Official Website Provinsi Jambi

GUBERNUR JAMBI
PERATURAN GUBERNUR JAMBI
NOMOR 3 TAHUN 2010
TENTANG
POLA TATA KELOLA
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI JAMBI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR JAMBI,
Menimbang

Mengingat

: a.

bahwa kesehatan merupakan salah satu bidang pemerintahan yang wajib
dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi sehingga Pemerintah Provinsi
bertanggung jawab sepenuhnya dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan di wilayahnya;

b.


bahwa rumah sakit Jiwa sebagai salah satu sarana kesehatan yang
memberikan pelayanan kepada masyarakat memiliki peran strategis
dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat dituntut
untuk dapat memberikan pelayanan bermutu dan dapat menjangkau
seluruh lapisan masyarakat;

c.

bahwa dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah, perlu ditindak lanjuti
dengan disusunnya Pola Tata Kelola bagi Rumah Sakit Jiwa Daerah yang
akan melaksanakan Pola Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah;

d.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b,
dan c maka perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Pola Tata
Kelola Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi .


: 1.

Undang-Undang Nomor 19 Darurat Tahun 1957 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi,dan Riau
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 75),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958
tentang Penetapan Undang-Undang Nomor 19 Darurat Tahun1957
tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera
Barat, Jambi, dan Riau menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 1646);

1

2

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 4286);


3

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
RI Nomor 4355);

4

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2004
Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4400);

5.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 4421);

6.


Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang Undang
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);

7.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 104
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063)

9.

Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072)

10
.

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4502);

11

.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502);
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan

12
.

13

2

.


14

15

16

17
.
18
19

20
21
22
23
24
25

26

27

28
.

Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4594);
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4614);
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4741);
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 28 Tahun
2004 tentang Akuntabilitas Pelayanan Publik;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk
Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman
Tehknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920/Menkes/Per/XII/1986 tentang
Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik;
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik

Indonesia
Nomor
159.b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit;
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 159b/Menkes/SK/ Per/II/1988
tentang Rumah Sakit;
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 228/Menkes/SK/ /III/2002
tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
yang wajib dilaksanakan daerah;
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 772/Menkes/SK/VI/2002 tentang
Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws);
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 631/Menkes/SK/IV/2005 tentang
Pedoman Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff By Laws) di
Rumah Sakit;
Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Inspektorat, Bappeda dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Jambi
(Lembaran Daerah Provinsi Jambi Tahun 2008 Nomor 15).

MEMUTUSKAN :
3


Menetapkan

: PERATURAN GUBERNUR TENTANG POLA TATA KELOLA RUMAH
SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI JAMBI
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Pola Tata Kelola ini yang dimaksud dengan :
1.
Daerah adalah Provinsi Jambi
2.
Pemerintah Daerah adalah Gubernur beserta perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Provinsi Jambi;
3.
Gubernur adalah Gubernur Jambi;
4.
Pelayanan Kesehatan adalah segala kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
seseorang dalam rangka promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif;
5.
Rumah Sakit adalah Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi;
6.
Pola Tata Kelola Korporasi Rumah Sakit adalah Peraturan yang mengatur tentang hubungan,
hak dan kewajiban antara Direksi dan Staf Medis Rumah Sakit.
7.
Pola Tata Kelola Staf Medis (Medical Staff Bylaws) adalah peraturan yang mengatur tentang
fungsi, tugas, tanggungjawab, kewajiban, kewenangan dan hak dari Staf Medis di Rumah
Sakit.;
8.
Dewan Pengawas adalah suatu badan yang melakukan pengawasan terhadap operasional
Rumah Sakit yang dibentuk dengan keputusan Gubernur atas usulan Direktur Utama dengan
keanggotaan yang memenuhi persyaratan dan peraturan yang berlaku;
9.
Jabatan struktural adalah jabatan yang secara nyata dan tegas diatur dalam lini organisasi
yang terdiri dari Direktur Utama,Direktur Umum , Keuangan dan Penunjang Medik, Direktur
Pelayanan dan Keperawatan,Kepala Bagian, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian dan Kepala
Seksi
10. Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggungjawab, kewajiban,
wewenang dan hak seseorang pegawai dalam satuan organisasi yang dalam pelaksanaan
tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.
11. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jambi.
12. Direksi adalah pejabat pengelola Rumah Sakit yang terdiri dari Direktur Utama, Direktur
Umum , Keuangan dan Penunjang Medik dan Direktur Pelayanan dan Keperawatan;
13. Direktur Utama adalah Direktur Utama Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi.
14. Direktur adalah Direktur Umum, Keuangan dan Penunjang Medik dan Direktur Pelayanan
dan Keperawatan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi ;
15. Staf Medis adalah Dokter Ahli Jiwa, Dokter Gigi, Dokter Umum yang bekerja purna waktu
maupun paruh waktu di unit pelayanan Rumah Sakit.
16. Tokoh masyarakat adalah mereka yang karena prestasi dan perilakunya dapat dijadikan
contoh/tauladan bagi masyarakat;
17. Profesi kesehatan adalah mereka yang dalam tugasnya telah mendapat pendidikan formal
kesehatan dan melaksanakan fungsi melayani masyarakat dengan usaha pelayanan penyakit
dan mental untuk menjadi sehat;
18. Unit pelayanan adalah unit yang menyelenggarakan upaya kesehatan, yaitu rawat jalan, rawat
inap, gawat darurat, rawat intensif, radiologi, laboratorium, rawat gigi, test narkoba,
konsultasi psikologi, rehabilitasi mental & narkoba dan lain-lain.
19 Dokter mitra adalah dokter yang direkrut oleh Rumah Sakit karena keahliannya,
berkedudukan sejajar dengan Rumah Sakit, bertanggung jawab secara mandiri dan
bertanggunggugat secara proporsional sesuai kesepakatan atau ketentuan yang berlaku di

4

20.

21.
22
23.

24.

25.
26.

