POTENSI ANTIBIOTIK ISOLAT ACTINOMYCETES DARI MATERIAL VULKANIK GUNUNG MERAPI ERUPSI TAHUN 2010 TERHADAP Potensi Antibiotik Isolat Actinomycetes Dari Material Vulkanik Gunung Merapi Erupsi Tahun 2010 Terhadap Candida albicans.

POTENSI ANTIBIOTIK ISOLAT ACTINOMYCETES DARI MATERIAL
VULKANIK GUNUNG MERAPI ERUPSI TAHUN 2010 TERHADAP
Candida albicans

NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

RISTIANA NUGRAHANI
A 420 090 197

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura, Telp. (0271) 717417 Fax: 715448 Surakarta 57102


Website: http://www.ums.ac.id

Email: ums@ums.ac.id

Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah

Yang bertanda tangan dibawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir:
Nama

: Triastuti Rahayu, S.Si., M.Si.

NIK

: 920

Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang
merupakan ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa:
Nama


: Ristiana Nugrahani

NIM

: A420090197

Program Studi : Pendidikan Biologi
Judul Skripsi : POTENSI ANTIBIOTIK ISOLAT ACTINOMYCETES
DARI MATERIAL VULKANIK GUNUNG MERAPI
ERUPSI TAHUN 2010 TERHADAP Candida albicans
Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan.
Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat digunakan seperlunya.

Surakarta, 17 Mei 2013
Pembimbing,

Triastuti Rahayu, S.Si., M.Si.
NIK. 920

N.B. Pembimbing satu dosen


ii

SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Bismillahirrahmanirrohim
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama
: RISTIANA NUGRAHANI
NIM
: A 420 090 197
Fak/ Prodi
: FKIP / BIOLOGI
Jenis
: Skripsi
Judul
: POTENSI ANTIJAMUR ISOLAT ACTINOMYCETES
DARI MATERIAL VULKANIK GUNUNG MERAPI
ERUPSI TAHUN 2010 TERHADAP Candida albicans

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :
1. Memberikan hak bebas royalti kepada perpustakaan UMS atas penulisan
karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/ mengalih formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan serta
menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis
kepada Perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta.
3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa
melibatkan pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum
yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Surakarta, 17 Mei 2013
Yang menyatakan

Ristiana Nugrahani
A 420 090 197


iii

POTENSI ANTIBIOTIK ISOLAT ACTINOMYCETES DARI
MATERIAL VULKANIK GUNUNG MERAPI ERUPSI TAHUN 2010
TERHADAP Candida albicans
Ristiana Nugrahani, A420090197, Program Studi Pendidikan Biologi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta,
2013, 12 Halaman.

ABSTRAK

T

elah dilakukan penelitian isolasi dan karakterisasi Actinomycetes dari material
vulkanik Gunung Merapi erupsi tahun 2010 oleh Rahayu dkk (2011), akan tetapi
belum diketahui potensi antibiotiknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
potensi antibiotik isolat Actinomycetes tersebut umur 14 hari dan 21 hari terhadap
Candida albicans. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor perlakuan yaitu umur isolat 14

hari dan 21 hari masing-masing dengan 3 kali ulangan. Skrining antibiotik
menggunakan metode agar block, yaitu meletakkan blok agar Actinomycetes pada
permukaan media Sabouraud Dextrose Agar yang telah diinokulasi suspensi Candida
albicans dengan konsentrasi 108 CFU/mL (standar Mc Farland). Data dianalisis
dengan deskriptif kuantitatif. Diperoleh hasil skrining antibiotik dari 10 strain yang
berhasil disubkulturkan kembali, 3 strain (G, H, dan I) lebih potensial menghasilkan
antibiotik pada umur 14 hari, 4 strain (A, C, D, dan F) pada umur 21 hari, dan 3
strain (B, E, dan J) memiliki potensi yang sama pada kedua umur tersebut. Strain A,
E, dan J memiliki potensi “sangat kuat” menghambat pertumbuhan Candida albicans
(diameter zona hambat >20 mm).

Kata kunci: Actinomycetes, antibiotik, Candida albicans.

