PENGARUH ANKLE STRATEGY EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN STATIS PADA LANJUT USIA Pengaruh Ankle Strategy Exercise terhadap Keseimbangan Statis Pada Lanjut Usia di Posyandu dan Panti Wredha.

PENGARUH ANKLE STRATEGY EXERCISE TERHADAP
KESEIMBANGAN STATIS PADA LANJUT USIA
DI POSYANDU DAN PANTI WREDHA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :
INGRID SAVIRA
J 120 120 030

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

ABSTRAK
PROGRAM STUDI SARJANA FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SKRIPSI, 23 MARET 2016
INGRID SAVIRA/ J120110030

“PENGARUH ANKLE STRATEGY EXERCISE TERHADAP
KESEIMBANGAN STATIS PADA LANJUT USIA DI POSYANDU DAN
PANTI WREDHA”
(Dibimbing Oleh: Totok Budi Santoso, S.Fis., M.P.H dan Agus Widodo,
S.Fis., M.Fis)
Latar Belakang: Lansia adalah masa transisi kehidupan terakhir seseorang. Pada
lansia terjadi penurunan fungsi fisiologis yang mengakibatkan terjadinya
gangguan degeneratif. Gangguan degeneratif tersebut salah satunya penurunan
fungsi sistem otot dan sistem saraf. Hal ini berdampak pada penurunan fungsi
keseimbangan dan peningkatan risiko jatuh. Permasalahan lansia tersebut
mengakibatkan tidak sedikit lansia untuk pindah ke panti jompo karena tidak bisa
merawat dirinya sendiri dan hanya dianggap beban oleh keluarganya. Penurunan
risiko jatuh bisa diberikan latihan keseimbangan statis. Salah satu stimulasi
peningkatan keseimbangan statis tersebut adalah ankle strategy exercise.
Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui pengaruh dan beda pengaruh ankle
strategy exercise terhadap keseimbangan statis pada lanjut usia di posyandu dan
panti wredha.
Manfaat Penelitian: Dapat mengetahui pengaruh dan beda pengaruh ankle
strategy exercise terhadap keseimbangan statis pada lanjut usia di posyandu dan
panti wredha.

Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah quasi experiment dengan two
group pretest and posttest, yaitu sampel pada kelompok posyandu dan panti
wredha diberikan perlakuan yaitu ankle strategy exercise selama 6 minggu dengan
frekuensi 2x seminggu dengan alat ukur multi directional reach test dengan 4 arah
(forward, backward, right, left). Teknik analisis data menggunakan uji wilcoxon
untuk uji pengaruh dan uji beda pengaruh menggunakan uji mann whitney.
Hasil Penelitian: Ada pengaruh ankle strategy exercise terhadap keseimbangan
statis pada kelompok posyandu setelah dilakukan uji wilcoxon pada arah forward
diperoleh p-value 0,005, sedangkan pada arah backward, right, dan left masingmasing diperoleh p-value 0,003. Ada pengaruh ankle strategy exercise terhadap
keseimbangan statis pada kelompok panti wredha setelah dilakukan uji wilcoxon
pada arah forward, backward, right, dan left masing-masing diperoleh p-value
0,005, serta terdapat beda pengaruh antara kelompok posyandu dan panti wredha
setelah dilakukan uji mann whitney pada arah forward dengan p-value 0,007, arah
backward dengan p-value 0,044, arah right dengan p-value 0,041, dan arah left
dengan p-value 0,028.
Kesimpulan: Ada pengaruh dan beda pengaruh ankle strategy exercise terhadap
keseimbangan statis pada lanjut usia di posyandu dan panti wredha.
Kata Kunci: Keseimbangan Statis, Lanjut Usia, Posyandu, Panti Wredha.

