M01993
PERSEPSI MAHASISWA PGSD TERHADAP KONSEP
PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA
oleh
Naniek Sulistya Wardani
Program Studi S1 PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
[email protected] HP 0856 2698 547
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuipersepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C
terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara; untuk mengetahui karakter yang dimiliki
mahasiswa dalam perkuliahan PKE (Program Kegiatan Ekstrakurikuler); untuk mengetahui adakah
hubungan antara persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap konsep pendidikan Ki Hajar
Dewantara dan pembentukan karakter dalam perkuliahan PKE.Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Unit penelitian adalah seluruh mahasiswa kelas RS 2013C pengambil mata kuliah
Pengembangan Kegiatan Ekstrakurikuler (PKE) sebanyak 30mahasiswa. Teknik pengumpulan data
menggunakan angket. Teknik analisis data menggunakan tabulasi silang denganpresentase.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 1) persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap konsep
pendidikan ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani adalah
tinggi dengan rata-rata capaian 66,67%; (2) mahasiswa memiliki karakter religius, disiplin, dan
jujur dalam perkuliahan PKE tinggi mencapai sebesar 67,77 %; dan (3) terdapat hubungan yang
signifikan antara persepsi mahasiswa terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dan
pembentukan karakter dalam perkuliahan PKE.
Kata Kunci: Persepsi mahasiswa, konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara, pembentukan
karakter.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah/Analisis Situasi
Kompetensi inti kurikulum 2013 yang akan dicapai terdiri dari 4 kompetensi yakni sikap
religius, sikap sosial, pengetahuan dan ketrampilan. Kompetensi yang hendak dicapai ini
sejalah dengan pemikiran baik yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara maupun
pemikiran dari teori pendidikan modern. Ki Hadjar Dewantara telah lama mengenalkan
konsep Tri-Nga yang terdiri dari Ngerti, Ngrasa dan Nglakoni yang sejalan dengan
kompetensi yang hendak dicapai dalam kurikulum 2013 (kurtilas) yakni Ngerti merupakan
aspek kognitif yang berarti mengetahui atau pengetahuan yang dalam kurtilas adalah
kompetensi inti ke 3, Ngrasa artinya memahami yangmerupakan aspek afektif(sikap)
merupakan kompetensi inti ke1 dan 2, dan Nglakoni adalahmelakukan,merupakan aspek
psikomotorik yang berarti ketrampilan yang merupakan kompetensi inti ke4. Teori modern
dalam Taxonomy Bloom menyebutkan bahwa tujuan belajar mencakup aspek cognitive,
affective,dan psychomotor (Wardani Naniek Sulistya, dkk. 2010:110) yang dikenalkan
sejak tahun 1956. Konsep-konsep Ki Hadjar Dewantara (KHD) diimplementasikan di
1
Tamansiswa yang berdiri 3 Juli 1922, dan hingga sekarang konsep-konsep KHD digunakan
dalam dunia pendidikan. Makna dari konsep KHD ialah, tujuan belajar itu pada dasarnya
ialah meningkatkan pengetahuan anak didik tentang apa yang dipelajarinya, mengasah rasa
untuk meningkatkan pemahaman tentang apa yang diketahuinya, serta meningkatkan
kemampuan untuk melaksanakan apa yang dipelajarinya.(http://langkahkebebasan.
blogspot.co.id/p/edukasi.html, diakses tanggal 23 Mei 2016). Nampak bahwa konsep KHD
sejalan dengan pemikiranilmuwan barat terutama Benyamin S. Bloom.
Belajar yang merupakan aktivitas dalam pendidikan merupakan proses pembudayaan nilainilai luhur yang dilakukan secara terus menerus (kontinu), fokus (konsentris) dan
konvergen. Oleh karena itu, pelaksanaan belajar tidak hanya dilakukan dalam pendidikan
formal di sekolah saja, namun juga dilakukan di rumah maupun masyarakat.
Dalam aktivitas belajar mengandung 3 konsep KHD yakni tri-nga: mengetahui, memahami
dan melakukan yang saling kait mengkait.
