Hubungan Teknik Menyikat Gigi Dengan Terjadinya Resesi Gingiva Pada Mahasiswa FKG USU Angkatan 2015 dan 2016

4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Anatomi Gingiva

Gingiva merupakan bagian dari jaringan pendukung gigi atau periodonsium
yang menutupi prosesus alveolaris dari rahang dan mengelilingi leher gigi, serta
memiliki fungsi melindungi jaringan dibawahnya. Secara klinis, gingiva dapat terlihat
di dalam rongga mulut, sedangkan struktur periodonsium lainnya yaitu ligamen
periodontal, tulang alveolar dan sementum tidak terlihat, kecuali sebagian sementum
apabila telah terjadi resesi gingiva. Secara klinis gingiva terbagi atas tiga bagian
yaitu gingiva bebas, gingiva cekat dan gingiva interdental.15,16
Warna gingiva normal adalah merah jambu atau coral pink. Warna gingiva
dipengaruhi oleh vaskularisasi, ketebalan dan derajat keratinisasi epitel dan
keberadaan sel-sel yang mengandung pigmen. Warna gingiva bervariasi antar
individu dan tampaknya berkorelasi dengan pigmentasi pada kulit, artinya warna
gingiva lebih gelap pada individu yang warna kulitnya lebih gelap (Gambar 1).16,17,18


Gambar 1. Gingiva normal.17

Konsistensi gingiva normal adalah kaku dan lenting. Konsistensi gingiva cekat
yang kaku adalah disebabkan oleh lamina proprianya yang banyak mengandung serat
kolagen dan melekat ke mukoperiosteum tulang alveolar. Gingiva bebas meskipun
tidak melekat ke tulang alveolar berkonsistensi kaku karena mengandung serat-serat
gingiva.16,17

Universitas Sumatera Utara

5

Tekstur permukaan gingiva bervariasi pada setiap individu, ada yang tebal
(Gambar 2A) dan ada yang tipis (Gambar 2B).17 Pada gingiva yang tebal tekstur
permukaannya seperti kulit jeruk atau stippling, sedangkan pada gingiva yang tipis
tekstur permukaannya halus,licin dan hampir tidak terdapat stippling. Tekstur
permukaan gingiva yang tebal merupakan kondisi yang baik dalam proses perawatan
dan penyembuhan luka.17


A

B

Gambar 2. A. Gingiva tebal; B. Gingiva tipis.17

2.2 Resesi Gingiva
Resesi gingiva adalah hal yang sangat umum dan kondisi yang tidak diinginkan
dari gingiva dan prevalensinya meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini
di tandai dengan adanya pergeseran tepi gingiva ke arah apikal sehingga
menyebabkan sementum pada akar terbuka (Gambar 7).20,21 Resesi gingiva dapat
terjadi secara lokalisata maupun generalisata. Kondisi ini memiliki prevalensi yang
tinggi, tetapi pada beberapa pasien, resesi mungkin merupakan tanda penyakit
periodontal.10

Gambar 3. Resesi gingiva pada gigi
kaninus kiri maksila.22

Universitas Sumatera Utara


6

Gingiva yang mengalami resesi sering dalam keadaan terinflamasi, tetapi bisa
juga resesi di temukan pada gingiva yang sehat. Dengan demikian resesi gingiva
dapat di bedakan menjadi resesi akibat penyakit periodontal dan resesi akibat iritasi
mekanis pada periodonsium yang sehat.23Oleh karena itu, pencegahan dan
pengendalian resesi gingiva didasarkan pada pengamatan yang akurat mengenai
prevalensi resesi gingiva yang dihubungkan dengan faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap perkembangannya. Resesi bisa saja terdapat pada kondisi yang normal atau
mungkin terjadi sebagai bagian dari patogenesis penyakit periodontal dimana tulang
alveolarnya hilang.21

