T1 212011022 Full text

(1)

ALOKASI PENDAPATAN,

CONSCIENTIOUSNESS

DAN

FAKTOR DEMOGRAFIS TERHADAP

IMPULSIVE BUYING

Sara Fransisca Setiawan

Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

PENDAHULUAN

Akhir-akhir ini banyak sorotan masyarakat yang ditujukan kepada guru. Sejak tahun 2008 terdapat peraturan bahwa guru yang sudah mendapatkan sertifikasi berhak menerima tambahan insentif satu kali gaji pokok setiap bulannya. Semula gaji guru pas-pasan sekarang menjadi lebih tinggi dibanding penghasilan pegawai negeri lainnya. Sebenarnya kenaikan insentif tersebut tidak melekat begitu saja kepada guru, akan tetapi lebih condong ke penghargaan pemerintah yang diberikan kepada guru (induksiguru.wordpress.com).

Akan tetapi, program sertifikasi guru yang mengalami kenaikan gaji ini malah dijadikan sebagai proyek pendapatan kekayaan tanpa tuntutan kinerja yang lebih baik (pemudapembaharu.wordpress.com). Kenaikan gaji yang diberikan tersebut membuat guru memiliki pola hidup yang cenderung lebih konsumtif, sehingga jumlah gaji sebesar apapun akan habis untuk pengeluaran konsumtif (www.sinarharapan.com).


(2)

Menurut Anggasari (1997) perilaku konsumtif merupakan suatu tindakan membeli barang-barang yang kurang atau bahkan tidak diperlukan sehingga sifatnya menjadi berlebihan. Perilaku konsumtif erat kaitannya dengan perilaku impulsive buying yang saat ini kerap dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Perilaku impulsive buying merupakan pembelian barang - barang yang tidak direncanakan terlebih dahulu (Rook&Fisher,1995). Banyak orang meyakini bahwa pembelian impulsif pada dasarnya dapat dikategorikan sebagai perilaku yang salah, tetapi bukti dilapangan menunjukkan bahwa banyak pembelian atas serangkaian produk yang dibeli atas dasar pembelian impulsif (Gutierrez, 2004).

Berdasarkan pada beberapa fakta serta penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa memang benar jika terjadi kenaikan pendapatan pada seseorang maka akan menyebabkan orang tersebut menjadi lebih konsumtif yang kemudian mendorong kearah perilaku impulsive buying. Hal ini diduga dapat terjadi karena adanya ketidakmampuan seseorang dalam mengelola kondisi keuangannya saat terjadi kenaikan pendapatan secara tiba-tiba. Perilaku impulsive buying yang terjadi secara terus menerus akan membawa dampak buruk bagi kondisi keuangan si pelaku dan berakibat pada menumpuknya barang karena pembelian yang dilakukan tanpa rencana terjadi secara terus menerus.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan pembelian impulsif menurut Loudon&Bitta (1993) yaitu meliputi : produk, pemasaran dan marketing, serta karakteristik individu yang termasuk didalamnya adalah kepribadian individu. Kepribadian merupakan respon yang konsisten terhadap stimulus


(3)

lingkungan (Engel & Blackwell, 1995). Abdul Rafi (2004) menyatakan bahwa kepribadian adalah sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain, integrasi karakteristik dari struktur-struktur pola tingkah laku, minat, pendirian, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang, segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain. Kepribadian individu akan mempengaruhi persepsi dan pengambilan keputusan dalam membeli (Anwar, 2005). Maenpa dan Dittmar (dalam Buendicho, 2003), mengusulkan bahwa identitas kepribadian dapat dihubungkan dengan pembelian impulsif.

Setiap orang pasti memiliki kepribadian unik yang membedakannya dengan orang lain sehingga individu dapat digolongkan kedalam tipe kepribadian tertentu. Berbagai macam tipe kepribadian yang berbeda dapat berpengaruh dan berperan aktif dalam aktivitas sehari- harinya, termasuk pola pembelian oleh individu tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa kepribadian memainkan peran penting dalam perilaku pembelian.

Pada penelitian ini akan mencoba menggunakan metode pengukuran kepribadian berdasarkan dimensi big five personality yang sebelumnya telah dilakukan oleh Verplanken&Herabadi (2001), yaitu terdiri dari neuroticism, extraversion, openness to experience, agreeableness, dan conscientiousness. Berdasarkan penelitian tersebut dimensi yang berpengaruh terhadap impulsive buying adalah neuroticism, extraversion, openness dan conscientiousness. Disamping itu, jika disesuaikan dengan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu guru


(4)

bersertifikasi di wilayah Kabupaten Jepara yang rata-rata telah memiliki usia cukup tua, berdasarkan karakteristik – karakteristik yang ada ternyata tidak semua dimensi memiliki hubungan dengan perilaku impulsive buying. Hanya ada satu dimensi, yaitu dimensi conscientiousness yang dianggap memiliki karakteristik yang dapat memiliki hubungan dengan impulsive buying. Oleh karena itu, pada penelitian ini ingin mencoba menguji kembali bagaimana pengaruh kepribadian yang diukur berdasarkan big five personality, khususnya dimensi conscientiousness terhadap impulsive buying dengan menggunakan sampel yang berbeda.

Kemudian selain faktor kepribadian, faktor internal lainnya yang tergolong dalam faktor demografis yang dapat berpengaruh terhadap pembelian impulsif adalah usia dan pendapatan (Mulyono, 2013). Beberapa penelitian mengatakan bahwa semakin tua usia seseorang, maka semakin rendah pula kecenderungan mereka untuk melakukan pembelian impulsif. Sebagian besar dari mereka biasanya telah memiliki perencanaan yang matang sebelum melakukan pembelian dan juga biasanya mereka lebih memilih menggunakan pendapatnnya untuk ditabung. Kemudian jika dilihat dari sisi pendapatan, adalah hal yang wajar jika seseorang yang berpenghasilan tinggi akan cenderung lebih impulsif. Dalam penelitian Babin (dalam Pattipeilohy & Rofiaty,2013) menyatakan bahwa pendapatan menjadi variabel penting yang dapat menciptakan pembelian impulsif. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Babin bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maymand & Ahmadinejab (2011) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara pendapatan terhadap pembelian impulsif.


(5)

Setelah seseorang menerima dana dari pendapatan pribadinya, hal lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara dalam melakukan pengalokasian dana dari pendapatan tersebut. Bagaimanapun pengalokasian pendapatan pribadi merupakan sebuah kenyataan yang harus dihadapi oleh tiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dalam melakukan alokasi pendapatan yang baik akan membuat seseorang mendapatkan manfaat maksimal dari pendapatan yang dimilikinya saat ini serta menjauhkan seseorang dari sifat konsumtif yang erat kaitannya dengan perilaku impulsive buying (Haning, 2012).

Penelitian ini akan mengambil obyek guru yang sudah bersertifikasi yang berada diwilayah Kabupaten Jepara. Hal ini dikarenakan adanya fenomena perubahan pola hidup para guru bersertifikasi di wilayah Kabupaten Jepara yang cenderung lebih memiliki perilaku impulsive buying (www.antarajateng.com). Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka persoalan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah dimensi conscientiousness berpengaruh terhadap impulsive buying ? 2. Apakah usia berpengaruh terhadap impulsive buying ?

3. Apakah pendapatan berpengaruh terhadap impulsive buying ?


(6)

TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Keuangan Pribadi (Personal F inance)

Manajemen keuangan pribadi (Personal Finance) merupakan seni dan ilmu mengelola sumber daya (money) dari unit individual atau rumah tangga (Gitman, 2002). Proses pengelolaan bukanlah suatu hal yang mudah, terdapat beberapa langkah sistematis yang harus diikuti. Pengetahuan akan manajemen keuangan pribadi merupakan langkah awal untuk aplikasi yang tepat ketika kita mengelola uang pribadi.

Pengelolaan keuangan pribadi juga menuntut adanya pola hidup yang memiliki prioritas, karena kekuatan dari prioritas akan berpengaruh terhadap tingkat kedisiplinan seseorang dalam mengelola uangnya (Benson, 2004).

Menurut Warsono (2010) dalam pengelolaan keuangan pribadi terdapat empat bidang yang menjadi kajian pokok yaitu :

1. Penggunaan dana

Pada umumnya setelah bekerja selama satu bulan maka seseorang akan mendapatkan gaji atau upah. Yang menjadi masalah adalah bagaimana perlakuan alokasi dana tersebut untuk memenuhi kebutuhan secara layak. Dalam beberapa literature disebutkan bahwa harus ada prioritas dalam alokasi dana.


(7)

Dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntutan hidup, pada kenyataannya tidak semua pengeluaran sekarang dapat dibelanjai dengan pendapatan ang diperolehnya sekarang. Untuk mengatasi pengeluaran yang besar tersebut maka sumber pembelanjaan yang berasal dari hutang dapat menjadi alternatif yang dapat dipertimbangkan, karena dalam kondisi tertentu sumber pembelanjaan yang berasal dari hutang cukup menguntungkan.

3. Manajemen resiko, jiwa, dan aset

Seseoarang hendaknya memiliki proteksi yang baik untuk tindakan preventif ketika kejadian – kejadian yang tidak terduga terjadi. Hal ini penting karena probabilitas terjadinya peristiwa baik dan buruk adalah sama. Oleh karena itu, dalam bentuk teknisnya maka seseorang diharapkan mengikuti program asuransi.

4. Perencanaan Pensiun

Terdapat empat langkah yang perlu diputuskan dalam perencanaan pensiun, yaitu : menganalisis aset dan kewajiban yang dimiliki, mengestimasi pengeluaran kebutuhan dan menyesuaikannya dengan inflasi, mengevaluasi pendapatan pensiun yang direncanakan, dan meningkatkan pendapatan dengan bekerja paruh waktu. Dengan perencanaan pensiun yang baik, diharapkan seseorang dapat menikmati hidup dalam jangka waktu yang lebih lama.

