MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM (3)

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM
“INVASI BANGSA MONGOL”

Disusun oleh :
Mayang Tamara Afriwilda
Pera Erlika
Dosen Pengampu :
Yuhaswita, MA

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu
Fakultas Dakwah
Bimbingan Konseling Islam (BKI)
Tahun Akademik 2013/2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Jatuhnya Kota Baghdad pada tahun 1258 M, ke tangan bangsa Mongol bukan saja
mengakhiri khilafah Abbasiyah, tapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan
peradaban Islam, karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan perandaban Islam yang
sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap di bumihanguskan oleh

pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan.
Ratusan ribu mayat tanpa kepala berserakan dan tumpang tindih memenuhi jalanjalan, parit-parit dan lapangan-lapangan. Disekitarnya bangunan-bangunan megah dan indah
banyak yang tinggal puing-puing dan rerontokan. Asap masih mengepul dari bangunanbangunan yang dibakar. Tentara dari pangkat rendah sampai tinggi sibuk memenggal kepala
ribuan manusia dan kemudian memisahkan kepala yang terpisah dari tubuhnya itu menurut
kelompok, kepala wanita, anak-anak, orang tua, dipisahkan satu dari yang lain.
Sungai Dajlah atau Tigris berubah menjadi hitam disebabkan tinta ribuan manuskrip
yang dilempar ke dalamnya. Perpustakaan, rumah sakit, mesjid, madrasah, tempat pemandian
dan rumah para bangsawan, toko dan rumah makan semuanya dihancurkan. Demikianlah,
kota yang selama beberapa abad menjadi pusat terbesar peradaban Islam itupun musnah
dalam sekejap mata. Setelah puas, pasukan penakluk itupun bersiap-siap pergi tanpa
penyesalan sedikitpun. Mereka kini hanya sibuk mengumpulkan barang-barang jarahan yang
berharga: timbunan perhiasan yang tak ternilai harganya, berkilo kilo batangan emas dan
uang dinar, batu permata, intan berlian semua dimasukkan ke dalam ratusan karung dan
kemudian diangkut dalam iringan gerobak dan kereta yang sangat panjang.
B. Rumusan Masalah
Latar belakang sebagaimana yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah pokok dalam pembahasan ini yaitu:
1.

Bagaimanakah sejarah kepribadian Jengis Khan dan bangsa Mongol pada

umumnya ?

2. Bagaimanakah hubungan Jengis Khan dengan Baghdad hingga ia berambisi
menguasainya ?
3. Apakah akibat-akibat yang ditimbulkan dalam sebuah peradaban tatkala Jengis
Khan menguasai Baghdad ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah kepribadian Jengis Khan dan bangsa Mongol pada
umumnya.
2. Untuk mengetahui hubungan Jengis Khan dengan Baghdad hingga ia berambisi
menguasainya.
3. Untuk dapat mengertahui dan memahami akibat-akibat yang ditimbulkan dalam
sebuah peradaban tatkala Jengis Khan menguasai Baghdad.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal-Usul Bangsa Mongol
Bangsa Mongol adalah suku bangsa di wilayah Mongolia, yang berbatasan dengan
Cina di selatan, Turkestan di barat, Manchuria di timur, dan Siberia sebelah utara.1 Daerah ini

