T1 802011073 Full text
HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMANDIRIAN
BELAJAR SISWA SD KUTOWINANGUN 11 SALATIGA
OLEH
ARIFATUN MUAZANAH
802011073
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda
tangan di bawah ini :
Nama
: Arifatun Muazanah
Nim
: 802011073
Program Studi
: Psikologi
Fakultas
: Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Jenis Karya
: Tugas Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal
bebas royalty non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya yang
berjudul :
HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
SD KUTOWINANGUN 11 SALATIGA
Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan mengalih media/
mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasi tugas
akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
: Salatiga
Pada Tanggal : Agustus 2016
Yang menyatakan,
Arifatun Muazanah
Mengetahui,
Pembimbing
Heru Astikasari S. Murti, S.Psi., MA
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Arifatun Muazanah
Nim
: 802011073
Program Studi : Psikologi
Fakultas
: Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul :
HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
SD KUTOWINANGUN 11 SALATIGA
Yang dibimbing oleh :
Heru Astikasari S. Murti, S.Psi., MA
Adalah benar-benar hasil karya saya.
Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan
orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat
atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya sendiri tanpa memberikan
pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya
Salatiga, 22 Agustus 2016
Yang memberi pernyataan
Arifatun Muazanah
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR
SISWA SD KUTOWINANGUN 11 SALATIGA
Oleh
Arifatun Muazanah
802011073
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Disetujui pada tanggal : 30 Agustus 2016
Oleh :
Pembimbing,
Heru Astikasari S.Murti, S.Psi., MA
Diketahui oleh,
Disahkan oleh,
Kaprogdi
Dekan
Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.
Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMANDIRIAN
BELAJAR SISWA SD KUTOWINANGUN 11 SALATIGA
Arifatun Muazanah
Heru Astikasari S.Murti
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi hubungan antara motivasi
berprestasi dengan kemandirian belajar pada siswa kelas 4 dan 5 SD Kutowinangun 11
Salatiga. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik pengambilan data
sampling jenuh. Partisipan penelitian ini adalah 47 siswa. Teknik analisis data yang dipakai
adalah menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment dari Pearson. Dari hasil
analisa data diperoleh koefisien korelasi (r) 0,551 dengan nilai signifikansi 0,000 (p0,05) which it
means there are positive relations between achievement motivation and self-directed
learning.
Keyword: achievement motivation, self-directed learning
ii
1
PENDAHULUAN
Pendidikan sebagai salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,
pendidikan merupakan penentu kemajuan suatu bangsa, maju mundurnya suatu bangsa
tergantung pada pengetahuan dan keterampilan warga negaranya, oleh karena itu mutu
pendidikan perlu ditingkatkan terus menerus. Peningkatan mutu pendidikan diupayakan oleh
berbagai pihak dan dengan berbagai cara. Dalam proses pendidikan, kegiatan belajar
merupakan kegiatan paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa
sebagai anak didik. Menurut Suryabrata, (1998) hasil belajar yang baik merupakan harapan
dari semua pihak, baik siswa, guru (sekolah), pemerintah maupun orang tua (masyarakat).
Untuk menjadi orang yang berhasil dalam kehidupannya dengan memiliki
pengetahuan dan memiliki sikap yang baik, maka seseorang perlu memiliki kemandirian
belajar yang baik, karena selama perkembangannya, individu akan terus belajar untuk
bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi, sehingga individu tersebut mampu
berfikir dan bertindak. Kemandirian sangat dibutuhkan dalam perkembangan siswa menuju
masa depan yang lebih baik. Kemandirian menuntut kedisiplinan siswa di sekolah sebagai
upaya menumbuhkan nilai-nilai kepatuhan siswa dalam melaksanakan peraturan yang
berlaku di sekolah. Upaya mewujudkan kemandirian belajar dengan pembinaan pribadi siswa
di sekolah artinya siswa yang memiliki kemandirian belajar yang baik akan menunjukkan
kesiapan dalam mengikuti pelajaran di kelas, mengerjakan tugas baik di rumah maupun di
sekolah, memiliki kelengkapan belajar, bersikap eksploratif, mampu mengambil keputusan,
percaya diri, dan kreatif (Hurlock, 2009). Seperti dikatakan Monk dan Knoers (2006) bahwa
orang yang mandiri memperlihatkan perilaku yang eksploratif, mampu mengambil
keputusan, percaya diri dan kreatif, selain itu juga mampu bertindak kritis tidak takut berbuat
sesuatu, mempunyai kepuasan dalam melakukan aktivitasnya dan mampu menerima realitas.
2
Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif. Namun,
kenyataannya masih ada siswa yang memiliki perilaku kemandirian belajar yang rendah.
Kemandirian belajar yang rendah ini ditandai dengan kurangnya kesadaran diri untuk
mempersiapkan bahan-bahan mata pelajaran yang sesuai jadwal, tidak menyelesaikan tugas
sekolah.
Belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Namun, untuk mengembangkan
aktivitas belajar yang baik dapat dilakukan dalam lingkungan sekolah. Di lingkungan sekolah
sangat berpengaruh terhadap kemandirian belajar pada anak didik. Karena siswa mulai
belajar dalam akademik maupun non akademik. Dalam bidang akademik ada beberapa siswa
yang berada pada standart kompetensi minimal, sedangkan dalam bidang non akademik
misalnya siswa selalu mengerjakan tugas sekolah dengan baik, mampu berkomunikasi
dengan guru-guru. Sumarmo (2004) siswa yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi
cenderung belajar lebih baik, sebab siswa dalam pengawasan sendiri bukan dari pengawasan
program; mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif;
menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya; dan mengatur waktu belajar secara
efisien.
Untuk data survei yang dilakukan oleh The World Economic Forum Swedia (Fuady,
2011) mengungkap penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain masalah
efektivitas, efisiensi, dan standardisasi pengajaran. Kenyataan di lapangan ternyata terdapat
beberapa siswa yang belum sepenuhnya memiliki nilai standar atau nilai batas tuntas (KKM)
dalam belajarnya. Seperti yang sudah dilakukan wawancara oleh penulis kepada beberapa
guru bahwa di sekolah SD Kutowinangun 11 tersebut terdapat beberapa siswa kelas 4 dan 5
dalam kemandirian belajar di SD Kutowinangun 11 Salatiga tersebut dapat dilihat dari
beberapa faktor yang mempengaruhinya diantaranya kesadaran diri sendiri, adanya strategi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan adanya evaluasi untuk mendukung sikap yang
3
mandiri. Seperti yang sudah dilakukan wawancara oleh penulis kepada beberapa guru
terdapat siswa yang belum sepenuhnya sadar akan mandiri dalam belajar seperti mencontek
atau melihat pekerjaan rumah milik temannya, dalam strategi pembelajaran siswa SD
Kutowinangun 11 Salatiga tersebut guru memberi tugas untuk berdiskusi dalam kelompok
dan dalam tugas kelompok tersebut siswa diminta untuk bertanggung jawab pada masingmasing tugas mereka, namun ada beberapa siswa yang tidak mengerjakan tugasnya masingmasing dan yang mengerjakan hanya beberapa siswa saja. Guru juga mengadakan kegiatan
pramuka yang terdapat beberapa permainan dan tugas agar siswa dapat bertanggung jawab
dan mandiri, namun ada beberapa siswa juga yang sengaja tidak berangkat untuk mengikuti
kegiatan pramuka. Guru juga mengadakan evaluasi atau tes kecil setelah selesai penjelasan
didalam kelas, tetapi ada beberapa siswa yang mencontek karena mereka tidak
memperhatikan penjelasan dari guru.