Pada intinya manajemen keuangan pribadi (personal finance) merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi kegiatan perencaan, analisis, dan pengendalian kegiatan keuangan. Sehingga terdapat dua keputusan utama dalam


(8)

manajemen keuangan pribadi, yaitu bagaimana menggunakan dana (allocation of funds) serta bagaimana mencari pendanaan (raising of funds).

Impulsive Buying

Menurut Loudon&Bitta (1993) Pembelian impulsif merupakan pembelian yang tidak direncanakan secara khusus. Pembelian impulsif sering diidentikkan dengan pembelian yang dilakukan dengan tiba-tiba dan tidak direncanakan, dilakukan ditempat kejadian, dan disertai dengan timbulnya dorongan yang besar serta perasaan senang dan bergairah (Rook&Fisher, 1995). Perilaku pembelian ini dikaitkan dengan pembelian yang tidak memikirkan konsekuensi teradap barang yang telah dibeli, misalnya uang yang dihabiskan untuk pembelian barang yang sebenarnya tidak diperlukan.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa impulsive buying merupakan salah satu jenis dari perilaku membeli, dimana perilaku pembelian ini berhubungan dengan adanya dorongan yang menyebabkan konsumen melakukan pembelian dengan tidak melakukan perencanaan sebelumnya, serta terjadi dengan cepat dan spontan.

Verplanken & Herabadi (2001) mengatakan bahwa terdapat dua elemen penting dalam impulsive buying, yaitu :

1. Kognitif

Elemen ini fokus kepada konflik yang terjadi pada aspek kognitif individu yang meliputi :


(9)

a. Tidak mempertimbangkan harga dan kegunaan suatu produk. b. Tidak melakukan evaluasi terhadap pembelian suatu produk.

c. Tidak melakukan perbandingan produk yang akan dibeli dengan produk lain yang mungkin lebih berguna.

2. Emosional

Elemen ini fokus kepada kondisi emosional individu yang meliputi : a. Timbulnya dorongan perasaan untuk segera melakukan pembelian. b. Timbul perasaan senang dan puas setelah melakukan pembelian.

Menurut Loudon dan Bitta (1993) ada empat tipe dari impulsive buying, yaitu :

1. Pure Impulsive Buying adalah pembelian impulsif yang benar-benar tidak direncanakan karena ada barang yang baru.

2. Reminder Impulsive Buying adalah pembelian yang didasarkan pada pengalaman sebelumnya.

3. Suggestion Impulsive Buying adalah pembelian yang dilakukan ketika pertama kali melihat suatu produk dan mengevaluasi kegunaannya.

4. Planned Impulsive Buying adalah pembelian yang dilakukan karena faktor harga.

Conscientiousness

Kepribadian adalah gaya hidup individu atau cara yang karakteristik mereaksinya seseorang terhadap masalah-masalah hidup, termasuk tujuan hidup (Chaplin, 2001). Sedangkan menurut Abdul Rafi (2004), kepribadian adalah sifat dan


(10)

tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain, integrasi karakteristik dari struktur-struktur pola tingkah laku, minat, pendirian, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang, segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain. Sehingga kepribadian dapat didefinisikan sebagai sifat dan tingkah laku khas individu yang menghasilkan individual differences. Kepribadian individu akan mempengaruhi persepsi dan pengambilan keputusan dalam membeli (Anwar, 2005). Dalam penelitian ini variabel kepribadian akan diukur menggunakan dimensi big five personality.

Big five personality merupakan salah satu teori yang menggambarkan kepribadian individu yang terdiri dari lima dimensi. Kelima dimensi ini mewakili karakteristik-karakteristik khas yang terdapat dalam diri individu. Big Five Personality oleh Costa & McRae dibuat berdasarkan pendekatang yang lebih sederhana. Dalam hal ini peneliti berusaha untuk menemukan unit dasar kepribadian seseorang dengan menganalisa bahasa yang digunakan sehari-hari, yang mudah untuk dimengerti baik oleh para psikolog maupun masyarakat awam (Pervin, 2005).

Kelima dimensi yang tersusun dalam Big Five Personality menurut Costa & McRae (1997) dalam www.rumahbelajarpsikologi.com adalah sebagai berikut : Neuroticisim yang mencakup perasaan-perasaan negatif, seperti kecemasan, kesidihan, mudah marah, dan tegang. Openness to Experience yang menelaskan tentang keleluasaan, kedalaman, serta kompleksitas dari aspek mental dan pengalaman hidup. Extraversion dan Agreeableness yang mencakup tentang


(11)

sifat-sifat interpersonal, yaitu mengenai apa yang dilakukan seseorang dengan dan kepada orang lain. Dimensi yang kelima sekaligus menjadi yang terakhir adalah Conscientiousness yang menjelaskan perilaku mengenai pencapaian tujuan serta kemampuan untuk mengendalikan dorongan yang diperlukan dalam kehidupan sosial.

Berdasarkan kelima dimensi yang terdapat didalam Big Five Personality tidak semua dimensi dapat dikatakan memiliki hubungan dengan impulsive buying. Dimensi yang dianggap paling memiliki hubungan dengan impulsive buying dan sekaligus akan digunakan untuk mengukur kepribadian dalam penelitian ini adalah dimensi Conscientiousness. Hal ini dikarenakan dimensi Conscientiousness menjelaskan tentang kemampuan seseorang dalam mengendalikan dirinya.

Conscientiousness merupakan salah satu dimensi dari big five personality yang dikembangkan oleh Mowen (2000), dimana beliau mengungkapkan bahwa Conscientiousness kepribadian dasar seseorang yang tercermin dalam tindakan yang terorganisir, teliti dan rapi, suka bekerja keras dan juga dapat dipercaya. Conscientiousness menggambarkan orang-orang yang teratur, terkontrol, terorganisasi, ambisius, terfokus pada pencapaian, dan memiliki disiplin diri (Feist and Feist, 2010). Menurut John and Srivastava (1999), Conscientiousness menggambarkan suatu kontrol terhadap lingkungan sosial, berpikir sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma, terencana, terorganisir, dan memprioritaskan tugas.


(12)

Costa & McRae (dalam Pervin, 2005) membagi dimensi Conscientiousness dalam enam faset atau subfaktor, yaitu terdiri dari :

1. Self-dicipline yaitu : memiliki disiplin diri 2. Dutifulness yaitu : patuh kepada peraturan 3. Competence yaitu : memiliki kompetensi 4. Order yaitu : hidup teratur

5. Deliberation yaitu : melakukan pertimbangan 6. Achievement striving yaitu : mencapai prestasi

Dalam konteks keuangan, Conscientiousness merupakan kepribadian dasar seseorang yang menunjukkan pertimbangan mendalam sebelum menggunakan uang yang dimilikinya atau dapat dikatakan cenderung untuk berpikir sebelum bertindak. Conscientiousness menunjukkan preferensi perilaku yang terencana daripada perilaku spontan.

Sehingga berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian conscientiousness dalam penelitian ini adalah kepribadian dasar seseorang yang tercermin dalam tindakan yang terorganisir, teliti dan rapi, suka bekerja keras dan juga dapat dipercaya. Conscientiousness menggambarkan orang-orang yang teratur, terkontrol, terorganisasi, ambisius, terfokus pada pencapaian, dan memiliki disiplin diri, terfokus pada pencapaian, berpikir sebelum bertindak, serta memprioritaskan tugas.


(13)

Faktor Demografis

Demografis merupakan suatu studi yang mempelajari karakteristik, sikap, dan perilaku seseorang yang dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya jenis kelamin, status pendidikan, usia dan pendapatan (Robb&Sharpe, 2009). Faktor demografis ini biasanya akan berpengaru terhadap perilaku seseorang, termasuk dalam perilaku keuangan. Pria dianggap memiliki pengetahuan yang lebih tentang uang dan lebih percaya diri dalam kecerdasan finansial mereka jika dibandingkan dengan wanita. Kemudian jika dilihat dari sisi usia, seseorang yang berusia tua cenderung suka menabung dari pada membelanjakan uangnya untuk berbagai kebutuhan yang siatnya kurang penting, sehingga dapat dikatakan bahwa kecenderungan pembelian impulsif mereka rendah. Berbeda dengan orang berusia muda yang masih menyukai perilaku konsumtif yang erat kaitannya dengan pembelian impulsif. Kemudian pendapatan juga merupakan salah satu faktor demografis yang mempengaruhi perilaku keuangan. Samuelson & Nordhaus (1996) menyatakan bahwa pendapatan adalah total uang yang diterima atau terkumpul dalam satu periode tertentu. Seseorang yang memiliki pendapatan lebih tinggi biasanya akan lebih konsumtif. Faktor demografis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah usia dan pendapatan. Untuk faktor jenis kelamin tidak digunakan, karena peneliti akan menyebarkan kuesioner dengan proporsi seimbang antara pria wanita.


(14)

Alokasi Pendapatan

Pada dasarnya terdapat dua keputusan dalam manajemen keuangan, yang pertama yaitu berkaitan dengan bagaimana menggunakan dana (allocation of funds) dan yang kedua berkaitan dengan bagaimana mencari pendanaan (raising of funds).

Penelitian ini akan berfokus kepada bagaimana menggunakan dana (allocation of funds). Sumber dana sendiri terdiri dari dua macam, yaitu yang berasal dari hutang dan pendapatan pribadi (Griffin, 2004). Dana yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah dana yang berasal dari pendapatan pribadi. Alokasi pendapatan yang baik dilakukan dengan membiasakan membuat anggaran pengeluaran setiap bulan, menentukan dan menetapkan tujuan serta tugas masing-masing keuangan, melakukan kegiatan keuangan sesuai dengan besaran jumlah pendapatan, dan yang tak kalah penting adalah dapat memisahkan antara kebutuhan dan keinginan. Menurut Masassya (2006) pada umumnya alokasi pendapatan merupakan suatu kegiatan menentukan banyaknya pendapatan yang digunakan untuk tiga komponen, yaitu konsumsi, tabungan dan investasi.