Jaman globalisasi ini,sebagian besar manusia terbuai dengan teknologi yang canggih,
aspek-aspek-aspek dalam kehidupan terlupakan, pentingnya membangun relasi dengan
orang lain terabaikan, aktivitas sosial di dalam masyarakat tidak menjadi perhatian,
menghargai sesama lebih daripada apa
yang berhasil dibuatnyamenjadi tidak
penting.Manusia terkuasai oleh kemajuan teknologi. Keberadaan manusia pada zaman ini
seringkali diukur dari “to have” (materi apa saja yang dimilikinya) dan “to do” (apa saja
yang telah berhasil/tidak berhasil dilakukannya) daripada keberadaan pribadi yang
bersangkutan (“to be” atau “being”nya). Kondisi ini melanda pada dunia persekolahan,
yang semestinya tidak larut dengan dampak negatif globalisasi.
Di jaman globalisasi ini, mau tidak mau pendidikan harus menerimanya dan tidak dapat
menolak. Pendidikan di Indonesia mencanangkannya ke dalam generasi emas. Pendidikan
memiliki peranan penting dan strategis dalam menuju ke generasi emas. Melalui
pendidikan, kecerdasan, karakter, dan sikap dari penerus bangsa dapat dibentuk secara
dini. Tidak ada kata „terlambat‟ untuk mewujudkan Generasi Emas untuk Indonesia Emas.
Dalam pendidikan perlu ditanamkan sejak dini bahwa keberadaan seorang pribadi
adalahjauh lebih penting dan tentu tidak sama persis dengan apa yang menjadi miliknya
dan apa yang telah dilakukannya. Sebab manusia tidak sekedar pemilik kekayaan dan juga
menjalankan suatu fungsi tertentu. Pendidikan yang humanis menekankan pentingnya
pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu manusia lebih manusiawi, lebih
berbudaya, sebagai manusia yang utuh berkembang (menurut KHD menyangkut daya cipta
2
(kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif)). Singkatnya, “educate the head, the
heart, and the hand !”
Salah satu langkah untuk ikut serta mewujudkan Generasi Emas untuk Indonesia Emas
adalah melalui penelitian tentang Persepsi Mahasiswa PGSD Terhadap Konsep Pendidikan
KHD.
Istilah persepsi sering disebut juga disebut juga dengan pandangan, gambaran, atau
anggapan, sebab dalam persepsi terdapat tanggapan seseorang mengenai satu hal atau
objek.
(Haryanto: 2015).
Dampak negatif, globalisasi komunikasi dan teknologi, menjadikan manusia makin
bersikap individualis, menjadikan manusia cenderung melupakan kesejahteraan dirinya
sendiri sebagai pribadi manusia dan semakin melupakan aspek sosialitas dirinya. Oleh
karena itu, pendidikan dan pembelajaran perlu diperbaiki sehingga memberi keseimbangan
pada aspek individualitas ke aspek sosialitas atau kehidupan kebersamaan sebagai
masyarakat manusia. Menurut KHD manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan
karya. Manusia itu pada dasarnya berbudaya.Salah satu cara yang efektif untuk menjadikan
manusia lebih manusiawi adalah dengan mengembangkan kebudayaannya. Disini peran
guru menjadi penting. Guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian
dan kerohanian, menjadi pahlawan dan menyiapkan para peserta didik untuk menjadi
pembela nusa dan bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertamatama adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai
fasilitator
atau
pengajar.
Suasana yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang berprinsip pada
kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cintakasih dan penghargaan terhadap masing-masing
anggotanya. Metode yang yang sesuai dengan sistem pendidikan ini adalah sistem among
yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh (care
and dedication based on love), supaya manusia menjadi merdeka. Oleh karena itu bagi
KHD pepatah ini sangat tepat yaitu “educate the head, the heart, and the hand”.
Tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia muda. Pendidikan hendaknya
menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi, berguna dan berpengaruh di
masyarakatnya, yang bertanggungjawab atas hidup sendiri dan orang lain, yang berwatak
3
luhur dan berkeahlian. Untuk itu semboyan “Tut wuri handayani”, atau aslinya: ing ngarsa
sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani harus dapat dilakukan terutama
oleh para guru. Arti dari semboyan ini adalah: tut wuri handayani (dari belakang seorang
guru harus bisa mendorong dan memotivasi peserta didik), ing madya mangun karsa (di
tengah atau di antara murid, guru harus berbaur dan berinovasi menciptakan prakarsa dan
ide), dan ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus menjadi suri tauladan
atau contoh tindakan yang baik).Semboyan KHD dapat digambarkan melalui gambar 1
berikut ini.
Gambar 1
Semboyan Ajaran KHD
Semboyan ajaran KHD harus terwujud, untuk menjadikan Indonesia Emas dari Generasi
Emas, maka karakter para guru juga harus dibentuk.Dalam Kebijakan Nasional (2010) tentang
Pembangunan Karakter Bangsa dibekali oleh nilai-nilai karakter sebagai berikut: 1) Religius, 2)
Jujur, 3) toleransi, 4) Disiplin, 5) Kerja Keras, 6) Kreatif, 7) Mandiri, 8) Demokratis, 9) Rasa Ingin
Tahu, 10) Semangat Kebangsaan, 11) Cinta Tanah Air, 12) Menghargai Prestasi, 13) Bersahabat,
14)
Cinta Damai, 15) Gemar Membaca, 16) Peduli Lingkungan,17) Peduli Sosial dan 18)
Tanggung-jawab (Gultom Syawal: 2012, 37). Karakter yang utama dalam pembelajaran, yang telah
dilakukan dalam penelitian Wardani Naniek Sulistya (2016: 492), menyatakan bahwa karakter
belajar adalahbesarnya perolehan skor pengamatan dari rubrik pengukuran religius, jujur, rasa
ingin tahu, dan gemar membaca.
Rumusan Masalah
Permasalahan penelitian yang dirumuskan adalah (1) bagaimanakah persepsi mahasiswa
PGSD kelas RS 2013 C terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara; (2) karakter
4
mahasiswa apakah yang menonjol dalam perkuliahan PKE; (3) adakah hubungan antara
persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap
konsep pendidikan Ki Hajar
Dewantara dan karakter yang dimiliki mahasiswa dalam perkuliahan PKE.
Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C
terhadap
konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara; (2)untuk mengetahui karakter
mahasiswa dalam perkuliahan PKE; (3) untuk mengetahui adakah hubungan antara
persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap
konsep pendidikan Ki Hajar
Dewantara dan karakter yang dimiliki mahasiswa dalam perkuliahan PKE.
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan
untuk mengembangkan karakter mahasiswa dalam perkuliahan PKE
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Progdi PGSD FKIP UKSW di Salatiga pada semester antara
tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian adalah mahasiswa kelas 13 C yang berjumlah
30 siswa, terdiri dari 10 mahasiswa laki-laki dan 20 mahasiswa perempuan. Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel
yaitupersepsi mahasiswa terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dan karakter
mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan observasi disertai dengan
rubrik pengukuran karakter. Teknik angket diberikan kepada seluruh mahasiswa di kelas
13 C dan teknik observasi dilakukan di dalam kelas ketika perkuliahan berlangsung dan
praktek upacara bendera.Teknik analisis data menggunakan tabulasi silang dengan
presentase.Instrumen penelitian menggunakan angket yang ditunjukkan melalui tabel 1
kisi-kisi instrumen angket.
No
1
2
3
Tabel 1
Kisi-kisi Instrumen Konsep Pendidikan KHD
Indikator
Item
Ing ngarsa sung tulada
Memberi Contoh Berpakaian
Memberi Contoh Bersikap
Memberi Contoh Berdisiplin
Memberi Contoh Tutur Kata
Ing madya mangun karsa
Mempunyai ide
Menjadi pemrakarsa
Memecahkan masalah
Memberi solusi
Tut wuri handayani
Memberi motivasi
5
Memberi arahan
Memberi bimbingan
Memberi penghargaan
Instrumen penelitian menggunakan panduan observasi yang dilengkapi dengan rubrik
pengukuran yang ditunjukkan melalui tabel 2 kisi-kisi instrumen penelitian.