Dalam pendidikan tidak terlepas dari kebutuhan akan prestasi. Kebutuhan akan
prestasi atau motivasi berprestasi bagi keberhasilan pendidikan seseorang siswa menjadi
penting. Hal tersebut dikarenakan motivasi berprestasi merupakan keinginan untuk
menyelesaikan sesuatu dalam suatu standar kesuksesan dan melakukan suatu usaha demi
mencapai suatu tujuan (Santrock, 2003). Motivasi berprestasi yang dimiliki oleh setiap siswa
di sekolah merupakan bekal yang utama dan motivasi berprestasi tersebut berkaitan dengan
kemandirian belajar. Motivasi berprestasi sering dipengaruhi oleh motif yang mendorong
siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Motivasi berprestasi yang digunakan dalam
penelitian ini dapat diartikan sebagai motif yang mendorong siswa untuk mencapai
keberhasilan dalam bersaing di bidang akademis dengan suatu ukuran keunggulan. Penelitian
motivasi berprestasi dikaitkan dengan kemandirian belajar telah banyak dilakukan antara lain,
penelitian Wiyosa (2013) menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi
berprestasi dengan kemandirian siswa kelas VIII semester 2 tahun ajaran SMP Negeri 3
4
Pabelan. Sementara terdapat hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh Solita (2012) yaitu
tidak adanya hubungan motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar siswa SMA Adabiah
Padang.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat disimpulkan adanya perbedaan hasil
dalam penelitian mengenai hubungan motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar, maka
peneliti tertarik ingin meneliti lebih lanjut mengenai hubungan motivasi berprestasi dengan
kemandirian belajar siswa dengan judul Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kemandirian
Belajar Siswa SD Kutowinangun 11 Salatiga.
TINJAUAN PUSTAKA
Kemandirian belajar
Utomo (2007) berpendapat bahwa kemandirian merupakan suatu kecenderungan
menggunakan kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan suatu masalah secara bebas,
progresif, dan penuh dengan inisiatif. Kemandirian dapat mendorong individu untuk
berprestasi, berkreasi sehingga dapat menjadi manusia yang produktif dan mampu membawa
diri ke arah kemajuan. Namun, jika kemandirian tersebut tidak dapat terwujud seperti yang
diharapkan maka bukan hanya kerugian bagi individu itu sendiri melainkan sudah merupakan
kerugian bagi bangsa.
Menurut Ali dan Asrori (2009) kemandirian belajar adalah suatu kekuatan internal
individu yang diperoleh melalui proses individual, proses individualisasi itu adalah proses
realisasi kemandirian dan menuju kesempurnaan. Kemandirian yang sehat dapat dicapai
melalui proses peragaman, perkembangan dan ekspresi sistem kepribadian sampai pada
tingkatan yang tertinggi. Merriam dan Caffarella (1999) menyatakan bahwa kemandirian
5
belajar merupakan proses dimana individu mengambil inisiatif dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasisistem pembelajarannya.
Kemandirian belajar adalah proses menggerakkan kekuatan atau dorongan diri dalam
diri individu yang belajar untuk menggerakkan potensi dirinya untuk mempelajari objek
belajar tanpa ada tekanan atau pengaruh asing di dalam dirinya (Surya, 2003). Siswa dapat
memiliki kemandirian belajar jika memiliki ciri-ciri diantaranya mampu berpikir kritis,
kreatif, inovatif, tidak mudah terpengaruh pendapat orang lain, tidak merasa rendah diri, terus
bekerja penuh dengan ketekunan, dan kedisiplinan serta mampu mempertanggungjawabkan
tindakannya sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Williamson, (2007) yang
mendefinisikan kemandirian belajar (self directed learning) yaitu: (a) Siswa mampu
bertanggung jawab dengan berbagai keputusan yang berhubungan dengan belajar; (b)
Kemandirian dipandang sebagai rangkaian atau sikap yang muncul di tingkat tertentu disetiap
individu dan setiap situasi; (c) Kemandirian belajar mampu belajar, baik dalam pengetahuan
maupun ketrampilan dalam berbagai situasi; (d) Kemandirian belajar mampu mengaitkan
berbagai kegiatan dan sebagai sumber belajar, berpartisipasi dalam kelompok, bersosialisasi
dengan orang lain, komunikasi lewat elektronik, kegiatan menulis secara mandiri; (e)
Beberapa institusi pendidikan menemukan cara kemandirian belajar individu, penawaran
kursus modern dan program-program inovatif yang lain.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar merupakan
aktivitas belajar siswa yang didorong dari kemauan sendiri tanpa ketergantungan pada orang
lain dan tanpa ada tekanan atau pengaruh orang lain, selalu bekerja dengan ketekunan, dan
mampu mempertanggung jawabkan atas tindakannya sendiri.
6
Aspek-aspek kemandirian belajar
Menurut Williamson (2007) kemandirian belajar memiliki aspek-aspek, yaitu:
1. Kesadaran
Kesadaran tentang pemahaman siswa mengenai faktor-faktor yang memberikan
kontribusi guna menjadi pembelajar yang mandiri.
2. Strategi pembelajaran
Seorang siswa harus mempunyai berbagai strategi dalam belajar yang berguna untuk
menjadi pembelajar yang mandiri dalam proses belajar mereka.
3. Kegiatan pembelajaran
Menspesifikasikan persyaratan kegiatan belajar yang harus dilakukan secara aktif oleh
anak didiknya guna menjadi seorang siswa yang mandiri dalam belajar mereka.
4. Evaluasi
Memperlihatkan atribut-atribut khusus yang dimiliki anak didik supaya membantu
memantau kegiatan pembelajaran yang mereka lakukan.
5. Skill/ kemampuan interpersonal
Seorang siswa harus mempunyai kemampuan interpersonal mereka supaya menjadi
anak yang mandiri dalam belajar mereka.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemandirian merupakan
suatu perilaku yang bersumber dari dalam individu yang dimanifestasikan dalam tindakantindakan seperti: mampu mengatasi masalah sendiri, memiliki inisiatif, memiliki rasa percaya
diri. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan self directed learning sebagai definisi dan
alat ukur dalam penelitian yang diajukan oleh Williamson (2007) karena self directed
learning merupakan sinonim dari kemandirian belajar.
7
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar
Menurut Basri (2000) kemandirian belajar dipengaruhi oleh faktor yang terdapat
dalam dirinya sendiri (internal) dan faktor yang terdapat diluar dirinya (eksternal). Faktor
internal adalah semua pengaruh yang bersumber dari dalam dirinya sendiri, seperti keadaan
keturunan dan segala sesuatu yang dibawa sejak lahir. Segala sifat dasar dari orangtua
mungkin juga akan ditemui dalam diri seseorang, seperti potensi, bakat, dan intelektual.
Motivasi berprestasi merupakan faktor dari dalam diri individu. Faktor eksternal atau faktor
lingkungan adalah semua keadaan yang berasal dari luar dirinya. Lingkungan yang dihadapi
setiap individu sangatlah memengaruhi perkembangan seseorang, baik dalam segi positif
maupun negatif. Lingkungan yang baik akan membentuk kepribadian, termasuk dalam hal
kemandirian.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kemandirian belajar siswa antara lain kesadaran diri sendiri, adanya strategi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, evaluasi dan skill untuk mendukung sikap
kemandirian. Kemandirian juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari dalam diri
sendiri (internal) dan faktor dari luar lingkungan (eksternal).
Motivasi Berprestasi
Menurut Mc Clelland (Usman, 2009) motivasi berprestasi adalah dorongan dari dalam
diri untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan. Motivasi
berprestasi berfungsi sebagai daya penggerak dari dalam individu untuk melakukan aktivitas
tertentu dalam mencapai tujuan. Motivasi berprestasi dipandang dari segi proses, berarti
motivasi dapat dirangsang oleh faktor luar, untuk menimbulkan motivasi dalam diri siswa
yang melalui proses rangsangan belajar sehingga dapat mencapai tujuan yang dikehendaki.
8
Teori motivasi berprestasi muncul dari Mc Clelland (Usman, 2009), yang
mengungkapkan bahwa manusia memiliki tiga kebutuhan pokok, yaitu: kebutuhan akan
berprestasi (achievement), kebutuhan akan kekuasaan (power), dan kebutuhan akan
persahabatan (affilition). Motivasi afiliasi adalah dorongan untuk berhubungan dengan orang
lain atau dorongan untuk memiliki sahabat sebanyak-banyaknya. Sedangkan, motivasi
berkuasa ialah dorongan untuk memengaruhi orang lain agar tunduk kepada kehendaknya.
