17.PENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTEM PADA CEKUNGAN SUMATERA SELATAN
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
PENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTEM PADA CEKUNGAN SUMATERA
SELATAN, DAERAH SUMAI DAN SEKITARNYA, KABUPATEN TEBO, PROVINSI
JAMBI
Dahlan Ibrahim
Kelompok Program Penelitian Energi Fosil, PMG
SARI
Daerah penyelidikan terletak di Kecamatan Sumai, Ilir Tengah dan Tebo Ilir,
Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. Secara geografis dibatasi oleh koordinat 01015’ 01030’ LS dan 102030’ – 102045’ BT. Daerah ini secara geologi termasuk Cekungan
Sumatera Selatan, Sub Cekungan Jambi. Stratigrafinya tersusun oleh batuan sedimen
berumur Pra Tersier, Tersier dan Kuarter dengan formasi pembawa batubara adalah
Formasi Talangakar, Formasi Airbenakat, Formasi Muaraenim dan Formasi Kasai yang
masing-masinhg berumur Oligosen-Miosen, Miosen Tengah, Miosen Akhir-Pliosen dan
Plio Plistosen. Endapan batubara yang potensial terdapat pada Formasi Muaraenim
dan Formasi Talangakar.
Kegiatan penyelidikan batubara bersistem adalah kelanjutan dari beberapa
penyelidikan batubara bersistem sebelumnya pada Cekungan Sumatera Selatan yang
didasarkan atas lembar peta topografi Bakosurtanal skala 1: 50.000. Pekerjaan
lapangan terdiri atas pemetaan geologi batubara dan pemboran dangkal (≤ 100 m).
Maksudnya adalah untuk mengetahui geologi dan potensi endapan batubara dengan
tujuan melengkapi data base batubara pada Cekungan Sumatera Selatan khususnya
dan Indonesia pada umumnya.
Formasi Muaraenim di daerah ini mengandung 5 (lima) lapisan batubara utama
yaitu lapisan ME-1, ME-2, ME-3,ME-4 dan ME-5, ketebalan masing-masing lapisan
sekitar 1,73 m; 6,04 m; 6,28 m, 5,70 m dan 2,07 m. Formasi Talangakar mengandung
6 (lima) lapisan TA-1, TA-2, TA-3, TA-4, TA-5 dan TA-6, ketebalan masing-masing
lapisan (sebagian ketebalan dijumlahkan karena adanya sub-lapisan) yaitu sekitar 0,80
m; 2,10 m; 3,50 m; 1,60 m; 0,60m dan 0,60 m. Formasi Airbenakat mengandung 4
(empat) lapisan AB-1, AB-2, AB-3 dan AB-4, ketebalan masing-masing 2,00 m; 1,00
m; 1,00 m dan 2,00 m. Formasi Kasai mengandung 2 (dua) lapisan KS-1 dan KS-2
dengan ketebalan masing-masing sekitar 0,50 m.
Kualitas batubara Formasi Muaraenim berdasarkan lapisan tercermin pada nilai
TM antara 32,38 – 56,45 %, IM 6,38 – 11,33 %, Ash 4,44 – 11,72 %, St 0,15 – 0,80 %
dan CV 5168 – 5527 kal/gr. digolongkan sebagai low - medium rank coal. Kualitas
batubara Formasi Talangakar tercermin pada nilai rata-rata TM 12,98 %, IM 4,56 %,
Ash 37,03 %, St 0,80 % dan CV 6501 kal/gr, diklasifikasikan sebagai high rank coal.
Daerah Sumai memiliki sumber daya batubara tereka yang dihitung dari
Formasi Muaraenim sebesar 46.601.073 ton, sumber daya hipotetik dihitung dari tiga
formasi (Formasi Muaraenim, Formasi Airbenakat dan Froamsi Talangakar) sebesar
254.320.231 ton dan jumlah sumber daya keseluruhan (tereka dan hipotetik) sebesar
300.921.304 ton.
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
273
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) No. 0030 Tahun 2005, Pusat
Sumber Daya Geologi sebagai salah
satu unit organisasi di bawah Badan
Geologi, Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral memiliki tugas
dan
fungsi
menyelenggarakan
penelitian, penyelidikan dan pelayanan
bidang
sumber
daya
geologi,
diantaranya adalah sumber daya
batubara.
Sebagai penjabaran dari tugas
dan fungsi tersebut pada tahun
anggaran 2010 Pusat Sumber Daya
Geologi (PMG) telah melakukan
kegiatan
Penyelidikan
Batubara
Bersistem Pada Cekungan Sumatera
Selatan,
Daerah
Sumai
dan
Sekitarnya, Kabupaten Tebo, Provinsi
Jambi.
Penyelidikan
batubara
bersistem didasarkan atas lembar peta
topografi terbitan Badan Koordinasi
Survai
dan
Pemetaan
Nasional
(Bakosurtanal)
skala 1 : 50.000.
Penyelidikan batubara bersistem di
Cekungan Sumatera Selatan telah
dimulai sejak akhir tahun 1990 an dan
telah meliputi sebagian besar wilayah
tersebut, penyelidikan di daerah Jambi
adalah
untuk
melanjutkan
dan
melengkapi penyelidikan batubara
bersistem
yang
telah
dilakukan
sebelumnya.
Cekungan
Sumatera
Selatan
dikenal sebagai salah satu cekungan
pembawa batubara yang sangat
potensial, lebih dari 70% potensi
sumber daya batubara Indonesia
terdapat pada cekungan ini. Hamparan
Cekungan Sumatera Selatan meliputi
wilayah Provinsi Sumatera Selatan,
sebagian Provinsi Jambi dan sebagian
kecil Provinsi Lampung.
Maksud dan Tujuan
Maksud penyelidikan batubara
bersistem di daerah ini adalah untuk
mengumpulkan informasi mengenai
geologi endapan batubara di daerah
tersebut. Fokus kegiatan adalah untuk
mengetahui pola sebaran, bentuk
geometris, ketebalan dari endapan
batubara, urutan stratigrafi dari batuan
pengapit serta kualitas dari endapan
batubara.
Tujuan penyelidikan adalah
untuk mengetahui potensi sumberdaya
batubara di daerah tersebut dalam
rangka inventarisasi endapan batubara
bersistem di Cekungan Sumatera
Selatan dan untuk melengkapi data
base potensi endapan batubara
Indonesia sehingga nantinya dapat
dimanfaatkan
oleh
pemerintah
maupun investor swasta.
Lokasi Daerah Penyelidikan
Daerah Sumai dan sekitarnya
termasuk dalam wilayah Kabupaten
Tebo, Provinsi Jambi, dengan ibu kota
Kabupaten adalah Muaratebo. Secara
geografis terletak antara 01015’ 01030’ LS dan 102030’ – 102045’ BT.
Daerah penyelidikan terletak
lebih kurang 200 km di barat kota
Jambi melalui rute jalan darat Jambi –
Muaratebo – Lokasi (Gambar 1)
dengan waktu tempuh sekitar 4
(empat) jam.
GEOLOGI UMUM
Tatanan Tektonik
Informasi
geologi
regional
daerah penyelidikan diperoleh dari
publikasi
Peta Geologi Lembar
Muarabungo Sumatera, skala 1;
250.000 terbitan Puslitbang Geologi
274 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Bandung (Simanjuntak, dkk, 1991)
dan beberapa publikasi lainnya.
Secara geologi regional Lembar
Muarabungo terletak dekat batas
antara Cekungan Sumatera Selatan
dan Cekungan Sumatera Tengah,
namun sebagian besar wilayahnya
termasuk
ke
dalam
Cekungan
Sumatera Selatan bagian utara atau
Sub Cekungan Jambi dan sebagian
kecil termasuk ke dalam Cekungan
Sumatera Tengah.
Dalam tatanan
tektonik Pulau Sumatera kedua
cekungan ini merupakan backdeep
basin atau cekungan pendalaman
belakang
(Koesoemadinata
dan
Hardjono,
1978).
Batas
kedua
Cekungan ini tidak begitu jelas namun
sebagian
penulis
memperkirakan
batasnya adalah suatu tinggian batuan
dasar Pra Tersier yang dikenal sebagai
Bukit Tigapuluh (Lihat Gambar 2).
(Oligosen Akhir – Miosen Awal),
Formasi Lakat (Oligosen Akhir –
Miosen Awal), Formasi Gumai (Miosen
Awal – Tengah), Formasi Airbenakat
(Miosen Tengah – Akhir), Formasi
Muaraenim (Miosen Akhir – Pliosen
Awal) dan Formasi Kasai (Plio
Plistosen).
Endapan
batubara
terkandung
pada
formasi-formasi
berumur
Tersier
yaitu
Formasi
Talangakar, Formasi Lakat, Formasi
Airbenakat, Formasi Muaraenim dan
Formasi Kasai.
Endapan Kuarter tersusun oleh
batuan produk gunungapi, endapan
undak sungai, endapan rawa dan
aluvium.
Disamping itu terdapat batuanbatuan terobosan dengan kisaran umur
mulai Jura hingga Kuarter yang terdiri
atas Pluton Granit, Granit, Pegmatit,
Diorit, Granodiorit, Dasit dan Syenit.
Stratigrafi
Lembar Muarabungo secara
stratigrafi tersusun oleh batuan-batuan
yang berasosiasi dengan Cekungan
Sumatera Selatan pada Sub Cekungan
Jambi dan sebagian kecil berasosiasi
dengan Cekungan Sumatera Tengah.
Urutan stratigrafi Lembar Muarabungo
dapat dikelompokkan atas tiga yaitu
Urutan Pra Tersier, Tersier dan
Kuarter.
Urutan
Pra
Tesier
berumur mulai Karbon Awal – Perm
Tengah terdiri atas Formasi Terantam
(Karbon Awal), Formasi Gangsal,
Formasi
Pengabuhan,
Formasi
Mentulu
(Ketiganya
Berumur
Permokarbon, dikelompokkan sebagai
Kelompok
Tigapuluh),
Formasi
Mengkarang (Perm Awal) dan Formasi
Pelepat (Perm Awal – Tengah).
Urutan Tersier terdiri atas
Formasi Lahat (Eosen – Oligosen
Awal), Formasi Kelesa (Eosen –
Oligosen Awal), Formasi Talangakar
Struktur Geologi
Struktur yang mempengaruhi
Lembar Muarabungo cukup kompleks,
meliputi
proses
tektonik
yang
berlangsung sejak Karbon hingga
Resen. Unsur struktur utama yang
terdapat di lembar ini adalah lipatan
dan sesar.
Perlipatan umumnya berarah
Barat – Timur dan Baratlaut –
Tenggara. Lipatan berarah Barat –
Timur mempengaruhi batuan Pra
Tersier, sedangkan berarah Baratlaut Tenggara mempengaruhi batuan Pra
Tersier dan Tersier. Ciri lipatan
menunjukkan pengaruh deformasi
pada batuan Pra Tersier lebih kuat
dibandingkan Tesier dan Kuarter.
Pensesaran umumnya dapat
dibagi
atas
empat
arah
yaitu
BaratBaratlaut – Timur Tenggara,
Baratlaut – Tenggara, Timurlaut –
Baratdaya dan TimurTimurlaut –
BaratBaratdaya. Pensesaran pada
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
275
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
batuan Pra Tersier lebih
dibandingkan pada Tersier.
kuat
Indikasi Endapan Batubara
Daerah penyelidikan tersusun
oleh beberapa formasi pembawa
batubara
berumur
Tersier
yaitu
Formasi Talangakar (Oligosen Akhir –
Miosen Awal), Formasi Airbenakat
(Miosen Tengah – Akhir), Formasi
Muaraenim (Miosen Akhir – Pliosen
Awal) dan Formasi Kasai (Plio
Plistosen).
Namun
yang
cukup
potensial
adalah
pada
Formasi
Muaraenim.
Pada ketiga formasi
lainnya endapan batubara umumnya
terbentuk berupa lapisan-lapisan tipis
dengan penyebaran lateral terbatas.
Penyebaran
Formasi
Muaraenim di daerah penyelidikan
cukup luas yaitu di bagian tengah dan
baratlaut dengan kemiringan relatif
landai dan arah jurus lebih kurang
Baratlaut – Tenggara. Informasi dari
penyelidik terdahulu menerangkan
keterdapatan lapisan batubara pada
Formasi Muaraenim dengan ketebalan
sekitar 6 meter dengan kenampakan
fisik berwarna hitam kecoklatan,
kusam, menampakkan struktur kayu
yang cukup jelas dan menunjukkan
karakteristik
rank batubara yang
rendah (low rank coal).
Penyelidikan
Shell
(1978)
menunjukkan terdapatnya
lapisanlapisan batubara Formasi Muaraenim
di daerah ini, walaupun masih perlu
dikaji lebih jauh kesetaraan lapisanlapisan tersebut dengan lapisanlapisan batubara Formasi Muaraenim
di daerah Sumatera Selatan.
KEGIATAN PENYELIDIKAN
Pemboran
Kegitan pemboran batubara
bersifat pemboran dangkal (kedalaman
≤ 100 meter) yang dilakukan dengan
metoda
pemboran
inti
(coring).
Penentuan titik bor mengacu kepada
data singkapan batubara di permukaan
sedangkan interval dan kedalamannya
dirancang sedemikian rupa sehingga
dapat
menembus
lapisan-lapisan
batubara target. Lokasi bor juga harus
memperhatikan beberapa persyaratan
diantaranya kemudahan akses jalan
untuk mobilisasi peralatan bor dan
ketersediaan sumber air sebagai
bahan pencuci dan pembilas.
