J01119
MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR REMAJA MELALUI TEKNIK
PROBLEM SOLVING BERBANTUAN MEDIA MIND MAP
Nazilatul Wahyu Nafisah, Sumardjono Padmomartono, Yustinus Windrawanto
Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP - Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kematangan
karir remaja anggota Forum Komunikasi Remaja (FKR) Dusun
Padaan, Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, yang masih bersekolah di SMA dan SMK melalui penerapan
teknik problem solving berbantuan media mind map. Subyek
penelitian adalah 12 orang remaja yang memiliki kematangan karir
kategori sedang dan rendah. Analisis data menggunakan Mann
Whitney dengan bantuan program SPSS 16.0 for Windows. Hasil
penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada
peningkatan kematangan karir antara kelompok eksperimen yang
diberikan layanan dan kelompok kontrol yang tidak diberikan
layanan, dengan hasil sig. p = 0.006 ≤ 0.050, dengan selisih mean
rank 5.66. Kategori kematangan karir pada kelompok eksperimen
setelah diadakan post-test memperoleh hasil sangat tinggi 50%,
tinggi 33,3% dan sedang 16,7%. Sedangkan pada kelompok kontrol
kategori kematangan karirnya tinggi 16,67% dan sedang 83,33%.
Berdasarkan hasil analisis, disimpulkan dengan menggunakan
teknik problem solving yang berbantuan media mind map dapat
meningkatkan secara signifikan kematangan karir remaja.
Kata kunci: kematangan karir, teknik problem solving, mind map
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karir sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan dan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Pengertian karir tidak terbatas pada
konsep pemenuhan kebutuhan hidup secara ekonomi tetapi juga merupakan sarana aktualisasi diri individu serta menjadi panggilan hidup. Winkel dan Hastuti (2006) mendefinisikan karir sebagai panggilan hidup yang meresapi seluruh alam pikiran dan perasaan serta
mewarnai seluruh gaya hidup individu, tanpa mengesampingkan nilai ekonomis pekerjaan,
tetapi justru lebih mengutamakan kepuasan pribadi atas pekerjaan.
Di Indonesia banyak terjadi masalah pengangguran seperti yang dilansir dalam
situs pemberitaan dalam jaringan (online) Selasar (2014), Badan Pusat Statistik (BPS) per
Februari 2014 mencatat pengangguran terbuka di Indonesia sebesar 5,7% atau 7,15 juta
jiwa. Angka 7,15 juta jiwa ini mayoritas dipenuhi pengangguran individu usia 19 tahun
sampai dengan 24 tahun. Golongan usia muda ini di dalamnya termasuk anak putus
sekolah dan anak muda yang sudah lulus, tetapi belum mendapat pekerjaan karena kurang
memiliki kemampuan dan kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja.
Pra penelitian yang dilakukan pada remaja anggota Forum Komunikasi Remaja di
Dusun Padaan, Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang menunjukkan
kematangan karir remaja SMA dan SMK adalah 3 orang remaja (20%) dalam kategori
kematangan karir tinggi, 9 orang remaja (60%) dalam kategori sedang, dan 3 orang remaja
(20%) dalam kategori rendah. Kebanyakan remaja itu mengalami masalah pada perencanaan karir (career planning), mengeksplorasi karir (career exploration) dan membuat
keputusan karir (decision making). Padahal menurut Super (Freeman, 1993) individu akan
berhasil dalam perkembangan karir apabila sudah mencapai kematangan karir. Kematangan karir merupakan repertoar perilaku yang berkaitan dengan mengidentifikasi,
memilih, merencanakan dan melaksanakan tujuan karir yang tersedia untuk individu.
Berdasarkan wawancara dengan remaja, kurangnya kematangan karir remaja SMA
dan SMK adalah karena proses bimbingan dan konseling belum terlaksana secara optimal.
Keterbatasan pertemuan remaja dengan guru BK di sekolah menyebabkan remaja menjadi
enggan dan bingung untuk menempuh bimbingan karir, dikarena tidak adanya jam BK di
sekolah sebagai akibat diberlakukannya kurikulum 2013 serta minimnya kegiatan
bimbingan karir di luar jam yang diadakan guru BK sehingga menjadikan remaja tidak
memiliki cukup kematangan karir sebagai bekal keputusan karirnya.
Bimbingan karir yang diselenggarakan guru BK di sekolah berupa bimbingan
klasikal dengan materi gambaran umum mengenai karir. Materi ini diberikan ketika remaja
dipersiapkan untuk menentukan penjurusan. Materi kedua yang diberikan pada siswa kelas
XII, mengenai pendidikan lanjutan dan passing grade di setiap jurusan sekolah lanjutan.
Bimbingan karir tidak diberikan secara khusus untuk menjawab kebutuhan karir remaja
yang menyangkut aspek personal remaja yaitu kesesuaian antara hasil belajar dan minat
remaja pada bidang keterampilan khusus yang dimilikinya serta yang dihubungkan dengan
jenis pekerjaan yang cocok dengan diri remaja.
Super (Winkel dan Hastuti, 2006) menyatakan bahwa pada umur 15-18 tahun,
remaja memiliki tugas perkembangan yang disebut crystallization, yaitu remaja memiliki
tugas perkembangan untuk merumuskan gagasan tentang pekerjaan yang sesuai untuk
dirinya. Namun yang terjadi pada remaja masih sulit merumuskan gagasan pekerjaan yang
realistis dan objektif, remaja mengalami kesulitan melakukan perencanaan karir (career
2
planning), mengeksplorasi karir (career exploration) dan membuat keputusan karir
(decision making).
Berdasarkan masalah tersebut penulis tertarik untuk menggunakan layanan bimbingan karir teknik problem solving yang berbantuan media mind map untuk meningkatkan
kematangan karir remaja SMA dan SMK. Melalui bimbingan kelompok, remaja akan
memperoleh materi untuk lebih memahami topik-topik karir dan membahasnya secara
kelompok untuk lebih meningkatkan pemahaman akan dunia karir dan apa saja yang perlu
diperhatikan dalam memutuskan karir bagi dirinya dan tentu akan membantu
meningkatkan kematangan karir.