PENDAHULUAN
Mikroorganisme merupakan penyebab berbagai macam penyakit yang
telah melanda peradaban manusia selama berabad-abad (Pelczar dan Chan,
2007). Mikroorganisme tersebut berkembang biak dalam tubuh manusia
sehingga

menyebabkan


penyakit.

Berdasarkan

ukuran

dan

sifatnya,

mikroorganisme dikategorikan ke dalam empat kelompok yakni virus, bakteri,
1

jamur dan parasit (Achmadi, 2006). Jamur sebagai mikroorganisme patogen,
berkembang dalam tubuh manusia dapat menyebabkan beberapa infeksi dan
infeksi ini harus segera diatasi agar tidak berkembang menjadi penyakit yang
lebih serius, salah satunya yaitu dengan memberikan suatu zat antibiotik untuk
menghambat pertumbuhan jamur patogen dalam tubuh manusia.
Infeksi yang disebabkan oleh jamur disebut mikosis. Banyak penyakit

yang disebabkan oleh jamur, salah satunya dari spesies Candida albicans.
Candida telah muncul sebagai salah satu infeksi nosokomial yang paling
penting di seluruh dunia dengan angka morbiditas, mortalitas dan pembiayaan
kesehatan yang bermakna. Lebih dari 150 spesies Candida telah diidentifikasi
dan 70% infeksi pada manusia disebabkan oleh Candida albicans
(Simatupang, 2009). Infeksi yang disebabkan oleh Candida disebut
Candidiasis.
Candidiasis terjadi karena faktor predisposisi misalnya diabetes, AIDS,
daerah kulit yang lembab, dan obesitas. Candidiasis yang terjadi pada mulut
dan vagina sering kali terjadi karena pengobatan antibiotik yang lama yang
menyebabkan berkurangnya flora normal di daerah tersebut (Entjang, 2003).
Jika tidak segera dilakukan penanganan yang tepat, infeksi ini akan dengan
cepat menyebar dan berakibat fatal bagi penderita. Oleh karena itu sangat
diperlukan penanganan yang tepat, salah satunya dengan pemilihan antibiotik
yang potensial menghambat pertumbuhan Candida albicans. Sebagai sumber
antibiotik yang potensial antara lain adalah Actinomycetes.
Antibiotik

merupakan


substansi

yang

dihasilkan

oleh

satu

mikroorganisme yang dalam jumlah sangat kecil dapat menghambat
pertumbuhan jasad renik lain dan merupakan senyawa kimia yang utama untuk
pengobatan penyakit menular (Pelczar dan Chan, 2007). Antibiotik yang
pertama dikenal adalah Penisilin, suatu zat yang dihasilkan oleh jamur
Penicillium. Genus Streptomyces menghasilkan streptomisin, aureomisin,
kloromisetin,

tramisin,

eritromisin,


magnamisin

mempunyai khasiat berlainan (Dwidjoseputro, 2005).

2

yang

masing-masing

Actinomycetes adalah bakteri gram positif, filamentus, membentuk
spora dan mempunyai kandungan G+C tinggi (57-75%) dan sebagian besar
anggota Actinomycetes hidup bebas, bakteri saprofit dan tersebar luas di
tanah, air, dan berasosiasi dengan tanaman tingkat tinggi (Goodfellow et al.,
1988). Actinomycetes memiliki sifat-sifat umum yang dimiliki oleh bakteri
dan jamur, tetapi juga mempunyai ciri khas yang cukup berbeda yang
membatasinya menjadi satu kelompok yang jelas berbeda, sehingga
Actinomycetes sering disebut sebagai peralihan antara bakteri dan jamur (Rao,
1994).

Koloni Actinomycetes ada dua tipe utama yaitu tipe 1, miselium
bercabang-cabang banyak, melekat erat pada medium agar, konsistensinya
kartilaginus, sulit untuk diambil dengan jarum pemindah (harus bersama
mediumnya). Permukaan koloni pada awalnya licin, tetapi apabila spora aerial
berkembang, permukaan koloni diliputi bubuk seperti kapur. Pada tipe 2,
miselium tidak bercabang banyak (anggota dari Nocardia), koloninya kurang
melekat erat pada media agar, konsistensinya sering bertepung dan mudah
remuk ketika disentuh dengan jarum pemindah (Waksman, 1967).
A. Gratia dan S. Dath (1924) menemukan senyawa antibiotik
aktinomisetin pada galur-galur Actinomycetes dan sejak tahun 1940, banyak
antibiotik

