Perda No. 15 Tahun 2013 tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Kelurahan

PERATURAN DAERAH
KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN
NOMOR 15 TAHUN 2013
TENTANG
LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN,
Menimbang

Mengingat

: a.

bahwa dengan telah di aturnya Lembaga Kemasyarakatan di
Desa dan Kelurahan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72
Tahun 2005 tentang Desa dan Peraturan Pemerintah Nomor 73
Tahun 2005 tentang Kelurahan dan sebagai tindak lanjut dari
Pasal 31 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007,
perlu
memberikan
Pedoman

Penataan
Lembaga
Kemasyarakatan Desa dan Kelurahan dalam wilayah
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan;

b.

bahwa dalam upaya memberdayakan masyarakat, maka
dipandang perlu untuk terus mengoptimalkan peran lembaga
kemasyarakatan ditingkat Desa maupun Kelurahan, sehingga
diharapkan lembaga ini kedepan dapat berpartisipasi aktif
dalam
keikutsertaannya
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat;

c.

bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan b di atas, perlu

membentuk Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu
Selatan tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan
Kelurahan;

: 1.

Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;

2.

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2003 tentang Pembentukan
KabupatenOgan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan
Komering Ulu Selatan dan Kabupaten Ogan Ilir di Provinsi
Sumatera Selatan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2003 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4347);

3.


Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
282

4.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

5.


Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);

6.

Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang
Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4588);

7.

Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593);

8.


Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4741);

9.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang
Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan;

10. Peraturan Menteri Sosial Nomor : 77/HUK/2010 tentang
Pedoman Dasar Karang Taruna;
11. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 60);
12. Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan
Nomor 32 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten

Ogan Komering Ulu Selatan (Lembaran Daerah Kabupaten
Ogan Komering Ulu Selatan Tahun 2008 Nomor 32)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Nomor 1 Tahun 2011
(Lembaran Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan
Tahun 2011 Nomor 1);
13. Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan
Nomor 33 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan
Tata Kerja Pemerintah Kecamatan dalam Kabupaten Ogan
Komering Ulu Selatan (Lembaran Daerah Kabupaten Ogan
Komering Ulu Selatan Tahun 2008 Nomor 33);
14. Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan
Nomor 34 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan
Tata Kerja Pemerintah Kelurahan dalam Kabupaten Ogan
Komering Ulu Selatan (Lembaran Daerah Kabupaten Ogan
Komering Ulu Selatan Tahun 2008 Nomor 34);

283

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN
dan
BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN
DESA DAN KELURAHAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Kabupaten adalah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan.
2. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Ogan
Komering Ulu Selatan.
3. Bupati adalah Bupati Ogan Komering Ulu Selatan.
4. Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Ogan Komering Ulu Selatan.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut
DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Ogan Komering Ulu Selatan.

6. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Ogan
Komering Ulu Selatan.
7. Kecamatan adalah Wilayah kerja Camat sebagai perangkat
Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, yang dipimpin
oleh Camat.
8. Camat adalah Kepala Kecamatan di lingkungan Kabupaten
Ogan Komering Ulu Selatan.
9. Desa atau yang disebut dengan nama lainadalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
10. Pemerintahan
Desa
adalah
penyelengaraan
urusan
pemerintahan
oleh

Pemerintah
Desa
dan
Badan
Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan
adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati
dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
11. Pemerintah Desa atau yang disebut nama lain adalah Kepala
Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan desa.
12. Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat Daerah
Kabupaten dalam wilayah kerja Kecamatan.
13. Badan Permusyarawatan Desa yang selanjutnya disingkat BPD
adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam
penyelenggaraan
Pemerintahan
Desa
sebagai

unsur
penyelenggara Pemerintahan Desa.
14. Peraturan Desa adalah Peraturan Perundang-Undangan yang
dibuat oleh Badan Permusyarawatan Desa bersama dengan
kepala desa.
284

15. Lembaga kemasyarakatan atau yang disebut dengan nama lain
adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai
kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Desa dan Lurah
dalam rangka memberdayakan masyarakat.
16. Rukun Warga untuk selanjutnya disingkat RW atau disebut
dengan nama lain adalah bagian dari kerja lurah dan
merupakan lembaga yang dibentuk melalui musyawarah
pengurus RT di wilayah kerjanya yang ditetapkan oleh
Pemerintah Desa atau Lurah.
17. Rukun Tetangga untuk selanjutnya disingkat RT atau disebut
dengan nama lain adalah lembaga yang dibentuk melalui
musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan
pemerintahan dan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh

Pemerintah Desa atau Lurah.
18. Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa untuk selanjutnya
disingkat LKMD atau Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
untuk selanjutnya disingkat LPM adalah lembaga atau wadah
yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitra
Pemerintah Desa atau Lurah dalam menampung dan
mewujudkan aspirasi serta kebutuhan masyarakat di bidang
pembangunan.
19. Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga untuk
selanjutnya disingkat Gerakan PKK adalah Gerakan Nasional
dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah yang
pengelolaannya dari, oleh dan untuk masyarakat menuju
terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur,
sehat sejahtera, maju dan mandiri, kesetaraan dan keadilan
gender serta kesadaran hukum dan lingkungan.
20. Kesejahteraan Keluarga adalah kondisi tentang terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia dari setiap anggota keluarga secara
material, sosial, mental dan spiritual sehingga dapat hidup
layak sebagai manusia yang bermanfaat.
21. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami dan istri, suami, isteri dan anaknya atau ayah dan
anaknya atau ibu dan anaknya.
22. Program PKK adalah 10 Program Pokok PKK yang merupakan
upaya pemenuhan kebutuhan dasar untuk terwujudnya
pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga.
23. Tim
Penggerak
Pembedayaan
Kesejahteraan
Keluarga
Desa/Kelurahan selanjutnya disebut TP PKK Desa/Kelurahan
adalah lembaga kemasyarakatan sebagai mitra kerja pemerintah
dan organisasi kemasyarakatan lainnya, yang berfungsi sebagai
fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali dan penggerak
pada masing-masing jenjang pemerintahan untuk terlaksananya
program PKK.
24. Badan Penyantun Tim Penggerak PKK adalah badan pendukung
program PKK.
25. Kelompok PKK adalah kelompok-kelompok yang berada di
bawah Tim Penggerak PKK desa atau kelurahan yang dapat
dibentuk berdasarkan kewilayahan atau kegiatan.
26. Kelompok Dasa Wisma adalah kelompok yang berada di bawah
Tim
Penggerak
PKK
Desa/Kelurahan
yang
dibentuk
berdasarkan kewilayahan, Dasa Wisma terdiri dari 10-20
rumah tangga atau sesuai dengan situasi dan kondisi daerah
setempat, dengan susunan keanggotaan seorang ketua dan
Sekretaris yang dipilih sebagai kelompok potensial terdepan
dalam pelaksanaan Program PKK.

