MAKALAH SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (1)

MAKALAH SEJARAH KEBUDAYAAN
ISLAM

Di susun oleh :
NAMA : ANDRE WIJAYA
KELAS : XII IPS2

KEMENTERIAN AGAMA
MADRASAH ALIYAH NEGERI ( MAN ) 1 METRO
JL.Ki Hajar Dewantara No. 110 kampus 15A (0725) 45963

KOTA METRO
2015/2016

SULTAN MAHMUD II
A. PENDAHULUAN
Pada masa pemerintahan Turki Usmani, Islam menunjukkan kegagah perkasaannya
yang luar biasa serta dapat menyambung usaha dan kemegahan kekuasaan Islam pada masa
sebelumnya (Hamka, 1975:202). Kerajaan Turki Usmani mampu menguasai hamper seluruh
wilayah di tiga benua, yaitu:Asia, Afrika dan Eropa. Namun kekuasaan Usmani yang dimulai
sejak tahun 1300 M, dan berakhir tahun 1924 M ini tidak selamanya mulus. Berbagai usaha

untuk menghancurkan kekuatan Turki Usmani dilakukan oleh lawan-lawan mereka terutama
dari bangsa-bangsa Eropa yang beragama Kristen.
Sejak abad ke-17, diakibatkan oleh kekalahan-kekalahan yang dialami Turki Usmani
dalam peperangan melawan negara-negara Eropa mendorong raja-raja dan pemuka-pemuka
kerajaan Usmani untuk menyelidiki sebab-sebab kekalahan mereka dan rahasia keunggulan
lawan. Mereka mulai memperhatikan kemajuan Eropa terutama Perancis sebagai negara yang
termuka waktu itu.
Program restorasi integritas politik dan efektifitas kekuatan militer yang dimiliki
kerajaan Turki Usmani mulai dkonsep. Para pembaharu pertama di abad pertengahan ini pada
awalnya berlandaskan peraturan yang digariskan Sultan Sulaiman yang menentang
kemungkinan pengaruh kekuatan Kristen Eropa atas kaum muslim. Para modernis
menganggap perlunya kerajaan Turki untuk mengadopsi metode yang dimiliki bangsa Eropa
dalam pendidikan kemiliteran, organisasi dan administrasi untuk menciptakan suatu
perubahan di bidang pendidikan, ekonomi, dan social yang mendukung terbentuknya negara
modern.
Sangat disayangkan, usaha-usaha pembaharuan pada abad ke-17 dan ke-18 di Turki
mendapat tantangan keras dari dua golongan yang berpengaruh dalam masyarakat. Dari satu
pihak, tantangan dilancarkan oleh tentara tetap yang dikenal dengan nama Yennisseri
(pasukan baru). Mereka mempunyai hubungan erat dengan tarekat Bektasyi yang besar
pengaruhnya dalam masyarakat. Yenisseri dibentuk di abad ke-14, dan sejak abad ke-17

Yenisseri menguasai suasana politik di kerajaan ini. Sultan-sultan yang tidak dikuasai mereka
jatuhkan dan bunuh. Tantangan lain datang dari pihak kaum ulama. Ide-ide baru yang
didatangkan dari Eropa itu bertentangan dengan faham tradisional yang terdapat di kalangan

umat Islam dan pembaharuan akan membawa perubahan-perubahan yang tidak
menguntungkan bagi kaum ulama. Dalam menentang usaha-usaha pembaharuan ini, kaum
ulama dan Yenisseri menjalin kerjasama yang baik. (Nasution,1996:17-18)
Usaha pembaharuan kedua dimulai di Periode modern (abad ke-19), setelah Yenisseri
berhasil dihancurkan oleh Sultan Mahmud II pada tahun 1826. Pembaharuan inilah yang pada
akhirnya membawa perubahan-perubahan di Turki.
B. BIOGRAFI SULTAN MAHMUD II
Ia adalah sultan ke-33 dari kerajaan Turki Usmani. Di angkat menjadi sultan pada
tanggal 28 Juli 1808 M menggantikan kakaknya Mustafa IV. Ayahnya bernama Abdul Hamid
I.1[1] Dalam suatu pemberontakan tentara yenisseri pada masa pemerintahan Mustafa IV
,semua anggota keluarga kerajaan Usmani terbunuh , kecuali Mahmud II. Dalam kondisi
demikianlah Mahmud II naik tahta.
Mahmud II lahir pada tahun 1785 M dan meninggal pada tahun 1839 M. sejak kecil ia
memperoleh pendidikan tradisional di bidang agama dan juga pendidikan di bidang
pemerintahan dan sastra (Sastra Arab, Turki dan Persi).
Situasi Kerajaan Usmani di awal pemerintahannya digambarkan sebagai kondisi yang