(1)
(2)

Rumah Sakit
Dokter tamu adalah dokter yang karena keahlian atau reputasinya diundang oleh Rumah Sakit
untuk melakukan tindakan yang tidak atau belum dapat dilakukan oleh staf medis yang ada di
Rumah Sakit atau untuk melaksanakan alih ilmu pengetahuan dan teknologi
Unit kerja adalah tempat staf medis dan profesi kesehatan lain yang menjalankan profesinya,
dapat berbentuk instalasi, unit dan lain-lain.
Komite Medis adalah wadah profesional medis yang keanggotaannya berasal dari Ketua
Kelompok Staf Medis Fungsional dan atau yang mewakili.
Sub Komite adalah kelompok kerja di bawah Komite Medis yang dibentuk untuk mengatasi
masalah khusus, yang anggotanya terdiri dari staf medis dan tenaga profesi lainnya secara ex
officio
Satuan Pengawas Intern adalah perangkat Rumah Sakit yang bertugas melakukan pengawasan
dan pengendalian internal dalam rangka membantu Direktur Utama untuk meningkatkan
kinerja pelayanan, keuangan dan pengaruh lingkungan sosial sekitarnya (social responsibility)
dalam menyelenggarakan bisnis yang sehat.
Tenaga administrasi adalah orang atau sekelompok orang yang bertugas melaksanakan
administrasi perkantoran guna menunjang pelaksanaan tugas-tugas pelayanan
Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut PNS adalah Pegawai Negeri Sipil Rumah
Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Pola Tata Kelola Rumah Sakit dimaksudkan sebagai pedoman bagi Rumah Sakit dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit.
Pola Tata Kelola Rumah Sakit ditujukan untuk :
a. tercapainya kerjasama yang baik antara Pemerintah Provinsi,Pejabat Pengelola dan Staf
Medis.
b. memacu profesionalisme dengan tanggung jawab terhadap mutu layanan Rumah Sakit.

BAB III
POLA TATA KELOLA KORPORASI
Bagian Kesatu
Identitas
Pasal 3
(1) Nama Rumah Sakit adalah Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi
(2) Jenis dan Kelas Rumah Sakit adalah Rumah Sakit Jiwa Daerah Kelas B bertempat di Jalan DR.
Purwadi KM 9,5 Kenali Besar Jambi.

(1)

(2)
(3)

Bagian Kedua
Falsafah, Visi, Misi, Tujuan Strategis dan Nilai-Nilai Dasar
Pasal 4
Falsafah Rumah Sakit yaitu Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan dengan
mutu yang prima dan melaksanakan fungsi pendidikan kesehatan di Rumah Sakit dengan
sebaik-baiknya yang diabadikan untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat ;
Visi Rumah Sakit yaitu Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Jiwa dan Penanggulangan
Penyalahgunaan Narkoba yang prima dengan orientasi pada kepuasan masyarakat.
Misi Rumah Sakit sebagai berikut :
a.meningkatkan manajemen kesekretariatan yang profesional dan akuntabel;
b.meningkatkan pelayanan medik kejiwaan dan narkoba yang profesional serta meningkatkan

5

(4)

(5)

peran aktif masyarakat dalam penanggulangannya;
c.meningkatkan pelayanan penunjang medik yang prima dengan sarana dan prasarana yang
berkualitas serta SDM yang profesional.
d.meningkatkan pelayanan perawatan melalui asuhan keperawatan yang bermutu dan
profesional ;
e.meningkatkan kegiatan pelatihan, penelitian dan pengembangan kesehatan jiwa dan
narkoba;
f.meningkatkan kesejahteraan pegawai dan kepuasan masyarakat.
Tujuan Strategis :
a. kemandirian Finansial Rumah Sakit
b. kepuasan pasien
c. proses pelayanan yang prima
d. SDM berkomitmen tinggi dan kompeten
Nilai-Nilai Dasar :
Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan berdasarkan :
a. ketulusan / keiklasan
b. kepedulian
c. kerendahan hati
d. keakraban
e. kejujuran
f. kerja keras
g. kebersamaan
h. keprofesionalan
i. kenyamanan

Pasal 5
Susunan organisasi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi terdiri dari:
1. Direktur Utama
2. Direktur Umum, Keuangan dan Penunjang Medik membawahi :
2.1.Bagian Tata Usaha membawahi :
a). Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
b). Sub Bagian Program
c). Sub Bagian Keuangan
2.2 Bagian Penunjang Medik, Diagnostik dan Rekam membawahi :
a). Sub Bagian Penunjang Medik
b). Sub Bagian Penunjang Diagnostik
c). Sub Bagian Rekam Medik
3. Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan membawahi :
3.1.Bidang Pelayanan Medik membawahi :
a). Seksi Pelayanan Jiwa,Umum dan Narkoba
b). Seksi Promosi,Pencegahan dan Penyuluhan
c). Seksi Peningkatan Mutu Pelayanan dan Pengembangan SDM
3.2.Bidang Keperawatan membawahi :
a). Seksi Pelayanan Rawat Jalan dan rawat Inap
b). Seksi Pembinaan Profesi dan Etika Keperawatan
c). Seksi Asuhan Keperawatan
4. Kelompok jabatan fungsional

6

Bagian Ketiga
Kedudukan,Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit
Pasal 6
(1)

(2)

(3)

Rumah Sakit berkedudukan sebagai Rumah Sakit milik Pemerintah Provinsi Jambi yang
merupakan unsur pendukung tugas Gubernur di bidang pelayanan kesehatan yang dipimpin
oleh seorang Direktur Utama berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur
melalui Sekretaris Daerah;
Rumah Sakit mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan upaya
penyembuhan, pemulihan,
peningkatan,
pencegahan, pelayanan,
rujukan dan
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan,penelitian dan pengembangan serta pengabdian
masyarakat.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Rumah Sakit
mempunyai fungsi :
a. perumusan kebijakan teknis di bidang Pelayanan Kesehatan;
b. pelayanan penunjang dalam menyelenggarakan pemerintah daerah di bidang pelayanan;
c. penyusunan rencana dan program, monitoring, evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan
d. pelayanan medis;
e. pelayanan penunjang medis dan non medis;
f. pelayanan keperawatan;
g. pelayanan rujukan;
h. pelaksanaan pendidikan dan pelatihan;
i. pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta pengabdian masyarakat;
j. pengelolaan keuangan dan akutansi;
k. pengelolaan urusan kepegawaian, hukum, hubungan masyarakat, organisasi dan
tatalaksana serta rumah tangga, perlengkapan dan umum.
Bagian Keempat
Kedudukan Pemerintah Daerah
Pasal 7

(1)
(2)