285

27. Karang Taruna adalah Lembaga Kemasyarakatan yang
merupakan wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh
dan berkembang atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab
sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda
di wilayah desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat dan
terutama bergerak dibidang usaha kesejahteraan sosial, yang
secara fungsional dibina dan dikembangkan oleh Kementerian
Sosial.
28. Lembaga Adat adalah lembaga kemasyarakatan baik yang
disengaja dibentuk maupun secara wajar telah tumbuh dan
berkembang didalam sejarah masyarakat atau dalam suatu
masyarakat hukum adat tertentu dengan wilayah hukum dan
hak atas harta kekayaan didalam hukum adat tersebut, serta
berhak dan berwenang untuk mengatur, mengurus dan
menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan yang
berkaitan dengan dan mengacu pada adat istiadat dan hukum
adat yang berlaku.
29. Pembinaan adalah pemberian pedoman, standar pelaksanaan,
perencanaan, penelitian, pengembangan, bimbingan, pendidikan
dan pelatihan, konsultasi, supervisi, monitoring, pengawasan
umum
dan
evaluasi
pelaksanaan
penyelenggaraan
pemerintahan desa.
BAB II
BENTUK, MAKSUD DAN TUJUANLEMBAGA KEMASYARAKATAN
Bagian Kesatu
Bentuk Lembaga Kemasyarakatan
Pasal 2
(1) Di setiap desa dan kelurahan dibentuk lembaga kemasyarakatan
sesuai kebutuhan masyarakat.
(2) Bentuk lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat berupa LPM, Tim Penggerak PKK, Karang Taruna,
RT, RW, LembagaAdat dan Lembaga Kemasyarakatan Lainnya.
(3) Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dibentuk atas prakarsa masyarakat melalui musyawarah dan
mufakat.
Bagian Kedua
Maksud dan Tujuan Lembaga Kemasyarakatan
Pasal 3
Maksud dan tujuan lembaga kemasyarakatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat ( 2 ) pada dasarnya untuk :
a. membantu Pemerintah desa dan kelurahan dalam mendorong
masyarakat mewujudkan kesetiaan, ketaatan terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan sebagai mitra dalam
memberdayakan masyarakat desa atau kelurahan; dan
b. membantu
pemerintah
desa
dan
kelurahan
dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan, pembangunan dan tata
kehidupan sosial kemasyarakatan bagi masyarakat desa atau
kelurahan.
286

BAB III
LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Tata Cara Pembentukan
Pasal 4
(1) Disetiap desa atau kelurahan dibentuk 1 (satu) LPM sesuai
kebutuhan masyarakat yang dilakukan secara musyawarah dan
mufakat dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat.
(2) Pembentukan LPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
difasilitasi oleh pemerintah desa atau kelurahan.
(3) Pembentukan LPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan peraturan desa dan diatur oleh bupati untuk
kelurahan.
(4) LPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan di desa
atau kelurahan sebagai salah satu lembaga kemasyarakatan
bersifat lokal, aspiratif, demokratis, yang secara organosatoris
berdiri sendiri.
Bagian Kedua
Tugas, Fungsi dan Kewajiban
Pasal 5
LPM mempunyai tugas antara lain :
a. menyusun rencana pembangunan yang parsipatif;
b. menggerakan swadaya gotong royong masyarakat; dan
c. melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara dan
mengembangkan pembangunan secara parsipatif.
Pasal 6
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
LPM mempunyai fungsi :
a. penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan
masyarakat desa dan kelurahan;
b. pengkoordinasian perencanaan pembangunan;
c. perencanaan kegiatan pembangunan secara partisipatif dan
terpadu; dan
d. penggalian dan pemanfaatan sumber daya untuk kepentingan
pembangunan desa dan kelurahan.
Pasal 7
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 dan Pasal 6 LPM mempunyai kewajiban :
a. menyerap, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat
dalam pembangunan yang bersifat parsipatif;
b. membuat
rencana,
melaksanakan,
melestarikan
dan
mengembangkan hasil-hasil pembangunan secara parsipatif;
287

c. menggerakan swadaya dan gotong royong masyarakat;
d. menghormati, menjaga nilai-nilai sosial budaya atau adat
istiadat yang berlaku di dalam masyarakat;
e. menjunjung tinggi norma dan etika dalam hubungan kerja
dengan pemerintah desa/kelurahan, BPD dan lembaga
kemasyarakatan lainnya;
f. mengutamakan musyawarah mufakat dalam setiap pengambilan
keputusan;
g. memperhatikan, melaksanakan ketentuan dan peraturan
perundang–undangan yang berlaku;
h. menyampaikan hasil pelaksanaan kegiatan kepada kepala desa
atau lurah setiap akhir tahun; dan
i. membantu kelancaran pelaksanaan program pemerintah.

Bagian Ketiga
Kepengurusan
Pasal 8
(1) Pengurus LPM berasal dari anggota masyarakat yang ada di desa
atau kelurahan setempat yang mempunyai kemampuan,
kemauan dan kepedulian untuk membantu pemerintah
desa/kelurahan dalam usaha memberdayakan masyarakat
desa/kelurahan.
(2) Susunan pengurus LPM terdiri dari :
a. ketua;
b. wakil ketua;
c. sekretaris;
d. bendahara; dan
e. seksi-seksi;
1. Seksi Keagamaan;
2. Seksi Ketentraman dan Ketertiban;
3. Seksi Pendidikan, Pemuda, Olahraga dan Kebudayaan;
4. Seksi Pembangunan;
5. Seksi Perekonomian;
6. Seksi Kebersihan, Kesehatan dan Lingkungan Hidup; dan
7. Seksi Kependudukan dan KB, kesejahteraan sosial serta
pemberdayaan perempuan.
(3) Masing-masing seksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
huruf e diatas mempunyai 2 (dua) orang anggota.

