naskah suryaningrum editan

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi

SESI

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI
EKA INDAH TRISNIWATI
UPN Veteran Jogjakarta
SRI SURYANINGSUM
UPN Veteran Jogjakarta

ABSTRAK
Penelitian ini menguji pengaruh kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Kecerdasan emosional diukur dengan pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial,
sedangkan tingkat pemahaman akuntansi diukur dengan nilai-nilai mata kuliah di bidang akuntansi. Yang diwakili oleh
mata kuliah PA 1, PA 2, AKM 1, AKM 2, AKL 1, AKL 2, Auditing 1, Auditing 2, dan TA. Menggunakan kuesioner dengan
skala likert, yang diadopsi dari Bulo (2002). Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil analisis
menunjukkan pengaruh kecerdasan emosional yang terdiri dari pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati,
dan keterampilan sosial dalam penelitian ini secara berurutan mempunyai pengaruh positif terhadap pemahaman
akuntansi adalah motivasi (0,367) dan pengendalian diri (0,303), sedangkan pengaruh negatif terjadi pada
keterampilan sosial (-0,0023884), pengendalian diri (-0,101), dan empati (-0,147).Koefisien korelasi antara variabel
kecerdasan emosional dengan variabel tingkat pemahaman akuntansi sebesar 0,190 yang bermakna adanya

keterkaitan antara tingkat pemahaman akuntansi dengan kecerdasan emosional sebesar 19%. Adjusted R 2 diperoleh
sebesar 0,036, yang berarti hanya 3,6% perubahan tingkat pemahaman akuntansi dipengaruhi oleh variabel
pengenalan diri, variabel pengendalian diri, variabel motivasi, variabel empati, dan variabel keterampilan sosial.
Pengaruh kecerdasan emosional secara statistis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman
akuntansi, hal ini bisa saja disebabkan karena banyaknya faktor-faktor diluar faktor kecerdasan emosial yang
berpengaruh dalam kehidupan individual, dalam hal ini mahasiswa. Banyak faktor lain yang tidak teramati dalam
penelitian ini, misalnya faktor tekanan mental, lingkungan pergaulan, trauma kegagalan, masalah pribadi, kegiatan
diluar kampus (bekerja), budaya, atau bisa saja disebabkan perilaku belajar mahasiswa. Hasil penelitian ini sesuai
dengan Bulo (2002) yang menyatakan lembaga pendidikan tinggi akuntansi tidak memberikan pengaruh yang berarti
terhadap tingkat kecerdasan emosional seorang mahasiswa.

LATAR BELAKANG
Sundem (1993) dalam Machfoedz (1998) mengkhawatirkan akan ketidakjelasan industri akuntansi
yang dihasilkan oleh pendidikan tinggi akuntansi. Pendidikan tinggi, tidak sanggup membuat anak didiknya
menguasai dengan baik pengetahuan dan keterampilan ‘hidup” (karena yang diajarkan cuma menghapal).
Sekolah yang elite pun tidak mampu lagi membekali murid-muridnya dengan pengetahuan dan pegangan
yang memadai untuk menghadapi tantangan zaman ini (Harefa, 2002). Prakarsa (1996) mengkritisi
pendidikan tinggi akuntansi karena lulusannya kurang memiliki keterampilan dan orientasi profesional yang
diperlukan guna mengimplementasikan pengetahuan yang diserap dalam dunia nyata. Kelemahan tersebut
diperparah karena peserta didik kurang mendapat pendidikan yang memadai dalam keterampilan

intelektual, komunikasi, serta interpersonal.
McClelland (1997) dalam Goleman (2000) menyatakan bahwa kemampuan akademik bawaan,
nilai rapor, dan prediksi kelulusan pendidikan tinggi tidak memprediksi seberapa baik kinerja seseorang
sudah berkerja atau seberapa tinggi sukses yang dicapainya dalam hidup. Sebaliknya ia menyatakan
bahwa seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif mampu membedakan orang
sukses dari mereka yang berprestasi biasa-biasa saja. Selain kecerdasaan kognisi yang dapat
mempengaruhi keberhasilan orang dalam bekerja. Faktor ini dikenal sebagai kecerdasaan emosional.
Goleman berusaha mengubah pandangan tentang IQ yang menyatakan keberhasilan ditentukan oleh
intelektualitas belaka. Peran IQ dalam dunia kerja ternyata hanya menempati posisi kedua setelah
kecerdasaan emosi dalam menentukan peraihan prestasi puncak. Goleman tidak mempertentangkan IQ
(kecerdasaan kognisi) dan EQ (kecerdasan emosional), melainkan memperlihatkan adanya kecerdasaan


SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003

49

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi


SESI

yang bersifat emosional, ia berusaha menemukan keseimbangan cerdas antara emosi dan kognisi.
Kecerdasan emosional menentukan seberapa baik seseorang menggunakan keterampilan-keterampilan
yang dimilikinya, termasuk keterampilan intelektual. Paradigma lama menganggap yang ideal adalah
adanya nalar yang bebas dari emosi, paradigma baru menganggap adanya kesesuain antara kepala
dengan hati.
Proses belajar mengajar dalam berbagai aspeknya sangat berkaitan dengan kecerdasan
emosional mahasiswa. Kecerdasan emosional ini mampu melatih kemampuan mahasiswa tersebut, yaitu
kemampuan untuk mengelola perasaannya kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri, kesanggupan
untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasaan
sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, serta mampu berempati dan bekerja sama dengan orang lain.
Kemampuan-kemampuan ini mendukung seorang mahasiswa dalam mencapai tujuan dan cita-citanya.
Dengan memperhatikan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh kecerdasan
emosional mahasiswa akuntansi terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Hasil penelitian ini diharapkan
mampu menunjukkan pengaruh dan diharapkan dapat memberikan umpan balik bagi perguruan tinggi
untuk dapat menghasilkan para akuntan berkaualitas. Dengan memperhatikan uraian diatas, peneliti
tertarik untuk meneliti pengaruh kecerdasan emosional mahasiswa akuntansi terhadap tingkat pemahaman
akuntansi. Penelitian ini dimotivasi oleh penelitian Bulo (2002) berkaitan dengan kecerdasan emosional dan
Suwarjono (1999) dalam hal memahamkan pengetahuan akuntansi. Bulo (2002) meneliti pengaruh

