PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DALAM HAL PHK DI HOTEL GRAND AQUILA BANDUNG BERKAITAN DENGAN KEANGGOTAAN SERIKAT PEKERJA BERDASARKAN UU NOMOR 21 TAHUN 2000 JUNCTO UU NOMOR 2 TAHUN 2004.

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DALAM HAL
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DI HOTEL GRAND AQUILA
BANDUNG BERKAITAN DENGAN KEANGGOTAAN SERIKAT PEKERJA
BERDASARKAN UU NOMOR 21 TAHUN 2000 JUNCTO
UU NOMOR 2 TAHUN 2004
Rizky Eka Susanti
110111100032

Pada dasarnya organisasi pekerja dalam bentuk serikat pekerja
adalah untuk melaksanakan salah satu hak asasi manusia yaitu kebebasan
mengeluarkan pendapat dan berorganisasi. Namun, yang terjadi pada Hotel
Grand Aquila Bandung adalah hak kebebasan untuk berserikat masih
dilarang yang berujung kepada pemutusan hubungan kerja kepada
pekerjanya yang tergabung dalam Serikat Pekerja Mandiri (SPM) Hotel
Grand Aquila Bandung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami
penyelesaian perselisihan hubungan industrial pada Hotel Grand Aquila
Bandung serta mengkaji tanggung jawab pengusaha Hotel Grand Aquila
Bandung terhadap putusan Pengadilan Hubungan Industrial. Dimana hal
tersebut dihubungkan dengan Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 dan
Undang-Undang No. 2 Tahun 2004.
Penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan metode

pendekatan yuridis normatif yaitu penulisan secara kepustakaan, serta
spesifikasi penelitian yang digunakan adalah dengan deskriptif analitis yaitu
gambaran terhadap pelaksanaan serta hubungan hukum dari permasalahan
yang diteliti. Penelitian ini dilakukan menggunakan data-data primer dan
sekunder. Untuk memperoleh data dan informasi, penelitian ini dilakukan di
berbagai tempat, yaitu di Hotel Grand Aquila Bandung, Sekretariat Federasi
Serikat Pekerja Mandiri Regional Jawa Barat, Pengadilan Hubungan
Industrial dan Perpustakaan Fakultas Hukum Mochtar Kusumaatmadja
Universitas Padjadjaran.
Pihak pengusaha Hotel Grand Aquila Bandung telah mengabaikan
tanggung jawabnya terhadap putusan Pengadilan Hubungan Industrial
mengenai pembayaran upah. Bahwa atas tindakannya tersebut, Pasal 186
menyebutkan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan paling
lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp. 10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 400.000.000,00 (empat ratus juta
rupiah).

iv