Pasal 9
Syarat untuk dapat dipilih sebagai pengurus LPM sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) antara lain :
a. penduduk desa atau kelurahan setempat;
b. warga Negara Republik Indonesia serendah-rendahnya berusia
21 (dua puluh satu) tahun dan/atau telah/pernah kawin;
c. beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
d. setia, taat terhadap Pancasila, Undang – Undang Dasar 1945
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
e. berkelakuan baik, jujur, adil, cakap dan berwibawa;
288

f.
g.
h.
i.

bisa membaca dan menulis;
sehat jasmani dan rohani;
mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian;
tidak boleh merangkap jabatan pada Lembaga Kemasyarakatan
Desa / Kelurahan yang lainnya;
j. bukan merupakan anggota salah satu partai politik; dan
k. dipilih secara musyawarah dan mufakat.
Pasal 10

(1) Calon pengurus LPM diusulkan sebagai hasil musyawarah dari
dan oleh masing-masing dusun atau lingkungan yang ada di
desa atau kelurahan.
(2) Calon pengurus LPM yang diusulkan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dipilih secara musyawarah mufakat oleh
Masyarakat dari desa atau kelurahan.
(3) Dalam melaksanakan pemilihan pengurus LPM sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) pemerintah desa atau kelurahan wajib
memfasilitasi.
(4) Pengurus LPM terpilih ditetapkan dengan keputusan kepala
desa bagi desa atau oleh lurah untuk kelurahan dan
disampaikan kepada camat, kemudian dilantik oleh kepala desa
bagi desa atau oleh lurah untuk kelurahan.
(5) Masa Bhakti pengurus LPM adalah 5 (lima) tahun untuk desa,
dan 3 (tiga) tahun bagi kelurahan terhitung sejak ditetapkan dan
dapat dipilih kembali untuk periode berikutnya.
Pasal 11
(1) Setiap pengurus LPM mempunyai hak :
a. dipilih sebagai pengurus LPM;
b. menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara
dalam rapat LPM; dan
c. mengusulkan diadakan rapat LPM.
(2) Setiap pengurus LPM mempunyai kewajiban :
a. mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang
Dasar 1945 dan mentaati segala peraturan perundangundangan;
b. melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan
organisasi LPM;
c. mempertahankan dan memelihara Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
d. memelihara dan menjaga nama baik LPM;
e. membina dan mengembangkan kerja sama sesama pengurus
LPM dan/atau antara pengurus LPM dengan lembaga
kemasyarakatan
lainnya,
BPD
maupun
pemerintah
desa/kelurahan;
f. menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti
aspirasi masyarakat desa atau kelurahan dibidang
pembangunan;
g. menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat yang
ada di desa atau kelurahan;
289

h. melaksanakan rapat LPM sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan
sekali;
i. melaksanakan hasil keputusan LPM dengan penuh tanggung
jawab; dan
j. mempertanggung jawabkan segala kegiatan LPM kepada
pemerintah
desa/kelurahan
dan
masyarakat
desa/kelurahan.
BAB IV
PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
Bagian Kesatu
Tata Cara Pembentukan
Pasal 12
(1) Di setiap desa atau kelurahan dibentuk 1 (satu) gerakan PKK,
untuk desa ditetapkan dengan peraturan desa dan bagi
kelurahan diatur dengan Peraturan Bupati.
(2) Gerakan PKK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk
sebagai kepanjangan dari gerakan PKK yang ada dijenjang atau
tingkat yang lebih tinggi sesuai peraturan yang berlaku.
(3) Untuk menggerakan, memfasilitasi dan mengkoordinasikan
pelaksanaan kegiatan gerakan PKK, dibentuk Tim Penggerak
PKK di desa atau kelurahan.
(4) Tim Penggerak PKK desa atau kelurahan dapat membentuk
kelompok PKK berdasarkan kewilayahan atau kegiatan, serta
membentuk kelompok dasa wisma.
(5) Gerakan PKK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berkedudukan di desa atau kelurahan sebagai salah satu
lembaga kemasyarakatan yang bersifat nasional dan secara
organisatoris memiliki keterikatan dengan gerakan PKK ditingkat
pusat, provinsi, kabupaten dan kecamatan.

Bagian Kedua
Tugas, Fungsi dan Kewajiban
Pasal 13
PKK mempunyai tugas antara lain :
a. menyusun rencana kerja PKK desa atau kelurahan sesuai
dengan hasil Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Kabupaten;
b. melaksanakan program dan kegiatan PKK desa atau kelurahan
sesuai jadwal yang telah ditetapkan;
c. menyuluh
dan
menggerakan
kelompok-kelompok
PKK
dusun/lingkungan, RT, RW dan dasa wisma;
d. menggali,
menggerakan
dan
mengembangkan
potensi
masyarakat desa atau kelurahan khususnya keluarga yang
bertujuan pada peningkatan kesejahteraan keluarga;
e. melaksanakan kegiatan penyuluhan, pembimbingan, motivasi
kepada keluarga-keluarga di desa atau kelurahan yang
mengarah pada peningkatan kesejahteraan keluarga;
290

f.

mengadakan pembinaan-pembinaan dan bimbingan kepada
kelompok PKK dusun/lingkungan, RT, RW dan dasa wisma
berkaitan dengan pelaksanaan program PKK;
g. melaksanakan dan berpartisipasi aktif terhadap program
pemerintah yang berkaitan dengan kesejahteraan keluarga di
desa atau kelurahan; dan
h. melaporkan hasil kegiatan PKK desa atau kelurahan kepada Tim
Penggerak PKK kecamatan dengan tembusan Dewan Penyantun
Tim Penggerak PKK desa atau kelurahan.
Pasal 14
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13,
PKK mempunyai fungsi antara lain :
a. pemberdayaan dan pengembangan potensi masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarga di desa atau kelurahan;
b. penyuluhan
dan
pembinaan
terhadap
kelompok
PKK
dusun/lingkungan, RT, RW dan dasa wisma;
c. penggerak atau motivator bagi masyarakat desa atau kelurahan
khususnya keluarga agar bersedia dan mampu melaksanakan
program PKK; dan
d. perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan fasilitator kegiatan
program PKK di desa atau kelurahan.
Pasal 15
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 dan Pasal 14, PKK mempunyai kewajiban antara lain:
a. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
b. meningkatkan kesejahteraan keluarga;
c. menggali dan memberdayakan potensi keluarga;
d. melaksanakan 10 (sepuluh) Program Pokok PKK;
e. melaksanakan koordinasi dengan Tim Penggerak PKK jenjang di
atasnya, dan dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya
yang ada di desa atau kelurahan; dan
f. membantu kelancaran pelaksanaan program pemerintah.
Bagian Ketiga
Tim Penggerak PKK
Pasal 16

(1) Bupati dalam menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat
melalui Gerakan PKK membentuk Tim Penggerak PKK di
Kelurahan.
(2) Struktur keanggotaan TP PKK di Desa/Kelurahan terdiri dari :
a. Ketua
: Isteri Kepala Desa/Lurah
b. Wakil Ketua I, II, III : laki-laki atau perempuan bersifat
dan IV, Sekretaris,
suka relayang mampu dan peduli
Bendahara, Anggota
terhadap
upaya
kesejahteraan
keluarga dan tidak mewakili suatu
organisasi, lembaga, dan Partai
Politik.