Teknik problem solving pada bimbingan kelompok akan membantu remaja menilai
perubahan-perubahan yang ada pada dirinya, dan membuat keputusan-keputusan, atau
penyesuaian yang selaras dengan tujuan-tujuan dan nilai kehidupannya secara kreatif
(Romlah, 2001). Teknik ini digunakan karena untuk mencapai kematangan karir individu
harus berhasil menyelesaikan tugas perkembangan yang khas pada tiap tahapan perkembangan karir (Winkel dan Hastuti, 2006). Setiap tahapan perkembangan karir memiliki
tugas perkembangan yang berbeda, sehingga masalah karir yang muncul akan berbeda.
Teknik problem solving membekali remaja dengan keterampilan menyelesaikan masalah
karir yang muncul pada tiap tahapan perkembangan karir secara kreatif.
Penelitian ini bertolak dari temuan penelitian Anggraeni (2011) yang berhasil
meningkatkan perencanaan karir siswa kelas X-BB SMK Sudirman 1 Ambarawa dengan
hasil uji beda post-test antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yaitu p = 0,008
≤ 0,050 dengan selisih mean rank 6,25. Selanjutnya, penelitian yang berhasil menerapkan
layanan bimbingan karir dengan teknik problem solving dalam bimbingan karir dilakukan
oleh Junaidi (2012) dengan temuan bimbingan karir menggunakan teknik problem solving
berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan membuat perencanaan karir siswa kelas XI
SMA Negeri 1 Stabat. Hal ini tergambar dengan hasil uji t dengan hasil t hitung > t tabel
yaitu 7,924 > 1,796.
Dibutuhkan media untuk membantu remaja memahami tuntutan kompetensi yang
perlu dimiliki remaja untuk mencapai kematangan karir sehingga diputuskan untuk menggunakan media mind map guna membantu remaja memahami dan mengingat semua yang
telah dipelajari selama proses bimbingan kelompok berlangsung. Mind map memudahkan
remaja memproses informasi yang telah didapatkan selama proses bimbingan kelompok
menggunakan teknik problem solving. Buzan (2012) mengusulkan metode mind map map
3
untuk merangsang otak mengolah informasi lebih baik, karena mind map memiliki struktur
alami yang memancar dari pusat pikiran individu. Mind map menggunakan garis lengkung,
simbol, kata dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian sederhana sesuai dengan cara
kerja otak.
Penelitian tindakan bimbingan dan konseling yang dilakukan Nugroho (2011) pada
siswa kelas VIII D SMP Negeri 2 Suruh melalui penggunaan metode mind map untuk
meningkatkan pemahaman perencanaan karir berhasil meningkatkan pemahaman perencanaan karir siswa. Hasil penelitian menunjukkan pada uji pre-test rata-rata skor perencanaan
karir siswa berkriteria cukup baik (skor 126,6774). Setelah dilakukan tindakan siklus
pertama, hasil post-test menjadi baik (skor 140,838). Pada siklus kedua dalam pemantapan
penggunaan simbol, garis, dan warna pada mind map, menjadi kategori baik dengan skor
151,9 dan 31 siswa (96,8%) sudah mencapai kategori baik.
TINJAUAN PUSTAKA
Super (Herr dan Cramer, 1984) mengartikan kematangan karir sebagai repertoar
perilaku yang berkaitan dengan kegiatan mengidentifikasi, memilih, merencanakan dan
melaksanakan tujuan karir. Super mengembangkan konsep kematangan karir, yang menunjuk pada keberhasilan seseorang menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir yang khas
bagi tahapan perkembangan tertentu. Indikasi relevan bagi kematangan karir adalah
kemampuan membuat rencana, kerelaan untuk memikul tanggung jawab, serta kesadaran
akan segala faktor internal dan eksternal yang harus dipertimbangkan dalam membuat
pilihan jabatan atau memantapkan diri dalam jabatan (Winkel dan Hastuti, 2006).
Tahapan perkembangan karir dalam gagasan Super (Patton dan McMahon, 1999)
dibagi lima tahapan, yaitu: (1) Pertumbuhan (Growth) pada usia 0 - 14 tahun, (2) Eksplorasi (Exploration) pada usia 15 - 25 tahun, (3) Pemantapan (Establishment) pada usia 25 44 tahun, (4) Pemeliharaan (Maintenance) dari usia 45 - 64 tahun, dan (5) Kemunduran
(Decline) ketika individu memasuki usia pensiun pada usia 65 tahunan. Kelima tahapan ini
dipandang sebagai acuan bagi munculnya sikap-sikap dan perilaku yang menyangkut
keterlibatan individu dalam suatu jabatan, yang tampak dalam tugas-tugas perkembangan
vokasional (vocational developmental tasks).
Subyek dalam penelitian ini remaja yang masih duduk di bangku SMA dan SMK
yang berada pada tahapan eksplorasi. Tahapan ini berlangsung pada usia 15 hingga 25
tahun. Super (Winkel dan Hastuti, 2006) mendeskripsikan tahapan eksplorasi sebagai
4
tahapan di mana individu memikirkan berbagai alternatif jabatan, tetapi belum mengambil
keputusan yang mengikat.
Super (Sharf, 2006) membagi tahapan eksplorasi menjadi tiga sub bagian yang
mencirikan tugas perkembangan karir, yaitu: (a) Crystallization, pada usia antara 15 - 18
tahun, individu mulai berfikir apa yang ingin dilakukannya. (b) Specification, pada usia
antara 19 - 21 tahun, individu mengarahkan diri ke bidang jabatan tertentu dan mulai
memegang jabatan itu, individu yang hendak bekerja perlu menentukan preferensi untuk
mendapatkan pekerjaan dan bagi individu yang hendak melanjutkan pendidikan juga perlu
melakukan preferensi. (c) Pelaksanaan (Implementing), pada usia antara 21 - 25 tahun,
individu membuat rencana untuk memenuhi tujuan karir. Individu dapat memulai dengan
membuka jaringan yaitu bertemu orang-orang yang membantu mendapatkan pekerjaan.
Super (Sharf, 2006) menyatakan kematangan karir remaja diukur dengan subskala
perencanaan karir (career planning), eksplorasi karir (career exploration), cara mengambil
keputusan karir (decision making), informasi dunia kerja (world of work information ),
pengetahuan kelompok pekerjaan yang lebih disukai (knowledge of preferred occupational
group), realisasi keputusan karir (realization), dan orientasi karir (career orientation).
