The realization of radiation dose’s monitoring activity in Radiology Installation of RSUD

  

Tema: 6 Rekayasa sosial dan pengembangan perdesaan

ANALISIS MOTIVASI RADIOGRAFER TERHADAP KEPATUHAN

PENGGUNAAN ALAT MONITORING DOSIS RADIASI PERSONAL

THERMOLUMINESCENCE DOSIMETER DI INSTALASI RADIOLOGI

RSUD DR. R GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

  

Oleh

1) 2) Dartini ; Agferty Chandra Listiantika

  

Prodi D III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Purwokerto; Jurusan Teknik

Radiodiagnostik dan Radioterapi; Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

Jl. Raya Baturraden KM. 12; Banyumas

dartini.tini@gmail.com

  

ABSTRAK

Pelaksanaan kegiatan pemantauan dosis radiasi di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R

Goeteng Taroenadibrata Purbalingga dalam pemakaian thermoluminescence dosimeter

sebagai alat monitoring dosis radiasi personal tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah

No. 33 Tahun 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi

radiografer dengan kepatuhan penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal

  thermoluminescence dosimeter

  di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata

Purbalingga. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan survey

delapan radiografer sebagai responden di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng

Taroenadibrata Purbalingga. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat

  Kendall Tau

  

menggunakan uji statistik . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara motivasi radiografer dengan kepatuhan penggunaan alat monitoring dosis

radiasi personal thermoluminescence dosimeter dengan p-value motivasi intrinsik sebesar

  p-value p-value

  

0,031 dan motivasi ekstrinsik sebesar 0,021, sehingga keseluruhan motivasi

  p-value

  

radiografer sebesar 0,021, artinya <0,05 (Ho ditolak dan Ha diterima). Nilai

koefisien korelasi (r) yang terjadi pada motivasi intrinsik sebesar 0,775 dan motivasi

ekstrinsik sebesar 0,840, sehingga keseluruhan nilai koefisien korelasi (r) pada motivasi

radiografer sebesar 0,840 yang menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat kuat,

artinya semakin baik motivasi radiografer maka akan semakin tinggi pula kepatuhan

penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal. Maka dapat disimpulkan bahwa

kepatuhan radiografer dalam penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal

  thermoluminescence dosimeter

  di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga dipengaruhi oleh motivasi radiografer.

  

ABSTRACT

The realization of radiation dose’s monitoring activity in Radiology Installation of RSUD

  Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga in the use of thermoluminescence dosimeter as personal radiation dose monitoring tool is inappropriate with the Goverment Rules No. 33 Year 2007. The purpose of this research is to find out the motivation correlation between the radiographer and the tool usage obedience of thermoluminescence dosimeter personal radiation dose monitoring in Radiology Installation of RSUD Dr. R Goeteng

  Taroenadibrata Purbalingga. This quantitative research used survey approach with eight radiographers as the respondents in Radiology Installation of RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. The data in this research is analysed by doing univaria t and

  

bivariat using Kendall Tau’s statistic tests. The result of this research shows that there is a

correlation between the radiographer’s motivation and the tool usage obedience of

  thermoluminescence dosimeter personal radiation dose monitoring with p-value of intrinsic motivation in the amount of 0,031 and p-value extrinsic motivation in the amount of 0,021, so the overall p-

  • value < 0,05 (Ho

  

value radiographers’ motivation is 0,021, meaning is p

  rejected and Ha accepted ). The value of correlation coefficient ( r ) which happens to intrinsic motivation is 0,775 and extrinsic motivation is 0,840, so the value of correlation

  

coefficient’s overall ( r ) in radiographer motivation is 0,840 which shows the positive and

  very strong correlation. It means that th

  e better the radiographers’ motivation the better

  the obedience of personal radiation dose monitoring tool. So we can conclude that the obedience of radiographers in using thermoluminescence dosimeter personal radiation dose monitoring in Radiology Installation of RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga is being affected by radiographers’ motivation.

  PENDAHULUAN

  Setiap pekerja radiasi selalu mempunyai resiko terkena paparan radiasi pengion selama menjalankan tugasnya. Ada berbagai jenis radiasi pengion yang berpotensi memberikan efek merugikan terhadap tubuh manusia. Efek merugikan itu dapat muncul apabila tubuh manusia mendapatkan paparan radiasi dengan dosis yang berlebihan. Faktor keselamatan manusia dalam pemanfaatan teknik nuklir harus mendapatkan prioritas utama. Setiap pemanfaatan radiasi pengion harus menyertakan upaya proteksi agar penerimaan dosis radiasi oleh pekerja selalu terkontrol dan tidak melampaui nilai batas dosis yang telah ditetapkan (Akhadi, 2000).