Tabel 2
Kisi-kisi Instrumen Penelitian untuk Karakter Mahasiswa
No
1
Indikator
Religius
2
Bersikap jujur
3
Kerjasama
Item
1. Berdoa sebelum kegiatan dimulai
2. Memberi salam kepada dosen sebelum kegiatan dimulai
3. Berdoa setelah kegiatan selesai
4. Mengucapkan terima kasih kepada dosen setelah kegiatan
selesai
1. Mengajukan pertanyaan apa adanya
2. Menyatakan pendapatnya sendiri
3. Jujur dalam perkataan
4. Jujur dalam bertindak
1. Membentuk kelompok
2. Menyimak penjelasan
3. Membagi tugas dalam kelompok
4. Melaksanakan tugas upacara
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian Persepsi Mahasiswa Terhadap Konsep Pendidikan KHD
Mahasiswa kelas RS 13 C pada semester antara mengambil mata kuliah Program Kegiatan
Ekstrakurikuler). Dalam aktivitas perkuliahan dalam PKE adalah aktivitas kepramukaan.
Kepramukaan adalah kegiatan ekstrakurikuler (di sekolah) yang bertujuan untuk
membentuk watak. Mahasiswa PGSD adalah mahasiswa yang dipersiapkan menjadi calon
guru SD. Oleh karena itu, mahasiswa harus mempunyai pandangan atau wawasan tentang
pembentukan watak. Langkah awal dalam pembentukan watak adalah pandangan konsep
pendidikan KHD dalam perkuliahan PKE. Pandangan atau persepsi mahasiswa terhadap
konsep pendidikan KHD dalam perkuliahan PKE disajikan melalui tabel tabulasi silang 1
seperti berikut ini.
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Persepsi Mahasiswa Terhadap Konsep Pendidikan KHD
Skor
PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA
oleh
Naniek Sulistya Wardani
Program Studi S1 PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
[email protected] HP 0856 2698 547
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuipersepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C
terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara; untuk mengetahui karakter yang dimiliki
mahasiswa dalam perkuliahan PKE (Program Kegiatan Ekstrakurikuler); untuk mengetahui adakah
hubungan antara persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap konsep pendidikan Ki Hajar
Dewantara dan pembentukan karakter dalam perkuliahan PKE.Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Unit penelitian adalah seluruh mahasiswa kelas RS 2013C pengambil mata kuliah
Pengembangan Kegiatan Ekstrakurikuler (PKE) sebanyak 30mahasiswa. Teknik pengumpulan data
menggunakan angket. Teknik analisis data menggunakan tabulasi silang denganpresentase.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 1) persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap konsep
pendidikan ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani adalah
tinggi dengan rata-rata capaian 66,67%; (2) mahasiswa memiliki karakter religius, disiplin, dan
jujur dalam perkuliahan PKE tinggi mencapai sebesar 67,77 %; dan (3) terdapat hubungan yang
signifikan antara persepsi mahasiswa terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dan
pembentukan karakter dalam perkuliahan PKE.
