. ibadah.

  Jujur Perilaku yang di Menyediakan Menyediakan dasarkan pada fasilitas tempat fasilitas tempat upaya temuan barang temuan barang menjadikan hilang. hilang. dirinya sebagai Transformasi Tempat orang yang selalu laporan keuangan pengumuman dapat dipercaya dan penilaian barang temuan dalam sekolah secara atau hilang. perkataan, berkala. Tranparansi tindakan, dan Menyediakan laporan pekerjaan. kantin kejujuran. keuangan dan

  Menyediakan penilaian kelas kotak saran dan secara berkala. pengaduan. Larangan Larangan menyontek. membawa fasilitas komunikasi pada saat ulangan atau ujian. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dar dirinya.

  Menghargai dan memberikan perlakuan yang sama terhadap seluruh warga skolah tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, status ekonomi, dan kemampuan khas. Memberikan perlakuan yang sama terhadap

  stakeholder

  tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, dan status ekonomi.

  Memberikan pelayanan terhadap seluruh warga kelas tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, status ekonomi. Memberikan pelayanan terhadap anak berkabutuhan khusus. Bekerja dalam kelompok yang berbeda. Disiplin Tindakan yang Memiliki catatan Membiasakan menunjukkan kehadiran. hadir tepat perilaku tertib Memberikan waktu. dan patuh pada penghargaan Membiasakan berbagai kepada warga mematuhi ketentuan dan sekolah yang aturan. peraturan. disiplin. Menggunakan

  Memiliki tata pakaian praktik tertib sekolah. sesuai dengan Membiasakan program studi warga sekolah keahliannya untuk hidup (SMK) berdisiplin. Penyimpanan Menegakkan dan pengeluaran aturan dengan alat dan bahan memberikan (sesuai program sanksi secara adil studi keahlian) bagi yang (SMK). melanggar tata tertib sekolah. Menyediakan peralatan praktik sesuai program studi keahlian (SMK). Kerja keras Perilaku yang Menciptakan Menciptakan menunjukkan suasana suasana upaya sungguh- kompetensi yang kompetensi yang sungguh dalam sehat. sehat. mengatasi Menciptakan Menciptakan berbagai suasan sekolah kondisi etos hambatan yang menantang kerja, pantang belajar, tugas, dan memacu menyerah, dan dan untuk bekerja daya tahan menyelesaikan keras. belajar. tugas dengan Memiliki Menciptakan sebaik-baiknya. pajangan tentang suasana belajar slogan atau motto yang memacu tentang kerja. daya tahan kerja.

  Memiliki pajangan tentang giat bekerja dan belajar. Kreatif Berpikir dan Menciptakan Menciptakan melakukan situasi yang situasi belajar sesuatu untuk menumbuhkan yang bisa menghasilkan daya berpikir dan menumbuhkan cara atau hasil bertindak kreatif. daya pikir dan baru dari sesuatu bertindak yang telah kreatif. dimiliki. Pemberian tugas yang menantang munculnya karya-karya baru baik yang autentik maupun modifikasi. Mandiri Sikap dan Menciptaka situasi Menciptakan perilaku yang sekolah yang suasana kelas tidak mudah membangun yang tergantung pada kemandirian memberikan orang lain dalam peserta didik. kesempatan menyelesaikan kepada peserta tugas-tugas. didik untuk bekerja mandiri. Demokratis Cara berpikir, Melibatkan warga Mengambil bersikap, dan sekolah dalam keputusan kelas bertindak yang setiap secara bersama menilai sama pengambilan melalui hak dan keputusan. musyawarah dan kewajiban Menciptakan mufakat. dirinya dan suasana sekolah Pemilihan orang lain. yang menerima kepengurusan perbedaan. kelas secara Pemilihan terbuka. kepengurusan Seluruh produk OSIS secara kebijakan terbuka. melalui musyawarah dan mufakat.

  Mengimplement asikan model- model pembelajaran dialogis dan interaktif. Rasa ingin tahu

  Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan di dengar.

  Informasi (media cetak atau media elektronik) untuk berekspresi bagi warga sekolah.

  Memfasilitasi warga sekolah untuk bereksplorasi dalam pendidikan, ilmu pengetahuan, tenologi, dan budaya.

  Menciptakan suasana kelas yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja mandiri. Eksplorasi lingkungan secara terprogram.