melahirkan keputusasaan, karena wilayahnya yang sangat luas itu tidak mampu lagi secara
efektif diawasi oleh pemerintah pusat. Selain itu, pada awal pemerintahannya pula Mahmud
II disibukkan dengan peperangan melawan Rusia untuk menundukkan daerah-daerah yang
mempunyai otonomi besar. Peperangan dengan Rusia selesai pada tahun 1812 M dan
kekuasaan otonomi daerah akhirnya dapat ia perkecil kecuali kekuasaan Muhammad Ali
Pasya di Mesir dan satu daerah otonomi lain di Eropa.2[2]
Setelah kekuasaanya sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Turki Usmani bertambah
kuat, Sultan Mahmud II melihat bahwa telah tiba masanya untuk memulai usaha-usaha
pembaharuan yang telah lama ada dalam pemikirannya.3[3]
C. USAHA-USAHA PEMBAHARUAN SULTAN MAHMUD II
Kurang lebih berkuasa selama 32 tahun, Sultan Mahmud II telah melakukan
pembaharuan-pembaharuan meliputi berbagai bidang:
1) Bidang Militer
1
2
3

Ketika Sultan Mahmud naik tahta dan menjadi Sultan di kerajaan Turki, Mahmud II
memusatkan perhatiannya pada berbagai perubahan internal. Perbaikan internal tersebut
dipusatkan pada rekonstruksi kekuatan angkatan bersenjata kerajaan sehingga menjadi

kekuatan yang tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan.4[4]
Kebijaksanaan ini menjadikan dirinya sebagai musuh kelompok militer lama yang
dikenal dengan Yennisseri setelah kekuasaanya semakin kuat, Sultan Mahmud II membentuk
suatu korps tentara baru sejumlah 40.000 muslim yang disebut Mu’allim Iskinji (pasukan
terlatih). Tentara baru ini dilatih oleh tokoh-tokoh militer yang dikirim oleh Muhammad Ali
Pasya dari Mesir. Sultan Mahmud II menjauhi pemakaian pelatih-pelatih Barat atau Kristen
yang di masa lampau mendapat tantangan dari pihak yang tidak setuju dengan pembaharuan. 5
[5]
Pada awalnya perwira-perwira tinggi Yenisseri menyetujui pembentukan korps baru
itu, sementara perwira-perwira menengah ke bawah mengambil sikap menolak. Beberapa hari
sebelum korps baru itu mengadakan parade, Yenisseri berontak. Dengan mendapat restu dari
mufti besar kerajaan Usmani, Sultan memerintahkan untuk mengepung Yenisseri yang
sedang berontak dan memukuli garnisun dengan meriam. Sehingga korps yang berusia sekitar
lima abad itu hancur seketika. Tarekat Bektasyi yang selama inidikenal banyak mempunyai
anggota dari kalangan Yenisseri sendiri dihapuskan.6[6]
Usaha untuk membubarkan Bektasyi serta menghapuskan korps Yenisseri merupakan
strategi yang tepat, karena dengan habisnya dua kekuatan tersebut, kelompok masyarakat
yang anti pembaharuan menjadi lemah. Disamping itu kerajaan Usmani telah memiliki
pasukan elit baru yang sudah jelas mendukung segala kebijaksanaan dan pembaharuan yang
dilakukan oleh Sultan Mahmud II.

Pada tahun 1830, Sultan Mahmud II mendirikan sekolah militer dengan
mendatangkan tenaga-tenaga ahli dari Eropa dan Rusia. Kemudian Sultan Mendirikan
Akademi Militer di tahun 1840. Pengembangan pendidikan kemiliteran ini disamping
didukung oleh tenaga-tenaga professional yang dikirim oleh Muhammad Ali Pasya dari
Mesir, Sultan Mahmud II juga mengirim pelajar-pelajar ke Eropa untuk mendalami ilmu
kemiliteran.7[7]
4
5
6
7