ABSTRACT

STUDY PROGRAM OF PHYSIOTHERAPY UNDERGRADUATE
HEALTH FACULTY
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA
MINITHESIS, MARCH 23th 2016
INGRID SAVIRA/ J120110030

“EFFECT OF ANKLE STRATEGY EXERCISE OF STATIC BALANCE ON
ELDERLY IN POSYANDU AND NURSING HOUSE”
(Counseled by: Totok Budi Santoso, S.Fis., M.P.H dan Agus Widodo, S.Fis.,
M.Fis)

Background: Eldery is the last transition stage of human life. On this stage, there
is a decreasing of physiological function that causes degenerative disorder. One
of degenerative disorder case is decreased function of the muscular system and
nervous system. This resulted in decreased function of balance and increased risk
of falls. That elderly’s caseinflict tomany elderly had to move into a nursing home
because they can not take care for themself and only considered as a burden by
the family. Decreasing risk of fallscould be overcome with a static balance
exercises. One of stimulation type of increasing static balance is ankle strategy
exercise.

The Objective of Research: To know the effect and differences of ankle strategy
exercise’s effecton the elderly static balance at posyandu and nursing house.
The Benefit of Research: It could know the effect and differences of ankle
strategy exercise’s effect for the elderly’s static balance at posyandu and nursing
house.
The Method of Research: This research type was a quasi experiment with two
group pretest and posttest and the sample was taken from elderly in posyandu and
nursing house who has getting a treatment which is ankle strategy exercise for 6
weeks with 2 times frequency a week. Measurements made with the multi
directional reach test with four direction. Data were analyzed using wilcoxon test
to test the effect and using mann-whitney test to test the differences of the effect.
Result of the Research: There is an effect of ankle strategy exercise for elderly’s
static balance at posyandu after the statistical test using wilcoxon test is done, the
p-value resultson forward direction is 0,005, meanwhile on backward, right, and
left direction are 0,003. There is an effect of ankle strategy exercise for elderly’s
static balance at nursing house after the statistical test using wilcoxon test is
done, the p-value results on forward, backward, right, and left are 0,005 and
there is a differences between elderly at posyandu and nursing house after the
statistical test using mann-whitney test is done, the p-value result on forward
direction is 0,007, on backward directionis p-value 0,044, on right direction is

0,041, and on left direction is 0,028.
Conclusion: There is an effect and differences of ankle strategy exercise effect for
elderly’s static balance at posyandu and nursing house.
Keywords: Balance Static, Elderly, Posyandu, and Nursing House

PENDAHULUAN
Keseimbangan merupakan kemampuan untuk mempertahankan stabilitas
postural

yang dapat

didefinisikan sebagai

kemampuan

individu

untuk

mempertahankan pusat gravitasi (center of gravity) dan bidang tumpu (base of

support). Keseimbangan dibagi menjadi keseimbangan statis dan dinamis.

Keseimbangan statis adalah mempertahankan posisi berdiri tanpa ada pergerakan,
sedangkan keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan
postur saat melakukan gerakan tertentu (Rogers et al., 2013)
Menurut Nejc et al. (2013) keseimbangan yang buruk merupakan
penyebab terjadinya risiko jatuh. Menurut WHO (2007) faktor-faktor yang
mempengaruhi risiko jatuh adalah faktor risiko biologis, faktor risiko perilaku,
faktor risiko lingkungan, dan faktor risiko sosial ekonomi. Jika dilihat dari faktor
usia, frekuensi jatuh pada orang yang berusia 65 tahun atau lebih sekitar 28-35%
dan meningkat menjadi 32-42% bagi mereka yang lebih dari 80 tahun, dan
sedangkan jika dilihat dari faktor tempat tinggal, lansia yang tinggal di panti
wredha lebih sering jatuh daripada mereka yang tinggal di lingkungan masyarakat.
Adapun jenis latihan keseimbangan yang dapat digunakan untuk
mengoptimalkan keseimbangan pada lansia yaitu ankle strategy exercise. Hal
tersebut berdasarkan penelitian Choi dan Kim (2015) ankle strategy exercise
merupakan strategi penyesuaian pertama untuk mengoptimalkan keseimbangan
melalui kontraksi sendi.
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di Posyandu Lansia
Ngudi Sehat dan Panti Wredha Dharma Bhakti bahwa lansia-lansia tersebut


memiliki latar belakang berbeda yang akan mempengaruhi kondisi fisik yaitu
fungsi keseimbangan yang mengakibatkan risiko jatuh semakin tinggi
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Pengaruh Ankle Strategy Exercise terhadap Keseimbangan
Statis pada Lanjut Usia di Posyandu dan Panti Wredha”.