Adapun penjelasan mengenai konsumsi, tabungan, dan investasi adalah sebagai berikut :

1. Konsumsi

Konsumsi merupakan bagian dari pendapatan yang dibelanjakan untuk pembelian barang dan jasa guna mendapatkan kepuasan dan memenuhi kebutuhan hidup ( Deliarnov, 1995 ). Konsumsi terdiri dari barang tidak tahan


(15)

lama (non durable goods), seperti makanan dan pakaian. Yang kedua adalah barang tahan lama (durable goods) atau barang yang memiliki usia panjang, seperti mobil, televisi, alat-alat elektronik, ponsel, dan lain sebagainya. Dan yang ketiga adalah jasa (services) seperti jasa potong rambut dan berobat ke dokter. Menurut pandangan klasik prioritas konsumsi seharusnya didasarkan pada skala kebutuhan, yaitu terdiri dari kebutuhan primer (pangan, sandang dan papan), kebutuhan sekunder (kendaraan, fasilitas komunikasi, hiburan dan lain sebagainya), lalu yang terakhir adalah kebutuhan tersier (kendaraan mewah, wisata ke luar negeri, dan lain sebagainya). Keputusan pembelian hendaknya didasarkan pada logika yang sehat, bukan pada emosi semata. Prinsip yang seharusnya digunakan dalam pembelian barang dan jasa adalah belilah barang dan jasa yang memang dibutuhkan (need), bukan yang diinginkan (want).

2. Tabungan

Tabungan merupakan bagian dari pendapatan yang tidak digunakan untuk konsumsi (Samuelson & Nordhaus, 1996). Bagian dari pendapatan yang dialokasikan untuk kegiatan tabungan pada umunya digunakan untuk kepentingan berjaga-jaga dan spekulasi. Tabungan pada umumnya ditempatkan di bank dalam bentuk rekening yang sewaktu-waktu dapat dicairkan ketika kita membutuhkan. Menurut Kapoor (2001) ada enam faktor yang perlu dipertimbangkan dalam rencana pemilihan tabungan, yaitu : tingkat pengembalian, inflasi, pertimbangan yang berkenaan dengan pajak, likuiditas, keamanan, serta pembatasan-pembatsan dan fee.


(16)

3. Investasi

Investasi merupakan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka aktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang (Sunariyah, 2003). Banyak instrument yang dapat dipilih oleh individu untuk kegiatan investasi baik dalam bentuk aset riel (tanah, property dan real estate serta emas) maupun dalam bentuk aset keuangan (saham, obligasi, sertifikat deposito dan reksa dana). Ada lima faktor yang mempengaruhi pilihan investasi, yaitu : keamanan dan resiko, komponen faktor resiko, pendapatan investasi, pertumbuhan investasi, dan likuiditas (Kapoor, 2001). Salah satu prinsip dari investasi adalah high risk high return. Sedangkan perilaku yang harus dihindari saat melakukan investasi adalah ketamakan dan ketakutan.

Pengembangan Hipotesis

Pengaruh Dimensi Conscientiousness terhadap Impulsive Buying

Dimensi Conscientiousness mendeskripsikan kontrol terhadap lingkungan sosial, berpikir sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma, terencana terorganisir, dan memprioritaskan tugas. Individu yang memiliki sifat berpikir sebelum bertindak sangat memperhatikan langkah-langkah yang diambil terutama dalam melakukan pembelian. Individu ini sangat berhati-hati dalam memilih segala sesuatu yang akan ia beli. Orang-orang dengan dimensi ini memiliki tujuan dan perencanaan yang matang akan sesuatu. Hal ini dapat dikatakan berhubungan dengan kecenderungan pembelian impulsif.


(17)

Rook (1995), mengatakan pembelian impulsif sebagai pembelian yang tidak terencana. Individu yang memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi akan melakukan pembelian dengan tidak terencana. Hal ini berhubungan negatif dengan dimensi conscientiousness, dimana orang-orang dengan dimensi ini memiliki perencanaan pada setiap tindakan yang akan dilakukan. Orang-orang dengan dimensi ini memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang rendah (Verplanken & Herabadi, 2001). Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

H1: Dimensi conscientiousness berpengaruh negatif terhadap impulsive buying.

Pengaruh Usia terhadap Impulsive Buying

Seseorang dengan usia tua biasanya akan cenderung suka menabung dan menghindari perilaku boros sehingga mencerminkan bahwa mereka bukan pembeli impulsif. Sebagian besar orang tua memiliki perencanaan keuangan yang matang, mereka berhati – hati terhadap setiap transaksi yang dilakukannya (Mahastanti&Wiharjo, 2012). Penyataan ini sejalan dengan penelitian Kacen&Lee (2002) yang menyatakan bahwa semakin tua usia seseorang, maka semakin kurang kecenderungan pembelian impulsifnya. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :


(18)

Pengaruh Pendapatan tehadap Impulsive Buying

Dalam penelitian Babin (dalam Pattipeilohy & Rofiaty,2013) menyatakan bahwa pendapatan menjadi variabel penting yang dapat menciptakan pembelian impulsif. Penelitian ini didukung dengan pernyataan Mai,dkk (2003) yang menyatakan bahwa seseorang yang memiliki pendapatan lebih tinggi terbukti lebih impulsif dibandingkan dengan mereka yang memiliki pendapatan lebih rendah. Pernyataan ini sangatlah wajar, karena pembelian impulsif sangat erat kaitannya dengan uang yang dimiliki seseorang. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

H3 : Pendapatan berpengaruh positif terhadap impulsive buying.

Pengaruh Alokasi Pendapatan terhadap Impulsive Buying

Alokasi pendapatan yang baik dilakukan dengan membiasakan membuat anggaran pengeluaran setiap bulan, menentukan dan menetapkan tujuan serta tugas masing-masing keuangan, melakukan kegiatan keuangan sesuai dengan besaran jumlah pendapatan, dan yang tak kalah penting adalah dapat memisahkan antara kebutuhan dan keinginan. Pembuatan anggaran dengan mengelompokkan pendapatan yang kita peroleh kedalam pos-pos tertentu dapat mencegah pemanfaatan pendapatan untuk kepentingan bersifat konsumtif yang erat kaitannya dengan perilaku impulsive buying. Hal ini dikarenakan pendapatan yang diperoleh sudah dikelompokkan kedalam pos-pos tertentu seperti konsumsi,


(19)

tabungan dan investasi sehingga pendapatan tersebut tidak mudah digunakan untuk kepentingan-kepentingan lain yang sifatnya tidak penting.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Haning (2012) yang mengemukakan bahwa kemampuan dalam melakukan alokasi pendapatan yang baik akan membuat seseorang mendapatkan manfaat maksimal dari pendapatan yang dimilikinya saat ini serta menjauhkan seseorang dari sifat konsumtif yang erat kaitannya dengan perilaku impulsive buying. Semakin banyak pendapatan yang dialokasikan untuk kegiatan konsumsi, maka akan mendorong individu tersebut memiliki kecenderungan impulsive buying yang tinggi. Akan tetapi apabila pendapatan cenderung dialokasikan ke dalam kegiatan tabungan dan investasi, maka akan membuat individu tersebut memiliki perilaku impulsive buying yang rendah. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

H4a : Konsumsi berpengaruh positif terhadap impulsive buying.

H4b : Tabungan berpengaruh negatif terhadap impulsive buying.

H4c : Investasi berpengaruh negatif terhadap impulsive buying.

Model Penelitian

Alokasi Pendapatan

Usia Impulsive

Buying

Conscientiouness


(20)

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan elemen yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian (Supramono&Sugiarto, 1993). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh guru yang telah memperoleh tunjangan sertifikasi di wilayah Kabupaten Jepara yang berjumlah kurang lebih 3.212 orang (www.jaringnews.com). Hal ini dikarenakan adanya fenomena yang menarik, yaitu terdapat perubahan pola hidup para guru bersertifikasi di wilayah Kabupaten Jepara yang cenderung lebih memiliki perilaku impulsive buying (www.antarajateng.com). Akan tetapi, tidak semua anggota populasi diteliti, namun dengan menggunakan sampel.

Metode penetapan sampel yang akan digunakan peneliti adalah Purposive Sampling, yaitu penentuan sampel non-probabilitas yang didasarkan pada kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah guru di Kabupaten Jepara yang telah memperoleh sertifikasi dan berasal dari sekolah negeri maupun swasta terdekat. Sehingga berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, maka lokasi pengambilan sampel berada di Kecamatan Tahunan, Kecamatan Jepara, dan Kecamatan Pecangaan.

Ukuran sampel di tentukan dengan menggunakan rumus Slovin, yaitu :

N n =


(21)

= 3.212 1+(3.212)(0,1)2 = 96,98 responden

Berdasarkan perhitungan rumus tersebut, dengan menggunakan toleransi tingkat kesalahan 10%, maka didapatkan jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 96,98 responden atau dibulatkan menjadi 97 responden.

Pengukuran Konsep

Teknik pengumpulan data untuk penelitian ini adalah dengan menyebarkan kuesioner kepada guru yang termasuk dalam kategori yang telah ditentukan.

Variabel dependent dalam penelitian ini adalah impulsive buying. Sedangkan variabel independent dalam penelitian ini adalah kepribadian yang diukur dengan menggunakan salah satu dari dimensi big five personality yaitu dimensi conscientiousness, faktor demografis yang terdiri dari usia dan pendapatan, dan alokasi pendapatan yang tercermin dalam konsumsi, tabungan, dan investasi.

Untuk konsep impulsive buying dan conscientiousness akan diukur dengan menggunakan skala likert 5 skor, yaitu skor 1 untuk sangat tidak setuju, skor 2 untuk tidak setuju, skor 3 untuk netral, skor 4 untuk setuju, dan skor 5 untuk sangat setuju.

