Zona Kesehatan | Blogger Lampung Tengah

LAPORAN PENELITIAN

EFEK KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT
KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI D RUMAH SAKIT HAJI
ADAM MALIK MEDAN

Setiawan*, M Sukri Tanjung**

ABSTRAK
Kecemasan merupakan sesuatu hal yang tidak jelas, adanya perasaan gelisah atau tidak
tenang dengan sumber yang tidak spesifik dan tidak diketahui oleh seseorang. Untuk dapat
menurunkan kecemasan pada pasien preoperasi salah satunya diperlukan komunikasi yang
efektif terutama komunikasi terapeutik. Hal ini perlu mendapat perhatian serius dari perawat
karena perawat merupakan petugas kesehatan yang terdekat dan terlama dengan pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat
kecemasan klien.
Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen. Jumlah sampel 13 orang dengan teknik
pemilihan sampel dengan cara convenience sampling. Data dikumpulkan dari klien dengan
menggunakan kuesioner tingkat kecemasan yang diadopsi dari Costello Comrey Depression and
Anxiety Scale (CCDAS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 84,6%% responden mengalami

kecemasan ringan dan 15,4% mengalami kecemasan sedang dan tidak ada pasien dengan tingkat
kecemasan berat maupun panik sebelum pelaksanaan treatment (komunikasi terapeutik). Setelah
pelaksanaan komunikasi terapeutik 92,3% pasien preoperasi tingkat kecemasannya menjadi
ringan dan hanya 7,7% tingkat kecemasannya menjadi sedang. Penelitian ini menunjukkan
bahwa komunikasi terapeutik mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menurunkan
kecemasan klien (p = 0,001; α = 0,05). Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah ditujukan
pada perawat ruangan agar dapat menerapkan komunikasi terapeutik yang efektif dalam
menurunkan kecemasan klien preoperasi.
Kata kunci : komunikasi terapeutik, cemas preoperasi

Penulis adalah:
* Staff Pengajar Keperawatan Medikal Bedah PSIK FK USU
** Asisten Dosen Keperawatan Komunitas PSIK FK USU

16

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1, Mei 2005

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah

Kecemasan adalah satu perasaan
subjektif yang dialami seseorang terutama
oleh adanya pengalaman baru, termasuk
pada pasien yang akan mengalami tindakan
invasif seperti pembedahan. Dilaporkan
pasien
mengalami
cemas
karena
hospitalisasi, pemeriksaan dan prosedur
tindakan medik yang menyebabkan perasaan
tidak nyaman ( Rawling, 1984).
Tindakan
operasi
sering
menyebabkan kecemasan pada pasien.
Menanggulangi
atau
menurunkan
kecemasan pasien adalah salah satu tugas

perawat. Salah satu caranya yaitu dengan
komunikasi. Misalnya penjelasan tentang
prosedur tindakan. Fenomena yang ada
sekarang, bahwa komunikasi yang dilakukan
perawat sebagai orang yang terdekat dan
paling lama berada di dekat pasien
cenderung mengarah pada tugas perawat
dari pada mengenali kecemasan dan persepsi
pasien tentang tindakan yang menyebabkan
kecemasan.
Terdapat
bukti
bahwa
perbincangan antara perawat dan pasien
cenderung mengarah pada tugas perawat
daripada
mengenali
kecemasan
dan
pandangan-pandangan pasien (Faulkner,

1979; Mc Leod Clark, 1981; Melia, 1987
dikutip dari Ellis dkk, 1999).
Kajian-kajian
terdahulu
mengidentifikasi
masalah-masalah
komunikasi sebagai penyebab yang harus
selalu diperhatikan dalam pemberian
pelayanan kesehatan (Menzies 1970,
Stockwell 1972, Hayward 1975, Mc Leod
Clark 1984, Faulkner 1988 dikutip dari Ellis
dkk, 1999). Peplau (1988, dikutip dari Ellis
dkk, 1999) mengatakan bahwa keperawatan
pada intinya adalah sebuah proses
interpersonal. Jika ini benar maka perawat
yang berkompeten harus menjadi seorang
komunikator yang efektif. Dengan demikian
komunikasi keperawatan sangat penting
dalam memberikan intervensi keperawatan.
Perawat