kalau musim dingin, amat dingin dan kalau musim panas, amat panas. Angin panas (Samun)
sering menimpa mereka. Mereka mendirikan kemah-kemah dan berpindah-pindah dari satu
tempat ke tempat lain, menggembala kambing, dan hidup dari hasil buruan. Mereka juga
hidup dari hasil perdagangan tradisional, yaitu mempertukarkan kulit binatang dengan
binatang yang lain, baik di antara sesama mereka maupun dengan bangsa Turki dan Cina
yang menjadi tetangga mereka.
Sebagaimana umumnya bangsa nomad, orang-orang Mongol mempunyai watak yang
kasar, suka berperang, dan berani menghadang maut dalam mencapai keinginannya. Mereka
menganut agama Syamaniyah (Syamanisme), menyembah binatang-binatang, dan sujud
kepada matahari yang sedang terbit.2
Bangsa ini berasal dari seorang tokoh terkemuka setempat bernama Alanja Khan. Ia
mempunyai dua orang putra kembar bernama Tatar dan Mongol. Kedua putra itu melahirkan
dua suku bangsa besar, Tatar dan Mongol. Mongol mempunyai anak bernama Ilkhan, yang
melahirkan keturunan bangsa Mongol di kemudian hari.3
Ilkhan mempunyai putra bernama Yasugi Bahadur Khan yang kemudian memiliki
putra bernama Temujin, bergelar Jenghis Khan (Raja Yang Perkasa). Putra dari Jenghis Khan
bernama Toluy/Tuli kemudian memiliki putra bernama Hulagu Khan. Hulagu Khan inilah
yang menyerang dan menghancurkan kota Baghdad.
Kemajuan bangsa Mongol secara besar-besaran terjadi pada masa kepemimpinan
Yasugi Bahadur Khan. Ia berhasil menyatukan 13 kelompok suku yang ada waktu itu. Setelah

Yasugi meninggal, putranya Temujin yang masih berusia 13 tahun tampil sebagai pemimpin.
Dalam waktu 30 tahun, ia berusaha memperkuat angkatan perangnya dengan menyatukan
bangsa Mongol dengan suku bangsa lain sehingga menjadi satu pasukan yang teratur dan
tangguh. Pada tahun 1206 M., ia mendapat gelar Jengis Khan, Raja Yang Perkasa. Ia
menetapkan undang-undang yang disebutnya Alyasak atau Alyasah, untuk mengatur
kehidupan rakyatnya. Wanita mempunyai kewajiban yang sama dengan laki-laki dalam
1 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta : PT. Ichtiar Baru, 2001. Hal 241
2 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998. Hal 111-112
3 Badri yatim, 1998, hal 111

kemiliteran. Pasukan perang dibagi dalam beberapa kelompok besar dan kecil, seribu, dua
ratus, dan sepuluh orang. Tiap-tiap kelompok dipimpin oleh seorang komandan.
Undang-undang Alyasak ini berisi antara lain; larangan mencari-cari kesalahan orang
lain, larangan membantu salah seorang di antara dua orang yang berselisih, jujur dalam
menerima kepercayaan, keharusan saling tolong-menolong dalam peperangan dan
melaksanakan hukum dengan disiplin yang ketat tanpa pandang bulu. Di samping itu ada juga
keharusan bagi warga negara untuk memperlihatkan anak gadisnya kepada raja untuk
dijadikan sebagai istri anak-anaknya. Undang-undang ini dimasyarakatkan terus, sehingga
merupakan sebuah agama yang senantiasa dipedomani dan dilanjutkan oleh penggantinya
kemudian.

Undang-undang ini juga mengatur tentang hukuman mati bagi pezina, orang yang
sengaja berbuat bohong, melaksanakan magic, mata-mata, memberi makan atau pakaian
kepada tawanan perang tanpa ijin, demikian pula bagi yang gagal melaporkan budak belian
yang melarikan diri juga dikenakan hukuman mati.
Jenghis Khan (melalui Alyasak) juga mengatur kehidupan beragama dengan tidak
boleh merugikan antara satu pemeluk agama dengan yang lainnya, dan membebaskan pajak
bagi keluarga Nabi Muhammad saw, para penghafal al-Qur’an, ulama, tabib, pujangga, orang
saleh dan zuhud serta muazin/yang menyerukan adzan.
Sedangkan dalam urusan militer, prajurit-prajurit bersenjata lengkap diinspeksi
terlebih dahulu sebelum pergi berperang, dan setiap orang harus memperlihatkan segala
sesuatu yang ia miliki, bahkan sampai jarum dan benang sekalipun. Kemudian jika seseorang
didapatkan lengah, maka dia harus dihukum. Orang-orang perempuan diharapkan siap untuk
membayar pajak kepada perbendaharaan negara selama suami-suami mereka pergi berperang.
Jenghis Khan juga mendirikan pos pelayanan agar dia bisa memantau dan mengetahui segala
sesuatu yang terjadi di negaranya. Dari sini tampak bahwa armada perang Mongol sangatlah
kuat dan memiliki kedisiplinan tinggi, sehingga banyak ditakuti musuh-musuhnya.
B. Motivasi Serangan Mongol
Serangan-serangan yang dilakukan oleh Mongol memiliki latar belakang yang menjadi
motivasi mereka untuk melakukan penyerang tersebut. Maidir Harun dan Firdaus
memaparkan bahwa ada beberapa hal yang menjadi motivasi bagi Mongol untuk melakukan