Pemboran bertujuan antara lain
untuk melacak kontinuitas lapisan
batubara ke arah lateral, mengetahui
lebih rinci urutan perlapisan batuan
secara vertikal, mengukur ketebalan
tiap lapisan (batubara dan batuan
pengapitnya) dengan lebih akurat dan
untuk memperoleh conto batubara
yang lebih fresh
dari pengaruh
kontaminasi
dan
oksidasi
di
permukaan.
Pemboran menghasilkan inti
bor berukuran NQ (diameter 47,6 cm).
Pengamatan terhadap inti bor terutama
adalah pemerian sifat teknis batuan
dan batubara. Pengambilan conto inti
bor
batubara
dilakukan
untuk
keperluan pengujian kualitas batubara
di laboratorium.
Peralatan yang digunakan pada
pemboran adalah 1 (satu) unit mesin
bor merk Jecro seri 200 beserta
kelengkapan dan peralatan penunjang.
Kelengkapan dan peralatan penunjang
tersebut antara lain Mast/tripod, pompa
pembilas dan pompa pengantar, rod,
core barrel, inner tube, reamer, mata
bor (bit), dongkrak, kunci-kunci, klem,
core catcher, slang air, tenda, corebox,
casing,
bentonit
dan
lain-lain.
Pemakaian casing dan bentonit
dilakukan apabila secara teknis ada
kemungkinan dinding pemboran runtuh
akibat jenis litologi yang rapuh atau
276 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
kurang kompak
batupasir lepas.
misalnya
berupa
Pemetaan Geologi
Pemetaan geologi batubara
dilakukan untuk mengetahui pola
penyebaran, jumlah lapisan, dimensi
dan bentuk geometris dari lapisan
batubara di daerah penyelidikan,
sehingga kegiatan ini lebih difokuskan
pada areal formasi pembawa endapan
batubara. Kegiatan ini dilakukan
dengan
menginventarisir
lokasi
singkapan
batubara,
mengamati
karakteristik dari endapan batubara,
mengamati batuan pengapit dari
lapisan batubara serta mengamati
aspek-aspek
geologi
lainnya
(morfologi, stratigrafi, sedimentasi,
struktur geologi) yang dapat membantu
penafsiran bentuk geometris dari
lapisan batubara. Kegiatan ini biasanya
dilakukan dengan pengamatan pada
lintasan-lintasan
tertentu
yang
berpotensi menunjukkan data geologi
permukaan seperti sungai-sungai atau
alur sungai, tebing bukit atau lembah,
irisan jalan dan lain-lain.
Pada kegiatan pemetaan ini
dilakukan juga pengambilan conto
batubara di permukaan, tujuannya
adalah untuk membandingkan kualitas
batubara di permukaan terhadap conto
batubara hasil pemboran atau untuk
memperoleh conto lapisan batubara
yang tidak terwakili dalam pemboran.
Peralatan dan perlengkapan
pemetaan geologi antara lain adalah
kompas geologi, palu geologi, Global
Positioning
System
(GPS),
pita
ukur/rollmeter,
kaca
pembesar,
pacul/linggis, kamera, peta topografi,
kantong conto, alat-alat tulis dan lainlain.
Pemetaan geologi batubara
dilakukan untuk mengetahui pola
penyebaran, jumlah lapisan, dimensi
dan bentuk geometris dari lapisan
batubara di daerah penyelidikan,
sehingga kegiatan ini lebih difokuskan
pada areal formasi pembawa endapan
batubara. Kegiatan ini dilakukan
dengan
menginventarisir
lokasi
singkapan
batubara,
mengamati
karakteristik dari endapan batubara,
mengamati batuan pengapit dari
lapisan batubara serta mengamati
aspek-aspek
geologi
lainnya
(morfologi, stratigrafi, sedimentasi,
struktur geologi) yang dapat membantu
penafsiran bentuk geometris dari
lapisan batubara. Kegiatan ini biasanya
dilakukan dengan pengamatan pada
lintasan-lintasan
tertentu
yang
berpotensi menunjukkan data geologi
permukaan seperti sungai-sungai atau
alur sungai, tebing bukit atau lembah,
irisan jalan dan lain-lain.
Pada kegiatan pemetaan ini
dilakukan juga pengambilan conto
batubara di permukaan, tujuannya
adalah untuk membandingkan kualitas
batubara di permukaan terhadap conto
batubara hasil pemboran atau untuk
memperoleh conto lapisan batubara
yang tidak terwakili dalam pemboran.
Peralatan dan perlengkapan
pemetaan geologi antara lain adalah
kompas geologi, palu geologi, Global
Positioning
System
(GPS),
pita
ukur/rollmeter,
kaca
pembesar,
pacul/linggis, kamera, peta topografi,
kantong conto, alat-alat tulis dan lainlain.
Analisis Laboratorium
Analisis laboratorium dari conto
batubara dilakukan untuk melengkapi
data pengamatan di lapangan. Analisis
laboratorium terutama bertujuan untuk
mengetahui kualitas dan jenis dari
batubara disamping untuk mengetahui
spesifikasi penggunaan,
perkiraan
lingkungan pengendapan dan aspek
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
277
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
teknis laboratorium lainnya.
Jenis
analisis laboratorium terdiri atas
analisis proksimat, ultimat, analisis abu
batubara dan petrografi batubara.
Analisis proksimat adalah untuk
menentukan kandungan air (M),
kandungan zat terbang (Volatile
matter,VM), kandungan abu (Ash),
karbon tetap (Fixed Carbon, FC), kadar
sulfur total (St), nilai calori (Calorivic
Value, CV), berat jenis (Specific
Gravity, SG; atau Rock Density, RD)
dan indeks kekerasan (Hardgrove
Grindability Index, HGI). Analisis
proksimat terutama bertujuan untuk
mengetahui kualitas batubara secara
umum, sehingga dapat menjadi
informasi awal untuk penggunaannya.
Kualitas batubara secara umum
dicerminkan oleh nilai kalori (CV),
kandungan abu (Ash) dan kadar sulfur
total (Ash).
Analisis ultimat adalah untuk
mengetahui kandungan unsur-unsur :
karbon (C), hidrogen (H), belerang (S),
Oksigen (O).
Analisis abu batubara meliputi
penetuan kandungan persenyawaan
oksida : SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO,
MgO, TiO2, Mn3O4, SO3, P2O5,
Na2O, K2O. Analisis abu dilakukan
terutama untuk mengetahui tingkat
pengerakan (slagging) pada saat
pembakaran batubara dalam boiler.
Tingkat pengerakan batubara akan
mempengaruhi
efisiensi
dalam
pembakaran batubara sebagai sumber
energi, tingkat pengerakan yang tinggi
akan memperbesar biaya produksi.
Analisis petrografi dilkukan
terutama untuk mengetahui komposisi
maseral (bahan tumbuhan pembentuk
batubara)
dari
batubara,
nilai
reflektansi vitrinit (derajat kematangan)
dan kandungan mineral (lempung,
oksida besi, pirit). Analisis ini
disamping untuk mengetahui rank dari
batubara, juga dapat membantu
penafsiran lingkungan pengendapan
batubara.
Pengolahan Data
Data penyelidikan terdiri atas
data lapangan dan data kantor. Data
lapangan berupa data pemetaan
geologi batubara dan data hasil
pemboran. Data kantor adalah hasil
analisis conto batubara di laboratorium.
Kesemua data tersebut yang ditunjang
dengan data literaratur diolah untuk
menghasilkan
suatu
informasi
mengenai potensi endapan batubara
pada kedalaman ≤ 100 meter, propek
pemanfaatan
dan
pengembangan
batubara di wilayah penyelidikan.
Data hasil pemboran batubara
terutama jumlah, kedalaman, ketebalan
dan kedudukan lapisan batubara akan
diproyeksikan ke permukaan dan
dikombinasikan
dengan
data
singkapan batubara serta selanjutnya
dikorelasikan
untuk
mendapatkan
gambaran mengenai bentuk sebaran
maupun jumlah lapisan termasuk
aspek-aspek
geologi
yang
mempengaruhinya. Hasil analisis conto
di laboratorium akan menunjang
penafsiran
data lapangan dan
memberikan
informasi
tambahan
antara lain mengenai kualitas, material
penyusun
sedimen,
kondisi
pengendapan dan lain-lain.
Hasil pengolahan data akan
disusun menjadi laporan lengkap
mengenai potensi endapan batubara
pada kedalaman lebih ≤ 100 m, dan
kemungkinan prospek pengembangan
di masa mendatang
.
HASIL PENYELIDIKAN
Morfologi
Daerah penyelidikan secara
umum dicirikan oleh satuan morfologi
278 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
perbukitan terjal, satuan morfologi
perbukitan bergelombang sedang dan
satuan dataran. Satuan morfologi
perbukitan terjal ketinggian berkisar
antara 200 – 500 meter di atas muka
laut terdapat di bagian Timurlaut dan
ditempati oleh kelompok batuan Pra
Tersier yang dikenal sebagai Kelompok
Tigapuluh. Satuan morfologi perbukitan
bergelombang sedang menempati
sebagian besar wilayah penyeldikan
dan umumnya ditempati oleh batuan
sedimen Tersier. Satuan dataran
melampar
di
bagian
Selatan
disepanjang aliran S. Batanghari dan
ditempati oleh Endan Kuarter Formasi
Kasai dan Aluvium.
Stratigrafi
Stratigrafi daerah penyelidikan
tersusun oleh batuan Pra Tersier,
Tersier dan Endapan Kuarter. Batuan
Pra Tersier terdiri atas Formasi
Gangsal berumur Perm dan batuan
terobosan Granit berumur Jura. Batuan
Tersier tersusun oleh Formasi Lahat
berumur Eosen – Oligosen, Formasi
Formasi Talangakar berumur Oligosen
– Miosen, Formasi Formasi Gumai
berumur
Miosen
Awal,
Formasi
Airbenakat berumur Miosen Tengah
dan Formasi Muaraenim berumur
Miosen Akhir – Pliosen. Endapan
Kuarter terdiri atas Formasi Kasai
berumur Plio-Plistosen dan Aluvium
berumur Holosen.
Formasi pembawa endapan
batubara adalah Formasi Muaraenim,
Formasi
Talangakar,
Formasi
Airbenakat dan Formasi Kasai, namun
yang
potensial
adalah
Formasi
Muaraenim (Lihat Gambar 3.).
Struktur Geologi
Daerah
penyelidikan
dipengaruhi struktur lipatan dan sesar.
Struktur lipatan berupa antiklin dan
sinklin berarah relatif Baratlaut Tenggara sedangkan sesar berupa
sesar naik berarah relatif sejajar
dengan lipatan yaitu Baratlaut –
Tenggara dan sesar normal berarah
relatif Utara – Selatan. Sesar normal
umumnya memotong sumbu perlipatan
atau sesar naik, dimensinya lebih kecil
sehingga disimpulkan sebagai sesarsesar lokal yang terbentuk kemudian.
Penyebaran Batubara
Dari hasil pemetaan geologi
permukaan telah ditemukan 38 lokasi
singkapan batubara dan batuan lain.
Data lapisan batubara pada singkapan
di permukaan memiliki ketebalan
bervariasi antara 0,20 – >11,00 meter
sedangkan lapisan batubara yang
ditembus pada pemboran mencapai
ketebalan sekitar 7 m. Singkapan
batubara ditemukan pada empat
formasi yaitu Formasi Muaraenim,
Formasi
Talangakar,
Formasi
Airbenakat
dan
Formasi
Kasai.
Kegiatan pemboran batubara dilakukan
pada 6 (enam) lokasi yang diberi notasi
BS-01. BS-2, BS-03, BS-04, BS-05 dan
BS-06, dengan kedalaman masingmasing adalah 65 m, 71 m, 60 m, 50
m, 60 m dan 60 m. Pemboran telah
menembus lapisan-lapisan batubara
Formasi Muaraenim dengan ketebalan
maksimum mencapai 7,50 m pada
lokasi BS-03. Titik Bor BS-04 tidak
menembus lapisan batubara target
karena kesulitan teknis, dikhawatirkan
terjepit
karena
adanya
lapisan
batupasir lepas yang cukup tebal. Data
singkapan batubara dan pemboran
terlampir pada tabel di bagian
lampiran.
Penafsiran dari data lapangan
berdasarkan
singkapan
batubara,
pemboran dan aspek geologi lainnya
diperkirakan bahwa pada Formasi
Muaraenim terdapat 5 (lima) lapisan
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
279
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
batubara utama yang masing-masing
diberi notasi lapisan ME-1, ME-2, ME-3
dan ME-4 dan ME-5. Lapisan (ME-1,
ME-2, ME-3 dan ME-4 terdapat pada
sayap antiklin sebelah selatan, lapisan
ME-5 pada sayap utara. Ketebalan
rata-rata
masing-masing
lapisan
adalah sekitar 1,73 m; 6,,04 m; 6,28 m,
5,70 m dan 2,07 m. Pada Formasi
Talangakar terdapat 6 (enam) lapisan
batubara dengan notasi lapisan TA-1,
TA-2, TA-3, TA-4, TA-5 dan TA-6,
ketebalan
masing-masing
lapisan
(sebagian
ketebalan
dijumlahkan
karena adanya sub-lapisan) yaitu
sekitar 0,80 m; 2,10 m; 3,50 m; 1,60 m;
0,60m dan 0,60 m. Pada Formasi
Airbenakat terdapat 4 (empat) lapisan
batubara AB-1, AB-2, AB-3 dan AB-4,
ketebalan masing-masing adalah 2,00
m; 1,00 m; 1,00 m dan 2,00 m. Pada
Formasi Kasai terdapat 2 (dua) lapisan
batubara dengan notasi lapisan KS-1
dan KS-2 dengan ketebalan masingmasing lapisan adalah sekitar 0,50 m.