Weinner (dalam Dewi, 2012) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai suatu
kecenderungan positif yang berada dalam individu yang pada dasarnya mempunyai reaksi
terhadap suatu tujuan yang ingin atau harus dicapai. Sementara itu Edward (dalam Dewi,
2012) menguraikan motivasi berprestasi sebagai kebutuhan individu untuk menyelesaikan
tugas-tugas lebih sukses untuk mencapai prestasi yang tinggi. Hal itu sejalan dengan
pendapat Kusuma (2004) yang mengungkapkan bahwa jika motivasi seseorang untuk
mencapai sesuatu tinggi maka akan semakin tinggi pula usaha yang dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut. Semakin tinggi taraf kebutuhan untuk berprestasi yang dimiliki
seseorang akan menyebabkan motivasinya yang semakin meningkat pula dan kebutuhan
berprestasi akan terpenuhi melalui kinerja yang baik sehingga kebutuhan berprestasi dapat
terpenuhi.Munculnya motivasi berprestasi disebabkan adanya kebutuhan berprestasi dalam
diri seseorang adanya motivasi berprestasi yang tinggi dari seseorang akan terlihat dari usaha
seseorang dalam keberhasilan mencapai prestasi.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, penulis mengambil kesimpulan yaitu motivasi
berprestasi merupakan suatu dorongan yang bersumber dari dalam dan luar diri seseorang
untuk mengungguli, berprestasi, menyelesaikan tugas sebaik-baiknya dan seefektif mungkin
hingga mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
9
Aspek-Aspek Motivasi Berprestasi
Menurut Mc Clelland (1987) motivasi berprestasi memiliki aspek-aspek yaitu:
a. Tanggung jawab pribadi.
Seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan memiliki rasa
tanggung jawab pribadi disetiap permasalahannya dan akan menyenangi setiap tugas
dengan senang hati.
b. Menyenangi umpan balik
Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan mengharapkan
feedback atau umpan balik dari segala tugas yang dilakukannya.
c. Moderat.
Jadi seseorang akan menyenangi tugas yang bersifat moderat yang tingkat
kesulitannya tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah, tetapi individu mengharapkan
suatu tantangan dalam setiap tugas.
d. Tekun dan ulet
Seseorang akan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan memiliki sikap yang
tekun dan ulet dalam bekerja, serta tidak mudah menyerah untuk mencapai tujuan.
e. Melakukan tugas penuh dengan pertimbangan dan perhitungan.
Seseorang akan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan menghindari
mengerjakan sesuatu asal-asalan, jadi harus dengan penuh pertimbangan dan
perhitungan supaya mencapai hasil yang maksimal.
f. Mengutamakan keberhasilan tugas.
Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan mengutamakan
keberhasilan tugasnya, serta akan meningkatkan aspirasinya dan tetap bersifat
realistis.
10
Dari pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa aspek dalam motivasi
berprestasi adalah tanggung jawab atas pribadi, menyenangi umpan balik, menyenangi tugas
dengan kesulitan yang moderat, tekun dan ulet, penuh pertimbangan dan perhitungan,
mengutamakan keberhasilan tugasnya. Jadi, setiap siswa diharapkan mempunyai rasa
bertanggung jawab dan selalu berani mengambil resiko atas prestasi yang akan dicapai.
Seseorang dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung bertindak kreatif dan inovatif,
dengan mencari cara baru untuk menyelesaikan tugas seefektif dan seefisien mungkin.
Hubungan antara motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar
Kemandirian belajar seseorang siswa sebenarnya berkaitan dengan berbagai hal yang
meliputi keadaan anak tersebut. Salah satu faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar
pada siswa adalah motivasi untuk berprestasi. Motivasi merupakan semua tingkah laku
manusia yang disadari, didorong oleh suatu kekuatan. Motivasi tersebut mendorong individu
untuk bertingkah laku tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan (Walgito, 1994).
McClelland (1987) menyatakan bahwa pada dasarnya setiap manusia mempunyai kebutuhan
untuk berprestasi. Ini memungkinkan bahwa individu selalu ingin mendapatkan hasil baik
dalam segala usahanya. Hal ini didukung oleh pernyataan Haditono (dalam Santoso, 2007)
bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu ciri khas untuk meningkatkan suatu tingkat
prestasi yang dilatar belakangi oleh keinginan yang kuat dari diri individu untuk mencapai
suatu tingkat prestasi diatas rata-rata. Orang yang mempunyai motivasi berprestasi yang
tinggi akan berusaha sebaik mungkin untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam belajar.
Edward (dalam Leonardo, 2007) mengemukakan bahwa motivasi berprestasi adalah
kebutuhan individu untuk berbuat lebih baik dari orang lain, yang mendorong individu untuk
menyelesaikan tugas yang lebih baik dan untuk mencapai prestasi yang tinggi. Motivasi
berprestasi dapat menimbulkan dorongan pada seseorang untuk berusaha keras mencapai
11
belajar yang mandiri, bekerja dengan lebih baik, lebih efisien dan lebih cepat daripada yang
pernah dilakukan sebelumnya (Ernawan, 2002).
Hasil penelitian Wiyosa (2013) menunjukkan bahwa antara motivasi berprestasi dan
kemandirian belajar terdapat korelasi yang positif, sehingga semakin tinggi motivasi
berprestasi seorang siswa, semakin baik kemandirian belajarnya. Adanya motivasi berprestasi
yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil belajar yang baik pula. Seseorang yang
didominasi motivasi berprestasi, lebih senang bekerja sendiri, percaya pada kemampuan yang
dimilikinya, dan tidak menggantungkan diri pada orang lain.
Jika yang akan terjadi pada siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah,
sehingga semangat untuk belajar tidak muncul. Rendahnya motivasi berprestasi juga
menyebabkan kurangnya bersemangat dalam
belajar. Pengharapan untuk sukses akan
mendorong kepada pencapaian prestasi yang lebih tinggi dibanding dengan siswa yang hanya
mengharapkan sekedar tidak gagal. Demikian juga siswa yang berusaha tidak gagal akan
lebih baik nilainya daripada siswa yang malas belajar tanpa usaha.
Atkinson (Santoso, 2007) mengatakan bahwa motivasi berprestasi didasarkan pada
dua hal yaitu keinginan meraih kesuksesan dan keinginan untuk menghindari kegagalan.
Individu yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi tidak akan ingin gagal dalam
mencapai kesuksesan. Kegagalan dalam mencapai kesuksesan tersebut tak lain adalah
kesulitan yang dialami oleh individu. Setiap orang dalam kehidupan selalu diperhadapkan
pada kesulitan yang mengarah pada ketidakberdayaan, baik itu kesulitan di dalam sekolah
dan kesulitan dalam diri individu. Ketidakberdayaan yang dipelajari dapat mengurangi
intensitas belajar, kemauan untuk belajar, dan motivasi untuk berprestasi. Ketidakberdayaan
tersebut akan mengakibatkan individu tidak mempunyai kemampuan untuk mandiri dalam
mencapai tujuan atau kesuksesan. Sebenarnya dengan adanya rasa percaya diri pada
12
kemampuan diri sendiri dalam mencapai kesuksesan, dan rasa tanggung jawab akan hasil
prestasinya dapat mengatasi tantangan dan ketidakberdayaan yang dihadapi serta dapat
meningkatkan kemandirian belajar dan motivasi berprestasi seseorang. Hal ini dapat dilihat
dari ciri-ciri seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi diantaranya menyenangi
tugas penuh tantangan, bertanggung jawab dalam tugas, tekun dan ulet dalam menjalankan
tugas sekolah, tetapi bagi seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah, bisa
saja kehilangan kemandirian dalam belajar.
Kemandirian belajar bukan berarti belajar seorang diri, tetapi belajar dengan inisiatif
sendiri, dengan atau tanpa bantuan orang lain yang relevan untuk membuat keputusan
penting dalam menemukan kebutuhan belajarnya (Nurhayati, 2011). Jadi, seorang siswa yang
mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi inilah yang akan bisa meraih kemandirian
belajar yang tinggi pula dan akan sukses untuk kehidupan mendatang. Sedangkan, mereka
yang memiliki motivasi berprestasi rendah, akan mengalami kesulitan belajar, sehingga
mengakibatkan kemandirian belajarnya cenderung rendah.
HIPOTESA
Terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan kemandirian
belajar siswa SD Kutowinangun 11 Salatiga.
METODE
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Kutowinangun 11 Salatiga. Sampel dalam penelitian
ini adalah murid-murid sekolah dasar kelas 4 dan 5 SD Kutowinangun 11 Salatiga. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa SD Kutowinangun 11 kelas 4 dan kelas 5.
Prosedur Sampling
Metode pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh. Semua sampel
digunakan sebagai penelitian. Sehingga pada penelitian ini jumlah populasi murid sekolah
13
dasar kelas 4 dan 5 di SD Kutowinangun 11 Salatiga sebanyak 47 siswa. Terdiri dari kelas 4
sebanyak 22 siswa dan kelas 5 berjumlah 25 siswa.