(3)
(4)

Pemerintah Daerah bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup, perkembangan dan
kemajuan Rumah Sakit sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat.
Pemerintah Daerah dalam melaksanakan tanggung jawabnya mempunyai kewenangan :
a. menetapkan Pola Tata Kelola dan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit beserta
perubahannya;
b. membentuk dan menetapkan Pejabat Pengelola dan Dewan Pengawas;
c. memberhentikan Pejabat Pengelola dan Dewan Pengawas karena sesuatu hal yang
menurut peraturannya membolehkan untuk diberhentikan ;
d. menyetujui dan mengesahkan Rencana Bisnis Anggaran (RBA); dan
e. memberikan sanksi kepada pegawai yang melanggar ketentuan yang berlaku dan
memberikan penghargaan kepada pegawai yang berprestasi.
Pemerintah Daerah bertanggungjawab menutup defisit Rumah Sakit yang bukan karena
kesalahan dalam pengelolaan dan setelah diaudit secara independen.
Pemerintah Daerah bertanggunggugat atas terjadinya kerugian pihak lain termasuk pasien,
akibat kelalaian dan/atau kesalahan dalam pengelolaan Rumah Sakit.

7

Bagian Kelima
Dewan Pengawas
Paragraf 1
Pembentukan Dewan Pengawas
Pasal 8
(1)

Dewan Pengawas dibentuk dengan keputusan Gubernur atas usulan Direktur Utama.

(2)

Jumlah Anggota Dewan Pengawas ditetapkan paling banyak 5 (lima) orang dan seorang
diantara anggota Dewan Pengawas ditetapkan sebagai Ketua Dewan Pengawas.
Paragraf 2
Tanggung Jawab,Tugas, Fungsi, Kewajiban dan Kewenangan
Pasal 9

(1)
(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dewan Pengawas bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah Provinsi;
Dewan Pengawas bertugas melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan
Rumah Sakit yang dilakukan oleh Pejabat Pengelola sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
Dewan Pengawas berfungsi sebagai pelaksana yang melaksanakan peran Gubernur dalam
bidang pengawasan dan pembinaan yang dapat menjamin perkembangan dan kemajuan
Rumah Sakit.
Dewan Pengawas berkewajiban :
a. memberikan pendapat dan saran kepada Gubernur mengenai Rencana Bisnis Anggaran
yang diusulkan oleh Pejabat Pengelola ;
b. mengikuti perkembangan kegiatan rumah sakit dan memberikan pendapat serta saran
kepada Gubernur mengenai setiap masalah yang dianggap penting bagi pengelolaan
rumah sakit ;
c. melaporkan kepada Gubernur tentang kinerja rumah sakit ;
d. memberikan nasehat kepada Direksi dalam melaksanakan pengelolaan rumah sakit ;
e. melakukan evaluasi dan penilaian kinerja baik keuangan maupun non keuangan, serta
memberikan saran dan catatan-catatan penting untuk ditindaklanjuti oleh Direksi rumah
sakit; dan
f. memonitor tindak lanjut hasil evaluasi dan penilaian kinerja.
Dewan Pengawas berwenang ;
a. memeriksa buku-buku, surat-surat dan dokumen-dokumen ;
b. meminta penjelasan pejabat pengelola ;
c. meminta pejabat pengelola dan/atau pejabat lain sepengetahuan pejabat pengelola untuk
menghadiri rapat Dewan Pengawas ;
d. mengajukan anggaran untuk keperluan tugas-tugas Dewan Pengawas ;
e. mendatangkan ahli, konsultan atau lembaga independen lainnya jika diperlukan.
Dewan Pengawas melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Gubernur secara berkala paling
sedikit 1 (satu) kali dalam satu tahun dan sewaktu-waktu diperlukan.
Paragraf 3
Keanggotaan Dewan Pengawas
Pasal 10

(1)

Anggota Dewan Pengawas terdiri dari unsur-unsur :
a. unsur pemilik rumah sakit;

8

(2)
(3)

(1)
(2)
(3)

b. organisasi profesi;
c. asosiasi perumahsakitan. dan
d. tokoh masyarakat.
Pengangkatan anggota Dewan Pengawas tidak bersamaan waktunya dengan pengangkatan
Direksi.
Kriteria yang dapat diusulkan menjadi Dewan Pengawas yaitu :
a. memiliki dedikasi dan memahami masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan
Rumah Sakit, serta dapat menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan
tugasnya;
b. mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau tidak
pernah menjadi anggota Direksi atau Komisaris, atau Dewan Pengawas yang dinyatakan
bersalah sehingga menyebabkan suatu badan usaha pailit atau orang yang tidak pernah
melakukan tindak pidana yang merugikan daerah; dan
c. mempunyai kompetensi dalam bidang manajemen keuangan, sumber daya manusia dan
mempunyai komitmen terhadap peningkatan kualitas pelayanan publik.
Paragraf 4
Masa Jabatan Dewan Pengawas
Pasal 11
Masa jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan selama 5 (lima) tahun, dan dapat
diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya.
Anggota Dewan Pengawas dapat diberhentikan sebelum waktunya oleh Gubernur;
Pemberhentian anggota Dewan Pengawas sebelum waktunya apabila :
a tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik;
b tidak melaksanakan ketentuan perundang-undangan;
c terlibat dalam tindakan yang merugikan Rumah Sakit ; atau
d dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan tindak pidana dan/atau kesalahan yang
berkaitan dengan tugasnya melaksanakan pengawasan atas Rumah Sakit.
Paragraf 5
Sekretaris Dewan Pengawas
Pasal 12

(1)
(2)

Gubernur dapat mengangkat Sekretaris Dewan Pengawas untuk mendukung kelancaran
tugas Dewan Pengawas;
Sekretaris Dewan Pengawas bukan merupakan anggota Dewan Pengawas.
Paragraf 6
Biaya Dewan Pengawas
Pasal 13

Segala biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas Dewan Pengawas termasuk honorarium
Anggota dan Sekretaris Dewan Pengawas dibebankan pada Rumah Sakit dan dimuat dalam
Rencana Bisnis Anggaran.

