PEMBERDAYAAN MEDIA KOMIK ILMU PENGETAHUAN ALAM

PKMP-1-3-1

PEMBERDAYAAN MEDIA KOMIK ILMU PENGETAHUAN ALAM
(KOLAM) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP IPA
Netty, Roseswinda, Jummita Sari, Ika Ichwani Y
Biologi/Pendidikan Biologi, UNP, Padang
ABSTRAK
Salah satu mata pelajaran yang wajib dikuasai siswa Sekolah Dasar adalah Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA). Namun pada kenyataannya siswa SD mengalami
kesulitan dalam mempelajarinya bahkan mereka merasa pelajaran IPA
merupakan hafalan yang berat dan sulit. Buku-buku pelajaran IPA yang
seharusnya mereka baca tampaknya juga belum mampu menarik minat mereka
untuk belajar. Republika (2003) mengatakan bahwa sebagian besar siswa lebih
menyukai bacaan hiburan seperti komik dibandingkan buku pelajaran. Oleh
karena itu kami mencoba untuk memberikan solusi dengan merancang dan
menerapkan media pengajaran berupa Komik Ilmu Pengetahuan Alam (KOLAM)
untuk memotivasi serta meningkatkan pehamaman konsep IPA bagi siswa SD.
Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan rancangan penelitian Randomized
Control Group Only Design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas V
dan VI SDN 24 Parupuk Tabing Padang. Diperoleh sampel penelitian yaitu kelas
VA dan VIB sebagai kelas kontrol sedangkan kelas VB dan VIC sebagai kelas

eksperimen. Data dianalisis dengan uji normalitas, uji homogenitas dan uji
hipotesis. Instrumen penelitian terdiri atas tes hasil belajar, angket motivasi dan
lembar observasi. Setelah dilaksankan tes hasil belajar dan dianalisis dengan
menggunakan uji t, diperoleh t hitung >t tabel , berarti terdapat perbedaan antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Grafik observasi menunjukkan bahwa
aktivitas positif lebih tinggi daripada kelas kontrol sedangkan aktivitas negatif
tidak berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil angket
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa lebih setuju dengan pernyataan positif
dan tidak setuju dengan pernyataan negatif. Dapat disimpulkan bahwa media
KOLAM dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada konsep IPA
Kata Kunci: Media Komik, Komik Ilmu Pengetahuan Alam (KOLAM), Konsep
IPA
PENDAHULUAN
Kebutuhan akan Sumber Daya Manusia yang handal di era teknologi dan
globalisasi saat ini sangat dibutuhkan untuk menghadapi persaingan disegala sisi
kehidupan. Salah satu sektor strategis yang perlu ditingkatkan yaitu bidang
pendidikan. Dengan adanya program Wajib Belajar sembilan tahun (Wajar 9
Tahun) yang diinstruksikan oleh pemerintah Indonesia diharapkan mampu
menjadi titik awal pencerdasan kehidupan bangsa. Wajar 9 tahun terdiri dari dua
jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Usaha peningkatan mutu

pendidikan khususnya pada tingkat dasar sangat mempengaruhi kualitas SDM
Indonesia pada jenjang pendidikan selanjutnya.
Salah satu mata pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa sekolah dasar
adalah ilmu pengetahuan alam. Sukadi (2003, hal 38) menyatakan bahwa, belajar

PKMP-1-3-2

IPA dapat membantu siswa berfikir logis tentang peristiwa sehari-hari, disamping
itu juga memberi peluang agar siswa mampu mengembangkan lingkungannya
secara logis dan sistematis. Pada hakikatnya mempelajari konsep IPA bukan
sekedar menghafal teori-teori saja, tetapi juga diharapkan dapat mengembangkan
keterampilan seperti percobaan-percobaan sederhana.
Meskipun telah banyak dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan hasil
belajar dan aktivitas belajar dengan cara melakukan berbagai penelitian
eksperimen dan tindakan kelas untuk PBM IPA namun hingga saat ini IPA masih
dianggap sebagai pelajaran hafalan yang monoton, sehingga masih belum
menunjukan hasil yang memuaskan. Sebagian siswa cenderung menganggap IPA
adalah mata pelajaran yang sulit dipahami, hal ini dapat dilihat dari perolehan
nilai UAN maupun semester yang rendah.
Kualitas pendidikan ditentukan oleh berbagai faktor. Diantaranya mencakup