Keterangan : n = Ukuran Sampel N = Ukuran populasi

e = Presentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih bisa ditolerir (10%)


(22)

Kemudian untuk informasi mengenai variabel usia dan pendapatan diperoleh melalui identitas responden yang terdapat pada kuesioner. Pendapatan yang dimaksud disini adalah pendapatan setelah mendapatkan tunjangan sertifikasi.

Selanjutnya konsep yang terakhir adalah alokasi pendapatan. Konsep ini diukur berdasarkan nilai presentase seseorang dalam mengalokasikan pendapatannya untuk tiga kegiatan, yaitu konsumsi, investasi, dan tabungan. Warsono (2010) mengatakan bahwa proporsi pengalokasidan dana yang baik adalah 60% untuk kegiatan konsumsi, 10% tabungan, dan 30% untuk kegiatan investasi. Akan tetapi beliau menyarankan bahwa setidaknya konsumsi tidak melebihi dari 65%. Adapun definisi dan indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Tabel 1 Pengukuran Konsep

Konsep Definisi Konsep Indikator

Impulsive Buying

(Rook&Fisher, 1995)

Perilaku pembelian ini berhubungan dengan adanya dorongan yang menyebabkan konsumen melakukan pembelian dengan tidak melakukan perencanaan sebelumnya, dilakukan ditempat kejadian, terjadi dengan

 Melakukan pembelian tidak terencana

 Melakukan pembelian tanpa pemikiran yang matang

 Gegabah dalam melakukan pembelian


(23)

Tabel 1 Pengukuran Konsep (Lanjutan)

Konsep Definisi Konsep Indikator

cepat dan spontan, dan disertai dengan

timbulnya dorongan yang besar serta perasaan senang dan bergairah.

 Tidak memikirkan kegunaan akan produk

 Spontanitas membeli

 Adanya perasaan antusias ketika melihat barang yang ingin dibeli

 Timbul perasaan senang setelah melakukan pembelian

Conscientiousness

John&Srivastava (1999)

Suatu kontrol terhadap lingkungan sosial, berpikir sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma, terencana, terorganisir, dan memprioritaskan tugas.

 Perencanaan yang matang

 Disiplin diri

 Patuh pada peraturan

 Teratur

 Efisien

 Mementingkan kebutuhan daripada keinginan


(24)

Tabel 1 Pengukuran Konsep (Lanjutan)

Konsep Definisi Konsep Indikator

Demografis (Robb&Sharpe, 2009)

Suatu studi yang mempelajari

karakteristik, sikap, dan perilaku seseorang yang dipengaruhi oleh

beberapa faktor misalnya jenis kelamin, status pendidikan, usia dan pendapatan.

 Usia

 Pendapatan

Alokasi Pendapatan

Masassya (2006)

Alokasi pendapatan merupakan suatu kegiatan menentukan banyaknya pendapatan yang digunakan untuk tiga komponen, yaitu konsumsi, tabungan dan investasi.

 Konsumsi

 Tabungan

 Investasi

Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan, selanjutnya dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas, maka selanjutnya


(25)

membuat statistik deskriptif dari masing – masing variabel. Untuk menentukan rentang skala likert kategori dari rata-rata jawaban responden maka dapat menggunakan rumus (Dwi Santosa&Ariany, 2012) :

Dari uraian diatas, maka dapat diperoleh kategori tingkat variabel sebagai berikut:

Tabel 2

Tingkat Kategori Variabel

Range Keterangan

4.20 – 5.00 Sangat Tinggi

3.40 – 4.19 Tinggi

2.60 – 3.39 Sedang

1.80 – 2.59 Rendah

1.00 – 1.79 Sangat Rendah

Setelah itu data diolah dengan menggunakan regresi linier sederhana untuk mengetahui hubungan antar variabel. Akan tetapi, sebelum dilakukan analisis regresi linier sederhana terlebih dahulu dilakukakan uji normalitas Model persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

IB = β0 + βiXi + ei ……….. (1)

Keterangan :

IB = Impulsive Buying β0 = Konstanta

β1 = Koefisien Regresi Conscientiousness β2 = Koefisien Regresi Usia

β3 = Koefisien Regresi Pendapatan β4 = Koefisien Regresi Konsumsi, Tabungan, dan Investasi


(26)

X3 = Pendapatan X4a = Konsumsi X4b = Tabungan X4c = Investasi ei = Error Term

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan menyebarkan kuesioner kepada responden, didapatkan hasil sebagai berikut :

Analisis

Karakteristik Responden

Pada bagian ini akan dibahas mengenai gambaran umum responden yang meliputi jenis kelamin, usia, lama kerja, golongan atau pangkat, jabatan, jumlah pendapatan bulanan sebelum mendapatkan tunjangan sertifikasi, pendapatan bulanan setelah mendapatkan tunjangan sertifikasi, pendapatan suami atau istri dan jumlah anggota keluarga. Analisis dari karakteristik responden ini digunakan untuk memperoleh gambaran sampel dan dapat digunakan sebagai informasi tambahan untuk menunjang hasil penelitian. Untuk selengkapnya akan dipaparkan pada tabel dibawah ini.


(27)

Tabel 3

Karakteristik Responden

Karakteristik Kategori Jumlah Persentase

Jenis Kelamin Pria 47 48.45%

Wanita 50 51.55%

Total 97 100.00%

Usia (Tahun) 30 - 39 10 10.31%

40 - 49 36 37.11%

50 - 59 51 52.58%

Total 97 100.00%

Lama Kerja (Tahun) 8 – 19 31 31.96%

20 – 31 42 43.30%

32 – 43 24 24.74%

Total 97 100.00%

Karakteristik Kategori Jumlah Persentase

Golongan atau

Pangkat III A / Penata Muda 9 9.28%

III B / Penata Muda TK I 8 8.25%

III C / Penata 8 8.25%

III D / Penata TK I 7 7.22%

IV A / Pembina 59 60.82%

IV B / Pembina TK I 6 6.19%

Total 97 100.00%

Jabatan Guru 83 85.57%

Kepala Sekolah 13 13.40%

Pengawas Sekolah 1 1.03%

Total 97 100.00%

Status Pernikahan Sudah Menikah 93 95.88%

Belum Menikah 4 4.12%

Total 97 100.00%

Jumlah Anggota 1 – 2 13 13.40%

Keluarga 3 – 4 59 60.82%

5 – 6 25 25.77%

Total 97 100.00%


(28)

Tabel 3

Karakteristik Responden (Lanjutan)

Karakteristik Kategori Jumlah Persentase

Pendapatan

Bulanan < Rp 1,5 juta 8 8.25%

Rp 1,5 juta - < Rp 3 juta 14 14.43% Rp 3 juta - < Rp 4,5 juta 61 62.89% Rp 4,5 juta - < Rp 6 juta 14 14.43%

> Rp 6 juta 0 0.00%

Total 97 100.00%

Pendapatan

Bulanan < Rp 1,5 juta 0 0.00%

Setelah Rp 1,5 juta - < Rp 3 juta 7 7.22% Mendapatkan Rp 3 juta - < Rp 4,5 juta 9 9.28% Tunjangan Rp 4,5 juta - < Rp 6 juta 31 31.96%

> Rp 6 juta 50 51.55%

Total 97 100.00%

Pendapatan

Bulanan < Rp 1,5 juta 25 25.77%

Suami atau Istri Rp 1,5 juta - < Rp 3 juta 21 21.65% Rp 3 juta - < Rp 4,5 juta 36 37.11% Rp 4,5 juta - < Rp 6 juta 6 6.19%

> Rp 6 juta 1 1.03%

Tidak Mengisi 8 8.25%

Total 97 100.00%

Sumber : Data Primer Diolah, 2014

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dikatakan bahwa jumlah antara responden pria (48,5 %) dan wanita (51,5%) adalah seimbang. Dari 97 responden yang ada ternyata sebagian besar dari mereka memiliki usia diatas 40 tahun dan sebagian dari mereka telah memiliki masa kerja diatas 20 tahun. Karakteristik antara usia dan masa kerja ini memiliki hubungan dengan golongan atau pangkat dari responden. Hal ini tercermin pada golongan atau pangkat yang dimiliki oleh responden. Karena sebagian besar dari responden telah memiliki masa kerja yang cukup


(29)

lama, maka golongan atau pangkat yang dimiliki oleh sebagian besar responden juga termasuk dalam tingkatan yang tinggi. Seperti yang telah kita lihat pada tabel 4.1 diatas, sebagian besar dari mereka berada pada golongan IV A / Pembina dengan kisaran pendapatan perbulan setelah mendapat tunjangan sertifikasi, tunjangan hari raya dan gaji ke - 13 sebesar diatas Rp 6.000.00000. Dalam hal ini, sebagian besar responden telah mengalami kenaikan pendapatan, karena sebelumnya sebagian besar dari perdapatan mereka hanya berkisar antara Rp 3.000.000,00 hingga kurang dari Rp 4.500.000,00. Kemudian 83 dari 97 responden yang ada memiliki jabatan sebagai guru. Selanjutnya, untuk karakteristik status pernikahan, mayoritas responden dalam penelitian ini sudah menikah. Hanya terdapat 4 responden saja yang belum menikah. Karakteristik status pernikahan ini juga memiliki hubungan dengan karakteristik jumlah anggota keluarga. Sebesar 60,82% atau setara dengan 59 responden dalam penelitian ini memiliki anggota keluaga antara 3 sampai 4 orang dalam satu keluarga. Kemudian yang terakhir adalah mengenai karakteristik pendapatan dari pasangan (suami atau istri). Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa pendapatan pasangan (suami atau istri) terbanyak adalah berada pada kisaran Rp 3.000.000,00 hingga kurang dari Rp 4.500.000,00. Disisi lain, dari 97 responden yang ada ternyata terdapat 8 responden yang tidak mengisi jumlah pendapatan pasangan. Hal ini dapat diduga adanya kemungkinan pasangan yang tidak bekerja dan juga mengingat terdapat pula responden yang belum menikah.