9

Bagian Keenam
Pejabat Pengelola
Paragraf 1
Komposisi Pejabat Pengelola
Pasal 14
Pejabat Pengelola Rumah Sakit adalah Pimpinan Rumah Sakit yang bertanggung jawab terhadap
kinerja operasional Rumah Sakit, terdiri atas :
1 Pemimpin, selanjutnya disebut Direktur Utama;
2 Pejabat Umum dan Keuangan, selanjutnya disebut Direktur Umum, Keuangan dan penunjang
medik; dan
3 Pejabat Teknis, selanjutnya disebut Direktur Pelayanan dan Keperawatan
.
Pasal 15
Direktur Utama bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah terhadap
operasional dan keuangan Rumah Sakit secara umum dan keseluruhan.
Pasal 16
Semua Direktur bertanggung jawab kepada Direktur Utama sesuai bidang tanggung jawab masingmasing.
Pasal 17
(1) Komposisi Pejabat Pengelola Rumah Sakit dapat dilakukan perubahan, baik jumlah maupun
jenisnya, setelah melalui analisis organisasi guna memenuhi tuntutan perubahan
(2) Perubahan komposisi Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan
Gubernur.
Paragraf 2
Pengangkatan Pejabat Pengelola
Pasal 18
(1) Pengangkatan dalam jabatan dan penempatan Pejabat Pengelola Rumah Sakit ditetapkan
berdasarkan kompetensi dan kebutuhan praktik bisnis yang sehat;
(2) Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keahlian berupa pengetahuan,
keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam tugas jabatan;
(3) Kebutuhan praktik bisnis yang sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kesesuaian
antara kebutuhan jabatan, kualitas dan kualifikasi sesuai kemampuan keuangan Rumah Sakit;
(4) Pejabat pengelola Rumah Sakit diangkat dan diberhentikan dengan Keputusan Gubernur.
Pasal 19
(1) Dalam hal Direktur Utama berasal dari unsur Pegawai Negeri Sipil (PNS), maka yang
bersangkutan merupakan pengguna anggaran dan barang daerah;
(2) Dalam hal Direktur Utama berasal dari unsur non Pegawai Negeri Sipil, maka yang bersangkutan
bukan merupakan pengguna anggaran dan barang daerah;
(3) Dalam hal Direktur Utama bukan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
maka yang menjadi pengguna anggaran dan barang daerah adalah Direktur Umum dan Keuangan
yang berasal dari unsur Pegawai Negeri Sipil.

10

Paragraf 3
Persyaratan menjadi Direktur Utama dan Direktur
Pasal 20
Syarat untuk menjadi Direktur Utama Rumah Sakit sebagai berikut :
a seorang tenaga medis yang memenuhi kriteria keahlian, intregritas, kepemimpinan dan
pengalaman di bidang perumahsakitan;
b. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan usaha guna kemandirian
Rumah Sakit;
c. mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah menjadi pemimpin perusahaan yang
dinyatakan pailit;
d. berstatus Pegawai Negeri Sipil dan atau Non Pegawai Negeri Sipil;
e. bersedia membuat Surat Pernyataan Kesanggupan untuk menjalankan praktik bisnis yang sehat
di Rumah Sakit;
f. memenuhi syarat administrasi kepegawaian bagi Direktur Utama yang berstatus Pegawai
Negeri Sipil.
Pasal 21
Syarat untuk dapat diangkat menjadi Direktur Umum dan Keuangan sebagai berikut :
a. memenuhi kriteria keahlian, integritas, kepemimpinan dan pengalaman di bidang keuangan
dan/atau akutansi;
b berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan usaha guna kemandirian
keuangan;
c mampu melaksanakan koordinasi di lingkup umum dan administrasi Rumah Sakit ;
d. mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah menjadi pemegang keuangan
perusahaan yang dinyatakan pailit;
e berstatus PNS ;
f. bersedia membuat surat pernyataan kesanggupan untuk menjalankan prinsip pengelolaan
keuangan yang sehat di Rumah Sakit;
g memenuhi syarat administrasi kepegawaian bagi yang berasal dari PNS
Pasal 22
Syarat untuk dapat diangkat menjadi Direktur Pelayanan dan Keperawatan sebagai berikut :
a. seorang dokter / dokter gigi yang memenuhi kriteria keahlian, integritas, kepemimpinan dan
pengalaman di bidang pelayanan;
b berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan pelayanan yang profesional;
c mampu melaksanakan koordinasi di lingkup pelayanan Rumah Sakit;
d. berstatus PNS atau Non PNS;
e. bersedia membuat surat pernyataan kesanggupan untuk menjalankan prinsip pengelolaan
keuangan yang sehat di Rumah Sakit;
f. memenuhi syarat administrasi kepegawaian bagi yang berasal dari PNS.
Paragraf 4
Pemberhentian Direktur Utama dan Direktur
Pasal 23
Direktur Utama dan Direktur dapat diberhentikan karena :
a.
meninggal dunia;
b. berhalangan secara tetap selama 3 (tiga) bulan berturut-turut;

11

c.
d.
e.
f.

tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik;
melanggar misi,kebijakan atau ketentuan-ketentuan lain yang telah digariskan;
mengundurkan diri karena alasan yang patut;dan
terlibat dalam suatu perbuatan melanggar hukum yang ancaman hukuman pidananya 5 (lima)
tahun lebih.
Paragraf 5
Tugas dan Kewajiban , Fungsi dan Tanggung Jawab
Direktur Utama dan Direktur
Pasal 24