LANDASAN TEORI
Seiring bertambahnya usia pada lanjut usia akan mengalami penurunan fungsi
anatomis dan fisiologis akibat proses penuaan. Menurut Maryam et al. (2008)
proses penuaan adalah ketika tubuh mulai menyusut akibat berkurangnya jumlah
sel-sel yang ada didalam tubuh yang merupakan tanda titik perkembangan yang
maksimal, maka tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara perlahanlahan. Menurut deOliveira et al. (2008) salah satu fungsi yang mengalami
penurunan adalah fungsi keseimbangan yang ditandai oleh penurunan fungsi
somatosensori, visual, dan vestibular. Menurut Rogers et al. (2013) keseimbangan
merupakan kemampuan untuk mempertahankan stabilitas postural yang dapat
didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk mempertahankan pusat gravitasi
(center of gravity) dan bidang tumpu (base of support). Keseimbangan dibagi
menjadi keseimbangan statis dan dinamis. Keseimbangan statis adalah
mempertahankan posisi berdiri tanpa ada pergerakan, sedangkan keseimbangan

dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan postur saat melakukan
gerakan tertentu. Menurut Nejc et al. 2013 keseimbangan yang buruk akan
meningkatkan

risiko

jatuh.

Menurut

WHO

(2007)

faktor-faktor

yang

mempengaruhi risiko jatuh adalah faktor risiko biologis, faktor risiko perilaku,
faktor risiko lingkungan, dan faktor risiko sosial ekonomi. Jika dilihat dari faktor

tempat tinggal, lansia yang tinggal di panti wredha lebih sering jatuh daripada
mereka yang tinggal di lingkungan masyarakat. Menurut Nugroho (2009) jika
dilihat dari faktor psikosial, salah satu yang menyebabkan hal tersebut adalah
karena lansia cenderung lebih bahagia tinggal di lingkungan masyarakat bersama
keluarganya. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Saputri dan Indrawati (2011)
lansia yang tinggal di panti wredha lebih rentan depresi karena stres mengalami
perubahan dalam kehidupannya, termasuk perubahan tinggal di panti wredha.
Menurut Kusumowardani dan Puspitosari (2014) hal tersebut akan menimbulkan
penurunan kondisi fisik karena terdapat pengaruh dari faktor psikosisal.
Berdasarkan penelitian Pranarka (2006) penurunan kondisi fisik sangat berkaitan
dengan gangguan keseimbangan dan akan menyebabkan terjadinya risiko jatuh.
Pengukuran keseimbangan dapat diukur dengan Multi Directional Reach Test
(MDRT). Pengukuran dilakukan dengan mengukur batas stablitias dari dengan 4
arah yaitu FR (forward) dengan posisi lengan terentang ke depan, BR (backward)
dengan posisi bersadandar ke belakang, RR (right) dengan posisi lengan terentang
ke kanan, dan LR (left) lengan terentang ke kiri. Pemeriksaan MDRT dengan cara
berdiri dan menggapai jarak maksimal dari 4 arah tersebut (Newton, 2001).
Menggapai jarak maksimal dengan menggunakan metakarpal 3 tanpa kehilangan
keseimbangan dengan mempertahankan base of support (Uchiyama et al., 2011).
Adapun latihan keseimbangan yang dapat diberikan adalah ankle strategy

exercise. Ankle strategy exercise merupakan strategi penyesuaian pertama untuk

mengoptimalkan keseimbangan melalui kontraksi sendi (Choi dan Kim, 2015).
Ankle strategy exercise akan diberikan selama 6 minggu dengan frekuensi 2 kali