  Tersedia media komunikasi atau informasi (media cetak atau media elektronik)

  Semangat kebangsaan Cara berpikir, bertindak, berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

  Melakukan upacara rutin sekolah. Melakukan upacara hari-hari besar nasional. Menyelenggarakan peringatan hari kepahlawanan nasional. Memiliki program melakukan kunjungan ketempat bersejarah. Mengikuti lomba pada hari besar nasional.

  Bekerja sama dengan teman sekelas yang berbeda suku, etnis, status soial-ekonomi. Mendiskusikan hari-hari besar nasional. Cinta Tanah Air

  Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

  Menggunakan produk buatan dalam negeri.

  Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Menyediakan informasi (dari sumber cetak, elektronik) tentang kekayaan alam dan budaya Indonesia.

  Memajangkan foto: foto presiden dan wakil presiden, bendera negara, lambang negara, peta Indonesia, gambar kehidupan masyarakat Indonesia.

  Menghargai Prestasi

  Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain.

  Memberikan penghargaan atas hasil prestasi kepada warga sekolah. Memajang tanda- tanda penghargaan prestasi.

  Memberikan penghargaan atas hasil karya peserta pendidik. Memajang tanda-tanda penghargaan prestasi. Menciptakan suasana pembelajaran untuk memotivasi peserta didik berprestasi. Bersahabat/ komunikatif

  Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

  Suasan sekolah yang memudahkan terjadinya interaksi antar warga sekolah. Berkomunikasi dengan bahasa yang santun. Saling menghargai dan menjaga kehormatan. Pergaulan dengan cinta kasih dan rela berkorban.

  Pengaturan kelas yang memudahkan terjadinya interaksi peserta didik. Pembelajaran yang dialogis.

  Guru mendengarkan keluhan-keluhan peserta didik. Dalam berkomunikasi guru tidak menjaga jarak dengan peserta didik. Cinta Damai

  Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

  Menciptakan suasana sekolah dan bekerja yang nyaman, tentram, dan harmonis. Membiasakan perilaku warga sekolah yang anti kekerasan. Membiasakan perilaku warga sekolah yang tidak biasa gender. Perilaku seluruh warga sekolah yang panuh kasih sayang.

  Menciptakan suasana kelas yang damai. Membiasakan perilaku warga sekolah yang anti kekerasan. Pembelajaran yang tidak biasa gender. Kekerabatan di kelas yang penuh kasih sayang. Gemar Kebiasaan Program wajib Daftar buku atau membaca menyediakan baca. tulisan yang waktu untuk Frekuensi dibaca peserta membaca kunjungan didik. berbagai yang perpustakaan. Frekuensi memberikan Menyediakan kunjungan kebajikan bagi fasilitas dan perpustakaan. dirinya. suasana Saling tukar menyenangkan bacaan. untuk membaca. Pembelajaran yang memotivasi anak menggunakan referansi.

  Peduli Sikap dan Pembiasaan Memelihara lingkungan tindakan yang memelihara lingkungan selalu berupaya kebersihan dan kelas. mencegah kelestarian Tersedia tempat kerusakan pada lingkungan pembuangan lingkungan alam sekolah. sampah dalam sekitarnya dan Menyediakan kelas. mengembangkan kamar mandi dan Pembiasaan upaya-upaya air bersih. hemat energi. untuk Pembiasaan Memasang stiker memperbaiki hemat energi. perintah kerusakan alam Membuat biopori mematikan yang sudah di area sekolah. lampu dan terjadi. Melakukan menutup kran pembiasaan air pada setiap memisahkan jenis ruangan apabila sasmpah organik selesai dan anorganik. digunakan Penugasan (SMK). pembuatan kompos dari sampah organik. Penanganan limbah hasil praktik (SMK). Menyediakan peralatan kebersihan. Membuat tandon penyimpanan air.

  Memprogramkan cinta bersih lingkungan. Peduli Sosial

  Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan

  Memfasilitasi kegiatan bersifat sosial.

  Melakukan aksi sosial. Menyediakan fasilitas untuk menyumbang.

  Berempati kepada sesama teman kelas.

  Melakukan aksi sosial. Membangun kerukunan warga kelas. Tanggung jawab

  Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkunga (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

  Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis. Melakukan tugas tanpa disuruh. Menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat. Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas.