Kualitas Batubara
Megaskopis
Pengamatan megaskopis dari
batubara baik dari singkapan maupun
dari conto inti bor memperlihatkan
bahwa ciri fisik batubara pada Formasi
Muaraenim dan Formasi Airbenakat
tidak memeperlihatkan perbedaan
yang cukup signifikan. Umumnya
batubara berwarna hitam – hitam
kecoklatan, kusam – kusam berlapis,
terlihat struktur kayu, mengotori
tangan, mengandung resin.
Batubara Formasi Talangakar
secara umum memperlihatkan rank
batubara yang lebih tinggi yaitu
berwarna hitam, mengkilap, getas.
Batubara
Formasi
Kasai
menampakkan batubara berperingkat
rendah
(lignit)
dengan
warna
kecoklatan, kusam,
lunak, struktur
kayu masih jelas kelihatan, mengotori
tangan.
Analisis Laboratorium
Analisis laboratorium dilakukan
terhadap conto inti bor dan sebagian
conto singkapan. Sesuai dengan fokus
penyelidikan conto batubara yang
dianalisis terutama adalah conto
batubara Formasi Muaraenim dan
sebagian
kecil
dari
Formasi
Talangakar. Analisis meliputi analisis
proksimat, ultimat, abu batubara dan
petrografi.
Analisis Proksimat dan Ultimat
Analisis proksimat dan ultimat
antara
lain
untuk
mengetahui
kandungan moisture (IM, FM, TM),
kandungan
zat
terbang
(VM),
kandungan
abu
(Ash),
karbon
tertambat (FC), kadar sulfur total (St),
nilai kalori (CV), berat jenis (RD), indek
kekerasan batubara (HGI), kandungan
unsur-unsur (C,H,N,S,O).
Kualitas batubara pada Formasi
Muaraenim
tidak
memperlihatkan
perbedaan yang cukup signifikan
antara lapisan bawah ke atas (kecuali
lapisan ME-5 merupakan anomali,
kandungan abu tinggi sehingga nilai
CV sangat rendah). Hal tersebut
kemungkinan
disebabkan
karena
pengendapan batubara di daerah
pinggir
cekungan
sehingga
pembebanan sedimen di atasnya yang
berpengaruh
terhadap
tingkat
pembatubaraan (coalification) tidak
jauh berbeda.
Secara umum kualitas batubara
Formasi
Muaraenim
berdasarkan
lapisan tercermin pada nilai TM yang
berkisar antara 32,38 – 56,45 %, IM
6,38 – 11,33 %, Ash 4,44 – 11,72 %, St
0,15 – 0,80 % dan CV 5168 – 5527
kal/gr. Kandungan sulfur total tergolong
kecil (< 1 %) Berdasarkan beberapa
280 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
parameter antara lain CV dan IM,
memiliki tingkat pengerakan rendah –
batubara
Formasi
Muaraenim
sedang, sedangkan lapisan batubara
disimpulkan
memiliki
tingkat
ME-2 dan ME-3 memiliki tingkat
pembatubaraan yang agak rendah dan
pengerakan tinggi – sangat tinggi
digolongkan sebagai low - medium
(Tabel 4).
rank coal.
Kualitas batubara pada Formasi
Analisis Petrografi
Talangakar tercermin pada nilai rataAnalisis petrografi dari 5 (lima) conto
rata TM 12,98 %, IM 4,56 %, Ash
batubara yang berasal dari pemboran
37,03 %, St 0,80 % dan CV 6501
dan singkapan. Conto-conto BS-01C,
kal/gr. Walupun kandungan abu cukup
BS-05C dan BS-06C adalah dari inti
tinggi nilai CV masih cukup tinggi
bor, sedangkan conto-conto SS-03
sehingga batubara Formasi Talangakar
dan SS-09 dari conto singkapan.
dapat diklasifikasikan sebagai high
Dari hasil analisis petrografi seperti
rank coal.
tercantum pada tabel 5,
tampak
Kandungan belerang total (St) pada kedua formasi
tergolong
kecil (< 1 vitrinit
%), halpada
ini diperkirakan
akibat kon
bahwa
nilai reflektansi
tiga
lapisan Formasi Muaraenim (ME-2,
Analisis Abu Batubara
ME-3 dan ME-4) tidak menunjukkan
Analisis abu batubara dilakukan untuk mengetahui
kandungan
tertentu
perbedaan
yangoksida
menyolok
yaitudalam
antarabatubara, tujuanny
mengurangi
efisiensi
pemakaian
0,23 % – 0,31 %, tergolong batubara
batubara dan menyebakan timbulnya
peringkat rendah (low rank coal).
biaya untuk pembersihan boiler. Titik
Batubara Formasi Talangakar (TA-3)
leleh abu yang rendah tidak begitu
menunjukkan nilai reflektansi vitrinit
berpengaruh buruk karena lelehan abu
0,63 %, termasuk batubara peringkat
akan jatuh ke dasar boiler, demikian
tinggi (high rank coal). Komposisi
juga titik leleh abu yang tinggi tidak
maseral didominasi oleh maseral
begitu berpengaruh buruk karena abu
Vitrinit dengan persentase > 90 %.
tidak akan meleleh pada temperatur
Analisis material mineral menunjukkan
pembakaran sehingga abu masih
persentase pirit hampir tidak terdeteksi
dalam bentuk butiran dan akan
kecual pada lapisan ME-2.
terakumulasi di bawah boiler..
Salah satu perhitungan untuk kemungkinan pembentukan
kerak
adalah dengan menghitung perbandinga
Sumber Daya
Batubara
Berdasarkan
Klasifikasi
• ≤ 0,4 atau ≥ 0,7
: Tingkat
Sumberdaya dan Cadangan Batubara
pengerakan rendah – sedang
Standar Nasional Indonesia (SNI)
• Antara 0,4 – 0,7
: Tingkat
amandemen 1-SNI 135014-1998 dari
pengerakan tinggi – sangat
Badan
Standarisasi
Nasional,
tinggi
sumberdaya batubara di daerah Sumai
dikelompokan
sumber
Dari hasil penghitungan perbandingan antardapat
Oksida
basa/Oksida kedalam
asam terhadap
conto
daya
tereka
(inferred
resource)
dan
batubara yang dianalisis menunjukkan
sumberdaya hipotetik (Hypothetical
Lapisan ME-1 mempunyai nilai 0,34;
resource), kriteria perhitungan adalah
lapisan batubara ME-2 adalah 0,60;
sebagai berikut :
lapisan ME-3 adalah 0,68; Lapisan
ME-4 sekitar 1,02 dan Lapisan TA-3
Sumber Daya Tereka
sekitar 0,02. Dari hasil analisis abu ini
• Jarak antar titik informasi
dapat disimpulkan bahwa lapisan
adalah 1000 < Jarak Titik
batubara ME-1, ME-4 dan lapisan TA-3
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
281
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
•
•
•
•
•
•
•
Informasi ≤ 1500 meter
(kelompok geologi sederhana)
Tebal lapisan batubara yang
dihitung adalah tebal terukur
dari lokasi batubara pada titik
informasi.
Panjang sebaran ke arah jurus
atau jarak terjauh dari titik
informasi dibatasi antara 10001500 m, sehingga total panjang
sebaran kedua arah yang
berlawanan dari satu titik
informasi mencapai 2000-3000
m.
Besar sudut kemiringan lapisan
yang dipakai adalah besar
sudut kemiringan yang terukur
pada
masing-masing
titik
informasi.
Apabila besar sudut kemiringan
pada titik informasi kurang jelas
maka
digunakan
sudut
kemiringan dari titik informasi
lain yang terdekat.
Lebar yang dihitung kearah
kemiringan dibatasi sampai
kedalaman 100 m, rumus yang
digunakan untuk menghitung
lebar adalah L = 100/sinα ( L =
lebar; 100 = batas kedalaman
sampai 100 m; α = besar sudut
kemiringan lapisan batubara ).
Berat jenis yang digunakan
adalah berat jenis dari hasil
analisis,
dengan
catatan
apabila berat jenis di titik
informasi
tidak
diketahui,
digunakan berat jenis dari titik
informasi lain yang terdekat.
Rumus
untuk
menghitung
sumberdaya
adalah
:
Sumberdaya = Panjang (m) x
Tebal (m) x Lebar (m) x Berat
Jenis ( ton/m3).
Sumber Daya Hipotetik
• Jarak titik informasi adalah tidak
dibatasi
sejauh
tingkat
keyakinan geologi
• Tebal lapisan batubara yang
dihitung adalah tebal rata-rata
dari ketebalan di setiap titik
informasi pada lapisan tersebut.
• Panjang sebaran kearah jurus
adalah sejauh tingkat keyakinan
geologi setelah dikurangi oleh
panjang untuk sumberdaya
tereka.
• Lebar
kearah
kemiringan
dibatasi sampai kedalaman 100
m
dengan
besar
sudut
kemiringan
yang
dihitung
adalah sudut kemiringan ratarata pada lapisan tersebut.
• Berat jenis yang dihitung adalah
berat jenis rata-rata dari hasil
analisis.
• Rumus
untuk
menghitung
sumberdaya
adalah
:
Sumberdaya = Panjang (m) x
Tebal (m) x Lebar (m) x Berat
Jenis ( ton/m3).
Sesuai kriteria SNI Ketebalan
minimum lapisan yang dihitung untuk
sumber daya batubara yaitu lapisan
batubara Formasi Muaraenim dan
Formasi Airbenakat (low rank coal)
adalah 1,00 m sedangkan untuk
lapisan batubara Formasi Talangakar
(high rank coal) adalah 0,40 m.
Sumber daya lapisan batubara pada
Formasi Kasai diabaikan karena
ketebalannya < 1,00 m. Penghitungan
sumber daya batubara ditabulasikan
pada tabel 7, tabel 8 dan tabel 9.
Dari perhitungan pada tabel 9,
tampak bahwa daerah Sumai dan
sekitarnya mengandung sumber daya
batubara tereka yang hanya terhitung
dari Formasi Muaraenim sebesar
46.601.073 ton, sumber daya hipotetik
282 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
pada tiga formasi (Formasi Muaraenim,
Formasi Airbenakat dan Froamsi
Talangakar) sebesar 254.320.231 ton
dan jumlah sumber daya keseluruhan
(tereka
dan
hipotetik)
sebesar
300.921.304 ton.
Prospek
Pemanfaatan
dan
Pengembangan Batubara
Potensi sumber daya batubara
(khusunya pada Formasi Muaraenim)
di daerah penyelidikan terbilang cukup
besar.
Ketebalan,
jumlah
dan
kontinuitas
lapisan
cukup
baik,
demikian juga kemiringan lapisan yang
relatif
landai
sehingga
akan
memberikan nilai tambah terhadap
stripping ratio dalam penambangan.
Kualitas batubara walaupun nilai kalori
agak rendah namun memiliki kadar
sulfur yang relatif kecil (<
1%),
kandungan abu secara umum juga <
10 % sehingga dapat dianggap
batubaranya relatif cukup bersih.
Sebagai akses transportasi, wilayah ini
dekat ke jalan raya atau S. Batanghari
yang mengalir ke Jambi.
Di
daerah
penyelidikan
sebenarnya telah cukup banyak
wilayah K.P (Kuasa Pertambangan)
perusahaan batubara yang exist.
Sebagian
diantaranya
telah
berproduksi walaupun dalam skala
kecil. Namun selama ini kegiatan
transportasi
batubara
sering
berbenturan
dengan
kepentingan
masayarakat umum yaitu dalam
penggunaan
jalan
raya
poros
Muaratebo – Jambi sebagai akses
transportasi
truk-truk
batubara,
sehinngga menyebabkan kerusakan
cukup berat pada sebagian jalan.
Untuk itu disarankan perlu adanya
pengaturan beban muatan truk yang
sesuai dengan daya dukung jalan atau
penggunaan jalur S. Batanghari
sebagai akses transportasi batubara
walaupun
hal
tersebut
akan
menimbulkan konsekuensi peningkatan
biaya operasional. Namun tentunya
dengan kebijakan yang tepat dari
pemerintah misalnya kompensasi dari
sektor pajak atau kemudahan lainnya
akan membawa dampak yang lebih
positif untuk jangka panjang.
Potensi endapan batubara di
daerah ini juga kemungkinan dapat
dikembangkan
untuk
penyelidikan
pemanfaatan gas metan batubara
(CBM,
Coalbed
Methane).
Berdasarkan perkiraan penampang
lapisan batubara, salah satu lokasi titik
bor untuk penyelidikan awal dapat
direncanakan di sekitar titik usulan
pemboran CBM (lihat peta geologi dan
sebaran batubara). Lokasi ini terletak di
sekitar jalan poros Muaratebo-Jambi,
dengan batuan di permukaan adalah
Formasi Kasai berumur Kuarter.
Diperkirakan lapisan teratas akan
ditembus pada kedalaman sekitar 350
– 400 meter. Rencana lokasi-lokasi
pemboran CBM lainnya di daerah ini
masih dapat dikembangkan dari
rekonstruksi
penampang
geologi
lapisan batubara lainnya.
Batubara
pada
Formasi
Talangakar dari segi kualitas cukup
baik. Nilai kalori cukup tinggi, demikian
juga kadar belerang total relatif kecil.
Namun potensi sumber daya batubara
relatif lebih sedikit. Walaupun demikian
potensi endapan batubaranya masih
cukup prospek untuk dikembangkan
dengan penambangan skala kecil.
Salah satu bahan galian lain
yang
terkandung
pada
Formasi
Talangakar adalah bitumen padat.