yang
menjalankan
rutinitas
keperawatan pada pasien mempunyai
kewenangan untuk mengurangi kecemasan

pasien tentang keberadaannya di rumah sakit
(Ellis dkk, 1999).
Corbett (1994, dikutip dari Ellis dkk,
1999) menyatakan bahwa perawat dan
pasien diperbolehkan memasuki hubungan
interpersonal yang akrab. Pasien berhak
mengetahui tentang asuhan keperawatan
yang diberikan oleh perawat sebagai petugas
kesehatan yang profesional. Komunikasi
perawat yang diarahkan pada pencapaian
tujuan untuk menyembuhkan pasien
merupakan
salah
satu

karakteristik
komunikasi terapeutik (Purwanto, 1994).
Operasi adalah pengalaman baru bagi
pasien yang menimbulkan kecemasan,
respon pasien ditujukan melalui: ekspresi
marah, bingung, apatis atau mengajukan
pertanyaan.
Kemampuan
komunikasi
terapeutik penting dalam mengidentifikasi
dan mengatasi kecemasan pasien preoperasi
(Taylor, 1997). Selanjutnya Taylor (1997)
menyatakan bahwa operasi merupakan masa
kritis dan menghasilkan kecemasan.
Kecemasan dapat dikurangi dengan tindakan
keperawatan fokus pada komunikasi
terapeutik bagi pasien dan keluarganya.
Berdasarkan
beberapa
diatas,

penelitian ini penting untuk mengetahui
sejauh
mana
komunikasi
terapeutik
memberikan efek terhadap penurunan
tingkat kecemasan pasien pre operasi.
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui tingkat kecemasan pasien
pre operasi setelah diinformasikan akan
dilakukan tindakan operasi pada pasien
pre operasi di RS H.Adam Malik Medan.
2. Mengetahui efek komunikasi terapeutik
terhadap tingkat kecemasan pasien pre
operasi di RS H.Adam Malik Medan.
Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana tingkat kecemasan pada pasien
pre operasi setelah di informasikan akan
mengalami tindakan operasi ?
2. Apakah ada efek komunikasi terapeutik

terhadap tingkat kecemasan pasien pre
operasi ?

Jurna l Ke p e ra wa ta n Rufa id a h Suma te ra Uta ra , Vo lume 1, Me i 2005

17

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi
praktek keperawatan, institusi pendidikan
tinggi
keperawatan
dan
penelitian
berikutnya. Adapun secara rinci manfaat
penelitian ini adalah :
1. Sebagai masukan bagi perawat dalam
melakukan intervensi keperawatan pada
proses pemberian asuhan keperawatan
pada pasien pre operasi.

2. Sebagai masukan bagi pendidikan tinggi
keperawatan
tentang
pentingnya
penerapan komunikasi dalam asuhan
keperawatan.
3. Sebagai sumber data dan informasi
pengembangan penelitian berikutnya.

dengan baik dan benar dan bersedia menjadi
sampel pada penelitian ini.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di Ruang Rindu B2
RS H. Adam Malik. Pemilihan rumah sakit
ini sebagai tempat penelitian karena rumah
sakit tersebut merupakan rumah sakit
pendidikan tipe A dengan pelayanan bedah
yang cukup lengkap.
4. Pertimbangan Etik
Dalam penelitian ini, hal-hal yang berkaitan

dengan permasalahan etik adalah sebagai
berikut:
(1)

Memberikan
penjelasan
kepada
responden penelitian tentang tujuan,
manfaat, dan prosedur pengisian
kuisioner.

(2)

Meminta
persetujuan
responden
dengan menandatangani informed
consent.