Alat Ukur Penelitian
Metode yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data penelitian ini adalah
dengan menggunakan alat ukur skala psikologi. Terdapat 2 skala yang digunakan pada
penelitian ini yaitu skala motivasi berprestasi dan skala kemandirian belajar. Item dalam
skala-skala tersebut dikelompokkan dalam pernyataan favorable dan unfavorable dengan
menggunakan 4 alternatif jawaban dari skala Likert yang telah dimodifikasi yaitu, Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pernyataan
favorable STS=1, TS=2, S=3, SS=4 sedangkan pernyataan unfavorable STS=4, TS=3, S=2,
SS=1. Keseluruhan data diperoleh dari skala psikologi yang telah dibagikan kepada subjek.
1. Teknik pengumpulan data variabel motivasi berprestasi yang digunakan dengan
menggunakan kuesioner. Angket motivasi berprestasi yang digunakan adalah
berdasarkan pendapat Mc Clelland (1987) dan dimodifikasi oleh penulis.
Perhitungan nilai reliabilitas dan validitas angket ini dilakukan dengan teknik try
out terpakai. Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala motivasi berprestasi
yang terdiri dari 39 item. Menurut Azwar (2005) jika koefisien alfa dari item total
correlation berada di atas 0,2 maka sudah bisa dikatakan baik. Berdasarkan pada
perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas skala motivasi berprestasi terdiri dari
39 item, diperoleh 12 item yang gugur, sehingga tersisa 27 item yang dapat
digunakan, dengan koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,747 yang artinya
kelompok skala tersebut reliabel.
2. Teknik pengumpulan data variabel kemandirian belajar yang digunakan adalah
menggunakan kuesioner. Angket kemandirian belajar yang digunakan adalah
berdasarkan pendapat Williamson (2007) dan dimodifikasi oleh penulis.
14
Perhitungan nilai reliabilitas dan validitas angket ini dilakukan dengan teknik try
out terpakai. Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala kemandirian belajar
yang terdiri dari 40 item. Perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas skala
kemandirian belajar diperoleh 7 item yang gugur, sehingga tersisa 33 item yang
dapat digunakan, dengan koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,871 yang artinya
kelompok skala tersebut reliabel.
Teknik Analisa Data
Penelitian ini menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment. Uji asumsi
meliputi uji normalitas dan uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang telah
memenuhi asumsi analisis sebagai syarat untuk melakukan analisis dengan korelasi Pearson
Product Moment. Uji normalitas yang dilakukan adalah uji normalitas Kolmogorov-Smirnov.
Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan Anova dan analisa data dalam penelitian ini
menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment. Untuk pengolahan dan analisis data
digunakan Statistical Program of Social Scene (SPSS) 16.0.
HASIL PENELITIAN
Uji Deskriptif
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-rata, minimum, maksimum, dan standard
deviasi sebagai hasil pengukuran skala motivasi berprestasi dan kemandirian belajar.
1. Variabel Motivasi Berprestasi
Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel motivasi
berprestasi, peneliti menggunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat rendah, rendah,
sedang, tinggi, dan sangat tinggi (Azwar, 2006). Jumlah skor item valid sebanyak 27
item. Maka skor tertinggi 5x27 item valid = 135 dan terendah 1x27 item valid = 27,
maka intervalnya adalah 21,6(dibulatkan 22) yang diperoleh dari perhitungan interval.
15
Data interval yang diperoleh dari skala diferensial semantik yang digunakan dalam
penelitian, yang perlu dikelompokkan kedalam skala ordinal agar mudah
diinterpretasikan (Azwar, 2006). Norma kategorisasi hasil pengukuran skala motivasi
berprestasi dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Kategorisasi Pengukuran Skala Motivasi Berprestasi
No
Interval
Kategori
1
115 ≤ x ≤ 137
2
Mean
N
Persentase
Sangat tinggi
0
0%
93 ≤ x ≤ 115
Tinggi
9
19,15%
3
71 ≤ x ≤ 93
Sedang
34
72,34%
4
49 ≤ x≤ 71
Rendah
4
8,51%
5
27≤ x≤ 49
Sangat rendah
0
0%
47
100%
83,83
Jumlah
SD = 8,840, Min = 63, Max = 102
Berdasarkan Tabel 1di atas dapat dilihat bahwa 9 orang memiliki skor motivasi
berprestasi yang berada pada kategori tinggi dengan presentase 19,15%, 34 orang memiliki
skor motivasi berprestasi pada kategori sedang dengan presentase 72,34%, dan 4 orang
memiliki skor motivasi berprestasi rendah dengan presentase 8,51%. Sementara itu tidak ada
motivasi berprestasi pada tingkat sangat tinggi dan sangat rendah. Berdasarkan rata-rata
motivasi berprestasi berada pada kategori sedang yaitu 34 orang atau sebesar 72,34%. Skor
yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 63 sampai dengan skor
maksimum 102 dengan standard deviasi 8,840.
2. Variabel Kemandirian Belajar
Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel kemandirian
belajar, peneliti menggunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang,
16
tinggi, dan sangat tinggi (Azwar, 2006). Jumlah skor valid sebanyak 33 item. Maka skor
tertinggi 5x33 item valid = 165 dan skor terendah 1x33 = 33, maka intervalnya adalah
26,4 (dibulatkan 26) yang diperoleh dari perhitungan interval. Data interval yang
diperoleh dari skala diferensial semantik yang digunakan dalam penelitian, yang perlu
dikelompokkan kedalam skala ordinal agar mudah diinterpretasikan (Azwar, 2006).
Norma kategorisasi hasil pengukuran skala kemandirian belajar dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2
Kategorisasi pengukuran Kemandirian Belajar
No
Interval
Kategori
1
137 ≤ x ≤163
2
Mean
N
Presentase
Sangat tinggi
0
0%
111 ≤ x ≤137
Tinggi
2
4,26%
3
85 ≤ x ≤111
Sedang
38
80,85%
4
59 ≤ x≤ 85
Rendah
7
14,89%
5
33≤ x≤59
Sangat rendah
0
0%
47
100%
97,00
Jumlah
Sd =11,929, Min = 72, Max = 128
Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa 2 orang memiliki skor kemandirian
belajar yang berada pada kategori tinggi dengan presentase 4,26%, 38 orang memiliki skor
kemandirian belajar pada kategori sedang dengan presentase 80,85%. Sementara itu tidak ada
kemandirian belajar pada tingkat sangat tinggi dan sangat rendah. Berdasarkan rata-rata
kemandirian belajar berada pada kategori sedang yaitu 38 orang atau sebesar 80,85%. Skor
yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 72 sampai dengan skor
maksimum 128 dengan standard deviasi 11,929.
17
Uji Asumsi
1. Uji Normalitas
Untuk uji normalitas sebaran skor digunakan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Test.Berdasarkan hasil uji normalitas yang menggunakan K-S-Z, dapat diketahui variabel
motivasi berprestasi memiliki nilai sebesar 0,671 dengan nilai signifikasi sebesar 0,759
(p>0,05), maka berdistribusi normal. Hal ini terjadi juga pada variabel kemandirian belajar
yang memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,740 dengan nilai signifikasi sebesar 0,645 (p>0,05),
maka data kemandirian belajar juga berdistribusi normal.
2. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data yaitu variabel bebas
dan variabel terikat, dan untuk mengetahui apakah variabel bebas berhubungan dengan
variabel terikat atau tidak. Hubungan yang linier menggambarkan bahwa perubahan pada
variabel bebas akan cenderung diikuti oleh perubahan variabel tergantung dengan
membentuk garis linier. Uji linieritas hubungan antara motivasi berprestasi dengan
kemandirian belajar diperoleh nilai Fhitungsebesar 1,356 dengan signifikasi sebesar 0,242
(p>0,05) yang menunjukkan hubungan antara motivasi berprestasi dengan kemandirian
belajar adalah linier.
Uji korelasi
Hasil korelasi antara motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar yang
menggunakan analisis korelasi Pearson, dapat dilihat pada tabel 3.