serangan, sebagai berikut:

1. Faktor Politik
Pada tahun 615 H. sekitar 400 orang pedagang bangsa Tartar dibunuh atas persetujuan
wali (gubernur) Utrar. Barang dagangan mereka dirampas dan dijual kepada saudagar
Bukhara dan Samarkand dengan tuduhan mata-mata Mongol. Tentu saja hal ini menimbulkan
kemarahan Jenghis Khan. Jenghis Khan mengirimkan pasukan kepada Sultan Khawarizmi
untuk meminta agar wali Utrar diserahkan sebagai ganti rugi kepadanya. Utusan ini juga
dibunuh oleh Khawarizmi Syah sehingga Jenghis Khan dengan pasukannya melakukan
penyerangan terhadap wilayah Khawarizmi.4
Sedangkan menurut Muhammad Masyhur Amin, bahwa faktor politik yang
menyebabkan bangsa Mongol melakukan penyerangan ke wilayah Islam adalah pertama,
karena Sultan Alauddin Muhammad Khawarizmi Syah memasukkan daerah suku Qarahatun
ke dalam kekuasaannya pada tahun 1210 M., sehingga wilayahnya langsung berbatasan
dengan wilayah kerajaan Jenghis Khan. Kedua, pembataian pedagang Mongol disebabkan
karena tiga orang Islam saudagar besar bersama rombongan-nya dibunuh dan dirampas
barang dagangannya oleh orang-orang Mongol di Ibu Kota Qoraqarun. Oleh sebab itu, amir
Ghayun Khan diperintahkan oleh Sultan Alauddin agar membunuh 150 orang pedagang
Mongol yang ada di Utrar.
2. Motif Ekonomi

Motif ini diperkuat oleh ucapan Jenghis Khan sendiri, bahwa penaklukan-penaklukan
dilakukannya adalah semata-mata untuk memperbaiki nasib bangsanya, menambah penduduk
yang masih sedikit, membantu orang-orang miskin dan yang belum berpakaian. Sementara di
wilayah Islam rakyatnya makmur, sudah berperadaban maju, tetapi kekuatan militernya
sudah rapuh.5
3. Tabiat Orang Mongol yang Suka Mengembara
Tabiat mereka yang suka mengembara, diundang ataupun tidak diundang mereka akan
datang juga menjarah dan merampas harta kekayaan penduduk dimana mereka berdiam.
Penyerangan-penyerangan yang dilakukan oleh Jenghis Khan dengan pasukan perangnya
yang terorganisir, berusaha memperluas wilayah kekuasaan dengan melakukan penaklukan.
Para ahli pertukangan mereka bawa dalam pasukan batalion Zeni (yon-zipur) untuk membuat
jembatan dan menjamin melancarkan transportasi dalam penyerangan. Para tawanan perang
dimanfaatkan secara paksa untuk memanggul perlengkapan perang dan makanan. Strategi
4 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta : PT. Ichtiar Baru, 2001. Hal 242
5 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998. Hal 112

perang Jenghis Khan yang tidak ketinggalan juga adalah membariskan penduduk sipil yang
telah kalah di depan tentara sebagai tameng untuk menggetarkan musuh. Di samping itu,
Jenghis Khan membawa penasehat yang terdiri dari para rahib dan tukang ramal.
C. Penyerangan Mongol dan Wilayah Kekuasaannya

