NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS PASCA OPERASI Penatalaksaan Terapi Latihan Pada Kasus Paska Operasi Fraktur Tibia Plateau Proksimal Sinistra Dengan Pemasangan Plate And Screw Di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Yogyakarta.

NASKAH PUBLIKASI
PENATALAKSAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS PASCA OPERASI
FRAKTUR TIBIA PLATEAU PROXIMAL SINISTRA DENGAN
PEMASANGAN PLATE DAN SCREW DI RUMAH SAKIT
PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Disusun oleh:

DHIAN WULANSARI
J100090046

Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk
Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

PROGRAM STUDI DIII FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

HALAMAN PENGESAHAN
Dipertahankan di depan Dosen Penguji Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa

Program Studi Fisioterapi Falkutas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta dan di terima untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi persyaratan
untuk menyelesaikan program pendidikan Diploma III Fisioterapi.
Hari

: Senin

Tanggal

: 16 Juli 2012

PENATALAKSAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS PASCA OPERASI
FRAKTUR TIBIA PLATEAU PROXIMAL SINISTRA DENGAN
PEMASANGAN PLATE DAN SCREW DI RUMAH SAKIT
PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(Dhian Wulansari, 2012)
ABSTRAK

Latar Belakang : Fraktur Tibia Plateau sering diakibatkan oleh kecelakaan lalu
lintas. Pada penanganan kasus ini dilakukan dengan pemasangan plate and

screw.
Tujuan : Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan fisioterapi dengan modalitas
terapi latihan yang berguna mengurangi nyeri, mengurangi oedema, meningkatkan
LGS (Lingkup Gerak sendi) dan meningkatan kekuatan otot.
Hasil : Setelah di lakukan enam kali terapi maka di dapatkan hasil adanya
pengurangan nyeri. Nyeri diam dari T1 = 53 mm menjadi T6 = 24 mm , Nyeri
gerak T1 = 71 mm menjadi T6 = 34 mm, Nyeri tekan T1 =24 mm menjadi T6 =
12 mm. Pengurangan oedema yaitu lingkar malleolus T1= 28,5 cm menjadi T6=
26 cm, maleolus ke distal 5cm T1 = 24,5 cm menjadi T6 = 23,5 cm, maleolus ke
dista l 10 cm T1 = 23,5 cm menjadi T6 = 21 cm, maleolus ke proksimal 5 cm T1
= 24 cm menjadi T6 = 20 cm, maleolus ke proksimal 10 cm T1 = 28 cm menjadi
T6 = 24 cm, patella T1 = 43 cm menjadi T6 =40 cm. Adanya peningkatan LGS
yaitu T1 sendi hip S = 0-0-30 dan T6 meningkat menjadi S = 0-0-45 , pada T1
sendi knee S = 0-0-10 dan T6 meningkat menjadi S = 0-0-25, dan T1 pada sendi
ankle S= 10-0-15 dan T6 meningkat menjadi S= 15-0-20. Dan adanya
peningkatan kekuatan otot yaitu sendi hip fleksor T1= 2 menjadi T6= 4-, pada otot
ekstensor T1 = 2 menjadi T6 = 4- pada sendi knee otot fleksor T1 = 2 menjadi
T6= 4- sedangan ekstensor T1= 2 menjadi T6 = 4-, sedangkan pada sendi ankle
dorsal fleksi T1 = 2 menjadi T6 = 4- dan plantar fleksi T1 = 2 menjadi T6 = 4-.
Kesimpulan : Dengan penatalasanaan terapi latihan dapat mengurangi nyeri

diam gerak maupun tekan, mengurangi oedema, peningkatan LGs dan
peningkatan kekuatan otot.
Kata kunci : Fraktur Tibia Plateu, terapi latihan.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fraktur adalah hilangnya kontuinitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang partial. Jadi fraktur tibia
plateu merupakan kasus yang sering menimbulkan komplikasi sekunder seperti

kelainan sendi lutut dan instabilitas sendi lutut. Sehingga akan menyebabkan
gangguan fungsi sendi dan disability setelah cidera. (Apley, 1995)
Penanganan

patah

tulang


terbagi

menjadi

dua

macam

yaitu

secarakonsevatif dan operasi. Dalam hal ini akandibahas penangan fraktur secara
operasi dengan pemasanganplate and screw sebagai alat fiksasi atau penyambung
tulang yang patah. Dengantujuan agar fragment dari tulang yang patah tidak
terjadi pergeseran dan dapatsambung lagi dengan baik.