Pada saat penyelidikan batubara di
lapangan, tim geologist menemukan
singkapan batuan menunjukkan ciri-ciri
endapan bitumen padat di lokasi SS38 dengan ketebalan lapisan sekitar
3,00 meter. Pencarian endapan
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
283
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
bitumen padat ini tidak ditindaklanjuti
lebih jauh karena bukan merupakan
fokus
penyelidikan
ini.
Namun
disarankan kepada tim perencana
program
penyelidikan
lapangan
Kelompok Program Penelitian Energi
Fosil, Pusat Sumber Daya Geologi
untuk menyelidiki endapan bitumen
padat pada Formasi Talangakar di
daerah ini pada program lapangan di
tahun-tahun mendatang.
Penyebaran
Formasi
Talangakar di daerah ini cukup luas
terutama di bagian timur laut yang
masih menerus ke luar daerah
penyelidikan. Sebagaimana diketahui
Formasi Talangakar adalah salah satu
source
rock
minyakbumi
untuk
Cekungan Sumatera Selatan, sehingga
diharapkan akan memiliki kandungan
endapan bitumen padat yang cukup
potensial.
KESIMPULAN DAN SARAN
•
Dari hasil penyelidikan ini
kesimpulan dan saran yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut :
Kesimpulan :
•
Daerah
penyelidikan
secara
geologi
termasuk
kedalam
Cekungan Sumatera Selatan,
Sub Cekungan Jambi
•
Formasi
pembawa
batubara
adalah
Formasi
Talangakar,
Formasi Airbenakat, Formasi
Muaraenim dan Formasi Kasai
yang masing berumur OligosenMiosen, Miosen Tengah, Miosen
Akhir-Pliosen dan Plio Plistosen.
Potensi endapan batubara lebih
prospek
pada
Formasi
Muaraenim
dan
Formasi
Talangakar.
•
Pada
Formasi
Muaraenim
terdapat 5 (lima) lapisan batubara
•
•
284 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
utama yaitu lapisan ME-1, ME-2,
ME-3,ME-4 dan ME-5, ketebalan
rata-rata masing-masing lapisan
adalah sekitar 1,73 m; 6,04 m;
6,28 m, 5,70 m dan 2,07 m.
Pada
Formasi
Talangakar
terdapat 6 (lima) lapisan batubara
yaitu lapisan TA-1, TA-2, TA-3,
TA-4, TA-5 dan TA-6, ketebalan
masing-masing lapisan (sebagian
ketebalan dijumlahkan karena
adanya sub-lapisan) yaitu sekitar
0,80 m; 2,10 m; 3,50 m; 1,60 m;
0,60m dan 0,60 m.
Pada
Formasi Airbenakat terdapat 4
(empat) lapisan batubara AB-1,
AB-2, AB-3 dan AB-4, ketebalan
masing-masing adalah 2,00 m;
1,00 m; 1,00 m dan 2,00 m. Pada
Formasi Kasai terdapat 2 (dua)
lapisan batubara KS-1 dan KS-2
dengan
ketebalan
masingmasing sekitar 0,50 m.
Kualitas
batubara
Formasi
Muaraenim berdasarkan lapisan
tercermin pada nilai TM berkisar
antara 32,38 – 56,45 %, IM 6,38
– 11,33 %, Ash 4,44 – 11,72 %,
St 0,15 – 0,80 % dan CV 5168 –
5527 kal/gr. Batubara Formasi
Muaraenim digolongkan sebagai
low - medium rank coal.
Kualitas
batubara
Formasi
Talangakar tercermin pada nilai
rata-rata TM 12,98 %, IM 4,56
%, Ash 37,03 %, St 0,80 % dan
CV
6501
kal/gr.
Batubara
Formasi
Talangakar
diklasifikasikan sebagai high rank
coal.
Daerah Sumai memiliki sumber
daya batubara tereka yang
dihitung dari Formasi Muaraenim
sebesar 46.601.073 ton, sumber
daya hipotetik dihitung dari tiga
formasi (Formasi Muaraenim,
Formasi Airbenakat dan Froamsi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Talangakar)
sebesar
254.320.231 ton dan jumlah
sumber daya keseluruhan (tereka
dan
hipotetik)
sebesar
300.921.304 ton.
Saran :
•
Kendala dalam penyelidikan ini
adalah musim hujan, baik
frekuensi
maupun
intensitas
hujan
yang menyebabkan
kesulitan
dalam
transportasi
peralatan bor antar titik karena
akses jalan yang rusak berat.
Untuk pelaksanaan ke depan
diharapkan ada perencanaan
yang tepat baik dari segi waktu
(kondisi musim/cuaca) maupun
jenis dan tonase peralatan bor
yang dipakai.
•
Endapan batubara di daerah ini
kemungkinan
dapat
dikembangkan
untuk
penyelidikan potensi gas metan
dalam batubara (CBM, Coalbed
Methane) sehingga disarankan
untuk tindak lanjut penyelidikan
CBM.
•
•
Terdapat
indikasi
potensi
endapan bitumen padat pada
Formasi Talangakar sehingga
perlu
juga
menindaklanjuti
penyelidikan bitumen padat pada
formasi tersebut pada program
kegitan lapangan di masa
mendatang.
Perlu perencanaan yang tepat
untuk
akses
transportasi
batubara di daerah ini agar tidak
berbenturan dengan kepentingan
masyarakat
umum
misalnya
dengan pemakaian akses S.
Batanghari atau pembatasan
tonase truk muatan batubara
yang sesuai dengan daya dukung
jalan raya.
DAFTAR PUSTAKA
De Coster, G.H., 1974, The Geology of the Central and South Sumatera Basin,
Indonesia Petroleum Association, 3 rd
Ann. Conv,
Proceeding
Gafoer, S., Cobrie, T., Purnomo, J., 1986,
Lembar Lahat, Sumatera, Puslitbang
Geologi, Bandung
Herman D., dkk, 2000, An Outline of The
Geology of Indonesia,
Indonesian
Association of
Geologist,
IAGI, Jakarta
Resources International, Inc (ARI), Indonesian
Coalbed Methane, Task 1 –
Resources
Assessment, 2003, Arlington,
Virginia
Shell Mijnbouw, 1978, Explanatory Notes to the Geological Map of the South
Sumatera Coal
Province, Exploration report
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
285
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Gambar 1. Peta Lokasi Penyelidikan Daerah Sumai, Propinsi Jambi
286 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Gambar 2. Cekungan Sumatera Selatan dalam Kerangka Tektonik Pulau Sumatera
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
287
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Tabel 1. Stratigrafi Lembar Muarabungo
288 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Gambar 3. Peta Geologi Daerah Penyelidikan
Keterangan :
SIMBUL
FORMASI/SATUAN
Qa
Aluvium
QTk
Fm. Kasai
Tmpm
Fm. Muaraenim
Tma
Fm. Airbenakat
Tmg
Fm. Gumai
Tomt
Fm. Talangakar
Teol
Fm. Lahat
PCg
Fm. Gangsal
Jgr
Granit
UMUR
KUARTER
TERSIER
PRA TERSIER
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
289
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Tabel 2. Kualitas Batubara Rata-Rata Daerah Sumai
Berdasarkan Hasil Analisis Proksimat
Lapis-
FM
TM
IM
VM
FC
ASH
St
RD
CV
an
%
%
%
%
%
%
%
gr/cm3
kal/gr
ME-1
44,20
49,90
10,10
43,00
35,20
11,72
0,26
1,32
5168
-
ME-2
47,81
53,50
10,90
48,75
34,70
5,63
0,40
1,33
5452
72
ME-3
50,25
55,84
11,23
48,33
34,07
6,57
0,27
1,32
5307
67
ME-4
50,89
56,45
11,33
49,83
34,40
4,44
0,18
1,32
5527
76
ME-5
27,77
42,38
6,38
17,66
7,87
68,09
0,30
1,89
1210*
-
TA-3
8,84
12,98
4,56
32,36
26,05
37,03
0,80
1,43
6501
70
* Nilai CV diabaikan karena kandungan abu sangat tinggi
Tabel 3. Hasil Analisis Ultimat
Lapisan
Unsur (%)
C
H
N
S
O
ME-1
65,73
4,60
0,98
0,33
28,36
ME-2
71,30
5,55
0,66
0,13
22,26
ME-3
71,85
5,55
0,65
0,32
21,63
ME-4
71,89
5,68
0,65
0,22
21,56
ME-5
48,18
5,06
0,99
1,17
44,60
TA-3
77,15
7,09
1,93
1,39
12,45
Catatan :
ME
Conto batubara Formasi Muaraenim
TA
Conto batubara Formasi Talangakar
290 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
HGI
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Tabel 4. Hasil Analisis Abu Batubara
Lapisan
Kandungan
(%)
ME-1
ME-2
ME-3
ME-4
TA-3
SiO2
51,53
35,46
34,05
30,79
80,72
Al2O3
18,17
21,11
20,26
13,84
15,34
Fe2O3
13,92
24,67
30,18
32,32
1,21
CaO
8,20
6,78
5,00
10,36
0,08
MgO
1,66
2,73
1,84
3,14
0,04
Na2O
0,14
0,12
0,11
0,16
0,09
K2O
0,43
0,45
0,47
0,51
0,75
TiO2
1,08
1,58
1,23
0,89
0,51
MnO
0,38
0,62
0,45
0,87
0,00
P2O5
0,01
0,13
0,03
0,15
0,00
SO3
1,24
4,38
4,04
5,32
0,03
H2O
0,54
0,39
0,43
0,43
0,21
HD
1,77
1,41
2,18
0,85
1,08
0,34
0,60
0,68
1,02
0,02
Ratio
Oksida
Basa/Asam
Tabel 5. Perbandingan Hasil Analisis Petrografi Tiap Lapisan
Reflektan Vitrinit dan Komposisi Maseral
Formasi
Muaraenim
Talangakar
Lapisan
Reflektan Vitrinit (%)
Komposisi Maseral (%)
Mean
Kisaran
Vitrinit
Inertinit
Liptinit
ME-2
0,26
0,19-0,35
96,8
0,2
0,2
ME-3
0,23
0,20-0,26
95,8
1,1
0,2
ME-4
0,31
0,24-0,35
97,6
0,2
0,2
TA-3
0,63
0,54-0,67
96,3
0,2
0,1
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
291
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Tabel 6. Perbandingan Hasil Analisis Petrografi Tiap Lapisan
dan Kandungan Material Mineral
Formasi
Lapisan
Muaraenim
Talangakar
Material Mineral (%)
Clay
Fe. Oksida
Pirit
ME-2
2,6
0,2
0,1
ME-3
2,7
0,3
-
ME-4
3,1
0,3
-
TA-3
3,1
0,3
-
Tabel 7. Sumber Daya Batubara Tereka Daerah Sumai
Formasi
Lap.
Acuan
Panjang
Dip
Lebar
Tebal
RD
S.Daya
BB
Lokasi
(m)
(o)
(m)
(m)
Ton/m3
(ton)
SS-01
1500
12
481
1,00 1,41
1.017.315
BS-02
1760
6
957
1,50 1,41
3.562.337
BS-01
1000
6
957
6,96 1,34
8.925.365
BS-03
1000
6
957
7,46 1,32
9.423.770
SS-09
1000
15
386
11,00 1,32
5.604.720
SS-08
850
10
576
6,00 1,32
3.877.632
SS-07
1000
10
576
2,80 1,32
2.128.896
SS-10
1300
14
413
3,00 1,32
2.126.124
BS-06
850
12
481
6,85 1,32
3.696.822
SS-21
850
12
481
6,00 1,32
3.238.092
ME-1
Muara-
ME-2
enim
ME-3
Jumlah Sumber Daya Tereka
46.601.073
Tabel 8. Sumber Daya Batubara Hipotetik Daerah Sumai
Formasi
Muaraenim
Lapisan
Panjang
Dip
Lebar
(m)
Tebal
S. Daya
3
(m)
(º)
ME-1
24.750
11
524
1,73 1,37
30.737.827
ME-2
21.000
12,6
458
6,04 1,32
76.682.390
ME-3
11.500
12
481
6,28 1,32
45.853.922
ME-4
17.250
10
576
5,70 1,32
74.758.464
ME-5
9000
9
639
2,08 1,32
15.789.946
292 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
(m)
RD
Ton/m
(ton)
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Sumber Daya Hipotetik Formasi Muaraenim
243.822.549
TA-1
1000
25
237
0,80 1,35
255.960
TA-2
1000
35
174
2,10 1,35
493.290
Talang-
TA-3
4000
22
270
3,50 1.35
5.103.000
akar
TA-4
1000
18
324
1,60 1,35
699.840
TA-5
1000
40
156
0,60 1,35
126.360
TA-6
1000
20
292
0,60 1,35
236.520
Sumber Daya Hipotetik Formasi Talangakar
6.914.970
AB-1
2250
8
718
2,00 1,37
502.365
Air-
AB-1
2000
15
386
1,00 1,37
772.007
benakat
AB-1
2000
16
362
1,00 1,37
991.880
AB-1
1500
15
386
2,00 1,37
1.586.460
Sumber Daya Hipotetik Formasi Airbenakat
3.582.712
Jumlah Sumber Daya Hipotetik
254.320.231
Tabel 9. Jumlah Sumber Daya Batubara Daerah Sumai
S. Daya
Formasi
Jumlah
Muaraenim
Talangakar
Airbenakat
Kasai
(ton)
Tereka (ton)
46.601.073
-
-
-
46.601.073
Hipotetik (ton)
243.822.549
6.914.970
3.582.712
-
254.320.231
Jumlah (ton)
290.423.622
6.914.970
3.582.712
-
300.921.304
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
293
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Gambar 4. Peta Geologi dan Sebaran Batubara Daerah Sumai, Propinsi Jambi
294 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
PENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTEM PADA CEKUNGAN SUMATERA
SELATAN, DAERAH SUMAI DAN SEKITARNYA, KABUPATEN TEBO, PROVINSI
JAMBI
Dahlan Ibrahim
Kelompok Program Penelitian Energi Fosil, PMG
SARI
Daerah penyelidikan terletak di Kecamatan Sumai, Ilir Tengah dan Tebo Ilir,
Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. Secara geografis dibatasi oleh koordinat 01015’ 01030’ LS dan 102030’ – 102045’ BT. Daerah ini secara geologi termasuk Cekungan
Sumatera Selatan, Sub Cekungan Jambi. Stratigrafinya tersusun oleh batuan sedimen
berumur Pra Tersier, Tersier dan Kuarter dengan formasi pembawa batubara adalah
Formasi Talangakar, Formasi Airbenakat, Formasi Muaraenim dan Formasi Kasai yang
masing-masinhg berumur Oligosen-Miosen, Miosen Tengah, Miosen Akhir-Pliosen dan
Plio Plistosen. Endapan batubara yang potensial terdapat pada Formasi Muaraenim
dan Formasi Talangakar.