kemoterapeutik

yang

amat

berharga

telah

diisolasi

dari

Actinomycetes (Pelczar and Chan, 1988). Beberapa penelitian mengenai
Actinomycetes sebagai penghasil antibiotik diantaranya dilakukan oleh Kumar
et al., (2010), telah berhasil mendapatkan isolat 117 strain Actinomycetes dari
tanah mati (gurun) dan tanah taman di kawasan Ghaziabad, Uttar Pradesh,
India dan 15 strain diantaranya memperlihatkan adanya aktivitas antimikroba.
Sharma dan Parihar (2010), melakukan percobaan pada isolat Actinomycetes
yang diambil dari beberapa sampel tanah di India dan dibuat ekstraksi
senyawa antifungi dengan berbagai konsentrasi dan mengujikan ekstrak
tersebut untuk menghambat pertumbuhan Alternaria sp., Aspergillus niger,
Aspergillus flavus, Fusarium sp, dan Rhizopus stolonifer. Hasil penelitian
menunjukkan hampir semua ekstrak efektif melawan pertumbuhan fungi uji
3

dan zona hambat yang terbentuk
ekstrak

Actinomycetes.

Namun,

berbanding terbalik dengan konsentrasi
di

Indonesia

penelitian

ekplorasi

Actinomycetes sebagai penghasil zat antimikroba masih sangat sedikit.
Zat antibiotik mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya
penyembuhan infeksi oleh mikroorganisme. Karena begitu pentingnya arti
antibiotik untuk kesehatan,

maka perlu dilakukan eksplorasi untuk

memperoleh antibiotik baru yang potensial, khususnya untuk menekan
pertumbuhan Candida albicans. Namun, sebelum suatu antibiotik digunakan
untuk keperluan pengobatan, maka perlulah terlebih dahulu antibotik itu diuji
efeknya terhadap spesies mikroorganisme tertentu (Dwidjoseputro, 2005).
Rahayu dkk (2011) telah berhasil mendapatkan isolat Actinomycetes
dari material vulkanik Gunung Merapi erupsi tahun 2010, namun belum
diketahui potensi antibiotiknya. Dalam penelitian ini peneliti akan menguji
potensi antibiotik isolat Actinomycetes dari material vulkanik Gunung Merapi
terhadap pertumbuhan Candida albicans dengan parameter zona hambat yang
tidak ditumbuhi Candida albians.

METODE PENELITIAN
Organisme uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Candida
albicans. Isolat Actinomycetes (strain A-J) yang diperoleh Rahayu dkk (2011)
disubkulturkan terlebih dahulu pada media Oatmeal Agar yang ditambahkan
Nystatin untuk mengurangi kontaminasi jamur (Zakharova, et al., 2003)
dengan metode goresan (streak plates methods) dan diinkubasi selama 14 hari
(U1) dan 21 hari (U2). Skrining antibiotik dilakukan pada kedua umur isolat
tersebut dengan metode Agar Block, yaitu dengan meletakkan blok agar kultur
Actinomycetes pada permukaan media Sabouraud Dekstrose Agar yang telah
diinokulasi suspensi Candida albicans dengan konsentrasi 10 8 CFU/mL
(standard Mc. Farland), selanjutnya diinkubasi pada suhu 27-280C selama 7
hari (Nedialkova, et al.,. 2005).
Jika terdapat potensi antibiotik pada strain Actinomycetes tersebut,
maka di sekeliling blok agar tadi akan terlihat zona penghambatan
4

pertumbuhan organisme uji. Potensi antibiotik diperoleh dengan menghitung
diameter zona hambat di sekeliling blok agar dan menganalisis sesuai dengan
standar Stout (2003). Langkah ini dilakukan pada semua strain yang diuji
(strain

A-J).