Post operasi problematika fisioterapinya adalah dengan impermain adanya

nyeri, oedema , keterbatasan LGS dan penurunan kekuatan otot, sehingga dapat
menurunkan kemampuan aktivitas fungsional seperti duduk, berdiri dan berjalan.

Serta dalam kehidupan sehari-hari seperti bersosialisasi dalam masyarakat.
Dari problematika di atas penanganan yang di gunakan adalah terapi
latihan. Seperti static contraction, relax passive movement, free active movement,
resisted active movement, dan assisted active movement.Yang bertujuan untuk

mengurangi nyeri, mengurangi oedema , meningkatkan LGS adan meningkatkan
kekuatan otot.

Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada
individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan
gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan
penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis
dan mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi (Kep Menkes NO 1363/ Menkes SK
XII, 2001).
B. Tujuan Laporan Kasus

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :
Untuk mengetahui manfaat terapi

latihanterhadap pengurangan nyeri,


pengurangan oedema, peningkatan lingkup gerak sendi dan peningkatan
kekuatan otot.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diskripsi Kasus
1. Pengertian
Fraktur adalah hilangnya kontuinitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan
epifisis, baik yang bersifat total maupun yang partial. Jadi fraktur tibia plateu
merupakan kasus yang sering menimbulkan komplikasi sekunder seperti kelainan
sendi lutut dan instabilitas sendi lutut. Sehingga akan menyebabkan gangguan
fungsi sendi dan disability setelah cidera. (Apley, 1995)
Tibia plateau terdiri dari permukaan articular medial dan lateral, atas yang
merupakan kartilaginosa menisci.medial plateau lebih besar dan concave pada
sagital dan coronal axes.Lateral plateaumeluas lebih tinggi dan convex pada
bidang sagital dan koronal.
2. Etiologi
Menurut Apley (1995) bahwa penyebab terjadinya fraktur dibedakan menjadi
4 macam yaitu a) fraktur karena trauma langsung ( direct violence ), b) fraktur

karena trauma tak langsung (indirect violence), c) fraktur akibat kelelahan tulang
(fatique fracture) dan d) karena kondisi patologis (pathological fracture ). Fraktur
yang terjadi pada kasus ini adalah fraktur karena trauma langsung pada tibia
plateu akibat kecelakaan lalu lintas.

3. Patofisiologi fraktur Tibia Plateu
Fraktur tibia plateau disebabkan oleh kekuatan varus atau valgus bersama

sama dengan pembebanan aksial (kekuatan valgus saja mungkin hanya merobekan
ligament). Keadaan ini kadang kadang akibat pejalan kaki tertabrak mobil (fraktur

bemper). Biasanya ini akibat jatuh dari ketinggian dimana lutut dipaksa masuk
dalam valgus atau varus kondilus tibia remuk atau terbelah oleh kondilus femur
yang berlawanan,yang tetap utuh. Pasien biasanya berumur antara 50 dan 60 tahun
dan sedikit mengalami osteoporosis,tetapi fraktur dapat terjadi pada orang dewasa
pada setiap umur. (Apley, 1995).
4. Tanda dan Gejala
Nyeri,

pembengkakan


dan

sering

kelainan.Ketidakmampuan

untuk

menanggung berat penuh. Ketidakmampuan untuk memindahkan lutut sebagian
atau seluruhnya
B. Tehnologi Interverensi Fisioterapi
Modalitas fisioterapi pada kasus ini adalah terapi latihan, jenis terapi latihan
yang di gunakan :
1. Static contraction
Static contraksi merupakan kontraksi otot tanpa di sertai perubahan panjang

otot dan perubahan LGS, statik kontrasi dapat mengurangi oedema sehingga nyeri
berkurang dan dapat memperlancar aliran darah dan menjaga kekuatan otot agar
tidak terjadi atropi (Kisner 2007).