(3)


Responden berhak untuk menolak dan
mengundurkan diri pada saat proses
pengisian kuisioner tanpa paksaan dan
tidak ada efek yang merugikan
terhadap
pelayanan
asuhan
keperawatan yang diberikan selama
dirawat di rumah sakit.

(4)

Penelitian ini tidak beresiko yang besar
dan data responden dirahasiakan dan
digunakan hanya untuk kepentingan
penelitian.

METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah bersifat
quasi eksperimen
bertujuan untuk
mengungkapkan adanya hubungan sebab
akibat antara variabel dengan adanya
manipulasi suatu variabel. Hal ini bertujuan
mengetahui efek komunikasi terapeutik
terhadap tingkat kecemasan pasien pre
operasi.
2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah pasien yang
akan menjalani tindakan operasi (pasien pre
operasi). Sedangkan sampel adalah pasien
pre operasi di Ruang Rindu B2 RS H. Adam
Malik Medan. Besarnya jumlah sampel
adalah 13 orang, didasarkan pada penentuan
jumlah sampel menggunakan tabel “power
analysis” untuk “t-test” dengan penetapaan
“level of significance” α. 0,05%, “power”
80% dan “effect size” (Portney, 1999).
Pengambilan sampel menggunakan
cara convenience sampling, dengan kriteria :
usia sampel ≥ 15 tahun, tindakan bedah
ringan (minor surgery) dan bedah mayor
(major surgery), tingkat pendidikan minimal
sekolah dasar, dapat berbahasa Indonesia

18

5. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini
adalah kuisioner. Bagian pertama tentang
data demografi meliputi: nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan, suku, penghasilan, dan
jenis pembedahan.
Bagian kedua berisi 16 item
pertanyaan
menggambarkan
tingkat
kecemasan pasien pre operasi. Kuisioner
diadopsi dari Costello Comrey Depression
and Anxiety Scales dan dimodifikasi sesuai
kebutuhan
penelitian.
Penilaian
menggunakan skala Likert dengan skor
pilihan: tidak pernah = 0, kadang-kadang =
Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1, Mei 2005

1, sering = 2 dan terus menerus = 3.
Pembagian tingkat kecemasan yaitu skor 012 tingkat kecemasan ringan, skor 13-24
tingkat kecemasan sedang, skor 25-36
tingkat kecemasan berat, skor 37-48 tingkat
panik.
6. Tehnik Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data
dengan:

dilakukan

(1)

Rekomendasi izin penelitian dari PSIK
FK USU dan RS H.Adam Malik
Medan.

(2)

Melaksanakan pengumpulan data dan
menjelaskan pada calon responden
tentang tujuan dan proses pengisian
kuisioner. Calon responden yang
bersedia
diminta
untuk
menandatangani surat persetujuan.

(3)

Responden mengisi kuisioner selama
20 menit yang difasilitasi oleh peneliti
bila ada pertanyaan yang tidak
dipahami.

dilakukan dua kali sebelum dan sesudah
treatment (komunikasi terapeutik) yang
dilakukan. Hasil pengukuran tersebut
dibandingkan untuk menguji hipotesa
penelitian sehingga dapat diketahui efek
komunikasi terapeutik terhadap penurunan
tingkat kecemasan. Perhitungan satatistik
untuk data penelitian ini adalah dengan
menggunakan program aplikasi SPSS versi
12,00.
Uji signifikansi terhadap hasil dengan
membandingkan
hasil
perhitungan
signifikansi (p) untuk “level of significance”
(α) = 0,05 dengan jumlah responden 13 (df
= n-1). Hipotesis penelitian akan diterima
jika nilai p yang diperoleh dari hasil
perhitungan lebih kecil dari nilai α.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan diuraikan tentang data
hasil penelitian dan pembahasan mengenai
efek komunikasi terapeutik terhadap tingkat
kecemasan pada pasien pre operasi di ruang
rawat inap Rindu B2 RS Haji Adam Malik
Medan

(4)

Peneliti
melakukan
treatment
(komunikasi terapeutik) selama 15-20
menit.