Kata Kunci: Persepsi mahasiswa, konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara, pembentukan
karakter.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah/Analisis Situasi
Kompetensi inti kurikulum 2013 yang akan dicapai terdiri dari 4 kompetensi yakni sikap
religius, sikap sosial, pengetahuan dan ketrampilan. Kompetensi yang hendak dicapai ini
sejalah dengan pemikiran baik yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara maupun
pemikiran dari teori pendidikan modern. Ki Hadjar Dewantara telah lama mengenalkan
konsep Tri-Nga yang terdiri dari Ngerti, Ngrasa dan Nglakoni yang sejalan dengan
kompetensi yang hendak dicapai dalam kurikulum 2013 (kurtilas) yakni Ngerti merupakan
aspek kognitif yang berarti mengetahui atau pengetahuan yang dalam kurtilas adalah
kompetensi inti ke 3, Ngrasa artinya memahami yangmerupakan aspek afektif(sikap)
merupakan kompetensi inti ke1 dan 2, dan Nglakoni adalahmelakukan,merupakan aspek
psikomotorik yang berarti ketrampilan yang merupakan kompetensi inti ke4. Teori modern
dalam Taxonomy Bloom menyebutkan bahwa tujuan belajar mencakup aspek cognitive,
affective,dan psychomotor (Wardani Naniek Sulistya, dkk. 2010:110) yang dikenalkan
sejak tahun 1956. Konsep-konsep Ki Hadjar Dewantara (KHD) diimplementasikan di
1
Tamansiswa yang berdiri 3 Juli 1922, dan hingga sekarang konsep-konsep KHD digunakan
dalam dunia pendidikan. Makna dari konsep KHD ialah, tujuan belajar itu pada dasarnya
ialah meningkatkan pengetahuan anak didik tentang apa yang dipelajarinya, mengasah rasa
untuk meningkatkan pemahaman tentang apa yang diketahuinya, serta meningkatkan
kemampuan untuk melaksanakan apa yang dipelajarinya.(http://langkahkebebasan.
blogspot.co.id/p/edukasi.html, diakses tanggal 23 Mei 2016). Nampak bahwa konsep KHD
sejalan dengan pemikiranilmuwan barat terutama Benyamin S. Bloom.
Belajar yang merupakan aktivitas dalam pendidikan merupakan proses pembudayaan nilainilai luhur yang dilakukan secara terus menerus (kontinu), fokus (konsentris) dan
konvergen. Oleh karena itu, pelaksanaan belajar tidak hanya dilakukan dalam pendidikan
formal di sekolah saja, namun juga dilakukan di rumah maupun masyarakat.
Dalam aktivitas belajar mengandung 3 konsep KHD yakni tri-nga: mengetahui, memahami
dan melakukan yang saling kait mengkait.
Jaman globalisasi ini,sebagian besar manusia terbuai dengan teknologi yang canggih,
aspek-aspek-aspek dalam kehidupan terlupakan, pentingnya membangun relasi dengan
orang lain terabaikan, aktivitas sosial di dalam masyarakat tidak menjadi perhatian,
menghargai sesama lebih daripada apa
yang berhasil dibuatnyamenjadi tidak
penting.Manusia terkuasai oleh kemajuan teknologi. Keberadaan manusia pada zaman ini
seringkali diukur dari “to have” (materi apa saja yang dimilikinya) dan “to do” (apa saja
yang telah berhasil/tidak berhasil dilakukannya) daripada keberadaan pribadi yang
bersangkutan (“to be” atau “being”nya). Kondisi ini melanda pada dunia persekolahan,
yang semestinya tidak larut dengan dampak negatif globalisasi.
Di jaman globalisasi ini, mau tidak mau pendidikan harus menerimanya dan tidak dapat
menolak. Pendidikan di Indonesia mencanangkannya ke dalam generasi emas. Pendidikan
memiliki peranan penting dan strategis dalam menuju ke generasi emas. Melalui
pendidikan, kecerdasan, karakter, dan sikap dari penerus bangsa dapat dibentuk secara
dini. Tidak ada kata „terlambat‟ untuk mewujudkan Generasi Emas untuk Indonesia Emas.
Dalam pendidikan perlu ditanamkan sejak dini bahwa keberadaan seorang pribadi
adalahjauh lebih penting dan tentu tidak sama persis dengan apa yang menjadi miliknya
dan apa yang telah dilakukannya. Sebab manusia tidak sekedar pemilik kekayaan dan juga
menjalankan suatu fungsi tertentu. Pendidikan yang humanis menekankan pentingnya
pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu manusia lebih manusiawi, lebih
berbudaya, sebagai manusia yang utuh berkembang (menurut KHD menyangkut daya cipta
2
(kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif)). Singkatnya, “educate the head, the
heart, and the hand !”