Upaya meningkatkan kematangan karir siswa sangatlah penting untuk masa depan
siswa. Program Bimbingan dan Konseling menjadi kebutuhan mutlak untuk membantu
siswa mencapai tugas perkembangan kematangan karir. Menurut Herr (Utami, 2012),
kurikulum untuk meningkatkan kematangan karir perlu diolah dengan tepat sehingga
mampu mempengaruhi kecerdasan siswa dengan membahas berbagai tingkat sosial
ekonomi dunia kerja dan berbagai pengetahuan karir yang dimiliki siswa. Karenanya,
penyusunan strategi dalam peningkatan karir perlu disesuaikan dengan kondisi siswa.
Kematangan karir merujuk pada pemenuhan tugas perkembangan pada tiap tahapan
perkembangan karir yang dimulai dari individu ketika menginjak usia 14 tahun (growth)
sampai individu mengalami masa pensiun (decline) yaitu ketika individu memasuki usia 65
tahun. Pada tiap tahapan perkembangan karir pasti individu menghadapi masalah karir
yang berbeda. Dengan teknik problem solving individu akan dapat meningkatkan kemampuannya menyelesaikan masalah karir yang muncul pada tiap tahapan perkembangan karir.
Romlah (2001) menyatakan bahwa teknik problem solving merupakan proses yang
kreatif di mana individu menilai perubahan-perubahan pada diri dan lingkungannya, serta
membuat pilihan-pilihan baru, keputusan-keputusan, atau penyesuaian yang selaras dengan
tujuan-tujuan dan nilai-nilai hidupnya. Media mind map yang berperan sebagai media
5
pelaksanaan teknik problem solving dapat membantu individu memvisualisasikan proses
problem solving. Buzan (2012) menyatakan mind map adalah cara mencatat yang kreatif,
efektif dan secara harafiah akan “memetakan” pikiran-pikiran individu. Mind map
menggunakan kombinasi warna, garis-garis lengkung, simbol, kata dan gambar yang
sesuai dengan satu rangkaian aturan yang sederhana, alami, mendasar, dan sesuai dengan
cara kerja otak yang semuanya memiliki struktur alami yang memancar dari pusat pikiran
individu. Buzan (2012) menyimpulkan mind map pembantu pikiran individu membuat
asosiasi dan lompatan-lompatan besar dalam pemahaman.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini berbentuk quasi eksperimen dengan desain nonequevalent control
group design. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek adalah 12 orang remaja yang
masih duduk di bangku SMK dan SMA dan memiliki kategori kematangan karir sedang
dan rendah. Dari 12 siswa tersebut, dibagi menjadi 2 kelompok, 6 orang remaja pada
kelompok eksperimen, dan 6 orang remaja pada kelompok kontrol. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah layanan bimbingan kelompok teknik problem solving berbantuan
media mind map (X). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kematangan karir (Y).
Digunakan metode pengumpulan data berupa inventori kematangan karir yang diadopsi
dari Setyorini (2012) yang mengacu pada teori Donald Super. Teknik analisis data
menggunakan Mann Whitney dengan bantuan program SPSS 16.0 for Windows.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis data yang membandingkan hasil post-test kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol menghasilkan Asymp. Sig (2-tailed) = 0.006 < 0.050 sehingga
dinyatakan ada perbedaan yang signifikan antara hasil post test kelompok kontrol dengan
kelompok eksperimen. Selain itu, ada peningkatan kematangan karir yang signifikan,
dibuktikan dengan hasil analisis data hasil pre-test dan post-test kelompok eksperimen
dengan hasil Asymp Sig (2-tailed) = 0.006 < 0.050, sehingga dinyatakan signifikan. Berdasarkan hasil analisis data tersebut maka layanan bimbingan kelompok teknik problem
solving berbantuan media mind map dapat meningkatkan secara signifikan kematangan
karir remaja anggota FKR Dusun Padaan, Kecamatan Tuntang.
Berdasarkan hasil analisis data post-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang menghasilkan Asymp. Sig (2-tailed) = 0.006 < 0.050 sehingga dinyatakan ada
perbedaan yang signifikan antara hasil post test kelompok kontrol dengan kelompok ekspe6
rimen. Peningkatan kematangan karir yang signifikan dibuktikan dengan hasil mean rank
pre-test 22.00 dan mean rank post-test sebesar 56.00 pada kelompok eksperimen.
Layanan bimbingan kelompok diselenggarakan 8 kali pertemuan dengan 5 topik
yang berbeda. Pemilihan topik berdasarkan pada aspek kematangan karir. Penggunaan
dinamika kelompok selama proses bimbingan kelompok dapat memperkaya pengetahuan
remaja mengenai karir. Remaja memperoleh kesempatan untuk mempelajari segi-segi yang
penting dan berguna terkait dengan karir. Penggunaan teknik problem solving sebagai
upaya meningkatkan kematangan karir dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa
dalam mengakumulasi setiap pengetahuan dan keterampilan remaja untuk merealisasikan
keputusan karir, karena menurut Super (Winkel dan Hastuti, 2006) kematangan karir pada
tahapan kristalisasi merupakan aktifitas yang bersifat kognitif dalam meninjau diri sendiri
dan situasi hidupnya untuk menentukan keputusan karirnya ke depan.
Melalui layanan bimbingan kelompok teknik problem solving yang berbantuan
media mind map melatih remaja berfikir kritis dan analitis untuk mencari informasi, dan
menyusun hipotesis sampai dengan menarik kesimpulan untuk menyelesaikan masalah
karir. Remaja dituntut mengevaluasi informasi karir baik dari faktor eksternal maupun
internal yang mempengaruhi karirnya. Sehingga dengan penerapan problem solving ini
remaja terdorong mencari informasi karir terkait perencanaan karir, mengeksplorasi karir,
dan pengetahuan mengenai dunia kerja. Pokok pikiran ini terdapat pada tahapan membuat
alternatif dan menguji kelemahan serta kekuatan alternatif pada teknik problem solving.