  Salah satu cara untuk menghindari terjadinya paparan radiasi pengion yang berlebih terhadap tubuh manusia adalah dengan melakukan pemantauan rutin dosis perorangan para pekerja radiasi, untuk menghindari kemungkinan buruk yang tidak diinginkan (Akhadi, 2000).

  Pekerja radiasi harus mendapatkan pelayanan pemantauan dosis perorangan selama menjalankan tugasnya. Pengukuran atau pemantauan radiasi manusia harus mengandalkan pada kemampuan alat-alat monitoring dosis radiasi personal atau perorangan. Dosimeter personal adalah alat pencatat dosis radiasi yang mampu merekam dosis akumulasi yang diterima oleh setiap individu pekerja radiasi. Terdapat berbagai jenis dosimeter yang sampai saat ini telah berhasil dikembangkan, antara lain dosimeter saku, film badge, dan thermoluminescence dosimeter (TLD) (Akhadi, 2000).

  Penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal harus sesuai dengan sumber radiasi yang digunakan dan pematauan dosis yang tercatat hanya dapat dilakukan oleh instansi atau badan lain yang terakreditasi dan ditunjuk oleh BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir). Setiap pekerja yang berhubungan dengan radiasi wajib memakai pemantau dosis perorangan (PP Nomor 33 Tahun 2007).

  Thermoluminescence dosimeter (TLD) merupakan salah satu jenis alat monitoring dosis

  radiasi personal yang sekarang ini banyak digunakan di berbagai rumah sakit karena mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh alat monitoring dosis radiasi personal lainnya. Kelebihan atau keunggulan dari TLD adalah memiliki tingkat ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan alat monitoring dosis radiasi personal lainnya, mudah dalam pengoperasian, lebih sensitif dan dapat digunakan lagi setelah pembacaan (Akhadi, 2000).

  Kepatuhan penggunaan Thermoluminescence dosimeter (TLD) dapat dipengaruhi oleh motivasi. Menurut Slamet (2007), kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti disiplin dan taat. Patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah atau aturan. Sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin. Motivasi adalah konsep yang menggambarkan baik kondisi ekstrinsik yang merangsang perilaku tertentu, maupun respon intrinsik yang menampakkan perilaku manusia. Respon intrinsik ditopang oleh sumber energi yang disebut motif (Swanburg, 2002). Motif adalah sesuatu yang merupakan alasan mengapa seseorang memulai tindakan. Motivasi adalah suatu set atau kumpulan perilaku yang memberi landasan bagi seseorang yang bertindak dalam suatu cara yang diarahkan pada suatu tujuan spesifik tertentu (specific goal

  

directed) . Memotivasi adalah menunjukan arah tertentu kepada seseorang atau sekelompok orang

dan mengambil langkah yang perlu untuk memastikan mereka sampai tujuan (Soeroso, 2003).

  Instalasi Radiologi RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga telah menggunakan

  

thermoluminescence dosimeter (TLD) bagi semua pekerja radiasi. Sesuai dengan Standar Prosedur

  Operasional (SPO) di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga setiap pekerja radiasi atau radiografer wajib menggunakan thermoluminenscence dosimeter (TLD) selama bekerja di medan radiasi. Tetapi masih ada sebagian radiografer yang kurang patuh dalam hal pemakaian (TLD) saat bekerja.

  thermoluminenscence dosimeter Berdasarkan uraian di atas dan hasil observasi penulis di Instalasi Radiologi RSUD DR. R.

  Goeteng Taroenadibrata Purbalingga penulis tertarik mengadakan penelitian yang berjudul

  

”Analisis Motivasi Radiografer Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Monitoring Dosis Radiasi

  Personal Di Instalasi Radiologi Dr. R Goeteng Taroenadibrata

  Thermoluminescence Dosimeter Purbalingga”.

METODE PENELITIAN

  Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan survey. Pengambilan data dengan cara observasi dan survey yaitu memberikan kuesioner kepada radiografer. Populasi 8 orang radiografer. Sampel adalah total populasi yaitu 8 orang radiografer. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei 2017 di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goteng Taroenadibrata Purbalingga. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji statistik Kendall Tau .

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Kuesioner dibagikan kepada responden dengan gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin, umur, masa kerja dan pendidikan.

  Analisis Univariat 1.

  Penilaian Responden Terhadap Motivasi Radiografer dengan Kepatuhan Penggunaan Alat

  Monitoring Dosis Radiasi Personal Thermoluminescence Dosimeter di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga ditujukan pada tabel 1.

  Tabel 1. Distribusi Frekuensi Motivasi Radiografer No Tingkat F % Motivasi Moivasi Lemah 1 12,5 %

  1

  2 Motivasi Sedang 5 62,5 %

  3 Motivasi Kuat 2 25 % 8 100 %

  TOTAL

  Tabel 1. Menunjukkan bahwa sebagian besar responden termasuk kategori motivasi sedang yaitu 62,5 % dan sisanya termasuk kategori motivasi kuat 25 % dan kategori motivasi lemah 12,5 %.