pendidikan tinggi akuntansi terhadap kecerdasan emosional mahasiswa, variabel independen adalah
pengalaman mengikuti pendidikan tinggi, kualitas pendidikan tinggi, dan lama waktu mengikuti pendidikan
tinggi, variabel dependen adalah kecerdasan emosional yang diukur melalui lima komponen. Untuk sampel
yang digunakan adalah mahasiswa UGM, UAJ, USD, dan alat analisis yang digunakan adalah uji t. Dalam
penelitian ini variabel independen adalah kecerdasan emosional dan variabel dependen adalah tingkat
pemahaman akuntansi yang dicerminkan dalam nilai-nilai mata kuliah akuntansi. Sampel yang digunakan
adalah mahasiswa akuntansi pada UPN, YKPN, UII, dan alat analisis yang digunakan adalah regresi linier
berganda.
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menunjukkan pengaruh dan diharapkan dapat memberikan
umpan balik bagi perguruan tinggi untuk dapat menghasilkan para akuntan berkualitas. Penelitian ini perlu
dilakukan karena merupakan sarana untuk menguji calon akuntan, apakah output yang dihasilkan oleh
perguruan tinggi ini benar-benar seorang yang berkualitas yang dicerminkan dengan tingkat pemahaman
akuntansi yang tinggi selain itu penelitian ini bertujuan menguji hasil penelitian Bulo (2002) yang
menyatakan lembaga pendidikan tinggi akuntansi tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap tingkat
kecerdasan emosional seorang mahasiswa.
PERMASALAHAN
Kecerdasan emosional penting bagi seorang lulusan pendidikan tinggi akuntansi. Kecerdasan
emosional memandu kita untuk mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain serta untuk
menggapainya dengan tepat, menerapkan dengan efektif informasi dan energi emosi dalam kehidupan dan
pekerjaan sehari-hari.

De Mong, Lindgrenndan Perry (1994) dalam Anggraita (2000) mengidentifikasi salah satu keluaran
dari proses pengajaran akuntansi dalam kemampuan intelektual yang terdiri dari keterampilan teknis, dasar
akuntansi dan kapasitas untuk berpikir kritis dan kreatif. Selain ini juga kemampuan komunikasi
organisasional, interpersonal, dan sikap. Oleh karena akuntan harus memiliki kompetensi ini, maka
pendidikan tinggi akuntansi bertanggungjawab mengembangkan keterampilan mahasiswanya untuk
memiliki tidak hanya kemampuan dan pengetahuan di bidang akuntansi tetapi juga kemampuan lain yang
diperlukan untuk berkarier di lingkungan yang selalu berubah dan ketat persaingannya, dalam hal ini
kecerdasaan emosional.
Bulo (2002) menyatakan bahwa kecerdasan emosional dipengaruhi oleh pengalaman hidup yang
dijalani seseorang. Semakin banyak aktifitas atau pengalaman seseorang dalam berorganisasi dan
semakin tinggi pengalaman kerja maka tingkat kecerdasan emosional mahasiswa akan semangkin tinggi.
Sedangkan kualitas lembaga pendidikan tinggi akuntansi tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap
tingkat kecerdasan emosional seorang mahasiswa.
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003

50

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi


SESI

Menurut Suwardjono (1999) proses belajar merupakan kegiatan yang terencana dan kuliah
merupakan kegiatan untuk memperkuat pemahaman mahasiswa terhadap meteri pengetahuan sebagai
hasil kegiatan belajar mandiri.
Berlandaskan pemahaman tentang kecerdasaan emosional, peneliti ingin menganalisis apakah
kecerdasan emosional mahasiswa akuntansi mempengaruhi tingkat pemahaman akutansi dan seberapa
besar pengaruh kecerdasan emosional mahasiswa akuntansi terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
RERANGKA TEORITIS
Kecerdasan Emosional
Kamus Bahasa Indonesia kontemporer mendefinisikan emosi sebagai keadaan yang keras yang
timbul dari hati, perasaan jiwa yang kuat seperti sedih, luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam
waktu cepat. Emosi merujuk pada suatu perasan dan pikiran-pikiran yang khasnya, suatu keadaan yang
biologis dan psikologis serta serangkaian kecendrungan untuk bertindak. Emosional adalah hal-hal yang
berhubungan dengan emosi.
Menurut Goleman (2000), kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenal perasaan
diri sendiri dan orang lain untuk memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi dengan baik di dalam diri kita
dan hubungan kita. Kemampuan ini saling berbeda dan melengkapi dengan kemampuan akademik murni,
yaitu kemampuan kognitif murni yang diukur dengan IQ. Sedangkan menurut Cooper dan Sawaf (1998),
kecerdasan emosional adalah kemampuan mengindra, memahami dan dengan efektif menerapkan

kekuatan dan ketajaman emosi sebagai sumber energi, informasi dan pengaruh. Salovely dan Mayer
(1990) dalam Cherniss (2000), mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan memantau dan
mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan itu untuk memandu pikiran
dan tindakan. Temuan beberapa peneliti, seperti David Wechsler (1958) dalam Cherniss (2000)
mendefinisikan kecerdasaan sebagai keseluruhan kemampuan seeorang untuk bertindak bertujuan, untuk
berfikir rasional, dan untuk berhubungan dengan lingkungannya secara efektif. Aspek-aspek yang terkait
dalam afeksi, personal dan faktor sosial. Temuan Wechsler ini mengidentifikasikan, selain aspek kognisi,
aspek non-kognisi juga berpengaruh dalam mencapai keberhasilan hidup. Kematangan dan kedewasaan
menunjukkan kecerdasan dalam hal emosi. Mayer, dalam Golemen (2000), menyimpulkan bahwa
kecerdasan emosi berkembang sejalan dengan usia dan pengalaman dari kanak-kanak hingga dewasa,
lebih penting lagi bahwa kecerdasan emosional dapat dipelajari.
Komponen kecerdasan emosional
Steiner (1997) dalam Kukila (2001) menyatakan bahwa kecerdasan emosional mencakup 5
komponen, yaitu mengetahui perasaan sendiri, memiliki empati, belajar mengatur emosi-emosi sendiri,
memperbaiki kerusakan sosial, dan interaktivitas emosional. Cooper dan Sawaf (1998) merumuskan
kecerdasan emosional sebagai sebuah titik awal model empat batu penjuru, yang terdiri dari kesadaran
emosi, kebugaran emosi, kedalaman emosi, dan alkimia emosi.
Goleman dalam William Bulo (2002) secara garis besar membagi dua kecerdasan emosional yaitu
kompetensi personal yang meliputi pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi diri dan kompetensi sosial
yang terdiri dari empati dan keterampilan sosial. Goleman, mengadaptasi lima hal yang tercakup dalam

kecerdasan emosional dari model Salovely dan Mayer, yang kemudian diadaptasi lagi oleh Bulo (2002)
yaitu pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati, dan kemampuan sosial.
Kecakapan terbagi kedalam beberapa kelompok, masing-masing berlandaskan kompentensi
kecerdasan emosional yang sama, namun seperti yang dinyatakan Goleman dalam William Bulo (2002)
resep untuk memiliki kinerja menonjol hanya mempersyaratkan kita kuat dalam sejumlah kecakapan
tertentu, biasanya paling sedikit enam, dan kekuatan itu tersebar merata di kelima bidang kecerdasan
emosional.