(30)

Kemudian selanjutnya akan diuraikan deskripsi dari masing – masing variabel yang meliputi impulsive buying, conscientiousness, alokasi pendapatan yang terdiri dari : konsumsi, tabungan, dan investasi.

Tabel 4

Deskripsi Variabel Penelitian

Variabel Rata - Rata

Skor Keterangan

Impulsive Buying 1.88 Rendah

Conscientiousness 4.12 Tinggi

Konsumsi 63% Sangat Baik

Tabungan 21% Baik

Investasi 16% Cukup Baik

Sumber : Data Primer Diolah, 2014

Berdasarkan tabel 4 diatas, deskripsi kategori skor pada variabel impulsive buying adalah rendah, artinya secara keseluruhan guru yang telah bersertifikasi di Kabupaten Jepara memiliki kecenderungan impulsive yang rendah. Hal ini berarti meskipun mereka telah mengalami kenaikan pendapatan akan tetapi mereka tetap melakukan pembelian secara terencana dan melakukan pembelian sesuai dengan kebutuhan mereka.

Kemudian untuk kategori skor pada variabel conscientiousness adalah tinggi. Skor yang tinggi pada variabel ini mencerminkan bahwa sebagian besar guru yang sudah bersertifikasi di Kabupaten Jepara memiliki karakteristik kepribadian yang baik karena mereka memiliki perencanaan yang matang sebelum mengambil keputusan, selain itu mereka juga tergolong dalam seseorang yang patuh terhadap setiap peratutan yang ada serta dapat menunda keinginan yang kurang penting.


(31)

Selanjutnya adalah kategori presentase rata – rata untuk kegiatan konsumsi, tabungan, dan investasi. Kategori untuk rata – rata presentase alokasi pendapatan yang digunakan dalam kegiatan konsumsi adalah sangat baik. Hal ini dikarenakan presentasenya tidak melebihi 65%, artinya sebagian besar dari mereka masih memiliki yingkat konsumsi dalam batas yang wajar. Kemudian pada tabel diatas dapat dilihat bahwa presentase rata – rata alokasi pendapatan untuk kegiatan menabung masih lebih besar dari pada kegiatan investasi. Selanjutnya akan diuraikan mengenai rata - rata skala prioritas responden untuk kegiatan konsumsi, tabungan, dan investasi.

Tabel 5

Daftar Skala Prioritas

No. Konsumsi Investasi

1 Makanan Pendidikan

2 Tempat Tinggal Tanah

3 Pakaian Emas

4 Kendaraan Property dan Real Estate

5 Barang Elektronik Saham

6 Hiburan Reksa Dana

7 Wisata Ke Luar Negeri Obligasi Sumber : Data Primer Diolah, 2014

Berdasarkan tabel 5 diatas dapat kita lihat bahwa untuk kegiatan konsumsi prioritas utama sebagian responden adalah makanan. Hal ini dikarenakan makanan merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Kemudian disusul dengan prioritas kedua yaitu dialokasikan untuk tempat tinggal. Hal ini dikarenakan tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan primer yang harus dipenuhi.


(32)

Untuk kegiatan tabungan, sebagian besar para responden lebih memilih untuk menabung di bank. Alasan dari pilihan adala adanya pertimbangan keamanan. Para responden memiliki pendapat bahwa menabung di bank lebih aman, selain itu juga mendapatkan bunga serta muda untuk diambil sewaktu - waktu.

Kemudian untuk kegiatan investasi, sebagian responden memprioritaskan Pendidikan sebagai alternatif investasi utamanya. Mengingat sebagian besar dari responden dalam penelitian ini berprofesi sebagai guru, maka adanya kemungkinan bagi mereka untuk melanjutkan pendidikannya dijenjang yang lebih tinggi lagi, sehingga bagi mereka pengalokasian pendapatan untuk kegiatan pendidikan merupakan suatu hal yang penting. Kemudian jika dilihat dari status pernikahhannya, sebagian besar dari responden memiliki status sudah menikah dan rata – rata dari mereka memiliki jumlah anggota keluarga antara 3 sampai 4 orang, melalui hal ini dapat diduga bahwa rata – rata dari mereka memiliki paling tidak 2 orang anak, dan mereka mengganggap bahwa pendidikan sangatlah penting bagi anaknya. Oleh karena itu mereka akan mempriotitaskan untuk mengalokasikan pendapatannya untuk kegiatan pendidikan.

Selanjutnya, selain berinvestasi untuk kegiatan pendidikan, sebagian besar responden juga memilih tanah sebagai prioritas kedua dalam alternatif investasinya. Hal yang bisa dijadikan alasan untuk pengambilan keputusan ini adalah bahwa tanah merupakan suatu investasi yang menjanjikan, kerena bisa kita lihat bahwa harga tanah akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Kemudian disusul dengan emas sebagai pilihan investasi sebagian besar responden. Hal ini bisa terjadi mengingat harga emas juga terus meningkat dan juga adanya


(33)

kemudahan dalam transaksi jual beli, sehingga emas merupakan salah satu alternatif investasi yang menjanjikan dan juga diminati oleh sebagian besar masyarakat

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari suatu variabel, sedangkan uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner (Ghozali, 2011).

Pada pengujian validitas tahap pertama, terdapat 1 indikator pada variabel impulsive buying dan 4 indikator pada variabel conscientiousness yang dinyatakan tidak valid karaena memiliki nilai sig. (2-tailed) > 0,05. Sehingga pengujian validitas harus diulang kembali dengan tidak mengikut sertakan indikator yang tidak valid tersebut. Kemudian pada pengujian tahan kedua semua indikator pada variabel impulsive buying dan conscientiousness dinyatakan valid, karena seluruh indikator memiliki nilai sig. (2-tailed) < 0,05.

Tahap selanjutnya adala melakukan uji reliabilitas terhadap masing – masing variabel tersebut. Setelah dilakukan pengujian ternyata data yang digunakan dalam penelitian ini dikatakan reliabel, hal ini terbukti dengan nilai cronbach alpha untuk impulsive buying 0,827 > 0,6 dan untuk conscientiousness adalah 0,603 > 0,6.


(34)

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji, apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011). Pengujian normalitas ini akan dilakukan dengan P –P Plot Test.

Hasil dari pengujian normalitas menggunakan P-P Plot Test menunjukkan bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Uji Multikolinearitas

Suatu variabel menunjukkan gejala multikolinearitas bisa dilihat dari nilai VIF yang tinggi pada variabel bebas suatu model regresi dan nilai tolerance yang rendah. Nilai VIF yang lebih besar dari 10 dan nilai tolerance dabawah 0,1 menunjukkan adanya gejala multikolinearitas dalam model regresi.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan sebagai prediktor model regresi menunjukkan nilai VIF dibawah 10 dan nilai tolerance diatas 0,1. Hal ini berarti bahwa variabel bebas yang digunakan dalam penelitian tidak menunjukkan adanya gejala multikolinearitas.

Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedasitas dapat dilakukan dengan menggunakan scatter plot. Jika terdapat pola yang tidak teratur pada titik-titik residualnya, maka dapat disimpulkan tidak ada masalah heteroskedastisitas.


(35)

Berdasarkan hasil pengujian yang ada menunjukkan bahwa tidak ada pola tertentu, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.

Hasil Uji Regresi

Tabel 6 Hasil Uji Regresi

No. Keterangan Variabel Constant Nilai

Koefisien Sig. 1 Coefficients Conscientiousness 4.895 -0.731 0.000

Konsumsi 0.883 1.595 0.008

Tabungan 2.230 -1.690 0.021

Investasi 2.023 -0.837 0.315

Pendapatan 1.069 0.182 0.019

Usia 2.068 -0.076 0.428

2 Model Summary Conscientiousness 0.506

R Square Konsumsi 0.072

Tabungan 0.055

Investasi 0.011

Pendapatan 0.057

Usia 0.007

3 Anova Conscientiousness 0.000

Regression Konsumsi 0.008

Tabungan 0.021

Investasi 0.315

Pendapatan 0.019

Usia 0.428

Sumber : Data Primer Diolah, 2014

Berdasarkan hasil model summary pada tabel diatas nilai R Square tertinggi adalah pada variabel conscientiousness yaitu sebesar 0,506 menunjukan bahwa 50,6% perilaku impulsive buying para guru bersertiikasi di Kabupaten Jepara dipengaruhi oleh dimensi conscientiousness, sedangkan 49,4 % dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel diatas.


(36)

Kemudian jika dilihat pada bagian anova diatas, dapat diketahui bahwa terdapat dua variabel yang memiliki nilai p-value > alpha(0,05), yaitu untuk variabel investasi dan usia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dua model regresi tersebut tidak dapat digunakan untuk memprediksi perilaku impulsive buying pada guru yang sudah bersertifikasi di Kabupaten Jepara.

Sehingga jika dilihat berdasarkan pada bagian coefficient pada tabel 6 diatas, maka dapat dijumpai bentuk persamaan regresi sebagai berikut :

IB = 4,895 - 0,731X1 + e IB = 0,883 + 1,595X2 + e

IB = 2,230 – 1,690X3 + e IB = 2,023 – 0,837X4a + e

IB = 1,069 + 0,182X4b + e IB = 2,068 – 0,076X4c + e

Dari hasil persamaan regresi diatas, ditunjukkan bahwa conscientiousness, tabungan, investasi dan usia memiliki hubungan yang negatif dengan impulsive buying. Sedangkan konsumsi dan pendapatan memiliki hubungan positif dengan impulsive buying.

Akan tetapi jika dilihat pada kolom signifikasi, ternyata tidak semua variabel memiliki pengaruh yang signifikan terhadap impulsive buying. Terdapat dua variabel yang tidak signifikan, yaitu variabel investasi dan usia. Hal ini dikarenakan kedua variabel tersebut memiliki nilai sig. 0,000 > 0,05.