Aspek lain yang meningkatkan kematangan karir yaitu remaja lebih terampil dalam
membuat keputusan karir karena telah mengetahui beberapa informasi mengenai karir baik
mengenai pasar kerja, keterampilan yang dibutuhkan pada pasar kerja, serta pendidikan
atau pelatihan yang perlu ditempuh untuk memenuhi persyaratan tersebut yang telah dituangkan dalam proses problem solving. Pengetahuan ini didapat dari hasil layanan bimbingan kelompok yang menugaskan remaja melakukan eksplorasi karir, karena tahapan
awal untuk mencapai kematangan karir adalah individu perlu melakukan eksplorasi karir.
Penelitian ini sejalan dengan temuan Anggraeni (2011) yang menyatakan layanan
bimbingan kelompok meningkatkan perencanaan karir siswa kelas X-BB SMK Sudirman 1
Ambarawa. Demikian pula penelitian ini searah dengan Junaidi (2012) yang menemukan
bahwa penerapan bimbingan karir melalui teknik problem solving berpengaruh terhadap
peningkatan kemampuan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sabat membuat perencanaan karir.
7
Penggunaan mind map berperan sebagai media visualisasi dari hasil pelaksanaan
problem solving. Hal ini menambah tingkat pemahaman siswa dalam penguasaan konten
yang diharapkan selama bimbingan kelompok. Dengan mind map pikiran siswa lebih
cepat memproses informasi yang didapatkan, yang senada dengan yang diungkapkan oleh
Buzan (2012) yang kajiannya membuktikan dengan menggunakan foto atau gambar,
memori otak siswa akan lebih lama menyimpan dan akan lebih cepat dalam memproses
informasi yang masuk ke otak. Penggunaan media mind map sebagai media pembantu
dalam bimbingan karir sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Nugroho (2011)
yang menemukan dengan penggunaan metode mind map dapat meningkatkan pemahaman
perencanaan karir siswa kelas VIII D SMP Negeri 2 Suruh.
Penggunaan media mind map melatih otak dalam mengasosiasikan setiap informasi
yang didapat dan berfikir secara holistik terhadap pengetahuan-pengetahuan yang telah
didapatkan, baik pengetahuan diri maupun pengetahuan mengenai situasi di luar diri,
seperti pasar kerja dan keterampilan yang dibutuhkan di pasar kerja yang kesemua hal
tersebut diasosiasikan yang kemudian dijadikan sebagai pola pikir dalam problem solving.
Pokok pikiran penting lainnya dalam penggunaan media mind map sebagai media
pembantu teknik problem solving adalah penggunaan warna, garis lengkung dan simbol
berupa gambar yang membantu otak dalam memproses sebuah informasi, karena dengan
begitu otak kiri dan kanan akan bekerja secara maksimal, otak kiri bertugas sebagai
pemikir kata-kata untuk mengartikan pemahaman yang diperoleh dari informasi karir,
kemudian difikirkan secara logis apakah alternatif yang dianalisis merupakan alternatif
yang terbaik. Sedangkan otak kanan membantu berimajinasi, memasukkan data yang
berupa warna dan gambar, selanjutnya diakumulasi secara holistik dari setiap alternatif
yang dibuat, pada akhirnya remaja memutuskan mana alternatif yang terbaik untuk dirinya.
KESIMPULAN
Penggunaan layanan bimbingan kelompok teknik problem solving yang berbantuan
media mind map dapat meningkatkan kematangan karir secara signifikan remaja anggota
Forum Komunikasi Remaja (FKR) Dusun Padaan, Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang,
Kabupaten Semarang. Hasil eksperimen melalui Mann Whitney menemukan ada perbedaan
yang signifikan pada peningkatan kematangan karir antara kelompok eksperimen yang
diberikan layanan dan kelompok kontrol yang tidak diberikan layanan, dengan hasil sig. p
= 0.006 ≤ 0.050, dengan selisih mean rank 5.66.
8
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Fransisca Deni Novia. 2011. Peningkatkan Perencanaan Karir melalui Layanan
Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas X-BB SMK Islam Sudirman 1 Ambarawa
Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi. Program Studi Bimbingan dan Konseling,
FKIP - Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Buzan, Tony. 2012. Buku Pintar Mind Map (membuka kreatifitas, memperkuat ingatan,
mengubah hidup). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Freeman, Suzanne C. 1993. Donald Super: A Perspective on Career Development. Journal
of Career Development, Vol. 19(4). Human Sciences Press, Inc. 255:University of
North Carolina at Greensboro.
Herr, Edwin L. and Cramer, Stanley H. 1984. Career Guidance and Counseling Through
the Life Span: Systematic Approaches. Boston, Toronto: Little Brown and Co.
Junaidi, Putri Dwi Adhinda. 2012. Pengaruh Penerapan Bimbingan Karir Menggunakan
Teknik Problem Solving terhadap Peningkatan Kemampuan Membuat Perencanaan
Karir Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Stabat T.A 2012/2013. Skripsi. Universitas
Negeri Medan.
Nugroho, Mika Dwi. 2011. Meningkatkan Pemahaman Perencanaan Karir pada Siswa
Kelas VIII D SMP Negeri 2 Suruh Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Program
Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP - Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Patton, Wendy and McMahon, Mary 1999. Career Development and Systems Theory: A
New Relationship . Canada: Brooks.
Romlah, Tatiek. 2001. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Selasar. 2014. Pengangguran Usia Muda Indonesia Cukup Mengkhawatirkan . Https://
www.selasar.com/ekonomi/pengangguran-usia-muda-indonesia-cukup-mengkhawatirkan. Diakses 30 November 2014.
Setyorini. 2012. Pengembangan Inventori Kematangan Karir Siswa SMA Negeri di Kota
Malang. Tesis. Program Studi Bimbingan Konseling – Program Pascasarjana,
Universitas Negeri Malang.
Sharf, Richard S. 2006. Applying Career Development Theory to Counseling, 5th Edition .
Belmont: Thomson Learning.
Utami, Suwi Wahyu. 2012. Peningkatan Kematangan Karir melalui Konseling Kelompok
pada Siswa Kelas X Akuntansi SMK Muhamadiyah 1 Yogyakarta. Skripsi.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Winkel, W.S. dan Hastuti, M.M. Sri. 2006. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan, Edisi Revisi. Yogyakarta: Media Abadi.