18
Tabel 3
Hasil Uji Korelasi antara Motivasi Berprestasi dengan Kemandirian Belajar
Correlations
motivasi berprestasi
motivasi berprestasi
Pearson
Correlation
kemandirian belajar
1
Sig. (1-tailed)
N
kemandirian belajar
Pearson
Correlation
Sig. (1-tailed)
N
.551
**
.000
47
47
**
1
.551
.000
47
47
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien antara motivasi
berprestasi dengan kemandirian belajar, sebesar 0,551 dengan signifikan = 0,000 (p
BELAJAR SISWA SD KUTOWINANGUN 11 SALATIGA
OLEH
ARIFATUN MUAZANAH
802011073
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda
tangan di bawah ini :
Nama
: Arifatun Muazanah
Nim
: 802011073
Program Studi
: Psikologi
Fakultas
: Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Jenis Karya
: Tugas Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal
bebas royalty non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya yang
berjudul :
HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
SD KUTOWINANGUN 11 SALATIGA
Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan mengalih media/
mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasi tugas
akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
: Salatiga
Pada Tanggal : Agustus 2016
Yang menyatakan,
Arifatun Muazanah
Mengetahui,
Pembimbing
Heru Astikasari S. Murti, S.Psi., MA
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Arifatun Muazanah
Nim
: 802011073
Program Studi : Psikologi
Fakultas
: Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul :
HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
SD KUTOWINANGUN 11 SALATIGA
Yang dibimbing oleh :
Heru Astikasari S. Murti, S.Psi., MA
Adalah benar-benar hasil karya saya.
Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan
orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat
atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya sendiri tanpa memberikan
pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya
Salatiga, 22 Agustus 2016
Yang memberi pernyataan
Arifatun Muazanah
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR
SISWA SD KUTOWINANGUN 11 SALATIGA
Oleh
Arifatun Muazanah
802011073
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Disetujui pada tanggal : 30 Agustus 2016
Oleh :
Pembimbing,
Heru Astikasari S.Murti, S.Psi., MA
Diketahui oleh,
Disahkan oleh,
Kaprogdi
Dekan
Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.
Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMANDIRIAN
BELAJAR SISWA SD KUTOWINANGUN 11 SALATIGA
Arifatun Muazanah
Heru Astikasari S.Murti
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi hubungan antara motivasi
berprestasi dengan kemandirian belajar pada siswa kelas 4 dan 5 SD Kutowinangun 11
Salatiga. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik pengambilan data
sampling jenuh. Partisipan penelitian ini adalah 47 siswa. Teknik analisis data yang dipakai
adalah menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment dari Pearson. Dari hasil
analisa data diperoleh koefisien korelasi (r) 0,551 dengan nilai signifikansi 0,000 (p0,05) which it
means there are positive relations between achievement motivation and self-directed
learning.
Keyword: achievement motivation, self-directed learning
ii
1
PENDAHULUAN
Pendidikan sebagai salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,
pendidikan merupakan penentu kemajuan suatu bangsa, maju mundurnya suatu bangsa
tergantung pada pengetahuan dan keterampilan warga negaranya, oleh karena itu mutu
pendidikan perlu ditingkatkan terus menerus. Peningkatan mutu pendidikan diupayakan oleh
berbagai pihak dan dengan berbagai cara. Dalam proses pendidikan, kegiatan belajar
merupakan kegiatan paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa
sebagai anak didik. Menurut Suryabrata, (1998) hasil belajar yang baik merupakan harapan
dari semua pihak, baik siswa, guru (sekolah), pemerintah maupun orang tua (masyarakat).
Untuk menjadi orang yang berhasil dalam kehidupannya dengan memiliki
pengetahuan dan memiliki sikap yang baik, maka seseorang perlu memiliki kemandirian
belajar yang baik, karena selama perkembangannya, individu akan terus belajar untuk
bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi, sehingga individu tersebut mampu
berfikir dan bertindak. Kemandirian sangat dibutuhkan dalam perkembangan siswa menuju
masa depan yang lebih baik. Kemandirian menuntut kedisiplinan siswa di sekolah sebagai
upaya menumbuhkan nilai-nilai kepatuhan siswa dalam melaksanakan peraturan yang
berlaku di sekolah. Upaya mewujudkan kemandirian belajar dengan pembinaan pribadi siswa
di sekolah artinya siswa yang memiliki kemandirian belajar yang baik akan menunjukkan
kesiapan dalam mengikuti pelajaran di kelas, mengerjakan tugas baik di rumah maupun di
sekolah, memiliki kelengkapan belajar, bersikap eksploratif, mampu mengambil keputusan,
percaya diri, dan kreatif (Hurlock, 2009). Seperti dikatakan Monk dan Knoers (2006) bahwa
orang yang mandiri memperlihatkan perilaku yang eksploratif, mampu mengambil
keputusan, percaya diri dan kreatif, selain itu juga mampu bertindak kritis tidak takut berbuat
sesuatu, mempunyai kepuasan dalam melakukan aktivitasnya dan mampu menerima realitas.
2
Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif. Namun,
kenyataannya masih ada siswa yang memiliki perilaku kemandirian belajar yang rendah.
Kemandirian belajar yang rendah ini ditandai dengan kurangnya kesadaran diri untuk
mempersiapkan bahan-bahan mata pelajaran yang sesuai jadwal, tidak menyelesaikan tugas
sekolah.
Belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Namun, untuk mengembangkan
aktivitas belajar yang baik dapat dilakukan dalam lingkungan sekolah. Di lingkungan sekolah
sangat berpengaruh terhadap kemandirian belajar pada anak didik. Karena siswa mulai
belajar dalam akademik maupun non akademik. Dalam bidang akademik ada beberapa siswa
yang berada pada standart kompetensi minimal, sedangkan dalam bidang non akademik
misalnya siswa selalu mengerjakan tugas sekolah dengan baik, mampu berkomunikasi
dengan guru-guru. Sumarmo (2004) siswa yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi
cenderung belajar lebih baik, sebab siswa dalam pengawasan sendiri bukan dari pengawasan
program; mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif;
menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya; dan mengatur waktu belajar secara
efisien.
Untuk data survei yang dilakukan oleh The World Economic Forum Swedia (Fuady,
2011) mengungkap penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain masalah
efektivitas, efisiensi, dan standardisasi pengajaran. Kenyataan di lapangan ternyata terdapat
beberapa siswa yang belum sepenuhnya memiliki nilai standar atau nilai batas tuntas (KKM)
dalam belajarnya. Seperti yang sudah dilakukan wawancara oleh penulis kepada beberapa
guru bahwa di sekolah SD Kutowinangun 11 tersebut terdapat beberapa siswa kelas 4 dan 5
dalam kemandirian belajar di SD Kutowinangun 11 Salatiga tersebut dapat dilihat dari
beberapa faktor yang mempengaruhinya diantaranya kesadaran diri sendiri, adanya strategi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan adanya evaluasi untuk mendukung sikap yang
3
mandiri. Seperti yang sudah dilakukan wawancara oleh penulis kepada beberapa guru
terdapat siswa yang belum sepenuhnya sadar akan mandiri dalam belajar seperti mencontek
atau melihat pekerjaan rumah milik temannya, dalam strategi pembelajaran siswa SD
Kutowinangun 11 Salatiga tersebut guru memberi tugas untuk berdiskusi dalam kelompok
dan dalam tugas kelompok tersebut siswa diminta untuk bertanggung jawab pada masingmasing tugas mereka, namun ada beberapa siswa yang tidak mengerjakan tugasnya masingmasing dan yang mengerjakan hanya beberapa siswa saja. Guru juga mengadakan kegiatan
pramuka yang terdapat beberapa permainan dan tugas agar siswa dapat bertanggung jawab
dan mandiri, namun ada beberapa siswa juga yang sengaja tidak berangkat untuk mengikuti
kegiatan pramuka. Guru juga mengadakan evaluasi atau tes kecil setelah selesai penjelasan
didalam kelas, tetapi ada beberapa siswa yang mencontek karena mereka tidak
memperhatikan penjelasan dari guru.
Dalam pendidikan tidak terlepas dari kebutuhan akan prestasi. Kebutuhan akan
prestasi atau motivasi berprestasi bagi keberhasilan pendidikan seseorang siswa menjadi
penting. Hal tersebut dikarenakan motivasi berprestasi merupakan keinginan untuk
menyelesaikan sesuatu dalam suatu standar kesuksesan dan melakukan suatu usaha demi
mencapai suatu tujuan (Santrock, 2003). Motivasi berprestasi yang dimiliki oleh setiap siswa
di sekolah merupakan bekal yang utama dan motivasi berprestasi tersebut berkaitan dengan
kemandirian belajar. Motivasi berprestasi sering dipengaruhi oleh motif yang mendorong
siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Motivasi berprestasi yang digunakan dalam
penelitian ini dapat diartikan sebagai motif yang mendorong siswa untuk mencapai
keberhasilan dalam bersaing di bidang akademis dengan suatu ukuran keunggulan. Penelitian
motivasi berprestasi dikaitkan dengan kemandirian belajar telah banyak dilakukan antara lain,
penelitian Wiyosa (2013) menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi
berprestasi dengan kemandirian siswa kelas VIII semester 2 tahun ajaran SMP Negeri 3
4
Pabelan. Sementara terdapat hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh Solita (2012) yaitu
tidak adanya hubungan motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar siswa SMA Adabiah
Padang.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat disimpulkan adanya perbedaan hasil
dalam penelitian mengenai hubungan motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar, maka
peneliti tertarik ingin meneliti lebih lanjut mengenai hubungan motivasi berprestasi dengan
kemandirian belajar siswa dengan judul Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kemandirian
Belajar Siswa SD Kutowinangun 11 Salatiga.