  Pelaksanaan tugas piket secara teratur. Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah. Mengajukan usul pemecahan masalah.

  Dari nilai-nilai dan indikator yang dicantumkan di atas tidak semua nilai pendidikan karakter dapat diimplikasikan dalam setiap mata pelajaran dan setiap jenjang pendidikan. Setiap jenjang pendidikan dan mata pelajaran memiliki perbedaan dan persamaan.

  Dari kutipan tersebut terlihat ada beberapa nilai dasar SQ sesuai dengan tujuan pendidikan karakter seperti; Peduli adalah bentuk dari berakhlak mulia, Kemandirian adalah bentuk pekerja keras, kerja sama adalah bentuk gotong royong dalam pendidikan karakter. Namun pendididikan karakter selama ini hanya tertuang dan diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran, bukan dalam bentuk training. Hendaknya nilai dasar SQ dan nilai karakter tersebut tidak hanya dalam proses pembelajaran, tetapi dengan training dalam ruangan audio visual yang dialokasikan waktunya untuk pemantapan SQ dan pembentukan karakter terhadap siswa di Sekolah.

  

Pentingnya menanamkan nilai moral siswa disekolah untuk

pembentukan Karakter

  Seseorang dikatakan sebagai guru tidak cukup “tahu” sesuatu materi yang akan diajarkan, tetapi pertama kali harus merupakan seseorang yang memang memiliki “kepribadian guru” dengan segala ciri tingkat kedewasaannya. Dengan kata lain untuk menjadi guru, seseorang harus 27 memiliki kepribadian.

  Dengan “mendidikkan” dan menanamkan nilai-nilai yang terkandung pada berbagai pengetahuan yang dibarengi dengan contoh- contoh teladan dari sikap dan tingkah laku gurunya, diharapkan siswa dapat menghayati kemudian menjadikan miliknya, sehingga dapat menumbuhkan sikap mental. Jadi tugas seorang guru bukan sekedar menumpahkan semua ilmu pengetahuan tetapi juga “mendidik” seseorang menjadi warga negara yang baik, menjadi seseorang yang 28 berpribadi baik dan utuh. Seorang guru menjadi pendidik berarti sekaligus menjadi pembimbing. Sebagai contoh guru yang berfungsi seb agai “Pendidik” dan

  “pengajar” sering kali melakukan pekerjaan bimbingan, misalnya bimbingan belajar, bimbingan tentang sesuatu keterampilan dan sebagainya. Jadi yang jelas dalam proses pendidikan kegiatan “mendidik”, 29 “mengajar”, dan “bimbingan” sebagai yang tidak dapat dipisahkan. 27 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 137-140. 28 29 Ibid., hlm. 138.

  Membimbing dalam hal ini dapat dikatakan sebagai kegiatan menuntun siswa dalam perkembangannya dengan jalan memberikan 30 lingkungan dan arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

  Untuk pembentukan karakter Sebagai guru harus berlaku membimbing, dalam arti menuntun sesuai dengan kaidah yang baik dan mengarahkan perkembangan siswa sesuai dengan tujuan yang dicita- citakan, termasuk dalam hal ini, yang penting ikut melakukan memecahkan persoalan-persoalan atau kesulitan yang dihadapi anak didik. Dengan demikian, diharapkan dapat menciptakan perkembangan yang lebih baik pada diri siswa, baik perkembangan fisik maupun 31 mental. Secara sistematis, ketangguhan pribadi adalah seseorang yang telah memiliki Spiritual Quotient (SQ) paripurna yaitu seseorang yang telah memiliki 6 prinsip moral sebagai berikut: 1.

  Memiliki prinsip dasar Tauhid yaitu prinsip bintang, yaitu berprinsip hanya kepada Allah SWT.

  2. Memiliki prinsip kepercayaan, yaitu komitmen seperti malaikat.

  3. Memiliki prinsip kepemimpinan, yaitu meneladani Nabi dan Rasul- Nya.

  4. Selalu memiliki prinsip pembelajaran, yaitu berpedoman pada Al- Qur‟an.

  5. Memiliki prinsip masa depan, yaitu beriman kepada “Hari Kemudian”. 32 6.

  Memiliki prinsip keteraturan, yaitu ikhlas kepada “Ketentuan Allah”.