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003

51

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi

SESI

Bagan Kecakapan Kecerdasan Emosional

Kecerdasan Emosional

Kecakapan Pribadi
Kesadaran diri
 Kesadaran emosional
 Penilaian diri yang kuat
 Kepercayaan diri
Kendali diri
 Kontrol diri
 Dapat dipercaya
 Berhati-hati
 Adaptabilitas
 Inovasi

Motivasi
 Dorongan berprestasi
 Komitmen
 Inisiatif
 Optimisme

Kecakapan Sosial
Empati

 Memahami orang
lain
 Mengembangkan
orang
 Orientasi pelayanan
 Mengatasi

Keterampilan Sosial
 Pengaruh
 Komunikasi
 Manajemen konflik
 Kepemimpinan
 Katalisator perubahan
 Membangun ikatan
 Kolaborasi dan kooperasi
 Kemampuan tim

Sumber: William Bulo, interprestasi bebas dari Goleman (2000).
Pemahaman Akuntansi
Pengertian Akuntansi

Suwardjono (1991) menyatakan akuntansi merupakan seperangkat pengetahuan yang luas dan
komplek. Cara termudah untuk menjelaskan pengertian akuntansi dapat dimulai dengan
mendefinisikannya. Akan tetapi, pendekatan semacam ini mengandung kelemahan. Kesalahan dalam
pendefinisian akuntansi dapat menyebabkan kesalahan pemahaman arti sebenarnya akuntansi. Akuntansi
sering diartikan terlalu sempit sebagai proses pencatatan yang bersifat teknis dan prosedural dan bukan
sebagi perangkat pengetahun yang melibatkan penalaran dalam menciptakan prinsip, prosedur, teknis, dan
metoda tertentu.
Atas dasar definisi yang diajukan para ahli atau badan autoritatif (antara lain Grady, 1965 dan
Accounting Principles Board, 1970), dalam Suwardjono (1999) akuntansi didefinisikan dari dua sudut:
sebagai perangkat pengetahuan dan sebagai proses atau praktik.
Kedua definisi di atas dapat dijelaskan arti dan implikasinya dengan cara mengenali kata kunci
yang terkandung didalamnya:
 Perekayasaan penyediaan jasa
 Informasi
 Laporan keuangan kuantitatif


Peneliti setuju dengan pendapat Suwardjono (2002) berkaitan dengan penggunaan istilah akuntansi. Istilah akuntansi
merupakan suatu anomali istilah kalau digunakan untuk mengacu pada pengertian sebagai suatu bidang studi, untuk
sementara masih digunakan istilah akuntansi dalam karya ini semata-mata untuk mengikuti tradisi dan bukan untuk
membenarkan istilah tersebut.
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003

52

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi









SESI

Unit organisasi
Bahan olah akuntansi
Transaksi keuangan
Pemrosesan data dasar
Pihak yang berkepentingan
Cara tertentu prinsip (akuntansi berterima umum)
Dasar pengambilan keputusan

Pendidikan tinggi mengadakan program pendidikan mengacu pola link dan match. Pengertian link
and match yang dimaksud adalah keterkaitan antara produktifitas pendidikan baik mencakup kuantitas,
kualitas, kualifikasi yang dibutuhkan dengan kebutuhan pembangunan, dunia industri, masyarakat maupun
individu lulusan perguruan tinggi yang bersangkutan. Kenyataannya pasar kerja dan dunia kerja, tidak
hanya membutuhkan lulusan perguruan tinggi yang semata-mata memiliki penguasaan akan ilmu
pengetahun, tetapi dibutuhkan juga sejumlah kompensasi lain yang tidak berhubungan dengan ilmu
pengetahuan secara langsung.
The Institute Of Chartered Accountens Of Australia (ICAA) (1993), (Ward, 1996), dan juga
Accounting Education Change Comission (AECC) yang dibentuk di Amerika Serikat untuk menindaklanjuti
pernyataan The Bredford Comitee mengatakan pendidikan akuntansi setidaknya harus dapat
mempersiapkan peserta didik untuk memulai dan mengembangakan keanekaragaman karier profesional
dalam bidang akuntansi. AECC mengajukan rekomendasi diadakannya reorientasi fokus pendidikan tinggi
akuntansi. Pada dasar AECC menyarankan sistem pendidikan akuntansi yang mampu menghasilkan
lulusan yang utuh sebagai tenaga profesinal. Untuk itu diperlukan tidak semata-mata pengetahuan bisnis
dan akuntansi, tetapi juga penguasaan keterampilan intelektual, interpersonal, dan komunikasi serta
orientasi profesional.
Pengembangan Hipotesis
Kecerdasan emosional memiliki peranan lebih dari 80 persen untuk mencapai kesuksesan hidup,
baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Dalam kehidupan akademik, tampaknya kecerdasan
emosional juga memiliki peranan besar. Untuk menjadi seorang sarjana, dibutuhkan proses yang panjang,
usaha yang keras dan dukungan dari berbagai pihak. Proses ini akan mempengaruhi pengalaman hidup
mahasiswa. Dalam hal ini peneliti menyusun hipotesis berdasar pengaruh kecerdasan emosional terhadap
tingkat pemahaman akuntansi.
Pengenalan Diri
Untuk menghadapi masa depan para mahasiswa akuntansi diharapkan mampu mengenal diri
mereka sesuai dengan keterampilan dasar dari kecakapan emosi. Dengan demikian diharapkan mereka
dapat belajar dengan sungguh-sungguh dan sadar sesuai dengan kemampuan dan kewajibannya serta
mempunyai rasa percaya diri yang kuat. Mahasiswa yang belajar berdasarkan kecakapan emosi ini sudah
pasti akan belajar dengan maksimal, dalam hal ini akan lebih paham tentang apa yang mereka pelajari
sehingga mendapatkan prestasi yang lebih baik dengan kualitas tinggi.
Berdasarkan uraian ini dapat diasumsikan bahwa pengenalan diri dapat mempengaruhi tingkat
pemahaman akuntansi. Pengenalan diri dianggap dapat merubah proses belajar mahasiswa dimana
mereka memperoleh tingkat pemahaman yang lebih baik. Oleh karena itu diajukan hipotesis sebagai
berikut:
Ha1: Pengenalan diri berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi
Pengendalian Diri
Yang menjadi tanggungjawab bagi seorang mahasiswa di lingkungan kampus adalah
mengendalikan suasana hati mereka sendiri. Suasana hati bisa sangat berkuasa atas pikiran, ingatan dan
wawasan. Bila kita sedang marah, kita paling mudah mengingat kejadian-kejadian yang mempertegas
dendam kita, pikiran kita jadi sibuk dengan objek kemarahan kita, dan sikap mudah tersinggung
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003