Pada tahun 607 H/1211 M. Jenghis Khan meluaskan wilayahnya. Ia berhasil merebut
Cina Utara dan mendirikan ibu kota Qaraqorun, lalu menduduki Siangkiang. Penyerangan ke
wilayah Islam dimulai melalui daerah Khawarizmi pada tahun 606 H/1209 M. Daerah yang
menjadi tujuan utama mereka adalah Turki, Ferghana dan Samarkand, karena daerah ini yang
berdekatan dan yang berkasus dengan mereka.
Sewaktu bangsa Mongol memasuki wilayah Khawarizmi, sultan Alauddin sudah siap
untuk memukul mundur pasukan Mongol. Pasukan Mongol kembali ke negeri asal mereka
untuk melatih pasukannya dengan intensif. Sewaktu mereka kembali ke daerah Khawarizmi
10 tahun kemudian, sudah banyak perubahan terhadap pasukannya, sehingga mereka bisa
memasuki Bukhara, Samarkand, Khurasan, Hamadzan, Quzwain dan sampai ke perbatasan
Irak. Di Bukhara, ibu kota Khawarizmi, mereka kembali mendapat perlawanan dari sultan
Alauddin, tetapi kali ini mereka dengan mudah dapat mengalahkan pasukan Khawarizmi.
Sultan Alauddin tewas dalam pertempuran di Mazindaran tahun 1220 M. Ia digantikan oleh
putranya Jalaluddin yang kemudian melarikan diri ke India karena terdesak dalam
pertempuran di dekat Attock tahun 1224 M. Dari sana pasukan Mongol terus ke Azerbeijan.
Penaklukkan Bukhara ini disebutkan oleh Jenghis Khan sebagai bencana dari Tuhan yang
dikirimkan sebagai hukuman atas orang-orang yang berdosa.6
Di Bukhara, sangat terkenal karena penduduknya yang taat dan berpengetahuan.
Orang-orang Mongol menempatkan kuda mereka di sekeliling masjid yang suci dan
menyobek-nyobek al-Qur’an untuk dibuang di tempat sampah, penduduk yang tidak dibantai

diambil sebagai tawanan. Begitulah nasib kota Samarkand, Balkh dan kota-kota yang lainnya
di Asia Tengah, yang merupakan tempat kebudayaan Islam yang tinggi, tempat tinggal orangorang terkemuka dan pusat ilmu pengetahuan.
Sepulangnya ke Ibu Kota Karaqorun, ia menumpas pemberontakan di wilayah Ala
Shan dan Kausu, lalu meninggal dunia dan dikebumikan di tempat asalnya, Deligun Buldak.
Namun, sebelum Jenghis Khan meninggal pada tahun 624 H./1227 M, pada saat kondisinya

6 Maidir Harun dan Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, Padang : IAIN-IB Press, 2002. Hal 109, lihat juga Badri
Yatim, hal 113

mulai lemah, dia membagi wilayah kekuasaannya menjadi empat bagian kepada empat orang
putranya, yaitu Juchi, Chagatai, Ogotai dan Tuli.
Juchi anaknya yang sulung mendapat wilayah Siberia bagian barat dan stepa Qipchaq
yang membentang hingga ke Rusia Selatan, di dalamnya terdapat Khawarizmi. Namun ia
meninggal dunia sebelum wafat ayahnya, Jenghis Khan, dan wilayah warisannya itu
diberikan kepada anak Juchi yang bernama Batu dan Orda. Batu mendirikan Horde
(Kelompok) Biru di Rusia Selatan sebagai pilar dasar berkembangnya Horde Keemasan
(Golden Horde). Sedangkan Orda mendirikan Horde Putih di Siberia Barat. Kedua kelompok
itu bergabung dalam abad keempatbelas yang kemudian muncul sebagai kekhanan yang
bermacam ragamnya di Rusia, Siberia dan Turkistan, termasuk di Crimea, Astarakhan,
Qazan, Qasimov, Tiumen, Bukhara dan Khiva. Syaibaniyah atau Ozbeg. Salah satu cabang