291

(3) Susunan Keanggotan TP PKK Kelurahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
(4) Dalam hal kepala desa atau lurah seorang perempuan atau tidak
punya istri, maka Ketua Tim Penggerak PKK ditunjuk oleh
kepala desa atau lurah yang bersangkutan.
(5) Anggota Tim Penggerak PKK desa atau kelurahan bersifat
perorangan, sukarela, tidak mewakili organisasi partai politik,
golongan atau lembaga/instansi dan diusulkan oleh Ketua Tim
Penggerak PKK desa atau kelurahan.

Pasal 17
(1) Susunan Keanggotan TP PKK Desa sebagaimana dimaksud pada
Pasal 16 ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
(2) Masa Bhakti Anggota Tim Penggerak PKK adalah 6 (enam) tahun
untuk desa, dan 3 (tiga) tahun bagi kelurahan terhitung sejak
ditetapkan dan dapat dipilih kembali untuk periode berikutnya.
(3) Dalam hal terjadi pergantian Anggota Tim Penggerak PKK
sebelum habis masa bhaktinya sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), maka kepada Anggota Tim Penggerak PKK yang baru
diberikan surat tugas oleh Ketua Tim Penggerak PKK desa atau
kelurahan sampai berakhir masa bhaktinya.
Pasal 18
Syarat untuk dapat diusulkan dan diangkat menjadi anggota Tim
Penggerak PKK:
a. penduduk desa atau kelurahan setempat;
b. warga Negara Republik Indonesia serendah-rendahnya berusia
21 (dua puluh satu) tahun dan/atau telah/pernah kawin;
c. beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Esa;
d. setia dan taat terhadap Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945
serta Negara Kesatuan Republik Indonesia;
e. bisa membaca dan menulis;
f. mempunyai sifat sebagai relawan;
g. peduli terhadap upaya pemberdayaan dan kesejahteraan
keluarga;
h. berkelakuan baik, Jujur, adil, cakap dan berwibawa;
i. menyediakan waktu yang cukup;
j. sehat jasmani dan rohani; dan
k. memiliki kemauan, kemampuan dan etos kerja yang tinggi.
Pasal 19
(1) Tim Penggerak PKK mempunyai hak :
a. menghadiri, menyatakan pendapat dalam berbagai rapat
Gerakan PKK di desa atau kelurahan;
b. menyampaikan
saran
atau
masukan
diluar
rapat
sebagaimana dimaksud pada huruf a, baik diminta atau
tidak diminta; dan

292

c. berinovasi dan mengembangkan kreatifitas diri dalam
mengelola dan mendukung keberhasilan pelaksanaan
kegiatan gerakan PKK di desa atau kelurahan.
(2) Tim Penggerak PKK mempunyai kewajiban :
a. mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang
Dasar 1945 dan mentaati segala peraturan perundangundangan;
b. mempertahankan dan memelihara Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
c. menjaga dan memelihara nama baik gerakan PKK;
d. mematuhi dan melaksanakan kebijakan dan keputusan
rapat Tim Penggerak PKK baik dari tingkat Pusat, Provinsi,
Kabupaten, Kecamatan, Desa dan Kelurahan;
e. menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat yang
berlaku di desa atau kelurahan;
f. berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan atau program
gerakan PKK di desa atau kelurahan; dan
g. mengembangkan dan memelihara kebersamaan sesama Tim
Penggerak PKK dan/atau dengan lembaga kemasyarakatan
lainnya dan pemerintah desa/kelurahan berdasarkan asas
kekeluargaan.
BAB V
KARANG TARUNA
Bagian Kesatu
Tata Cara Pembentukan
Pasal 20
(1) Di setiap desa atau kelurahan dibentuk 1 (satu) karang taruna,
yang ditetapkan dengan peraturan desa bagi desa dan dengan
Peraturan Bupati untuk kelurahan.
(2) Pembentukan karang taruna sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib difasilitasi oleh pemerintah desa atau kelurahan.
(3) Karang taruna sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berkedudukan di desa atau kelurahan sebagai salah satu
lembaga kemasyarakatan yang keanggotaannya tidak membedabedakan asal keturunan, golongan, suku, budaya, jenis kelamin,
kedudukan sosial, politik maupun agama.
(4) Untuk kepentingan pemantapan komunikasi, kerja sama,
pertukaran informasi dan kolaborasi, secara organisatoris
karang taruna desa atau kelurahan memiliki keterikatan dengan
karang taruna yang ada di lingkup Kecamatan, Kabupaten,
Provinsi maupun Nasional.
Bagian Kedua
Tugas, Fungsi dan Kewajiban
Pasal 21
Karang Taruna mempunyai tugas :
a. menyusun rencana kerja karang taruna desa atau kelurahan;

293

b. melaksanakan rencana kerja sebagaimana dimaksud pada huruf
a dan program kerja lainnya yang dilaksanakan bersama
pemerintah serta komponen terkait lainnya sesuai peraturan
yang berlaku;
c. menggerakan generasi muda yang ada di desa atau kelurahan
demi terlaksananya kegiatan yang telah ditetapkan;
d. menanggulangi berbagai masalah kesejahteraan sosial yang
dihadapi generasi muda dan mengembangkan potensi generasi
muda di desa atau kelurahan;
e. melaksanakan tertib administrasi dan pelaporan karang taruna
di desa atau kelurahan;
f. melaksanakan penyuluhan, bimbingan dan motivasi kepada
generasi muda warga karang taruna serta tokoh masyarakat;
dan
g. melaksanakan konsultasi dan koordinasi dengan pemerintah
desa atau kelurahan maupun lembaga lainnya dalam
melaksanakan program kerja karang taruna.
Pasal 22
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21,
Karang Taruna mempunyai fungsi :
a. penyelenggaraan usaha kesejahteraan sosial;
b. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan masyarakat;
c. penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat terutama generasi
muda di desa atau kelurahan secara komprehensif, terpadu dan
terarah serta berkesinambungan;
d. penyelenggaraan kegiatan pengembangan jiwa kewirausahaan
bagi generasi muda di desa atau kelurahan;
e. penanaman pengertian, pemupukan dan peningkatan kesadaran
tanggung jawab sosial generasi muda di desa atau kelurahan;
f. penumbuhan dan pengembangan semangat kebersamaan, jiwa
kewirausahaan, kesetiakawanan sosial dan memperkuat nilainilai kearifan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
g. pemupukan
kreatifitas
generasi
muda
untuk
dapat
mengembangkan tanggung jawab sosial yang bersifat rekreatif,
kreatif, edukatif, ekonomis produktif dan kegiatan praktis
lainnya dengan mendayagunakan segala sumber dan potensi
kesejahteraan sosial di desa atau kelurahan secara swadaya;
h. pendampingan dan advokasi sosial bagi penyandang masalah
kesejahteraan sosial yang ada di desa atau kelurahan;
i. penguatan sistem jaringan komunikasi, kerja sama, informasi
dan kemitraan dengan berbagai pihak; dan
j. penyelenggaraan usaha-usaha pencegahan permasalahan sosial
yang menimpa masyarakat desa atau kelurahan.
Pasal 23
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 dan Pasal 22, karang taruna mempunyai kewajiban:
a. menumbuh kembangkan prakarsa generasi muda warga karang
taruna dalam pembangunan kesejahteraan sosial;
b. menggali dan memberdayakan potensi setiap insan generasi
muda warga karang taruna;