Kegiatan penyelidikan batubara bersistem adalah kelanjutan dari beberapa
penyelidikan batubara bersistem sebelumnya pada Cekungan Sumatera Selatan yang
didasarkan atas lembar peta topografi Bakosurtanal skala 1: 50.000. Pekerjaan
lapangan terdiri atas pemetaan geologi batubara dan pemboran dangkal (≤ 100 m).
Maksudnya adalah untuk mengetahui geologi dan potensi endapan batubara dengan
tujuan melengkapi data base batubara pada Cekungan Sumatera Selatan khususnya
dan Indonesia pada umumnya.
Formasi Muaraenim di daerah ini mengandung 5 (lima) lapisan batubara utama
yaitu lapisan ME-1, ME-2, ME-3,ME-4 dan ME-5, ketebalan masing-masing lapisan
sekitar 1,73 m; 6,04 m; 6,28 m, 5,70 m dan 2,07 m. Formasi Talangakar mengandung
6 (lima) lapisan TA-1, TA-2, TA-3, TA-4, TA-5 dan TA-6, ketebalan masing-masing
lapisan (sebagian ketebalan dijumlahkan karena adanya sub-lapisan) yaitu sekitar 0,80
m; 2,10 m; 3,50 m; 1,60 m; 0,60m dan 0,60 m. Formasi Airbenakat mengandung 4
(empat) lapisan AB-1, AB-2, AB-3 dan AB-4, ketebalan masing-masing 2,00 m; 1,00
m; 1,00 m dan 2,00 m. Formasi Kasai mengandung 2 (dua) lapisan KS-1 dan KS-2
dengan ketebalan masing-masing sekitar 0,50 m.
Kualitas batubara Formasi Muaraenim berdasarkan lapisan tercermin pada nilai
TM antara 32,38 – 56,45 %, IM 6,38 – 11,33 %, Ash 4,44 – 11,72 %, St 0,15 – 0,80 %
dan CV 5168 – 5527 kal/gr. digolongkan sebagai low - medium rank coal. Kualitas
batubara Formasi Talangakar tercermin pada nilai rata-rata TM 12,98 %, IM 4,56 %,
Ash 37,03 %, St 0,80 % dan CV 6501 kal/gr, diklasifikasikan sebagai high rank coal.
Daerah Sumai memiliki sumber daya batubara tereka yang dihitung dari
Formasi Muaraenim sebesar 46.601.073 ton, sumber daya hipotetik dihitung dari tiga
formasi (Formasi Muaraenim, Formasi Airbenakat dan Froamsi Talangakar) sebesar
254.320.231 ton dan jumlah sumber daya keseluruhan (tereka dan hipotetik) sebesar
300.921.304 ton.
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
273
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) No. 0030 Tahun 2005, Pusat
Sumber Daya Geologi sebagai salah
satu unit organisasi di bawah Badan
Geologi, Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral memiliki tugas
dan
fungsi
menyelenggarakan
penelitian, penyelidikan dan pelayanan
bidang
sumber
daya
geologi,
diantaranya adalah sumber daya
batubara.
Sebagai penjabaran dari tugas
dan fungsi tersebut pada tahun
anggaran 2010 Pusat Sumber Daya
Geologi (PMG) telah melakukan
kegiatan
Penyelidikan
Batubara
Bersistem Pada Cekungan Sumatera
Selatan,
Daerah
Sumai
dan
Sekitarnya, Kabupaten Tebo, Provinsi
Jambi.
Penyelidikan
batubara
bersistem didasarkan atas lembar peta
topografi terbitan Badan Koordinasi
Survai
dan
Pemetaan
Nasional
(Bakosurtanal)
skala 1 : 50.000.
Penyelidikan batubara bersistem di
Cekungan Sumatera Selatan telah
dimulai sejak akhir tahun 1990 an dan
telah meliputi sebagian besar wilayah
tersebut, penyelidikan di daerah Jambi
adalah
untuk
melanjutkan
dan
melengkapi penyelidikan batubara
bersistem
yang
telah
dilakukan
sebelumnya.
Cekungan
Sumatera
Selatan
dikenal sebagai salah satu cekungan
pembawa batubara yang sangat
potensial, lebih dari 70% potensi
sumber daya batubara Indonesia
terdapat pada cekungan ini. Hamparan
Cekungan Sumatera Selatan meliputi
wilayah Provinsi Sumatera Selatan,
sebagian Provinsi Jambi dan sebagian
kecil Provinsi Lampung.
Maksud dan Tujuan
Maksud penyelidikan batubara
bersistem di daerah ini adalah untuk
mengumpulkan informasi mengenai
geologi endapan batubara di daerah
tersebut. Fokus kegiatan adalah untuk
mengetahui pola sebaran, bentuk
geometris, ketebalan dari endapan
batubara, urutan stratigrafi dari batuan
pengapit serta kualitas dari endapan
batubara.
Tujuan penyelidikan adalah
untuk mengetahui potensi sumberdaya
batubara di daerah tersebut dalam
rangka inventarisasi endapan batubara
bersistem di Cekungan Sumatera
Selatan dan untuk melengkapi data
base potensi endapan batubara
Indonesia sehingga nantinya dapat
dimanfaatkan
oleh
pemerintah
maupun investor swasta.
Lokasi Daerah Penyelidikan
Daerah Sumai dan sekitarnya
termasuk dalam wilayah Kabupaten
Tebo, Provinsi Jambi, dengan ibu kota
Kabupaten adalah Muaratebo. Secara
geografis terletak antara 01015’ 01030’ LS dan 102030’ – 102045’ BT.
Daerah penyelidikan terletak
lebih kurang 200 km di barat kota
Jambi melalui rute jalan darat Jambi –
Muaratebo – Lokasi (Gambar 1)
dengan waktu tempuh sekitar 4
(empat) jam.
GEOLOGI UMUM
Tatanan Tektonik
Informasi
geologi
regional
daerah penyelidikan diperoleh dari
publikasi
Peta Geologi Lembar
Muarabungo Sumatera, skala 1;
250.000 terbitan Puslitbang Geologi
274 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Bandung (Simanjuntak, dkk, 1991)
dan beberapa publikasi lainnya.
Secara geologi regional Lembar
Muarabungo terletak dekat batas
antara Cekungan Sumatera Selatan
dan Cekungan Sumatera Tengah,
namun sebagian besar wilayahnya
termasuk
ke
dalam
Cekungan
Sumatera Selatan bagian utara atau
Sub Cekungan Jambi dan sebagian
kecil termasuk ke dalam Cekungan
Sumatera Tengah.
Dalam tatanan
tektonik Pulau Sumatera kedua
cekungan ini merupakan backdeep
basin atau cekungan pendalaman
belakang
(Koesoemadinata
dan
Hardjono,
1978).
Batas
kedua
Cekungan ini tidak begitu jelas namun
sebagian
penulis
memperkirakan
batasnya adalah suatu tinggian batuan
dasar Pra Tersier yang dikenal sebagai
Bukit Tigapuluh (Lihat Gambar 2).
(Oligosen Akhir – Miosen Awal),
Formasi Lakat (Oligosen Akhir –
Miosen Awal), Formasi Gumai (Miosen
Awal – Tengah), Formasi Airbenakat
(Miosen Tengah – Akhir), Formasi
Muaraenim (Miosen Akhir – Pliosen
Awal) dan Formasi Kasai (Plio
Plistosen).
Endapan
batubara
terkandung
pada
formasi-formasi
berumur
Tersier
yaitu
Formasi
Talangakar, Formasi Lakat, Formasi
Airbenakat, Formasi Muaraenim dan
Formasi Kasai.
Endapan Kuarter tersusun oleh
batuan produk gunungapi, endapan
undak sungai, endapan rawa dan
aluvium.
Disamping itu terdapat batuanbatuan terobosan dengan kisaran umur
mulai Jura hingga Kuarter yang terdiri
atas Pluton Granit, Granit, Pegmatit,
Diorit, Granodiorit, Dasit dan Syenit.
Stratigrafi
Lembar Muarabungo secara
stratigrafi tersusun oleh batuan-batuan
yang berasosiasi dengan Cekungan
Sumatera Selatan pada Sub Cekungan
Jambi dan sebagian kecil berasosiasi
dengan Cekungan Sumatera Tengah.
Urutan stratigrafi Lembar Muarabungo
dapat dikelompokkan atas tiga yaitu
Urutan Pra Tersier, Tersier dan
Kuarter.
Urutan
Pra
Tesier
berumur mulai Karbon Awal – Perm
Tengah terdiri atas Formasi Terantam
(Karbon Awal), Formasi Gangsal,
Formasi
Pengabuhan,
Formasi
Mentulu
(Ketiganya
Berumur
Permokarbon, dikelompokkan sebagai
Kelompok
Tigapuluh),
Formasi
Mengkarang (Perm Awal) dan Formasi
Pelepat (Perm Awal – Tengah).
Urutan Tersier terdiri atas
Formasi Lahat (Eosen – Oligosen
Awal), Formasi Kelesa (Eosen –
Oligosen Awal), Formasi Talangakar
Struktur Geologi
Struktur yang mempengaruhi
Lembar Muarabungo cukup kompleks,
meliputi
proses
tektonik
yang
berlangsung sejak Karbon hingga
Resen. Unsur struktur utama yang
terdapat di lembar ini adalah lipatan
dan sesar.
Perlipatan umumnya berarah
Barat – Timur dan Baratlaut –
Tenggara. Lipatan berarah Barat –
Timur mempengaruhi batuan Pra
Tersier, sedangkan berarah Baratlaut Tenggara mempengaruhi batuan Pra
Tersier dan Tersier. Ciri lipatan
menunjukkan pengaruh deformasi
pada batuan Pra Tersier lebih kuat
dibandingkan Tesier dan Kuarter.
Pensesaran umumnya dapat
dibagi
atas
empat
arah
yaitu
BaratBaratlaut – Timur Tenggara,
Baratlaut – Tenggara, Timurlaut –
Baratdaya dan TimurTimurlaut –
BaratBaratdaya. Pensesaran pada
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
275
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
batuan Pra Tersier lebih
dibandingkan pada Tersier.
kuat
Indikasi Endapan Batubara
Daerah penyelidikan tersusun
oleh beberapa formasi pembawa
batubara
berumur
Tersier
yaitu
Formasi Talangakar (Oligosen Akhir –
Miosen Awal), Formasi Airbenakat
(Miosen Tengah – Akhir), Formasi
Muaraenim (Miosen Akhir – Pliosen
Awal) dan Formasi Kasai (Plio
Plistosen).
Namun
yang
cukup
potensial
adalah
pada
Formasi
Muaraenim.
Pada ketiga formasi
lainnya endapan batubara umumnya
terbentuk berupa lapisan-lapisan tipis
dengan penyebaran lateral terbatas.
Penyebaran
Formasi
Muaraenim di daerah penyelidikan
cukup luas yaitu di bagian tengah dan
baratlaut dengan kemiringan relatif
landai dan arah jurus lebih kurang
Baratlaut – Tenggara. Informasi dari
penyelidik terdahulu menerangkan
keterdapatan lapisan batubara pada
Formasi Muaraenim dengan ketebalan
sekitar 6 meter dengan kenampakan
fisik berwarna hitam kecoklatan,
kusam, menampakkan struktur kayu
yang cukup jelas dan menunjukkan
karakteristik
rank batubara yang
rendah (low rank coal).
Penyelidikan
Shell
(1978)
menunjukkan terdapatnya
lapisanlapisan batubara Formasi Muaraenim
di daerah ini, walaupun masih perlu
dikaji lebih jauh kesetaraan lapisanlapisan tersebut dengan lapisanlapisan batubara Formasi Muaraenim
di daerah Sumatera Selatan.
KEGIATAN PENYELIDIKAN
Pemboran
Kegitan pemboran batubara
bersifat pemboran dangkal (kedalaman
≤ 100 meter) yang dilakukan dengan
metoda
pemboran
inti
(coring).
Penentuan titik bor mengacu kepada
data singkapan batubara di permukaan
sedangkan interval dan kedalamannya
dirancang sedemikian rupa sehingga
dapat
menembus
lapisan-lapisan
batubara target. Lokasi bor juga harus
memperhatikan beberapa persyaratan
diantaranya kemudahan akses jalan
untuk mobilisasi peralatan bor dan
ketersediaan sumber air sebagai
bahan pencuci dan pembilas.