keturunan Juchi berkuasa di Khawarazmi dan Transoxania dalam abad kelima belas dan enam
belas.
Golden Horde selanjutnya berkembang menjadi kerajaan Mongol Islam pertama,
yaitu pada saat diperintah oleh Barka Khan (anak dari Batu). Wilayahnya meliputi Eropa
Timur (Rusia dan Finlandia) dan Eropa Tengah dan padang-padang stepa yang luas, dan
beribukota di Lembah Wolga (Sarai). Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Najmuddin
Mukhtar az-Zahidi menyusun risalah untuk Barka Khan. Risalah tersebut mengulas tentang
kebenaran ajaran Islam dan kelemahan ajaran Nasranai, dengan dalail dan bukti yang logis,
dapat diterima akal. Hal inilah yang membuat Barka Khan masuk Islam.7
Chagatai ditugasi untuk menguasai daerah Illi, Ergana, Ray, Hamazan dan Azerbeijan.
Sultan Khawarizmi, Jalaluddin berusaha keras untuk merebut kembali daerah-daerah yang
dikuasai oleh Mongol ini, namun dia tidak sanggup menghadapi serangan Chagatai. Sultan
melarikan diri ke arah pegunungan, tetapi malang padanya, seorang Kurdi membunuhnya.
Dengan kematian Sultan Jalaluddin ini berakhirlah dinasti Khawarizmi. Dengan demikian
Chagatai lebih leluasa mengembangkan wilayah kekuasaan.
Ogotai adalah putra Jenghis Khan yang terpilih oleh Dewan Pemimpin Mongol untuk
menggantikan ayahnya sebagai Khan Agung yang mempunyai wilayah di Pamirs dan Tien
Syan. Tetapi dua generasi Kekhanan Tertinggi jatuh ke tangan keturunan Tuli. Walaupun
demikian cucu Ogotai yang bernama Qaydu dapat mempertahankan wilayahnya di Pamirs
dan Tien Syan, mereka berperang melawan anak turun Chagatay dan Kubilai Khan, hingga

meninggal dunia. Sedangkan menurut Badri Yatim, Ogotai pada tahun 1234 dapat
7 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998. Hal 112