2. Rileks Passive Movement
Relaxed passive movement adalah suatu gerakan yang di lakukan sepenuhnya

oleh terapis dan pasien dalam posisi yang rileks serta tidak ikut bagian tubuh yang
akan di gerakan. efek yang di dapat dari terapi ini adalah untuk memelihara LGS
yang telah di capai.( Kisner 2007).
3. Free Active Movement

Yaitu suatu gerakan aktif yang dilakukan oleh adanya kekuatan otot dan
anggota tubuh itu sendiri tanpa bantuan, gerakan yang dihasilkan oleh kontraksi
dengan melawan pengaruh gravitasi. Dengan berkurangnya oedema pada daerah
sekitar fraktur maka akan dapat mengurangi rasa nyeri yang disebabkan oleh
adanya oedema .
4. Resisted Active Movement

Yaitu gerak aktif dengan tahanan dari luar terhadap gerakan yang dilakukan
oleh pasien.Tahanan dapat berasal dari terapis, pegas maupun dari pasien itu
sendiri. Salah satu cara untuk meningkatkan kekuatan otot adalah dengan
meningkatkan tahanan secara bertahap dan pengulangan gerakan dikurangi.

5.

Asisted Active Movement

Yaitu suatu gerakan aktif dengan bantuan kekuatan dari luar, sedangkan
pasien tetap mengkontraksikan ototnya secara sadar.Bantuan dari luar dapat
berupa tangan terapis, papan, maupun suspension.Terapi latihan jenis ini dapat
membantu mempertahankan fungsi sendi dan kekuatan otot setelah terjadi fraktur
(Appley, 1995)

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Seorang pasien berusia 46 tahun dengan kondisi post operasi fraktu tibia
plateu dengan pemasangan platen and srew : nyeri tekan pada daerah operasi

(bawah lutut), adanya oedema, keterbatasan LGS pada sendi hip,knee dan ankle
kiri, dan penurunan kekuatan otot pada hip, knee dan ankle kiri. peningkatan
kemampuan fungsional setelah di lakukan interverensi fisioterapi sebanyak 6x
dalam 1 minggu dengan modalitas Terapi latihan.

1. Penurunan Nyeri Gerak, Diam dan Tekan
Tabel 4.1 Pengukuran Nyeri
Evaluasi

T1

T2

T3

T4

T5

T6

ND
NT
NG

53
24
71

51
23
70

43
23
68

39
19
57

32
17
54

24
12
34

2. Pemeriksaan oedema
Tabel 4.2 Evaluasi Oedema
Evaluasi

T1

T2

T3

T4

T5

T6

Lingkar
maleolus
Ke Distal
5cm
Ke Distal
10cm
Ke Proks
5cm
Ke Proks

28,5cm

27,5cm

27cm

26,5cm

26,5cm

26cm

24,5cm

24cm

24cm

23,5cm

23,5cm

23,5cm

23,5cm

23cm

22,5cm

22cm

21,5cm

21cm

24cm

23,5cm

23cm

23cm

21cm

20cm

28cm

27cm

26cm

25,5cm

25cm

24cm

10cm
Patella

43cm

43cm

42cm

41cm

40cm

40cm

3. Keterbatasan LGS
Tabel 4.3 Evaluasi Lingkup Gerak Sendi
Evaluasi

T1

T2

T3

T4

T5

T6

HIP
KNEE
ANKLE

S=0-0-30
S=0-0-10
S=10-0-15

S=0-0-35
S=0-0-15
S=10-0-15

S=0-0-35
S=0-0-20
S=15-0-15

S=0-0-40
S=0-0-20
S=15-0-20

S=0-0-40
S=0-0-20
S=15-0-20

S=0-0-45
S=0-0-25
S=15-0-20

4. Kekuatan Otot
Tabel 4.4 Hasil peningkatan kekuatan otot
Sendi
HIP
-Fleksor
- Ekstensor
KNEE
-Fleksor
-Ekstensor
ANKLE
-dorsi Fleksi
-Plantar Fleksi