2. Penilaian Kepatuhan Penggunaan Alat Monitoring Dosis Radiasi Personal

  Thermoluminescence Dosimeter di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga dengan melakukan obsevasi ditujukan pada tabel 2.

  Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Radiografer Dalam Penggunaan Alat Monitoring Dosis Radiasi Personal Thermoluminescence Dosimeter

  No Kepatuhan Radiografer f %

  1 Tidak Menggunakan TLD 6 75 %

  2 Menggunakan TLD 2 25 % Total 8 100 %

  Tabel 2. Menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak patuh dalam penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal thermoluminescence dosimeter yaitu 75 % dan sisanya patuh dalam penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal thermoluminescence dosimeter yaitu 25 %.

  Analisis Bivariat

  Hasil Analisa Uji Hubungan Motivasi Radiografer dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Monitoring Dosis Radiasi Personal Thermoluminescence Dosimeter di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga ditujukan pada tabel 3.

  Tabel 3. Hasil Analisa Uji Hubungan Motivasi Radiografer dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Monitoring Dosis Radiasi Personal

  N Variabel Varibel r p-value Ket o Bebas Terikat

1 Motivasi Kepatuhan 0,840 0,021 Ada Hub

  Radiografer Penggunaan TLD

  Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sub variabel motivasi radiografer dengan kepatuhan penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal diperoleh hasil p-value motivasi intrinsik sebesar 0,021. Karena p-value <0,05 (dengan derajat kesalahan 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan yang signifikan antara motivasi radiografer dengan kepatuhan penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal di Instalasi

  thermoluminescence dosimeter

  Radiologi RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Nilai koefisien korelasi ( r ) yang terjadi sebesar 0,840 yang menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat kuat, artinya semakin baik motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik radiografer maka akan semakin tinggi pula kepatuhan penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal di

  thermoluminescence dosimeter Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

  Menurut Slamet (2007), kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti disiplin dan taat. Patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah atau aturan. Sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin. Kepatuhan penggunaan

  thermoluminescence

  (TLD) dapat dipengaruhi oleh motivasi. Dari analisis data dapat diketahui bahwa

  dosimeter

  sebagian besar responden termasuk kategori tingkat motivasi sedang yaitu 62,5 % tidak menggunakan TLD dan sisanya termasuk kategori tingkat motivasi lemah yaitu 12,5 % tidak menggunakan TLD, sedangkan responden yang termasuk kategori tingkat motivasi kuat yaitu 25 % menggunakan TLD.

  Hal ini menunjukkan bahwa tingkat motivasi radiografer tersebut ada hubungannya dengan kepatuhan radiografer dalam menggunakan ataupun tidak menggunakan thermoluminescence

  

dosimeter (TLD). Karena ada hubungan dengan kepatuhan penggunaan alat monitoring dosis

  radiasi personal thermoluminescence dosimeter maka faktor motivasi radiografer merupakan faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal

  

thermoluminescence dosimeter di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata

Purbalingga.

  Setelah dilakukan analisis uji hubungan didapatkan hasil ada hubungan antara variabel- variabel yang diuji dengan nilai p-value motivasi radiografer sebesar 0,021, artinya p-

  

value <0,05(Ho ditolak dan Ha diterima) maka dapat disimpulkan bahwa kepatuhan penggunaan

  alat monitoring dosis radiasi personal thermoluminescence dosimeter dipengaruhi oleh faktor motivasi radiografer.

  Nilai koefisien korelasi ( r ) yang terjadi sebesar 0,840 menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat kuat, artinya semakin baik motivasi radiografer maka akan semakin tinggi pula kepatuhan penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal thermoluminescence dosimeter di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kurangnya motivasi radiografer yaitu pengetahuan, penghargaan dan hukuman, serta fasilitas. Metode peningkatan motivasi menurut Notoatmodjo (2010) yaitu model sumber daya manusia. Model ini mengatakan bahwa banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi, disamping uang, barang, atau kepuasan tetapi juga kebutuhan akan pengetahuan dan keberhasilan. Pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Pengetahuan dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Menurut model ini setiap manusia cenderung untuk mencapai kepuasan dari prestasi yang dicapai, dan prestasi yang baik tersebut merupakan tanggung jawabnya sebagai anggota masyarakat. Motivasi akan meningkat jika kepada mereka diberikan kepercayaan dan kesempatan untuk membuktikan kemampuannya dalam memelihara kesehatan. Memberikan