kompetensi guru, fasilitas untuk penunjang PBM IPA seperti media, kurikulum,
dan faktor siswa itu sendiri. Pada saat ini perlu disadari bahwa kemampuan guru
dalam menciptakan iklim belajar yang menyenangkan seperti pengadaan media
belajar yang menarik masih kurang. Disisi lain siswa pun kurang menyukai
bacaan-bacaan pada buku paket IPA sebagai buku sumber. Sangat dibutuhkan
sebuah usaha untuk mengatasi hal ini seperti menemukan dan mengembangkan
media belajar yang tepat, efektif dan mampu membangkitkan semangat belajar
siswa.
Menurut Chaeruddin (2004:20) ada dua aspek yang paling menonjol dalam
metodologi pembelajaran yaitu metode pembelajaran dan media pembelajaran.
Wibowo (1991:8) menyatakan bahwa media adalah pembawa pesan (dapat berupa
benda atau orang) kepada penerima pesan. Psikolog Ebbinghans dalam
Chaeruddin (2004:20) mengatakan bahwa materi pelajaran di dalam ingatan siswa
yang diransang dengan media tepat guna dapat bertahan lebih lama karena sifat
sifat media mempunyai daya stimulus yang kuat. Mengacu pada pendapat di atas
maka jelaslah betapa pentingnya penggunaan media khususnya dalam memahami
konsep IPA SD. British Audio Visual Assosition dalam Budiningsih (1995:30)
mengatakan bahwa ternyata 75% pengetahuan diperoleh dari indera penglihatan.
Berkenaan dengan hal ini Faridi (2002) mengungkapkan bahwa ilmuwan syaraf
mengemukakan bahwa 90% masukan otak berasal dari sumber

visual(penglihatan). Jelaslah bahwa belajar dengan memanfaatkan indera
penglihatan seperti bacaan dengan gambar-gambar yang menarik lebih besar
pengaruhnya.
Saat ini salah satu bacaan yang sangat diminati siswa adalah komik.
Republika (2003) menyatakan bahwa sebagian besar siswa lebih menyukai bacaan
komik dibandingkan buku-buku pelajaran. Mereka sanggup bertahan lama hanya
sekedar membaca komik dan menikmati hiburan yang ada di dalamnya. Alangkah
lebih baiknya bila komik tersebut mampu menyajikan hiburan sekaligus bahan
pelajaran yang dapat menunjang prestasi belajar siswa. Oleh karena itu peneliti
mencoba untuk memasukkan konsep IPA dalam bentuk komik sehinga konsep
tersebut menjadi mudah dicerna, dipahami dihafal dan diingat. Kegiatan ini
dilaksankan di SD mengingat pada usia ini umumnya imajinasi mereka sangat
tinggi, sehingga diharapkan dapat memicu semangat mereka dalam belajar IPA.
Kurniawan (2001:260) mengatakan bahwa sebuah komik dapat dikatakan sebuah
media pembelajaran jika di dalam komik tersebut terkandung pesan-pesan yang

PKMP-1-3-3

mempunyai tujuan tertentu. Dari hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan
oleh Muhammad Iqbal dalam Republika (2003) telah menerapkan penggunaan