  Menurut Sukarman yang dikutip oleh Tukiran Taniredja untuk mewujudkan sekolah yang efektif, guru dituntut untuk menguasai sepuluh pengetahuan dasar yaitu sebagai berikut: 1.

  Mengembangkan kepribadian 2. Mengusai landasan pengetahuan 3. Menguasai bahan pengajaran 30 31 Ibid., hlm. 140. 32 Ibid., hlm. 140.

  4.

  Menyusun program pengajaran

5. Melaksanakan program pengajaran 6.

  Menilai proses dan program pengajaran 7. Menyelenggarakan program bimbingan 8. Menyelenggarakan administrasi sekolah 9. Berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat

  10.Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan 33 pengajaran.

  Menurut Noor Syam yang dikutip oleh Abdul Aziz, bahwa nilai adalah suatu penetapan atau suatu kualitas objek yang menyangkut suatu 34 jenis apresiasi atau minat. Nilai juga adalah suatu nilai yang objektif atau mutlak dan tidak berubah, tanpa mengambil kira faktor masa, tempat dan juga siapa yang mengamalkannya.

  Istilah moral berasal dari kata Latin mores yang artinya tata cara 35 dalam kehidupan adat istiadat, atau kebiasaan. Moral didefinisikan akan berbunyi, “moral berkenaan dengan norma-norma umum, mengenai yang 36 baik atau benar dalam cara hidup seseorang.

  Moral merupakan suatu norma yang sifatnya kesadaran atau keinsyafan terhadap suatu kewajiban melakukan sesuatu atau suatu keharusan untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan tertentu yang dinilai 37 masyarakat melanggar norma-norma moral. Yang dimaksud sistem nilai dan moral adalah suatu keseluruhan tatanan yang terdiri dari dua atau lebih dari komponen yang satu sama lain saling mempengaruhi atau bekerja dalam satu kesetuan atau

  33 Tukiran Taniredja, dkk, penelitian Tindakan Kelas Untuk Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 9. 34 35 Abdul Aziz, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 120. 36 Muhammad Ali dan Muhammad Asrori,Op.Cit., hlm. 136.

  Wiwit Wahyuning, dkk Mengkomunikasikan Moral Kepada Anak, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2003), hlm. 3. 37 keterpaduan yang bulat yang berorientasi kepada nilai dan moralitas 38 Islami.

  Pendidikan agama dan pendidikan moral mendapatkan tempat yang wajar dan leluasa dalam sistem pendidikan nasional Indonesia. Pendidikan agama biasanya diartikan pendidikan yang meteri bahasanya berkaitan dengan keimanan, ketakwaan, akhlak dan ibadah kepada Tuhan. Dengan demikian pendidikan agama berkaitan dengan pembinaan sikap mental spirital yang selanjutnya dapat mendasari tingkah laku manusia dalam berbagai bidang kehidupan. Pendidikan agama tidak terlepas dari upaya menanamkan nilai-nilai serta unsur agama pada jiwa 39 seseorang. 40 Dalam Islam moral merupakan terjemahan dari kata akhlak. Sedangkan nilai moral keagamaan adalah nilai yang berdasarkan asas kepercayaan terhadap Allah, kepercayaan kehidupan akhirat, sesuai dengan dasar Islam yang berlandaskan Al- Qur‟an dan Hadist.

  Nilai keagamaan inilah nilai akhlak diwajibkan keatas penganut Islam supaya membentuk kehidupan bahagia dunia dan akhirat. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan yang berkaitan dengan nilai

  • –nilai moral keagamaan, maka guru dituntut mempunyai kemampuan atau kompetensi.

  Menurut W.Robert Houston yang dikutip Abdul Mujib mendefinisikan kompetensi adalah suatu tugas yang memadai atau pemilikan pengetahuan, pemikiran, dan kemampuan yang dianut oleh 41 jabatan seseorang. Kekuatan moral adalah kekuatan kepribadian seseorang yang mantap dalam kesanggupannya untuk bertindak sesuai dengan apa yang 38 39 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm, 139. 40 Abuddin Nata, Op.Cit, hlm, 195. 41 Ibid., hlm, 196. diyakininya sebagai benar. Sikap-sikap kepribadian moral yang kuat meliputi indikator sebagai berikut: 1.