TINJAUAN PUSTAKA
Kemandirian belajar
Utomo (2007) berpendapat bahwa kemandirian merupakan suatu kecenderungan
menggunakan kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan suatu masalah secara bebas,
progresif, dan penuh dengan inisiatif. Kemandirian dapat mendorong individu untuk
berprestasi, berkreasi sehingga dapat menjadi manusia yang produktif dan mampu membawa
diri ke arah kemajuan. Namun, jika kemandirian tersebut tidak dapat terwujud seperti yang
diharapkan maka bukan hanya kerugian bagi individu itu sendiri melainkan sudah merupakan
kerugian bagi bangsa.
Menurut Ali dan Asrori (2009) kemandirian belajar adalah suatu kekuatan internal
individu yang diperoleh melalui proses individual, proses individualisasi itu adalah proses
realisasi kemandirian dan menuju kesempurnaan. Kemandirian yang sehat dapat dicapai
melalui proses peragaman, perkembangan dan ekspresi sistem kepribadian sampai pada
tingkatan yang tertinggi. Merriam dan Caffarella (1999) menyatakan bahwa kemandirian
5
belajar merupakan proses dimana individu mengambil inisiatif dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasisistem pembelajarannya.
Kemandirian belajar adalah proses menggerakkan kekuatan atau dorongan diri dalam
diri individu yang belajar untuk menggerakkan potensi dirinya untuk mempelajari objek
belajar tanpa ada tekanan atau pengaruh asing di dalam dirinya (Surya, 2003). Siswa dapat
memiliki kemandirian belajar jika memiliki ciri-ciri diantaranya mampu berpikir kritis,
kreatif, inovatif, tidak mudah terpengaruh pendapat orang lain, tidak merasa rendah diri, terus
bekerja penuh dengan ketekunan, dan kedisiplinan serta mampu mempertanggungjawabkan
tindakannya sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Williamson, (2007) yang
mendefinisikan kemandirian belajar (self directed learning) yaitu: (a) Siswa mampu
bertanggung jawab dengan berbagai keputusan yang berhubungan dengan belajar; (b)
Kemandirian dipandang sebagai rangkaian atau sikap yang muncul di tingkat tertentu disetiap
individu dan setiap situasi; (c) Kemandirian belajar mampu belajar, baik dalam pengetahuan
maupun ketrampilan dalam berbagai situasi; (d) Kemandirian belajar mampu mengaitkan
berbagai kegiatan dan sebagai sumber belajar, berpartisipasi dalam kelompok, bersosialisasi
dengan orang lain, komunikasi lewat elektronik, kegiatan menulis secara mandiri; (e)
Beberapa institusi pendidikan menemukan cara kemandirian belajar individu, penawaran
kursus modern dan program-program inovatif yang lain.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar merupakan
aktivitas belajar siswa yang didorong dari kemauan sendiri tanpa ketergantungan pada orang
lain dan tanpa ada tekanan atau pengaruh orang lain, selalu bekerja dengan ketekunan, dan
mampu mempertanggung jawabkan atas tindakannya sendiri.
6
Aspek-aspek kemandirian belajar
Menurut Williamson (2007) kemandirian belajar memiliki aspek-aspek, yaitu:
1. Kesadaran
Kesadaran tentang pemahaman siswa mengenai faktor-faktor yang memberikan
kontribusi guna menjadi pembelajar yang mandiri.
2. Strategi pembelajaran
Seorang siswa harus mempunyai berbagai strategi dalam belajar yang berguna untuk
menjadi pembelajar yang mandiri dalam proses belajar mereka.
3. Kegiatan pembelajaran
Menspesifikasikan persyaratan kegiatan belajar yang harus dilakukan secara aktif oleh
anak didiknya guna menjadi seorang siswa yang mandiri dalam belajar mereka.
4. Evaluasi
Memperlihatkan atribut-atribut khusus yang dimiliki anak didik supaya membantu
memantau kegiatan pembelajaran yang mereka lakukan.
5. Skill/ kemampuan interpersonal
Seorang siswa harus mempunyai kemampuan interpersonal mereka supaya menjadi
anak yang mandiri dalam belajar mereka.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemandirian merupakan
suatu perilaku yang bersumber dari dalam individu yang dimanifestasikan dalam tindakantindakan seperti: mampu mengatasi masalah sendiri, memiliki inisiatif, memiliki rasa percaya
diri. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan self directed learning sebagai definisi dan
alat ukur dalam penelitian yang diajukan oleh Williamson (2007) karena self directed
learning merupakan sinonim dari kemandirian belajar.
7
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar
Menurut Basri (2000) kemandirian belajar dipengaruhi oleh faktor yang terdapat
dalam dirinya sendiri (internal) dan faktor yang terdapat diluar dirinya (eksternal). Faktor
internal adalah semua pengaruh yang bersumber dari dalam dirinya sendiri, seperti keadaan
keturunan dan segala sesuatu yang dibawa sejak lahir. Segala sifat dasar dari orangtua
mungkin juga akan ditemui dalam diri seseorang, seperti potensi, bakat, dan intelektual.
Motivasi berprestasi merupakan faktor dari dalam diri individu. Faktor eksternal atau faktor
lingkungan adalah semua keadaan yang berasal dari luar dirinya. Lingkungan yang dihadapi
setiap individu sangatlah memengaruhi perkembangan seseorang, baik dalam segi positif
maupun negatif. Lingkungan yang baik akan membentuk kepribadian, termasuk dalam hal
kemandirian.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kemandirian belajar siswa antara lain kesadaran diri sendiri, adanya strategi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, evaluasi dan skill untuk mendukung sikap
kemandirian. Kemandirian juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari dalam diri
sendiri (internal) dan faktor dari luar lingkungan (eksternal).
Motivasi Berprestasi
Menurut Mc Clelland (Usman, 2009) motivasi berprestasi adalah dorongan dari dalam
diri untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan. Motivasi
berprestasi berfungsi sebagai daya penggerak dari dalam individu untuk melakukan aktivitas
tertentu dalam mencapai tujuan. Motivasi berprestasi dipandang dari segi proses, berarti
motivasi dapat dirangsang oleh faktor luar, untuk menimbulkan motivasi dalam diri siswa
yang melalui proses rangsangan belajar sehingga dapat mencapai tujuan yang dikehendaki.
8
Teori motivasi berprestasi muncul dari Mc Clelland (Usman, 2009), yang
mengungkapkan bahwa manusia memiliki tiga kebutuhan pokok, yaitu: kebutuhan akan
berprestasi (achievement), kebutuhan akan kekuasaan (power), dan kebutuhan akan
persahabatan (affilition). Motivasi afiliasi adalah dorongan untuk berhubungan dengan orang
lain atau dorongan untuk memiliki sahabat sebanyak-banyaknya. Sedangkan, motivasi
berkuasa ialah dorongan untuk memengaruhi orang lain agar tunduk kepada kehendaknya.