komik sebagai media pembelajaran matematika SD. Ternyata usaha ini mampu
membangkitkan motivasi dan pandangan positif siswa terhadap matematika.
Selanjutnya Netty (2005) telah melakukan penelitian penggunaan Komik Biologi
di SMUN 2 IV Angkat Candung Bukittinggi dengan hasil dapat meningkatkan
hasil belajar siswa secara signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Di tingkat SLTP
juga pernah dilakukan penelitian oleh Nugroho (2003) yang berjudul Pengaruh
Penggunaan Media Kartun Fisika terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas I SLTPN 3
Batusangkar. Dengan hasil penelitian terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada
taraf kepercayaan 95%. Pada kesempatan kali ini peneliti memperkenalkan sebuah
media belajar IPA yaitu KOLAM (Komik Ilmu Pengetahuan Alam) sebagai salah
satu media alternatif yang menarik dan tidak membosankan dalam mempelajari
konsep IPA. Bertitik tolak dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas
sedikitnya ada tiga masalah yang dapat diidentifikisasi sebagai berikut:
1. Kecendrungan siswa SD menganggap pelajaran IPA adalah pelajaran yang
membosankan
2. Kurangnya minat baca siswa SD terhadap buku pelajaran IPA dibandingkan
dengan bacaan hiburan
3. Guru IPA SD kurang menyediakan dan menerapkan media belajar yang
kreatif dan menyenangkan bagi siswa
4. Guru IPA SD belum menerapkan komik dalam pembelajaran IPA

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka masalah
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Sejauh manakah perbedaan hasil belajar IPA antara pembelajaran
menggunakan KOLAM dengan pembelajaran biasa
2. Sejauh manakah perbedaan motivasi belajar IPA antara pembelajaran
mengunakan KOLAM dengan yang menggunakan pembelajaran biasa.
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah
merancang dan menerapkan media pengajaran berupa Komik Ilmu Pengetahuan
Alam (KOLAM) di Sekolah Dasar.
Setelah penelitian ini berakhir diharapkan dapat:
1. Memperkaya media alternatif yang dapat digunakan dalam proses kegiatan
belajar mengajar IPA
2 Menjadi bahan pertimbangan bagi guru-guru SD dalam kegiatan belajar
kegiatan mengajar sebagai alat bantu pengajaran
Metode Pendekatan
Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental dengan rancangan
penelitian Randomized Control Only Design. Populasi adalah seluruh siswa kelas
V SD Negeri 24 Parupuk Tabing untuk penelitian kelas V dan seluruh siswa kelas
VI SD Negeri 24 Parupuk Tabing untuk penelitian kelas VI. Untuk mengambil
sampel digunakan teknik Purposive Sampling di mana peneliti menggunakan

pertimbangan tertentu sehingga didapatkan satu kelas eksperimen dan satu kelas
kontrol. Dari nilai tes awal IPA yang diberikan pada dua kelas yaitu kelas VA dan
VB diperoleh rata-rata untuk kelas VB=5,8 dan VA=5,5. Setelah dilakukan uji
2

PKMP-1-3-4

normalitas dan uji kelas sampel untuk kelas
VB didapatkan S

=4,10; L o
=0,0898

PKMP-1-3-5

dan L t =0,1476. Karena L 0 0.30

3.
Validitas
Tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur.

Ada tiga jenis validitas yang digunakan dalam menyusun instrumen. Yaitu
validitas isi (content validy), validitas bangun pengertian (construct validity),
validitas ramalan (prediktif validity). Dalam menyusun instrumen penelitian ini
berpedoman pada validitas isi. Yaitu soal yang digunakan disusun berpedoman
pada GBPP untuk mata pelajaran IPA kelas V dan VI dengan membuat kisi-kisi
soal.
4.
Reliabilitas
Reliabilitas merupakan ketepatan suatu tes apabila digunakan kepada subjek yang
sama. Untuk menentukan indeks reliabilitas tes menggunakan rumus Kudar
Richardson (KR-21) yang dikemukakan oleh Arikunto (1992:98)

⎡ n ⎡ M (n − M ) ⎤


r 11 =
2
⎥ ⎢1



nS
⎣n− ⎣
⎢ 1⎦
∑ X
dengan M= N
2

S =



X − (∑

X

)/N
N

adalah


Keterangan:
r 11 : Reliabilitas tes secara
keseluruhan n : Jumlah butir soal
M : Rata-rata skor tes
2
S : Varians total
Tingkat reliabilitas soal yang dikemukakan oleh Slameto (1988:215)

Table 3. Klasifikasi indeks reliabilitas soal (r 11 )
No
1
2
3
4
5

Indeks reliabilitas
0.00-0.20
0.21-0.40
0.41-0.60

0.61-0.80
0.81-1.00

klasifikasi
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi

3. Angket
Angket untuk menambah tingkat kepercayaan terhadap hasil observasi
yang diperoleh. Angket terdiri dari 18 item dan kemudian dianalisis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah melakukan penelitian ini peneliti menghasilkan kumpulan KOLAM
kelas V dan VI SD. Kolam kelas V SD terdiri atas dua materi yaitu Penyesuaian
Diri Makhluk Hidup dan Tumbuhan Hijau, sedangkan KOLAM VI SD terdiri atas
tiga materi yaitu Perkembangbiakan Makhluk Hidup, Populasi, dan Indera.