2.2.1 Dampak Resesi Gingiva
Tersingkapnya akar gigi akibat resesi gingiva dapat menimbulkan masalah,
masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Masalah estetis : adanya resesi gingiva akan mempengaruhi penampilan atau
estetika karena gigi tampak memanjang disebabkan gusi yang ada dibagian servikal
gigi menipis dan turun.20 Terutama jika masalah tersebut mempengaruhi gigi anterior
dan menyebabkan kecemasan kehilangan gigi.24
2. Karies akar dan abrasi: permukaan gigi yang tersingkap sehingga permukan akar

terbuka akan rentan untuk terjadinya karies.24,25
3. Hipersensitivitas dentin : keausan sementum akar yang tersingkap oleh resesi
akan menyebabkan sensitivitas pada dentin.24,25
4. Penumpukan plak : resesi pada permukaan interproksimal akan menjadi tempat
akumulasi plak.24

2.2.2 Klasifikasi Resesi Gingiva
Pada Tahun 1985 P.D.Miller mengemukakan klasifikasi resesi gingiva dengan
tujuan untuk melakukan perawatan. Klasifikasi tersebut mengarah pada sejauh mana
pengukurannya dan menjelaskan berbagai lokasi dari resesi gingiva. Miller
menjelaskan keluasan dan kedalaman antara margin gingiva dengan gingiva cekat
yang tersisa. Sebaliknya, menggambarkan papila

dan jaringan interdental yang

Universitas Sumatera Utara

7

hilang. Klasifikasi Miller terdiri dari empat kelas, dimana klasifikasi tersebut

merupakan klasifikasi yang signifikan dalam menentukan kemungkinan dan batasbatas modalitas terapi bedah.26
A. Kelas I Miller
Resesi pada tepi gingiva yang meluas ke batas mukosa-gingiva dan belum ada
kehilangan tulang atau jaringan lunak pada daerah interdental. Resesi bisa sempit atau
lebar (Gambar 8).8,26

Gambar 4. Resesi gingiva kelas I Miller.26

B. Kelas II Miller
Resesi tepi gingiva yang telah meluas ke atau melewati batas mukosa-gingiva,
namun belum ada kehilangan tulang maupun kehilangan jaringan lunak pada daerah
interdental. Resesinya bisa sempit atau lebar (Gambar 9).8,17

Gambar 5. Resesi gingiva kelas II Miller.26

C. Kelas III Miller
Resesi tepi gingiva telah meluas ke atau melewati batas mukosa-gingiva
disertai oleh kehilangan tulang dan/atau kehilangan jaringan lunak pada daerah
interdental, atau adanya malposisi gigi yang ringan (Gambar 10).8,17


Universitas Sumatera Utara

8

Gambar 6. Resesi gingiva kelas III Miller26

D. Kelas IV Miller
Resesi tepi gingiva yang telah meluas ke atau melewati batas mukosa-gingiva
disertai oleh kehilangan tulang dan jaringan lunak yang parah pada daerah
interdental, atau malposisi gigi yang berat (Gambar 11).8,17

Gambar 7. Resesi gingiva kelas IV Miller.26

2.2.3 Etiologi Resesi Gingiva
Penyebab terjadinya resesi gingiva disebabkan oleh banyak faktor, beberapa
faktor yang diduga sebagai etiologi resesi gingiva adalah sebagai berikut :
1. Posisi gigi : apabila gigi rotasi, tilting atau labioversi, plat tulang akan tipis dan
berkurang tingginya. Pada keadaan yang demikian, tekanan pengunyahan atau
penyikatan gigi yang telah memungkinkan resesinya gingiva yang tidak didukung
tulang alveolar tersebut.27,29

2. Perlekatan frenal atau otot : perlekatan frena atau otot yang terlalu dekat ke tepi
gingiva dapat mengganggu jaringan gingiva dan mengubah komposisi jaringan
ikatnya dari massa kolagen yang rapat menjadi massa yang longgar dan elastis seperti
yang biasa di jumpai pada mukosa alveolar. Jaringan tipis dengan perlekatan yang
longgar ini cenderung membentuk sulkus yang akan mempermudah penumpukan dan