Pemboran bertujuan antara lain
untuk melacak kontinuitas lapisan
batubara ke arah lateral, mengetahui
lebih rinci urutan perlapisan batuan
secara vertikal, mengukur ketebalan
tiap lapisan (batubara dan batuan
pengapitnya) dengan lebih akurat dan
untuk memperoleh conto batubara
yang lebih fresh
dari pengaruh
kontaminasi
dan
oksidasi
di
permukaan.
Pemboran menghasilkan inti
bor berukuran NQ (diameter 47,6 cm).
Pengamatan terhadap inti bor terutama
adalah pemerian sifat teknis batuan
dan batubara. Pengambilan conto inti
bor
batubara
dilakukan
untuk
keperluan pengujian kualitas batubara
di laboratorium.
Peralatan yang digunakan pada
pemboran adalah 1 (satu) unit mesin
bor merk Jecro seri 200 beserta
kelengkapan dan peralatan penunjang.
Kelengkapan dan peralatan penunjang
tersebut antara lain Mast/tripod, pompa
pembilas dan pompa pengantar, rod,
core barrel, inner tube, reamer, mata
bor (bit), dongkrak, kunci-kunci, klem,
core catcher, slang air, tenda, corebox,
casing,
bentonit
dan
lain-lain.
Pemakaian casing dan bentonit
dilakukan apabila secara teknis ada
kemungkinan dinding pemboran runtuh
akibat jenis litologi yang rapuh atau
276 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
kurang kompak
batupasir lepas.
misalnya
berupa
Pemetaan Geologi
Pemetaan geologi batubara
dilakukan untuk mengetahui pola
penyebaran, jumlah lapisan, dimensi
dan bentuk geometris dari lapisan
batubara di daerah penyelidikan,
sehingga kegiatan ini lebih difokuskan
pada areal formasi pembawa endapan
batubara. Kegiatan ini dilakukan
dengan
menginventarisir
lokasi
singkapan
batubara,
mengamati
karakteristik dari endapan batubara,
mengamati batuan pengapit dari
lapisan batubara serta mengamati
aspek-aspek
geologi
lainnya
(morfologi, stratigrafi, sedimentasi,
struktur geologi) yang dapat membantu
penafsiran bentuk geometris dari
lapisan batubara. Kegiatan ini biasanya
dilakukan dengan pengamatan pada
lintasan-lintasan
tertentu
yang
berpotensi menunjukkan data geologi
permukaan seperti sungai-sungai atau
alur sungai, tebing bukit atau lembah,
irisan jalan dan lain-lain.
Pada kegiatan pemetaan ini
dilakukan juga pengambilan conto
batubara di permukaan, tujuannya
adalah untuk membandingkan kualitas
batubara di permukaan terhadap conto
batubara hasil pemboran atau untuk
memperoleh conto lapisan batubara
yang tidak terwakili dalam pemboran.
Peralatan dan perlengkapan
pemetaan geologi antara lain adalah
kompas geologi, palu geologi, Global
Positioning
System
(GPS),
pita
ukur/rollmeter,
kaca
pembesar,
pacul/linggis, kamera, peta topografi,
kantong conto, alat-alat tulis dan lainlain.
Pemetaan geologi batubara
dilakukan untuk mengetahui pola
penyebaran, jumlah lapisan, dimensi
dan bentuk geometris dari lapisan
batubara di daerah penyelidikan,
sehingga kegiatan ini lebih difokuskan
pada areal formasi pembawa endapan
batubara. Kegiatan ini dilakukan
dengan
menginventarisir
lokasi
singkapan
batubara,
mengamati
karakteristik dari endapan batubara,
mengamati batuan pengapit dari
lapisan batubara serta mengamati
aspek-aspek
geologi
lainnya
(morfologi, stratigrafi, sedimentasi,
struktur geologi) yang dapat membantu
penafsiran bentuk geometris dari
lapisan batubara. Kegiatan ini biasanya
dilakukan dengan pengamatan pada
lintasan-lintasan
tertentu
yang
berpotensi menunjukkan data geologi
permukaan seperti sungai-sungai atau
alur sungai, tebing bukit atau lembah,
irisan jalan dan lain-lain.
Pada kegiatan pemetaan ini
dilakukan juga pengambilan conto
batubara di permukaan, tujuannya
adalah untuk membandingkan kualitas
batubara di permukaan terhadap conto
batubara hasil pemboran atau untuk
memperoleh conto lapisan batubara
yang tidak terwakili dalam pemboran.
Peralatan dan perlengkapan
pemetaan geologi antara lain adalah
kompas geologi, palu geologi, Global
Positioning
System
(GPS),
pita
ukur/rollmeter,
kaca
pembesar,
pacul/linggis, kamera, peta topografi,
kantong conto, alat-alat tulis dan lainlain.
Analisis Laboratorium
Analisis laboratorium dari conto
batubara dilakukan untuk melengkapi
data pengamatan di lapangan. Analisis
laboratorium terutama bertujuan untuk
mengetahui kualitas dan jenis dari
batubara disamping untuk mengetahui
spesifikasi penggunaan,
perkiraan
lingkungan pengendapan dan aspek
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
277
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
teknis laboratorium lainnya.
Jenis
analisis laboratorium terdiri atas
analisis proksimat, ultimat, analisis abu
batubara dan petrografi batubara.
Analisis proksimat adalah untuk
menentukan kandungan air (M),
kandungan zat terbang (Volatile
matter,VM), kandungan abu (Ash),
karbon tetap (Fixed Carbon, FC), kadar
sulfur total (St), nilai calori (Calorivic
Value, CV), berat jenis (Specific
Gravity, SG; atau Rock Density, RD)
dan indeks kekerasan (Hardgrove
Grindability Index, HGI). Analisis
proksimat terutama bertujuan untuk
mengetahui kualitas batubara secara
umum, sehingga dapat menjadi
informasi awal untuk penggunaannya.
Kualitas batubara secara umum
dicerminkan oleh nilai kalori (CV),
kandungan abu (Ash) dan kadar sulfur
total (Ash).
Analisis ultimat adalah untuk
mengetahui kandungan unsur-unsur :
karbon (C), hidrogen (H), belerang (S),
Oksigen (O).
Analisis abu batubara meliputi
penetuan kandungan persenyawaan
oksida : SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO,
MgO, TiO2, Mn3O4, SO3, P2O5,
Na2O, K2O. Analisis abu dilakukan
terutama untuk mengetahui tingkat
pengerakan (slagging) pada saat
pembakaran batubara dalam boiler.
Tingkat pengerakan batubara akan
mempengaruhi
efisiensi
dalam
pembakaran batubara sebagai sumber
energi, tingkat pengerakan yang tinggi
akan memperbesar biaya produksi.
Analisis petrografi dilkukan
terutama untuk mengetahui komposisi
maseral (bahan tumbuhan pembentuk
batubara)
dari
batubara,
nilai
reflektansi vitrinit (derajat kematangan)
dan kandungan mineral (lempung,
oksida besi, pirit). Analisis ini
disamping untuk mengetahui rank dari
batubara, juga dapat membantu
penafsiran lingkungan pengendapan
batubara.
Pengolahan Data
Data penyelidikan terdiri atas
data lapangan dan data kantor. Data
lapangan berupa data pemetaan
geologi batubara dan data hasil
pemboran. Data kantor adalah hasil
analisis conto batubara di laboratorium.
Kesemua data tersebut yang ditunjang
dengan data literaratur diolah untuk
menghasilkan
suatu
informasi
mengenai potensi endapan batubara
pada kedalaman ≤ 100 meter, propek
pemanfaatan
dan
pengembangan
batubara di wilayah penyelidikan.
Data hasil pemboran batubara
terutama jumlah, kedalaman, ketebalan
dan kedudukan lapisan batubara akan
diproyeksikan ke permukaan dan
dikombinasikan
dengan
data
singkapan batubara serta selanjutnya
dikorelasikan
untuk
mendapatkan
gambaran mengenai bentuk sebaran
maupun jumlah lapisan termasuk
aspek-aspek
geologi
yang
mempengaruhinya. Hasil analisis conto
di laboratorium akan menunjang
penafsiran
data lapangan dan
memberikan
informasi
tambahan
antara lain mengenai kualitas, material
penyusun
sedimen,
kondisi
pengendapan dan lain-lain.
Hasil pengolahan data akan
disusun menjadi laporan lengkap
mengenai potensi endapan batubara
pada kedalaman lebih ≤ 100 m, dan
kemungkinan prospek pengembangan
di masa mendatang
.
HASIL PENYELIDIKAN
Morfologi
Daerah penyelidikan secara
umum dicirikan oleh satuan morfologi
278 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
perbukitan terjal, satuan morfologi
perbukitan bergelombang sedang dan
satuan dataran. Satuan morfologi
perbukitan terjal ketinggian berkisar
antara 200 – 500 meter di atas muka
laut terdapat di bagian Timurlaut dan
ditempati oleh kelompok batuan Pra
Tersier yang dikenal sebagai Kelompok
Tigapuluh. Satuan morfologi perbukitan
bergelombang sedang menempati
sebagian besar wilayah penyeldikan
dan umumnya ditempati oleh batuan
sedimen Tersier. Satuan dataran
melampar
di
bagian
Selatan
disepanjang aliran S. Batanghari dan
ditempati oleh Endan Kuarter Formasi
Kasai dan Aluvium.
Stratigrafi
Stratigrafi daerah penyelidikan
tersusun oleh batuan Pra Tersier,
Tersier dan Endapan Kuarter. Batuan
Pra Tersier terdiri atas Formasi
Gangsal berumur Perm dan batuan
terobosan Granit berumur Jura. Batuan
Tersier tersusun oleh Formasi Lahat
berumur Eosen – Oligosen, Formasi
Formasi Talangakar berumur Oligosen
– Miosen, Formasi Formasi Gumai
berumur
Miosen
Awal,
Formasi
Airbenakat berumur Miosen Tengah
dan Formasi Muaraenim berumur
Miosen Akhir – Pliosen. Endapan
Kuarter terdiri atas Formasi Kasai
berumur Plio-Plistosen dan Aluvium
berumur Holosen.
Formasi pembawa endapan
batubara adalah Formasi Muaraenim,
Formasi
Talangakar,
Formasi
Airbenakat dan Formasi Kasai, namun
yang
potensial
adalah
Formasi
Muaraenim (Lihat Gambar 3.).
Struktur Geologi
Daerah
penyelidikan
dipengaruhi struktur lipatan dan sesar.
Struktur lipatan berupa antiklin dan
sinklin berarah relatif Baratlaut Tenggara sedangkan sesar berupa
sesar naik berarah relatif sejajar
dengan lipatan yaitu Baratlaut –
Tenggara dan sesar normal berarah
relatif Utara – Selatan. Sesar normal
umumnya memotong sumbu perlipatan
atau sesar naik, dimensinya lebih kecil
sehingga disimpulkan sebagai sesarsesar lokal yang terbentuk kemudian.
Penyebaran Batubara
Dari hasil pemetaan geologi
permukaan telah ditemukan 38 lokasi
singkapan batubara dan batuan lain.
Data lapisan batubara pada singkapan
di permukaan memiliki ketebalan
bervariasi antara 0,20 – >11,00 meter
sedangkan lapisan batubara yang
ditembus pada pemboran mencapai
ketebalan sekitar 7 m. Singkapan
batubara ditemukan pada empat
formasi yaitu Formasi Muaraenim,
Formasi
Talangakar,
Formasi
Airbenakat
dan
Formasi
Kasai.
Kegiatan pemboran batubara dilakukan
pada 6 (enam) lokasi yang diberi notasi
BS-01. BS-2, BS-03, BS-04, BS-05 dan
BS-06, dengan kedalaman masingmasing adalah 65 m, 71 m, 60 m, 50
m, 60 m dan 60 m. Pemboran telah
menembus lapisan-lapisan batubara
Formasi Muaraenim dengan ketebalan
maksimum mencapai 7,50 m pada
lokasi BS-03. Titik Bor BS-04 tidak
menembus lapisan batubara target
karena kesulitan teknis, dikhawatirkan
terjepit
karena
adanya
lapisan
batupasir lepas yang cukup tebal. Data
singkapan batubara dan pemboran
terlampir pada tabel di bagian
lampiran.
Penafsiran dari data lapangan
berdasarkan
singkapan
batubara,
pemboran dan aspek geologi lainnya
diperkirakan bahwa pada Formasi
Muaraenim terdapat 5 (lima) lapisan
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
279
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
batubara utama yang masing-masing
diberi notasi lapisan ME-1, ME-2, ME-3
dan ME-4 dan ME-5. Lapisan (ME-1,
ME-2, ME-3 dan ME-4 terdapat pada
sayap antiklin sebelah selatan, lapisan
ME-5 pada sayap utara. Ketebalan
rata-rata
masing-masing
lapisan
adalah sekitar 1,73 m; 6,,04 m; 6,28 m,
5,70 m dan 2,07 m. Pada Formasi
Talangakar terdapat 6 (enam) lapisan
batubara dengan notasi lapisan TA-1,
TA-2, TA-3, TA-4, TA-5 dan TA-6,
ketebalan
masing-masing
lapisan
(sebagian
ketebalan
dijumlahkan
karena adanya sub-lapisan) yaitu
sekitar 0,80 m; 2,10 m; 3,50 m; 1,60 m;
0,60m dan 0,60 m. Pada Formasi
Airbenakat terdapat 4 (empat) lapisan
batubara AB-1, AB-2, AB-3 dan AB-4,
ketebalan masing-masing adalah 2,00
m; 1,00 m; 1,00 m dan 2,00 m. Pada
Formasi Kasai terdapat 2 (dua) lapisan
batubara dengan notasi lapisan KS-1
dan KS-2 dengan ketebalan masingmasing lapisan adalah sekitar 0,50 m.