53

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi

SESI

menjungkirbalikkan wawasan kita sehingga yang biasanya tampak baik kini menjadi pemicu kebencian.
Menolak suasana hati yang jahat ini penting sekali agar kita dapat belajar dengan produktif.
Keterampilan ini tidak mudah untuk dilakukan terutama mewujudkan emosi yang tidak mencolok.
Tanda-tandanya meliputi ketegaran saat menghadapi stres atau menghadapi seseorang yang bersikap
bermusuhan tanpa membalas dengan sikap serupa. Contoh lain yang berhubungan dengan ini adalah
manajemen waktu untuk seorang mahasiswa. Agar bisa taat pada jadwal kuliah dan tugas-tugas yang
diberikan dosen maka mahasiswa memerlukan kendali-diri, kemampuan menolak sesuatu yang penting
padahal remeh, kemampuan untuk menolak godaan untuk menikmati kesenangan yang memboroskan
waktu atau godaan untuk mengalihkan perhatian. Jika prinsip kecakapan ini sudah dimiliki mahasiswa
maka ia akan mampu menyeimbangkan semangat, ambisi dan kemampuan keras mereka dengan kendali
diri, sehingga mampu memadukan kebutuhan pribadi dalam meraih prestasi belajar.
Berdasarkan uraian ini, dapat diasumsikan bahwa pengendalian diri dapat mempengaruhi tingkat
pemahaman akuntansi. Pengendalian diri mampu membuat mahasiswa menjadi seorang yang lebih
bertanggungjawab, berhati-hati atau teliti dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Sudah pasti ini akan
menghasilkan prestasi yang baik. Oleh karena itu diajukan hipotesis sebagai berikut:
Ha2: Pengendalian diri berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Motivasi
Motivator yang paling berdaya guna adalah motivator dari dalam, bukan dari luar. Sebagai contoh,
bila seseorang membuat catatan harian tentang apa yang mereka rasakan sewaktu menjalankan sejumlah
tugas sepanjang hari, ada suatu hasil yang jelas: mereka dapat merasa bekerja lebih baik apabila
mengerjakan sesuatu yang mereka sukai dari pada bila bekerja hanya karena ada imbalan untuk pekerjaan
itu. Ketika mengerjakan sesuatu tugas karena kenikmatannya, suasana hati mereka berada dipuncak,
bahagia dan bergairah. Ketika mengerjakan sesuatu hanya karena dibayar, orang cenderung merasa
bosan, tidak tertarik, bahkan agak mudah tersinggung (dan merasa tidak bahagia ketika tugas yang dijalani
mendatangkan stres dan sangat membebani). Para mahasiswa yang memiliki upaya meningkatkan diri
menunjukkan semangat juang ke arah penyempurnaan diri yang merupakan inti dari motivasi untuk meraih
prestasi. Setiap kali mahasiswa belajar secara rutin untuk menemukan cara peningkatan diri, mereka
mewujudkan hasrat kolektif mereka untuk berprestasi. Sebaliknya, ketika harus menetapkan sasaransasaran atau standar-standar bagi diri sendiri, mahasiswa dengan kecakapan peraihan prestasinya rendah
biasanya tidak serius atau tidak realistis, yakni mencari tugas-tugas yang entah terlalu rendah atau terlalu
ambisius. Mereka yang terdorong oleh kebutuhan untuk meraih prestasi selalu mencari jalan untuk
menemukan sukses mereka.
Berdasarkan uraian ini, dapat diasumsikan bahwa motivasi diri dapat mempengaruhi tingkat
pemahaman akuntasi. Seseorang mahasiswa yang termotivasi untuk berprestasi akan lebih jeli
menemukan cara-cara untuk belajar lebih baik, untuk berusaha, untuk membuat inovasi, atau menemukan
keunggulan kompetitif. Oleh karena itu diajukan hipotesis sebagai berikut:
Ha3: Motivasi berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Empati
Prasyarat untuk empati adalah kesadaran diri, mengenali sinyal-sinyal perasaan yang tersembunyi
dalam reaksi-reaksi tubuh kita sendiri. Di kalangan mahasiswa yang paling efektif dari empatik adalah
mempunyai kemampuan paling tinggi dalam penolakan terhadap sinyal-sinyal emosi tubuh sendiri mulai
dari mendengar, memahami, dan bersosial dengan lingkungan kampus. Oleh karena itu diajukan hipotesis:
Ha4: Empati berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial ini dapat dilihat dari sinkroni antara dosen dan mahasiswanya yang
menunjukkan seberapa jauh hubungan yang mereka rasakan, studi-studi di kelas membuktikan bahwa
semakin erat koordinasi gerak antara dosen dan mahasiswa, semakin besar perasaan bersahabat,
bahagia, antusias, minat, dan adanya keterbukaan ketika melakukan interaksi. Hal inilah yang dapat
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003

54

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi

SESI

menyebabkan mahasiswa dapat belajar dengan suasana yang baik sehingga hasil yang dicapai dapat
maksimal. Oleh karena itu diajukan hipotesis sebagai berikut:
Ha5: Keterampilan sosial berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
METODA PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini meliputi mahasiswa akuntansi tingkat akhir yang telah menempuh
120 SKS, sehingga dapat dianggap telah mendapat manfaat maksimal dari pengajaran akuntansi. Sampel
penelitian untuk mahasiswa ini diambil dari 3 universitas yaitu mahasiswa tingkat akhir jurusan akuntansi di
STIE YKPN, Universitas Pembangunan Nasional, dan Universitas Islam Indonesia. Angkatan untuk
kelompok responden dibatasi dari angkatan 1998, 1999, dan angkatan 2000, hal ini untuk menjaga
ekuivalensi responden yang hendak dibandingkan.
Penyebaran kuesioner dilakukan dengan mendatangi satu persatu calon responden, mengecek
apakah calon memenuhi persyaratan sebagai calon responden, lalu menanyakan kesediaan untuk mengisi
kuesioner. Prosedur ini penting dilaksanakan karena peneliti ingin menjaga agar kuesioner hanya diisi oleh
responden yang memenuhi syarat dan bersedia mengisi dengan kesungguhan. Penyebaran ini dilakukan
sendiri oleh peneliti, juga dibantu oleh sejumlah rekan peneliti.
Cara pengambilan sampel dilakukan dengan non probability sampling berupa purposive sampling
dan convenience sampling. Peneliti menetapkan jumlah kuesioner yang disebar sebesar 200 eksemplar.
Penyebaran ini mempertimbangkan tingkat pengembalian yang tinggi, dalam penelitian ini ternyata
responden rate yang diperoleh sebesar 51%, dengan rincian sebagai berikut:
TABEL 1

Deskripsi Kuesioner
Responden
Mahasiswa UPN
Mahasiswa UII
Mahasiswa STIE YKPN
Total

Kuesioner
Disebar
100
45
55
200

Kuesioner
kembali
65
65%
15
33,3%
22
40%
102
51%

Kuesioner
gugur
22
9
11
42

Kuesioner dapat
diolah
43
6
11
60

Tingkat responden sebesar 51% termasuk sangat bagus, hal ini dimungkinkan dengan
penyebaran kuesioner yang dilakukan dengan mendatangi satu persatu calon responden. Dengan cara ini
disamping memperoleh tingkat responden yang tinggi juga dilakukan pengecekan responden apakah calon
memenuhi persayaratan sebagai responden. Prosedur ini penting untuk dilakukan karana peneliti ingin
menjaga agar kuesioner hanya diisi oleh responden yang memenuhi syarat. Penyebaran ini selain
dilakukan sendiri oleh peneliti, juga dibantu oleh sejumlah rekan peneliti.
VARIABEL INDEPENDEN