(37)

Pembahasan

Hasil analisis membuktikan bahwa variabel konsumsi dan pendapatan memiliki arah hubungan yang positif terhadap perilaku impulsive buying. Pada umumnya jika semakin besar pendapatan yang dimiliki oleh seseorang maka biasanya mereka akan lebih cenderung untuk mengalokasikan pendapatan yang dimilikinya untuk kegiatan konsumsi, sehingga tingkat konsumsi mereka semakin tinggi. Semakin tingginya tingkat konsumsi ini akan mengindikasikan bahwa orang tersebut memiliki kecenderungan impulsive buying yang tinggi. Akan tetapi, presentase rata – rata pendapatan yang dialokasikan oleh responden untuk kegiatan konsumsi dalam penelitian ini masih dalam batasan yang wajar yaitu sebesar 63%, tidak melebihi 65%. Dan sebagian besar hal yang diprioritaskan dalam kegiatan konsumsi adalah makanan dan tempat tinggal. Hal ini dikarenakan mengingat makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi, kemudian tempat tinggal juga termasuk hal yang penting bagi para responden dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini sebagian besar responden memiliki pendapatan diatas Rp 6.000.000,00. Angka ini tergolong tinggi untuk pendapatan yang dihasilkan di wilayah Kabupaten Jepara dengan UMR sekitar Rp 1.000.000,00.

Kemudian hasil analisis dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa dimensi conscientiousness, tabungan, investasi, dan usia memiliki arah hubungan yang negatif terhadap impulsive buying. Jika dilihat dari faktor usia, sebagian besar responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah para guru bersertifikasi yang rata – rata memiliki usia diatas 40 tahun. Usia ini termasuk dalam golongan


(38)

usia tua. Beberapa penelitian memperlihatkan fakta bahwa semakin tua usia seseorang (batasannya 35 tahun keatas pada dua penelitian), maka semakin berkurang kecenderungan pembelian impulsifnya (Kacen&Lee, 2002). Orang tua biasanya cenderung menggunakan uangnya untuk ditabung atau diinvestasikan. Sehingga hal tersebut akan membuat perilaku impulsive buying nya rendah. Berkaitran dengan tabungan, sebagian besar para responden mengaku bahwa mereka cenderung untuk menabung di bank dengan alasan keamanan dan memperoleh bunga. Kemudian untuk investasi, sebagian besar dari responden cenderung memprioritaskan pendidikan, tanah dan emas sebagai pilihan utama mereka. Para responden menganggap bahwa pendidikan merupakan suatu hal yang penting untuk masa depan, mengingat sebagian besar para responden berprofesi sebagai guru sehingga terdapat kemungkinan bahwa mereka akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Disamping itu, sebagian besar dari mereka juga mengutamakan pendidikan untuk anak-anaknya. Selanjutnya, untuk tanah dan emas, para responden ini berfikir bahwa adanya kemudahan dalam transaksi jual beli tanah dan emas. Kemudian harga tanah dan emas juga terus mengalami peningkatan, sehingga bagi mereka berinvestasi di dua hal tersebuat adalah yang paling menguntungkan.

Kemudian dari keenam variabel tersebut, terdapat empat variabel yang berpengaruh signifikan, yaitu conscientiousness, konsumsi, tabungan, dan pendapatan. Conscientiousness merupakan suatu kepribadian seseorang yang memiliki ciri berpikir sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma, terencana, terorganisir, dan memprioritaskan tugas (John&Srivastava,


(39)

1999). Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dimensi conscientiousness memiliki pengaruh yang signifikan serta memiliki arah hubungan yang negatif terhadap perilaku impulsive buying para guru bersertiikasi di Kabupaten Jepara. Mengingat bahwa jika dilihat dari segi usia, sebagian besar dari responden dalam penelitian ini adalah orang yang sudah tua, maka wajarlah jika para responden memiliki kebiasaan berpikir sebelum bertindak dan memiliki perencanaan yang matang. Sebagian besar orang yang berusia tua berhati – hati terhadap pengelolaan uang dan memantau pengeluaran mereka dengan cermat. Sehingga dengan adanya kenaikan pendapatan yang diterimanya mereka tetap membuat perencanaan yang matang tentang keputusan keuangan mereka. Dengan adanya kenaikan pendapatan yang dimilikinya, mereka lebih banyak mengalokasikan pendapatan tersebut kedalam kegiatan konsumsi dan tabungan. Namun tingkat konsumsi mereka masih berada dalam batasan yang wajar, sehingga akan berpengaruh terhadap perilaku impulsive buying yang rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Verplanken & Herabadi (2001) yang menyatakan bahwa seseorang dengan dimensi conscientiousness cenderung memiliki perilaku impulsive buying yang rendah.

Berdasarkan dari hasil penenlitian yang telah ada dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru bersertifikasi di Jepara telah memiliki usia yang cukup tua, oleh karena itu mereka telah memiliki pemikiran dan perencanaan yang matang. Sehingga meskipun mereka mengalami kenaikan pendapatan akan tetapi mereka


(40)

tetap dapat mengalokasikan pendapatannya tersebut dengan baik, sehingga mereka memiliki kecenderungan impulsive buying yang rendah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian hipotesis (H1, H2, H3, H4a, H4b, dan H4c) yang terdiri dari conscientiousness, usia, pendapatan, konsumsi, tabungan, dan investasi, hanya terdapat empat hipotesis yang dapat diterima yaitu H1, H3, H4a, dan H4b. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa hanya variabel conscientiousness, pendapatan, konsumsi, dan tabungan yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku impulsive buying, karena memiliki nilai sig. 0,000 < 0,05. Sedangkan variabel lainnya hanya memiliki arah hubungan yang sesuai dengan pengembangan hipotesis yang telah dibuat, akan tetapi variabel-variabel tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku impulsive buying. Hal ini dapat terjadi karena sebagian responden dalam penelitian ini adalah para guru bersertifikasi yang tergolong memiliki usia cukup tua. Sehingga sebagian besar dari mereka telah memiliki perencanaan yang matang dalam setiap pengambilan keputusannya. Selanjutnya, faktor usia juga memiliki hubungan dengan bagaimana seseorang dalam mengalokasikan pendapatan yang dimilikinya. Sebagian besar dari responden ini memiliki usia yang cukup tua. Jika dilihat dari proporsi alokasi pendapatan yang dimilikinya, rata – rata proporsi


(41)

terbesar memang dialokasikan untuk konsumsi dari pada tabungan dan investasi. Sebagian besar responden memiliki anggapan bahwa makanan dan tempat tinggal merupakan hal utama yang harus dipenuhi dari segi konsumsi. Sedangkan jika dilihat dari segi investasi mereka lebih mempriotitaskan pendidikan, tanah dan emas sebagai pilihan alternatif investasi mereka. Mereka berpendapat bahwa pendidikan merupakan suatu hal yang penting untuk masa depan, kemudian tanah dan emas merupakan pilihan investasi yang aman serta pengembaliannya pun juga sudah pasti. Namun pengalokasian sebagian pendapatan untuk kegiatan konsumsi tersebut masih dalam batas yang wajar. Sehingga mereka tetap memiliki tingkat impulsive buying yang rendah.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini sebenarnya masih memiliki keterbatasan, untuk penelitian selanjutnya mungkin bisa dikembangkan dengan memasukkan variabel tertentu sebagai variabel intervening dalam model penelitian. Kemudian pengukuran pendapatan pada penelitian ini masih menggabungkan antara pendapatan perbulan dan pendapatan sertifikasi.

Selain itu penelitian ini juga masih bisa dikembangkan lagi dengan memasukkan variabel demografis lainnya selain usia dan pendapatan yang dianggap dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku impulsive buying.


(42)

Saran

Perencanaan yang matang merupakan suatu hal penting yang dapat membantu kita untuk mengambil berbagai keputusan termasuk keputusan keuangan. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan yang baik akan membuat perilaku impulsive buying yang rendah. Impulsive buying merupakan suatu hal yang seharusnya kita hindari, karena perilaku tersebut berkaitan dengan perilaku konsumtif yang dapat mambawa dampak negatif bagi hidup kita.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rafi, Yoga. 2004. Kamus Ungkapan Psikologi. Restu Agung.

Anggasari, R.E. 1997. Hubungan Tingkat Religius dengan Perilaku Konsumtif.

Jurnal Psikologika. Volume 2 No.4.

Antara Jateng. 2014. Bersertifikasi, Guru Diminta Tidak Merubah Gaya

Hidup. Diunduh tanggal 27 September 2014, dari http://www.antarajateng.com/

Anwar, A.A. 2005. Perilaku Konsumen, Edisi revisi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Benson, D. 2004. 12 Kesalahan bodoh yang dilakukan orang terhadap uang

mereka dan bagaimana cara mengatasinya. Batam :Gospel Press.

Buendicho, Patricia. 2003. Impulse Purchasing: Trend Or Trait?. Diunduh tanggal 28 Januari 2014, dari

http://www.bus.ucf.edu/mdickie/Research%20Methods/Student%20Papers /Other/Buendicho%20Impulse%20Purchasing.pdf.

Chaplin, J. 2001. Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Dr. Kartini Kartono. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Costa&McCrae. 1997. Big Five Personality. Diunduh tanggal 2 Maret 2014, dari http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/big-5-p.html.

Deliarnov, 1995. Pengantar ekonomi Makro. Cetakan Pertama. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Dwi Santosa, Y., & Ariany Mahastanti, L. 2012. Pengaruh Personality Traits

Terhadap Penggunaan Kartu Kredit Dengan Locus Of Control Sebagai Variabel Intervening (Studi Terhadap Karyawan Pt. Kinocare Era Kosmetindo Jakarta). In Seminar Nasional Dan Call For


(44)

Engel, J., and Blackwell, R. 1995. Consumer Behaviour. Dryden Press, Chicago, IL.

Feist, Jess. Feist, Gregory.J. 2010. Teori Kepribadian “Theories Of

Personality”. Jakarta: Salemba Humanika.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IMB

SPSS 19. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gitman, L. 2004. Principle of Finance, (11th ed).(2002). Prentice Hall, New Jersey.