Selanjutnya

potensi

antibiotik

yang

dihasilkan

isolat

Actinomycetes pada umur 14 hari dibandingkan dengan potensi antibiotik
yang dihasilkan isolat tersebut pada umur 21 hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Skrining antibiotik kesepuluh isolat Actinomycetes terhadap
Candida albicans diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Diameter Penghambatan Isolat Actinomycetes terhadap
Candida albicans
No
Perlakuan
Diameter Zona Hambat
16,33 (***)
1
S1U1
9,33 (**)
2
S2U1
9 (**)
3
S3U1
7 (**)
4
S4U1
47,67 (****)
5
S5U1
6
S6U1
10,33 (***)
7
S7U1
10,67 (***)
8
S8U1
8,5 (**)
9
S9U1
39,5 (****)
10
S10U1
23,67 (****)
11
S1U2
10 (**)
12
S2U2
14 (***)
13
S3U2
14 (***)
14
S4U2
27,83 (****)
15
S5U2
10 (**)
16
S6U2
9,5 (**)
17
S7U2
10 (**)
18
S8U2
19
S9U2
25 ( ****)
20
S10U2
Keterangan:
***
: kuat
: tidak berpotensi
**** : sangat kuat
*
: lemah
** : sedang
5

Pada tabel 1 terlihat bahwa, hasil skrining antibiotik berdasarkan
standard Stout (2003), strain yang berpotensi “sangat kuat” ( >20 mm)
menghambat pertumbuhan Candida albicans adalah strain A, E, dan J,
sedangkan strain yang lainnya memiliki potensi “kuat” dan “sedang”.
Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini diawali dengan subkultur isolat Actinomycetes dari
material vukanik Gunung Merapi erupsi tahun 2010 yang telah didapatkan
oleh Rahayu dkk (2011). Subkultur Actinomycetes dilakukan sebanyak 4 kali
dikarenakan hasil subkultur ke-1, ke-2, dan ke-3 kurang baik yaitu adanya
kontaminasi oleh jamur dan bakteri lain pada kultur Actinomycetes yang baru.
Media Oatmeal Agar yang sudah diinokulasi Actinomycetes diinkubasi dalam
oven incubator pada suhu 270C selama 14 hari untuk perlakuan 1 dan 21 hari
untuk perlakuan 2. Dari 15 strain yang disub kulturkan diperoleh 10 strain
Actinomycetes murni (strain A-J). Masing-masing strain Actinomycetes
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda baik warna spora aerial,
miselium vegetatif, dan ada tidaknya pigmen difus.
Isolat

Actinomycetes dengan

berbagai

macam karakteristiknya

memiliki kemampuan menghasilkan antibiotik yang berbeda-beda pula.
Dalam penelitiannya Rahayu dan Maryati (2007) menemukan beberapa isolat
Actinomycetes yang diambil dari rizozfer tumbuhan tingkat tinggi berpotensi
“kuat”

menghambat

bakteri,

sebagian

lagi

berpotensi

menghambat

pertumbuhan jamur, namun ada pula yang berpotensi menghambat
pertumbuhan keduanya. Dalam penelitian ini, lama inkubasi yang berbeda
dilakukan untuk membandingkan potensi antibiotik yang dihasilkan oleh tiaptiap strain berdasarkan umur isolat tersebut.
Organisme uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Candida
albicans yaitu jamur dari kelompok khamir yang dapat menyebabkan suatu
infeksi disebut Candidiasis. Setelah berhasil diperoleh Strain murni
Actinomycetes tersebut kemudian dilakukan skrining antibiotik terhadap
Candida albicans. Hasil skrining dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1.
6

(a)

(b)

F1
B1

A1

G1

J1

E1

D1
C1

I1
H1

Gambar 1. Hasil Skrining Antibiotik Strain Actinomycetes umur 14 hari (a) dan
umur 21 hari (b) terhadap Candida albicans