Universitas Sumatera Utara

9

terlalu dekat ke tepi gingiva menyebabkan tarikan-tarikan pada tepi gingiva setiap
kali berbicara, mengunyah maupun menyikat gigi.27
3. Friksi sikat gigi : friksi dari sikat gigi, terutama pada teknik penyikatan gigi dalam
arah horizontal dengan bulu sikat yang keras disertai dengan tekanan yang agak kuat
menyebabkan resesi gingiva. Resesi gingiva akibat kesalahan penyikatan gigi, disebut
juga sebagai abrasi gingiva, lebih sering dijumpai dan lebih parah pada individu
dengan gingiva yang relatif sehat, sedikit penumpukan plak dan higiene oral yang
baik.27,28
4. Inflamasi gingiva : proses inflamasi lokal menyebabkan kehancuran jaringan ikat
dan proliferasi epitel ke sisi-sisi yang mengalami perusakan jaringan ikat

menyebabkan penyusutan permukaan epitel, yang secara klinis terlihat berupa
resesi.29
5. Periodontitis : peridontitis dengan resesi gingiva terjadi akibat hilangnya tulang
alveolar yang mendukung gingiva. Tulang alveolar tersebut hilang sehingga jaringan
gingiva mengalami resesi karena tidak ada jaringan pendukungnya.29
6. Pergerakan gigi oleh pesawat ortodonti : pergerakan gigi seperti gigi insisivus
yang mengalami proklinasi dan perluasan ekspansi lengkung rahang berhubungan
dengan resiko resesi gingiva yang besar.27
7. Desain gigi tiruan sebagian yang salah : desain gigi tiruan sebagian yang salah
akan menyebabkan trauma gingiva dan menyediakan ruang untuk retensi plak
memiliki resiko untuk menyebabkan resesi gingiva.27

2.2.4 Cara Pengukuran Resesi Gingiva
Pemeriksaan klinis pasien perlu diketahui metode atau cara pengukuran resesi
gingiva berikut tiga parameter dasarnya dan klasifikasi resesi gingiva itu sendiri.
Memprediksi perkembangan jika kemungkinan adanya komplikasi, harus diketahui
bagaimana cara melakukan probing pada sulkus gingiva dan melakukan uji warna
pada gingiva.26
Pengukuran resesi dapat dilakukan setelah pemeriksaan kondisi gingiva dengan
menggunakan tiga alat atau parameter dasar. Dari hasil pemeriksaan, resesi gingiva


Universitas Sumatera Utara

10

dibedakan berdasarkan faktor penyebabnya menjadi resesi gingiva inflamatori yang
disebabkan oleh mikroba dan resesi gingiva non inflamatori yang bukan disebabkan
oleh mikroba.26
Cara pengukuran resesi gingiva sebagai berikut :
a. Dimensi vertikal dari resesi diukur dengan alat prob periodontal dari batas
semento enamel hingga margin gingiva (Gambar 12).26
b. Lebarnya diukur dengan prob periodontal pada bagian resesi terluas dari batas
semento enamel (Gambar 12).26
c. Lebar papila interdental ditentukan dengan prob periodontal pada wilayah
perbatasan semento enamel (Gambar 12).26

Gambar 8. (a) 26

Gambar 8. (b)26


Gambar 8. (c)26

2.3 Sikat Gigi
Abad ke-18, sikat gigi dengan bulu sikat sudah digunakan. Cikal bakal bulu
sikat saat ini dikembangkan pada tahun 1930-an. Bulu sikat gigi berbahan nilon
dengan gagang plastik mudah diproduksi dan lebih terjangkau, sehingga praktek
menyikat gigi menjadi hal yang umum pada masyarakat Barat.30 Sikat gigi memiliki
ukuran, desain, kekerasan dan susunan bulu sikat yang bervariasi (Gambar 13).30
Beberapa produsen sikat gigi mengklaim keunggulan desain dan kemampuan dalam
pembersihan plak terbukti lebih unggul dibandingkan dengan sikat gigi yang lain.30