2) Bidang Pemerintahan
Aspek terpenting yang dilaksanakan Mahmud II dalam bidang pemerintahan adalam
merombak sistem kekuasaan di tingkat penguasa puncak. Menurut tradisi kerajaan Usmani,
raja-raja Turki bergelar sultan dan khalifah sekaligus. Sultan menguasai kekuasaan duniawi
dan khalifah berkuasa di bidang agama atau spiritual.
Dalam melaksanakan kedua kekuasaan tersebut, Sultan dibantu oleh dua pegawai
tinggi yaitu sadrazam yang bertugas menangani urusan pemerintahan dan syaikh al-Islam
yang bertugas menangani urusan keagamaan. Keduanya tidak mempunyai hak yang sama
dalam soal pemerintahan dan hanya melaksanakan perintah sultan. Di kota sultan

berhalangan atau bepergian, ia diganti oleh sadrazam dalam menjalankan tugas
pemerintahan. Sebagai wakil sultan, sadrazam mempunyai kekuasaan yang sangat besar
sekali.8[8]
Akan tetapi, oleh Sultan Mahmud II kedudukan sadrazam sebagai pelaksana tunggal
dihapuskan, dan sebagai penggantinya ia membentuk Perdana Menteri (Baskevi) yang
membawahi para menteri untuk urusan dalam negeri, luar negeri, keuangan, dan pendidikan.
Departemen yang mereka kepalai mempunyai kedudukan semi otonom. Perdana Menteri
merupakan penghubung antara menteri dan sultan.
Kekuasaan yudikatif yang semula berada di tangan sadrazam berpindah ke syaikh alIslam. Dalam system baru ini Sultan Mahmud II membentuk lembaga hukum sekuler di
samping hukum syari’at. Kekuasaan syeikh al-Islam menjadi sedikit karena hanya menangani
masalah syari’at, sedangkan hukum sekuler diserahkan kepada Dewan Perancang Hukum
untuk mengaturnya. Sepanjang sejarah kerajaan Usmani, Sultan Mahmud II lah yang pertama
kali secara tegas mengadakan perbedaan antara hukum agama dan hukum dunia. Hal ini pada
masa-masa selanjutnya akan membawa hukum sekuler disamping hukum syari’at di kerajaan
Usmani.
Sultan Mahmud II juga dikenal sebagai sultan yang tidak mau terikat pada tradisi dan
tidak segan-segan melanggar adat kebiasaan lama, sebagaimana yang biasa dilakukan oleh
para sultan sebelumnya, yang menganggap diri mereka lebih tinggi dan tidak pantas bergaul
dengan rakyat sehingga menjauhkan diri dari masyarakat umum. Mengganti pengganti
seenaknya dan sekehendak hatinya juga dihilangkan. Penyitaan negara terhadap harta orang

yang dibuang atau yang dihukum mati juga ditiadakan. Kekuasaan gubernur untuk
menjatuhkan hukuman mati dengan isyarat tangan juga dihapuskan. Hukuman bunuh hanya
8

dapat dikeluarkan oleh hakim, sehingga kekuasaan-kekuasaan luar biasa yang menurut tradisi
dimiliki oleh penguasa-penguasa Usmani dibatasi.
Tradisi-tradisi yang bersifat aristokratif ini dirombak oleh Sultan Mahmud II dengan
mengambil sifat demokratis, dan ia selalu tampil dalam upacara-upacara resmi kerajaan.
3) Bidang Pendidikan
Sebelum abad modern, pendidikan di Kerajaan Usmani tidak menjadi tanggung jawab
kerajaan, melainkan ditangani para ulama yang berorientasi hanya pada pendidikan agama
tanpa ada pengetahuan umum. Menurut Sultan Mahmud II, sistem pendidikan seperti ini
tidak mampu menjawab problematika umat di abad modern. Sementara itu untuk mengubah
kurikulum—ketika itu—merupakan suatu hal yang sangat sulit. Oleh sebab itu, Mahmud II
mencari terobosan dengan tetap membiarkan sekolah tradisional berjalan dan mendirikan dua
sekolah umum, yakni Mekteb-i Ma’arif (Sekolah Pengetahuan Umum) dan Mekteb-i Ulum-u
Edebiye Tibbiye-i (Sekolah Sastra) yang siswanya adalah lulusan terbaik dari madrasahmadrasah tradisional
Kemudian pada tahun 1838, Sultan Mahmud II mendirikan Dar al-Ulum-u Hikemiye
Ve Mekteb-i Tibbiye-i Sahane, yaitu sekolah kedokteran dan sekolah pembedahan yang
digabungkan menjadi satu. Bahasa pengantar yang dipakai adalah bahasa Prancis.