  “reward” atau penghargaan dan

“punishment” atau hukuman oleh pimpinan masyarakat atau organisasi kepada anggota masyarakat

  bawahan juga dapat dipandang sebagai upaya peningkatan motivasi berperilaku. Sehingga untuk meningkatkan motivasi radiografer dalam penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal dengan memberikan penyegaran materi (pengetahuan) tentang

  thermoluminescence dosimeter

  pentingnya penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal oleh responden yang tingkat motivasinya kuat serta dengan pemberian

  “reward” atau penghargaan dan “punishment” atau

  hukuman bagi radiografer yang patuh dan yang tidak patuh dalam penggunaan alat monitoring dosis radiasi dan instansi menyediakan kartu dosis bagi

  personal thermoluminescence dosimeter

  setiap radiografer di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga agar dosis radiasi yang diterima dapat terkontrol dan terdokumentasi setiap periodiknya.

KESIMPULAN DAN SARAN

  Ada hubungan antara Motivasi Radiografer dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Monitoring Dosis Radiasi Personal Thermoluminescence Dosimeter di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga, dengan nilai p-value motivasi radiografer sebesar 0,021, artinya p-value <0,05(Ho ditolak dan Ha diterima) maka dapat disimpulkan bahwa kepatuhan penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal thermoluminescence dosimeter dipengaruhi oleh faktor motivasi radiografer. Nilai koefisien korelasi ( r ) yang terjadi pada motivasi radiografer sebesar 0,840 yang menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat kuat, artinya semakin baik motivasi radiografer maka akan semakin tinggi pula kepatuhan penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal thermoluminescence dosimeter di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

  Saran untuk meningkatkan motivasi sebaiknya diberikan penyegaran materi (pengetahuan) tentang pentingnya penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal oleh responden yang tingkat motivasinya kuat serta dengan pemberian

  “reward” atau penghargaan dan “punishment” atau

  hukuman bagi radiografer yang patuh dan yang tidak patuh dalam penggunaan alat monitoring dosis radiasi personal thermoluminescence dosimeter di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga dan instansi sebaiknya menyediakan kartu dosis bagi setiap radiografer di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga agar dosis radiasi yang diterima dapat terkontrol dan terdokumentasi setiap periodiknya.

DAFTAR PUSTAKA

  Afriliana. 2011. Kebijakan Penggunaan Film Badge di Instalasi Radiologi RSUP dr. Sardjito . Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Semarang.

  Yogyakarta Akhadi, Mukhlas. 2000. . Jakarta : Rineka Cipta.

  Dasar-Dasar Proteksi Radiasi Hasibuan, M. 2003.

  Jakarta : Bumi Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. Aksara.

  Hidayat, A. A. 2009.

  . Edisi Pertama.

  MetodePenelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data Jakarta : Salemba Medika.

  Kartikasari, Rahmi. 2012.

  Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Radiografer Dalam Memakai Film Badge Di Instalasi Radiodiagnostik RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto . Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Semarang.

  

Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 02-P/Ka-BAPETEN/1-03 Tentang

  . Diakses pada tanggal 7 Februari

  Sistem Pelayanan Pemantauan Dosis Eksterna Perorangan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 375 Tentang Standar Profesi

Radiografer. Diakses pada tanggal

  10 Februari 2017. Kusumaningsih, Wahyu. 2012. Analisa Faktor Penggunaan Film Badge di Instalasi Radiologi

  Rumah Sakit Banyumas . Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Semarang.

  Laksmiarti, Turniani . 2002 . Alat Pemantau Perorangan Pada Tenaga Kerja Radiasi Di Bidang . Diakses pada tanggal 14 Januari 2

  Kesehatan Luthans, F. 2006. . Yogyakarta : Penerbit Andi.

  Perilaku Organisasi. Edisi Kesepuluh Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta.

  Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta.

  

Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8 tahun 2011 Tentang Keselamatan

Radiasi Dalam Penggunaan Pesawat Sina r-X Radiologi Diagnostik Dan Intervensional .

  Diakses pada tanggal 7 Februari 2017

  

Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 4 tahun 2013 Tentang Proteksi

Keselamatan Radiasi . Diakses pada tanggal 7 Februari

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi

Pengion dan Keselamatan Sumber Radioaktif . Diakses pada tanggal 5 Februari 2017.

  http://prokum.esdm.go. id/pp332007.pdf. Rasad, Sjahriar. 2009. Radiologi Diagnostik . Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan . Yogyakarta : Nuha Medika. Slamet, Juli Soemirat. 2007. . Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

  Kesehatan Lingkungan Soeroso, S. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit (Suatu Pendekatan Sistem) .

  Jakarta : Penerbit Buku EGC, Edisi 1. Sugiyono. 2008.

  . Bandung : Alfabeta.

  Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D Swanburg, R. C. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan , Terjemahan.

  Jakarta : EGC. Wilson, Bangun. 2008. Intisari Manajemen . Bandung : Penerbit PT Refika Aditama.