menaklukkan Peking (sekarang Beijing), dan menurut masyhur amin kekuasaannya pada
tahun 1240 sampai ke kota Moskow.
Tuli (Toluy) anak terakhir Jenghis Khan ini mendapat bagian wilayah Mongolia
sendiri. Anak-anaknya, yakni Mongke dan Kubilai menggantikan Ogotai sebagai Khan
Agung. Mongke bertahan di Mongolia yang beribu kota di Qaraqorun. Sedangkan Kubilai
Khan menaklukkan Cina dan berkuasa di sana yang dikenal sebagai dinasti Yuan yang
memerintah hingga abad keempat belas, yang kemudian digantikan oleh dinasti Ming.
Mereka memeluk agama Budha yang berpusat di Beijing, dan mereka akhirnya bertikai
melawan saudara-saudaranya dari khan-khan Mongol yang beragama Islam di Asia Barat dan
Rusia (Kerajaan Golden Horde). Adalah Hulagu Khan, saudara Mongke Khan dan Kubilai
Khan, yang menyerang wilayah-wilayah Islam sampai ke Baghdad.8
Pada tahun 1253, Hulagu Khan bergerak dari Mongol memimpin pasukan
berkekuatan besar untuk membasmi kelompok Pembunuh (Hasyasyin) dan menyerang
kekhalifahan Abbasiyah. Inilah gelombang kedua yang dilakukan bangsa Mongol. Mereka
menyapu bersih semua yang mereka lewati dan yang menghadang perjalanan mereka;
menyerbu semua kerajaan kecil yang berusaha tumbuh di atas puing-puing imperium Syah
Khawarizm. Hulagu mengundang Khalifah al-Musta’shim (1242-1258) untuk bekerjasama
menghancurkan kelompok Hasyasyin Ismailiyah. Tetapi undangan itu tidak mendapat
jawaban.
Pada 1256, sejumlah besar benteng Hasyasyin, termasuk “puri induk” di Alamut, telah
direbut tanpa sedikit pun kesulitan, dan kekuatan kelompok yang ketakutan itu hancur lebur.
Bahkan lebih tragis lagi, bayi-bayi disembelih dengan kejam. Pada bulan September tahun
berikutnya, tatkala merangsek menuju jalan raya Khurasan yang termasyhur, Hulagu
mengirimkan ultimatum kepada khalifah agar menyerah dan mendesak agar tembok kota
sebelah luar diruntuhkan. Tetapi khalifah tetap enggan memberikan jawaban. Pada Januari
1258, anak buah Hulagu bergerak dengan efektif untuk meruntuhkan tembok ibukota. Tak
lama kemudian upaya mereka membuahkan hasil dengan runtuhnya salah satu menara
benteng.
Khalifah al-Musta’shim benar-benar tidak dapat membendung “topan” tentara Hulagu
Khan. Pada saat yang kritis itu, wazir khalifah Abbasiyah, Ibn al-‘Alqami ingin mengambil
kesempatan dengan menipu khalifah. Ia mengatakan kepada khalifah, “Saya telah menemui
mereka untuk perjanjian damai. Raja (Hulagu Khan) ingin mengawinkan anak perempuannya
dengan Abu Bakar, putera khalifah. Dengan demikian, Hulagu Khan akan menjamin
8 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998. 115