Tugas dan Kewajiban Direktur Utama sebagai berikut :
a.
memimpin dan mengurus Rumah Sakit sesuai dengan tujuan Rumah Sakit yang telah
ditetapkan dengan senantiasa berusaha meningkatkan daya guna dan hasil guna;
b. memelihara,menjaga dan mengelola kekayaan Rumah Sakit;
c.
mewakili Rumah Sakit di dalam dan di luar Pengadilan;
d. melaksanakan kebijakan pengembangan usaha dalam mengelola Rumah Sakit sebagaimana
yang telah digariskan;
e.
melaksanakan pengelolaan Rumah Sakit yang berwawasan lingkungan;
f.
menyiapkan Rencana Strategi Bisnis (RSB) dan Rencana Bisnis Anggaran (RBA) Rumah
Sakit;
g. mengadakan dan memelihara pembukuan serta administrasi Rumah Sakit sesuai ketentuan
yang berlaku;
h. menyiapkan laporan tahunan dan laporan berkala;
i.
menyampaikan dan mempertanggungjawabkan kinerja operasional serta keuangan Rumah
Sakit.
Pasal 25
Fungsi Direktur Utama sebagai berikut :
a. perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan kesehatan;
b. pelayanan penunjang dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang pelayanan
kesehatan;
c. penyusunan rencana dan program,monitoring,evaluasi dan pelaporan di bidang pelayanan
kesehatan;
d. pelayanan medis;
e. pelayanan keperawatan;
f. pelayanan penunjang medis dan non medis;
g. pelayanan rujukan;
h. pelaksanaan pendidikan dan pelatihan;
i. pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta pengabdian masyarakat;
j. pengelolaan akutansi dan keuangan;dan
k. pengelolaan urusan kepegawaian, hukum, hubungan masyarakat, organisasi dan tata laksana,
serta rumah tangga, perlengkapan dan umum.
Pasal 26
Wewenang Direktur Utama sebagai berikut:
a.
memberikan perlindungan kepada dokter dengan mengikutsertakan dokter pada asuransi
tanggunggugat profesional;
b. menetapkan kebijakan operasional Rumah Sakit;
c.
menetapkan peraturan, pedoman, petunjuk teknis dan prosedur tetap Rumah Sakit;

12

d.
e
f.
g
h
i
j.
k.
l
m

mengangkat dan memberhentikan pegawai Rumah Sakit sesuai peraturan perundang-undangan;
menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan hak dan kewajiban pegawai Rumah Sakit sesuai
ketentuan perundang-undangan;
memberikan penghargaan pegawai, karyawan dan profesional yang berprestasi tanpa atau
dengan sejumlah uang yang besarnya tidak melebihi ketentuan yang berlaku;
memberikan sanksi yang bersifat mendidik sesuai dengan peraturan yang berlaku;
memberikan pertimbangan usulan pengangkatan dan pemberhentian Direktur kepada
Gubernur;
mendatangkan ahli, profesional , konsultan atau lembaga independen manakala diperlukan;
menetapkan organisasi pelaksana dan organisasi pendukung dengan uraian tugas masingmasing;
menandatangani perjanjian dengan pihak lain untuk jenis perjanjian yang bersifat teknis
operasional pelayanan;
mendelegasikan sebagian kewenangan kepada jajaran dibawahnya;dan
meminta pertanggung jawaban pelaksanaan tugas dari semua Direktur.
Pasal 27

Tugas dan kewajiban Direktur Umum dan Keuangan dan Penunjang Medik sebagai berikut :
a. mengkoordinasikan penyusunan Rencana Bisnis Anggaran;
b. menyiapkan Daftar Pelaksanaan Anggaran Rumah Sakit;
c. melakukan pengelolaan pendapatan dan biaya;
d. menyelenggarakan pengelolaan kas;
e. melakukan pengelolaan utang-piutang
f. menyelenggarakan sistem informasi manajemen keuangan;
g. menyelenggarakan akutansi dan penyusunan laporan keuangan;
h. mengkoordinasikan pengelolaan sistem remunerasi, pola tarif dan pelayanan administrasi;
i. mengkoordinasikan pelaksanaan serta pemantauan pelaksanaan bekerjasama dengan Satuan
Pengawas Internal;
j. menyusun kebijakan pengelolaan barang,aset tetap dan investasi;
k. menyusun rencana kegiatan di bidang umum dan administrasi Rumah Sakit;
l. melaksanakan kegiatan di bidang umum dan administrasi sesuai dengan RBA;
m. memonitor pelaksanaan kegiatan di bidang umum dan administrasi;
n. mempertanggungjawabkan kinerja operasional di bidang umum dan administrasi;dan
o. mempertanggung jawabkan kinerja operasional di bidang penunjang medis dan non medis;dan
p. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur Utama.
Pasal 28
Fungsi Direktur Umum dan Keuangan dan Penunjang Medik sebagai berikut :
a. pengoordinasian penyiapan perumusan kebijakan teknis pelaksanaan
administrasi dan teknis di bidang anggaran dan perbendaharaan;
b. pengoordinasian penyiapan perumusan kebijakan teknis, pelaksanaan
administrasi dan teknis di bidang akutansi dan verifikasi;
c. pengoordinasian penyiapan perumusan kebijakan teknis, pelaksanaan
administrasi dan teknis di bidang pengelolaan pendapatan;
d. pengoordinasian penyiapan perumusan kebijakan teknis, pelaksanaan
administrasi dan teknis di bidang perencanaan;
e. pengoordinasian penyiapan perumusan kebijakan teknis, pelaksanaan
administrasi dan teknis di bidang kesekretariatan;
f. pengoordinasian penyiapan perumusan kebijakan teknis, pelaksanaan

dan pelayanan
dan pelayanan
dan pelayanan
dan pelayanan
dan pelayanan
dan pelayanan

13

g.
h.

administrasi dan teknis di bidang organisasi dan kepegawaian;
pengoordinasian penyiapan perumusan kebijakan teknis, pelaksanaan dan pelayanan
administrasi dan teknis di bidang pendidikan dan penelitian;dan
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Direktur Utama sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Pasal 29