(5)

Responden dibiarkan selama 15-20
menit sebelum tingkat kecemasannya
diukur sesudah treatment diberikan.

Hasil Penelitian

Responden diminta mengisi kuisioner
selama 20 menit. Selama pengisian
kuisioner responden difasilitasi oleh
peneliti. Selanjutnya data dianalisa.

Diperoleh hasil penelitian tentang
data demografi pada pasien pre operasi di
Ruang Rindu B2 Rumah Sakit Haji Adam
Malik Medan yang telah dilakukan dari
tanggal 12-20 Desember 2002. Dari 13
orang responden diperoleh karakteristik dan
data demografi berdasarkan usia yaitu:
30,8% berusia 15-25 tahun, 15,4% berusia
26-35 tahun, 23,1% berusia 36-45 tahun,
15,4% berusia 46-55 tahun dan 15,4%
berusia 56-65 tahun. Berdasarkan jenis
kelamin laki-laki 53,8%, perempuan 46,2%.
Pendidikan SD 30,8%, SMP 7,7%, SMU
61,5% dan Perguruan Tinggi tidak ada 0%.
Suku Batak 38,5%, Jawa 30,8%, Aceh
15,4%, lain 15,4%.

(6)

7. Analisa Data
Analisa data dilakukan melalui tiga
tahap yaitu : (1) Persiapan, mengecek
kelengkapan
data
responden
dan
memastikan bahwa semua jawaban terisi. (2)
Tabulasi, mengklarifikasi analisa data
dengan mentabulasikan data yang telah
dikumpulkan. (3) Penerapan, pengolahan
data menggunakan program SPSS versi
12,00.
Data yang diperoleh dari kuisioner
yang diisi responden merupakan pengukuran
tingkat
kecemasan.
Pengukuran
ini

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan jumlah penghasilan
responden yaitu : penghasilan < Rp 200.000
adalah 23,1%, penghasilan Rp 200.000500.000 adalah 23,1%, dan penghasilan >

Jurna l Ke p e ra wa ta n Rufa id a h Suma te ra Uta ra , Vo lume 1, Me i 2005

19

Rp1000.000 sebesar 7,7%, serta yang tidak
berpenghasilan adalah 46,2%. Berdasarkan
jenis tindakan pembedahan pada pasien
yaitu pembedahan mayor ada 12 orang
(92,3%) dan tindakan pembedahan minor
sebanyak 1 orang (7,7%).
Tabel 1 Karakteristik Responden
1.

2.

3.

4.

5.

6.

Karakteristik
Frekuensi
Usia
ƒ
15-25
4
ƒ
26-35
2
ƒ
36-45
3
ƒ
46-55
2
ƒ
56-65
2
Jenis Kelamin
ƒ
Laki-laki
7
ƒ
Perempuan
6
Tingkat Pendidikan
ƒ
SD
4
ƒ
SLTP
1
ƒ
SMU
8
Suku
ƒ
Batak
5
ƒ
Mandailing
0
ƒ
Jawa
4
ƒ
Aceh
2
ƒ
Karo
1
ƒ
Melayu
1
Penghasilan
ƒ
200.000
3
ƒ
200.000-500.000
3
ƒ
500.000-1000.000
0
ƒ
>1000.000
1
ƒ
Tidak berpenghasilan
6
Jenis pembedahan
ƒ
Mayor
12
ƒ
Minor
1

2. Tingkat kecemasan
komunikasi terapeutik.

Persentase
30.8%
15.4%
23.1%
15.4%
15.4%
53.8%
46.2%
30.8%
7.7%
61.5%
38.5%
0%
30.8%
15.41%
7.7%
7.7%
23.1%
23.1%
0%
7.7%
46.2%
92.3%
7.7%

dan

efek

Hasil penelitian tentang tingkat
kecemasan pada pasien pre operasi sebelum
treatment menunjukkan umumnya pasien
berada pada tingkat kecemasan ringan yaitu
11 orang (84,6%) dan sesudah treatment
keseluruhan pasien (100%) berada pada
tingkat kecemasan ringan. Tidak dijumpai
pasien dengan tingkat kecemasan berat dan
panik baik pada pre treatment maupun post
treatment.