9
PROBLEM SOLVING BERBANTUAN MEDIA MIND MAP
Nazilatul Wahyu Nafisah, Sumardjono Padmomartono, Yustinus Windrawanto
Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP - Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kematangan
karir remaja anggota Forum Komunikasi Remaja (FKR) Dusun
Padaan, Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, yang masih bersekolah di SMA dan SMK melalui penerapan
teknik problem solving berbantuan media mind map. Subyek
penelitian adalah 12 orang remaja yang memiliki kematangan karir
kategori sedang dan rendah. Analisis data menggunakan Mann
Whitney dengan bantuan program SPSS 16.0 for Windows. Hasil
penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada
peningkatan kematangan karir antara kelompok eksperimen yang
diberikan layanan dan kelompok kontrol yang tidak diberikan
layanan, dengan hasil sig. p = 0.006 ≤ 0.050, dengan selisih mean
rank 5.66. Kategori kematangan karir pada kelompok eksperimen
setelah diadakan post-test memperoleh hasil sangat tinggi 50%,
tinggi 33,3% dan sedang 16,7%. Sedangkan pada kelompok kontrol
kategori kematangan karirnya tinggi 16,67% dan sedang 83,33%.
Berdasarkan hasil analisis, disimpulkan dengan menggunakan
teknik problem solving yang berbantuan media mind map dapat
meningkatkan secara signifikan kematangan karir remaja.
Kata kunci: kematangan karir, teknik problem solving, mind map
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karir sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan dan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Pengertian karir tidak terbatas pada
konsep pemenuhan kebutuhan hidup secara ekonomi tetapi juga merupakan sarana aktualisasi diri individu serta menjadi panggilan hidup. Winkel dan Hastuti (2006) mendefinisikan karir sebagai panggilan hidup yang meresapi seluruh alam pikiran dan perasaan serta
mewarnai seluruh gaya hidup individu, tanpa mengesampingkan nilai ekonomis pekerjaan,
tetapi justru lebih mengutamakan kepuasan pribadi atas pekerjaan.
Di Indonesia banyak terjadi masalah pengangguran seperti yang dilansir dalam
situs pemberitaan dalam jaringan (online) Selasar (2014), Badan Pusat Statistik (BPS) per
Februari 2014 mencatat pengangguran terbuka di Indonesia sebesar 5,7% atau 7,15 juta
jiwa. Angka 7,15 juta jiwa ini mayoritas dipenuhi pengangguran individu usia 19 tahun
sampai dengan 24 tahun. Golongan usia muda ini di dalamnya termasuk anak putus
sekolah dan anak muda yang sudah lulus, tetapi belum mendapat pekerjaan karena kurang
memiliki kemampuan dan kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja.
Pra penelitian yang dilakukan pada remaja anggota Forum Komunikasi Remaja di
Dusun Padaan, Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang menunjukkan
kematangan karir remaja SMA dan SMK adalah 3 orang remaja (20%) dalam kategori
kematangan karir tinggi, 9 orang remaja (60%) dalam kategori sedang, dan 3 orang remaja
(20%) dalam kategori rendah. Kebanyakan remaja itu mengalami masalah pada perencanaan karir (career planning), mengeksplorasi karir (career exploration) dan membuat
keputusan karir (decision making). Padahal menurut Super (Freeman, 1993) individu akan
berhasil dalam perkembangan karir apabila sudah mencapai kematangan karir. Kematangan karir merupakan repertoar perilaku yang berkaitan dengan mengidentifikasi,
memilih, merencanakan dan melaksanakan tujuan karir yang tersedia untuk individu.
Berdasarkan wawancara dengan remaja, kurangnya kematangan karir remaja SMA
dan SMK adalah karena proses bimbingan dan konseling belum terlaksana secara optimal.
Keterbatasan pertemuan remaja dengan guru BK di sekolah menyebabkan remaja menjadi
enggan dan bingung untuk menempuh bimbingan karir, dikarena tidak adanya jam BK di
sekolah sebagai akibat diberlakukannya kurikulum 2013 serta minimnya kegiatan
bimbingan karir di luar jam yang diadakan guru BK sehingga menjadikan remaja tidak
memiliki cukup kematangan karir sebagai bekal keputusan karirnya.
Bimbingan karir yang diselenggarakan guru BK di sekolah berupa bimbingan
klasikal dengan materi gambaran umum mengenai karir. Materi ini diberikan ketika remaja
dipersiapkan untuk menentukan penjurusan. Materi kedua yang diberikan pada siswa kelas
XII, mengenai pendidikan lanjutan dan passing grade di setiap jurusan sekolah lanjutan.
Bimbingan karir tidak diberikan secara khusus untuk menjawab kebutuhan karir remaja
yang menyangkut aspek personal remaja yaitu kesesuaian antara hasil belajar dan minat
remaja pada bidang keterampilan khusus yang dimilikinya serta yang dihubungkan dengan
jenis pekerjaan yang cocok dengan diri remaja.
Super (Winkel dan Hastuti, 2006) menyatakan bahwa pada umur 15-18 tahun,
remaja memiliki tugas perkembangan yang disebut crystallization, yaitu remaja memiliki
tugas perkembangan untuk merumuskan gagasan tentang pekerjaan yang sesuai untuk
dirinya. Namun yang terjadi pada remaja masih sulit merumuskan gagasan pekerjaan yang
realistis dan objektif, remaja mengalami kesulitan melakukan perencanaan karir (career
2
planning), mengeksplorasi karir (career exploration) dan membuat keputusan karir
(decision making).
Berdasarkan masalah tersebut penulis tertarik untuk menggunakan layanan bimbingan karir teknik problem solving yang berbantuan media mind map untuk meningkatkan
kematangan karir remaja SMA dan SMK. Melalui bimbingan kelompok, remaja akan
memperoleh materi untuk lebih memahami topik-topik karir dan membahasnya secara
kelompok untuk lebih meningkatkan pemahaman akan dunia karir dan apa saja yang perlu
diperhatikan dalam memutuskan karir bagi dirinya dan tentu akan membantu
meningkatkan kematangan karir.