dalam seminggu dengan masing-masing pertemuan diberikan 2 set dan repetisi
yang meningkat yaitu mulai dari pertemuan pertama sebanyak 8 kali dan
pertemuan terakhir meningkat sebanyak 12 kali (Kisner dan Colby, 2012).
Menurut Jalalin (2000) latihan tersebut dapat meningkatkan keseimbangan karena
pergerakan latihannya menggunakan mulai dari otot-otot ektremitas bawah
sampai deep core muscle (otot abdmoninal dan otot ekstensor batang tubuh). Hal
ini diperkuat oleh pernyataan Irfan (2012) otot postural (deep core muscle) yang
teraktifasi akan membantu pemeliharaan postur yang baik dalam melakukan
pergerakan dan menjadi dasar untuk gerakan pada lengan dan tungkai. Hal
tersebut menunjukkan bahwa otot-otot postural yang optimal, maka mobilitas
pada ekstremitas dapat terjadi dengan efisien. Hal tersebut dapat memberikan
kekuatan lokal dan keseimbangan untuk memaksimalkan aktifitas.

METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah quasi experiment dengan desain penelitian “Two

Group Pretest and Posttest”. Penelitian ini bertempat di Posyandu Lansia Ngudi

Sehat dan Panti Wredha Dharma Bhakti. Pengambilan sampel menggunakan
teknik random sampling. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan DesemberFebruari, selama 6 minggu, dengan frekuensi 1 minggu sebanyak 2 kali. Jumlah
responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 11 orang di kelompok posyandu
dan 11 orang di kelompok panti wredha.

Variabel bebas pada penelitian ini adalah ankle strategy exercise sedangkan
variabel terikat adalah keseimbangan statis pada lansia di posyandu dan
keseimbangan statis pada lansia di panti wredha.

HASIL PENELITIAN
Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 22 orang yaitu Posyandu
Lansia Ngusi Sehat sebanyak 11 orang dan Panti Wredha Dharma Bhakti
sebanyak 11 orang. Sebelum mengikuti latihan setiap responden mengikuti pretest
untuk mengukur tingkat keseimbangan statis lansia menggunakan alat ukur multi
directional reach test (MDRT) dengan 4 arah yaittu FR (forward) dengan posisi

lengan terentang ke depan, BR (backward) dengan posisi bersadandar ke
belakang, RR (right) dengan posisi lengan terentang ke kanan, dan LR (left)
lengan terentang ke kiri. Setelah melihat hasil dari pengukuran tersebut,
responden dengan kriteria inkulsi akan diberikan latihan keseimbangan statis yaitu
ankle strategy exercise sebanyak 2 kali seminggu selama 6 minggu sebanyak 2 set

dan repetisi yang meningkat yaitu mulai dari pertemuan pertama sebanyak 8 kali
dan pertemuan terakhir meningkat sebanyak 12 kali, selanjutnya setiap responden
mengikuti posttest menggunakan alat ukur multi directional reach test (MDRT)
untuk mengukur seberapa besar peningkatan keseimbangan statis setelah
diberikan latihan pada masing-masing arah.
Menurut Irfan (2012) komponen-komponen pengontrol keseimbangan
adalah sistem informasi sensoris (visual, vestibular, dan somatosensori, respon
otot-otot postural, kekuatan otot, adaptive systems, dan lingkup gerak sendi

(range of motion). Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan adalah gaya
gravitasi bumi, pusat gravitasi (center of gravity), garis gravitasi (line of gravity),
dan bidang tumpu (base of support).
Dari sumber-sumber tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila ankle
strategy exercise diberikan secara rutin dan teratur akan mengoptimalkan fungsi

keseimbangan statis pada lansia di kelompok posyandu maupun kelompok panti
wredha, tetapi tetap terdapat beda pengaruh antara kelompok posyandu dan
kelompok panti wredha karena memiliki latar belakang yang berbeda.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di Posyandu Lansia
Ngudi Sehat dan Panti Wredha Dharma Bhakti mengenai pengaruh ankle strategy
exercise terhadap keseimbangan statis dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ada pengaruh ankle strategy exercise terhadap keseimbangan statis pada
kelompok posyandu pada arah forward, tetapi pada arah backward, right,
dan left terdapat pengaruh yang lebih signifikan.
2. Ada pengaruh ankle strategy exercise terhadap keseimbangan statis pada
kelompok panti wredha pada arah forward, backward, right, dan left
dengan signifikan yang sama.
3.