Tabel 2

Gambaran tingkat kecemasan
pasien pre operasi pre dan post
treatment (komunikasi terapeutik)
di RS HAM

Tingkat
Kecemasan
Ringan
Sedang
Berat
Panik

Pre treatment

Post treatment

84,6%

92,3%

15,4%
0%
0%

7,7%
0%
0%

Untuk mengetahui efek komunikasi
terapeutik terhadap tingkat kecemasan
pasien pre operasi dilakukan dengan
membandingkan nilai tingkat kecemasan
sebelum dan sesudah treatment yaitu
komunikasi terapeutik. Adapun gambaran
nilai tingkat kecemasan sebelum treatment
dan sesudah treatment adalah :
Tabel 3 Gambaran tingkat kecemasan
sebelum dan sesudah treatment
(komuniksi terapeutik)
Responden
01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
09.
10.
11.
12.
13.

Pre
5
1
5
5
15
7
8
7
7
9
15
11
11

Post
5
0
4
3
10
6
6
4
4
6
11
12
9

Berdasarkan perhitungan statistik
dengan mengunakan program aplikasi SPSS
untul desain pre dan post test pada satu grup
responden dengan jumlah sampel 13 orang
dan nilai
α = 0,05 didapat hasil
perhitungan : korelasi variabel kecemasan
sebelum dan sesudah treatment (Paired
Samples Correlations) 0,917 dengan ratarata perbedaan variabel kecemasan sebelum
dan sesudah treatment
(Mean paired
Differences) sebesar 2.00 dan diperoleh nilai
nilai signifikansi (p) 0,001.
Sehingga dapat dinyatakan bahwa
pelaksanaan
komunikasi
terapeutik

20

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1, Mei 2005

memberikan efek yang signifikan terhadap
penurunan tinkat kecemasan pada pasien pre
operasi di Ruang Melati RS H.Adam Malik
Medan.
Pembahasan
1. Operasi dan kecemasan
Berdasarkan hasil
penelitian
mengenai gambaran tingkat kecemasan
pasien pre operasi dan efek komunikasi
terapeutik terhadap
tingkat kecemasan
pasien pre operasi sesuai dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan terhadap 7
orang pasien pre operasi di Ruang Melati RS
H.Adam Malik Medan, maka hasil yang
diperolaeh adalah : 100% responden
mengalami kecemasan dalam menghadapi
operasi dengan 11 orang (84,6%) pada
tingkat kecemasan ringan dan 2 orang
(15,4%) pada tingkat kecemasan sedang. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Zebua (2000) yang menyatakan pasien pra
bedah yang ada di ruangan Melati RSU
Imelda Medan 25 orang (100%) mengalami
kecemasan dalam operasi. Selain itu Fyfe
(1999)
mengatakan
bahwa
operasi
merupakan hal yang menimbulkan stress
pada kebanyakan pasien.
Tingkat kecemasan pasien pre
operasi yang relatif tidak tidak tinggi (berat
atau panik) disebabkan operasi yang
dilakukan adalah operasi elektif atau
direncanakan dan pasien sudah terlebih
dahulu diberitahu oleh tim medis bahwa
akan dioperasi. Selain itu rendahnya tingkat
kecemasan pasien pre operasi ini disebabkan
oleh beberapa hal diantaranya: pasien
umumnya merasa pasrah terhadap prosedur
medis yang dihadapinya, pasien dengan
penyakit kronis yang akan melalui prosedur
pembedahan merasa operasi adalah hal yang
wajar, selain itu juga aspek spiritual pasien
pre operasi meningkat sehingga lebih tenang
menjalani operasi dan menganggap operasi
sebagai cara terbaik dan pasien yakin kepada
Tuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Atkinson (1992) yang mengatakan bahwa
kemampuan seseorang berbeda dalam
mengadapi situasi krisis dan dipengaruhi