Teknik problem solving pada bimbingan kelompok akan membantu remaja menilai
perubahan-perubahan yang ada pada dirinya, dan membuat keputusan-keputusan, atau
penyesuaian yang selaras dengan tujuan-tujuan dan nilai kehidupannya secara kreatif
(Romlah, 2001). Teknik ini digunakan karena untuk mencapai kematangan karir individu
harus berhasil menyelesaikan tugas perkembangan yang khas pada tiap tahapan perkembangan karir (Winkel dan Hastuti, 2006). Setiap tahapan perkembangan karir memiliki
tugas perkembangan yang berbeda, sehingga masalah karir yang muncul akan berbeda.
Teknik problem solving membekali remaja dengan keterampilan menyelesaikan masalah
karir yang muncul pada tiap tahapan perkembangan karir secara kreatif.
Penelitian ini bertolak dari temuan penelitian Anggraeni (2011) yang berhasil
meningkatkan perencanaan karir siswa kelas X-BB SMK Sudirman 1 Ambarawa dengan
hasil uji beda post-test antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yaitu p = 0,008
≤ 0,050 dengan selisih mean rank 6,25. Selanjutnya, penelitian yang berhasil menerapkan
layanan bimbingan karir dengan teknik problem solving dalam bimbingan karir dilakukan
oleh Junaidi (2012) dengan temuan bimbingan karir menggunakan teknik problem solving
berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan membuat perencanaan karir siswa kelas XI
SMA Negeri 1 Stabat. Hal ini tergambar dengan hasil uji t dengan hasil t hitung > t tabel
yaitu 7,924 > 1,796.
Dibutuhkan media untuk membantu remaja memahami tuntutan kompetensi yang
perlu dimiliki remaja untuk mencapai kematangan karir sehingga diputuskan untuk menggunakan media mind map guna membantu remaja memahami dan mengingat semua yang
telah dipelajari selama proses bimbingan kelompok berlangsung. Mind map memudahkan
remaja memproses informasi yang telah didapatkan selama proses bimbingan kelompok
menggunakan teknik problem solving. Buzan (2012) mengusulkan metode mind map map
3
untuk merangsang otak mengolah informasi lebih baik, karena mind map memiliki struktur
alami yang memancar dari pusat pikiran individu. Mind map menggunakan garis lengkung,
simbol, kata dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian sederhana sesuai dengan cara
kerja otak.
Penelitian tindakan bimbingan dan konseling yang dilakukan Nugroho (2011) pada
siswa kelas VIII D SMP Negeri 2 Suruh melalui penggunaan metode mind map untuk
meningkatkan pemahaman perencanaan karir berhasil meningkatkan pemahaman perencanaan karir siswa. Hasil penelitian menunjukkan pada uji pre-test rata-rata skor perencanaan
karir siswa berkriteria cukup baik (skor 126,6774). Setelah dilakukan tindakan siklus
pertama, hasil post-test menjadi baik (skor 140,838). Pada siklus kedua dalam pemantapan
penggunaan simbol, garis, dan warna pada mind map, menjadi kategori baik dengan skor
151,9 dan 31 siswa (96,8%) sudah mencapai kategori baik.
TINJAUAN PUSTAKA
Super (Herr dan Cramer, 1984) mengartikan kematangan karir sebagai repertoar
perilaku yang berkaitan dengan kegiatan mengidentifikasi, memilih, merencanakan dan
melaksanakan tujuan karir. Super mengembangkan konsep kematangan karir, yang menunjuk pada keberhasilan seseorang menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir yang khas
bagi tahapan perkembangan tertentu. Indikasi relevan bagi kematangan karir adalah
kemampuan membuat rencana, kerelaan untuk memikul tanggung jawab, serta kesadaran
akan segala faktor internal dan eksternal yang harus dipertimbangkan dalam membuat
pilihan jabatan atau memantapkan diri dalam jabatan (Winkel dan Hastuti, 2006).
Tahapan perkembangan karir dalam gagasan Super (Patton dan McMahon, 1999)
dibagi lima tahapan, yaitu: (1) Pertumbuhan (Growth) pada usia 0 - 14 tahun, (2) Eksplorasi (Exploration) pada usia 15 - 25 tahun, (3) Pemantapan (Establishment) pada usia 25 44 tahun, (4) Pemeliharaan (Maintenance) dari usia 45 - 64 tahun, dan (5) Kemunduran
(Decline) ketika individu memasuki usia pensiun pada usia 65 tahunan. Kelima tahapan ini
dipandang sebagai acuan bagi munculnya sikap-sikap dan perilaku yang menyangkut
keterlibatan individu dalam suatu jabatan, yang tampak dalam tugas-tugas perkembangan
vokasional (vocational developmental tasks).
Subyek dalam penelitian ini remaja yang masih duduk di bangku SMA dan SMK
yang berada pada tahapan eksplorasi. Tahapan ini berlangsung pada usia 15 hingga 25
tahun. Super (Winkel dan Hastuti, 2006) mendeskripsikan tahapan eksplorasi sebagai
4
tahapan di mana individu memikirkan berbagai alternatif jabatan, tetapi belum mengambil
keputusan yang mengikat.
Super (Sharf, 2006) membagi tahapan eksplorasi menjadi tiga sub bagian yang
mencirikan tugas perkembangan karir, yaitu: (a) Crystallization, pada usia antara 15 - 18
tahun, individu mulai berfikir apa yang ingin dilakukannya. (b) Specification, pada usia
antara 19 - 21 tahun, individu mengarahkan diri ke bidang jabatan tertentu dan mulai
memegang jabatan itu, individu yang hendak bekerja perlu menentukan preferensi untuk
mendapatkan pekerjaan dan bagi individu yang hendak melanjutkan pendidikan juga perlu
melakukan preferensi. (c) Pelaksanaan (Implementing), pada usia antara 21 - 25 tahun,
individu membuat rencana untuk memenuhi tujuan karir. Individu dapat memulai dengan
membuka jaringan yaitu bertemu orang-orang yang membantu mendapatkan pekerjaan.
Super (Sharf, 2006) menyatakan kematangan karir remaja diukur dengan subskala
perencanaan karir (career planning), eksplorasi karir (career exploration), cara mengambil
keputusan karir (decision making), informasi dunia kerja (world of work information ),
pengetahuan kelompok pekerjaan yang lebih disukai (knowledge of preferred occupational
group), realisasi keputusan karir (realization), dan orientasi karir (career orientation).