2. Pengendalian diri sebagai variabel independen kedua ( 
3. Motivasi diri sebagai variabel independen ketiga (  )
4. Empati sebagai variabel independen keempat (  )
5. Kemampuan social sebagai variabel independen (  )
1. Pengenalan diri sebagai variabel independen pertama (

1

2

)
)

3

4

5

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003

55

SESI

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi

VARIABEL DEPENDEN
Penguasaan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan
nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru atau dosen (Muliono dalam Hanifah, 2001). Variabel
dependen ditentukan berdasar nilai mata kuliah PA 1, PA 2, AKM 1, AKM 2, AKL 1, AKL 2, Auditing 1,
Auditing 2, dan TA dengan maksud mengkhususkan pada matakuliah-matakuliah akuntansi.
ALAT ANALISIS DATA
Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda dengan persamaan sebagai
berikut:

   

             e
Dengan Y adalah prestasi akademi (IPK) mahasiswa;  adalah pengenalan diri; 
adalah pengendalian diri;  adalah motivasi;  adalah empati;  adalah keterampilan sosial;
 adalah konstanta;  adalah koefisien regresi; dan e adalah faktor pengganggu di luar model.
0

1

1

2

2

3

3

4

4

5

5

1

3

0

4

2

5

i

DESKRIPSI SAMPEL PENELITIAN
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Dari 60 kuesioner yang dapat diolah, didapat gambaran umum responden yang terinci pada
lampiran 1 dan 2 dapat diketahui bahwa responden angkatan 1998 keatas (sebanyak 9 orang atau 15%),
angkatan 1999 (50 orang atau 83,3%), dan angkatan 2000 (1 orang atau 1,7%). Responden untuk
angkatan masuk didominasi oleh angkatan 1999 hal ini disebabkan karena angkatan 1998 sudah banyak
yang lulus, sedangkan untuk angkatan 2000 hanya ada beberapa mahasiswa yang memenuhi kriteria
penelitian (sudah menempuh 120 SKS dan mata kuliah TA). Pada umumnya usia responden didominasi
oleh kelompok usia 21-22 tahun (sebanyak 45 orang atau 75%).
Berdasarkan jenis kelamin, responden pria lebih sedikit (27 orang atau 45%) dari responden
wanita (33 orang atau 55%). Perbedaan kuantitas ini diabaikan karena tujuan dari penelitian ini tidak untuk
melihat isu jender dalam kaitannya dengan tingakat pemahaman akuntansi. Sebagian besar responden
memiliki IPK diantara 3,01-3,50 (sebanyak 40 orang atau 66,7%) dan cendrung searah dengan jumlah SKS
pada semester berjalan (yaitu 141-151 SKS oleh 53 orang atau 88,4%).
Berdasarkan nilai mata kuliah dibidang akuntansi didominasi oleh nilai B, dimana nilai PA 1 (27
orang atau 45%), nilai PA 2 (27 orang atau 45%), nilai AKM 1 (34 orang atau 56,7%), nilai AKM 2 (32 orang
atau 53,3%), nilai AKL 1 (22 orang atau 36,6%), nilai AKL 2 (32 orang atau 53,3%), nilai Auditing 1 (50
orang atau 83,4%), nilai Auditing 2 (40 orang atau 66,7%), dan untuk nilai TA (28 orang atau 46,7%).
Dominasi nilai B ini dapat menggambarkan bahwa mahasiswa hanya mampu memperoleh nilai baik
sedangkan sedangkan mahasiswa yang memperoleh nilai baik sekali (nilai A) cenderung lebih kecil. Untuk
nilai D prosentasenya kecil sekali hal ini dimungkinkan karena responden sudah menggulang mata kuliah
yang mendapat nilai D.
VALIDITAS
Setelah dilakukan pengujian validitas ternyata ada beberapa kuesioner yang tidak valid yaitu kuesioner no:
1, 8, 12, 18, 33, 38, 40, 41, 45, 46. Maka pertanyaan tersebut tidak diikutkan dalam pengujian selanjutnya
atau dilakukan pengedropan pada item kuesioner tersebut. Hal ini dimaksudkan agar kuesioner validitas
terjamin. Gambaran umun item kuesioner setelah dilakukan pengedropan pada lampiran 4.
RELIABILITAS
Uji reliabilitas dipakai guna menunjukkan tingkat kendalan kuesioner yang digunakan dalam
penelitian. Uji reabilitas menghasilkan total Cronbach Alpha () sebesar 0,7357 (lampiran 5). Hal ini
menunjukkan bahwa kuesioner cukup andal, apabila digunakan untuk mengukur kembali objek yang sama,
hasil yang ditunjukkan relatif tidak berbeda. Gambaran umum item kuesioner setelah dilakukan uji
reliabilitas pada lampiran 5.
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003

56

SESI

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi

ANALISIS HASIL PENELITIAN
Statistika Deskriptif
Hasil statistika deskriptif dari skor kecerdasan emosional masing-masing item dapat dilihat pada
tabel berikut.

Statistika Deskriptif Kecerdasan Emosional
N

Minimum

Maksimum

Mean

)
Pengendalian diri (  )
Motivasi (  )
Empati (  )
Keterampilan sosial (  )

60

1.60

3.80

2.8417

Std.
Deviation
0.4574

60

2.10

3.70

2.8717

0.3823

60

2.70

4.80

3.7217

0.5056

60

1.60

3.10

2.4800

0.3616

60

1.70

3.30

2.5083

0.3548

Valid N (Listwise)

60

Pengenalan diri (

1

2

3

4

5

Statistika deskriptif untuk variabel pengenalan diri (
variabel motivasi (



3

), variabel empati (



4



1

), variabel pengendalian diri (

), dan variabel keterampilan sosial (



5



2

),

) diperoleh

nilai mean yang tidak berbeda jauh, demikian juga dengan nilai minimum dan nilai maksimum. Nilai mean
terbesar terdapat pada variabel motivasi (



3

) sebesar 3,7217 yang menunjukkan bahwa hal dominan

yang mempengaruhi tingkat pemahaman akuntansi adalah variabel motivasi, sedangkan skor maksimum
diperoleh 48 dan skor minimum 16. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata responden mampu mengerjakan
hampir semua soal yang ada tetapi ada juga responden yang tidak bisa menjawab setengah dari soal yang
ada.
Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap
model dalam persamaan:

 6,784  0,101 x1  0,303 x2  0,367 x3  0,147 x4  0,0023884 x5  e

Untuk mengetahui apakah model tersebut dapat digunakan sebagai dasar estimasi yang tidak
bias maka dilakukan uji asumsi klasik. Ringkasan hasil analisis terhadap asumsi multikolinieritas dan
heteroskedastisitas dapat dilihat pada lampiran 6.
Multikolinieritas terindikasi apabila terdapat hubungan linier antara variabel-variabel independen
dalam model regresi. Dari hasil olah data menunjukkan bahwa nilai VIF semua variabel independen
dibawah 10 dan nilai toleransi di atas 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi hubungan linier dintara
variabel independen dalam model regresi. Sedangkan uji Park yang digunakan untuk menguji apakah
diantara variabel-variabel independen teridikasi gejala heteroskedastisitas menunjukkan bahwa untuk
variabel

pengenalan diri (

keterampilan sosial (



5



1

), pengendalian diri (



2

), motivasi (



3

), empati (



4

),

) dapat dipastikan tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini dapat dibuktikan

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003

57

SESI

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi

dengan nilai t-hitung < t-tabel, yaitu t-tabel sebesar 2,0040 sedangkan t-hitung untuk pengenalan diri
sebesar -0,889, t-hitung pengendalian diri sebesar 0,076, t-hitung motivasi sebesar 1,697, t-hitung empati
sebesar 0,541, dan t-hitung keterampilan sosial sebesar -0,593.
Untuk mendiagnosis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian
terhadap nilai uji Durbin-watson (D). Hasil pengujian menunjukkan bahwa untuk, pengenalan diri (
pengendalian diri (



2

), motivasi (



3

), empati (



4

), keterampilan sosial (



5



1

),

) dapat dipastikan

tidak terjadi autokorelasi. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien D sebesar 2,395. pengujian autokorelasi
dapat dilihat dari nilai dl dan du yakni 1,438 dan 1,767. Oleh karena nilai D 2,395 lebih besar dari pada
batas atas (du) 1,767 maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi positif pada model regresi.
UJI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, untuk
melihat pengaruh kecerdasan emosional yang ditinjau dari variabel pengenalan diri (
pengendalian diri (
sosial (



5



2

), variabel motivasi (



3

), variabel empati (



4



1

), variabel

), dan variabel keterampilan

) tehadap tingkat pemahaman akuntansi. Hasil pengolahan data dengan regresi linier

berganda dirangkum dalam lampiran 8.
Berdasarkan hasil olah data pada lampiran 8 diatas maka diperoleh persamaan regresi sebagai
berikut:

 6,784  0,101 x1  0,303 x2  0,367 x3  0,147 x4  0,0023884 x5  e

Dalam hal ini:

Berdasarkan persamaan diatas dapat dijelaskan bahwa, koefisien dan variabel pengenalan diri
adalah



1

= -0,101 yang berarti setiap kenaikan variabel pengenalan diri sebesar 1 maka tingkat

pemahaman akuntansi akan turun sebesar 10,1% dengan asumsi variabel yang lain tetap. Variabel
pengenalan diri secara parsial mempunyai nilai sig.t = 0,849. Ini berarti secara parsial hubungan variabel
pengenalan diri (



1

) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi (  )

pada  = 0,5 sehingga H02 tidak dapat ditolak, argumen yang dapat diberikan adalah jika pengenalan
diri meningkat maka mahasiswa akan cenderung untuk bersikap idialisme. Sikap ini kadang-kadang
membuat mahasiswa sulit untuk menerima pendapat orang lain termasuk dosen. Perbedaan pendapat
inilah yang membuat mahasiswa malas untuk belajar, yang akibatnya menyebabkan tingkat pemahaman
akuntansi akan menurun
Variabel pengendalian diri (



2

) menghasilkan koefisien



2

= 0,303 yang berarti setiap

kenaikan variabel pengendalian diri sebesar 1 maka tingkat pemahaman akuntansi akan meningkat
sebesar 30,3% dengan asumsi variabel yang lain tetap. Variabel pengendalian diri secara parsial
menpunyai sig.t = 0,391. Ini berarti secara parsial hubungan variabel pengendalian diri (



2

) tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi (  ) pada level of significant 0,05
atau H03 tidak dapat ditolak, argumen yang dapat diberikan adalah faktor lingkungan pergaulan. Akibatnya
mahasiswa sulit untuk tetap bersemangat dalam belajar tetapi cenderung lebih terpancing untuk melakukan
hal-hal yang tidak bermanfaat.
Variabel motivasi (



3

) memiliki koefisien



3

= 0.367 yang berarti setiap kenaikan variabel

motivasi sebesar 1 maka tingkat pemahaman akuntansi akan meningkat sebesar 36.7% dengan asumsi
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003

58

SESI

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi

variabel yang lain tetap. Variabel motivasi secara parsial mempunyai sig.t = 0.391. Ini berarti secara parsial
hubungan variabel motivasi (



3

) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman

akuntansi pada  = 5% atau H04 tidak dapat ditolak. Hal ini bisa saja disebabkan karena faktor trauma
kegagalan yang dialami mahasiswa. Akibatnya mahasiswa merasa tidak mampu dan tidak berani untuk
mencoba lagi. Tentu saja hal ini akan mengurangi semangat untuk belajar dan berprestasi.
Variabel empati (



4

) memiliki koefisien



4

= -0,147 yang berarti setiap kenaikan variabel

empati sebesar 1 maka tingkat pemahaman akuntansi akan turun sebesar 14,7% dengan asumsi variabel
yang lain tetap. Variabel empati secara parsial mempunyai sig.t = 0,777. Hal ini secara parsial hubungan
variabel empati tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi pada  = 5%
atau H05 tidak dapat ditolak. Hal ini bisa saja disebabkan karena faktor masalah pribadi yang dialami
mahasiswa sehingga mahasiswa cendrung tidak akan berkonsentrasi dalam perkuliahan, tidak
mendengarkan dosen dan mungkin akan terlihat murung. Keadaan ini akan membuat mahasiswa malas
belajar dan lebih memilih memikirkan masalah pribadinya.
Variabel keterampilan sosial (



5

) memiliki koefisien



5

= -0,002884 yang berarti setiap

kenaikan variabel keterampilan sosial sebesar 1 maka tingkat pemahaman akuntansi akan turun sebesar
0.2884% dengan asumsi variabel yang lain tetap. Variabel keterampilan sosial secara parsial mempunyai
nilai signifikan t = 0,962. Ini berarti secara hubungan variabel keterampilan sosial tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi pada  = 5% atau H06 tidak dapat ditolak. Hal ini bisa
saja disebabkan antara lain karena faktor pekerjaan. Mahasiswa yang bekerja umumya kurang
memperhatikan perkembangan kampus. Akibatnya mahasiswa ini kurang komunikatif baik itu pada
mahasiswa lain ataupun pada dosen. Biasanya mahasiswa seperti ini lebih cenderung memikirkan
pekerjaan dari pada harus belajar atau pergi kuliah.
Koefisien korelasi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel tingkat pemahaman
akuntansi dari hasil olah data adalah sebesar 0,190 yang bermakna adanya keterkaitan antara tingkat
pemahaman akuntansi dengan kecerdasan emosional sebesar 19%. Yang berarti terdapat hubungan yang
lemah antara tingkat pemahaman akuntansi dengan variabel pengenalan diri, variabel pengendalian diri,
variabel motivasi, variabel empati, dan variabel keterampilan sosial.
Koefisien determinasi (