Salah satu langkah untuk ikut serta mewujudkan Generasi Emas untuk Indonesia Emas
adalah melalui penelitian tentang Persepsi Mahasiswa PGSD Terhadap Konsep Pendidikan
KHD.
Istilah persepsi sering disebut juga disebut juga dengan pandangan, gambaran, atau
anggapan, sebab dalam persepsi terdapat tanggapan seseorang mengenai satu hal atau
objek.
(Haryanto: 2015).
Dampak negatif, globalisasi komunikasi dan teknologi, menjadikan manusia makin
bersikap individualis, menjadikan manusia cenderung melupakan kesejahteraan dirinya
sendiri sebagai pribadi manusia dan semakin melupakan aspek sosialitas dirinya. Oleh
karena itu, pendidikan dan pembelajaran perlu diperbaiki sehingga memberi keseimbangan
pada aspek individualitas ke aspek sosialitas atau kehidupan kebersamaan sebagai
masyarakat manusia. Menurut KHD manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan
karya. Manusia itu pada dasarnya berbudaya.Salah satu cara yang efektif untuk menjadikan
manusia lebih manusiawi adalah dengan mengembangkan kebudayaannya. Disini peran
guru menjadi penting. Guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian
dan kerohanian, menjadi pahlawan dan menyiapkan para peserta didik untuk menjadi
pembela nusa dan bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertamatama adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai
fasilitator
atau
pengajar.
Suasana yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang berprinsip pada
kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cintakasih dan penghargaan terhadap masing-masing
anggotanya. Metode yang yang sesuai dengan sistem pendidikan ini adalah sistem among
yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh (care
and dedication based on love), supaya manusia menjadi merdeka. Oleh karena itu bagi
KHD pepatah ini sangat tepat yaitu “educate the head, the heart, and the hand”.
Tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia muda. Pendidikan hendaknya
menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi, berguna dan berpengaruh di
masyarakatnya, yang bertanggungjawab atas hidup sendiri dan orang lain, yang berwatak
3
luhur dan berkeahlian. Untuk itu semboyan “Tut wuri handayani”, atau aslinya: ing ngarsa
sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani harus dapat dilakukan terutama
oleh para guru. Arti dari semboyan ini adalah: tut wuri handayani (dari belakang seorang
guru harus bisa mendorong dan memotivasi peserta didik), ing madya mangun karsa (di
tengah atau di antara murid, guru harus berbaur dan berinovasi menciptakan prakarsa dan
ide), dan ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus menjadi suri tauladan
atau contoh tindakan yang baik).Semboyan KHD dapat digambarkan melalui gambar 1
berikut ini.
Gambar 1
Semboyan Ajaran KHD
Semboyan ajaran KHD harus terwujud, untuk menjadikan Indonesia Emas dari Generasi
Emas, maka karakter para guru juga harus dibentuk.Dalam Kebijakan Nasional (2010) tentang
Pembangunan Karakter Bangsa dibekali oleh nilai-nilai karakter sebagai berikut: 1) Religius, 2)
Jujur, 3) toleransi, 4) Disiplin, 5) Kerja Keras, 6) Kreatif, 7) Mandiri, 8) Demokratis, 9) Rasa Ingin
Tahu, 10) Semangat Kebangsaan, 11) Cinta Tanah Air, 12) Menghargai Prestasi, 13) Bersahabat,
14)
Cinta Damai, 15) Gemar Membaca, 16) Peduli Lingkungan,17) Peduli Sosial dan 18)
Tanggung-jawab (Gultom Syawal: 2012, 37). Karakter yang utama dalam pembelajaran, yang telah
dilakukan dalam penelitian Wardani Naniek Sulistya (2016: 492), menyatakan bahwa karakter
belajar adalahbesarnya perolehan skor pengamatan dari rubrik pengukuran religius, jujur, rasa
ingin tahu, dan gemar membaca.
