Selamat Datang di Kota "Kos-kosan".

KOMPAS
o Senin
123
17
OJan

o Selasa 0
4

18

19
8Peb

5
20

6

@


o Mar OApr

Wajah Jatinangor,
Sumedang, Jawa Barat, telah
berubah. Sejak disulap
menjadi kawasan pendidikan
tahun 1980-an,
kampus-kampus megah dan
ribuan tempat kos
bermunculan. Simbol
masyarakat urban, seperti
mal, hotel, kafe, bioskop 21,
dan pusat kebugaran, telah
hadir di sana.

--

OLEH BUDI SUWARNA &
YULIA SAPTHIANI


-

M

alam mulai merayap di Jatinangor, Rabu (17/2) lalu. Jatinangor Town Square (Jatos),
mal terbesar yang berdiri tahun 2006
dan kini menjadi ikon Jatinangor, tampak gemerlap. Pengunjung yang sebagian besar mahasiswa masuk dan
keluar mal itu. Ada yang berbelanja
kebutuhan sehari-hari, ada yang sekadar nongkrong di kafe sambil berselancar di dunia maya.
Hingga awal 1990-an, wajah kota
semacam itu barangkali belum terbayangkan. Maklum, Jatinangor saat
itu masih berupa kampung yang gelap
dan seram pada malam hari. Sebagian
wilayahnya berupa permukiman, sawah, dan tegalan yang ditumbuhi rumpun bambu.
Bangunan besar dan megah hanya
ada di kampus Universitas Padjadjaran
(Unpad), Institut Pemerintahan Dalam
Negeri (IPDN)-dulu STPDN-Institut
Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin), dan Universitas Winaya Mukti
(Unwim).

Sekarang, fasilitas penunjang Illdup
masyarakat urban berdiri berjejer sepanjang Jalan Raya Jatinangor mulai
perbatasan Cileunyi (Kabupaten Bandung) hingga kampus Unpad yang jaraknya sekitar 3 kilometer. Selain Jatos,
ada Hotel Jatinangor, Hotel Puri Khatulistiwa, lapangan futsaI, kafe, restoran, toko laptop, kompieks perumahan untuk kelas menengah ke atas, dan
sebentar lagi akan dibangun apartemen.
Roda pembangunan juga merangsek

~-

-

.

~

Rabu
7
8
22


0

0

Kamis
9

23

OMel OJun

10
24

Jumat
11

25

OJul


26

0 Ags

masuk ke kampung- kampung. Areal
persawahan
tiba-tiba
ditumbuhi
kos-kosan megah. Di jalan masuk Desa
Hegarmanah, ada Pondok Casa Elegante. Kos-kosan berlantai empat dengan arsitektur minimalis itu lebih mirip hotel. Bayangkan, kamarnya berjumlah 90 ditambah delapan kios permanen di lantai dasar.
Fasilitas yang disediakan pun mendekati hotel berbintang. Kamar berukuran sekitar 4 meter x 4 meter
dilengkapi tempat tidur, meja, lemari,
kamar mandi yang kerannya mengalirkan air hangat, dan jaringan internet. Pengelola juga menyediakan lahan parkir mobil.
Ima (29), pengelola Casa Elegante,
mengatakan, sejak dibuka tahun lalu,
semua kamar langsung terisi penuh.
Bahkan, empat dari delapan kios disewa mahasiswa untuk tempat tinggal.
Padahal, untuk ukuran Jatinangor, tarif


dikan kos-kosan. Tidak jelas lagi mana
yang kos, mana pemilik rumah," ujar
Supriatna sambil tertawa.
Melayani mahasiswa
Sejak tumbuh menjadi kawasan pendidikan, Jatinangor memang seperti
gula yang mengundang semut. Pulu}1an
ribu mahasiswa barn datang ke ~a
setiap tahun. Mereka merupakan pasar
~-.;:t._.