Tugas dan kewajiban Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan sebagai berikut:
a.
menyusun rencana pelayanan medis dan keperawatan dengan mempertimbangkan rekomendasi
dari komite-komite yang ada di Rumah Sakit;
b. melaksanakan kegiatan pelayanan medik,dan keperawatan;
c.
memonitor pelaksanaan kegiatan pelayanan medis,dan keperawatan;
d. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Direktur Utama.
Pasal 30
Fungsi Direktur Pelayanan Medis dan Keperawatan sebagai berikut :
a.
pengkoordinasian penyiapan perumusan kebijakan teknis, pelaksanaan dan pelayanan
administrasi dan teknis di bidang pelayanan medis ;
b. pengkoordinasian penyiapan perumusan kebijakan teknis, pelaksanaan dan pelayanan
administrasi dan teknis di bidang pelayanan keperawatan;
c.
pengkoordinasian penyiapan perumusan kebijakan teknis, pelaksaaan dan pelayanan
administrasi dan teknis di bidang pelayanan penunjang;dan
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh direktur sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Bagian Ketujuh
Organisasi Pelaksana
Paragraf 1
Instalasi
Pasal 31
(1) Penyelenggaraan kegiatan pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan
pengembangan kesehatan, dibentuk instalasi yang merupakan unit pelayanan non struktural;
(2) Pembentukan instalasi ditetapkan dengan keputusan Direktur Utama;
(3) Instalasi dipimpin oleh Kepala Instalasi yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama;
(4) Dalam melaksanakan kegiatan operasional pelayanan wajib berkoordinasi dengan bidang atau
seksi terkait; dan
(5) Kepala instalasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenaga fungsional dan atau tenaga
non fungsional.
Pasal 32
(1) Pembentukan dan perubahan instalasi didasarkan atas analisis organisasi dan kebutuhan;
(2) Pembentukan dan perubahan jumlah dan jenis instalasi dilaporkan secara tertulis kepada
Gubernur.
Pasal 33
Kepala Instalasi mempunyai tugas dan kewajiban merencanakan, melaksanakan, memonitor dan
mengevaluasi serta melaporkan kegiatan pelayanan di instalasinya masing-masing.
Paragraf 2
Kelompok Jabatan Fungsional
Pasal 34

14

(1) Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang terbagi atas berbagai
kelompok jabatan fungsional sesuai bidang keahliannya;
(2) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan
kebutuhan dan beban kerja yang ada;
(3) Kelompok jabatan fungsional bertugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional
masing-masing yang berlaku;
(4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Paragraf 3
Staf Medis Fungsional
Pasal 35
(1) Staf Medis Fungsional adalah kelompok dokter yang bekerja di bidang medis dalam jabatan
fungsional;
(2) Staf Medis Fungsional mempunyai tugas melaksanakan diagnosis, pengobatan, pencegahan
akibat penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan, penyuluhan, pendidikan, pelatihan,
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran;
(3) Dalam melaksanakan tugasnya, staf medis fungsional menggunakan pendekatan tim dengan
tenga profesi terkait.
Bagian Kedelapan
Organisasi Pendukung
Paragraf 1
Satuan Pengawas Intern
Pasal 36
Guna membantu Direktur Utama dalam bidang pengawasan internal dan monitoring dibentuk Satuan
Pengawas Intern.
Pasal 37
(1) Tugas pokok Satuan Pengawas Intern sebagai berikut :
a. pengawasan terhadap pelaksanaan operasional Rumah Sakit;
b. menilai pengendalian pengelolaan/pelaksanaan kegiatan Rumah Sakit;dan
c. memberikan saran perbaikan kepada Direktur Utama.
(2) Fungsi Satuan Pengawas Intern sebagai berikut :
a. melakukan pengawasan terhadap segala kegiatan di lingkungan Rumah Sakit;
b. melakukan penelusuran kebenaran laporan atau informasi tentang penyimpangan yang
terjadi;dan
c. melakukan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat pengawas fungsional.
(3) Satuan Pengawas Intern berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
(4) Satuan Pengawas Intern dibentuk dan ditetapkan dengan keputusan Direktur Utama.
Paragraf 2
Komite Medis
Pasal 38
(1) Direktur Utama dalam mengawal dan menjamin mutu pelayanan medis agar sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit dan untuk memberi wadah bagi profesional medis dibentuk
Komite Medis.
(2) Komite Medis mempunyai otoritas tertinggi dalam organisasi Staf Medis.
(3) Susunan, fungsi, tugas dan kewajiban, serta tanggung jawab dan kewenangan Komite Medis
diuraikan lebih lanjut dalam Bab Pola Tata Kelola Staf Medis.

15

Paragraf 3
Komite Keperawatan
Pasal 39
Direktur Utama dalam menyusun Standar Pelayanan Keperawatan dan memantau pelaksanaannya,
mengatur kewenangan (previlege) perawat dan bidan, mengembangkan pelayanan keperawatan,
program pendidikan, pelatihan dan penelitian serta mengambangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan maka dibentuk Komite Keperawatan.
Pasal 40
(1) Komite Keperawatan merupakan badan non struktural yang berada dibawah serta bertanggung
jawab kepada Direktur Utama;
(2) Susunan Komite Keperawatan terdiri dari seorang Ketua, seorang Wakil Ketua dan seorang
Sekretaris yang kesemuanya merangkap anggota serta anggota sejumlah 4 orang.
(3) Komite Keperawatan dibentuk dan ditetapkan dengan keputusan Direktur Utama setelah
mempertimbangkan usulan dari Direktur Pelayanan Medis dan keperawatan.
Pasal 41
Dalam menjalankan tugasnya Komite Keperawatan wajib menjalin kerjasama yang harmonis dengan
Komite Medis, Manajemen Keperawatan dan Instalasi terkait.
Bagian Kesembilan
Tata Kerja
Pasal 42
Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan Rumah Sakit wajib menerapkan prinsip koordinasi,
integrasi, sinkronisasi dan Cross fungctional approach secara vertikal dan horisontal baik di
lingkungannya serta dengan instalasi lain sesuai tugas masing-masing.
Pasal 43
Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengawasi bawahannya masing-masing dan apabila terjadi
penyimpangan,wajib mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan ketentuan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 44
Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggungjawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahan dan
memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.
Pasal 45
Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab
kepada atasan serta menyampaikan laporan berkala pada waktunya.
Pasal 46
Setiap laporan yang diterima oleh setiap pimpinan satuan organisasi dari bawahan wajib diolah dan
dipergunakan sebagai bahan perubahan untuk menyusun laporan lebih lanjut dan untuk memberikan
petunjuk kepada bawahannya.