Rumusan Masalah
Permasalahan penelitian yang dirumuskan adalah (1) bagaimanakah persepsi mahasiswa
PGSD kelas RS 2013 C terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara; (2) karakter
4
mahasiswa apakah yang menonjol dalam perkuliahan PKE; (3) adakah hubungan antara
persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap
konsep pendidikan Ki Hajar
Dewantara dan karakter yang dimiliki mahasiswa dalam perkuliahan PKE.
Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C
terhadap
konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara; (2)untuk mengetahui karakter
mahasiswa dalam perkuliahan PKE; (3) untuk mengetahui adakah hubungan antara
persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap
konsep pendidikan Ki Hajar
Dewantara dan karakter yang dimiliki mahasiswa dalam perkuliahan PKE.
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan
untuk mengembangkan karakter mahasiswa dalam perkuliahan PKE
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Progdi PGSD FKIP UKSW di Salatiga pada semester antara
tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian adalah mahasiswa kelas 13 C yang berjumlah
30 siswa, terdiri dari 10 mahasiswa laki-laki dan 20 mahasiswa perempuan. Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel
yaitupersepsi mahasiswa terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dan karakter
mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan observasi disertai dengan
rubrik pengukuran karakter. Teknik angket diberikan kepada seluruh mahasiswa di kelas
13 C dan teknik observasi dilakukan di dalam kelas ketika perkuliahan berlangsung dan
praktek upacara bendera.Teknik analisis data menggunakan tabulasi silang dengan
presentase.Instrumen penelitian menggunakan angket yang ditunjukkan melalui tabel 1
kisi-kisi instrumen angket.
No
1
2
3
Tabel 1
Kisi-kisi Instrumen Konsep Pendidikan KHD
Indikator
Item
Ing ngarsa sung tulada
Memberi Contoh Berpakaian
Memberi Contoh Bersikap
Memberi Contoh Berdisiplin
Memberi Contoh Tutur Kata
Ing madya mangun karsa
Mempunyai ide
Menjadi pemrakarsa
Memecahkan masalah
Memberi solusi
Tut wuri handayani
Memberi motivasi
5
Memberi arahan
Memberi bimbingan
Memberi penghargaan
Instrumen penelitian menggunakan panduan observasi yang dilengkapi dengan rubrik
pengukuran yang ditunjukkan melalui tabel 2 kisi-kisi instrumen penelitian.
Tabel 2
Kisi-kisi Instrumen Penelitian untuk Karakter Mahasiswa
No
1
Indikator
Religius
2
Bersikap jujur
3
Kerjasama
Item
1. Berdoa sebelum kegiatan dimulai
2. Memberi salam kepada dosen sebelum kegiatan dimulai
3. Berdoa setelah kegiatan selesai
4. Mengucapkan terima kasih kepada dosen setelah kegiatan
selesai
1. Mengajukan pertanyaan apa adanya
2. Menyatakan pendapatnya sendiri
3. Jujur dalam perkataan
4. Jujur dalam bertindak
1. Membentuk kelompok
2. Menyimak penjelasan
3. Membagi tugas dalam kelompok
4. Melaksanakan tugas upacara
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian Persepsi Mahasiswa Terhadap Konsep Pendidikan KHD
Mahasiswa kelas RS 13 C pada semester antara mengambil mata kuliah Program Kegiatan
Ekstrakurikuler). Dalam aktivitas perkuliahan dalam PKE adalah aktivitas kepramukaan.
Kepramukaan adalah kegiatan ekstrakurikuler (di sekolah) yang bertujuan untuk
membentuk watak. Mahasiswa PGSD adalah mahasiswa yang dipersiapkan menjadi calon
guru SD. Oleh karena itu, mahasiswa harus mempunyai pandangan atau wawasan tentang
pembentukan watak. Langkah awal dalam pembentukan watak adalah pandangan konsep
pendidikan KHD dalam perkuliahan PKE. Pandangan atau persepsi mahasiswa terhadap
konsep pendidikan KHD dalam perkuliahan PKE disajikan melalui tabel tabulasi silang 1
seperti berikut ini.
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Persepsi Mahasiswa Terhadap Konsep Pendidikan KHD
Skor