Ada beda pengaruh antara kelompok posyandu dan panti wredha dengan
signifikan tertinggi pada arah forward, kemudian backward, right, dan
arah left.

Saran
1.

Bagi Posyandu Lansia dan Panti Wredha
Mengadakan pelayanan kesehatan berupa penyuluhan tentang
keseimbangan

dan

pencegahan

risiko

jatuh,

serta

mengadakan

pemeriksaan keseimbangan sehingga risko jatuh bisa dideteksi dan dapat
diberikan intervensi selanjutnya dengan latihan keseimbangan.
2.

Bagi Fisioterapis
Ankle strategy exercise dapat digunakan sebagai salah satu latihan

keseimbangan statis pada lanjut usia, dan multi directional reach dapat
digunakan untuk mengukur keseimbangan statis.
3.

Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan refrensi untuk penelitian selanjutnya
dengan responden yang lebih banyak dan penjelasan yang lebih spesifik
dari setiap arah pada gerakan ankle strategy exercise.

DAFTAR PUSTAKA

Choi, J.H dan Kim, N.J. 2015. The Effects of Balance Training and Ankle
Training on The Gait of Elderly People Who Have Fallen. Journal of
Physical Therapy Science, 27(1): 139-142.
deOliveira, C.B., deMedeiros, I,R., Frota, N.A.F., Greters, M.E., dan Conforto,
A.B. 2008. Balance Control in Hemiparetic Stroke Patients: Main Tools for
Evaluation. Journal of Rehabilition Research and Development, 45(8):
1215-1226.
Irfan, M. 2012. Fisioterapi Bagi Insan Stroke. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jalanin, 2000. “Hasil Latihan Keseimbangan Berdiri Pada Penghuni Panti Wredha
Pucang Gading”. Disertasi. Semarang: Fakultas Kedokteran, Universitas
Diponegoro.
Kisner, C dan Colby, L.A. 2012. Therapeutic Exercise: Foundations and
Techniques. 6th Ed. Philadelphia: F.A. Davis Company.
Kusumowardani, A dan Puspitosari, A. 2014. Hubungan Antara Tingkat Depresi
Lansia dengan Interaksi Sosial Lansia di Desa sobokerto Kecamatan
Ngemplak Boyolali. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, 3(2): 106-214.
Maryam, R.S., Ekasari, M.F., Rosidawati., Jubaedi, A., dan Batubara, I. 2008.
Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya . Jakarta: Salemba Medika.
Nejc, S., Loefler, S., Cvecka, J., Sedliak, M., dan Kern, H. 2013. Strength
Training in Elderly People Improves Static Balance: A Randomized
Controlled Trial. European Journal Translational Myology, 23(3): 85-89.
Newton, R.A. 2001. Validity of The Multi Directional Reach Test: A Practical
Measure for Limits of Stability in Older Adults. Journal of Gerontology
Medical Sciences, 56(4): 248-252.
Nugroho, W. 2009. Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Pranarka, K. 2006. Penerapan Geriatrik Kedokteran Menuju Usia Lanjut yang
Sehat. Geriatrik Kedokteran, 25(4): 187-197.
Rogers, M., Page, P., dan Takeshima, N. 2013. Balance Training for The Older
Athlete. The International Journal of Sports Physical Therapy, 8(4): 517530.

Saputri, M.A.W dan Indrawati, E.S. 2011. Hubungan Antara Dukungan Sosial
dengan Depresi pada Lanjut Usia yang Tinggal di Panti Wredha Wening
Wardoyo Jawa Tengah. Jurnal Psikologi Undip, 9(1): 65-72.
Uchiyama, M., Demura, S., dan Sin, S. 2011. Is There a Relationship between the
Functional Reach Test and Flexibility. Advances in Physical Education.
1(2): 11-15.
World Health Organization. 2007. WHO Global Report on Falls Prevention in
Older Age. Perancis: WHO.