294

c. menumbuh kembangkan kesadaran tanggung jawab sosial
setiap generasi muda warga karang taruna dalam mencegah,
menangkal, menanggulangi dan mengantisipasi berbagai
masalah sosial;
d. membantu jiwa dan semangat kejuangan generasi muda warga
karang taruna yang terampil dan berkepribadian serta
berpengetahuan;
e. memotivasi setiap generasi muda warga karang taruna agar
mampu menjalin toleransi dan menjadi perekat persatuan dalam
keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa serta
bernegara;
f. menjalin kerja sama antar generasi muda warga karang taruna
dalam rangka mewujudkan taraf kesejahteraan sosial bagi
masyarakat;
g. melaksanakan pembangunan kesejahteraan sosial generasi
muda di desa atau kelurahan secara komprehensif, terpadu,
terarah dan berkesinambungan bersama pemerintah dan
komponen masyarakat lainnya; dan
h. membantu kelancaran pelaksanaan program pemerintah.
Bagian Ketiga
Kepengurusan
Pasal 24
(1) Pengurus karang taruna dipilih secara musyawarah mufakat
oleh warga karang taruna desa atau kelurahan.
(2) Susunan pengurus karang taruna sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri dari :
a. ketua;
b. wakil ketua;
c. sekretaris;
d. bendahara; dan
e. seksi-seksi.
(3) Seksi-seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e dapat
dibentuk sesuai kebutuhan.
(4) Pengurus karang taruna desa atau kelurahan terpilih ditetapkan
dengan keputusan kepala desa bagi desa atau lurah bagi
kelurahan dan disampaikan kepada camat, kemudian dilantik
oleh kepala desa bagi desa atau oleh lurah bagi kelurahan.
(5) Pemilihan pengurus karang taruna sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) untuk desa dapat difasilitasi oleh pemerintah desa atau
kelurahan.
(6) Pengurus karang taruna sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
tidak dapat dirangkap oleh kepala desa atau lurah, perangkat
desa atau perangkat kelurahan, anggota BPD dan anggota LPM.
(7) Masa Bhakti karang taruna adalah 5 (lima) tahun untuk desa,
dan 3 (tiga) tahun bagi kelurahan terhitung sejak ditetapkan dan
dapat dipilih kembali untuk periode berikutnya.
Pasal 25
(1) Syarat untuk dapat dipilih dan diangkat sebagai pengurus
karang taruna antara lain :
295

a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. bisa membaca dan menulis;
d. memiliki pengetahuan, ketrampilan berorganisasi, kemauan
dan kemampuan mengabdi di bidang kesejahteraan sosial;
e. warga penduduk setempat dan bertempat tinggal tetap;
f. berumur 17 (tujuh belas) tahun sampai dengan 45 (empat
puluh lima) tahun;
g. berkelakuan baik, jujur, adil, cakap dan berwibawa; dan
h. sehat jasmani dan rohani.
(2) Setiap pengurus karang taruna mempunyai hak :
a. memilih dan/atau dipilih menjadi pengurus karang taruna;
b. menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara
dalam berbagai forum karang taruna;
c. menyampaikan saran atau masukan di luar rapat
sebagaimana dimaksud pada huruf b baik diminta maupun
tidak diminta; dan
d. mengusulkan diadakan rapat pengurus.
(3) Setiap pengurus karang taruna mempunyai kewajiban :
a. mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang
Dasar 1945 dan mentaati segala Peraturan PerundangUndangan;
b. melaksanakan demokrasi dalam tatanan kehidupan
organisasi karang taruna;
c. mempertahankan, menjaga dan memelihara nama baik
karang taruna;
d. membina dan mengembangkan kerja sama sesama pengurus
karang taruna dan/atau dengan pemerintah desa atau
kelurahan, BPD dan lembaga kemasyarakatan lainnya yang
ada di desa atau kelurahan;
e. menyerap, menampung, menghimpun dan menyalurkan
aspirasi anggota atau warga karang taruna;
f. menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat
masyarakat desa atau kelurahan;
g. melaksanakan kebijakan sebagai hasil keputusan forum
karang taruna; dan
h. mempertanggungjawabkan segala hasil kegiatan karang
taruna kepada anggota atau warga karang taruna.
Bagian Keempat
Keanggotaan
Pasal 26
(1) Keanggotaan karang taruna desa atau kelurahan menganut
stelsel pasif yang berarti generasi muda dalam lingkungan desa
atau kelurahan yang berusia 13 (tiga belas) tahun sampai
dengan 45 (empat puluh lima) tahun selanjutnya disebut sebagai
warga karang taruna.
(2) Setiap anggota atau warga karang taruna sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mempunyai hak :
a. memilih dan/atau dipilih sebagai pengurus karang taruna;
b. menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara
dalam forum karang taruna;
296