T1

T6

2
2

44-

2
2

44-

2
2

44-

B. Pembahasan
Berdasarkan penilaian terapi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Penurunan Nyeri
Pada T1, terlihat adanya nyeri yang cukup besar pada pasien. Hal tersebut
dapat disebabkan karena adanya proses peradangan akut yang pada proses

tersebut akan dihasilkan zat – zat kimiawi yang membuat nyeri seperti histamine,
bradikinin maupun prostaglandin
Terapi latihan dengan tehnik static contaction dapat memberikan rileksasi
dan meningkatkan sirkulasi serta untuk mengurangi nyeri setelah cidera jaringan
selama fase penyembuhan.(Kisner, 2007).
2. Pengurangan Oedema
Merupakan mekanisme luka dari pada jaringan saat di lakukan
opersi,sehingga terlepasnya jaringan plasma darah oleh vasodilatasi yang bersifat
local ke dalam jaringan namun tidak di imbangi oleh kontraksi otot secara
optimal, dari hasil evaluasi terakhir didapatakan hasil bahwa bengkak berkurang
maka penulis membuat dalam bentuk
bengkak dapat berkurang karena dilakukan aktif movement dengan
kontraksi otot dapat meningkatkan pumping action dan elevasi dapat
mempercepat aliran darah balik dari tungkai ke jantung dengan memanfaatkan
efek gravitasi.
3.Peningkatan LGS
Penurunan kekuatan otot berpengaruh terhadap LGS akibat beberapa hal ini
maka pasien akan membatasi gerakan –gerakan maka LGS akan terbatas,dari hasil
evaluasi di dapatkan adanya peningkatan
Penurunan LGS pada kasus ini dapat terjadi karena adanya luka incisi yang
menyebabkan oedema sehingga timbul nyeri yang menyebabkan pasien kesulitan
bergerak. Jika kondisi ini dibiarkan dapat menimbulkan spasme yang akan
menyebabkan gerak sendi menjadi terbatas. Dari data di atas, dapat dikatakan

bahwa telah terjadi peningkatan LGS. Hal ini dapat terjadi karena seiring dengan
menurunnya nyeri maka pasien lebih mudah untuk menggerakkan sendi yang
semula terbatas. Terapi latihan yang digunakan untuk meningkatkan LGS yaitu
berupa Assisted active movement, force passive movement.
4.Peningkatan kekuatan otot
Akibat rasa nyeri pasien membatasi gerakan – gerakan sehingga LGS
otomatis akan terbatas.dalam jangka waktu yang lama hal ini berpengaruh pada
kekuatan otot, sehingga terjadi penurunan kekuatan otot
Pengaruh terapi latihan terhadap kekuatan otot berdasarkan data di atas,
terapi latihan secara aktif dapat meningkatkan kekuatan otot.

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan dari rumusan masalah dan tujuan masalah dapat di simpulkan bahwa
1. Adanya manfaat terapi latihan terhadap penurunan nyeri.
2. Adanya manfaat terapi latihan terhadap penurunan oedema.
3. Adanya manfaat terapi latihan terhadap peningkatan LGS (Lingkup Gerak Sendi).
4. Adanya manfaat terapi latihan terhadap peningkatan kekuatan otot.

B. SARAN
Bagi pasien disarankan untuk melakukan aktivitas sehari-hari tetapi kaki yang
sakit tidak boleh sebagai tumpuan. Mengajarkan kepada pasien agar selalu
melakukan latihan seperti yang di ajarkan oleh fisioterapis. Untuk tungkai bawah
kiri yang masih bengkak di ganjal bantal atau kain agar melancarkan peredaran
darah dan dapat mengurangi bengkak. Mengajarkan pasien untuk melatih
kekuatan otot knee dengan pasien duduk ongkang-ongkang kemudian pasien
disuruh untuk fleksi lutut dan terapis memberikan fiksasi pada lutuT dan
pergelangan kaki kiri.