Kualitas Batubara
Megaskopis
Pengamatan megaskopis dari
batubara baik dari singkapan maupun
dari conto inti bor memperlihatkan
bahwa ciri fisik batubara pada Formasi
Muaraenim dan Formasi Airbenakat
tidak memeperlihatkan perbedaan
yang cukup signifikan. Umumnya
batubara berwarna hitam – hitam
kecoklatan, kusam – kusam berlapis,
terlihat struktur kayu, mengotori
tangan, mengandung resin.
Batubara Formasi Talangakar
secara umum memperlihatkan rank
batubara yang lebih tinggi yaitu
berwarna hitam, mengkilap, getas.
Batubara
Formasi
Kasai
menampakkan batubara berperingkat
rendah
(lignit)
dengan
warna
kecoklatan, kusam,
lunak, struktur
kayu masih jelas kelihatan, mengotori
tangan.
Analisis Laboratorium
Analisis laboratorium dilakukan
terhadap conto inti bor dan sebagian
conto singkapan. Sesuai dengan fokus
penyelidikan conto batubara yang
dianalisis terutama adalah conto
batubara Formasi Muaraenim dan
sebagian
kecil
dari
Formasi
Talangakar. Analisis meliputi analisis
proksimat, ultimat, abu batubara dan
petrografi.
Analisis Proksimat dan Ultimat
Analisis proksimat dan ultimat
antara
lain
untuk
mengetahui
kandungan moisture (IM, FM, TM),
kandungan
zat
terbang
(VM),
kandungan
abu
(Ash),
karbon
tertambat (FC), kadar sulfur total (St),
nilai kalori (CV), berat jenis (RD), indek
kekerasan batubara (HGI), kandungan
unsur-unsur (C,H,N,S,O).
Kualitas batubara pada Formasi
Muaraenim
tidak
memperlihatkan
perbedaan yang cukup signifikan
antara lapisan bawah ke atas (kecuali
lapisan ME-5 merupakan anomali,
kandungan abu tinggi sehingga nilai
CV sangat rendah). Hal tersebut
kemungkinan
disebabkan
karena
pengendapan batubara di daerah
pinggir
cekungan
sehingga
pembebanan sedimen di atasnya yang
berpengaruh
terhadap
tingkat
pembatubaraan (coalification) tidak
jauh berbeda.
Secara umum kualitas batubara
Formasi
Muaraenim
berdasarkan
lapisan tercermin pada nilai TM yang
berkisar antara 32,38 – 56,45 %, IM
6,38 – 11,33 %, Ash 4,44 – 11,72 %, St
0,15 – 0,80 % dan CV 5168 – 5527
kal/gr. Kandungan sulfur total tergolong
kecil (< 1 %) Berdasarkan beberapa
280 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
parameter antara lain CV dan IM,
memiliki tingkat pengerakan rendah –
batubara
Formasi
Muaraenim
sedang, sedangkan lapisan batubara
disimpulkan
memiliki
tingkat
ME-2 dan ME-3 memiliki tingkat
pembatubaraan yang agak rendah dan
pengerakan tinggi – sangat tinggi
digolongkan sebagai low - medium
(Tabel 4).
rank coal.
Kualitas batubara pada Formasi
Analisis Petrografi
Talangakar tercermin pada nilai rataAnalisis petrografi dari 5 (lima) conto
rata TM 12,98 %, IM 4,56 %, Ash
batubara yang berasal dari pemboran
37,03 %, St 0,80 % dan CV 6501
dan singkapan. Conto-conto BS-01C,
kal/gr. Walupun kandungan abu cukup
BS-05C dan BS-06C adalah dari inti
tinggi nilai CV masih cukup tinggi
bor, sedangkan conto-conto SS-03
sehingga batubara Formasi Talangakar
dan SS-09 dari conto singkapan.
dapat diklasifikasikan sebagai high
Dari hasil analisis petrografi seperti
rank coal.
tercantum pada tabel 5,
tampak
Kandungan belerang total (St) pada kedua formasi
tergolong
kecil (< 1 vitrinit
%), halpada
ini diperkirakan
akibat kon
bahwa
nilai reflektansi
tiga
lapisan Formasi Muaraenim (ME-2,
Analisis Abu Batubara
ME-3 dan ME-4) tidak menunjukkan
Analisis abu batubara dilakukan untuk mengetahui
kandungan
tertentu
perbedaan
yangoksida
menyolok
yaitudalam
antarabatubara, tujuanny
mengurangi
efisiensi
pemakaian
0,23 % – 0,31 %, tergolong batubara
batubara dan menyebakan timbulnya
peringkat rendah (low rank coal).
biaya untuk pembersihan boiler. Titik
Batubara Formasi Talangakar (TA-3)
leleh abu yang rendah tidak begitu
menunjukkan nilai reflektansi vitrinit
berpengaruh buruk karena lelehan abu
0,63 %, termasuk batubara peringkat
akan jatuh ke dasar boiler, demikian
tinggi (high rank coal). Komposisi
juga titik leleh abu yang tinggi tidak
maseral didominasi oleh maseral
begitu berpengaruh buruk karena abu
Vitrinit dengan persentase > 90 %.
tidak akan meleleh pada temperatur
Analisis material mineral menunjukkan
pembakaran sehingga abu masih
persentase pirit hampir tidak terdeteksi
dalam bentuk butiran dan akan
kecual pada lapisan ME-2.
terakumulasi di bawah boiler..
Salah satu perhitungan untuk kemungkinan pembentukan
kerak
adalah dengan menghitung perbandinga
Sumber Daya
Batubara
Berdasarkan
Klasifikasi
• ≤ 0,4 atau ≥ 0,7
: Tingkat
Sumberdaya dan Cadangan Batubara
pengerakan rendah – sedang
Standar Nasional Indonesia (SNI)
• Antara 0,4 – 0,7
: Tingkat
amandemen 1-SNI 135014-1998 dari
pengerakan tinggi – sangat
Badan
Standarisasi
Nasional,
tinggi
sumberdaya batubara di daerah Sumai
dikelompokan
sumber
Dari hasil penghitungan perbandingan antardapat
Oksida
basa/Oksida kedalam
asam terhadap
conto
daya
tereka
(inferred
resource)
dan
batubara yang dianalisis menunjukkan
sumberdaya hipotetik (Hypothetical
Lapisan ME-1 mempunyai nilai 0,34;
resource), kriteria perhitungan adalah
lapisan batubara ME-2 adalah 0,60;
sebagai berikut :
lapisan ME-3 adalah 0,68; Lapisan
ME-4 sekitar 1,02 dan Lapisan TA-3
Sumber Daya Tereka
sekitar 0,02. Dari hasil analisis abu ini
• Jarak antar titik informasi
dapat disimpulkan bahwa lapisan
adalah 1000 < Jarak Titik
batubara ME-1, ME-4 dan lapisan TA-3
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
281
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
•
•
•
•
•
•
•
Informasi ≤ 1500 meter
(kelompok geologi sederhana)
Tebal lapisan batubara yang
dihitung adalah tebal terukur
dari lokasi batubara pada titik
informasi.
Panjang sebaran ke arah jurus
atau jarak terjauh dari titik
informasi dibatasi antara 10001500 m, sehingga total panjang
sebaran kedua arah yang
berlawanan dari satu titik
informasi mencapai 2000-3000
m.
Besar sudut kemiringan lapisan
yang dipakai adalah besar
sudut kemiringan yang terukur
pada
masing-masing
titik
informasi.
Apabila besar sudut kemiringan
pada titik informasi kurang jelas
maka
digunakan
sudut
kemiringan dari titik informasi
lain yang terdekat.
Lebar yang dihitung kearah
kemiringan dibatasi sampai
kedalaman 100 m, rumus yang
digunakan untuk menghitung
lebar adalah L = 100/sinα ( L =
lebar; 100 = batas kedalaman
sampai 100 m; α = besar sudut
kemiringan lapisan batubara ).
Berat jenis yang digunakan
adalah berat jenis dari hasil
analisis,
dengan
catatan
apabila berat jenis di titik
informasi
tidak
diketahui,
digunakan berat jenis dari titik
informasi lain yang terdekat.
Rumus
untuk
menghitung
sumberdaya
adalah
:
Sumberdaya = Panjang (m) x
Tebal (m) x Lebar (m) x Berat
Jenis ( ton/m3).
Sumber Daya Hipotetik
• Jarak titik informasi adalah tidak
dibatasi
sejauh
tingkat
keyakinan geologi
• Tebal lapisan batubara yang
dihitung adalah tebal rata-rata
dari ketebalan di setiap titik
informasi pada lapisan tersebut.
• Panjang sebaran kearah jurus
adalah sejauh tingkat keyakinan
geologi setelah dikurangi oleh
panjang untuk sumberdaya
tereka.
• Lebar
kearah
kemiringan
dibatasi sampai kedalaman 100
m
dengan
besar
sudut
kemiringan
yang
dihitung
adalah sudut kemiringan ratarata pada lapisan tersebut.
• Berat jenis yang dihitung adalah
berat jenis rata-rata dari hasil
analisis.
• Rumus
untuk
menghitung
sumberdaya
adalah
:
Sumberdaya = Panjang (m) x
Tebal (m) x Lebar (m) x Berat
Jenis ( ton/m3).
Sesuai kriteria SNI Ketebalan
minimum lapisan yang dihitung untuk
sumber daya batubara yaitu lapisan
batubara Formasi Muaraenim dan
Formasi Airbenakat (low rank coal)
adalah 1,00 m sedangkan untuk
lapisan batubara Formasi Talangakar
(high rank coal) adalah 0,40 m.
Sumber daya lapisan batubara pada
Formasi Kasai diabaikan karena
ketebalannya < 1,00 m. Penghitungan
sumber daya batubara ditabulasikan
pada tabel 7, tabel 8 dan tabel 9.
Dari perhitungan pada tabel 9,
tampak bahwa daerah Sumai dan
sekitarnya mengandung sumber daya
batubara tereka yang hanya terhitung
dari Formasi Muaraenim sebesar
46.601.073 ton, sumber daya hipotetik
282 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
pada tiga formasi (Formasi Muaraenim,
Formasi Airbenakat dan Froamsi
Talangakar) sebesar 254.320.231 ton
dan jumlah sumber daya keseluruhan
(tereka
dan
hipotetik)
sebesar
300.921.304 ton.
Prospek
Pemanfaatan
dan
Pengembangan Batubara
Potensi sumber daya batubara
(khusunya pada Formasi Muaraenim)
di daerah penyelidikan terbilang cukup
besar.
Ketebalan,
jumlah
dan
kontinuitas
lapisan
cukup
baik,
demikian juga kemiringan lapisan yang
relatif
landai
sehingga
akan
memberikan nilai tambah terhadap
stripping ratio dalam penambangan.
Kualitas batubara walaupun nilai kalori
agak rendah namun memiliki kadar
sulfur yang relatif kecil (<
1%),
kandungan abu secara umum juga <
10 % sehingga dapat dianggap
batubaranya relatif cukup bersih.
Sebagai akses transportasi, wilayah ini
dekat ke jalan raya atau S. Batanghari
yang mengalir ke Jambi.
Di
daerah
penyelidikan
sebenarnya telah cukup banyak
wilayah K.P (Kuasa Pertambangan)
perusahaan batubara yang exist.
Sebagian
diantaranya
telah
berproduksi walaupun dalam skala
kecil. Namun selama ini kegiatan
transportasi
batubara
sering
berbenturan
dengan
kepentingan
masayarakat umum yaitu dalam
penggunaan
jalan
raya
poros
Muaratebo – Jambi sebagai akses
transportasi
truk-truk
batubara,
sehinngga menyebabkan kerusakan
cukup berat pada sebagian jalan.
Untuk itu disarankan perlu adanya
pengaturan beban muatan truk yang
sesuai dengan daya dukung jalan atau
penggunaan jalur S. Batanghari
sebagai akses transportasi batubara
walaupun
hal
tersebut
akan
menimbulkan konsekuensi peningkatan
biaya operasional. Namun tentunya
dengan kebijakan yang tepat dari
pemerintah misalnya kompensasi dari
sektor pajak atau kemudahan lainnya
akan membawa dampak yang lebih
positif untuk jangka panjang.
Potensi endapan batubara di
daerah ini juga kemungkinan dapat
dikembangkan
untuk
penyelidikan
pemanfaatan gas metan batubara
(CBM,
Coalbed
Methane).
Berdasarkan perkiraan penampang
lapisan batubara, salah satu lokasi titik
bor untuk penyelidikan awal dapat
direncanakan di sekitar titik usulan
pemboran CBM (lihat peta geologi dan
sebaran batubara). Lokasi ini terletak di
sekitar jalan poros Muaratebo-Jambi,
dengan batuan di permukaan adalah
Formasi Kasai berumur Kuarter.
Diperkirakan lapisan teratas akan
ditembus pada kedalaman sekitar 350
– 400 meter. Rencana lokasi-lokasi
pemboran CBM lainnya di daerah ini
masih dapat dikembangkan dari
rekonstruksi
penampang
geologi
lapisan batubara lainnya.
Batubara
pada
Formasi
Talangakar dari segi kualitas cukup
baik. Nilai kalori cukup tinggi, demikian
juga kadar belerang total relatif kecil.
Namun potensi sumber daya batubara
relatif lebih sedikit. Walaupun demikian
potensi endapan batubaranya masih
cukup prospek untuk dikembangkan
dengan penambangan skala kecil.
Salah satu bahan galian lain
yang
terkandung
pada
Formasi
Talangakar adalah bitumen padat.