Universitas Sumatera Utara

11

Gambar 9. Sikat gigi
abad ke-19
dan ke-20.16,30

Berdasarkan suatu penelitian menyimpulkan bahwa tidak ada desain sikat gigi

yang dapat menghilangkan semua plak mikroba. Efektivitas dan potensi cedera dari
berbagai jenis sikat gigi tergantung pada besarnya ukuran sikat dan cara penggunaan
sikat gigi tersebut. Namun, penggunaan sikat gigi yang keras, menyikat secara
horzontal dan penggunaan pasta gigi yang abrasif dapat menyebabkan lesi pada
bagian servikal gigi dan resesi gingiva.30
Desain bulu sikat gigi dikelompokkan dalam rumpun yang biasanya diatur
dalam tiga atau empat baris. Bulu sikat yang membulat menyebabkan lebih sedikit
goresan pada gingiva dibanding bulu sikat yang datar dengan ujung yang tajam.
Terdapat dua jenis bahan yang digunakan dalam pembuatan bulu sikat gigi, yaitu
bulu sikat alami dari bulu babi dan bulu sikat dari bahan nilon. Kedua bahan tersebut
dapat menghilangkan plak mikroba, tetapi bulu sikat yang terbuat dari bahan nilon
jauh lebih mendominasi di pasaran. Secara umum diameter bulu sikat berkisar 0,2
mm untuk bulu sikat yang lembut, 0,3 mm untuk bulu sikat yang medium dan 0,4 mm
untuk bulu sikat yang keras.16

Universitas Sumatera Utara

12

Gambar 10. Desain bulu sikat gigi.16,30

Seiring berjalannya waktu, desain dari kepala sikat telah berkembang dan
beberapa rumpun bulu sikat kadang-kadang miring di berbagai arah sudah digunakan
(Gambar 14). Saat ini, masyarakat sudah mudah dalam menemukan sikat gigi dengan
ukuran pegangan yang tepat untuk ukuran tangan, dan banyak penekanan yang di
tempatkan pada desain ergonomi yang baru. Produsen sikat gigi harus berupaya
dalam mempertimbangkan berbagai aspek ketika merancang model sikat gigi yang
baru untuk meningkatkan kemampuan dalam menghilangkan plak.30
Bulu sikat yang lembut memiliki sifat yang lebih fleksibel dan dapat
membersihkan bagian bawah margin gingiva ketika disikat dengan teknil sulculardan
dapat menjangkau permukaan proksimal. Penggunaan sikat gigi berbulu keras sering
dikaitkan dengan terjadinya ressi gingiva karena penggunaan bulu sikat yang keras
memiliki resiko yang lebih besar terhadap terjadinya resesi dibandingkan dengan
penggunaan sikat gigi berbulu halus. Namun, cara penggunaan sikat gigi dan pasta
gigi yang abrasif memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap resesi gingiva
daripada kekerasan bulu sikat itu sendiri.30
Besarnya tekanan yang digunakan dalam menyikat gigi tidak begitu efektif
dalam menghilangkan plak. Menyikat dengan kuat tidak perlu dilakukan karena dapat
menyebabkan resesi gingiva, lesi berbentuk baji pada bagian servikal gigi dan
menyebabkan ulserasi gingiva. Sikat gigi juga harus diganti secara berkala, American
Dental Assosiation (ADA) merekomendasikan bahwa sikat gigi diganti setiap tiga
sampai empat bulan sekali.16

Universitas Sumatera Utara

13

2.3.1 Metode Menyikat Gigi
Metode untuk menyikat gigi

telah banyak dijelaskan dan di promosikan

sebagai bentuk efisiensi dan efektifitas dalam pembersihan plak. Metode-metode
tersebut dapat dikategorikan berdasarkan pola geraknya saat menyikat gigi. Metodemetode tersebut adalah sebagai berikut :16
-