yang menggiurkan. Tidak heran, Immpir semua bisnis yang muncul di Jatinangor diciptakan untuk mema};ljakan mahasiswa.
Untuk makan, misalnya, mahasiswa
kos tinggal memesan melalui SM8:ke
pemilik rumah makan. Dalam beberapa
menit, makanan yang dipesan akan
diantar ke kamarnya. Pedagang gehu
(goreng tahu) pun siap membe~
layanan serupa. Inilah yang membuat
mahasiswa kian betah tinggal di Jatinangor.
Apa kata mahasiswa tentang semua

kos di sana cukup tinggi,yakni Rp 8juta
per tahun UI'1tukkamar standar dan 12 itu? Zakiah Rosa (20), mahasiswa semester 6 Fakultas Kedokteran Uripad,
juta untuk kamar VIP.
. Rumah-rumah kos megah juga mu- mengatakan, fasilitas yang ada di Jadah ditemukan di Caringin. Salah sa- tinangor masih kurang. "(Masak) temtunya Wisma Darn yang menyediakan pat hiburan cuma Jatos saja," katanya.
Namun, dengan perkembangan-erang
117kamar kos,empat di antaranya kelas
ada sekarang saja, Jatinangor ses'p.ngVIP. Kos- kosan yahg didirikan tahun
1996 ini juga dile"ngkipi perabot leng- guhnya sudah terasa semrljwut.
Mengapa? Karena pembangunan terkap, kamar mandi, internet, tempat
parkir luas, dan keamanan 24 jam
kesan dilakukan serba serampangan.
penuh.
"Tarifnya Rp 5 juta per tahun untuk Kampus didirikan, tetapi sarana transkamar standar dan Rp 7 juta per tahun portasi tidak. Mal dan hotel dibangun,
untuk VIp," kata Agus Wawan (42), tetapi saluran air dan tempat pejalan
kaki tidak.
pengelola Wisma Darn.
Di mata planolog dari ITB, Andi
Bisnis kos-kosan di Jatinangor memang cukup menggiurkan. Hampir se- Oetomo, yang pernah meneliti tentang
n1U~kos-kosan penuh penghuni. Me- Jatinangor, kawasan pendidikan 'yang
nurut Agus, dalam 10 tahun, pemilik ideal ill Jatinangor sudah sulit diwuWisma Dara sudah bisa kembali mo- judkan. Meski demikian, bukan berarti

pembangunan di sana tidak bisa didal.
Inilah yang membuat orang demam kontrollagi.
Di luar kesemrawutan, pembangunmembuat kos-kosan di Jatinangor sejak an Jatinangor juga memunculkan pertahun 1990-an. "Bupati, mantan bupati, soalan sosial dan budaya. ltu terjadi
mahasiswa dibiarkan hidup di
gubernur, mantan gubernur, dan ten- ~na
tara berpangkat tinggi dari sejumlah dunianya sendiri. Sementara itu, di
daerah berebut membangun tempat sekitar mereka, "warga asli" Jatinangor
kos-kosan di sini. Pengelolaannya di- juga hidup dengan dunia dan proserahkan kepada orang lain," kata Silp- blematikanya sendiri.
"Kami tidak saling kenal meski kami
riatna, seniman yang tinggal di Jahidup berdampingan," kata Supriatna.
tinangor sejak 1975.
(REK)
Warga Jatinangor pun ikut-ikutan
-menyewakan kamar rumahnya. "Mereka rela tinggal satu kamar untuk satu
keluarga: karena kamar lainnya dija-

Kliping Humas Onpad 2010

--


-

JatinangorTown
Square (Jatos)
menjadi pusat
keramaian di
Jatinangor,
Kabupaten
Sumedang, Jawa
Barat, saat ini.
Pasar swalayan,
berbagai tempat
makan waralaba,
dan bioskop 21
menjadi tempat
yang dituju
masyarakat di
Jatinangor dan
sekitarnya untuk
mencari hiburan.