Griffin, W.R. 2004. Manajemen Edisi 7 Jilid 1. Erlangga : Jakarta

Gutierrez, Ben PaulB. 2004. Determinants of Planned and Impulse Buying : the Case of the Philippines. Asia Pacific Management Review, 9(6), pp. 1061 - 1078.

Haning, Victoria. 2012. Perilaku Self-Control dalam Mengelola Keuangan

Pribadi : Berdasarkan Theory of Planned Behavior dan Conscientiousness. Tesis. Salatiga : Program Pascasarjana Universitas

Kristen Satya Wacana.

Induksi Guru. 2013. Guru. Diunduh tanggal 3 Maret 2014, dari http://induksiguru.wordpress.com/guru/.

John, O. P., & Srivastava, S. 1999. The Big Five trait taxonomy: History,

measurement, and theoretical perspectives. Handbook of personality:

Theory and research, 2(1999), 102-138.

Kacen, Jaqueline, and Julie Anne Lee. 2002. The Influence of Culture on Consumer Impulsive Buying Behavior. Journal of Consumer

Psychology, 12 (2), pp. 163-176.

Kapoor, J. R., L. R. Dlabay, dan R. J. Hughes. 2001. Personal Finance. Edisi Keenam. McGrawHill Book, Co., Singapore.

Loudon, D.L. & Bitta, A.J. 1993. Consumer Behavior Concept and Aplication


(45)

Mai, Nguyen Thi Tuyet, and Kwon Jung, and Garold Lantz, and Sandra G. Loeb. 2003. An Exploratory Investigation into Impulse Buying Behavior in a Transitional Economy : a Study of Urban Consumers in Vietnam. Journal

of International Marketing, Vol. 11, no. 2, Special Issue on Marketing in

Tranbsitional Economies, pp. 13-35.

Mahastanti, L. A., & Wiharjo, K. K. 2012. Mental Accounting dan Variabel Demografi: Sebuah Fenomena pada Penggunaan Kartu Kredit. Kinerja Volume 16 (2), 89-102.

Masassya, E. G. 2006. Arsitektur Keuangan Pekerja Profesi. Kompas, Edisi 7 Agustus.

Maymand, M. M., & Ahmadinejab, M. 2011. Impulse Buying: The Role of Store Environmental Stimulation and Situational Factors (An Empirical Investigation). African Journal of Business Management. Vol. 5.

Mowen, John C., Nancy Spears. 2000. Compulsive Buying Among Collage Student: A Hierarchical Model Approach. Jurnal Of Consumer

Psychologi, 8 (4): 407-430.

Mulyono, F. 2013. Faktor Demografis Dalam Perilaku Pembelian Impulsif.

Jurnal Administrasi Bisnis, 8(1).

Pattipeilohy & Rofiaty. 2013. The Influence of the availability of Money and Time, Fashion Involvement, Hedonic Consumption Tendency and Positive Emotions towards Impulse Buying Behavior in Ambon City (Study on Purchasing Products Fashion Apparel), International Journal

of Business and Behavioral Sciences. Vol. 3.

Pemuda Pembaharu. 2013. Fenomena Pendidikan Indonesia. Diunduh tanggal 2 Maret 2014, dari http://pemudapembaharu.wordpress.com/tag/fenomena-pendidikan-di-indonesia/.

Pervin, Cervone, John. 2005. Personality Theory and Research. 9th Ed. New York : John Willey&Sond, Inc.

Robb, Cliff: Deanna L Sharpe. 2009. Effect of Personal Financial Knowledge on

College Student’s Credit Card Behavior, Journal of Financial and


(46)

Rook, D dan Fisher, J.R. 1995. Normative influences on impulsive buying

behavior dalam Bearden, W. dan Netemeyer, G.R. (Eds), Handbook of

Marketing Scales, 2nd ed, pp.55-56.

Samuelson, Paul A, william D. Nordhaus. 1996. Makro Ekonomi. Edisi Keempat belas. Cetakan Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Shani, Rhobi. 2014. Di Jepara 4.053 Guru Swasta Belum Sertifikasi. Diunduh tanggal 6 Juli 2014 dari http://jaringnews.com/politik-peristiwa/umum/57704/di-jepara-guru-swasta-belum-sertifikasi.

Sinarharapan. 2013. Tak Sekedar Kesejahteraan Guru. Diunduh tanggal 2 Maret 2014, dari http://sinarharapan.co/index.php/news/read/24976/tak-sekadar-kesejahteraan-guru.html.

Sunariyah. 2003. Dasar – Dasar Investasi. Jakarta: Indonesia.

Supramono, S., & Sugiarto, I. R. (1993). Statistika. Yogyakarta : Andi Offset. Verplanken & Herabadi, A. 2001. Individual differences in impulse buying

tendency: Feeling and No Thinking. European Journal of Consumer

Research.

Warsono, Hardi. 2010. Prinsip – Prinsip dan Praktik Keuangan Pribadi. Journal


(47)

LAMPIRAN 1

KUESIONER

Dengan hormat,

Berkenaan dengan penelitian skripsi Saya yang berjudul “ALOKASI DANA,

KEPRIBADIAN, DAN FAKTOR DEMOGRAFIS TERHADAP

IMPULSIVE BUYING”, Saya sangat membutuhkan informasi dari Anda untuk

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu dengan hormat, Saya mengharapkan bantuan anda untuk mengisi kuesioner berikut. Informasi atau data yang diperoleh bersifat rahasia, dan hanya digunakan untuk penelitian ini.

Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Sara Fransisca Setiawan  Karakteristik Responden

Petunjuk :

Isilah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dan beri tanda centang () pada pilihan anda!

1. Nama :

2. Jenis Kelamin : Pria Wanita 3. Usia :


(48)

5. Pangkat atau golongan : 6. Jabatan :

7. Status Penikahan : Belum Menikah Sudah Menikah 8. Pendapatan bulanan:

Kurang dari Rp 1.500.000,00

Rp 1.500.000,00 hingga kurang dari Rp 3.000.000,00 Rp 3.000.000,00 hingga kurang dari Rp 4.500.000,00 Rp 4.500.000,00 hingga kurang dari Rp 6.000.000,00 Diatas Rp 6.000.000,00

9. Pendapatan jika ditambah dengan tunjangan sertifikasi, tunjangan hari raya dan gaji ke 13 :

Kurang dari Rp 1.500.000,00

Rp 1.500.000,00 hingga kurang dari Rp 3.000.000,00 Rp 3.000.000,00 hingga kurang dari Rp 4.500.000,00 Rp 4.500.000,00 hingga kurang dari Rp 6.000.000,00 Diatas Rp 6.000.000,00

10.Pendapatan Suami/Istri :

Kurang dari Rp 1.500.000,00

Rp 1.500.000,00 hingga kurang dari Rp 3.000.000,00 Rp 3.000.000,00 hingga kurang dari Rp 4.500.000,00 Rp 4.500.000,00 hingga kurang dari Rp 6.000.000,00


(49)

Diatas Rp 6.000.000,00

11. Jumlah Anggota Keluarga : Orang  Alokasi Dana

Isilah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dengan cara mengisi titik – titik dengan menuliskan persentasenya.

 Ketika saya mengalami kenaikan pendapatan dari tunjangan sertifikasi, tunjangan hari raya dan gaji ke 13, saya akan mengalokasikan untuk kegiatan :

1. Konsumsi = ... % 2. Tabungan = ….. % 3. Investasi = ….. %

Berdasarkan jawaban anda diatas, isilah tabel dibawah ini menurut skala prioritas anda sesuai dengan alokasi dananya.

Konsumsi Investasi

 Makanan = …..

 Pakaian = …..

 Tempat tinggal = …..

 Kendaraan = …..

 Hiburan = …..

 Barang elektronik = …..

 Wisata ke luar negeri = …..

 Pendidikan = …..

 Tanah = …..

 Property dan real estate = …..

 Emas = …..

 Saham = …..

 Obligasi = …..


(50)

Petunjuk pengisian kuesioner

 Bacalah dengan teliti sebelum menjawab.

 Berilah tanda check () pada jawaban yang tersedia.

 SS = Sangat Setuju S = Setuju N = Netral TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

No. Pernyataan STS TS N S SS

1. Saya sering membeli produk tanpa melakukan perencanaan terlebih dahulu.

2. Saya sering membeli produk tanpa berpikir terlebih dahulu.

3. Terkadang saya sedikit gegabah dalam melakukan suatu pembelian terhadap sebuah produk.

4. Saya tidak memikirkan kegunaan akan produk yang saya beli.

5. Saya akan melakukan pembelian saat itu juga ketika melihat suatu produk yang saya suka.

6. Saya bisa menjadi sangat antusias ketika melihat produk yang ingin saya beli.


(51)

No. Pernyataan STS TS N S SS

7. Saya merasa sangat senang setelah membeli produk yang saya inginkan. 8. Saya memiliki perencanaan yang

matang dalam melakukan pembelian sebuah produk.

9. Saya memiliki kemampuan untuk mengatur diri sendiri.

10. Saya selalu menjalankan setiap perencanaan yang telah saya buat. 11. Saya menyukai segala sesuatu yang

sifatnya terorganisir atau teratur. 12. Saya selalu seefisien mungkin ketika

melakukan pembelian akan suatu produk.