Upaya meningkatkan kematangan karir siswa sangatlah penting untuk masa depan
siswa. Program Bimbingan dan Konseling menjadi kebutuhan mutlak untuk membantu
siswa mencapai tugas perkembangan kematangan karir. Menurut Herr (Utami, 2012),
kurikulum untuk meningkatkan kematangan karir perlu diolah dengan tepat sehingga
mampu mempengaruhi kecerdasan siswa dengan membahas berbagai tingkat sosial
ekonomi dunia kerja dan berbagai pengetahuan karir yang dimiliki siswa. Karenanya,
penyusunan strategi dalam peningkatan karir perlu disesuaikan dengan kondisi siswa.
Kematangan karir merujuk pada pemenuhan tugas perkembangan pada tiap tahapan
perkembangan karir yang dimulai dari individu ketika menginjak usia 14 tahun (growth)
sampai individu mengalami masa pensiun (decline) yaitu ketika individu memasuki usia 65
tahun. Pada tiap tahapan perkembangan karir pasti individu menghadapi masalah karir
yang berbeda. Dengan teknik problem solving individu akan dapat meningkatkan kemampuannya menyelesaikan masalah karir yang muncul pada tiap tahapan perkembangan karir.
Romlah (2001) menyatakan bahwa teknik problem solving merupakan proses yang
kreatif di mana individu menilai perubahan-perubahan pada diri dan lingkungannya, serta
membuat pilihan-pilihan baru, keputusan-keputusan, atau penyesuaian yang selaras dengan
tujuan-tujuan dan nilai-nilai hidupnya. Media mind map yang berperan sebagai media
5
pelaksanaan teknik problem solving dapat membantu individu memvisualisasikan proses
problem solving. Buzan (2012) menyatakan mind map adalah cara mencatat yang kreatif,
efektif dan secara harafiah akan “memetakan” pikiran-pikiran individu. Mind map
menggunakan kombinasi warna, garis-garis lengkung, simbol, kata dan gambar yang
sesuai dengan satu rangkaian aturan yang sederhana, alami, mendasar, dan sesuai dengan
cara kerja otak yang semuanya memiliki struktur alami yang memancar dari pusat pikiran
individu. Buzan (2012) menyimpulkan mind map pembantu pikiran individu membuat
asosiasi dan lompatan-lompatan besar dalam pemahaman.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini berbentuk quasi eksperimen dengan desain nonequevalent control
group design. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek adalah 12 orang remaja yang
masih duduk di bangku SMK dan SMA dan memiliki kategori kematangan karir sedang
dan rendah. Dari 12 siswa tersebut, dibagi menjadi 2 kelompok, 6 orang remaja pada
kelompok eksperimen, dan 6 orang remaja pada kelompok kontrol. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah layanan bimbingan kelompok teknik problem solving berbantuan
media mind map (X). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kematangan karir (Y).
Digunakan metode pengumpulan data berupa inventori kematangan karir yang diadopsi
dari Setyorini (2012) yang mengacu pada teori Donald Super. Teknik analisis data
menggunakan Mann Whitney dengan bantuan program SPSS 16.0 for Windows.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis data yang membandingkan hasil post-test kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol menghasilkan Asymp. Sig (2-tailed) = 0.006 < 0.050 sehingga
dinyatakan ada perbedaan yang signifikan antara hasil post test kelompok kontrol dengan
kelompok eksperimen. Selain itu, ada peningkatan kematangan karir yang signifikan,
dibuktikan dengan hasil analisis data hasil pre-test dan post-test kelompok eksperimen
dengan hasil Asymp Sig (2-tailed) = 0.006 < 0.050, sehingga dinyatakan signifikan. Berdasarkan hasil analisis data tersebut maka layanan bimbingan kelompok teknik problem
solving berbantuan media mind map dapat meningkatkan secara signifikan kematangan
karir remaja anggota FKR Dusun Padaan, Kecamatan Tuntang.
Berdasarkan hasil analisis data post-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang menghasilkan Asymp. Sig (2-tailed) = 0.006 < 0.050 sehingga dinyatakan ada
perbedaan yang signifikan antara hasil post test kelompok kontrol dengan kelompok ekspe6
rimen. Peningkatan kematangan karir yang signifikan dibuktikan dengan hasil mean rank
pre-test 22.00 dan mean rank post-test sebesar 56.00 pada kelompok eksperimen.
Layanan bimbingan kelompok diselenggarakan 8 kali pertemuan dengan 5 topik
yang berbeda. Pemilihan topik berdasarkan pada aspek kematangan karir. Penggunaan
dinamika kelompok selama proses bimbingan kelompok dapat memperkaya pengetahuan
remaja mengenai karir. Remaja memperoleh kesempatan untuk mempelajari segi-segi yang
penting dan berguna terkait dengan karir. Penggunaan teknik problem solving sebagai
upaya meningkatkan kematangan karir dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa
dalam mengakumulasi setiap pengetahuan dan keterampilan remaja untuk merealisasikan
keputusan karir, karena menurut Super (Winkel dan Hastuti, 2006) kematangan karir pada
tahapan kristalisasi merupakan aktifitas yang bersifat kognitif dalam meninjau diri sendiri
dan situasi hidupnya untuk menentukan keputusan karirnya ke depan.
Melalui layanan bimbingan kelompok teknik problem solving yang berbantuan
media mind map melatih remaja berfikir kritis dan analitis untuk mencari informasi, dan
menyusun hipotesis sampai dengan menarik kesimpulan untuk menyelesaikan masalah
karir. Remaja dituntut mengevaluasi informasi karir baik dari faktor eksternal maupun
internal yang mempengaruhi karirnya. Sehingga dengan penerapan problem solving ini
remaja terdorong mencari informasi karir terkait perencanaan karir, mengeksplorasi karir,
dan pengetahuan mengenai dunia kerja. Pokok pikiran ini terdapat pada tahapan membuat
alternatif dan menguji kelemahan serta kekuatan alternatif pada teknik problem solving.