Setelah dilaksankan tes hasil belajar di kelas V diperoleh nilai rata-rata kelas
eksperimen 21.7 dan kelas kontrol 17,25. Hasil ini kemudian dianalisis dengan uji
normalitas, uji homogenitas dan uji kesamaan dua rata-rata. Dari hasil tersebut
didapatkan t hitung >t tabel , berarti terdapat perbedaan antara kelas eksperimen
dengan kelas kontrol. Sedangkan untuk kelas VI untuk tes I diperoleh rata-rata
kelas eksperimen 18,73 dan kelas kontrol 15,58, dan untuk tes II diperoleh nilai
rata-rata kelas eksperimen 15.6 dan kelas kontrol 12,8. Hasil ini kemudian
dianalisis dengan uii normalitas, uji homogenitas dan uji kesamaan dua rata-rata.
Dari hasil didapatkan t hitung >t tabel . Berarti terdapat perbedaan antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
Dari pengamatan terlihat anemo siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar meningkat setelah diberikan perlakuan berupa media KOLAM. Pada
saat pertama kali KOLAM diberikan siswa menanggapi dengan sangat antusias.
Hal ini tampak dari perilaku siswa yang saling berebut untuk mendapatkan komik.
KOLAM dibagikan kepada siswa dalam bentuk lembaran – lembaran sesuai
dengan materi yang akan dipelajari. KOLAM dapat dibawa pulang oleh masing –
masing siswa.
Dalam pelaksanaannya pada saat proses belajar mengajar berlangsung
peneliti sebagai guru memberikan materi terlebih dahulu, setelah itu dilanjutkan
dengan membaca komik. Materi yang telah diajarkan dapat dijumpai pada komik
yang mereka dapatkan. sehingga penjelasan di dalam KOLAM dapat menambah
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan.
Pada umumnya siswa sangat tertarik dengan adanya KOLAM. Hal ini tergambar
dari komentar siswa seperti, meminta agar KOLAM diberikan setiap kali belajar
IPA, juga ada yang meminta KOLAM untuk materi pelajaran lain yang belum
diajarkan. Banyak siswa yang berkomentar positif seperti :
“Ee….. rancak mah buk, baraja jo KOLAM ko”, yang artinya wah bagus ya buk,
belajar dengan KOLAM ini.
“Banyak – banyak se lah buek komik IPA ko buk, Awak suko mambaconyo”,
artinya banyak – banyak buat komik IPA ya buk, saya suka membacanya.
“Bisuak agiah komik baliak yo buk” artinya besok minta lagi komiknya ya buk.
“Komiknyo buek panjang-panjang caritonyo yo buk” artinya Cerita komiknya
dipanjangkan ya buk.
Jika dilihat dari tes akhir berupa tes hasil belajar yang diberikan tampak
bahwa nilai rata – rata kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Berarti
ada pengaruh komik yang diberikan. Dari hasil observasi yang dilaksanakan
tampak bahwa aktivitas positif pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas kontrol. Sedangkan aktifitas negatif hampir sama ditunjukkan pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini disebabkan psikologi siswa seumuran
SD yang masih kurang mempunyai tanggung jawab dalam belajar. Selain itu
peneliti juga menyebarkan angket di kelas eksperimen, dimana hasilnya sebagian
besar siswa lebih setuju dengan pernyataan positif dibanding pernyataan negatif
sebagaimana yang terlihat seperti di bawah ini.
Dari grafik diatas terlihat bahwa perbedaan antara kelas eksperimen dan
kontrol tampak pada pernyataan 3,4,5,6,7. Pernyataan 3,4,5 adalah pernyataan
positif. Dan pernyataan 1,2,6 dan 7 adalah pernyataan negatif. sPernyataan 6,7
pada kelas eksperimen juga tampak tinggi sedikit, hal ini disebabkan karena
psikologi siswa SD

yang kurang bertanggungjawab terhadap pembelajarannya. Pada pernyataan 1 dan
2 tidak terdapat perbedaan mencolok diantard keduanya.