  Sikap kejujuran 2. Nilai-nilai otentik 3. Sikap kesediaan untuk bertanggung jawab 4. Sikap kemandirian moral 5. Sikap keberanian moral 6. Sikap kerendahan hati 7. Sikap realistik 42 8. Sikap kritis.

  Ketika orang berbicara tentang nilai-nilai moral, pada umumnya akan terdengar sebagai sikap dan perbuatan seseorang terhadap orang lain. Karakteristik manusia bermoral yang meliputi indikator sebagai berikut:

  1. Setia, jujur, dan dapat dipercaya.

  2. Baik hati, penyayang, empatis, peka, dan toleran.

  3. Pekerja keras, bertanggung jawab, dan memiliki disiplin diri.

  4. Mandiri, dan mampu menghadapi tekanan kelompok.

  5. Murah hati, memberi, dan tidak mementingkan diri sendiri.

  6. Memperhatikan, dan memiliki penghargaan tentang otoritas yang sah, peraturan, dan hukum.

  7. Menghargai diri sendiri dan hak orang lain.

  8. Menghargai kehidupan, kepemilikan, alam, orang yang lebih tua, dan orang tua.

  9. Santun, dan memiliki adab kesopanan.

  10. Adil dalam permasalahan dan permainan.

  11. Murah hati dan pemaaf.

  12. Selalu ingin melayani,memberikan sumbanganpada keluarga, masyarakat, negara, agama dan sekolah.

  13. Pemberani.

  14. Tenang, damai, dan tenteram. 42 Franz Magnis Suseno, Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral,

  Dari beberapa nilai moral tersebut bahwa pendidikan nilai moral mempunyai daya tambah yaitu ; mengharhgai diri sendiri dan hak orang lain, bersikap tenang, adil dalam permasalahan dan permainan, menghargai orang yang lebih tua, orang tua, dan kritis. Daya tambah ini hendaknya menjadi pertimbangan dalam penguatan kurikulum pendidikan karakter di Sekolah

  

Spiritual Quotient (SQ) dan Penanaman Nilai Moral Siswa untuk

Penguatan Kurikulum Pendidikan Karakter di Sekolah

  Guru merupakan salah satu unsur dibidang kependidikan harus berperan serta secara efektif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin 43 berkembang. Menurut Ahmad Tafsir yang dikutip oleh Mansur mengatakan pengertian pendidikan secara luas adalah pengembangan pribadi dalam semua aspek-aspeknya dengan penjelasan bahwa yang dimaksud pengembanganpribadi ialah yang mencakup pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan, pendidikan oleh orang lain, 44 seluruh aspek mencakup jasmani, akal, hati. Setiap guru profesional berkewajiban menghayati dan mengamalkan pancasila dan bertanggung jawab mewariskan moral pancasila itu serta nlai-nilai Undang-Undang Dasar 1945 kepada generasi 45 muda. Bahkan dalam arti yang lebih luas, dimana sekolah merupakan/ berfungsi juga sebagai penghubung dan ilmu dan teknologi dengan masyarakat, dimana sekolah merupakan lembaga yang turut mengemban

  43 44 Sardiman, Op.Cit, hlm. 125.

  Mansur, Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2004), hlm. 109. 45 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendeaktan Kompetensi, (Jakarta: tugas memodernisasi masyarakat dan dimana sekolah turut serta secara 46 aktif dalam membangun.

  Oleh karena itu guru di sekolah juga mempunyai peran penting

  • – dalam membantu siswa untuk mengatasi kesulitannya, yang kadang kadang kurang mampu memusatkan perhatiannya terhadap mata pelajaran, atau mudah tersinggung atau condong kepada bertengkar dengan teman
  • –temannya. Keterbukaan guru menerima siswa yang demikian akan menjadikan siswa sadar akan sikap dan tingkah lakunya yang kurang baik.

  Untuk itu siswa sangat memerlukan bimbingan, pengarahan, penyuluhan, pendidikan dan pengawasan yang intesif. Maka disinilah peran guru agama yaitu untuk membersihkan hati, mensucikan jiwa serta dapat mendidik dan mendorong untuk berlaku yang sesuai dengan tujuan pendidikan keagamaan yaitu membentuk kepribadian yang utama. Di samping itu juga dengan diajarkan agama anak dibimbing agar dapat menempuh jalan yang baik dan lurus dalam kehidupan sehari