R

2

) diperoleh sebesar 0,036, yang berarti hanya 3,6% perubahan

tingkat pemahaman akuntansi dipengaruhi oleh variabel pengenalan diri, variabel pengendalian diri,
variabel motivasi, variabel empati, dan variabel keterampilan sosial. Sedangkan selebihnya 96,4% lainya
dipengaruhi oleh variabel-variabel diluar variabel-veriabel yang telah disebutkan diatas yang tidak teramati
dalam penelitian ini.
Secara parsial, berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai

 , ,
2

3

sedangkan
pada

t

t

4

tabel

hitung

dan



5

t

hitung

untuk parameter



1

,

masing-masing sebesar -0.191, 0.515, 0.865, -0.285, dan -0.047,

pada level of significant 0,05 adalah sebesar 2,0049. Artinya

t

tabel

lebih besar dari

, yang berarti bahwa H02, H03, H04, H05 dan H06 tidak dapat ditolak, sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel pengenalan diri, variabel pengendalian diri, variabel motivasi, variabel empati,
dan variabel keterampilan sosial tidak berpengaruh secara signifikan.
Untuk mengetahui pengaruh secara serentak atau keseluruhan (over all test ratio) variabel bebas (
 ) terhadap variabel terikat (  ) digunakan analisis nilai
yang diperoleh dalam

F. F

penelitian ini pada level of significant (  ) = 0,05 adalah 0,337 sementara

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003

hitung

F

tabel

adalah 2,3861. Jadi

59

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi

F

tabel

>

F

hitung

yang berarti

SESI

bahwa H0 tidak dapat ditolak atau variabel independen tidak

mempengaruhi variabel dependen. Dengan demikian dapat dikatakan besarnya tingkat pemahaman
akuntansi tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor kecerdasan emosional.
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Pengaruh kecerdasan emosional yang terdiri dari pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi,
empati, dan keterampilan sosial dalam penelitian ini secara berurutan mempunyai pengaruh positif
terhadap pemahaman akuntansi adalah motivasi dan pengendalian diri, sedangkan pengaruh negatif
ditunjukkan oleh keterampilan sosial, pengendalian diri, dan empati. Keterkaitan antara kecerdasan
emosional dengan perubahan tingkat pemahaman akuntansi sebesar 0.19 yang berarti hubungan tersebut
tidak begitu kuat. Kecerdasan emosional secara statistis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat pemahaman akuntansi, hal ini bisa saja disebabkan karena banyaknya faktor-faktor diluar faktor
kecerdasan emosial yang berpengaruh dalam kehidupan individual, dalam hal ini mahasiswa. Banyak
faktor lain yang tidak teramati dalam penelitian ini, misalnya faktor tekanan mental, lingkungan pergaulan,
trauma kegagalan, masalah pribadi, kegiatan diluar kampus (bekerja), budaya, atau bisa saja disebabkan
perilaku belajar mahasiswa. Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor pendidikan akuntansi
sangat luas untuk diteliti lebih mendalam. Penelitian selanjutnya bisa dilakukan dengan mengekplorasi
faktor-faktor yang dominan dalam pembentukan kecerdasan emosional.
KELEMAHAN PENELITIAN
Sampel yang diperoleh adalah 102 namun demikian yang dapat diolah hanya 60 mahasiswa tingkat akhir
jurusan akuntansi pada STIE YKPN, UII, dan UPN, sehingga sampel dari hasil penelitian ini tidak
sepenuhnya dapat diandalkan untuk lingkup yang lebih luas, untuk itu riset mendatang disarankan
menggunakan sampel dari berbagai perguruan tinggi baik itu perguruan tinggi swasta ataupun negeri.
Tingkat pemahaman akuntansi pada penelitian ini hanya ditinjau dari kecerdasan emosional,
padahal banyak faktor yang mempengaruhi suatu proses pembelajaran. Masih banyak hal lain yang terkait
seperti perilaku belajar mahasiswa yang ditinjau dari kebiasaan mahasiswa dalam mengikuti pelajaran,
membaca buku, kunjungan keperpustakaan, dan kebiasaan dalam menghadapi ujian.
SARAN
Studi mendatang juga diharapkan dapat menggunakan sampel yang lebih banyak dengan melihat
pengaruh kecerdasan emosional pada mahasiswa yang ada pada perguruan tinggi swasta dan perguruan
tinggi negeri. Dalam penelitian ini digunakan nilai rata-rata mata kuliah akuntansi, penelitian mendatang
bisa dilakukan dengan menggunakan variabel dependen IPK sebagai tolok ukur keberhasilan meraih
kesuksesan belajar di PT.
LAMPIRAN 1
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Karakteristik
Angkatan

Usia responden

Jenis kelamin

Kategori
>1998
1999
2000
Total
21-22 tahun
23-24 tahun
25<
Total
Pria

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003

Jumlah
9
50
1
60
45
14
1
60
27

%
15%
83,3%
1,7%
100%
75%
23,3%
1,7%
100%
45%

60

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi

Wanita
Total
120-130 SKS
131-140 SKS
141-151 SKS
Total
< 2,50
2,51-3,00
3,01-3,50
> 3,51
Total

Jumlah SKS

IPK

SESI

33
60
5
2
53
60
5
14
40
1
60

55%
100%
8,3%
3,3%
88,4%
100%
8,3%
23,3%
66,7%
1,7%
100%

Jumlah
24
27
9
60
23
27
9
1
60
16
34
10
60
15
32
13
60
20
22
14
4
60
8
32
20
60
5
50
5
-

%
45%
45%
15%
100%
3,8%
45%
15%
1,7%
100%
26,7%
56,7%
16,6%
100%
25%
53,3%
21,7%
100%
33,3%
36,7%
23,3%
6,7%
100%
13,3%
53,3%
33,4%
100%
8,3%
83,4%
8,3%
-

LAMPIRAN 2
KARAKTERISTIK NILAI RESPONDEN
Karakteristik
Nilai mata kuliah PA 1

Nilai mata kuliah PA 2

Nilai mata kuliah AKM 1

Nilai mata kuliah AKM 2

Nilai mata kuliah AKL 1

Nilai mata kuliah AKL 2

Nilai mata kuliah Auditing 1

Kategori
A
B
C
D
Total
A
B
C
D
Total
A
B
C
D
Total
A
B
C
D
Total
A
B
C
D
Total
A
B
C
D
Total
A
B
C
D

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003

61

SESI

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi

Total
A
B
C
D
Total
A
B
C
D
Total

Nilai mata kuliah Auditing 2

Nilai mata kuliah TA

60
6
40
14
60
14
28
15
3
60

100%
10%
66,7%
23,3%
100%
23,3%
46,7%
25%
5%
100%

LAMPIRAN 3
HASIL UJI VALIDITAS
Variabel Kecerdasan
Emosional
Pengenalan diri (



Pengendalian diri (

1



)