Roll : atau disebut sebagai teknik Stillman modifikasi

-

Vibratory: Stillman, Charters dan teknik Bass

-

Circular : teknik Fones

-

Vertikal : teknik Leonard

-

Horizontal : teknik Scrub
Metode yang paling sering direkomendasikan adalah teknik Bass karena

metode

ini

menekankan

penempatan

bulu

sikat

pada

daerah

sulkular,

mengadaptasikan bulu sikat pada margin gingiva untuk menjangkau plak
supragingiva dan mengakses plak subgingiva sejauh mungkin. Secara sistematis
penyikatan dilakukan pada semua bagian gigi pada kedua lengkung rahang.
Membersihkan rongga mulut individu dengan menyikat gigi disarankan setidaknya
dua kali sehari dan durasinya selama 2-3 menit dengan kekuatan yang lembut dan
menggunakan teknik Bass atau teknik Bass

modifikasi seperti yang di

rekomendasikan oleh American Dental Association (ADA).16

2.4

Hubungan Teknik Menyikat Gigi dengan Resesi Gingiva

Resesi gingiva dan abrasi pada bagian servikal dapat bervariasi dalam
presentasi

klinis antara individu, dan dapat menyebabkan sensasi ngilu terkait

dengan hipersensitivitas dentin serta mengganggu kinerja kebersihan rongga mulut
selama menyikat gigi. Masalah gigi dan periodontal biasanya terkait dengan kinerja
kebersihan rongga mulut individu, dan menyikat gigi sudah jelas merupakan hal yang
sangat penting. Menyikat gigi adalah cara yang paling sederhana dan paling efektif
untuk memenuhi kebutuhan oral higien untuk menghilangkan plak bakteri dari
permukaan gigi, namun abrasi servikal dan resesi gingiva di daerah vestibular
sebagian besar disebabkan oleh cara menyikat gigi yang tidak tepat.31

Universitas Sumatera Utara

14

Resesi

gingiva lebih sering terjadi pada populasi orang dewasa, karena

prevalensi resesi gingiva meningkat seiring bertambahnya usia, tetapi resesi gingiva
tidak selalu disebabkan oleh proses penuaan. Adanya resesi gingiva pada rongga
mulut yang sehat menunjukkan bahwa etiologi resesi gingiva disebabkan oleh banyak
faktor, salah satunya adalah cara menyikat gigi yang tidak tepat atau trauma akibat
sikat gigi yang telah dipercaya selama bertahun-tahun.32
Peran menyikat gigi dan bertambahnya usia sebagai faktor penyebab resesi
cenderung lebih melibatkan peran menyikat gigi sebagai faktor yang signifikan
sebagai penyebab resesi, karena peran menyikat gigi itu sendiri dikaitkan dengan
sejumlah variabel yang berpotensi terjadinya resesi. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh P.Sunethra, peran menyikat gigi adalah faktor penyebab
terjadinya resesi gingiva, hal ini didukung oleh hasil penelitian Mahmet bahwa
terdapat sejumlah faktor menyikat gigi terhadap terjadinya resesi gingiva seperti
tekanan yang diberikan saat menyikat gigi, durasi menyikat gigi, teknik menyikat
gigi, frekuensi menyikat gigi dalam satu hari dan jenis bulu sikat serta pasta gigi yang
digunakan.31,33

Universitas Sumatera Utara

15

2.5

Kerangka Teori

Teknik menyikat gigi

Gingiva

Metode
menyikat gigi

Tipe sikat
gigi

Durasi
menyikat gigi

Frekuensi
menyikat gigi

Resesi gingiva

Kelas I Miller
Kelas II Miller
Kelas III Miller
Kelas IV Miller

Universitas Sumatera Utara

16

2.6

Kerangka Konsep

Teknik menyikat gigi :
-

Metode
Tipe sikat gigi
Durasi
Frekuensi

Terjadinya resesi
gingiva

Universitas Sumatera Utara