Selain dari mendirikan Sekolah Sultan Mahmud II juga mengirim siswa-siswa ke
Eropa yang setelah kembali ke tanah air juga mempunyai pengaruh dalam penyebaran ide-ide
baru di Kerajaan Usmani. Pembaharuan-pembaharuan yang diadakan Sultan Mahmud II
diataslah yang menjadi dasar bagi pemikiran dan usaha pembaharuan selanjutnya di Kerajaan
Usmani abad ke-19 dan Turki abad ke-20.9[9]

4) Bidang Percetakan, Penerjemahan dan Media Massa
Untuk menyebarluaskan gagasan-gagasanya dan mengkomunikasikannya kepada
masyarakat, Sultan Mahmud II mengupayakan bidang publikasi yang memadai. Pada tahun
1831 ia mengintruksikan berdirinya surat kabar resmi pemerintah Takvim-I Vekayi surat kabar
ini bukan hanya memuat berita dan pengumuman resmi pemerintah, melainkan juga memuat
artikel-artikel mengenai gagasan-gagasan progresif di Eropa. Oleh sebab itu, Takvim-I Vikayi
9

dinilai mempunyai pengaruh besar dalam memperkenalkan ide-ide modern kepada
masyarakat Turki.
Disamping penerbitan surat kabar resmi, banyak beredar buku-buku karya para
intelektual dalam bahasa Turki yang memuat tentang ide-ide modern barat. Banyaknya buku
dan majalah yang beredar sangat menguntungkan pembaharuan yang sedang dilakukan oleh
Sultan Mahmud II, karena para pembacanya dapat menerima informasi lebih banyak.

5) Bidang Ekonomi
Perekonomian merupakan sumber penting bagi pembiayaan dan penyelenggaraan suatu
negara. Kerajaan Turki Usmani mengalami kemerosotan ekonomi, karena tidak
berkembangnya ilmu pengetahuan dan karena beralihnya jalur perdagangan dari Laut Tengah
ke Tanjung Harapan pada tahun 1498, ditambah lagi dengan banyaknya daerah-daerah yang
melepaskan diri dari pemerintah pusat sehingga membawa dampak pada kelesuan kas
negara.10[10]
Kemerosotan ekonomi kerajaan Turki Usmani ini, menurut Syalabi11[11] digambarkan
karena hal-hal sebagai berikut:
1. Tidak ada perdamaian dalam negeri
2. Penyerahan wilayah-wilayah yang tentunya mengurangi pemasukan pajak
3. Tidak ada keberanian untuk melakukan usaha-usaha ekonomi oleh kalangan menengah
orang Turki asli
4. Adanya saudagar-saudagar asing yang memperoleh pendidikan diplomatik dan militer
5. Tekanan dari kaum tradisional yang tidak mempunyai wawasan ke depan
Mengingat sebagian besar wilayah Kerajaan Turki Usmani adalah daerah agraris yang
cukup luas, Sultan Mahmud II berusaha untuk mengatasi kelesuan perekonomian kerajaannya
dengan mencoba mengadakan perbaikan pada sumber-sumber perekonomian di sector
pertanian. Kemudian ia mengaktifkan kembali sumber perekonomian dengan menghapus
segala bentuk peraturan yang dibuat oleh tuan tanah dan tuan feudal. Sebagai gantinya

Sultan Mahmud II mengambil alih control atas pengawasan pajak dan merencanakan serta
mengatur system wakaf, juga membatasi penguasaan daerah atas hak kepemilikan dan
penggunaan tanah.12[12]. Dengan demikian pemerintah pusat akan mendapatkan dana yang
cukup besar.
D.
10
11
12

PENUTUP

Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ada dua faktor utama yang
mendorong Sultan Mahmud II untuk melaksanakan pembaharuan di Turki ,yaitu:
1. Faktor internal ialah bahwa ia menyadari ketidaksuksesan para pendahulunya dalam
gerakan pembaharuan di kerajaan Turki Usmani disebabkan oleh perlawanan keras yang
berasal dari korps tentara Yenisseri

yang bekerja sama dengan para ulama yang anti

pembaharuan. Masalah ini dapat diatasi dengan baik oleh Sultan Mahmud II setelah ia

menghancurkan kekuatan Yenisseri pada tahun 1926 Masehi.
2. Faktor eksternal adalah merupakan keinginan Sultan Mahmud II untuk mengetahui dan
untuk mempelajari rahasia kesuksesan dan kemajuan Barat. Pada mulanya semata-mata
bersifat teknik dan militer dan selanjutnya berkembang di bidang lain, yaitu bidang
pendidikan, bidang ekonomi dan politik.
Pembaharuan-pembaharuan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II ini menjadi dasar
bagi pemikiran dan usaha pembaharuan selanjutnya di Turki.