13. Saya mampu menunda keinginan untuk memberi produk yang dianggap kurang penting.

14. Saya selalu mempertimbangkan resiko dan keuntungan sebelum membeli sebuah produk.


(52)

LAMPIRAN 2

KARAKTERISTIK RESPONDEN

NO NAMA JENIS

KELAMINUSIA LAMA KERJA (TAHUN)

PANGKAT/GOLONGAN JABATAN STATUS

PERNIKAHAN PENDAPATAN BULANAN

PENDAPATAN STLAH

TAMBAHAN PENDAPATAN SUAMI/ISTRI

JMLH ANGGOTA KEL

1 ANA MAGDALENA W 46 21 III B / PENATA MUDA TK I GURU SUDAH MENIKAH < RP 1.500.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 4 ORANG 2 MARTA MAGDALENA W 38 13 III B / PENATA MUDA TK I GURU SUDAH MENIKAH < RP 1.500.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 < RP 1.500.000,00 2 ORANG 3 DENY SETYA R W 34 10 III B / PENATA MUDA TK I KEPALA SEKOLAH SUDAH MENIKAH < RP 1.500.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 4 ORANG 4 RASMI SULISTYANI, SPd, Aud W 50 23 III B / PENATA MUDA TK I GURU SUDAH MENIKAH < RP 1.500.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 3 ORANG 5 S. TRI HATMANI, SPd, Aud W 59 29 IV A / PEMBINA KEPALA SEKOLAH SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 > RP 6.000.000,00 < RP 1.500.000,00 2 ORANG 6 UZIA HANDAYANI W 44 9 III B / PENATA MUDA TK I KEPALA SEKOLAH SUDAH MENIKAH < RP 1.500.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 5 ORANG 7 HARTANA P 51 23 III B / PENATA MUDA TK I GURU SUDAH MENIKAH < RP 1.500.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 < RP 1.500.000,00 2 ORANG 8 NAWANG S W 38 15 III D / PENATA TK I GURU SUDAH MENIKAH RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 4 ORANG 9 MULIYATRI, SPd W 33 8 III C / PENATA GURU SUDAH MENIKAH RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 5 ORANG 10 SUWONO, SPd P 43 10 III C / PENATA KEPALA SEKOLAH SUDAH MENIKAH RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 < RP 1.500.000,00 3 ORANG 11 DRS. BAMBANG SANTOSO P 54 28 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 3 ORANG 12 INDRA NURYANTI, SPd W 42 14 III C / PENATA GURU SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 4 ORANG 13 ANIK SALFIAH W 56 26 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH < RP 1.500.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 3 ORANG 14 ERNAWATI W 47 8 III B / PENATA MUDA TK I GURU SUDAH MENIKAH < RP 1.500.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 4 ORANG 15 WARSIYAH, SPd, MPd W 53 34 IV A / PEMBINA PENGAWAS SEKOLAH SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 > RP 6.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 5 ORANG 16 MUKINAH, Ama. Pd W 59 39 IV A / PEMBINA GURU BELUM MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 1 ORANG 17 HASYIM, SPd P 52 32 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 < RP 1.500.000,00 6 ORANG 18 MARDIYEM W 49 27 III A / PENATA MUDA GURU SUDAH MENIKAH RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 5 ORANG 19 SARI DEVI CAHYANTI W 30 9 III A / PENATA MUDA GURU SUDAH MENIKAH RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 4 ORANG 20 FARICHATUL WACHIDAH, SPd W 50 26 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 > RP 6.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 5 ORANG 21 NOOR KHOTIMAH W 51 30 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 2 ORANG 22 DEWI SUSILANINGSIH W 55 32 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 > RP 6.000.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 4 ORANG 23 SHOLIHATUN, SPd W 46 11 III A / PENATA MUDA GURU SUDAH MENIKAH RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 5 ORANG 24 SUPRAPTI W 53 32 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 > RP 6.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 3 ORANG 25 BAMBANG KRISTIONO P 55 28 IV A / PEMBINA KEPALA SEKOLAH SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 > RP 6.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 6 ORANG 26 NURUL WAKIDAH W 31 10 III A / PENATA MUDA GURU SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 < RP 1.500.000,00 3 ORANG 27 SUDARMI, SPd W 55 35 IV A / PEMBINA KEPALA SEKOLAH SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 > RP 6.000.000,00 < RP 1.500.000,00 3 ORANG 28 HANDINI W 58 37 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 > RP 6.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 2 ORANG 29 HADI SISWOJO P 57 37 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 > RP 6.000.000,00 < RP 1.500.000,00 2 ORANG 30 SITI PRIHATIN W 56 35 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 > RP 6.000.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 4 ORANG 31 HARININGSIH, SPd W 56 30 IV B / PEMBINA TK I KEPALA SEKOLAH SUDAH MENIKAH RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 > RP 6.000.000,00 RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 4 ORANG 32 BASUKI P 52 29 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 > RP 6.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 4 ORANG 33 NOOR KHAYATUN W 55 27 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 > RP 6.000.000,00 < RP 1.500.000,00 2 ORANG

34 SUNARTO P 55 35 IV B / PEMBINA TK I GURU BELUM MENIKAH RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 > RP 6.000.000,00 4 ORANG

35 NOOR HANDAYANI W 44 11 III A / PENATA MUDA GURU SUDAH MENIKAH RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 > RP 6.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 4 ORANG 36 PURWATI W 59 40 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 > RP 6.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 3 ORANG 37 KHIRZATUL MULUK W 40 17 III D / PENATA TK I GURU SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 > RP 6.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 5 ORANG 38 HARTANA P 54 32 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 > RP 6.000.000,00 RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 5 ORANG 39 KARTOYO P 45 10 III A / PENATA MUDA GURU BELUM MENIKAH RP 1.500.000,00 - < RP 3.000.000,00 RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 3 ORANG 40 TUMINAH W 56 36 IV A / PEMBINA GURU SUDAH MENIKAH RP 3.000.000,00 - < RP 4.500.000,00 > RP 6.000.000,00 RP 4.500.000,00 - < RP 6.000.000,00 4 ORANG


(1)

UJI NORMALITAS

UJI MULTIKOLINEARITAS

Coefficients

a

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t

Sig.

Collinearity

Statistics

B

Std.

Error

Beta

Toleranc

e

VIF

1

(Constant)

4.726

.457

10.341

.000

concientiousne

ss

-.675

.076

-.657 -8.924

.000

.904

1.106

tabungan

-1.299

.544

-.180 -2.389

.019

.866

1.155

investasi

-1.026

.582

-.126 -1.762

.081

.954

1.049

pendapatan

.095

.058

.125

1.636

.105

.840

1.190

usia

-.020

.071

-.021

-.277

.783

.868

1.152

a. Dependent Variable:

impulsive_buying


(2)

UJI HETEROSKEDASTISITAS

REGRESI

Conscientiousness

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .711a .506 .500 .44811 1.610

a. Predictors: (Constant), concientiousness b. Dependent Variable: impulsive_buying

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 19.513 1 19.513 97.171 .000a

Residual 19.077 95 .201

Total 38.589 96

a. Predictors: (Constant), concientiousness b. Dependent Variable: impulsive_buying

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

95% Confidence Interval for B

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Lower Bound

Upper

Bound Tolerance VIF

1 (Constant) 4.895 .309 15.846 .000 4.281 5.508

concientiousness -.731 .074 -.711 -9.858 .000 -.878 -.584 1.000 1.000


(3)

Konsumsi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .268a .072 .062 .61399 1.600

a. Predictors: (Constant), konsumsi b. Dependent Variable: impulsive_buying

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.775 1 2.775 7.362 .008a

Residual 35.814 95 .377

Total 38.589 96

a. Predictors: (Constant), konsumsi b. Dependent Variable: impulsive_buying

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

95% Confidence

Interval for B Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Lower Bound

Upper

Bound Tolerance VIF

1 (Constant) .883 .374 2.362 .020 .141 1.625

konsumsi 1.595 .588 .268 2.713 .008 .428 2.763 1.000 1.000

a. Dependent Variable: impulsive_buying

Tabungan

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .234a .055 .045 .61965 1.546

a. Predictors: (Constant), tabungan b. Dependent Variable: impulsive_buying


(4)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.112 1 2.112 5.500 .021a

Residual 36.477 95 .384

Total 38.589 96

a. Predictors: (Constant), tabungan b. Dependent Variable: impulsive_buying

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

95% Confidence Interval

for B Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Lower Bound Upper Bound Tolerance VIF

1 (Constant) 2.230 .161 13.853 .000 1.911 2.550

tabungan -1.690 .721 -.234 -2.345 .021 -3.121 -.259 1.000 1.000

a. Dependent Variable: impulsive_buying

Investasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .103a .011 .000 .63394 1.567

a. Predictors: (Constant), investasi b. Dependent Variable: impulsive_buying

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .410 1 .410 1.021 .315a

Residual 38.179 95 .402

Total 38.589 96

a. Predictors: (Constant), investasi b. Dependent Variable: impulsive_buying

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

95% Confidence Interval for B

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Lower Bound

Upper

Bound Tolerance VIF

1 (Constant) 2.023 .153 13.221 .000 1.719 2.327

investasi -.837 .829 -.103 -1.010 .315 -2.482 .808 1.000 1.000


(5)

Pendapatan

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .239a .057 .047 .61891 1.614

a. Predictors: (Constant), pendapatan b. Dependent Variable: impulsive_buying

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.200 1 2.200 5.742 .019a

Residual 36.390 95 .383

Total 38.589 96

a. Predictors: (Constant), pendapatan b. Dependent Variable: impulsive_buying

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

95% Confidence

Interval for B Collinearity Statistics B Std. Error Beta

Lower Bound

Upper

Bound Tolerance VIF

1 (Constant) 1.069 .346 3.093 .003 .383 1.755

pendapatan .182 .076 .239 2.396 .019 .031 .333 1.000 1.000

a. Dependent Variable: impulsive_buying

Usia

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .081a .007 -.004 .63523 1.569

a. Predictors: (Constant), usia


(6)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .255 1 .255 .632 .428a

Residual 38.334 95 .404

Total 38.589 96

a. Predictors: (Constant), usia

b. Dependent Variable: impulsive_buying

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

95% Confidence Interval for B

Collinearity Statistics B

Std.

Error Beta

Lower Bound

Upper

Bound Tolerance VIF

1 (Constant) 2.068 .242 8.558 .000 1.588 2.548

usia -.076 .096 -.081 -.795 .428 -.267 .114 1.000 1.000

a. Dependent Variable: impulsive_buying