posisimu. Ia tidak menginginkan sesuatu kecuali kepatuhan, sebagaimana kakek-kakekmu
terhadap sultan-sultan Seljuk”.
Khalifah menerima usul itu. Ia keluar bersama beberapa orang pengikut dengan
membawa mutiara, permata dan hadiah-hadiah berharga lainnya untuk diserahkan kepada
Hulagu Khan. Hadiah-hadiah itu dibagi-bagikan Hulagu kepada para panglimanya.
Keberangkatan khalifah disusul oleh para pembesar istana yang terdiri dari ahli fikir dan
orang-orang terpandang. Tetapi, sambutan Hulagu Khan sungguh di luar dugaan khalifah.
Apa yang dikatakan wazirnya ternyata tidak benar. Mereka semua, termasuk wazir sendiri,
dibunuh dengan leher dipancung secara bergiliran. Dengan pembunuhan kejam ini,
berakhirlah kekuasaan Abbasiyah di Baghdad. Kota Baghdad sendiri dihancurkan rata dengan
tanah, sebagaimana kota-kota lain yang dilalui tentara Mongol tersebut. Peristiwa ini terjadi
pada tanggal 10 Pebruari 1258. Dengan demikian, untuk pertama kalinya dalam sejarah,
dunia muslim terbengkalai tanpa khalifah yang namanya biasa disebut dalam salat Jum’at.
Walaupun sudah dihancurkan, Hulagu Khan memantapkan kekuasaannya di Baghdad
selama dua tahun, sebelum melanjutkan gerakan ke Syiria dan Mesir. Dari Baghdad pasukan
Mongol menyeberangi sungai Euphrat menuju Syiria, kemudian melintasi Sinai, Mesir. Pada
tahun 1260 mereka berhasil menduduki Nablus dan Gaza. Panglima tentara Mongol,
Kitbugha, mengirim utusan ke Mesir meminta supaya Sultan Qutuz yang menjadi raja
kerajaan Mamalik di sana menyerah. Permintaan itu ditolak oleh Qutuz, bahkan utusan
Kitbugha dibunuhnya.
Tindakan Qutuz ini menimbulkan kemarahan di kalangan tentara Mongol.
Kitbugha[36] kemudian melintasi Yordania menuju Galilie. Pasukan ini bertemu dengan
pasukan Mamalik yang dipimpin langsung oleh Qutuz dan Baybars di ‘Ain Jalut.
Pertempuran dahsyat terjadi, pasukan Mamalik berhasil menghancurkan tentara Mongol, 3
September 1260.
Baghdad dan daerah-daerah yang ditaklukkan Hulagu selanjutnya diperintah oleh
dinasti Ilkhan. Daerah yang dikuasai dinasti ini adalah daerah yang terletak antara Asia Kecil
di barat dan India di timur, dengan ibukotanya Tabriz. Umat Islam, dengan demikian,
dipimpin oleh Hulagu Khan. Hulagu meninggal tahun 1265 dan diganti oleh anaknya, Abaga
(1265-1282) yang masuk Kristen. Pada masa Abaga bangsa dinasti Ilkhan bersekutu dengan
orang-orang Salib, penguasa Kristen Eropa, Armenia Cicilia untuk melawan Mamluk dan
keturunan saudara-saudaranya dari dinasti Horde Keemasan (Golden Horde) yang telah
bersekutu dengan Mamluk, penguasa muslim yang berpusat di Mesir , Dari sini tampak