Weinner (dalam Dewi, 2012) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai suatu
kecenderungan positif yang berada dalam individu yang pada dasarnya mempunyai reaksi
terhadap suatu tujuan yang ingin atau harus dicapai. Sementara itu Edward (dalam Dewi,
2012) menguraikan motivasi berprestasi sebagai kebutuhan individu untuk menyelesaikan
tugas-tugas lebih sukses untuk mencapai prestasi yang tinggi. Hal itu sejalan dengan
pendapat Kusuma (2004) yang mengungkapkan bahwa jika motivasi seseorang untuk
mencapai sesuatu tinggi maka akan semakin tinggi pula usaha yang dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut. Semakin tinggi taraf kebutuhan untuk berprestasi yang dimiliki
seseorang akan menyebabkan motivasinya yang semakin meningkat pula dan kebutuhan
berprestasi akan terpenuhi melalui kinerja yang baik sehingga kebutuhan berprestasi dapat
terpenuhi.Munculnya motivasi berprestasi disebabkan adanya kebutuhan berprestasi dalam
diri seseorang adanya motivasi berprestasi yang tinggi dari seseorang akan terlihat dari usaha
seseorang dalam keberhasilan mencapai prestasi.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, penulis mengambil kesimpulan yaitu motivasi
berprestasi merupakan suatu dorongan yang bersumber dari dalam dan luar diri seseorang
untuk mengungguli, berprestasi, menyelesaikan tugas sebaik-baiknya dan seefektif mungkin
hingga mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
9
Aspek-Aspek Motivasi Berprestasi
Menurut Mc Clelland (1987) motivasi berprestasi memiliki aspek-aspek yaitu:
a. Tanggung jawab pribadi.
Seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan memiliki rasa
tanggung jawab pribadi disetiap permasalahannya dan akan menyenangi setiap tugas
dengan senang hati.
b. Menyenangi umpan balik
Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan mengharapkan
feedback atau umpan balik dari segala tugas yang dilakukannya.
c. Moderat.
Jadi seseorang akan menyenangi tugas yang bersifat moderat yang tingkat
kesulitannya tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah, tetapi individu mengharapkan
suatu tantangan dalam setiap tugas.
d. Tekun dan ulet
Seseorang akan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan memiliki sikap yang
tekun dan ulet dalam bekerja, serta tidak mudah menyerah untuk mencapai tujuan.
e. Melakukan tugas penuh dengan pertimbangan dan perhitungan.
Seseorang akan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan menghindari
mengerjakan sesuatu asal-asalan, jadi harus dengan penuh pertimbangan dan
perhitungan supaya mencapai hasil yang maksimal.
f. Mengutamakan keberhasilan tugas.
Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan mengutamakan
keberhasilan tugasnya, serta akan meningkatkan aspirasinya dan tetap bersifat
realistis.
10
Dari pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa aspek dalam motivasi
berprestasi adalah tanggung jawab atas pribadi, menyenangi umpan balik, menyenangi tugas
dengan kesulitan yang moderat, tekun dan ulet, penuh pertimbangan dan perhitungan,
mengutamakan keberhasilan tugasnya. Jadi, setiap siswa diharapkan mempunyai rasa
bertanggung jawab dan selalu berani mengambil resiko atas prestasi yang akan dicapai.
Seseorang dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung bertindak kreatif dan inovatif,
dengan mencari cara baru untuk menyelesaikan tugas seefektif dan seefisien mungkin.
Hubungan antara motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar
Kemandirian belajar seseorang siswa sebenarnya berkaitan dengan berbagai hal yang
meliputi keadaan anak tersebut. Salah satu faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar
pada siswa adalah motivasi untuk berprestasi. Motivasi merupakan semua tingkah laku
manusia yang disadari, didorong oleh suatu kekuatan. Motivasi tersebut mendorong individu
untuk bertingkah laku tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan (Walgito, 1994).
McClelland (1987) menyatakan bahwa pada dasarnya setiap manusia mempunyai kebutuhan
untuk berprestasi. Ini memungkinkan bahwa individu selalu ingin mendapatkan hasil baik
dalam segala usahanya. Hal ini didukung oleh pernyataan Haditono (dalam Santoso, 2007)
bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu ciri khas untuk meningkatkan suatu tingkat
prestasi yang dilatar belakangi oleh keinginan yang kuat dari diri individu untuk mencapai
suatu tingkat prestasi diatas rata-rata. Orang yang mempunyai motivasi berprestasi yang
tinggi akan berusaha sebaik mungkin untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam belajar.
Edward (dalam Leonardo, 2007) mengemukakan bahwa motivasi berprestasi adalah
kebutuhan individu untuk berbuat lebih baik dari orang lain, yang mendorong individu untuk
menyelesaikan tugas yang lebih baik dan untuk mencapai prestasi yang tinggi. Motivasi
berprestasi dapat menimbulkan dorongan pada seseorang untuk berusaha keras mencapai
11
belajar yang mandiri, bekerja dengan lebih baik, lebih efisien dan lebih cepat daripada yang
pernah dilakukan sebelumnya (Ernawan, 2002).
Hasil penelitian Wiyosa (2013) menunjukkan bahwa antara motivasi berprestasi dan
kemandirian belajar terdapat korelasi yang positif, sehingga semakin tinggi motivasi
berprestasi seorang siswa, semakin baik kemandirian belajarnya. Adanya motivasi berprestasi
yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil belajar yang baik pula. Seseorang yang
didominasi motivasi berprestasi, lebih senang bekerja sendiri, percaya pada kemampuan yang
dimilikinya, dan tidak menggantungkan diri pada orang lain.
Jika yang akan terjadi pada siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah,
sehingga semangat untuk belajar tidak muncul. Rendahnya motivasi berprestasi juga
menyebabkan kurangnya bersemangat dalam
belajar. Pengharapan untuk sukses akan
mendorong kepada pencapaian prestasi yang lebih tinggi dibanding dengan siswa yang hanya
mengharapkan sekedar tidak gagal. Demikian juga siswa yang berusaha tidak gagal akan
lebih baik nilainya daripada siswa yang malas belajar tanpa usaha.
Atkinson (Santoso, 2007) mengatakan bahwa motivasi berprestasi didasarkan pada
dua hal yaitu keinginan meraih kesuksesan dan keinginan untuk menghindari kegagalan.
Individu yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi tidak akan ingin gagal dalam
mencapai kesuksesan. Kegagalan dalam mencapai kesuksesan tersebut tak lain adalah
kesulitan yang dialami oleh individu. Setiap orang dalam kehidupan selalu diperhadapkan
pada kesulitan yang mengarah pada ketidakberdayaan, baik itu kesulitan di dalam sekolah
dan kesulitan dalam diri individu. Ketidakberdayaan yang dipelajari dapat mengurangi
intensitas belajar, kemauan untuk belajar, dan motivasi untuk berprestasi. Ketidakberdayaan
tersebut akan mengakibatkan individu tidak mempunyai kemampuan untuk mandiri dalam
mencapai tujuan atau kesuksesan. Sebenarnya dengan adanya rasa percaya diri pada
12
kemampuan diri sendiri dalam mencapai kesuksesan, dan rasa tanggung jawab akan hasil
prestasinya dapat mengatasi tantangan dan ketidakberdayaan yang dihadapi serta dapat
meningkatkan kemandirian belajar dan motivasi berprestasi seseorang. Hal ini dapat dilihat
dari ciri-ciri seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi diantaranya menyenangi
tugas penuh tantangan, bertanggung jawab dalam tugas, tekun dan ulet dalam menjalankan
tugas sekolah, tetapi bagi seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah, bisa
saja kehilangan kemandirian dalam belajar.
Kemandirian belajar bukan berarti belajar seorang diri, tetapi belajar dengan inisiatif
sendiri, dengan atau tanpa bantuan orang lain yang relevan untuk membuat keputusan
penting dalam menemukan kebutuhan belajarnya (Nurhayati, 2011). Jadi, seorang siswa yang
mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi inilah yang akan bisa meraih kemandirian
belajar yang tinggi pula dan akan sukses untuk kehidupan mendatang. Sedangkan, mereka
yang memiliki motivasi berprestasi rendah, akan mengalami kesulitan belajar, sehingga
mengakibatkan kemandirian belajarnya cenderung rendah.
HIPOTESA
Terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan kemandirian
belajar siswa SD Kutowinangun 11 Salatiga.
METODE
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Kutowinangun 11 Salatiga. Sampel dalam penelitian
ini adalah murid-murid sekolah dasar kelas 4 dan 5 SD Kutowinangun 11 Salatiga. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa SD Kutowinangun 11 kelas 4 dan kelas 5.
Prosedur Sampling
Metode pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh. Semua sampel
digunakan sebagai penelitian. Sehingga pada penelitian ini jumlah populasi murid sekolah
13
dasar kelas 4 dan 5 di SD Kutowinangun 11 Salatiga sebanyak 47 siswa. Terdiri dari kelas 4
sebanyak 22 siswa dan kelas 5 berjumlah 25 siswa.