c. menyampaikan pendapat atau saran kepada pengurus diluar
forum karang taruna baik diminta atau tidak diminta; dan
d. memperoleh informasi atau keterangan berkaitan dengan
kebijakan dan pelaksanaan kegiatan karang taruna.
(3) Setiap anggota atau warga karang taruna sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mempunyai kewajiban :
a. mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang
Dasar 1945 dan mentaati segala Peraturan PerundangUndangan yang berlaku;
b. mempertahankan dan memelihara Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
c. mematuhi, melaksanakan kebijakan sebagai hasil keputusan
forum karang taruna;
d. menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat
masyarakat desa atau kelurahan;
e. berpartisipasi dan/atau berperan aktif dalam kegiatan
karang taruna; dan
f. mengembangkan dan memelihara kebersamaan dalam tata
kehidupan organisasi karang taruna berdasarkan asas
kekeluargaan.
BAB VI
RUKUN TETANGGA
Bagian Kesatu
Tata Cara Pembentukan
Pasal 27
(1) RT dibentuk atas prakarsa masyarakat yang dimusyawarahkan
atau dimufakatkan oleh kepala dusun atau kepala lingkungan
dengan kepala keluarga.
(2) Pembentukan RT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi syarat setiap RT terdiri sekurang-kurangnya 30 (tiga
puluh) kepala keluarga untuk desa, dan 40 (empat puluh) kepala
keluarga bagi kelurahan.
(3) Dikecualikan pertimbangan atas ketentuan ayat (2) adalah
dalam hal kondisi geografis.
(4) Pembentukan RT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa penggabungan beberapa RT, atau bagian RT yang
bersandingan, atau pemekaran dari 1 (satu) RT menjadi 2 (dua)
atau lebih atau pembentukan RT diluar RT yang telah ada.
(5) Pemekaran dari 1 (satu) RT menjadi 2 (dua) RT atau lebih
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dilakukan sepanjang
dilaksanakan secara musyawarah mufakat oleh masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(6) RT
yang
kondisi
masyarakat
dan
wilayahnya
tidak
memungkinkan berdiri sendiri yang diakibatkan terjadinya
bencana alam atau hal-hal lain diluar kemampuan manusia,
dapat digabung/dihapus.
(7) Pemekaran, penggabungan atau penghapusan RT untuk desa
ditetapkan dengan peraturan desa, dan bagi kelurahan
ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

297

(8) RT berkedudukan didesa atau kelurahan sebagai salah satu
lembaga kemasyarakatan bersifat lokal, aspiratif dan demokratis
yang secara organisatoris berdiri sendiri.
Bagian Kedua
Tugas, Fungsi dan Kewajiban
Pasal 28
RT mempunyai tugas antara lain :
a. membantu memberikan pelayanan sesuai kewenangan yang
dimiliki kepada masyarakat RT;
b. mendorong, memelihara, menciptakan kerukunan hidup antar
anggota masyarakat RT dan/atau dalam hubungannya antara
anggota RT dengan pemerintah maupun dengan lembaga lainnya
yang ada di desa atau kelurahan;
c. menciptakan ketertiban, keamanan, dan ketentraman dalam
kehidupan bermasyarakat di RT;
d. menjunjung tinggi nilai budaya dan norma agama, norma
kesopanan, norma kesusilaan dan norma hukum yang berlaku
di dalam tatanan kehidupan berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat; dan
e. menampung masukan sebagai bahan untuk menyusun rencana
pembangunan dengan mengembangkan aspirasi dan swadaya
masyarakat RT.
Pasal 29
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28,
RT mempunyai fungsi :
a. pengkoordinasian antar anggota RT;
b. pelaksanaan dalam menjembatani hubungan antar sesama
anggota masyarakat dan/atau dalam hubungannya antar
anggota RT dengan pemerintah maupun dengan lembaga lainnya
yang ada di desa atau kelurahan;
c. penanganan masalah-masalah kemasyarakatan di RT; dan
d. pengembangan demokratisasi dan partisipasi aktif tiap-tiap
anggota masyarakat RT yang bertujuan pada pencapaian usahausaha pemberdayaan.
Pasal 30
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 dan Pasal 29, RT mempunyai kewajiban :
a. memberikan pelayanan kepada masyarakat RT sesuai tugas dan
wewenang yang dimiliki;
b. berupaya mendorong, menciptakan hubungan yang harmonis
antar anggota masyarakat RT dan/atau antar anggota
masyarakat RT dengan pemerintah maupun dengan lembaga
lainnya yang ada di desa atau kelurahan;
c. menciptakan ketertiban, keamanan dan ketentraman di
masyarakat RT; dan
d. membantu kelancaran pelaksanaan program pemerintah.

298

Bagian Ketiga
Kepengurusan
Pasal 31
(1) Pengurus RT dipilih secara musyawarah, dari dan oleh anggota
masyarakat RT.
(2) Pemilihan pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
di fasilitasi oleh pemerintah desa atau kelurahan.
(3) Susunan pengurus RT terdiri dari :
a. ketua;
b. sekretaris; dan
c. bendahara.
(4) Pengurus RT desa atau kelurahan terpilih ditetapkan dengan
keputusan kepala desa bagi desa atau lurah bagi kelurahan dan
disampaikan kepada camat, kemudian dilantik oleh kepala desa
bagi desa atau oleh lurah bagi kelurahan.
(5) Masa bhakti pengurus RT adalah 5 (lima) tahun untuk desa dan
3 (tiga) tahun bagi kelurahan terhitung sejak ditetapkan dan
dapat dipilih kembali untuk periode berikutnya.
Pasal 32
(1) Syarat untuk dapat dipilih sebagai pengurus RT sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) :
a. penduduk RT setempat;
b. warga negara Republik Indonesia berusia serendah
rendahnya 21 (dua puluh satu) tahun dan/atau
telah/pernah kawin;
c. beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
d. setia dan taat terhadap Pancasila dan Undang–Undang
Dasar 1945 serta Negara Kesatuan Republik Indonesia;
e. berkelakuan baik, jujur, adil, cakap dan berwibawa; dan
f. sehat jasmani dan rohani.
(2) Setiap pengurus RT mempunyai hak :
a. memilih dan/atau dipilih menjadi pengurus RT;
b. menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara
dalam rapat RT;
c. mengusulkan diadakan rapat RT.
(3) setiap pengurus RT mempunyai kewajiban :
a. mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang–Undang
Dasar 1945 dan mentaati segala Peraturan Perundang–
Undangan;
b. melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan
organisasi RT;
c. mempertahankan dan memelihara Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
d. menjaga dan memelihara nama baik RT;
e. membina dan mengembangkan kerjasama sesama pengurus
RT dan/atau antara pengurus RT dengan pemerintah
desa/kelurahan, lembaga kemasyarakatan lainnya yang ada
di desa/kelurahan;
f. menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti
aspirasi masyarakat RT;
299

g. menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat
masyarakat RT;
h. melaksanakan rapat dan keputusan RT;
i. memberikan perlakuan, pelayanan yang adil dan/atau
proporsional kepada anggota masyarakat RT; dan
j. mampertanggungjawabkan segala kegiatan RT kepada
anggota masyarakat RT.
Bagian Keempat
Keanggotaan
Pasal 33
(1) Keanggotaan RT manganut stelsel pasif yang berarti seluruh
anggota masyarakat yang berkedudukan dan tercatat sebagai
penduduk RT adalah anggota RT.
(2) Setiap anggota RT mempunyai hak :
a. memilih dan/atau dipilih menjadi pengurus RT;
b. menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara
dalam rapat yang melibatkan anggota RT;
c. mengusulkan kepada pengurus RT untuk diadakan rapat
yang melibatkan anggota RT;
d. memperoleh perlakuan, pelayanan yang adil dan/atau
proporsional dari pengurus RT;
e. menyampaikan pendapat atau saran kepada pengurus RT
diluar rapat baik diminta maupun tidak diminta; dan
f. memperoleh informasi atau keterangan berkaitan dengan
kebijakan dan pelaksanaan kegiatan RT.
(3) Setiap anggota RT mempunyai kewajiban :
a. mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang–Undang
Dasar 1945 dan mentaati segala Peraturan Perundang–
Undangan;
b. menciptakan keamanan, ketertiban dan kedamaian di
lingkungan RT;
c. mempertahankan, memelihara persatuan dan kesatuan
masyarakat RT;
d. memenuhi dan melaksanakan hasil keputusan rapat RT;
e. menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat yang
berlaku di RT;
f. berpartisipasi dan/atau berperan aktif dalam berbagai
kegiatan RT; dan
g. mengembangkan dan memelihara kebersamaam di dalam
masyarakat RT berdasarkan asas kekeluargaan.
BAB VII
RUKUN WARGA
Bagian Kesatu
Tata Cara Pembentukan
Pasal 34
(1) RW dibentuk atas prakarsa masyarakat yang dimusyawarahkan
atau dimufakatkan oleh kepala desa atau lurah dengan
pengurus RT yang ada dilingkup RW.
300

(2) Pembentukan RW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi syarat setiap RW terdiri sekurang-kurangnya 2 (dua)
RT untuk desa dan 3 (tiga) RT untuk kelurahan.
(3) Setiap dusun sekurang-kurangnya dibentuk 2 (dua) RW dan
untuk lingkungan 3 (tiga) RW.
(4) Pembentukan RW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa penggabungan beberapa RW, atau bagian RW yang
bersandingan, atau pemekaran dari 1 (satu) RW menjadi 2 (dua)
atau lebih, atau pembentukan RW diluar RW yang telah ada.
(5) Pemekaran dari 1 (satu) RW menjadi 2 (dua) RW atau lebih
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dilakukan sepanjang
dilaksanakan secara musyawarah mufakat oleh masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(6) RW yang kondisi masyarakat dan wilayahnya tidak
memungkinkan berdiri sendiri sebagai RW yang diakibatkan
terjadinya bencana alam atau hal-hal lain diluar kamampuan
manusia, dapat digabung atau dihapus.
(7) Pemekaran, penggabungan atau penghapusan RW untuk desa
ditetapkan dengan peraturan desa dan diatur oleh bupati bagi
kelurahan dengan berpedoman pada Peraturan Perundang–
Undangan yang lebih tinggi.
(8) RW yang berkedudukan di setiap desa dan kelurahan, terdiri
dari beberapa RT sebagai salah satu lembaga kemasyarakatan
bersifat lokal, aspiratif dan demokratis yang secara organisatoris
berdiri sendiri.
Bagian Kedua
Tugas, Fungsi dan Kewajiban
Pasal 35
RW mempunyai tugas antara lain :
a. menggerakan swadaya gotong royong dan partisipasi masyarakat
di wilayahnya;
b. membantu
kelancaran
tugas
Lembaga
Pemberdayaan
Masyarakat (LPM) dalam menyusun rencana, pelaksanaan dan
pengendalian pembangunan yang partisipatif;
c. melakukan koordinasi terhadap RT yang ada di wilayah RW
sesuai tugas dan fungsi yang dimiliki;
d. menciptakan ketertiban, keamanan, ketentraman dalam
kehidupan masyarakat RW; dan
e. menjunjung tinggi nilai budaya, norma agama, norma
kesopanan, norma kesusilaan dan norma hukum yang berlaku
didalam tatanan kehidupan berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat.
Pasal 36
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35,
RW mempunyai fungsi :
a. pengkoordinasian pelaksanaan tugas RT yang ada di
wilayahnya;

301

b. menjembatani hubungan antar RW dan/atau antar masyarakat
dengan pemerintah maupun antar RT dengan pemerintah
desa/kelurahan,
lembaga
kemasyarakatan
lainnya
di
desa/kelurahan yang ada di wilayah RW; dan
c. pengembangan demokratisasi dan partisipasi aktif tiap-tiap RT
dalam lingkup wilayah RW yang bertujuan pada pencapaian
usaha-usaha pemberdayaan.
Pasal 37
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud
dalam pasal 35 dan Pasal 36, RW mempunyai kewajiban :
a. memberikan pelayanan kepada masyarakat RT yang ada di
wilayahnya sesuai tugas dan fungsi yang dimiliki;
b. berupaya mendorong, menciptakan hubungan, koordinasi yang
harmonis antar RT, antar anggota masyarakat di dalam RT yang
ada di wilayahnya dengan pemerintah maupun dengan lembaga
lainnya yang ada di desa/kelurahan;
c. berusaha menciptakan ketertiban, keamanan, ketentraman
masyarakat di lingkungan wilayahnya; dan
d. membantu kelancaran pelaksanaan program pemerintah.
Bagian Ketiga
Kepengurusan
Pasal 38
(1) Pengurus RW dipilih secara musyawarah oleh pengurus RT dari
warga masyarakat RW.
(2) Pemilihan pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
di fasilitasi oleh pemerintah desa atau kelurahan.
(3) Susunan pengurus RW terdiri dari :
a. ketua;
b. sekretaris; dan
c. bendahara.
(4) Pengurus RW desa atau kelurahan terpilih ditetapkan dengan
keputusan kepala desa bagi desa atau lurah bagi kelurahan dan
disampaikan kepada camat, kemudian dilantik oleh kepala desa
bagi desa atau oleh lurah bagi kelurahan.
(5) Masa bhakti pengurus RW adalah 5 (lima) tahun untuk desa,
dan 3 (tiga) tahun bagi kelurahan terhitung sejak ditetapkan dan
dapat dipilih kembali untuk periode berikutnya.
Pasal 39
Syarat untuk dapat dipilih sebagai pengurus RW sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1) :
a. penduduk RT yang ada di dalam wilayah RW setempat;
b. warga Negara Republik Indonesia berusia serendah-rendahnya
21 (dua puluh satu) tahun dan/atau telah/pernah kawin;
c. beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
d. menjaga dan memelihara nama baik RW;