Aspek lain yang meningkatkan kematangan karir yaitu remaja lebih terampil dalam
membuat keputusan karir karena telah mengetahui beberapa informasi mengenai karir baik
mengenai pasar kerja, keterampilan yang dibutuhkan pada pasar kerja, serta pendidikan
atau pelatihan yang perlu ditempuh untuk memenuhi persyaratan tersebut yang telah dituangkan dalam proses problem solving. Pengetahuan ini didapat dari hasil layanan bimbingan kelompok yang menugaskan remaja melakukan eksplorasi karir, karena tahapan
awal untuk mencapai kematangan karir adalah individu perlu melakukan eksplorasi karir.
Penelitian ini sejalan dengan temuan Anggraeni (2011) yang menyatakan layanan
bimbingan kelompok meningkatkan perencanaan karir siswa kelas X-BB SMK Sudirman 1
Ambarawa. Demikian pula penelitian ini searah dengan Junaidi (2012) yang menemukan
bahwa penerapan bimbingan karir melalui teknik problem solving berpengaruh terhadap
peningkatan kemampuan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sabat membuat perencanaan karir.
7
Penggunaan mind map berperan sebagai media visualisasi dari hasil pelaksanaan
problem solving. Hal ini menambah tingkat pemahaman siswa dalam penguasaan konten
yang diharapkan selama bimbingan kelompok. Dengan mind map pikiran siswa lebih
cepat memproses informasi yang didapatkan, yang senada dengan yang diungkapkan oleh
Buzan (2012) yang kajiannya membuktikan dengan menggunakan foto atau gambar,
memori otak siswa akan lebih lama menyimpan dan akan lebih cepat dalam memproses
informasi yang masuk ke otak. Penggunaan media mind map sebagai media pembantu
dalam bimbingan karir sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Nugroho (2011)
yang menemukan dengan penggunaan metode mind map dapat meningkatkan pemahaman
perencanaan karir siswa kelas VIII D SMP Negeri 2 Suruh.
Penggunaan media mind map melatih otak dalam mengasosiasikan setiap informasi
yang didapat dan berfikir secara holistik terhadap pengetahuan-pengetahuan yang telah
didapatkan, baik pengetahuan diri maupun pengetahuan mengenai situasi di luar diri,
seperti pasar kerja dan keterampilan yang dibutuhkan di pasar kerja yang kesemua hal
tersebut diasosiasikan yang kemudian dijadikan sebagai pola pikir dalam problem solving.
Pokok pikiran penting lainnya dalam penggunaan media mind map sebagai media
pembantu teknik problem solving adalah penggunaan warna, garis lengkung dan simbol
berupa gambar yang membantu otak dalam memproses sebuah informasi, karena dengan
begitu otak kiri dan kanan akan bekerja secara maksimal, otak kiri bertugas sebagai
pemikir kata-kata untuk mengartikan pemahaman yang diperoleh dari informasi karir,
kemudian difikirkan secara logis apakah alternatif yang dianalisis merupakan alternatif
yang terbaik. Sedangkan otak kanan membantu berimajinasi, memasukkan data yang
berupa warna dan gambar, selanjutnya diakumulasi secara holistik dari setiap alternatif
yang dibuat, pada akhirnya remaja memutuskan mana alternatif yang terbaik untuk dirinya.
KESIMPULAN
Penggunaan layanan bimbingan kelompok teknik problem solving yang berbantuan
media mind map dapat meningkatkan kematangan karir secara signifikan remaja anggota
Forum Komunikasi Remaja (FKR) Dusun Padaan, Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang,
Kabupaten Semarang. Hasil eksperimen melalui Mann Whitney menemukan ada perbedaan
yang signifikan pada peningkatan kematangan karir antara kelompok eksperimen yang
diberikan layanan dan kelompok kontrol yang tidak diberikan layanan, dengan hasil sig. p
= 0.006 ≤ 0.050, dengan selisih mean rank 5.66.
8
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Fransisca Deni Novia. 2011. Peningkatkan Perencanaan Karir melalui Layanan
Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas X-BB SMK Islam Sudirman 1 Ambarawa
Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi. Program Studi Bimbingan dan Konseling,
FKIP - Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Buzan, Tony. 2012. Buku Pintar Mind Map (membuka kreatifitas, memperkuat ingatan,
mengubah hidup). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Freeman, Suzanne C. 1993. Donald Super: A Perspective on Career Development. Journal
of Career Development, Vol. 19(4). Human Sciences Press, Inc. 255:University of
North Carolina at Greensboro.
Herr, Edwin L. and Cramer, Stanley H. 1984. Career Guidance and Counseling Through
the Life Span: Systematic Approaches. Boston, Toronto: Little Brown and Co.
Junaidi, Putri Dwi Adhinda. 2012. Pengaruh Penerapan Bimbingan Karir Menggunakan
Teknik Problem Solving terhadap Peningkatan Kemampuan Membuat Perencanaan
Karir Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Stabat T.A 2012/2013. Skripsi. Universitas
Negeri Medan.
Nugroho, Mika Dwi. 2011. Meningkatkan Pemahaman Perencanaan Karir pada Siswa
Kelas VIII D SMP Negeri 2 Suruh Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Program
Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP - Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Patton, Wendy and McMahon, Mary 1999. Career Development and Systems Theory: A
New Relationship . Canada: Brooks.
Romlah, Tatiek. 2001. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Selasar. 2014. Pengangguran Usia Muda Indonesia Cukup Mengkhawatirkan . Https://
www.selasar.com/ekonomi/pengangguran-usia-muda-indonesia-cukup-mengkhawatirkan. Diakses 30 November 2014.
Setyorini. 2012. Pengembangan Inventori Kematangan Karir Siswa SMA Negeri di Kota
Malang. Tesis. Program Studi Bimbingan Konseling – Program Pascasarjana,
Universitas Negeri Malang.
Sharf, Richard S. 2006. Applying Career Development Theory to Counseling, 5th Edition .
Belmont: Thomson Learning.
Utami, Suwi Wahyu. 2012. Peningkatan Kematangan Karir melalui Konseling Kelompok
pada Siswa Kelas X Akuntansi SMK Muhamadiyah 1 Yogyakarta. Skripsi.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Winkel, W.S. dan Hastuti, M.M. Sri. 2006. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan, Edisi Revisi. Yogyakarta: Media Abadi.
9