Gambar. 2. Grafik Observasi Motivasi Siswa Kelas VI

Dari grafik diatas terlihat bahwa perbedaan antara kelas eksperimen dan
kontrol tampak pada pernyataan 3,4,5,6,. Pernyataan 3,4,5 adalah pernyataan
positif. Dan pernyataan l,2,6,dan 7 adalah pernyataan negatif. Pernyataan 6 pada
kelas eksperimen juga tampak tinggi sedikit, hal ini disebabkan karena psikologi
siswa SD yang kurang bertanggungjawab terhadap pembelajarannya. Pada
pernyataan 1, 2dan7 tidak terdapat perbedaan mencolok diantara keduanya.

Gambar 3. Lokasi Penelitian.

PKMP-1-3-1

Tabel 3 Analisis angket motivasi siswa kelas VI
No SS
1
4
2
4
3
4
4
4
5
4
6
4
7
4
8
4
9
4
10
1
11
4
12
4
13
4
14
4
15
4
16
4
17
4
18
4

f
27
7
8
15
28
26
27
14
18
26
3
14
1
21
15
4
23
20

ssxf
104
24
28
56
108
100
104
52
68
100
3
52
1
80
56
16
88
76

S

f
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3

4
11
11
11
1
4
4
7
8
4
3
10
0
7
10
8
7
9

Sxf
12
33
33
33
3
12
12
21
24
12
6
30
0
21
30
24
21
27

TS
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
3
2
2
2
2
2

Tabel 3 Analisis angket motivasi siswa kelas VI
No SS
f
ssxf S
f
Sxf TS
1
4
32
128
3
4
12
2
2
4
23
92
3
10
30
2
3
4
29
116
3
2
6
2
4
4
27
108
3
7
21
2
5
4
25
100
3
8
24
2

f
0
13
9
5
2
0
0
6
5
1
17
6
19
2
4
8
26
2
f
0
3
3
2
2

TSxf STS
0
1
26
1
18
1
10
1
4
1
0
1
0
1
12
1
10
1
2
1
51
4
12
1
57
4
4
1
8
1
26
1
2
1
4
1
TSxf STS
0
1
6
1
6
1
4
1
4
1

f
0
0
3
0
0
1
0
4
0
0
8
1
6
1
2
6
0
1

f
0
0
2
0
1

STSxf Jumlah
0
120
0
87
3
86
0
103
0
119
1
117
0
120
4
93
0
106
0
118
32
92
1
99
24
82
1
110
2
100
6
72
0
115
1
112

STSxf Jumlah
0
140
0
128
2
130
0
133
1
129

% motivasi
96.77
70.16
69.35
83.06
95.97
94.35
96.77
75.00
85.48
95.16
74.19
79.84
66.13
88.71
80.65
58.06
92.74
90.32

% motivasi
97.22
88.89
90.28
92.36
89.58

Keteangan
Sangat kuat
Kuat
Kuat
Sangat Kuat
Sangat Kuat
Sangat Kuat
Sangat Kuat
Kuat
Sangat Kuat
Sangat Kuat
Kuat
Kuat
Kuat
Sangat Kuat
Sangat Kuat
Cukup
Sangat Kuat
Sangat Kuat