Alat Ukur Penelitian
Metode yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data penelitian ini adalah
dengan menggunakan alat ukur skala psikologi. Terdapat 2 skala yang digunakan pada
penelitian ini yaitu skala motivasi berprestasi dan skala kemandirian belajar. Item dalam
skala-skala tersebut dikelompokkan dalam pernyataan favorable dan unfavorable dengan
menggunakan 4 alternatif jawaban dari skala Likert yang telah dimodifikasi yaitu, Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pernyataan
favorable STS=1, TS=2, S=3, SS=4 sedangkan pernyataan unfavorable STS=4, TS=3, S=2,
SS=1. Keseluruhan data diperoleh dari skala psikologi yang telah dibagikan kepada subjek.
1. Teknik pengumpulan data variabel motivasi berprestasi yang digunakan dengan
menggunakan kuesioner. Angket motivasi berprestasi yang digunakan adalah
berdasarkan pendapat Mc Clelland (1987) dan dimodifikasi oleh penulis.
Perhitungan nilai reliabilitas dan validitas angket ini dilakukan dengan teknik try
out terpakai. Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala motivasi berprestasi
yang terdiri dari 39 item. Menurut Azwar (2005) jika koefisien alfa dari item total
correlation berada di atas 0,2 maka sudah bisa dikatakan baik. Berdasarkan pada
perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas skala motivasi berprestasi terdiri dari
39 item, diperoleh 12 item yang gugur, sehingga tersisa 27 item yang dapat
digunakan, dengan koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,747 yang artinya
kelompok skala tersebut reliabel.
2. Teknik pengumpulan data variabel kemandirian belajar yang digunakan adalah
menggunakan kuesioner. Angket kemandirian belajar yang digunakan adalah
berdasarkan pendapat Williamson (2007) dan dimodifikasi oleh penulis.
14
Perhitungan nilai reliabilitas dan validitas angket ini dilakukan dengan teknik try
out terpakai. Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala kemandirian belajar
yang terdiri dari 40 item. Perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas skala
kemandirian belajar diperoleh 7 item yang gugur, sehingga tersisa 33 item yang
dapat digunakan, dengan koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,871 yang artinya
kelompok skala tersebut reliabel.
Teknik Analisa Data
Penelitian ini menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment. Uji asumsi
meliputi uji normalitas dan uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang telah
memenuhi asumsi analisis sebagai syarat untuk melakukan analisis dengan korelasi Pearson
Product Moment. Uji normalitas yang dilakukan adalah uji normalitas Kolmogorov-Smirnov.
Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan Anova dan analisa data dalam penelitian ini
menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment. Untuk pengolahan dan analisis data
digunakan Statistical Program of Social Scene (SPSS) 16.0.
HASIL PENELITIAN
Uji Deskriptif
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-rata, minimum, maksimum, dan standard
deviasi sebagai hasil pengukuran skala motivasi berprestasi dan kemandirian belajar.
1. Variabel Motivasi Berprestasi
Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel motivasi
berprestasi, peneliti menggunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat rendah, rendah,
sedang, tinggi, dan sangat tinggi (Azwar, 2006). Jumlah skor item valid sebanyak 27
item. Maka skor tertinggi 5x27 item valid = 135 dan terendah 1x27 item valid = 27,
maka intervalnya adalah 21,6(dibulatkan 22) yang diperoleh dari perhitungan interval.
15
Data interval yang diperoleh dari skala diferensial semantik yang digunakan dalam
penelitian, yang perlu dikelompokkan kedalam skala ordinal agar mudah
diinterpretasikan (Azwar, 2006). Norma kategorisasi hasil pengukuran skala motivasi
berprestasi dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Kategorisasi Pengukuran Skala Motivasi Berprestasi
No
Interval
Kategori
1
115 ≤ x ≤ 137
2
Mean
N
Persentase
Sangat tinggi
0
0%
93 ≤ x ≤ 115
Tinggi
9
19,15%
3
71 ≤ x ≤ 93
Sedang
34
72,34%
4
49 ≤ x≤ 71
Rendah
4
8,51%
5
27≤ x≤ 49
Sangat rendah
0
0%
47
100%
83,83
Jumlah
SD = 8,840, Min = 63, Max = 102
Berdasarkan Tabel 1di atas dapat dilihat bahwa 9 orang memiliki skor motivasi
berprestasi yang berada pada kategori tinggi dengan presentase 19,15%, 34 orang memiliki
skor motivasi berprestasi pada kategori sedang dengan presentase 72,34%, dan 4 orang
memiliki skor motivasi berprestasi rendah dengan presentase 8,51%. Sementara itu tidak ada
motivasi berprestasi pada tingkat sangat tinggi dan sangat rendah. Berdasarkan rata-rata
motivasi berprestasi berada pada kategori sedang yaitu 34 orang atau sebesar 72,34%. Skor
yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 63 sampai dengan skor
maksimum 102 dengan standard deviasi 8,840.
2. Variabel Kemandirian Belajar
Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel kemandirian
belajar, peneliti menggunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang,
16
tinggi, dan sangat tinggi (Azwar, 2006). Jumlah skor valid sebanyak 33 item. Maka skor
tertinggi 5x33 item valid = 165 dan skor terendah 1x33 = 33, maka intervalnya adalah
26,4 (dibulatkan 26) yang diperoleh dari perhitungan interval. Data interval yang
diperoleh dari skala diferensial semantik yang digunakan dalam penelitian, yang perlu
dikelompokkan kedalam skala ordinal agar mudah diinterpretasikan (Azwar, 2006).
Norma kategorisasi hasil pengukuran skala kemandirian belajar dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2
Kategorisasi pengukuran Kemandirian Belajar
No
Interval
Kategori
1
137 ≤ x ≤163
2
Mean
N
Presentase
Sangat tinggi
0
0%
111 ≤ x ≤137
Tinggi
2
4,26%
3
85 ≤ x ≤111
Sedang
38
80,85%
4
59 ≤ x≤ 85
Rendah
7
14,89%
5
33≤ x≤59
Sangat rendah
0
0%
47
100%
97,00
Jumlah
Sd =11,929, Min = 72, Max = 128
Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa 2 orang memiliki skor kemandirian
belajar yang berada pada kategori tinggi dengan presentase 4,26%, 38 orang memiliki skor
kemandirian belajar pada kategori sedang dengan presentase 80,85%. Sementara itu tidak ada
kemandirian belajar pada tingkat sangat tinggi dan sangat rendah. Berdasarkan rata-rata
kemandirian belajar berada pada kategori sedang yaitu 38 orang atau sebesar 80,85%. Skor
yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 72 sampai dengan skor
maksimum 128 dengan standard deviasi 11,929.
17
Uji Asumsi
1. Uji Normalitas
Untuk uji normalitas sebaran skor digunakan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Test.Berdasarkan hasil uji normalitas yang menggunakan K-S-Z, dapat diketahui variabel
motivasi berprestasi memiliki nilai sebesar 0,671 dengan nilai signifikasi sebesar 0,759
(p>0,05), maka berdistribusi normal. Hal ini terjadi juga pada variabel kemandirian belajar
yang memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,740 dengan nilai signifikasi sebesar 0,645 (p>0,05),
maka data kemandirian belajar juga berdistribusi normal.
2. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data yaitu variabel bebas
dan variabel terikat, dan untuk mengetahui apakah variabel bebas berhubungan dengan
variabel terikat atau tidak. Hubungan yang linier menggambarkan bahwa perubahan pada
variabel bebas akan cenderung diikuti oleh perubahan variabel tergantung dengan
membentuk garis linier. Uji linieritas hubungan antara motivasi berprestasi dengan
kemandirian belajar diperoleh nilai Fhitungsebesar 1,356 dengan signifikasi sebesar 0,242
(p>0,05) yang menunjukkan hubungan antara motivasi berprestasi dengan kemandirian
belajar adalah linier.
Uji korelasi
Hasil korelasi antara motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar yang
menggunakan analisis korelasi Pearson, dapat dilihat pada tabel 3.
18
Tabel 3
Hasil Uji Korelasi antara Motivasi Berprestasi dengan Kemandirian Belajar
Correlations
motivasi berprestasi
motivasi berprestasi
Pearson
Correlation
kemandirian belajar
1
Sig. (1-tailed)
N
kemandirian belajar
Pearson
Correlation
Sig. (1-tailed)
N
.551
**
.000
47
47
**
1
.551
.000
47
47
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien antara motivasi
berprestasi dengan kemandirian belajar, sebesar 0,551 dengan signifikan = 0,000 (p