16

Pasal 47
Direktur, Kepala Bagian, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian, Kepala Seksi, Kepala Instalasi wajib
menyampaikan laporan berkala kepada atasannya.
Pasal 48
Dalam menyampaikan laporan kepada atasannya, tembusan laporan lengkap dengan semua
lampirannya disampaikan pula kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai
hubungan kerja.
Pasal 49
Setiap pimpinan satuan organisasi dibantu oleh Kepala satuan organisasi di bawahnya dan dalam
rangka pemberian bimbingan dan pembinaan kepada bawahan masing-masing wajib mengadakan
rapat berkala.
Bagian Kesepuluh
Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Paragraf 1
Tujuan Pengelolaan
Pasal 50
Pengelolaan Sumber Daya Manusia merupakan pengaturan dan kebijakan yang jelas mengenai
Sumber Daya Manusia yang berorientasi pada pemenuhan secara kuantitatif dan kualitatif untuk
mendukung pencapaian tujuan organisasi secara efisien.
Pasal 51
(1)
(2)
(3)
(4)

Sumber Daya Manusia Rumah Sakit berasal dari PNS dan Non PNS.
Penerimaan pegawai Rumah Sakit dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Ourtsourching pegawai dilaksanakan berdasarkan kebutuhan tenaga yang ditetapkan oleh
Direktur Utama dan dilakukan oleh Komite Kredensial sesuai ketentuan yang berlaku.
Kerja sama Operasional dilaksanakan sesuai kebutuhan dan dilakukan oleh Direktur Utama
dengan pihak ketiga.
Paragraf 2
Penghargaan dan Sanksi
Pasal 52

Untuk mendorong motivasi kerja dan produktivitas pegawai maka Rumah Sakit menerapkan
kebijakan tentang imbal jasa bagi pegawai yang mempunyai kinerja baik dan sanksi bagi pegawai
yang tidak memenuhi ketentuan atau melanggar peraturan yang ditetapkan.
Pasal 53
Kenaikan pangkat PNS merupakan penghargaan yang diberikan atas prestasi kerja dan pengabdian
pegawai yang bersangkutan terhadap negara berdasarkan sistem kenaikan pangkat reguler dan
kenaikan pangkat pilihan sesuai ketentuan yang berlaku.
Pasal 54
(1) Kenaikan pangkat reguler diberikan kepada PNS yang tidak menduduki jabatan struktural atau
fungsional tertentu, termasuk PNS yang :
a. melaksanakan Tugas Belajar dan sebelumnya tidak menduduki jabatan struktural atau
fungsional tertentu; atau
b. dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh di luar instansi induk dan tidak menduduki
17

jabatan pimpinan yang telah ditetapkan persamaan eselonnya atau jabatan fungsional
tertentu.
(2) Kenaikan pangkat pilihan adalah penghargaan yang diberikan kepada PNS yang menduduki
jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu.
Pasal 55
(1)
(2)

Rotasi PNS dilaksanakan dengan tujuan untuk peningkatan kinerja dan pengembangan karir;
Rotasi dilaksanakan dengan mempertimbangkan :
a. penempatan seseorang pada pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan
keterampilannya ;
b. masa kerja di unit tertentu ;
c. pengalaman pada bidang tugas tertentu;
d. kegunaannya dalam menunjang karir;dan
e. kondisi fisik dan psikis pegawai.
Paragraf 3
Pengangkatan Pegawai
Pasal 56

(1)
(2)

Pegawai Rumah Sakit berasal dari PNS dan Non PNS diangkat sesuai dengan kebutuhan;
Pengangkatan pegawai Rumah Sakit disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku;
Paragraf 4
Disiplin Pegawai
Pasal 57

(1)

(2)

Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian
perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan
ketertiban yang dituangkan dalam:
a. daftar hadir;
b. laporan kegiatan; dan
c. daftar penilaian pekerjaan pegawai (DP3).
Tingkatan dan jenis hukuman disiplin pegawai, meliputi :
a. Hukuman disiplin ringan, terdiri dari teguran lisan,teguran tertulis dan pernyataan tidak
puas secara tertulis;
b. Hukuman disiplin sedang, yang terdiri dari penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling
lama 1 (satu) tahun,penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling
lama 1 (satu) tahun dan penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 (satu) tahun;
c. Hukuman disiplin berat yang terdiri dari penurunan pangkat setingkat lebih rendah untuk
paling lama 1 (satu) tahun,pembebasan dari jabatan,pemberhentian dengan hormat tidak
atas permintaan sendiri sebagai PNS dan pemberhentian tidak hormat sebagai PNS.
Paragraf 5
Pemberhentian Pegawai
Pasal 58

Pemberhentian pegawai diatur menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang
pemberhentian PNS.

18

Bagian Kesebelas
Remunerasi
Pasal 59
Remunerasi adalah imbalan kerja yang dapat diberikan jasa pelayanan kepada Dewan Pengawas,
Pejabat Pengelola Rumah Sakit dan Pegawai Rumah Sakit berupa tunjangan tetap, honorarium,
insentif, bonus atas prestasi, pesangon, dan atau pensiun yang diberikan kepada Dewan Pengawas,
Pejabat Pengelola Rumah Sakit dan Pegawai Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Gubernur.
Pasal 60
(1)

(2)

(3)
(4)

Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, Sekretaris Dewan Pengawas dan pegawai Rumah Sakit
dapat diberikan remunerasi sesuai dengan tingkat tanggung jawab dan tuntutan
profesionalisme yang diperlukan;
Remunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan imbalan kerja yang dapat
berupa gaji, tunjangan tetap, honorarium, insentif, bonus atas prestasi, pesangon dan/atau
pensiun;
Remunerasi bagi Dewan Pengawas dan Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), diberikan dalam bentuk honorarium; dan
Remunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Rumah Sakit ditetapkan oleh
Gubernur berdasarkan usulan Direktur Utama melalui Sekretaris Daerah.
Pasal 61

(1)

(2)

Penetapan remunerasi Direktur Utama dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai
berikut:
a. Ukuran (size) dan jumlah aset yang dikelola Rumah Sakit,tingkat pelayanan serta
produktivitas;
b. Pertimbangan persamaannya dengan badan pelayanan sejenis
c. Kemampuan pendapatan Rumah Sakit; dan
d. Kinerja operasional Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Gubernur dengan
mempertimbangkan antara lain indikator keuangan, pelayanan,mutu dan manfaat bagi
masyarakat.
Remunerasi Pejabat Keuangan dan Pejabat Teknis ditetapkan paling banyak sebesar 90 %
(sembilan puluh persen) dari remunerasi Direktur Utama.
Pasal 62

Honorarium Dewan Pengawas ditetapkan sebagai berikut :
(1) Honorarium Ketua Dewan Pengawas paling banyak sebesar 40% (empat puluh persen) dari
gaji Direktur Utama;
(2) Honorarium anggota Dewan Pengawas paling banyak sebesar 35% (tiga puluh lima persen)
dari gaji Direktur Utama;
(3) Honorarium Sekretaris Dewan Pengawas paling banyak sebesar 15% (lima belas persen dari
gaji Direktur Utama.
Pasal 63
(1)