Hasil skrining strain yang berumur 14 hari (gambar 1a) diperoleh 4
strain (B,C,D, dan I) yang berpotensi “sedang” dengan diameter zona hambat
7 mm-9,33 mm. Strain B dan C membentuk 1 zona hambat berwarna jernih,
sedangkan strain D dan I membentuk 1 zona hambat berwarna keruh. Tiga
strain (A,G, dan H) berpotensi “kuat” dengan diameter zona hambat 10,33
mm-16,33 mm. Ketiga strain tersebut membentuk 1 zona hambat berwarna
jernih. Dua strain (E dan J) berpotensi “sangat kuat” dengan diameter zona
hambat 10,33 mm-47,67 mm. Kedua strain tersebut membentuk 2 zona
hambat, yaitu zona bagian pusat jernih dan zona bagian luar keruh. Satu strain
(F) tidak berpotensi menghasilkan antibiotik (tidak terdapat zona hambat).
Hasil skrining strain yang berumur 21 hari (gambar 1b) diperoleh 4
strain (B,F,G, dan H) yang berpotensi “sedang” dengan diameter zona hambat
9,5 mm-10 mm. Strain B, F, dan G membentuk satu zona hambat berwarna
keruh, sedangkan strain H membentu satu zona hambat berwarna jernih. Dua
strain (C dan D) berpotensi “kuat” dengan diameter zona hambat 14 mm.
Kedua strain tersebut membentuk dua zona hambat berwarna keruh. Tiga
7

strain (A,E, dan J) berpotensi “sangat kuat” dengan diameter zona hambat
23,67 mm-27,83 mm. Strain A membentuk satu zona hambat berwarna jernih
dan strain E dan J membentuk dua zona hambat, yaitu zona jernih pada bagian
pusat dan zona keruh pada bagian luar. Satu strain (I) tidak berpotensi
menghasilkan antibiotik (tidak terdapat zona hambat). Standar potensi
antibiotik tersebut berdasarkan Stout (2003). Menurut White et al., (1986),
perbedaan kualitatif zona penghambatan menunjukkan adanya antibiotik
khusus atau campuran dari bahan-bahan aktif.
Skrining antibiotik pada umur Actinomycetes yang berbeda, diperoleh
hasil beberapa strain memiliki kemampuan antibiotik yang berbeda pada
kedua umur tersebut. Strain F,G,H, dan I lebih optimal menghasilkan
antibiotik pada umur 14 hari, strain A,C, dan D lebih optimal menghasilkan
antibiotik pada umur 21 hari, sedangkan strain B,E, dan J menghasilkan
potensi yang sama pada kedua umur tersebut (Tabel 1). Strain E dan J pada
kedua umur tersebut memiliki potensi “sangat kuat”. Strain F pada umur 14
hari tidak berpotensi namun pada umur 21 hari berpotensi “sedang”,
berkebalikan dengan strain I yang tidak berpotensi pada umur 21 hari namun
berpotensi “sedang” pada umur 14 hari. Hal ini menunjukkan bahwa umur
isolat mempengaruhi potensi antibiotik yang dihasilkan.
Karakeristik strain Actinomycetes yang berpotensi sangat kuat
menghasilkan antibiotik terhadap candida albicans adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Karakteristik Strain Actinomycetes Berpotensi Sangat Kuat
Strain

Spora Aerial

Miselium Vegetatif

Pigmen Difus

A

putih kecoklatan

coklat muda

ada (coklat)

E

putih

coklat muda

ada (coklat)

J

putih

coklat muda

ada (coklat)

Strain A, E, dan J yang berpontensi menghasilkan antibiotik memilki
karakteristik yang mirip satu sama lain. Strain A memiliki karakteristik spora
aerial berwarna putih kecoklatan dan miselium vegetatif berwarna coklat.
8

Strain E memiliki spora aerial putih dan miselium vegetatif coklat. Sedangkan
strain J memiliki spora aerial putih dan miselium vegetatif coklat. Seluruh
strain tersebut terdapat pigmen difus (gambar 2).
Strain A

Strain E

Strain J

Gambar 2 Strain Actinomycetes yang Berpotensi Antibiotik “sangat kuat”
menghasilkan antibiotik dengan karakteristik warrna spora aerial (kiri) dan
miselium vegetatifnya (kanan)

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sejenis yang dilakukan
oleh Vitriani (2013) dengan mikroorganisme uji jamur dari kelompok kapang
Tricophyton mentagrophytes. Dalam penelitiannya Vitriani memperoleh hasil
strain Actinomycetes yang berpotensi “kuat” menghasilkan antibiotik yaitu
9

strain A, E, dan J. Strain A membentuk zona hambat jernih dengan diameter
11 mm, strain E membentuk zona hambat jernih dengan diameter 16 mm,
sedangkan strain J membentuk zona hambat jernih dengan diameter 10 mm.
Keefektifan

suatu

senyawa

antimikroba

dalam

menghambat

pertumbuhan suatu mikroorganisme dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya
spesies

mikroorganisme

(Pelczar

dan

Chan,

1988).