Keteangan
Sangat Kuat
Sangat Kuat
Sangat Kuat
Sangat Kuat
Sanagt Kuat

PKMP-1-3-2

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

4
4
4
4
4
1
4
1
4
4
4
4
4

31
29
14
19
27
3
35
3
24
18
13
28
32

124
116
56
76
108
3
140
3
96
72
52
112
128

3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3

5
7
8
12
8
2
1
1
10
9
4
7
3

15
21
24
36
24
4
3
2
30
27
12
21
9

2
2
2
2
2
3
2
3
2
2
2
2
2

0
0
11
5
0
28
0
24
2
13
1
1

0
0
22
10
2
84
0
72
4
10
26
2
2

1
1
1
1
1
4
1
4
1
1
1
1
1

0
0
3
0
0
3
0
8
0
4
6
0
0

0
0
3
0
0
12
0
32
0
4
6
0
0

139
137
105
122
134
103
143
109
130
113
96
135
139

96.52
95.14
72.92
84.72
93.06
71.53
99.30
75.69
90.23
78.47
66.67
93.75
96.53

Sanagt Kuat
Sangat Kuat
Kuat
Sangat Kuat
Sangat Kuat
Kuat
Sangat Kuat
Kuat
Sangat Kuat
Kuat
Kuat
Sangat Kuat
Sangat
Kuats

PKMP-1-3-1

KOLAM ini dapat membuat siswa merasa terhibur, dengan gambarnya yang
menarik,dan ceritanya yang sesuai dengan kehidupan mereka sehari-hari. Hal ini
tampak saat komik dibaca, mereka ikut tersenyum bahkan tertawa bila ada percakapan
dan kondisi yang lucu pada KOLAM. Setelah KOLAM dibaca ada sebagian siswa yang
mewarnai sendiri KOLAM sehingga dapat menyalurkan bakat menggambarnya. Karena
media komik ini ternyata cukup ampuh diterapkan di Sekolah Dasar, semoga ada
penelitian lebih lanjut untuk menerapkan komik pada mata pelajaran lain
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Dari perolehan nilai rata-rata hasil belajar IPA pada kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol, setelah dilakukan uji statistik dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan media KOLAM lebih baik dari
pembelajaran biasa.
2. Pembelajaran dengan menggunakan media KOLAM dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa.
Bertitik tolak dari kesimpulan di atas maka dapat dikemukakan beberapa saran:
1. Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA
diharapkan guru SD dapat menggunakan KOLAM.
2. Penelitian ini dilakukan di SD, maka untuk memperoleh hasil yang lebih baik
diharapkan penelitian juga dilakukan pada jenjang pendidikan selanjutnya.
3. Kepada para komikus diharapkan kerja samanya untuk dapat mengembangkan
komik pembelajaran pada mata pelajaran lainnya.
4. Kepada penerbit buku agar dapat menerbitkan komik-komik ilmu pengetahuan
dalam rangka mencerdaskan anak bangsa dan memperkaya khasanah media
alternatif pendidikan
Berikut kami tampilkan cuplikan komik Ilmu Pengetahuan Alam

12

DAFTAR PUSTAKA
Gambar 5. Contoh Komik IPA.

PKMP-1-3-2

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.1996. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Budiningsih, Asri. 1995. Intensitas Penggunaan Media IPA di SD. Jurnal Pendidikan
no.I tahun XXV. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP.
Chaeruddin. 2004. Media Membantu Mempertinggi Mutu Proses Belajar. Buletin Pusat
Perbukuan Vol. 10. Jakarta: Depdiknas.
Faridi, Salman. 2002. Komik Sebagai Media yang Mengasyikkan. Majalah Sabili no. 16.
Jakarta.
Kurniawan, Agus. 2001. Pemanfaatan Komik Sebagai Salah Satu Sumber Belajar.
Jakarta: UT.
Netty. 2005. Pengaruh Penggunaan Media Komik Biologi Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas II SMU Negeri I Angkat Candung Tahun Pelajaran 2005. Padang:
Skripsi
Nugroho, Sari Dewi. 2003. Pengaruh Pengunaan Media Kartun Fisika Terhadap Hasil
Belajar Siswa Kelas 1 SLTPN 3 Batusangkar. Padang: Skripsi.
Sukandi, Ujang. 2003. Belajar Aktif dan Terpadu. Surabaya: Duta Graha Pustaka.
Republika.14 November 2003. Mengajar Matematika dengan Komik. (on line).
http://www.republika.co.id/, diakses 23 oktober 2004.
Wibowo, Basuki.1991. Media Pengajaran. Jakarta:
Depdikbud.