DAFTAR PUSTAKA
Apley, A. Graham (1995). Dalam; Buku Ajar Orthopedic dan fraktur sistem apley.
Ed. Edi Nugroho Widya Medica, Jakarta.
Chusid J. G(1993). Dalam; Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional.
Ed dr. andri hartono, Yayasan Essential Medica, Yogyakarta.
De Wolf and J.M.A. Mens, 1994; Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh; Cetakan
Kedua, Houte
Kisner Carolyn and Lym Allen, Colby (2007). Therapeutic exercise 5th edition:
F.A Davis company, London.
Kisner, Lym Allen, Colby (1996). Therapeutic exercise foundation and technique.
Third edition. Lea and Fabiger, London.
Kottle dalam kruser, frank w, et, all (2000). Hand book at physicial and
rehabilitation. WB, Samders, philadelpia.
Koval Kenneth J., Zuckerman JP (2010).Handbook Of Fractures,2 edition,USA,
Lippincott Williams and wilkins
Mardiman, S., dkk (1994). Dokumentasi persiapan praktek professional
fisioterapi, pusat pendidikan tenaga kesehatan Depkes RI, Surakarta.
Melzack and Will: diedit oleh Slamet Parjoto. (1996) Pelatihan
PenatalaksanaanKomprehensif Pada Nyeri. Surakarta
MENKES RI. (2001) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
tentangRegestrasi dan Ijin Praktek Fisioterapi, Nomor 1059/ MENKES/ SK
XII/2004
Putz, R dan R, Pabst (2002). Anatomi manusia II. Penerbit buku kedokteran EGC,
Jakarta.

Prastiwi, Proses Penyembuhan dan Pertumbuhan Tulang, Komposisi Tulang. Di
akses pada hari Selasa 20 Juli 2012 jam 11.00 dari
file://localhost/F:/Proses%20Penyembuhan%20dan%20Pertumbuhan%2
0Tulang,%20Komposisi%20Tulang%20_%20Prastiwi%20S%20Pongre
kun's%20Blog.htm
Syaifuddin (1995) Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat,Penerbit Buku
Kedokteran ,EGC ,Jakarta.
Sobotta, (2000), Atlas Anatomi Manusia, Edisi 21, EEG Penerbit Buku
Kedokteran , Jakarta.

Dokumen yang terkait

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA OPERASI PEMASANGAN PLATE AND SCREW PADA FRAKTURE Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Pasien Paska Operasi Pemasangan Plate And Screw Pada Frakture Antebrachii 1/3 Proximal.

0 2 13

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS PASKA OPERASI Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kasus Paska Operasi Fraktur Cruris Sepertiga Proksimal Sinistra Di RSO Dr. Soeharso Surakarta.

0 3 14

PENDAHULUAN Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kasus Paska Operasi Fraktur Cruris Sepertiga Proksimal Sinistra Di RSO Dr. Soeharso Surakarta.

0 2 5

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OREF FRAKTUR TIBIA 1/3 DISTAL PROKSIMAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW.

0 1 5

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS FRAKTUR FEMUR SEPERTIGA TENGAH SINISTRA POST Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kasus Fraktur Femur Sepertiga Tengah Sinistra Post Operasi Orif dengan Pemasangan Flate and Screw di RSOP Surakarta.

0 5 73

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR TIBIA 1/3 PROXIMAL SINISTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSUD SRAGEN.

0 1 15

PENDAHULUAN PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR TIBIA 1/3 PROXIMAL SINISTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSUD SRAGEN.

0 1 4

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASIPERTROKANTER FEMUR DEKSTRA DENGAN PEMASANGAN Penatalaksanaan Terapi Latihan pada Kondisi Paska Operasi Pertrokanter Femur Dextra dengan Pemasangan Plate and Screw di Bangsal Dahlia Rumah Sakit Ortho

0 1 19

PENATALAKSAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS PASCA OPERASI FRAKTUR TIBIA PLATEAU PROXIMAL SINISTRA Penatalaksaan Terapi Latihan Pada Kasus Paska Operasi Fraktur Tibia Plateau Proksimal Sinistra Dengan Pemasangan Plate And Screw Di Rumah Sakit Pku Muhammadiya

0 1 17

PENDAHULUAN Penatalaksaan Terapi Latihan Pada Kasus Paska Operasi Fraktur Tibia Plateau Proksimal Sinistra Dengan Pemasangan Plate And Screw Di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Yogyakarta.

0 0 4