Tricophyton

mentagrophytes dari kelompok kapang mempunyai sifat mendasar yang
membedakannya dari kelompok khamir, yaitu kapang merupakan organisme
multiseluler, sedangkan khamir merupakan organisme uniseluler. Hasil uji
yang didapat dari skrining antibiotik kedua mikroorganisme ini juga berbeda.
Diameter zona hambat yang dibentuk strain Actinomycetes terhadap
Tricophyton mentagrophytes lebih kecil dibandingkan dengan zona hambat
yang dibentuk strain Actinomycetes terhadap Candida albicans dikarenakan
substansi seluler, terutama bagian membran sel jamur dari kelompok kapang
lebih kompleks dibanding khamir, sehingga akan lebih sulit dihancurkan oleh
suatu senyawa antibiotik. Dengan demikian, senyawa antibiotik yang terdapat
pada strain Actinomycetes lebih potensi menghambat pertubuhan Candida
albicans dibandingkan Tricophyton mentagrophytes.

KESIMPULAN
Dari penelitian tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa strain yang
lebih optimal menghasilkan antijamur pada umur 14 hari adalah strain G (kuat),
strain H (kuat), dan strain I (sedang), dan strain yang optimal menghasilkan
potensi antijamur pada umur 21 hari adalah strain A (sangat kuat), strain C (kuat),
strain D (kuat) dan strain F (sedang). Sedangkan strain yang memiliki potensi
yang sama pada kedua umur tersebut yaitu Strain B (sedang), strain E (sangat
kuat), dan strain J (sangat kuat). Strain A, E, dan J memiliki potensi sangat kuat
menghambat pertumbuhan Candida albicans.

10

DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Umar Fahmi. 2006. Imunisasi: Mengapa Perlu?. Jakarta: PT. Kompas
Media Nusantara.
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta.
Entjang, Indan. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. PT. Citra Aditya Bakti:
Bandung.
Goodfellow, Williams, Mordarski,.1988. Actinomycetes in Biotechnology.
Academic Press. London.
Hasim. 2003. Menanam Rumput, Memanen Antibiotik. Jakarta: Kompas No. 127.
Tahun ke-39.
Kumar, Siva. 2010. Isolation and screening of soil Actinomycetes as Source of
Antibiotics Active Against Bacteria. International Journal of
Microbiology Research, ISSN: 0975-5276, Volume 2, Issue 2, 2010, pp12-16.
Nedialkova, Denitsa and Naidenova, Mariana. 2005.Screening The Antimikrobial
Activity of Actinomycetes Strains Isolated from Antartica. Journal of
Culture Collections. Volume 4, 2004-2005, pp. 29-3.
Rahayu, T., dan Maryati, 2007, Isolasi dan Karakterisasi Streptomyces yang
Berpotensi Antimikrobia dari Rizosfer Tumbuhan Tingkat Tinggi,
Laporan Penelitian Hibah Pekerti. Universitas Muhammadiyah Surakarta:
Surakarta.
Rahayu, T., Yuliani, Ratna., Astuti, Dwi Setyo. 2011. Rare Actinomycetes dari
Material Vulkanik Gunung Merapi sebagai Sumber Antibiotik Baru:
Isolasi dan Karakterisasi. Usul Penelitian Intensif Reguler Kompetitif.
FKIP UMS: Surakarta.
Rao, Subba. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Edisi
Kedua. Jakarta: Universitas Indonesia.
Pelczar, Michael J dan Chan, E. C. S. 2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid I. UI
Press: Jakarta.
Pelczar, Michael J dan Chan, E. C. S. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid II.
UI Press: Jakarta.
Sharma, Harpreet and Parihar, Leena. 2010. Antifungal Activity of Extracts
Obtained from Actinomycetes. Journal of Yeast and Fungal Research
Vol. 1(10), pp.197-200, December 2010, available online
http://www.academicjournals.org/JYFR. ISSN 2141-2413 ©2010
Academic Journals.
Simatupang, Maria Magdalena. 2009. Candida albicans. Makalah. Departemen
Mikrobiologi Fakulas Kedokeran USU.
Stout, Davis. 2003. Kompas no. 172 Tahun Ke-39. tanggal 3 November 2003.
Supardi, Imam dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan
Keamanan Pangan. Bandung: Alumni.