oleh berbagai faktor, diantaranya faktor
budaya, agama, dan sosial ekonomi.
Tingkat kecemasan pasien pre
operasi ini juga dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan pasien terhadap prosedur
operasi
dan
kelanjutan
pengobatan.
Umumnya pasien mencemaskan hal ini dan
juga ditemui adanya kecemasan yang
disebabkan oleh faktor biaya operasi yang
dianggap mahal. Hal tersebut diketahui dari
proses
komunikasi
terapeutik
yang
dilakukan oleh peneliti dengan responden.
Dari hasil pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa tingkat kecemasan
pasien pre operasi di Ruang Rindu B2 RS
H.Adam Malik Medan berada pada tingkat
cemas
yang
rendah
(ringan-sedang)
disebabkan operasi yang dilakukan adalah
operasi yang elektif (direncanakan) dan
dapat juga karena kecemasan yang tidak
teridentifikasi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Atkinson (1992) yang mengatakan
bahwa semua pasien pre operasi umumnya
mengalami kecemasan walaupun tidak
diungkapkan secara verbal.
2. Efek komunikasi terapeutik terhadap
tingkat kecemasan pasien pre operasi
Komunikasi
terapeutik
adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien (Purwanto, 1994).
Taylor
(1997)
menyatakan
bahwa
pembedahan adalah krisis dalam kehidupan
yang menyebabkan kecemasan. Perawat
dapat mengurangi dan memperbaiki
kecemasan
pasien
dengan
tindakan
keperawatan difokuskan pada komunikasi
terapeutik dan pendidikan kesehatan pasien
dan keluarganya.
Berdasarkan
perhitungan
hasil
penelitian dari 13 orang responden tentang
tingkat kecemasan sebelum dan sesudah
treatment (komunikasi terapeutik) dengan
menggunakan program aplikasi SPSS
diperoleh nilai signifikansi (p) 0,001. Maka
dapat
dikatakan
bahwa
komunikasi
terapeutik memberikan pengaruh yang

Jurna l Ke p e ra wa ta n Rufa id a h Suma te ra Uta ra , Vo lume 1, Me i 2005

21

signifikan
pasien.

terhadap

tingkat

kecemasan

Selama
proses
komunikasi
berlangsung
pasien
umumnya
mengekspresikan
kecemasan
dan
perasaannya tentang operasi dan penyakit
yang dialaminya. Selain itu keluarga pasien
juga merasa senang selama proses
komunikasi berlangsung dan mengajukan
pertanyaan mengenai hal-hal yang terkait
dengan operasi dan prosedur pengobatan
pasien. Hal ini sesuai dengan pendapat
Torrence dan Serginson (1997) yang
mengatakan bahwa pasien pre operasi
membutuhkan
waktu
tertentu
untuk
mengekspresikan
kecemasannya
dan
menanyakan hal yang penting yang terkait
dengan operasi. Atkinson (1992) interaksi
antara
perawat
dan
pasien
dapat
meningkatkan mekanisme koping dan
memberi dukungan emosional kepada pasien
yang mengalami kecemasan dan rasa takut.
Selain itu adanya konunikasi yang
dilakukan perawat (peneliti) dengan
menginformasikan prosedur pembedahan
(persiapan pasien, obat-obat pre medikasi,
jenis pembedahan, anastesi, latihan post
operasi) dan hal-hal terkait dengan proses
pembedahan juga hal di luar proses
pembedahan mampu memberikan efek positf
terhadap penurunan tingkat kecemasan
pasien, hal ini sesuai pendapat Fyfe (1999)
yang mengatakan bahwa tindakan perawat
dapat
membantu
mengurangi
atau
menurunkan kecemasan pasien dengan
memastikan pasien memahami proses
pembedahan dan menentramkan perasaan
klien.
Dari hasil perbandingan respon
kecemasan sebelum dan sesudah komunikasi
yang dialami oleh responden, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa respon
kecemasan yang dapat diturunkan melalui
proses komunikasi terapeutik adalah responrespon yang terkait psikologis yaitu perasaan
kecewa, perasaan tak berdaya dan perasaan
tiodak berharga (takut ditolak). Untuk
respon yang terkait dengan faktor
psikomotor atau respon tubuh seperti: tidak
selera
makan,
susah
tidur,
sulit
22