bahwa adanya hubungan erat antara orang-orang Mongol dengan orang-orang Nasrani yang
ingin menghancurkan Islam.
Ahmad Teguder (1282-1284), raja ketiga dinasti Ilkhan yang pertama kali masuk
Islam. Karena masuk Islam, Ahmad Teguder ditantang oleh pembesar-pembesar kerajaan
yang lain. Akhirnya, ia ditangkap dan dibunuh oleh Arghun yang kemudian menggantikannya
menjadi raja (1284-1291). Raja dinasti Ilkhan yang keempat ini sangat kejam terhadap umat
Islam. Banyak di antara mereka yang dibunuh dan diusir.
Selain Teguder, Mahmud Ghazan (1295-1304), raja yang ketujuh, dan raja-raja
selanjutnya adalah pemeluk agama Islam. Dengan masuk Islamnya Mahmud Ghazan
sebelumnya beragama Budha Islam meraih kemenangan yang sangat besar terhadap agama
Syamanisme. Sejak itu pula orang-orang Persia mendapatkan kemerdekaannya kembali. Dari
sini terlihat bahwa meskipun wilayah Islam secara politis telah ditaklukkan dan dikuasai oleh
dinasti Ilkhan, tetapi akhirnya Mongol sendiri terserap ke dalam kultur Islam. Sehingga para
raja-raja dinasti Ilkhan akhirnya memeluk agama Islam.
Berbeda dengan raja-raja sebelumnya, Ghazan mulai memperhatikan per-kembangan
peradaban. Ia seorang pelindung ilmu pengetahuan dan sastra. Ia amat gemar kepada
kesenian terutama arsitektur dan ilmu pengetahuan seperti astronomi, kimia, mineralogi,
metalurgi dan botani. Ia membangun semacam biara untuk para darwis, perguruan tinggi
untuk mazhab Syafi’i dan Hanafi, sebuah perpustakaan, observatorium, dan gedung-gedung
umum lainnya. Ia wafat dalam usia muda, 32 tahun, dan digantikan oleh Muhammad
Khubanda Uljeitu (1304-1317), seorang penganut Syi’ah yang ekstrim. Kerajaan Ilkhan yang
didirikan Hulagu Khan ini terpecah belah sepeninggal Abu Sa’id. Masing-masing pecahan
saling memerangi. Akhirnya, mereka semua ditaklukkan oleh Timur Lenk.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah kejayaan dan keemasan Islam dibumihanguskan dalam masa kurang lebih 5
tahun. Hal ini ditandai dengan adanya serangan yang dilakukan oleh Hulagu Khan sejak 1253
ke wilayah Baghdad (pusat pemerintahan bani Abbasiyah) hingga 1258. Serangan Mongol
(Jenghis Khan) bermula dari perampasan dan pembunuhan oleh Gubernur Utrar terhadap
para pedagang bangsa Tartar pada 615 H./1219 M. dengan tuduhan mata-mata Mongol.
Disamping memang sudah menjadi tabiat orang Mongol yang suka berperang ditambah lagi
dengan dorongan faktor ekonomi. Sehingga perluasan wilayah pun dilakukan oleh Mongol.
Dan sampai akhir masa Jenghis Khan (1162-1227) wilayah kekuasaan Mongol meliputi;
Tiongkok, Asia Tengah, Persia, dan Mongolia.
Sebelum Jenghis Khan meninggal, dia membagi wilayah kekuasaannya kepada 4
orang putranya. Pertama, Juchi anaknya yang sulung mendapat wilayah Siberia bagian barat
dan stepa Qipchaq yang membentang hingga ke Rusia Selatan, di dalamnya terdapat
Khawarizm. Kedua, Chagatai ditugasi untuk menguasai daerah Illi, Ergana, Ray, Hamazan
dan Azerbeijan. Ketiga, Ogotai mempunyai wilayah di Pamirs dan Tien Syan. Keempat, Tuli
(Toluy) anak terakhir Jenghis Khan ini mendapat bagian wilayah Mongolia sendiri.
Hulagu Khan (1217 – 8 February 1265) anak dari Tuli, merupakan orang kedua
Mongol yang memimpin pasukan berkekuatan besar untuk membasmi kelompok Pembunuh
(Hasyasyin) dan menyerang kekhalifahan Abbasiyah. Pada 10 Pebruari 1258, anak buah
Hulagu membumihanguskan Baghdad sehingga rata dengan tanah. Sehingga masa keemasan
dan kejayaan Islam (Abbasiyah) hancur dalam kurun waktu hanya 5 tahun.
Namun, akhirnya Ahmad Teguder (1282-1284) dan Mahmud Ghazan (1295-1304),
dan raja-raja selanjutnya adalah pemeluk agama Islam. Dengan masuk Islamnya Mahmud
Ghazan —sebelumnya beragama Budha— Islam meraih kemenangan yang sangat besar
terhadap agama Syamanisme. Sejak itu pula orang-orang Persia mendapatkan kemerdekaannya kembali.
Potret peradaban Islam pada masa Dinasti Ilkhan tidak benar selamanya suram.
Kendatipun pada awalnya kehadirannnya kerap dikatakan sebagai sebagai dinasti pembawa
bencana, namun dalam perjalanan sejarahnya dinasti ini telah memiliki andil di dalam upaya
membangun dan mengembangkan peradaban Islam, terutama sekali setelah dinasti ini
diperintah oleh raja-rajanya yang memeluk agama Islam.

Pada masa Dinasti Ilkhan dipegang oleh raja-raja yang telah memeluk Islam
peradaban Islam berkembang dengan pesat, sekalipun tidak dapat dipersamakan dengan
periode sebelumnya. Hal ini terlihat dari masih banyak berbagai bentuk khazanah
peninggalan peradaban yang ditinggalkan pada periode ini. Ini telah mengindikasikan bahwa
para penguasa Muslim Mongol dari dinasti ini banyak memberikan perhatian terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan dan infrastruktur masyarakat, bahkan peradaban Islam.

DAFTAR PUSTAKA
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve,
cet.IX, 2001.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet.VII, 1998
Harun, Maidir & Firdaus. Sejarah Peradaban Islam. Padang: IAIN-IB Press, jld.2, 2002.