11

Vitriani, Puspa. 2013. Potensi Antijamur Actinomycetes dari Material Vulkanik
Gunung Merapi Erupsi Tahun 2010 terhadap Tricophyton
mentagrophytes. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Waksman, S. A.1967. The Actinomycetes a Summary of Current Knowledge. The
Ronald Press Company. New York.
White, R. J., W. M. Maiese, dan M. Greenstein. 1986. Manual of Industrial
Microbiology and Biotechnology. American Study for Microbology:
Washington.
Zakharova, O. S., Zenova G.M., dan Zviagintsev D.G. 2003. Selective Isolation of
Actinomycetes of the Genus Actinomadura from Soil. PMID: 12698803.
Article in Russian.

12

Dokumen yang terkait

POTENSI ANTIBIOTIK ISOLAT ACTINOMYCETES DARI MATERIAL VULKANIK GUNUNG MERAPI ERUPSI TAHUN 2010 TERHADAP Potensi Antibiotik Isolat Actinomycetes Dari Material Vulkanik Gunung Merapi Erupsi Tahun 2010 Terhadap Bakteri Escherichia Coli Multiresisten.

0 1 15

PENDAHULUAN Potensi Antibiotik Isolat Actinomycetes Dari Material Vulkanik Gunung Merapi Erupsi Tahun 2010 Terhadap Bakteri Escherichia Coli Multiresisten.

0 1 5

POTENSI ANTIBIOTIK ISOLAT ACTINOMYCETES DARI MATERIAL VULKANIK GUNUNG MERAPI ERUPSI TAHUN 2010 TERHADAP Potensi Antibiotik Isolat Actinomycetes Dari Material Vulkanik Gunung Merapi Erupsi Tahun 2010 Terhadap Bakteri Escherichia Coli Multiresisten.

0 1 13

POTENSI ANTIBIOTIK ISOLAT ACTINOMYCETES DARI MATERIAL VULKANIK GUNUNG MERAPI ERUPSI TAHUN 2010 TERHADAP Potensi Antibiotik Isolat Actinomycetes Dari Material Vulkanik Gunung Merapi Erupsi Tahun 2010 Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Multiresisten.

0 1 15

POTENSI ANTIBIOTIK ISOLAT ACTINOMYCETES DARI MATERIAL VULKANIK GUNUNG MERAPI ERUPSI TAHUN 2010 TERHADAP Potensi Antibiotik Isolat Actinomycetes Dari Material Vulkanik Gunung Merapi Erupsi Tahun 2010 Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Multiresisten.

0 1 9

POTENSI ANTIBIOTIK ISOLAT ACTINOMYCETES DARI MATERIAL VULKANIK GUNUNG MERAPI ERUPSI TAHUN 2010 TERHADAP Potensi Antibiotik Isolat Actinomycetes Dari Material Vulkanik Gunung Merapi Erupsi Tahun 2010 Terhadap Candida albicans.

0 2 15

PENDAHULUAN Potensi Antibiotik Isolat Actinomycetes Dari Material Vulkanik Gunung Merapi Erupsi Tahun 2010 Terhadap Candida albicans.

0 1 6

DAFTAR PUSTAKA Potensi Antibiotik Isolat Actinomycetes Dari Material Vulkanik Gunung Merapi Erupsi Tahun 2010 Terhadap Candida albicans.

0 1 4

POTENSI ANTIBIOTIK ISOLAT ACTINOMYCETES DARI MATERIAL VULKANIK GUNUNG MERAPI ERUPSI TAHUN 2010 TERHADAP Potensi Antibiotik Isolat Actinomycetes Dari Material Vulkanik Gunung Merapi Erupsi Tahun 2010 Terhadap Trichophyton mentagrophytes.

0 1 14

PENDAHULUAN Potensi Antibiotik Isolat Actinomycetes Dari Material Vulkanik Gunung Merapi Erupsi Tahun 2010 Terhadap Trichophyton mentagrophytes.

0 1 5