2

)

 )
Empati (  )
Motivasi (

Kuesioner
yang diuji
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10

Signifikansi
0,000 - 0.890

11,12,13,14,15,16,17,18,19,20

0,000 - 0.121

21,22,23,24,25,26,27,28,29,30

0.00 - 0.011

31,32,33,34,35,36,37,38,39,40

0,000 – 0,925

41,42,43,44,45,46,47,48,49,50

0,000 – 0,098

3

4

Keterampilan sosial (



5

)

Total

50
LAMPIRAN 4
HASIL UJI VALIDITAS
Variabel Kecerdasan
Emosional

)
Pengendalian diri (  )
Motivasi (  )
Empati (  )
Keterampilan sosial (  )
Pengenalan diri (

SETELAH DILAKUKAN PENGEDROPAN
Kuesioner
Yang diuji
2,3,4,5,6,7,9,10

0,000 - 0.017

11,13,14,15,16,17,19,20

0,000 - 0.017

21,22,23,24,25,26,27,28,29,30

0.00 - 0.013

31,32,34,35,36,37,39

0,000 – 0,027

42,43,44,47,48,49,50

0,000 – 0,033

signifikansi

1

2

3

4

5

Total

40

Variabel Kecerdasan

LAMPIRAN 5
HASIL UJI RELIABILITAS
Kuesioner

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003

Alpha if Item Deleted

62

SESI

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi

Emosional

)
Pengendalian diri (  )
Motivasi (  )
Empati (  )
Keterampilan sosial (  )
Pengenalan diri (

Yang diuji
2,3,4,5,6,7,9,10

0,7233 – 0,7329

11,13,14,15,16,17,19,20

0,7278 – 0,7320

21,22,23,24,25,26,27,28,29,30

0,7250 – 0,7329

31,32,34,35,36,37,39

0,7261 – 0,7330

42,43,44,47,48,49,50

0.7270 – 0,7328

1

2

3

4

5

Total

40

LAMPIRAN 6
HASIL ANALISIS MULTIKOLINIERITAS
Variabel

)
Pengendalian diri (  )
Motivasi (  )
Empati (  )
Keterampilan sosial (  )
Pengenalan diri (

Tolerance
0.370

VIF
2.706

0.430

2.326

0.473

2.116

0.621

1.610

0.465

2.152

1

2

3

4

5

LAMPIRAN 7
HASIL ANALISIS HETEROSKEDASTISITAS UJI PARK
Variabel

)
Pengendalian diri (  )
Motivasi (  )
Empati (  )
Keterampilan sosial (  )
Pengenalan diri (

t-hitung
-0.889

t-tabel
2.0040

0.076

2.0040

1.697

2.0040

0.541

2.0040

-0.593

2.0040

1

2

3

4

5

LAMPIRAN 8
ANALISIS PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP TINGKAT
PEMAHAMAN AKUNTANSI

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003

63

SESI

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi

Variabel

Koef. Regresi

Constant

)
Pengendalian diri (  )
Motivasi (  )
Empati (  )
Keterampilan sosial (  )
Pengenalan diri (

t

hitung

6.784
-0.101

-0.191

0.303

0.515

0.367

0.865

-0.147

-0.285

-0.002884

-0.047

1

2

3

4

5

LAMPIRAN KUESIONER
Responden yang terhormat,
Kami memohon kesediaan Anda untuk meluangkan waktu sejenak guna mengisi angket ini. Kami berharap
Anda menjawab dengan leluasa, sesuai dengan apa yang Anda rasakan, lakukan dan alami, bukan apa
yang seharusnya / yang ideal. Anda diharapkan menjawab dengan jujur dan terbuka, sebab tidak ada
jawaban yang benar atau salah. Sesuai dengan kode etik penelitian, kami menjamin kerahasiaan semua
data. Kesediaan Anda mengisi angket ini adalah bantuan yang tak ternilai bagi kami. Akhirnya, kami
sampaikan terima kasih atas kerjasamanya.
Peneliti
DATA RESPONDEN
Nama:
Umur:
tahun

(boleh tidak diisi)
Jenis Kelamin: laki-laki / perempuan*

Tahun masuk PT (angkatan):
PENDIDIKAN
Anda kuliah di Univ./jurusan
angkatan tahun
Berapa totak SKS yang sudah Anda kumpulkan saat ini
Berapa indeks prestasi kumulatif (IPK) Anda saat ini

SKS

Petunjuk Pengisian:
1. Isilah semua nomor dalam angket ini dan jangan ada yang terlewatkan
2. Pilihan:
SS: Jika pertanyaan tersebut SANGAT SESUAI dengan diri Anda
S: Jika pertanyaan tersebut SESUAI dengan diri Anda
TS: Jika pertanyaan tersebut TIDAK SESUAI dengan diri Anda
STS: Jika pertanyaan tersebut SANGAT TIDAK SESUAI dengan diri Anda
RR: jika pertayaan tersebut RAGU-RAGU dengan diri Anda
No
1.
2.
3.
4.
5.

Pernyataan
Saya menyukai diri saya apa adanya
Saya tahu betul kekuatan diri saya
Saya sering merasa khawatir tanpa alasan tertentu
Saya mudah marah tanpa alasan yang jelas
Saya sering meragukan kemampuan saya
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003

SS

S

RR

TS

STS

64

SESI

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi

6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
No.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.

Saya sering merasa tidak mampu melakukan sesuatu
Saya merasa khwatir terhadap masa depan saya
Saya berani tampil beda diantara teman-teman saya
Saya mempunyai kemampuan untuk mendapatkan apa
yang saya inginkan
Saya akan menyelesaikan pekerjaan yang menjadi
tanggung jawab saya, meskipun saya tidak menyukai
Saya kurang sabar bila menghadapi orang lain
Saya sulit pulih dengan cepat sesudah merasa kecewa
Peryataan
Saya memikirkan apa yang saya inginkan sebelum
bertindak
Saya tetap tenang, bahkan dalam situasi yangb
membuat orang lain marah
Saya dapat mengendalikan hidup saya
Saya lebih cepat tenang daripada orang lain
Saya sering merasa cepat bosan dan jenuh dalam
melakukan sesuatu
Persaingan yang ketat mengurangi semangat saya
Demi sasaran lain yang lebih besar, saya dapat
menunda pemuasan kesenangan sesaat saya, misalnya
mengobrol, menonton TV, main game, jalan-jalan, dll
Saya segera menyelesaikan pekerjaan yang sudah
saya rencanakan dengan tidak mengulur-ulur waktu
Rasanya saya tidak tahu apa yang menjadi tujuan hidup
saya
Saya suka mencoba-coba hal baru
Saya malas mencoba lagi jika pernah gagal pada
pekerjaan yang sama
Saya berperan serta dalam berbagai informasi dan
gagasan
Saya senang menghadapi tantangan untuk
memecahkan masalah
Bila saya memenuhi hambatan dalam mencapai suatu
tujuan, sa