302

e. membina dan mengembangkan kerja sama sesama pengurus RT
dalam wilayah RW dan/atau antara pengurus RT dalam wilayah
RW
dengan
pemerintah
desa/kelurahan,
lembaga
kemasyarakatan lainnya yang ada di desa atau kelurahan;
f. menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti
aspirasi warga masyarakat RW;
g. menghormati nilai–nilai sosial budaya dan adat istiadat
masyarakat RW;
h. memberikan perlakuan, pelayanan yang baik dan/atau
proporsional kepada warga masyarakat RW; dan
i. mempertanggungjawabkan segala kegiatan RW kepada warga
masyarakat RW.
Bagian Keempat
Keanggotaan
Pasal 40
(1) Keanggotaan RW menganut stelsel pasif yang berarti seluruh
anggota masyarakat yang berkedudukan dan tercatat sebagai
penduduk RT yang berada di dalam lingkungan RW, adalah
warga RW.
(2) Setiap warga RW mempunyai hak :
a. dipilih sebagai pengurus RW;
b. menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara
dalam rapat RW yang melibatkan warga RW;
c. memperoleh perlakuan, pelayanan yang adil dan/atau
proporsional dari pengurus RW;
d. menyampaikan pendapat atau saran kepada pengurus di
luar rapat RW baik diminta maupun tidak diminta; dan
e. memperoleh informasi atau keterangan berkaitan dengan
kebijakan dan pelaksanaan kegiatan RW.
(3) Setiap warga RW mempunyai kewajiban :
a. mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang–Undang
Dasar 1945 dan mentaati segala Peraturan Perundang–
Undangan;
b. menciptakan keamanan, ketertiban dan kedamaian di
wilayah RW;
c. mempertahankan dan memelihara persatuan dan kesatuan
diwilayah RW;
d. mematuhi dan melaksanakan hasil keputusan rapat RW;
e. menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat yang
berlaku diwilayah RW;
f. berpartisipasi dan/atau berperan aktif dalam kegiatan di
wilayah RW; dan
g. mengembangkan dan memelihara kebersamaan di wilayah
RW berdasarkan asas kekeluargaan.
BAB VIII
LEMBAGA ADAT
Pasal 41
Lembaga Adat mempunyai tugas membina dan melestarikan budaya
dan adat istiadat serta hubungan antar tokoh adat dengan
Pemerintah Desa dan Lurah.
303

Pasal 42
Lembaga Adat mempunyai fungsi:
a. penampung dan penyalur pendapat atau aspirasi masyarakat
kepada Pemerintah Desa dan Lurah serta menyelesaikan
perselisihan yang menyangkut hukum adat, adat istiadat dan
kebiasaan-kebiasaan masyarakat;
b. pemberdayaan, pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan
kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam rangka memperkaya
budaya masyarakat serta memberdayakan masyarakat dalam
menunjang penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan Kelurahan,
pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan; dan
c. penciptaan hubungan yang demokratis dan harmonis serta
objektif antara kepala adat/pemangku adat/ketua adat atau
pemuka adat dengan Pemerintah Desa dan Lurah.
Pasal 43
Pembentukan pengurus Lembaga Adat berpedoman pada Ketentuan
Perundang-Undangan yang berlaku.
BAB IX
LEMBAGA KEMASYARAKATAN LAINNYA
Pasal 44
(1) Lembaga Kemasyarakatan Lainnya didesa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) yang diakui keberadaannya
diatur dengan Peraturan Desa dengan berpedoman pada
Peraturan Daerah.
(2) Lembaga Kemasyarakatan Lainnya dikelurahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) yang diakui keberadaannya
diatur dengan Peraturan Bupati dengan berpedoman pada
Peraturan Daerah.
BAB X
TATA KERJA
Pasal 45
(1) Tata kerja masing-masing lembaga kemasyarakatan yang ada di
desa atau kelurahan pada dasarnya mengacu dan berpedoman
pada aturan-aturan internal yang ada dan berlaku sah di tiaptiap LPM, PKK, Karang Taruna, RT, RW serta lembaga
kemasyarakatan lainnya.
(2) Disamping aturan atau kaedah internal sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dalam melaksanakan tugas, fungsi dan
kewajibannya lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (2) terkait pada peraturan yang berlaku
sebagai pedoman yang mengaturnya.
(3) Masing-masing lembaga kemasyarakatan di desa atau kelurahan
dalam menjalankan tata kerjanya disamping mendasarkan pada
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
juga harus merujuk pada peraturan perundang-undangan
lainnya yang berlaku dan menghormati etika serta nilai-nilai
budaya yang hidup, tumbuh dan berkembang di masyarakat.
304

BAB XI
HUBUNGAN KERJA
Pasal 46
(1) Hubungan kerja antar lembaga kemasyarakatan di desa atau
kelurahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2)
merupakan hubungan yang bersifat koordinatif, kooperatif dan
secara organisatoris berdiri sendiri sesuai dengan tugas, fungsi
dan kewajiban yang dimiliki.
(2) hubungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selalu
mengarah pada usaha-usaha untuk membantu pemerintah desa
atau kelurahan dalam upaya mewujudkan pemberdayaan
masyarakat.
Pasal 47
(1) Pemerintah desa atau kelurahan, BPD, kecamatan dan
pemerintah kabupaten wajib memfasilitasi hubungan kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) dan ayat (2) agar
dapat tumbuh dan berkembang.
(2) Fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa :
a. regulasi yang mengarah pada terjalinnya hubungan
harmonis dan kondusif diantara lembaga kemasyarakatan
yang ada di desa dan kelurahan;
b. pemberian pendidikan, pelatihan dan kegiatan lainnya; dan
c. pemberian konsultasi, koordinasi, arahan, supervisi serta
evaluasi.
Pasal 48
Hubungan kerja antara pemerintah desa atau kelurahan, BPD,
Camat, pemerintah kabupaten dengan masing-masing lembaga
kemasyarakatan desa atau kelurahan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 ayat (2) merupakan hubungan fungsional yang secara
organisatoris mengutamakan koordinasi, konsultasi, pembin