berkonsentrasi, sakit kepala atau susah
bernafas tidak dapat diturunkan disebabkan
prosedur penelitian yaitu komunikasi yang
dilakukan hanya satu kali.
Dari pembahasan di atas dapat
dinyatakan bahwa komunikasi terapeutik
yang dilakukan sebagai bentuk intervensi
keperawatan pada pasien pre operasi
memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap penurunan tingkat kecemasan
pasien pre operasi
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulan bahwa penelitian yang dilakukan
terhadap 7 responden pasien pre operasi di
ruang Melati Rumah Sakit H. Adam Malik
Medan, menggambarkan 57,1% tingkat
kecemasannya ringan dan 42,9% tingkat
kecemasannya. Hasil statistik diperoleh p =
0,014, n = 7; α = 0.05. Data ini menunjukkan
bahwa variable komunikasi terapeutik
memiliki pengaruh signifikan terhadap
variable tingkat kecemasan pasien pre
operasi.
2. Rekomendasi
(1). Rekomendasi keterbatasan penelitian
Pada proses pengumpulan data,
komunikasi terapeutik dilakukan oleh
peneliti yang bukan perawat ruangan bedah,
sehingga treatment (komunikasi terapeutik)
yang diberikan mungkin masih kurang
efektif. Selanjutnya diharapkan penelitian
sejenis melibatkan perawat klinis yang
berkompeten di bidangnya dan pernah
mendapatkan
pelatihan
komunikasi
terapeutik.
Komunikasi terapeutik sebaiknya
dilakukan lebih dari satu kali dan dalam
jangka waktu yang memadai.
Kuisioner penelitian ini tidak
dilakukan diuji validitas atau reabilitasnya
sehingga tidak bisa mengukur keakuratan
tingkat kecemasan pasien pre operasi.
(2)Rekomendasi terhadap Perawat ruangan
Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1, Mei 2005

Diharapkan
perawat
ruangan
melakukan komunikasi terapeutik sebagai
bentuk intervensi asuhan keperawatan dalam
menurunkan tingkat kecemasan pasien pre
operasi.
(3) Rekomendasi terhadap pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, L. J. (1992). Berry & Kohn’s
Operating Room Technique (7th
edition). Mosby: St. Louis
Brunner & Suddarth. (1996). Textbook
medical-surgical nursing (8th edition).
Philadelpia:
Lippincott-Raven
Publishers.
Ellis dkk. (1999). Komunikasi Interpersonal
dalam keperawatan (edisi terjemahan).
Jakarta: EGC.
Laraia & Stuart. (1998). Principle and
practise of psychiatric nursing, 6th
edition. Misouri: Mosby Inc.

Diharapkan
kepada
institusi
pendidikan
keperawatan
menekankan
pentingnya komunikasi terapeutik terhadap
penurunan tingkat kecemasan sebagai
bentuk intervensi dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien pre operasi.
NotoAtmodjo, S. (1994). Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta :Rineka
Cipta.
Purwanto, H. (1994). Komunikasi untuk
perawat. Jakarta: EGC
Rawling, M. (1984). Nursing from concept
to
practice.
Maryland:
Brady
Communiction & Company Inc.
Roper,
N.
(2002).
Prinsip-prinsip
keperawatan, edisi 2. Jakarta: Yayasan
Essentia Medica.
Sjamsuhidajat, R. (1998). Ilmu bedah. edisi
revisi, Jakarta: EGC.
Taylor, C. (1997). Fundamental of nursing
the art and science of nursing care (3th
edition).
Philadelpia:
Lippincott
Company.

Jurna l Ke p e ra wa ta n Rufa id a h Suma te ra Uta ra , Vo lume 1, Me i 2005

23