Remunerasi bagi Pejabat Pengelola dan pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat
(1), dapat dihitung berdasarkan indikator penilaian :
a.
pengalaman dan masa kerja (basic index);

19

(2)

b. keterampilan, ilmu pengetahuan dan perilaku (competency index);
c.
resiko kerja (risk index);
d. tingkat kegawatdaruratan (emergency index);
e.
jabatan yang disandang (position index); dan
f.
hasil/capaian kerja (performance index).
Bagi Pejabat Pengelola dan pegawai Rumah Sakit, gaji pokok dan tunjangan mengikuti
peraturan perundang-undangan tentang gaji dan tunjangan PNS serta dapat diberikan
tambahan penghasilan sesuai remunerasi yang ditetapkan oleh Gubernur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 59
Pasal 64

(1)

(2)

Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas dan Sekretaris Dewan Pengawas yang diberhentikan
sementara dari jabatannya memperoleh penghasilan sebesar 50% (lima puluh persen) dari
remunerasi/honorarium bulan terakhir yang berlaku sejak tanggal diberhentikan sampai
dengan ditetapkannya keputusan definitif tentang jabatan yang bersangkutan;
Bagi Pejabat Pengelola berstatus PNS yang diberhentikan sementara dari jabatannya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memperoleh penghasilan sebesar 50% (lima puluh
persen) dari remunerasi bulan terakhir di Rumah Sakit sejak tanggal diberhentikan atau
sebesar gaji PNS berdasarkan surat keputusan pangkat terakhir.
Bagian Kedua Belas
Standar Pelayanan Minimal
Pasal 65

(1)

(2)
(3)

Untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan dan kualitas pelayanan umum yang diberikan
oleh Rumah Sakit, Gubernur menetapkan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit dengan
Peraturan Gubernur;
Standar Pelayanan Minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diusulkan oleh
pimpinan Rumah Sakit;dan
Standar Pelayanan Minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mempertimbangkan
kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan serta kemudahan untuk mendapatkan
layanan.
Pasal 66

(1)

(2)
(3)
(4)
(5)

Standar Pelayanan Minimal harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a.
fokus pada jenis pelayanan;
b. terukur;
c.
dapat dicapai;
d. relevan dan dapat diandalkan;dan
e.
tepat waktu
Fokus pada jenis pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mengutamakan
kegiatan pelayanan yang menunjang terwujudnya tugas dan fungsi Rumah Sakit;
Terukur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan kegiatan yang
pencapaiannya dapat dinilai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan;
Dapat dicapai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan kegiatan nyata, dapat
dihitung tingkat pencapaiannya,rasional,sesuai kemampuan dan tingkat pemanfaatannya;
Relevan dan dapat diandalkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan
kegiatan yang sejalan,berkaitan dan dapat dipercaya untuk menunjang tugas dan fungsi
Rumah Sakit;dan

20

(6)

Tepat waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e merupakan kesesuaian jadwal dan
kegiatan pelayanan yang telah ditetapkan.
Bagian Ketiga Belas
Pengelolaan Keuangan
Pasal 67

Pengelolaan keuangan Rumah Sakit berdasarkan pada prinsip efektifitas, efisiensi dan produktivitas
dengan berasaskan akutabilitas dan transparansi.
Pasal 68
Dalam rangka penerapan prinsip dan asas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67, maka dalam
penatausahaan keuangan diterapkan sistim akutansi berbasis akrual (SAK) dan standar akuntansi
pemerintahan (SAP).
Pasal 69
Subsidi dari pemerintah untuk pembiayaan Rumah Sakit dapat berupa biaya gaji, biaya pengadaan
barang modal dan biaya pengadaan barang serta jasa.
Bagian Keempat Belas
Tarif Pelayanan
(1)
(2)

(3)
(4)

Pasal 70
Rumah Sakit dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang
dan/atau jasa layanan yang diberikan;
Imbalan atas barang dan/atau jasa layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya satuan per unit layanan atau
hasil per investasi dana;
Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk imbal hasil yang wajar dari investasi
dana dan untuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya per unit layanan; dan
Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa besaran tarif dan/atau pola
tarif sesuai jenis layanan Rumah Sakit.
Pasal 71

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Tarif layanan Rumah Sakit kelas III ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
Tarif layanan Rumah Sakit selain kelas III diusulkan oleh Direktur Utama kepada Gubernur;
Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Gubernur;
Penetapan tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempertimbangkan
kontinuitas dan pengembangan layanan, daya beli masyarakat serta kompetisi yang sehat;
Gubernur dalam menetapkan besaran tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
membentuk tim;
Pembentukan tim sebagaimana dimaksud pada ayat (5) keanggotaannya berasal dari
pembina teknis; pembina keuangan; unsur perguruan tinggi; dan lembaga profesi.
Pasal 72

(1)
(2)
(3)

Peraturan Gubernur mengenai tarif layanan Rumah Sakit dapat dilakukan perubahan .sesuai
kebutuhan dan perkembangan keadaan;
Perubahan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara keseluruhan
ataupun per unit layanan;dan
Proses perubahan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) berpedoman kepada
ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku.

21

Bagian Kelima Belas
Pendapatan dan Biaya
Paragraf 1
Pendapatan
Pasal 73
Pendapatan Rumah Sakit dapat bersumber dari:
a. jasa layanan;
b. hibah;
c. hasil kerja sama dengan pihak lain;
d. APBD Provinsi;
e. APBN ; dan
f. lain-lain pendapatan yang sah.
Pasal 74
(1) Pendapatan Rumah Sakit yang bersumber dari jasa layanan dapat berupa imbalan yang
diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada pasien;
(2) Pendapatan Rumah Sakit yang bersumber dari hibah dapat berupa hibah terikat dan hibah
tidak terikat;
(3) Hasil kerjasama dengan pihak lain dapat berupa perolehan dari kerja sama operasional, sewa
menyewa dan usaha lainnya yang mendukung tugas dan fungsi Rumah Sakit;
(4) Pendapatan Rumah Sakit yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Provinsi dapat berupa pendapatan