Pada saat penyelidikan batubara di
lapangan, tim geologist menemukan
singkapan batuan menunjukkan ciri-ciri
endapan bitumen padat di lokasi SS38 dengan ketebalan lapisan sekitar
3,00 meter. Pencarian endapan
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
283
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
bitumen padat ini tidak ditindaklanjuti
lebih jauh karena bukan merupakan
fokus
penyelidikan
ini.
Namun
disarankan kepada tim perencana
program
penyelidikan
lapangan
Kelompok Program Penelitian Energi
Fosil, Pusat Sumber Daya Geologi
untuk menyelidiki endapan bitumen
padat pada Formasi Talangakar di
daerah ini pada program lapangan di
tahun-tahun mendatang.
Penyebaran
Formasi
Talangakar di daerah ini cukup luas
terutama di bagian timur laut yang
masih menerus ke luar daerah
penyelidikan. Sebagaimana diketahui
Formasi Talangakar adalah salah satu
source
rock
minyakbumi
untuk
Cekungan Sumatera Selatan, sehingga
diharapkan akan memiliki kandungan
endapan bitumen padat yang cukup
potensial.
KESIMPULAN DAN SARAN
•
Dari hasil penyelidikan ini
kesimpulan dan saran yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut :
Kesimpulan :
•
Daerah
penyelidikan
secara
geologi
termasuk
kedalam
Cekungan Sumatera Selatan,
Sub Cekungan Jambi
•
Formasi
pembawa
batubara
adalah
Formasi
Talangakar,
Formasi Airbenakat, Formasi
Muaraenim dan Formasi Kasai
yang masing berumur OligosenMiosen, Miosen Tengah, Miosen
Akhir-Pliosen dan Plio Plistosen.
Potensi endapan batubara lebih
prospek
pada
Formasi
Muaraenim
dan
Formasi
Talangakar.
•
Pada
Formasi
Muaraenim
terdapat 5 (lima) lapisan batubara
•
•
284 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
utama yaitu lapisan ME-1, ME-2,
ME-3,ME-4 dan ME-5, ketebalan
rata-rata masing-masing lapisan
adalah sekitar 1,73 m; 6,04 m;
6,28 m, 5,70 m dan 2,07 m.
Pada
Formasi
Talangakar
terdapat 6 (lima) lapisan batubara
yaitu lapisan TA-1, TA-2, TA-3,
TA-4, TA-5 dan TA-6, ketebalan
masing-masing lapisan (sebagian
ketebalan dijumlahkan karena
adanya sub-lapisan) yaitu sekitar
0,80 m; 2,10 m; 3,50 m; 1,60 m;
0,60m dan 0,60 m.
Pada
Formasi Airbenakat terdapat 4
(empat) lapisan batubara AB-1,
AB-2, AB-3 dan AB-4, ketebalan
masing-masing adalah 2,00 m;
1,00 m; 1,00 m dan 2,00 m. Pada
Formasi Kasai terdapat 2 (dua)
lapisan batubara KS-1 dan KS-2
dengan
ketebalan
masingmasing sekitar 0,50 m.
Kualitas
batubara
Formasi
Muaraenim berdasarkan lapisan
tercermin pada nilai TM berkisar
antara 32,38 – 56,45 %, IM 6,38
– 11,33 %, Ash 4,44 – 11,72 %,
St 0,15 – 0,80 % dan CV 5168 –
5527 kal/gr. Batubara Formasi
Muaraenim digolongkan sebagai
low - medium rank coal.
Kualitas
batubara
Formasi
Talangakar tercermin pada nilai
rata-rata TM 12,98 %, IM 4,56
%, Ash 37,03 %, St 0,80 % dan
CV
6501
kal/gr.
Batubara
Formasi
Talangakar
diklasifikasikan sebagai high rank
coal.
Daerah Sumai memiliki sumber
daya batubara tereka yang
dihitung dari Formasi Muaraenim
sebesar 46.601.073 ton, sumber
daya hipotetik dihitung dari tiga
formasi (Formasi Muaraenim,
Formasi Airbenakat dan Froamsi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Talangakar)
sebesar
254.320.231 ton dan jumlah
sumber daya keseluruhan (tereka
dan
hipotetik)
sebesar
300.921.304 ton.
Saran :
•
Kendala dalam penyelidikan ini
adalah musim hujan, baik
frekuensi
maupun
intensitas
hujan
yang menyebabkan
kesulitan
dalam
transportasi
peralatan bor antar titik karena
akses jalan yang rusak berat.
Untuk pelaksanaan ke depan
diharapkan ada perencanaan
yang tepat baik dari segi waktu
(kondisi musim/cuaca) maupun
jenis dan tonase peralatan bor
yang dipakai.
•
Endapan batubara di daerah ini
kemungkinan
dapat
dikembangkan
untuk
penyelidikan potensi gas metan
dalam batubara (CBM, Coalbed
Methane) sehingga disarankan
untuk tindak lanjut penyelidikan
CBM.
•
•
Terdapat
indikasi
potensi
endapan bitumen padat pada
Formasi Talangakar sehingga
perlu
juga
menindaklanjuti
penyelidikan bitumen padat pada
formasi tersebut pada program
kegitan lapangan di masa
mendatang.
Perlu perencanaan yang tepat
untuk
akses
transportasi
batubara di daerah ini agar tidak
berbenturan dengan kepentingan
masyarakat
umum
misalnya
dengan pemakaian akses S.
Batanghari atau pembatasan
tonase truk muatan batubara
yang sesuai dengan daya dukung
jalan raya.
DAFTAR PUSTAKA
De Coster, G.H., 1974, The Geology of the Central and South Sumatera Basin,
Indonesia Petroleum Association, 3 rd
Ann. Conv,
Proceeding
Gafoer, S., Cobrie, T., Purnomo, J., 1986,
Lembar Lahat, Sumatera, Puslitbang
Geologi, Bandung
Herman D., dkk, 2000, An Outline of The
Geology of Indonesia,
Indonesian
Association of
Geologist,
IAGI, Jakarta
Resources International, Inc (ARI), Indonesian
Coalbed Methane, Task 1 –
Resources
Assessment, 2003, Arlington,
Virginia
Shell Mijnbouw, 1978, Explanatory Notes to the Geological Map of the South
Sumatera Coal
Province, Exploration report
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
285
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Gambar 1. Peta Lokasi Penyelidikan Daerah Sumai, Propinsi Jambi
286 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Gambar 2. Cekungan Sumatera Selatan dalam Kerangka Tektonik Pulau Sumatera
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
287
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Tabel 1. Stratigrafi Lembar Muarabungo
288 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Gambar 3. Peta Geologi Daerah Penyelidikan
Keterangan :
SIMBUL
FORMASI/SATUAN
Qa
Aluvium
QTk
Fm. Kasai
Tmpm
Fm. Muaraenim
Tma
Fm. Airbenakat
Tmg
Fm. Gumai
Tomt
Fm. Talangakar
Teol
Fm. Lahat
PCg
Fm. Gangsal
Jgr
Granit
UMUR
KUARTER
TERSIER
PRA TERSIER
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
289
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Tabel 2. Kualitas Batubara Rata-Rata Daerah Sumai
Berdasarkan Hasil Analisis Proksimat
Lapis-
FM
TM
IM
VM
FC
ASH
St
RD
CV
an
%
%
%
%
%
%
%
gr/cm3
kal/gr
ME-1
44,20
49,90
10,10
43,00
35,20
11,72
0,26
1,32
5168
-
ME-2
47,81
53,50
10,90
48,75
34,70
5,63
0,40
1,33
5452
72
ME-3
50,25
55,84
11,23
48,33
34,07
6,57
0,27
1,32
5307
67
ME-4
50,89
56,45
11,33
49,83
34,40
4,44
0,18
1,32
5527
76
ME-5
27,77
42,38
6,38
17,66
7,87
68,09
0,30
1,89
1210*
-
TA-3
8,84
12,98
4,56
32,36
26,05
37,03
0,80
1,43
6501
70
* Nilai CV diabaikan karena kandungan abu sangat tinggi
Tabel 3. Hasil Analisis Ultimat
Lapisan
Unsur (%)
C
H
N
S
O
ME-1
65,73
4,60
0,98
0,33
28,36
ME-2
71,30
5,55
0,66
0,13
22,26
ME-3
71,85
5,55
0,65
0,32
21,63
ME-4
71,89
5,68
0,65
0,22
21,56
ME-5
48,18
5,06
0,99
1,17
44,60
TA-3
77,15
7,09
1,93
1,39
12,45
Catatan :
ME
Conto batubara Formasi Muaraenim
TA
Conto batubara Formasi Talangakar
290 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
HGI
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Tabel 4. Hasil Analisis Abu Batubara
Lapisan
Kandungan
(%)
ME-1
ME-2
ME-3
ME-4
TA-3
SiO2
51,53
35,46
34,05
30,79
80,72
Al2O3
18,17
21,11
20,26
13,84
15,34
Fe2O3
13,92
24,67
30,18
32,32
1,21
CaO
8,20
6,78
5,00
10,36
0,08
MgO
1,66
2,73
1,84
3,14
0,04
Na2O
0,14
0,12
0,11
0,16
0,09
K2O
0,43
0,45
0,47
0,51
0,75
TiO2
1,08
1,58
1,23
0,89
0,51
MnO
0,38
0,62
0,45
0,87
0,00
P2O5
0,01
0,13
0,03
0,15
0,00
SO3
1,24
4,38
4,04
5,32
0,03
H2O
0,54
0,39
0,43
0,43
0,21
HD
1,77
1,41
2,18
0,85
1,08
0,34
0,60
0,68
1,02
0,02
Ratio
Oksida
Basa/Asam
Tabel 5. Perbandingan Hasil Analisis Petrografi Tiap Lapisan
Reflektan Vitrinit dan Komposisi Maseral
Formasi
Muaraenim
Talangakar
Lapisan
Reflektan Vitrinit (%)
Komposisi Maseral (%)
Mean
Kisaran
Vitrinit
Inertinit
Liptinit
ME-2
0,26
0,19-0,35
96,8
0,2
0,2
ME-3
0,23
0,20-0,26
95,8
1,1
0,2
ME-4
0,31
0,24-0,35
97,6
0,2
0,2
TA-3
0,63
0,54-0,67
96,3
0,2
0,1
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
291
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Tabel 6. Perbandingan Hasil Analisis Petrografi Tiap Lapisan
dan Kandungan Material Mineral
Formasi
Lapisan
Muaraenim
Talangakar
Material Mineral (%)
Clay
Fe. Oksida
Pirit
ME-2
2,6
0,2
0,1
ME-3
2,7
0,3
-
ME-4
3,1
0,3
-
TA-3
3,1
0,3
-
Tabel 7. Sumber Daya Batubara Tereka Daerah Sumai
Formasi
Lap.
Acuan
Panjang
Dip
Lebar
Tebal
RD
S.Daya
BB
Lokasi
(m)
(o)
(m)
(m)
Ton/m3
(ton)
SS-01
1500
12
481
1,00 1,41
1.017.315
BS-02
1760
6
957
1,50 1,41
3.562.337
BS-01
1000
6
957
6,96 1,34
8.925.365
BS-03
1000
6
957
7,46 1,32
9.423.770
SS-09
1000
15
386
11,00 1,32
5.604.720
SS-08
850
10
576
6,00 1,32
3.877.632
SS-07
1000
10
576
2,80 1,32
2.128.896
SS-10
1300
14
413
3,00 1,32
2.126.124
BS-06
850
12
481
6,85 1,32
3.696.822
SS-21
850
12
481
6,00 1,32
3.238.092
ME-1
Muara-
ME-2
enim
ME-3
Jumlah Sumber Daya Tereka
46.601.073
Tabel 8. Sumber Daya Batubara Hipotetik Daerah Sumai
Formasi
Muaraenim
Lapisan
Panjang
Dip
Lebar
(m)
Tebal
S. Daya
3
(m)
(º)
ME-1
24.750
11
524
1,73 1,37
30.737.827
ME-2
21.000
12,6
458
6,04 1,32
76.682.390
ME-3
11.500
12
481
6,28 1,32
45.853.922
ME-4
17.250
10
576
5,70 1,32
74.758.464
ME-5
9000
9
639
2,08 1,32
15.789.946
292 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
(m)
RD
Ton/m
(ton)
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Sumber Daya Hipotetik Formasi Muaraenim
243.822.549
TA-1
1000
25
237
0,80 1,35
255.960
TA-2
1000
35
174
2,10 1,35
493.290
Talang-
TA-3
4000
22
270
3,50 1.35
5.103.000
akar
TA-4
1000
18
324
1,60 1,35
699.840
TA-5
1000
40
156
0,60 1,35
126.360
TA-6
1000
20
292
0,60 1,35
236.520
Sumber Daya Hipotetik Formasi Talangakar
6.914.970
AB-1
2250
8
718
2,00 1,37
502.365
Air-
AB-1
2000
15
386
1,00 1,37
772.007
benakat
AB-1
2000
16
362
1,00 1,37
991.880
AB-1
1500
15
386
2,00 1,37
1.586.460
Sumber Daya Hipotetik Formasi Airbenakat
3.582.712
Jumlah Sumber Daya Hipotetik
254.320.231
Tabel 9. Jumlah Sumber Daya Batubara Daerah Sumai
S. Daya
Formasi
Jumlah
Muaraenim
Talangakar
Airbenakat
Kasai
(ton)
Tereka (ton)
46.601.073
-
-
-
46.601.073
Hipotetik (ton)
243.822.549
6.914.970
3.582.712
-
254.320.231
Jumlah (ton)
290.423.622
6.914.970
3.582.712
-
300.921.304
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
293
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Gambar 4. Peta Geologi dan Sebaran Batubara Daerah Sumai, Propinsi Jambi
294 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi