BAHAN PASKAH 2017 GMIT NEW
BAHAN PASKAH
GMIT
2017
Tema:
“Kebangkitan Kristus
Membebaskan Kita dari Kuasa
Kematian”
(Roma 6:10)
Majelis Sinode Harian GMIT
2017
Kata Pengantar
Pujian syukur ke hadirat Tuhan karena Bahan Paskah GMIT
ini dapat dirampungkan. Tema Paskah GMIT 2017 sesuai Tema
Paskah PGI, yaitu “Kebangkitan Kristus membebaskan kita dari
kuasa kematian” (Roma 6:10). Tema ini mengajak kita untuk
sadari bahwa anugerah keselamatan Allah dinyatakan dalam
kematian Kristus satu kali untuk selamalamanya. Kristus tidak
mati berulangkali! KematianNya satu kali adalah kematian yang
merangkum seluruh karya keselamatan Allah untuk seluruh
kehidupan umat manusia, sehingga harus direspons dengan
pembaruan hidup.
Bahan yang disajikan dalam buku ini adalah kerangka
khotbah, tata ibadah dan bahan kategorial. Bahan ini dimulai
dengan tujuh Minggu Sengsara, Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu
Sunyi, Paskah 1 dan Paskah 2, diakhiri dengan bahan kategorial
anak, remaja, pemuda, bapak dan ibu.
Perkenankanlah kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada rekanrekan sepelayan yang ikut ambil bagian dalam
pembuatan bahan ini, yaitu: Pdt. Emille R. Hauteas, S.Si, Pdt.
Nicolas St.E. Lumba Kaana, M.Th, Pdt. Ambrosius H. Menda, S.Th,
Pdt. Marthen Adu, M.Th, Pdt. Bethseba FanggoidaeNunuhitu,
M.Th, Vik. Dr. Ira Mengililo, Pdt. Maria A. LitelnoniJohannes, MA
dan Pdt. Johny E. Riwu Tadu, S.Th, M.Sn.
Kiranya Bahan Paskah GMIT 2017 ini dapat digunakan
dengan baik dan memberikan inspirasi bagi penyelenggaraan
masa Paskah di Jemaatjemaat, sehingga umat dapat merasakan
berkat Paskah.
Kami berharap dengan hadirnya bahan ini, penghayatan iman
kita tentang kasih Kristus yang menderita, mati dan bangkit –
yang membebaskan kita dari kuasa kematian semakin
2
mendorong kita untuk berkarya bagi keselamatan dunia di sekitar
kita. Tuhan memberkati!
Februari 2017
Majelis Sinode Harian GMIT
Daftar Isi
Pengantar ……………………………………………………………………. 2
Daftar Isi …………………………………………………………………….. 3
Kerangka Khotbah
Minggu Sengsara 1: 26 Februari 2017 …………………………….... 5
Minggu Sengsara 2: 05 Maret 2017 ……………………………….… 8
Minggu Sengsara 3: 12 Maret 2017 ………………………………….. 10
Minggu Sengsara 4: 19 Maret 2017 ………………………………….. 15
Minggu Sengsara 5: 26 Maret 2017 ………………………………….. 19
Minggu Sengsara 6: 02 April 2017 …………………………………… 27
Minggu Sengsara 7/Minggu Palma: 09 April 2017 ……………….. 30
Jumat Agung: 14 April 2017 ………………………………………….. 32
Paskah 1: 16 April 2017 ……………………………………………….. 39
Paskah 2: 17 April 2017 ……………………………………………….. 46
Bahan Tata Ibadah
Penjelasan Liturgi ………………………………………………………… 51
Minggu Sengsara 1: 26 Februari 2017 …………………………….... 53
Minggu Sengsara 2: 05 Maret 2017 ……………………………….… 61
Minggu Sengsara 3: 12 Maret 2017 ………………………………….. 68
Minggu Sengsara 4: 19 Maret 2017 ………………………………….. 76
Minggu Sengsara 5: 26 Maret 2017 ………………………………….. 84
Minggu Sengsara 6: 02 April 2017 …………………………………… 92
Minggu Sengsara 7/Minggu Palma: 09 April 2017 ……………….100
Jumat Agung: 14 April 2017 …………………………………………..107
Paskah 1: 16 April 2017 ………………………………………………..117
Paskah 2: 17 April 2017 ………………………………………………..127
3
Bahan
Kerangka
Khotbah
4
Kerangka Khotbah Minggu Sengsara 1
Minggu, 26 Februari 2017
TINGGAL BERSAMA ALLAH
DALAM FIRMANNYA
Keluaran 24:1218
Pengantar
Perjalanan Umat Israel dari Mesir ke tanah perjanjian menyimpan
banyak cerita. Kitab Keluaran yang paling sering kita baca dan
kita renungkan adalah kisah penderitaan. Pasal pertama langsung
bercerita tentang suasana penindasan di Mesir. Kisah Israel yang
5
menderita menjadi model untuk membangun iman umat masa
kini. Bahwa perjalanan Israel atau pengembaraannya di padang
gurun sebelum sampai ke tanah Kanaan memang menuai banyak
penderitaan tetapi pada saat yang sama Tuhan tidak tinggal diam.
Penderitaan kerap dialami dalam perjalanan pengembaraan itu
tetapi pada saat yang sama tangan Tuhan yang kokok dan kuat
itu menolong mereka keluar dari berbagai kesulitan selama
perjalanan itu.
Ulasan Teks
Teks Keluaran 24:1218 menceritakan permintaan Tuhan Allah
kepada Musa dan Yosua naik ke atas gunung Sinai untuk
menerima Loh Batu yang berisi hukum dan perintah bagi umat
Israel. Kalau kita membaca dengan baik teks ini, ternyata teks
berakhir tanpa kita mendapatkan informasi apakah Musa dan
Yosua kembali membawa Loh Batu yang dijanjikan oleh Tuhan
atau tidak. Teks berakhir pada ayat 18 di mana Tuhan Allah
menjumpai Musa dalam awan yang tebal. Ia bahkan tinggal empat
puluh hari empat puluh malam di atas gunung. Justru Loh Batu
baru diberikan oleh Tuhan Allah di pasal 31.
Umat diminta untuk menunggu sedangkan Musa dan Yosua naik
ke puncak gunung. Meninggalkan umat dalam kondisi yang
kurang kondusif bukan tanpa risiko. Di pasalpasal berikutnya,
ternyata ketika Musa kembali dari gunung justru umat telah
menyimpang dari hadapan Tuhan. “Seluruh bangsa menanggalkan
antinganting emas yang ada pada telinga mereka dan
membawanya kepada Harun dan dibuatnya anak lembu tuangan
(32:34). Rupanya meninggalkan umat empat puluh hari empat
puluh malam bukan waktu yang pendek untuk tetap bertahan
dalam iman dan pengharapan menghadapi situasi sulit dan
penderitaan karena perjalanan yang belum kenal ujungnya. Musa
belum turun dari gunung Sinai tetapi Tuhan Allah sudah tahu
persis apa yang dilakukan oleh Umat di bawah sana. “Pergilah,
turunlah sebab bangsamu yang engkau pimpin dari tanah Mesir
telah rusak lakunya (32:7)”. Empat puluh hari Musa bersama
Tuhan dan masuk ke dalam kemuliaan Tuhan di atas gunung
Sinai dan selama itu umat tidak bertahan untuk menunggu.
Durasi empat puluh hari itu terlalu lama bagi umat untuk
bertahan dalam iman kepada Tuhan Allah. Ketidaksabaran Umat
6
menunggu kembalinya Musa bukan saja mencederai iman mereka
tetapi sekaligus mengingkari akan pengakuan bahwa Tuhan
Allahlah yang membawa mereka keluar dari Mesir dan akan terus
membawa mereka masuk ke tanah Kanaan, tanah Perjanjian.
Transfigurasi yang dialami Musa di atas gunung Sinai kemudian
terulang lagi pada zaman Yesus. Petrus, Yakobus dan Yohanes
menyaksikan bagaimana Musa hadir lagi saat Yesus berubah rupa
dengan pakaian putih berkilatkilat (Mark 9:2,3). Sebuah
simbolisasi kepemimpinan Musa yang diagungkan oleh Israel
turuntemurun terulang kembali. Pada konteks Perjanjian Baru,
kehadiran Musa dan Elia yang diakui sebagai tokoh besar yang
dijunjung dan dihormati pada saat Yesus dimuliakan dalam kisah
Injil Markus dapat juga dibaca sebagai simbolisasi baru
kepemimpinan di dalam Israel. Musa dan Elia telah tiada. Mereka
meninggalkan kesan kepemimpinan yang kuat atas Israel.
Sekarang, model kepemimpinan itu mendapat format baru di
dalam Yesus. Di dalam Yesus, Israel dituntun menuju masa depan
kehidupan yang menyelamatkan. Yesus bukan saja wakil Allah
yang memimpin Israel tetapi Ia adalah Tuhan yang menjadi
manusia. Di dalam Yesus kepemimpinan atas Israel mendapat
format baru yakni pemimpin yang menderita.
Musa marah kepada Israel yang menyimpang dari imannya ketika
ia berada di atas gunung Sinai. Kemarahannya diluapkan dengan
melempar dua loh batu sampai hancur di tanah. Yesus
menghadapi umat yang ingkar imannya dengan memberi diri dan
menderita. Menanggung semua hukuman yang mesti ditanggung
oleh umat karena dosa mereka.
Relevansi
Iman kristiani terbuka terhadap penderitaan. Penderitaan tidak
disangkal atau dihindari tetapi selalu dihadapi. Bahkan
kehidupan iman mengalami pertumbuhan kalau ada pengalaman
hidup penderitaan. Melaluinya orang Kristen belajar hidup dekat
kepada Allah. Selalu ada hikmat yang kita petik dari jalan hidup
bergelimang penderitaan.
Kehidupan ini perlu tuntunan. Orang Kristen hidup dalam
tuntunan Allah. Yang perlu kita dalami adalah bahwa Tuhan tidak
memperlakukan manusia seperti kanakkanak. Pada saat tertentu
mungkin ada perasaan manusia dibiarkan berjalan sendiri seolah
7
olah Tuhan menjauh. Justru pada saat seperti itulah Tuhan
sedang memberi kita kesempatan untuk bertumbuh dan beranjak
dewasa. Karena itu, tetaplah teguh dalam iman bahwa Tuhan
selalu memimpin jalan hidupmu apapun situasinya. Jangan
ingkar!
Kerangka Khotbah Minggu Sengsara 2
Minggu, 05 Maret 2017
KEMATIAN MELALUI ADAM,
KEHIDUPAN MELALUI KRISTUS
Roma 5:1221
Pengantar
Bolehkah kita menikmati hasil tanpa usaha dan kerja keras?
Boleh. Ini dia ceritanya. Pohonpohon besar yang ada di halaman
rumah dan kebunkebun kita, bisa jadi bukan kita yang
8
menanamnya. Tanamantanaman umur panjang ini sudah
ditanam oleh kakek nenek kita. Sekarang, anak cuculah yang
menikmati hasilnya. Kita tidak berlelah dan berusaha tetapi kita
menikmati hasilnya. Warisan ini kita peroleh dengan cumacuma.
Karena ini adalah warisan maka anak dan cucucuculah yang
berhak untuk menikmatinya. Dalam hubungan dengan Dosa,
manusia juga mengalami apa yang sekurangkurangnya, sama
dengan ilustrasi di atas. Dosa satu orang menyebabkan semua
orang berdosa. Tetapi pada akhirnya semua orang diselamatkan
oleh karena pengorbanan satu orang.
Ulasan Teks
Teks Roma 5:1221 mempersandingkan dua figure, yakni Adam
dan Kristus yang berhubungan dengan dosa dan anugerah. Adam
adalah penyebab masuknya dosa ke dalam dunia. Dari Adam
semua manusia menjadi berdosa. Karena Adam, maka maut
menjadi berkuasa atas manusia. Sebaliknya karena satu orang
yakni Yesus Kristus, kasih karunia Allah dilimpahkan. Melalui
Yesus Kristus, anugerah kebenaran hidup dan berkuasa.
Harus juga dipahami bahwa Kasih Karunia Allah tidak dapat
disandingkan dengan dosa. Menurut Paulus dalam surat Roma,
Kasih karunia Allah tidak sama dengan pelanggaran karena dosa.
Kasih karunia Allah jauh lebih besar dari dosa karena satu orang.
Antara Dosa dan Kasih karunia Allah ada Hukum Taurat.
Menurut surat Roma, Hukum Taurat ditambahkan supaya
pelanggaran menjadi semakin banyak. Kita pasti kaget dengan
pernyataan ini. Bukankah Hukum Taurat menjadi pedoman yang
memungkinkan seseorang menjadi mawas diri dan bercermin
untuk hidup dalam kebenaran. Larangan dan perintah dalam
hukum taurat yang menuntut ketaatan manusia akan berujung
pada prilaku manjauhkan diri dari pelanggaran dan dosa. Posisi
hukum Taurat dalam hubungan dengan Dosa menegaskan bahwa
manusia pada dirinya tidak mampu keluar dari lingkaran dosa.
Tuntutan taurat sangat berat dan kompleks sama sekali tidak
memberi kemungkinan untuk manusia bisa memenuhinya secara
sempurna.
Relevansi
9
Pergumulan manusia dengan dosa tidak akan pernah berakhir
sekiranya manusia mengandalkan kekuatan dirinya saja. Hanya
karena intervensi Allah (campur tangan Allah) yang dapat
membebaskan manusia dari dosa. Di pihak lain, kehidupan dalam
dosa seringkali sangat memikat. Dosa menampakkan wajahnya
dengan cara yang menggoda sehingga siapapun dapat hanyut di
dalamnya. Tetapi segala hal yang memikat karena dosa biasanya
bersifat semu. Kesenangan yang tercipta karena dosa biasanya
tidak langgeng. Bahkan selalu berakhir dengan penderitaan dan
maut. Manusia tidak punya kekuatan yang penuh untuk melawan
dosa. Manusia perlu di tolong. Hanya saja tidak ada kekuatan
apapun di dunia ini yang mumpuni untuk menolong manusia.
Surat Roma dengan tegas menyatakan bahwa dosa menjadi
berlimpah karena manusia tidak sanggup memenuhi tuntutan
hukun taurat tetapi ada Kasih Karunia Allah di dalam Yesus
Kristus yang membebaskan manusia dari maut karena dosa.
Mansusia menerima pembebasan dari dosa karena kasih
anugerah Allah. Manusia tidak berlelah, tidak berjuang tetapi
menerima pembebasan itu karena anugerah Allah.
Kerangka Khotbah Minggu Sengsara 3
Minggu, 12 Maret 2017
HIDUP BARU
DI DALAM KRISTUS
Yohanes 3:112
Pendahuluan
Manusia modern dengan aneka kecanggihannya tidak mengurangi
permasalahan kehidupan. Sebaliknya, kemajuan ilmu dan
10
teknologi menimbulkan banyak masalah baru yang semakin
rumit. Ketidak adilan sosial dan kemiskinan ekonomi,
kesimpangsiuran informasi dan kesembrautan sistem politik,
keserakahan kuasa dan eksploitasi terhadap alam makin menjadi
jadi, semakin tak terkontrol. Perdebatan tentang hukum yang
semakin intens terjadi di ruang publik justru menunjukkan
betapa lemahnya penegakkan hukum bagi kaum rakyat jelata.
Kerangka Khotbah ini dibuat untuk dipakai pada hari minggu ke
3, masa raya sengsara Tuhan Yesus. Harapan yang ada di balik
pengadaan kerangka khotbah ini adalah agar perayaan kita
bermakna bagi penyegaran iman dan pemantapan komitmen
pelayanan untuk mengambil bagian dalam karya solidaritas Allah.
Kiranya, dengan memandang kepada Kristus yang menderita
sampai mati tersalib di tiang gantungan Golgota, kita makin
berdaya dan makin aktif berkarya bagi perubahan dan
pembaharuan diri, gereja dan masyarakat.
Seorang Kristen tidak memiliki tujuan pada dirinya sendiri.
Menjadi pengikut Yesus menuntut komitmen untuk hidup
menurut jalan yang ditunjukkan Kristus, rela menderita sampai
mati demi menyelamatkan dunia dari ancaman kematian oleh
dosa. Misi Kristen menyatu pada misi Kristus yang tersalib untuk
membaharui hidup. Dosa manusia mengancam kehidupan yang
diciptakan Allah. Manusia dicurangi dan disakiti oleh dosa. Alam
dikuras dan dihancurkan. Ketika semua ciptaan terancam
kemalangan, karya Kristus membaharui hidup dengan cara
menunjukkan kasih Allah yang menjamin masa depan kehidupan.
Kekristenan muncul di atas panggung sejarah sebagai agen Allah
untuk membaharui kehidupan. Misi kekristenan bukan sekedar
melekatkan diri pada Kristus melainkan meneladani kristus yang
berkarya bagi pembaharuan kehidupan di dunia. Tiap orang dan
komunitas Kristen dikaruniai panggilan hidup baru di dalam
Kristus, yakni menjadi agen Allah untuk pembaharuan hidup.
Tafsiran: Perjumpaan, percakapan dan keterlibatan
Nas kita, Yohanes 3:121, berisi kisah perjumpaan dan
percakapan antara Nikodemus dengan Yesus. Dalam nas kita
disinggung beberapa hal tentang pribadi Nikodemus. Pertama, Ia
adalah seorang pemimpin agama Yahudi, dari golongan orang
Farisi. Dalam cerita Injil golongan Farisi sering disebut. Kesannya,
11
bahwa di kalangan masyarakat Yahudi golongan Farisi sangat
dikenal dan dihormati. Golongan ini dekat dengan kaum ahli
Taurat, sebagai kelompok yang sangat berminat kepada penerapan
hukum Taurat. Mereka mendirikan sinagoge dan sekolahsekolah.
Mereka ingin melindungi agama Yahudi dari pengeruh budaya
asing dan ingin membaharuinya dengan memberlakukan hukum
Taurat secara ketat, misalnya tentang Sabat, puasa, makanan
yang halal dan haram. Nikodemus, seorang guru Yahudi, datang
kepada Yesus di malam hari, dengan membawa sebuah
pernyataan keyakinan. Ia sangat yakin bahwa Yesus adalah
seorang guru yang diutus Allah. Keyakinannya itu didasarkan
pada tandatanda yang diadakan Yesus. Nikodemus berkeyakinan
bahwa hanya orang yang disertai Allah saja yang dapat melakukan
tandatanda seperti yang Yesus lakukan. Nikodemus telah melihat
sejumlah tanda pada karya Yesus, tandatanda itulah yang
meyakinkan Nikodemus bahwa Yesus adalah seorang guru yang
diutus Allah. Perjumpaan Yesus dengan Nikodemus melahirkan
sebuah percakapan mengenai pernyataan keyakinan tentang
Yesus.
Nikodemus mengatakan kepada Yesus tentang keyakinannya. Ia
sangat yakin bahwa Yesus adalah Guru yang diutus oleh Allah.
Pernyataan itu tidak terjadi serta merta, melainkan muncul dari
pengamatan berkalikali, bahwa Yesus sering melakukan tanda
tanda keilahian. Tentang tandatanda itu, pada perikop
sebelumnya ada cerita tentang Tuhan Yesus merubah air menjadi
angggur ketika perjamuan kawin di Kana. Dikatakan juga bahwa
ada banyak tanda yang dilakukan Yesus di Yerusalem selama hari
raya Paskah sehingga banyak orang percaya dalam namaNya
(2:23). Jelas bahwa Nikodemus telah sungguhsungguh
mengarahkan pandangannya kepada Yesus, dan menemukan
sejumlah tandatanda penyertaan Allah pada diri dan karya Yesus.
Setelah sekian lama mengamati dan menemukan tanda keilahian
pada diri Yesus, kini Nikodemus berkesempatan berjumpa Yesus
dan mengatakan kesimpulannya dalam bentuk rumusan
keyakinannya tentang Yesus.
Bagaimana tanggapan Yesus terhadap pernyataan keyakinan
Nikodemus? Tuhan Yesus menunjukkan sebuah isu lain. Tuhan
Yesus membawa Nikodemus ke dalam sebuah percakapan tentang
kerajaan Allah, “...sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan
12
kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah” (3:3). Pokok ini
membingungkan bagi Nikodemus. Ia butuh penjelasan panjang
lebar untuk memahami tentang hal “kelahiran kembali”. Yang
dimaksudkan dengan “kelahiran kembali” bukanlah peristiwa
kelahiran secara biologis (ayat 4), melainkan sebuah peristiwa
rohani yang menandai seseorang telah terhubung dengan Allah
melalui Roh Kudus (ayat 58). Kemudian, Tuhan Yesus membuka
pandangan Nikodemus mengenai kasih Allah yang sedmikian
besar untuk menyelamatkan dunia. Tuhan Yesus juga mengajak
Nikodemus untuk melakukan perbuatan yang benar, menurut
jalan yang ditunjukkan Allah. Menurut hemat saya, poin
pentingnya bukan mengenai kelahiran kembali, melainkan tentang
“tandatanda kerajaan Allah”.
Perjumpaan dan percakapan antara Tuhan Yesus dan Nikodemus
membantu Nikodemus memahami tentang tanda kerajaan Allah
pada kekiniannya. Belajar dari percakapan Yesus dan Nikodemus,
menurut saya, ada tiga aspek dari tanda kerajaan Allah. Pertama,
tanda Kerajaan Allah itu dapat dilihat (ay. 3). Kedua, tanda
kerajaan Allah itu menunjukkan karya penyelamatan dunia dari
kebinasaan (ay. 16). Dan ketiga, tanda kerajaan Allah itu
berkaitan dengan perilaku hidup yang dikehendaki Allah (ay. 21).
Perjumpaan dan percakapan antara Nikodemus dengan Tuhan
Yesus melahirkan pandangan iman yang menuntun kepada
keterlibatan manusia dalam menghadirkan tandatanda kerajaan
Allah.
Pokok Pikiran: Aplikasi
Hingga saat ini penderitaan manusia dan alam sedang
berlangsung di banyak tempat dan bidang kehidupan. Dalam
kasus perdagangan orang, misalnya. Para pelaku mendagangkan
sesamanya yang lemah. Mereka mengejar keuntungan dan
mengabaikan harkat para kurban. Di tengah arus modernisasi,
industrilisme mengancam kelestarian alam. Pertanyaan untuk
direnungkan adalah bagaimana peran orang Krsiten terhadap
ruparupa penderitaan manusia dan alam di zaman ini?
Panggilan iman bagi umat Kristen, baik secara perorangan
maupun secara kolektif, tidak hanya untuk mengenal Tuhan
13
Yesus. Di minggu sengara ini kita mempertegas identitas Yesus
sebagai Kristus yang menanggung sengsara. Tentu saja, untuk
mengenal Tuhan Yesus dibutuhkan kesungguhsungguhan dan
totalitas belajar. Nikodemus memperhatikan, mengamati, sampai
akhirnya berhasil membuat sebuah rumusan pernyataan
keyakinan bahwa Yesus adalah utusan Allah. Dalam hal belajar
mengenal Yesus maka masa raya 7 minggu sengsara ini dapat
dimanfaatkan dengan upaya maksimal untuk mengenal Tuhan
Yesus. Kita harus sungguhsungguh belajar tentang Yesus agar
bisa tiba pada rumusan pengakuan yang otentik: berdasarkan
pengalaman, pengamatan dan perenungan yang mendalam. Tuhan
Yesus adalah sosok kasih Allah yang sempurna, yang rela
menderita bagi keselamatan dunia. PenderitaanNya adalah tanda
hakiki dari kasih Allah. Lebih dari sekedar mengenal Yesus, orang
Kristen terpanggil untuk mengenal dan meneladaniNya.
Sebagaimana Tuhan Yesus telah menderita agar manusia dan
dunia diselamatkan, begitu pula misi kekristenan mesti
mengambil jalan yang sama, jalan penderitaan, jalan salib.
Memang ada pepatah mengatakan bahwa “ada banyak jalan ke
Roma”, tetapi untuk meluputkan manusia dan alam dari
kebinasaan hanya satu jalan yang ditunjukkan Yesus. Jalan satu
satunya itu adalah “via dolorosa”, jalan penderitaan. Tuhan Yesus
menujukkan jalan itu sebagai jalan yang dipilih Allah untuk
meluputkan dunia dari kebinasaan oleh dosa. Setelah memahami
jalan keselamatan itu, marilah kita terus melangkah dijalan itu,
menjadi pribadi, menjadi gereja dan menjadi masyarakat yang rela
menderita demi memperbaiki kerusakan, merawat kehidupan dan
menunjukkan harapan.
Mengenal Tuhan Yesus dan menaladaniNya berarti mempraktekan
hidup secara baru di tengah realitas permasalahan manusia dan
alam. Lewat penyelenggaraan masa raya sengsara Tuhan Yesus,
kita mengaminkan lagi bahwa penderitaan Kristus merupakan
tanda kasih Allah yang menyelamatkan. Tanda kasih yang
demikian diperlukan untuk pembaharuan hidup manusia dan
dunia. Hakekat keterlibatan Kristiani dalam menganggapi berbagai
permasalahan dan keprihatinan adalah ikutserta menanggung
kesengsaraan kaum lemah demi pembaharuan hidup agar makin
terbuka, makin adil dan makin berpengharapan.
14
Kerangka Khotbah Minggu Sengsara 4
Minggu, 19 Maret 2017
15
ALLAH MELIHAT HATI
1 Samuel 16:123
Pengantar
Pada awal Februari 2017 yang lalu atau yang santer disebut
peristiwa 212, polisi menangkap 10 orang terduga kasus makar.
Makar adalah upaya menggulingkan pemerintah (presiden dan
wakil presiden) di luar jalur hukum. Ada sederet namanama
terkenal dalam kasus ini: Rachmawati Soekarno Putri, Sri Bintang
Pamungkas, Ahmad Dhani, Ratna Sarumpaet, Mayjend. (Purn)
Kivlan Zen dan lainnya.
Kasus makar sebagaimana definisi di atas, merupakan kasus yang
sangat berbahaya dalam sebuah negara. Oleh karena itu ancaman
hukuman kasus makar tidak mainmain. Dalam KUHP pasal 107
dan 207 ancaman hukumannya 20 tahun hingga hukuman mati.
Dalam cerita pengutusan Samuel oleh Tuhan ke Betlehem untuk
mengurapi salah seorang anak Isai menggantikan Raja Saul yang
masih berkuasa, sesungguhnya kita menemukan salah satu
contoh kasus tindakan ‘makar’ yang dikehendaki Tuhan oleh
karena raja Saul menolak menaati Tuhan.
Tafsiran
Ay. 15 Saul, raja pertama Israel gagal menjalankan tugas sesuai
kehendak Tuhan. Kegagalan itu mendukakan hati Samuel. Tuhan
juga menyesal memilih Saul menjadi raja atas Israel (Pasal 15:35).
Apa tindakan Tuhan selanjutnya? Ia menghendaki pergantian raja.
Pergantian itu sangat mendesak. Tuhan tidak mau menunggu
16
hingga Saul wafat. Untuk tugas tersebut Tuhan mengutus Samuel
ke Betlehem untuk menemui Isai dan mengurapi salah satu dari
anakanaknya. Samuel terkejut dangan rencana dan keputusan
Tuhan tersebut. Ini ‘misi politik’ yang sangat berbahaya. Sebuah
tindakan makar. Bagaimana bisa mengangkat seorang raja baru
secara diamdiam sementara raja yang sah tidak tahu dan masih
berkuasa? “Bila Saul mendengarnya, ia akan membunuh aku,”
protes Samuel kepada Tuhan.
Untuk menghindari kecurigaan terutama tuatua atau pejabat
pejabat di kota Betlehem, Tuhan mengutus Samuel dengan alasan
kedatangannya ke Betlehem hendak mempersembahkan ibadah
korban. Dengan kata lain, tindakan Samuel tidak punya dampak
politis karena itu tidak usah dikuatirkan apalagi patut dicurigai.
Ayat 610 Tibalah Samuel di Betlehem. Seperti dugaan
sebelumnya, para tuatua kota menyambut kedatangan Samuel
dengan penuh tanda tanya. Samuel menerangkan maksud
kedatangan bertujuan mulia yakni menyembah Tuhan melalui
ibadah korban. Karena itu ‘misi politik’ berbaju agama itu berjalan
mulus tanpa curiga sama sekali. Isai dan anggota keluarga
diundang. Proses seleksi pun dimulai. Eliab, putra sulung Isai,
seorang pemuda yang elok paras, tinggi besar dengan postur
tubuh yang tegap. Penampilannya memukau Samuel. Ia berpikir,
pasti anak muda ini lah yang dimaksud Tuhan. Ternyata tidak.
Di mata manusia, penampilan sangat menentukan. Perhatikan
syaratsyarat dalam lowongan kerja. Salah satu yang menjadi
pertimbangan dalam penerimaan karyawan adalah berpenampilan
menarik. Namun, Tuhan tidak demikian. Pengalaman raja Saul
membuktikan hal itu. Pasal 9:2 dengan jelas menyatakan betapa
tidak ada satu orang pung di Israel yang menandingi ketampanan
Saul. Namun, fakta membuktikan bahwa ketampanan bisa
mengecoh. Penampilan luar bisa menipu. Saul memang tampan
secara fisik tetapi hatinya jauh dari Tuhan.
Melihat Eliab, Tuhan berfirman kepada Samuel, “Janganlah
pandang parasnya atau perawakannya yang tinggi, sebab Aku
telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah.
17
Manusia melihat yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.”
Setelah Eliab, satu persatu adikadiknya bernasib sama. Tidak
ada yang berkenan di mata Tuhan.
Ayat 1113 Samuel heran dan tak menduga tujuh anak Isai yang
gagah perkasa tersebut tidak ada satu pun yang cocok di mata
Tuhan. Lalu siapa? Ada di mana dia? “Inikah anakmu semuanya?”
Tanya Samuel pada Isai. “Masih tinggal yang bungsu tapi sedang
menggembalakan kambing domba,” jawab Isai. “Suruhlah
memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan sebelum ia
datang ke mari.” Kata Samuel.
Samuel mengurapi Daud menjadi raja dan kemudian ia pergi dari
Betlehem sebab misi rahasia Allah yang sangat berbahaya namun
mengandung harapan itu telah usai. Bisa jadi sepanjang
perjalanan pulang segudang pertanyaan mengganjal di hatinya.
Bagaimana bisa seorang anak muda penggembala kambing
domba, yang tidak punya pengalaman berperang yang lebih
banyak bergaul dengan hewan dipilih Tuhan menjadi raja? Itu
Bukan tanggung jawab Samuel, Tuhan yang nanti mengaturnya.
Tuhan menggunakan keahlian musik Daud sebagai pintu masuk
menuju takhta istana. Bahkan Tuhan mengaruniakan Rohnya
untuk melengkapi Daud.
Aplikasi
Khotbah bisa dimulai dengan contoh kasus makar sebagaimana
disebutkan di pengantar atau kasus lain yang relevan dengan
kebutuhan jemaat. Bagi jemaat yang menggunakan in fokus, bisa
memutar cuplikan video penangkapan atau proses hukum kasus
makar dengan catatan durasinya hanya sekitar 1 menit.
Sedangkan beberapa point yang dapat dikembangkan dalam
khotbah misalnya:
Upaya politisasi agama untuk kepentingan kekuasaan
sebagaimana yang belakangan terjadi di berbagai daerah di
Indonesia. Hal yang sama terjadi ketika Samuel memakai
alasan agama untuk tujuan politik. Betapa pun bertujuan
18
positif namun dari kisah ini memberi sinyalemen betapa agama
rentan dipakai untuk tujuan atau kepentingan terselubung.
Hingga hari ini masyarakat masih terjebak dan terkecoh
dengan penampilan pemimpin. Integritas, kredibilitas dan
kapabilitas yang menjadi syarat pemimpin ideal terkadang
diabaikan. Orang cenderung memilih pemimpin yang
‘bertopeng’ daripada yang jujur apa adanya. Mengapa? Karena
pemimpin yang bersih tidak bisa diajak bekerja sama untuk
meraup keuntungan tertentu.
Tuhan Yesus juga di tolak oleh sebagian orang Yahudi karena
sikap dan penampilannya yang berbeda dari para pemimpin
Yahudi seperti ahliahli taurat, orang Farisi dan Saduki.
Penangkapan dan penderitaan Yesus jelasjelas terkait erat
dengan politisasi agama yang dilakukan oleh para pemimpin
agama Yahudi yang menuduh Yesus melakukan ‘makar’ karena
mau merubuhkan Bait Allah. Bahkan tuduhan itu ditulis di
atas salib “Yesus orang Nazaret Raja Orang Yahudi”.
Penutup
Pepatah, “dalamnya laut dapat diduga dalamnya hati siapa yang
tahu” menunjukan bahwa tidak mudah mengetahui isi hati.
Namun, justru di situlah segala yang baik dan jahat berasal.
Karena itu, tuntutan untuk mengenal hati ketimbang paras
menjadi hal yang urgen untuk diperhatikan dalam berbagai
keputusan entah itu dalam soal memilih pemimpin, teman, mitra
kerja, pasangan hidup dan sebagainya.
19
Kerangka Khotbah Minggu Sengsara 5
Minggu, 26 Maret 2017
Hidup oleh Roh
Roma 8:117
Latar Belakang
Latar belakang terdiri atas tiga bagian yakni situasi sosial, tempat
dan waktu penulisan serta maksud dan tujuan surat rasul Paulus
kepada jemaat di Roma.
Situasi Sosial
Kitab ini ditulis oleh rasul Paulus ketika berada di negeri Yunani
sekitar tahun 58M dan ditujukan kepada jemaat Kristen di Roma.
Pada zaman Perjanjian Baru Kota Roma merupakan pusat
kekaisaran Romawi dan juga sebagai pusat dunia. Sebagai pusat
dunia, kota Roma menjadi tempat tinggal banyak bangsa.
Penggalianpenggalian membuktikan bahwa, mulamula kota
Roma adalah tempat bertemu dan bercampurnya bangsabangsa,
bukan tempat satu suku bangsa saja. Hal ini dipengaruhi oleh
sistem pemerintahan dan sistem administrasi Kekaisaran Romawi
menyerap banyak kota, negara, dan bangsa.
Kota Roma disebut “Kota Abadi”. Ia dilimpahi dengan kemewahan,
sejarah, dan bangunanbangunan megah, juga terdapat air
mancurair mancur sehingga disebut sebagai “Selokan Kerajaan”.
Kota yang luasnya 12 mil ini berpenduduk kirakira satu juta
orang dan setengahnya terdiri atas para budak, sebab di kota
tersebut praktek jual beli budak sangat marak. Di kota ini
terdapat orangorang Yahudi kirakira tetapi menurut
Witherington jumlahnya di antara 40.000 atau 50.000. Hal itu
menandakan bahwa orang Yahudi cukup banyak di kota itu.
20
Terbukti karena adanya sinagoge yang cukup banyak. Di Roma
sedikit sekali golongan kelas menengah karena biasanya orang
orang Roma kalau kaya, sangat kaya dan kalau miskin, sangat
miskin.
Negara Roma mencakup segala macam daerah, iklim, suku
bangsa, bahasa, dan kebudayaan, tidak saja dipersatukan oleh
politik Romawi tetapi juga oleh kebudayaan Yunani. “Dalam
pengetahuan umum, kesenian, kesusastraan, dan filsafat/logika
kebudayaan Yunanilah (Helenisme) yang menjadi alat pemersatu.
Sedangkan dalam ilmu hukum, bidang administrasi, dan
kemiliteran peranan Romawi yang berpengaruh.” Sesungguhnya
hal ini menyatakan bahwa ada dua kekuasaan yang tetap eksis,
secara politik oleh Romawi dan kebudayaan oleh Yunani.
Keduanya secara berturutturut menguasai dunia.
Kebudayaan Yunani sangat tinggi sehingga mampu merembesi
seluruh daerah Mediterania bahkan ibukota penguasa dunia pada
saat itu, Roma. Kekuatan politik Yunani telah berlalu, tetapi
budaya dan suasana Yunani telah menjadi fondasi bagi
kebudayaan kekaisaran Romawi, sebagimana seorang penulis
Romawi, Horatius, mengamati bahwa “Orang Yunani yang
tertawan telah menawan penawannya.” Kesenian, literatur, dan
gaya pemerintahan Yunani berkembang dengan subur hampir
sepanjang periode Romawi ini. Bahkan bahasa Yunani koine tetap
menjadi bahasa resmi dunia usaha di Timur Dekat, dan Perjanjian
Baru sendiri ditulis dalam bahasa ini.Itulah gambaran kota Roma
sebagai alamat surat Paulus. Kota metropolitan, pusat dunia, dan
bersifat plural.
Itulah sebabnya Jemaat Roma terdiri atas orang Yahudi (Rm. 4:1;
7:46) dan juga orang nonYahudi (Rm. 1:5,13; 11:13).
Kemungkinan besar bahwa jemaat Roma didominasi oleh orang
orang nonYahudi. Hal ini dapat dimengerti dari latar belakang
kota tersebut.
Tempat dan Waktu
Berhubungan dengan tanggal penulisan surat ini, Paulus tidak
menyatakan secara langsung.
Dalam Kisah Para Rasul 18:12, Paulus berada di Korintus dan
bertemu dengan Priskila dan Akwila. Ia berada di Korintus selama
21
satu tahun enam bulan (ayt. 11), pada waktu Gallio menjadi
gubernur di Akhaya (ayt. 1214). Masa pemerintahan Gallio yaitu
antara Mei 51 dan Mei 52, hal ini deketahui dari sejarah Roma.
[37] Sebuah temuan arkeologis di Delfi memberi keterangan masa
tinggal Paulus di Korintus dan bahwa Galio pada waktu itu adalah
gubernur di Akhaya pada tahun 52M.[38] Maka dapat dikatakan,
Paulus berada di Korintus pada tahun 5153. Melalui Efesus ia
kembali ke Yerusalem (Kis. 18:1921) dan mengakhiri
perjalanannya di Antiokhia (Kis. 18:22). Setelah beberapa lama di
Antiokhia, Paulus memulai perjalanan yang ketiga dari situ
dengan kunjungan pertamanya adalah Galatia dan Frigia (Kis.
18:23). Setelah itu Paulus melanjutkan perjalanan ke Efesus. Di
Efesus Paulus tinggal selama tiga tahun (Kis. 20:31) yaitu pada
tahun 5457.[39] Hal itu cocok jika kita hitung dari keberadaan
Paulus di Korintus satu tahun enam bulan, katakan saja dua
tahun ditambah tiga tahun di Efesus. Dalam Kisah Para Rasul
20:13, Paulus berangkat ke Makedonia, lalu ia tiba di tanah
Yunani dan tinggal di situ selama tiga bulan. Di tanah Yunani ini
Paulus menulis suratnya pada tahun 58. Masa ini adalah masa
penegakkan hukum dan tatanan seluruh wilayah pada masa Nero.
Ini sesuai dengan nasihat Paulus tentang “pemerintah” (Rm. 13:1
13).[40] Demikianlah Paulus menulis suratnya kepada jemaat di
Roma setelah ia di Efesus dan sebelum ia berangkat ke Yerusalem.
Tujuan Penulisan
Dalam Roma 15:23 Paulus mengatakan bahwa ia “tidak lagi mem
punyai tempat di daerah ini” yaitu dari Yerusalem sampai ke
Ilirikum (ayt. 19). Sekarang Paulus mau meluaskan daerah
penginjilannya ke arah barat, ke Spanyol (ayt. 24). Bagi Paulus
kerinduannya untuk datang ke Roma bukanlah tujuan satu
satunya, melalui perjalanannya ke Spanyol ia dapat singgah di
Roma (Rm. 15:24, 28).
Jadi, Roma adalah titik tolak Paulus ke Spanyol. Melalui Roma ia
akan meneruskan perjalanannya. Maka kepada jemaat di Roma ia
memohon bantuan untuk melanjutkan perjalanan itu (Rm. 15:24).
Duyverman menyatakan, “Sebagaimana dahulu Antiokhia menjadi
‘pangkalan’ Paulus, sekarang Roma akan menjadi titik tolaknya.
Hal itu nyata dari katakata ‘kamu dapat mengantarkan aku ke
sana. Surat Roma ditulis sebagai ganti bertatap muka langsung
22
seperti dikatakan oleh Tenney, dan sebagai persiapan untuk
menjadikan Roma sebagai pusat pelayanan di barat, seperti
Antiokhia, Efesus, Filipi, dan kotakota lain di mana Paulus
pernah bekerja di kawasan timur. Jadi, sebelum hal itu dilakukan
Paulus, ia terlebih dahulu memperkenalkan diri kepada jemaat.
FeineBehm mengatakan bahwa kebutuhan akan perkenalan
demikian memberikan alasan bagi Paulus untuk menguraikan
gagasangagasan teologisnya pada peralihan baru pekerjaannya,
yang diuraikan Paulus di sini adalah confessionsnya.
Tafsiran
Untik menafsir perikop ini saya akan membaginya dalam beberapa
bagian:
Ayat 14: Kemerdekaan dari Tabiat Manusiawi
Sebenarnya bagian ini sangat sulit dimengerti sebab sangat padat
dan berkaitan dengan halhal yang dijelaskan sebelumnya. Ada
dua kata kunci untuk mengerti bagian ini yaitu kata Sarx (daging)
dan Pneuma (Roh). Ada beberpa hal yang perlu dijelaskan
sehubungan kedua kata ini:
Pertama: sarx secara harafiah artinya daging. Dalam tulisan
tulisan Paulus kata ini sering digunakan dalam pengertiannya
sendiri. Secara luas Paulus memakainya dalam tiga pengertian: a)
ia memakainya dalam pengertian yang sama dengan ‘Sunat’
(sarka) yang dapat diterjemahkan dengan “di dalam daging” (2:28).
b) Berkalikali ia memakai ungkapan sarx yang dapat
diterjemahkan dengan “menurut daging” yang berarti “melihat
sesuatu hal dari segi pandangan manusia.” Misalnya ia berkata
bahwa Abraham adalah nenek moyang kita maka yang
dimaksudkan dengan kata sarx ialah nenek moyang dari segi
pandangan manusia. Ketika ia berkata bahwa Yesus adalah anak
Daud, maka kata sarx (1:3) berarti keturunan manusia, (c) Tetapi
ketika ia menggunakan kata sarx untuk berbicara dengan orang
Kristen maka yang dimaksudkan ialah saatsaat di mana kita
masih hidup dalam daging (en sarki: 7:5). Ia berbicara tentang
mereka hidup menurut daging sebagai lawan dari mereka yang
hidup menurut roh (8:4), 5). Ia berkata bahwa mereka yang hidup
dalam daging tidak berkenan kepada Allah (8:8). Ia berkata juga
23
bahwa keinginan daging ialah maut dan itulah adalah perseturuan
terhadap Allah (8:6, 8). Ia mengatakan bahwa orangorangkristen
tidak hidup di dalam daging (8:9). Di situ sangat jelas bahwa
Paulus menggunkan kata sarx tidak saja dalam pengertian tubuh
yaitu daging dan darah melainkan ia memaknainya sebagai tabiat
manusia dalam segala kelemahannya dan mudah jatuh kedalam
dosa. Apa yang ia maksudkan ialah tabiat manusia sebagai
pangkal dosa yang terpisah dari Kristus yakni segala sesuatu yang
mengingatkan manusia kepada dunia dan bukan kepada Allah.
Hidup menurut daging ialah suatu kehidupan yang dikuasai oleh
suara dan keinginan tabiat manusia yang berdosa sebagai ganti
suatu kehidupan yang dikuasai oleh kasih Allah. Daging adalah
bagian yang rendah dari tabiat manusia.
Perlu juga dicatat dengan jelas bahwa ketika Paulus memikirkan
tentang kehidupan manusia yang dikuasai oleh sarx maka yang
dimaksudkan bukanlah hanya dosadosa yang berkaitan dengan
jasmania tetapi juga termasuk didalamnya dosa penyembahan
berhala, perselisihan, kemarahan, sihir, iri hati dll. Jadi bagi
Paulus sarx bukan hanya dosa jasmiania melainkan juga rohaniah
yaitu tabiat manusia dalam segala kelemahannya atau sifat dari
manusia tanpa Allah dan tanpa Kristus.
Kedua, Paulus menggunakan kata Pneuma (Roh) dalam pasal ini
dengan latar belakang yang berasal dari PL yakni kata Ibrani
Ruach yang mempunyai dua arti dasar: a) tidak hanya berarti
‘Roh’ tetapi juga angin yakni mengandung pengertian tentang
kuasa yang dahsyat. b) dalam PL kata ini dipakai dalam
pengertian sesuatu yang melebihi manusia. Bagi Paulus Roh
menyatakan kuasa ilahi.
Oleh Karena, itu dalam bagian ini Paulus mengatakan bahwa pada
saat tertentu di mana orangorang Kristen berada dalam keadaan
kemanusiaannya yang dikuasai dosa dalam keadaan demikian
hukum taurat menjadi sesuatu yang justru mendorong perbuatan
dosa lalu menjadi buruk penuh frustasi dan putus asa. Tetapi
setelah menjadi orang Kristen dalam kehidupannya muncul
kekuatan dari Roh Allah dan sebagai akibatnya ia masuk dalam
hidup yang penuh kemenangan.
Pada bagian berikutnya Paulus berbicara tentang akibat nyata
karya Kristus bagi kita. Apa yang ingin Paulus kemukakan di sini
adalah bahwa dalam keadaan sebagai keturunan Adam setiap
24
manusia sudah berdosa dan konsekuensinya adalah kematian,
tetapi Yesus datang ke dalam dunia dan hidup dalam tabiat
manusia telah mempersembahakan kepada Allah suatu
kehidupan yang sempurna dalam ketaatan kepada Allah dan
benarbenar memenuhi hukum Allah, maka sekarang oleh karena
Yesus telah benarbenar manusia sebagaimana kita menjadi satu
dengan Adamm, kita juga sekarang menjadi satu dengan Dia dan
sebagaimana kita terlibat dalam dosa Adam, maka sekarang kita
terlibat juga dalam kesempurnaan Yesus. Di dalam Yesus manusia
dapat mempersembahkan ketaatan yang sempurna kepada Allah.
Manusia yang dahulu terlibat dalam dosa Adam sekarang
diselamatkan karena terlibat di dalam kebaikan Yesus.
Itulah argumentasi Paulus bahwa apa yang Yesus lakukan
membuka jalan bagi orangorang Kristen suatu kehidupan yang
tidak lagi dikuasai oleh daging melainkan oleh Roh Allah, di dalam
kehidupan manusia dengan kuasa yang berasal dari Allah.
Hukuman yang lama telah dihapuskan dan kekuatan yang baru
diberikan untuk menyongsong masa depan di dalam Kristus
Ayat 511: Dua Macam Prinsip
Pada bagian ini Paulus menggambarkan dua macam prinsip yang
berbeda, yakni:
Pertama, ada kehidupan yang dikuasai oleh tabiat manusia yang
berdosa yang mengarah dan berpusat pada dirisendiri.
Kehidupan yang demikian dikendalikan oleh hawa nafsu,
kesombongan dan ambisi dan halhal itu diingini manusia di luar
Kristus,
Kedua, ada kehidupan yang dikuasai oleh Roh Allah. Sebagaimana
manusia hidup di dalam udara, begitulah ia hidup di dalam
Kristus tidak pernah terpisah dariNya. Sebagimana ia bernafas
dengan udara yang memnuhinya, demikian Kristus semestinya
memenuhi kehidupannya. Pikirannya bukan pikirannya sendiri
melainkan Kristus, keinginannya bukan keinginannya sendiri
melainkan keinginan Kristus. Ia dikendalikan oleh Roh dan oleh
Kristus serta difokuskan kepada Allah.
Menurut Paulus kedua macam kehidupan ini menuju arah yang
berlawanan. Kehidupan yang dikuasai keinginan dan aktivitas
tabiat manusia yang berdosa menuju kepada maut, yang dalam
pengertian yang paling harfiah tidak ada masa depan di dalamnya
25
karena terpisah didalam Allah. Ia menjadi seteru Allah yang
membenci hukum dan campur tangan Allah.
Sedangkan kehidupan yang dikuasai oleh Roh berpusat pada
Kristus dan tertuju kepada Allah yang adalah kehidupan itu
sendiri. Sama seperti Henokh yang hidup bergaul dengan Allah
yang diangkat oleh Allah. Menurut Paulus dosa datang ke dalam
dunia yang berakibat kepada maut dan kematian melalui tabiat
manusia tetapi manusia yang dikuasai oleh Roh yang tinggal
didalam Kristus biarpun mati dia akan dibangkitkan di dalam
kebangkitan Kristus.
Pemikiran dasar Paulus di sini ialah bahwa kesatuan orang
Kristen dengan Kristus tak dapat dipisahkan oleh apapun
GMIT
2017
Tema:
“Kebangkitan Kristus
Membebaskan Kita dari Kuasa
Kematian”
(Roma 6:10)
Majelis Sinode Harian GMIT
2017
Kata Pengantar
Pujian syukur ke hadirat Tuhan karena Bahan Paskah GMIT
ini dapat dirampungkan. Tema Paskah GMIT 2017 sesuai Tema
Paskah PGI, yaitu “Kebangkitan Kristus membebaskan kita dari
kuasa kematian” (Roma 6:10). Tema ini mengajak kita untuk
sadari bahwa anugerah keselamatan Allah dinyatakan dalam
kematian Kristus satu kali untuk selamalamanya. Kristus tidak
mati berulangkali! KematianNya satu kali adalah kematian yang
merangkum seluruh karya keselamatan Allah untuk seluruh
kehidupan umat manusia, sehingga harus direspons dengan
pembaruan hidup.
Bahan yang disajikan dalam buku ini adalah kerangka
khotbah, tata ibadah dan bahan kategorial. Bahan ini dimulai
dengan tujuh Minggu Sengsara, Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu
Sunyi, Paskah 1 dan Paskah 2, diakhiri dengan bahan kategorial
anak, remaja, pemuda, bapak dan ibu.
Perkenankanlah kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada rekanrekan sepelayan yang ikut ambil bagian dalam
pembuatan bahan ini, yaitu: Pdt. Emille R. Hauteas, S.Si, Pdt.
Nicolas St.E. Lumba Kaana, M.Th, Pdt. Ambrosius H. Menda, S.Th,
Pdt. Marthen Adu, M.Th, Pdt. Bethseba FanggoidaeNunuhitu,
M.Th, Vik. Dr. Ira Mengililo, Pdt. Maria A. LitelnoniJohannes, MA
dan Pdt. Johny E. Riwu Tadu, S.Th, M.Sn.
Kiranya Bahan Paskah GMIT 2017 ini dapat digunakan
dengan baik dan memberikan inspirasi bagi penyelenggaraan
masa Paskah di Jemaatjemaat, sehingga umat dapat merasakan
berkat Paskah.
Kami berharap dengan hadirnya bahan ini, penghayatan iman
kita tentang kasih Kristus yang menderita, mati dan bangkit –
yang membebaskan kita dari kuasa kematian semakin
2
mendorong kita untuk berkarya bagi keselamatan dunia di sekitar
kita. Tuhan memberkati!
Februari 2017
Majelis Sinode Harian GMIT
Daftar Isi
Pengantar ……………………………………………………………………. 2
Daftar Isi …………………………………………………………………….. 3
Kerangka Khotbah
Minggu Sengsara 1: 26 Februari 2017 …………………………….... 5
Minggu Sengsara 2: 05 Maret 2017 ……………………………….… 8
Minggu Sengsara 3: 12 Maret 2017 ………………………………….. 10
Minggu Sengsara 4: 19 Maret 2017 ………………………………….. 15
Minggu Sengsara 5: 26 Maret 2017 ………………………………….. 19
Minggu Sengsara 6: 02 April 2017 …………………………………… 27
Minggu Sengsara 7/Minggu Palma: 09 April 2017 ……………….. 30
Jumat Agung: 14 April 2017 ………………………………………….. 32
Paskah 1: 16 April 2017 ……………………………………………….. 39
Paskah 2: 17 April 2017 ……………………………………………….. 46
Bahan Tata Ibadah
Penjelasan Liturgi ………………………………………………………… 51
Minggu Sengsara 1: 26 Februari 2017 …………………………….... 53
Minggu Sengsara 2: 05 Maret 2017 ……………………………….… 61
Minggu Sengsara 3: 12 Maret 2017 ………………………………….. 68
Minggu Sengsara 4: 19 Maret 2017 ………………………………….. 76
Minggu Sengsara 5: 26 Maret 2017 ………………………………….. 84
Minggu Sengsara 6: 02 April 2017 …………………………………… 92
Minggu Sengsara 7/Minggu Palma: 09 April 2017 ……………….100
Jumat Agung: 14 April 2017 …………………………………………..107
Paskah 1: 16 April 2017 ………………………………………………..117
Paskah 2: 17 April 2017 ………………………………………………..127
3
Bahan
Kerangka
Khotbah
4
Kerangka Khotbah Minggu Sengsara 1
Minggu, 26 Februari 2017
TINGGAL BERSAMA ALLAH
DALAM FIRMANNYA
Keluaran 24:1218
Pengantar
Perjalanan Umat Israel dari Mesir ke tanah perjanjian menyimpan
banyak cerita. Kitab Keluaran yang paling sering kita baca dan
kita renungkan adalah kisah penderitaan. Pasal pertama langsung
bercerita tentang suasana penindasan di Mesir. Kisah Israel yang
5
menderita menjadi model untuk membangun iman umat masa
kini. Bahwa perjalanan Israel atau pengembaraannya di padang
gurun sebelum sampai ke tanah Kanaan memang menuai banyak
penderitaan tetapi pada saat yang sama Tuhan tidak tinggal diam.
Penderitaan kerap dialami dalam perjalanan pengembaraan itu
tetapi pada saat yang sama tangan Tuhan yang kokok dan kuat
itu menolong mereka keluar dari berbagai kesulitan selama
perjalanan itu.
Ulasan Teks
Teks Keluaran 24:1218 menceritakan permintaan Tuhan Allah
kepada Musa dan Yosua naik ke atas gunung Sinai untuk
menerima Loh Batu yang berisi hukum dan perintah bagi umat
Israel. Kalau kita membaca dengan baik teks ini, ternyata teks
berakhir tanpa kita mendapatkan informasi apakah Musa dan
Yosua kembali membawa Loh Batu yang dijanjikan oleh Tuhan
atau tidak. Teks berakhir pada ayat 18 di mana Tuhan Allah
menjumpai Musa dalam awan yang tebal. Ia bahkan tinggal empat
puluh hari empat puluh malam di atas gunung. Justru Loh Batu
baru diberikan oleh Tuhan Allah di pasal 31.
Umat diminta untuk menunggu sedangkan Musa dan Yosua naik
ke puncak gunung. Meninggalkan umat dalam kondisi yang
kurang kondusif bukan tanpa risiko. Di pasalpasal berikutnya,
ternyata ketika Musa kembali dari gunung justru umat telah
menyimpang dari hadapan Tuhan. “Seluruh bangsa menanggalkan
antinganting emas yang ada pada telinga mereka dan
membawanya kepada Harun dan dibuatnya anak lembu tuangan
(32:34). Rupanya meninggalkan umat empat puluh hari empat
puluh malam bukan waktu yang pendek untuk tetap bertahan
dalam iman dan pengharapan menghadapi situasi sulit dan
penderitaan karena perjalanan yang belum kenal ujungnya. Musa
belum turun dari gunung Sinai tetapi Tuhan Allah sudah tahu
persis apa yang dilakukan oleh Umat di bawah sana. “Pergilah,
turunlah sebab bangsamu yang engkau pimpin dari tanah Mesir
telah rusak lakunya (32:7)”. Empat puluh hari Musa bersama
Tuhan dan masuk ke dalam kemuliaan Tuhan di atas gunung
Sinai dan selama itu umat tidak bertahan untuk menunggu.
Durasi empat puluh hari itu terlalu lama bagi umat untuk
bertahan dalam iman kepada Tuhan Allah. Ketidaksabaran Umat
6
menunggu kembalinya Musa bukan saja mencederai iman mereka
tetapi sekaligus mengingkari akan pengakuan bahwa Tuhan
Allahlah yang membawa mereka keluar dari Mesir dan akan terus
membawa mereka masuk ke tanah Kanaan, tanah Perjanjian.
Transfigurasi yang dialami Musa di atas gunung Sinai kemudian
terulang lagi pada zaman Yesus. Petrus, Yakobus dan Yohanes
menyaksikan bagaimana Musa hadir lagi saat Yesus berubah rupa
dengan pakaian putih berkilatkilat (Mark 9:2,3). Sebuah
simbolisasi kepemimpinan Musa yang diagungkan oleh Israel
turuntemurun terulang kembali. Pada konteks Perjanjian Baru,
kehadiran Musa dan Elia yang diakui sebagai tokoh besar yang
dijunjung dan dihormati pada saat Yesus dimuliakan dalam kisah
Injil Markus dapat juga dibaca sebagai simbolisasi baru
kepemimpinan di dalam Israel. Musa dan Elia telah tiada. Mereka
meninggalkan kesan kepemimpinan yang kuat atas Israel.
Sekarang, model kepemimpinan itu mendapat format baru di
dalam Yesus. Di dalam Yesus, Israel dituntun menuju masa depan
kehidupan yang menyelamatkan. Yesus bukan saja wakil Allah
yang memimpin Israel tetapi Ia adalah Tuhan yang menjadi
manusia. Di dalam Yesus kepemimpinan atas Israel mendapat
format baru yakni pemimpin yang menderita.
Musa marah kepada Israel yang menyimpang dari imannya ketika
ia berada di atas gunung Sinai. Kemarahannya diluapkan dengan
melempar dua loh batu sampai hancur di tanah. Yesus
menghadapi umat yang ingkar imannya dengan memberi diri dan
menderita. Menanggung semua hukuman yang mesti ditanggung
oleh umat karena dosa mereka.
Relevansi
Iman kristiani terbuka terhadap penderitaan. Penderitaan tidak
disangkal atau dihindari tetapi selalu dihadapi. Bahkan
kehidupan iman mengalami pertumbuhan kalau ada pengalaman
hidup penderitaan. Melaluinya orang Kristen belajar hidup dekat
kepada Allah. Selalu ada hikmat yang kita petik dari jalan hidup
bergelimang penderitaan.
Kehidupan ini perlu tuntunan. Orang Kristen hidup dalam
tuntunan Allah. Yang perlu kita dalami adalah bahwa Tuhan tidak
memperlakukan manusia seperti kanakkanak. Pada saat tertentu
mungkin ada perasaan manusia dibiarkan berjalan sendiri seolah
7
olah Tuhan menjauh. Justru pada saat seperti itulah Tuhan
sedang memberi kita kesempatan untuk bertumbuh dan beranjak
dewasa. Karena itu, tetaplah teguh dalam iman bahwa Tuhan
selalu memimpin jalan hidupmu apapun situasinya. Jangan
ingkar!
Kerangka Khotbah Minggu Sengsara 2
Minggu, 05 Maret 2017
KEMATIAN MELALUI ADAM,
KEHIDUPAN MELALUI KRISTUS
Roma 5:1221
Pengantar
Bolehkah kita menikmati hasil tanpa usaha dan kerja keras?
Boleh. Ini dia ceritanya. Pohonpohon besar yang ada di halaman
rumah dan kebunkebun kita, bisa jadi bukan kita yang
8
menanamnya. Tanamantanaman umur panjang ini sudah
ditanam oleh kakek nenek kita. Sekarang, anak cuculah yang
menikmati hasilnya. Kita tidak berlelah dan berusaha tetapi kita
menikmati hasilnya. Warisan ini kita peroleh dengan cumacuma.
Karena ini adalah warisan maka anak dan cucucuculah yang
berhak untuk menikmatinya. Dalam hubungan dengan Dosa,
manusia juga mengalami apa yang sekurangkurangnya, sama
dengan ilustrasi di atas. Dosa satu orang menyebabkan semua
orang berdosa. Tetapi pada akhirnya semua orang diselamatkan
oleh karena pengorbanan satu orang.
Ulasan Teks
Teks Roma 5:1221 mempersandingkan dua figure, yakni Adam
dan Kristus yang berhubungan dengan dosa dan anugerah. Adam
adalah penyebab masuknya dosa ke dalam dunia. Dari Adam
semua manusia menjadi berdosa. Karena Adam, maka maut
menjadi berkuasa atas manusia. Sebaliknya karena satu orang
yakni Yesus Kristus, kasih karunia Allah dilimpahkan. Melalui
Yesus Kristus, anugerah kebenaran hidup dan berkuasa.
Harus juga dipahami bahwa Kasih Karunia Allah tidak dapat
disandingkan dengan dosa. Menurut Paulus dalam surat Roma,
Kasih karunia Allah tidak sama dengan pelanggaran karena dosa.
Kasih karunia Allah jauh lebih besar dari dosa karena satu orang.
Antara Dosa dan Kasih karunia Allah ada Hukum Taurat.
Menurut surat Roma, Hukum Taurat ditambahkan supaya
pelanggaran menjadi semakin banyak. Kita pasti kaget dengan
pernyataan ini. Bukankah Hukum Taurat menjadi pedoman yang
memungkinkan seseorang menjadi mawas diri dan bercermin
untuk hidup dalam kebenaran. Larangan dan perintah dalam
hukum taurat yang menuntut ketaatan manusia akan berujung
pada prilaku manjauhkan diri dari pelanggaran dan dosa. Posisi
hukum Taurat dalam hubungan dengan Dosa menegaskan bahwa
manusia pada dirinya tidak mampu keluar dari lingkaran dosa.
Tuntutan taurat sangat berat dan kompleks sama sekali tidak
memberi kemungkinan untuk manusia bisa memenuhinya secara
sempurna.
Relevansi
9
Pergumulan manusia dengan dosa tidak akan pernah berakhir
sekiranya manusia mengandalkan kekuatan dirinya saja. Hanya
karena intervensi Allah (campur tangan Allah) yang dapat
membebaskan manusia dari dosa. Di pihak lain, kehidupan dalam
dosa seringkali sangat memikat. Dosa menampakkan wajahnya
dengan cara yang menggoda sehingga siapapun dapat hanyut di
dalamnya. Tetapi segala hal yang memikat karena dosa biasanya
bersifat semu. Kesenangan yang tercipta karena dosa biasanya
tidak langgeng. Bahkan selalu berakhir dengan penderitaan dan
maut. Manusia tidak punya kekuatan yang penuh untuk melawan
dosa. Manusia perlu di tolong. Hanya saja tidak ada kekuatan
apapun di dunia ini yang mumpuni untuk menolong manusia.
Surat Roma dengan tegas menyatakan bahwa dosa menjadi
berlimpah karena manusia tidak sanggup memenuhi tuntutan
hukun taurat tetapi ada Kasih Karunia Allah di dalam Yesus
Kristus yang membebaskan manusia dari maut karena dosa.
Mansusia menerima pembebasan dari dosa karena kasih
anugerah Allah. Manusia tidak berlelah, tidak berjuang tetapi
menerima pembebasan itu karena anugerah Allah.
Kerangka Khotbah Minggu Sengsara 3
Minggu, 12 Maret 2017
HIDUP BARU
DI DALAM KRISTUS
Yohanes 3:112
Pendahuluan
Manusia modern dengan aneka kecanggihannya tidak mengurangi
permasalahan kehidupan. Sebaliknya, kemajuan ilmu dan
10
teknologi menimbulkan banyak masalah baru yang semakin
rumit. Ketidak adilan sosial dan kemiskinan ekonomi,
kesimpangsiuran informasi dan kesembrautan sistem politik,
keserakahan kuasa dan eksploitasi terhadap alam makin menjadi
jadi, semakin tak terkontrol. Perdebatan tentang hukum yang
semakin intens terjadi di ruang publik justru menunjukkan
betapa lemahnya penegakkan hukum bagi kaum rakyat jelata.
Kerangka Khotbah ini dibuat untuk dipakai pada hari minggu ke
3, masa raya sengsara Tuhan Yesus. Harapan yang ada di balik
pengadaan kerangka khotbah ini adalah agar perayaan kita
bermakna bagi penyegaran iman dan pemantapan komitmen
pelayanan untuk mengambil bagian dalam karya solidaritas Allah.
Kiranya, dengan memandang kepada Kristus yang menderita
sampai mati tersalib di tiang gantungan Golgota, kita makin
berdaya dan makin aktif berkarya bagi perubahan dan
pembaharuan diri, gereja dan masyarakat.
Seorang Kristen tidak memiliki tujuan pada dirinya sendiri.
Menjadi pengikut Yesus menuntut komitmen untuk hidup
menurut jalan yang ditunjukkan Kristus, rela menderita sampai
mati demi menyelamatkan dunia dari ancaman kematian oleh
dosa. Misi Kristen menyatu pada misi Kristus yang tersalib untuk
membaharui hidup. Dosa manusia mengancam kehidupan yang
diciptakan Allah. Manusia dicurangi dan disakiti oleh dosa. Alam
dikuras dan dihancurkan. Ketika semua ciptaan terancam
kemalangan, karya Kristus membaharui hidup dengan cara
menunjukkan kasih Allah yang menjamin masa depan kehidupan.
Kekristenan muncul di atas panggung sejarah sebagai agen Allah
untuk membaharui kehidupan. Misi kekristenan bukan sekedar
melekatkan diri pada Kristus melainkan meneladani kristus yang
berkarya bagi pembaharuan kehidupan di dunia. Tiap orang dan
komunitas Kristen dikaruniai panggilan hidup baru di dalam
Kristus, yakni menjadi agen Allah untuk pembaharuan hidup.
Tafsiran: Perjumpaan, percakapan dan keterlibatan
Nas kita, Yohanes 3:121, berisi kisah perjumpaan dan
percakapan antara Nikodemus dengan Yesus. Dalam nas kita
disinggung beberapa hal tentang pribadi Nikodemus. Pertama, Ia
adalah seorang pemimpin agama Yahudi, dari golongan orang
Farisi. Dalam cerita Injil golongan Farisi sering disebut. Kesannya,
11
bahwa di kalangan masyarakat Yahudi golongan Farisi sangat
dikenal dan dihormati. Golongan ini dekat dengan kaum ahli
Taurat, sebagai kelompok yang sangat berminat kepada penerapan
hukum Taurat. Mereka mendirikan sinagoge dan sekolahsekolah.
Mereka ingin melindungi agama Yahudi dari pengeruh budaya
asing dan ingin membaharuinya dengan memberlakukan hukum
Taurat secara ketat, misalnya tentang Sabat, puasa, makanan
yang halal dan haram. Nikodemus, seorang guru Yahudi, datang
kepada Yesus di malam hari, dengan membawa sebuah
pernyataan keyakinan. Ia sangat yakin bahwa Yesus adalah
seorang guru yang diutus Allah. Keyakinannya itu didasarkan
pada tandatanda yang diadakan Yesus. Nikodemus berkeyakinan
bahwa hanya orang yang disertai Allah saja yang dapat melakukan
tandatanda seperti yang Yesus lakukan. Nikodemus telah melihat
sejumlah tanda pada karya Yesus, tandatanda itulah yang
meyakinkan Nikodemus bahwa Yesus adalah seorang guru yang
diutus Allah. Perjumpaan Yesus dengan Nikodemus melahirkan
sebuah percakapan mengenai pernyataan keyakinan tentang
Yesus.
Nikodemus mengatakan kepada Yesus tentang keyakinannya. Ia
sangat yakin bahwa Yesus adalah Guru yang diutus oleh Allah.
Pernyataan itu tidak terjadi serta merta, melainkan muncul dari
pengamatan berkalikali, bahwa Yesus sering melakukan tanda
tanda keilahian. Tentang tandatanda itu, pada perikop
sebelumnya ada cerita tentang Tuhan Yesus merubah air menjadi
angggur ketika perjamuan kawin di Kana. Dikatakan juga bahwa
ada banyak tanda yang dilakukan Yesus di Yerusalem selama hari
raya Paskah sehingga banyak orang percaya dalam namaNya
(2:23). Jelas bahwa Nikodemus telah sungguhsungguh
mengarahkan pandangannya kepada Yesus, dan menemukan
sejumlah tandatanda penyertaan Allah pada diri dan karya Yesus.
Setelah sekian lama mengamati dan menemukan tanda keilahian
pada diri Yesus, kini Nikodemus berkesempatan berjumpa Yesus
dan mengatakan kesimpulannya dalam bentuk rumusan
keyakinannya tentang Yesus.
Bagaimana tanggapan Yesus terhadap pernyataan keyakinan
Nikodemus? Tuhan Yesus menunjukkan sebuah isu lain. Tuhan
Yesus membawa Nikodemus ke dalam sebuah percakapan tentang
kerajaan Allah, “...sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan
12
kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah” (3:3). Pokok ini
membingungkan bagi Nikodemus. Ia butuh penjelasan panjang
lebar untuk memahami tentang hal “kelahiran kembali”. Yang
dimaksudkan dengan “kelahiran kembali” bukanlah peristiwa
kelahiran secara biologis (ayat 4), melainkan sebuah peristiwa
rohani yang menandai seseorang telah terhubung dengan Allah
melalui Roh Kudus (ayat 58). Kemudian, Tuhan Yesus membuka
pandangan Nikodemus mengenai kasih Allah yang sedmikian
besar untuk menyelamatkan dunia. Tuhan Yesus juga mengajak
Nikodemus untuk melakukan perbuatan yang benar, menurut
jalan yang ditunjukkan Allah. Menurut hemat saya, poin
pentingnya bukan mengenai kelahiran kembali, melainkan tentang
“tandatanda kerajaan Allah”.
Perjumpaan dan percakapan antara Tuhan Yesus dan Nikodemus
membantu Nikodemus memahami tentang tanda kerajaan Allah
pada kekiniannya. Belajar dari percakapan Yesus dan Nikodemus,
menurut saya, ada tiga aspek dari tanda kerajaan Allah. Pertama,
tanda Kerajaan Allah itu dapat dilihat (ay. 3). Kedua, tanda
kerajaan Allah itu menunjukkan karya penyelamatan dunia dari
kebinasaan (ay. 16). Dan ketiga, tanda kerajaan Allah itu
berkaitan dengan perilaku hidup yang dikehendaki Allah (ay. 21).
Perjumpaan dan percakapan antara Nikodemus dengan Tuhan
Yesus melahirkan pandangan iman yang menuntun kepada
keterlibatan manusia dalam menghadirkan tandatanda kerajaan
Allah.
Pokok Pikiran: Aplikasi
Hingga saat ini penderitaan manusia dan alam sedang
berlangsung di banyak tempat dan bidang kehidupan. Dalam
kasus perdagangan orang, misalnya. Para pelaku mendagangkan
sesamanya yang lemah. Mereka mengejar keuntungan dan
mengabaikan harkat para kurban. Di tengah arus modernisasi,
industrilisme mengancam kelestarian alam. Pertanyaan untuk
direnungkan adalah bagaimana peran orang Krsiten terhadap
ruparupa penderitaan manusia dan alam di zaman ini?
Panggilan iman bagi umat Kristen, baik secara perorangan
maupun secara kolektif, tidak hanya untuk mengenal Tuhan
13
Yesus. Di minggu sengara ini kita mempertegas identitas Yesus
sebagai Kristus yang menanggung sengsara. Tentu saja, untuk
mengenal Tuhan Yesus dibutuhkan kesungguhsungguhan dan
totalitas belajar. Nikodemus memperhatikan, mengamati, sampai
akhirnya berhasil membuat sebuah rumusan pernyataan
keyakinan bahwa Yesus adalah utusan Allah. Dalam hal belajar
mengenal Yesus maka masa raya 7 minggu sengsara ini dapat
dimanfaatkan dengan upaya maksimal untuk mengenal Tuhan
Yesus. Kita harus sungguhsungguh belajar tentang Yesus agar
bisa tiba pada rumusan pengakuan yang otentik: berdasarkan
pengalaman, pengamatan dan perenungan yang mendalam. Tuhan
Yesus adalah sosok kasih Allah yang sempurna, yang rela
menderita bagi keselamatan dunia. PenderitaanNya adalah tanda
hakiki dari kasih Allah. Lebih dari sekedar mengenal Yesus, orang
Kristen terpanggil untuk mengenal dan meneladaniNya.
Sebagaimana Tuhan Yesus telah menderita agar manusia dan
dunia diselamatkan, begitu pula misi kekristenan mesti
mengambil jalan yang sama, jalan penderitaan, jalan salib.
Memang ada pepatah mengatakan bahwa “ada banyak jalan ke
Roma”, tetapi untuk meluputkan manusia dan alam dari
kebinasaan hanya satu jalan yang ditunjukkan Yesus. Jalan satu
satunya itu adalah “via dolorosa”, jalan penderitaan. Tuhan Yesus
menujukkan jalan itu sebagai jalan yang dipilih Allah untuk
meluputkan dunia dari kebinasaan oleh dosa. Setelah memahami
jalan keselamatan itu, marilah kita terus melangkah dijalan itu,
menjadi pribadi, menjadi gereja dan menjadi masyarakat yang rela
menderita demi memperbaiki kerusakan, merawat kehidupan dan
menunjukkan harapan.
Mengenal Tuhan Yesus dan menaladaniNya berarti mempraktekan
hidup secara baru di tengah realitas permasalahan manusia dan
alam. Lewat penyelenggaraan masa raya sengsara Tuhan Yesus,
kita mengaminkan lagi bahwa penderitaan Kristus merupakan
tanda kasih Allah yang menyelamatkan. Tanda kasih yang
demikian diperlukan untuk pembaharuan hidup manusia dan
dunia. Hakekat keterlibatan Kristiani dalam menganggapi berbagai
permasalahan dan keprihatinan adalah ikutserta menanggung
kesengsaraan kaum lemah demi pembaharuan hidup agar makin
terbuka, makin adil dan makin berpengharapan.
14
Kerangka Khotbah Minggu Sengsara 4
Minggu, 19 Maret 2017
15
ALLAH MELIHAT HATI
1 Samuel 16:123
Pengantar
Pada awal Februari 2017 yang lalu atau yang santer disebut
peristiwa 212, polisi menangkap 10 orang terduga kasus makar.
Makar adalah upaya menggulingkan pemerintah (presiden dan
wakil presiden) di luar jalur hukum. Ada sederet namanama
terkenal dalam kasus ini: Rachmawati Soekarno Putri, Sri Bintang
Pamungkas, Ahmad Dhani, Ratna Sarumpaet, Mayjend. (Purn)
Kivlan Zen dan lainnya.
Kasus makar sebagaimana definisi di atas, merupakan kasus yang
sangat berbahaya dalam sebuah negara. Oleh karena itu ancaman
hukuman kasus makar tidak mainmain. Dalam KUHP pasal 107
dan 207 ancaman hukumannya 20 tahun hingga hukuman mati.
Dalam cerita pengutusan Samuel oleh Tuhan ke Betlehem untuk
mengurapi salah seorang anak Isai menggantikan Raja Saul yang
masih berkuasa, sesungguhnya kita menemukan salah satu
contoh kasus tindakan ‘makar’ yang dikehendaki Tuhan oleh
karena raja Saul menolak menaati Tuhan.
Tafsiran
Ay. 15 Saul, raja pertama Israel gagal menjalankan tugas sesuai
kehendak Tuhan. Kegagalan itu mendukakan hati Samuel. Tuhan
juga menyesal memilih Saul menjadi raja atas Israel (Pasal 15:35).
Apa tindakan Tuhan selanjutnya? Ia menghendaki pergantian raja.
Pergantian itu sangat mendesak. Tuhan tidak mau menunggu
16
hingga Saul wafat. Untuk tugas tersebut Tuhan mengutus Samuel
ke Betlehem untuk menemui Isai dan mengurapi salah satu dari
anakanaknya. Samuel terkejut dangan rencana dan keputusan
Tuhan tersebut. Ini ‘misi politik’ yang sangat berbahaya. Sebuah
tindakan makar. Bagaimana bisa mengangkat seorang raja baru
secara diamdiam sementara raja yang sah tidak tahu dan masih
berkuasa? “Bila Saul mendengarnya, ia akan membunuh aku,”
protes Samuel kepada Tuhan.
Untuk menghindari kecurigaan terutama tuatua atau pejabat
pejabat di kota Betlehem, Tuhan mengutus Samuel dengan alasan
kedatangannya ke Betlehem hendak mempersembahkan ibadah
korban. Dengan kata lain, tindakan Samuel tidak punya dampak
politis karena itu tidak usah dikuatirkan apalagi patut dicurigai.
Ayat 610 Tibalah Samuel di Betlehem. Seperti dugaan
sebelumnya, para tuatua kota menyambut kedatangan Samuel
dengan penuh tanda tanya. Samuel menerangkan maksud
kedatangan bertujuan mulia yakni menyembah Tuhan melalui
ibadah korban. Karena itu ‘misi politik’ berbaju agama itu berjalan
mulus tanpa curiga sama sekali. Isai dan anggota keluarga
diundang. Proses seleksi pun dimulai. Eliab, putra sulung Isai,
seorang pemuda yang elok paras, tinggi besar dengan postur
tubuh yang tegap. Penampilannya memukau Samuel. Ia berpikir,
pasti anak muda ini lah yang dimaksud Tuhan. Ternyata tidak.
Di mata manusia, penampilan sangat menentukan. Perhatikan
syaratsyarat dalam lowongan kerja. Salah satu yang menjadi
pertimbangan dalam penerimaan karyawan adalah berpenampilan
menarik. Namun, Tuhan tidak demikian. Pengalaman raja Saul
membuktikan hal itu. Pasal 9:2 dengan jelas menyatakan betapa
tidak ada satu orang pung di Israel yang menandingi ketampanan
Saul. Namun, fakta membuktikan bahwa ketampanan bisa
mengecoh. Penampilan luar bisa menipu. Saul memang tampan
secara fisik tetapi hatinya jauh dari Tuhan.
Melihat Eliab, Tuhan berfirman kepada Samuel, “Janganlah
pandang parasnya atau perawakannya yang tinggi, sebab Aku
telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah.
17
Manusia melihat yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.”
Setelah Eliab, satu persatu adikadiknya bernasib sama. Tidak
ada yang berkenan di mata Tuhan.
Ayat 1113 Samuel heran dan tak menduga tujuh anak Isai yang
gagah perkasa tersebut tidak ada satu pun yang cocok di mata
Tuhan. Lalu siapa? Ada di mana dia? “Inikah anakmu semuanya?”
Tanya Samuel pada Isai. “Masih tinggal yang bungsu tapi sedang
menggembalakan kambing domba,” jawab Isai. “Suruhlah
memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan sebelum ia
datang ke mari.” Kata Samuel.
Samuel mengurapi Daud menjadi raja dan kemudian ia pergi dari
Betlehem sebab misi rahasia Allah yang sangat berbahaya namun
mengandung harapan itu telah usai. Bisa jadi sepanjang
perjalanan pulang segudang pertanyaan mengganjal di hatinya.
Bagaimana bisa seorang anak muda penggembala kambing
domba, yang tidak punya pengalaman berperang yang lebih
banyak bergaul dengan hewan dipilih Tuhan menjadi raja? Itu
Bukan tanggung jawab Samuel, Tuhan yang nanti mengaturnya.
Tuhan menggunakan keahlian musik Daud sebagai pintu masuk
menuju takhta istana. Bahkan Tuhan mengaruniakan Rohnya
untuk melengkapi Daud.
Aplikasi
Khotbah bisa dimulai dengan contoh kasus makar sebagaimana
disebutkan di pengantar atau kasus lain yang relevan dengan
kebutuhan jemaat. Bagi jemaat yang menggunakan in fokus, bisa
memutar cuplikan video penangkapan atau proses hukum kasus
makar dengan catatan durasinya hanya sekitar 1 menit.
Sedangkan beberapa point yang dapat dikembangkan dalam
khotbah misalnya:
Upaya politisasi agama untuk kepentingan kekuasaan
sebagaimana yang belakangan terjadi di berbagai daerah di
Indonesia. Hal yang sama terjadi ketika Samuel memakai
alasan agama untuk tujuan politik. Betapa pun bertujuan
18
positif namun dari kisah ini memberi sinyalemen betapa agama
rentan dipakai untuk tujuan atau kepentingan terselubung.
Hingga hari ini masyarakat masih terjebak dan terkecoh
dengan penampilan pemimpin. Integritas, kredibilitas dan
kapabilitas yang menjadi syarat pemimpin ideal terkadang
diabaikan. Orang cenderung memilih pemimpin yang
‘bertopeng’ daripada yang jujur apa adanya. Mengapa? Karena
pemimpin yang bersih tidak bisa diajak bekerja sama untuk
meraup keuntungan tertentu.
Tuhan Yesus juga di tolak oleh sebagian orang Yahudi karena
sikap dan penampilannya yang berbeda dari para pemimpin
Yahudi seperti ahliahli taurat, orang Farisi dan Saduki.
Penangkapan dan penderitaan Yesus jelasjelas terkait erat
dengan politisasi agama yang dilakukan oleh para pemimpin
agama Yahudi yang menuduh Yesus melakukan ‘makar’ karena
mau merubuhkan Bait Allah. Bahkan tuduhan itu ditulis di
atas salib “Yesus orang Nazaret Raja Orang Yahudi”.
Penutup
Pepatah, “dalamnya laut dapat diduga dalamnya hati siapa yang
tahu” menunjukan bahwa tidak mudah mengetahui isi hati.
Namun, justru di situlah segala yang baik dan jahat berasal.
Karena itu, tuntutan untuk mengenal hati ketimbang paras
menjadi hal yang urgen untuk diperhatikan dalam berbagai
keputusan entah itu dalam soal memilih pemimpin, teman, mitra
kerja, pasangan hidup dan sebagainya.
19
Kerangka Khotbah Minggu Sengsara 5
Minggu, 26 Maret 2017
Hidup oleh Roh
Roma 8:117
Latar Belakang
Latar belakang terdiri atas tiga bagian yakni situasi sosial, tempat
dan waktu penulisan serta maksud dan tujuan surat rasul Paulus
kepada jemaat di Roma.
Situasi Sosial
Kitab ini ditulis oleh rasul Paulus ketika berada di negeri Yunani
sekitar tahun 58M dan ditujukan kepada jemaat Kristen di Roma.
Pada zaman Perjanjian Baru Kota Roma merupakan pusat
kekaisaran Romawi dan juga sebagai pusat dunia. Sebagai pusat
dunia, kota Roma menjadi tempat tinggal banyak bangsa.
Penggalianpenggalian membuktikan bahwa, mulamula kota
Roma adalah tempat bertemu dan bercampurnya bangsabangsa,
bukan tempat satu suku bangsa saja. Hal ini dipengaruhi oleh
sistem pemerintahan dan sistem administrasi Kekaisaran Romawi
menyerap banyak kota, negara, dan bangsa.
Kota Roma disebut “Kota Abadi”. Ia dilimpahi dengan kemewahan,
sejarah, dan bangunanbangunan megah, juga terdapat air
mancurair mancur sehingga disebut sebagai “Selokan Kerajaan”.
Kota yang luasnya 12 mil ini berpenduduk kirakira satu juta
orang dan setengahnya terdiri atas para budak, sebab di kota
tersebut praktek jual beli budak sangat marak. Di kota ini
terdapat orangorang Yahudi kirakira tetapi menurut
Witherington jumlahnya di antara 40.000 atau 50.000. Hal itu
menandakan bahwa orang Yahudi cukup banyak di kota itu.
20
Terbukti karena adanya sinagoge yang cukup banyak. Di Roma
sedikit sekali golongan kelas menengah karena biasanya orang
orang Roma kalau kaya, sangat kaya dan kalau miskin, sangat
miskin.
Negara Roma mencakup segala macam daerah, iklim, suku
bangsa, bahasa, dan kebudayaan, tidak saja dipersatukan oleh
politik Romawi tetapi juga oleh kebudayaan Yunani. “Dalam
pengetahuan umum, kesenian, kesusastraan, dan filsafat/logika
kebudayaan Yunanilah (Helenisme) yang menjadi alat pemersatu.
Sedangkan dalam ilmu hukum, bidang administrasi, dan
kemiliteran peranan Romawi yang berpengaruh.” Sesungguhnya
hal ini menyatakan bahwa ada dua kekuasaan yang tetap eksis,
secara politik oleh Romawi dan kebudayaan oleh Yunani.
Keduanya secara berturutturut menguasai dunia.
Kebudayaan Yunani sangat tinggi sehingga mampu merembesi
seluruh daerah Mediterania bahkan ibukota penguasa dunia pada
saat itu, Roma. Kekuatan politik Yunani telah berlalu, tetapi
budaya dan suasana Yunani telah menjadi fondasi bagi
kebudayaan kekaisaran Romawi, sebagimana seorang penulis
Romawi, Horatius, mengamati bahwa “Orang Yunani yang
tertawan telah menawan penawannya.” Kesenian, literatur, dan
gaya pemerintahan Yunani berkembang dengan subur hampir
sepanjang periode Romawi ini. Bahkan bahasa Yunani koine tetap
menjadi bahasa resmi dunia usaha di Timur Dekat, dan Perjanjian
Baru sendiri ditulis dalam bahasa ini.Itulah gambaran kota Roma
sebagai alamat surat Paulus. Kota metropolitan, pusat dunia, dan
bersifat plural.
Itulah sebabnya Jemaat Roma terdiri atas orang Yahudi (Rm. 4:1;
7:46) dan juga orang nonYahudi (Rm. 1:5,13; 11:13).
Kemungkinan besar bahwa jemaat Roma didominasi oleh orang
orang nonYahudi. Hal ini dapat dimengerti dari latar belakang
kota tersebut.
Tempat dan Waktu
Berhubungan dengan tanggal penulisan surat ini, Paulus tidak
menyatakan secara langsung.
Dalam Kisah Para Rasul 18:12, Paulus berada di Korintus dan
bertemu dengan Priskila dan Akwila. Ia berada di Korintus selama
21
satu tahun enam bulan (ayt. 11), pada waktu Gallio menjadi
gubernur di Akhaya (ayt. 1214). Masa pemerintahan Gallio yaitu
antara Mei 51 dan Mei 52, hal ini deketahui dari sejarah Roma.
[37] Sebuah temuan arkeologis di Delfi memberi keterangan masa
tinggal Paulus di Korintus dan bahwa Galio pada waktu itu adalah
gubernur di Akhaya pada tahun 52M.[38] Maka dapat dikatakan,
Paulus berada di Korintus pada tahun 5153. Melalui Efesus ia
kembali ke Yerusalem (Kis. 18:1921) dan mengakhiri
perjalanannya di Antiokhia (Kis. 18:22). Setelah beberapa lama di
Antiokhia, Paulus memulai perjalanan yang ketiga dari situ
dengan kunjungan pertamanya adalah Galatia dan Frigia (Kis.
18:23). Setelah itu Paulus melanjutkan perjalanan ke Efesus. Di
Efesus Paulus tinggal selama tiga tahun (Kis. 20:31) yaitu pada
tahun 5457.[39] Hal itu cocok jika kita hitung dari keberadaan
Paulus di Korintus satu tahun enam bulan, katakan saja dua
tahun ditambah tiga tahun di Efesus. Dalam Kisah Para Rasul
20:13, Paulus berangkat ke Makedonia, lalu ia tiba di tanah
Yunani dan tinggal di situ selama tiga bulan. Di tanah Yunani ini
Paulus menulis suratnya pada tahun 58. Masa ini adalah masa
penegakkan hukum dan tatanan seluruh wilayah pada masa Nero.
Ini sesuai dengan nasihat Paulus tentang “pemerintah” (Rm. 13:1
13).[40] Demikianlah Paulus menulis suratnya kepada jemaat di
Roma setelah ia di Efesus dan sebelum ia berangkat ke Yerusalem.
Tujuan Penulisan
Dalam Roma 15:23 Paulus mengatakan bahwa ia “tidak lagi mem
punyai tempat di daerah ini” yaitu dari Yerusalem sampai ke
Ilirikum (ayt. 19). Sekarang Paulus mau meluaskan daerah
penginjilannya ke arah barat, ke Spanyol (ayt. 24). Bagi Paulus
kerinduannya untuk datang ke Roma bukanlah tujuan satu
satunya, melalui perjalanannya ke Spanyol ia dapat singgah di
Roma (Rm. 15:24, 28).
Jadi, Roma adalah titik tolak Paulus ke Spanyol. Melalui Roma ia
akan meneruskan perjalanannya. Maka kepada jemaat di Roma ia
memohon bantuan untuk melanjutkan perjalanan itu (Rm. 15:24).
Duyverman menyatakan, “Sebagaimana dahulu Antiokhia menjadi
‘pangkalan’ Paulus, sekarang Roma akan menjadi titik tolaknya.
Hal itu nyata dari katakata ‘kamu dapat mengantarkan aku ke
sana. Surat Roma ditulis sebagai ganti bertatap muka langsung
22
seperti dikatakan oleh Tenney, dan sebagai persiapan untuk
menjadikan Roma sebagai pusat pelayanan di barat, seperti
Antiokhia, Efesus, Filipi, dan kotakota lain di mana Paulus
pernah bekerja di kawasan timur. Jadi, sebelum hal itu dilakukan
Paulus, ia terlebih dahulu memperkenalkan diri kepada jemaat.
FeineBehm mengatakan bahwa kebutuhan akan perkenalan
demikian memberikan alasan bagi Paulus untuk menguraikan
gagasangagasan teologisnya pada peralihan baru pekerjaannya,
yang diuraikan Paulus di sini adalah confessionsnya.
Tafsiran
Untik menafsir perikop ini saya akan membaginya dalam beberapa
bagian:
Ayat 14: Kemerdekaan dari Tabiat Manusiawi
Sebenarnya bagian ini sangat sulit dimengerti sebab sangat padat
dan berkaitan dengan halhal yang dijelaskan sebelumnya. Ada
dua kata kunci untuk mengerti bagian ini yaitu kata Sarx (daging)
dan Pneuma (Roh). Ada beberpa hal yang perlu dijelaskan
sehubungan kedua kata ini:
Pertama: sarx secara harafiah artinya daging. Dalam tulisan
tulisan Paulus kata ini sering digunakan dalam pengertiannya
sendiri. Secara luas Paulus memakainya dalam tiga pengertian: a)
ia memakainya dalam pengertian yang sama dengan ‘Sunat’
(sarka) yang dapat diterjemahkan dengan “di dalam daging” (2:28).
b) Berkalikali ia memakai ungkapan sarx yang dapat
diterjemahkan dengan “menurut daging” yang berarti “melihat
sesuatu hal dari segi pandangan manusia.” Misalnya ia berkata
bahwa Abraham adalah nenek moyang kita maka yang
dimaksudkan dengan kata sarx ialah nenek moyang dari segi
pandangan manusia. Ketika ia berkata bahwa Yesus adalah anak
Daud, maka kata sarx (1:3) berarti keturunan manusia, (c) Tetapi
ketika ia menggunakan kata sarx untuk berbicara dengan orang
Kristen maka yang dimaksudkan ialah saatsaat di mana kita
masih hidup dalam daging (en sarki: 7:5). Ia berbicara tentang
mereka hidup menurut daging sebagai lawan dari mereka yang
hidup menurut roh (8:4), 5). Ia berkata bahwa mereka yang hidup
dalam daging tidak berkenan kepada Allah (8:8). Ia berkata juga
23
bahwa keinginan daging ialah maut dan itulah adalah perseturuan
terhadap Allah (8:6, 8). Ia mengatakan bahwa orangorangkristen
tidak hidup di dalam daging (8:9). Di situ sangat jelas bahwa
Paulus menggunkan kata sarx tidak saja dalam pengertian tubuh
yaitu daging dan darah melainkan ia memaknainya sebagai tabiat
manusia dalam segala kelemahannya dan mudah jatuh kedalam
dosa. Apa yang ia maksudkan ialah tabiat manusia sebagai
pangkal dosa yang terpisah dari Kristus yakni segala sesuatu yang
mengingatkan manusia kepada dunia dan bukan kepada Allah.
Hidup menurut daging ialah suatu kehidupan yang dikuasai oleh
suara dan keinginan tabiat manusia yang berdosa sebagai ganti
suatu kehidupan yang dikuasai oleh kasih Allah. Daging adalah
bagian yang rendah dari tabiat manusia.
Perlu juga dicatat dengan jelas bahwa ketika Paulus memikirkan
tentang kehidupan manusia yang dikuasai oleh sarx maka yang
dimaksudkan bukanlah hanya dosadosa yang berkaitan dengan
jasmania tetapi juga termasuk didalamnya dosa penyembahan
berhala, perselisihan, kemarahan, sihir, iri hati dll. Jadi bagi
Paulus sarx bukan hanya dosa jasmiania melainkan juga rohaniah
yaitu tabiat manusia dalam segala kelemahannya atau sifat dari
manusia tanpa Allah dan tanpa Kristus.
Kedua, Paulus menggunakan kata Pneuma (Roh) dalam pasal ini
dengan latar belakang yang berasal dari PL yakni kata Ibrani
Ruach yang mempunyai dua arti dasar: a) tidak hanya berarti
‘Roh’ tetapi juga angin yakni mengandung pengertian tentang
kuasa yang dahsyat. b) dalam PL kata ini dipakai dalam
pengertian sesuatu yang melebihi manusia. Bagi Paulus Roh
menyatakan kuasa ilahi.
Oleh Karena, itu dalam bagian ini Paulus mengatakan bahwa pada
saat tertentu di mana orangorang Kristen berada dalam keadaan
kemanusiaannya yang dikuasai dosa dalam keadaan demikian
hukum taurat menjadi sesuatu yang justru mendorong perbuatan
dosa lalu menjadi buruk penuh frustasi dan putus asa. Tetapi
setelah menjadi orang Kristen dalam kehidupannya muncul
kekuatan dari Roh Allah dan sebagai akibatnya ia masuk dalam
hidup yang penuh kemenangan.
Pada bagian berikutnya Paulus berbicara tentang akibat nyata
karya Kristus bagi kita. Apa yang ingin Paulus kemukakan di sini
adalah bahwa dalam keadaan sebagai keturunan Adam setiap
24
manusia sudah berdosa dan konsekuensinya adalah kematian,
tetapi Yesus datang ke dalam dunia dan hidup dalam tabiat
manusia telah mempersembahakan kepada Allah suatu
kehidupan yang sempurna dalam ketaatan kepada Allah dan
benarbenar memenuhi hukum Allah, maka sekarang oleh karena
Yesus telah benarbenar manusia sebagaimana kita menjadi satu
dengan Adamm, kita juga sekarang menjadi satu dengan Dia dan
sebagaimana kita terlibat dalam dosa Adam, maka sekarang kita
terlibat juga dalam kesempurnaan Yesus. Di dalam Yesus manusia
dapat mempersembahkan ketaatan yang sempurna kepada Allah.
Manusia yang dahulu terlibat dalam dosa Adam sekarang
diselamatkan karena terlibat di dalam kebaikan Yesus.
Itulah argumentasi Paulus bahwa apa yang Yesus lakukan
membuka jalan bagi orangorang Kristen suatu kehidupan yang
tidak lagi dikuasai oleh daging melainkan oleh Roh Allah, di dalam
kehidupan manusia dengan kuasa yang berasal dari Allah.
Hukuman yang lama telah dihapuskan dan kekuatan yang baru
diberikan untuk menyongsong masa depan di dalam Kristus
Ayat 511: Dua Macam Prinsip
Pada bagian ini Paulus menggambarkan dua macam prinsip yang
berbeda, yakni:
Pertama, ada kehidupan yang dikuasai oleh tabiat manusia yang
berdosa yang mengarah dan berpusat pada dirisendiri.
Kehidupan yang demikian dikendalikan oleh hawa nafsu,
kesombongan dan ambisi dan halhal itu diingini manusia di luar
Kristus,
Kedua, ada kehidupan yang dikuasai oleh Roh Allah. Sebagaimana
manusia hidup di dalam udara, begitulah ia hidup di dalam
Kristus tidak pernah terpisah dariNya. Sebagimana ia bernafas
dengan udara yang memnuhinya, demikian Kristus semestinya
memenuhi kehidupannya. Pikirannya bukan pikirannya sendiri
melainkan Kristus, keinginannya bukan keinginannya sendiri
melainkan keinginan Kristus. Ia dikendalikan oleh Roh dan oleh
Kristus serta difokuskan kepada Allah.
Menurut Paulus kedua macam kehidupan ini menuju arah yang
berlawanan. Kehidupan yang dikuasai keinginan dan aktivitas
tabiat manusia yang berdosa menuju kepada maut, yang dalam
pengertian yang paling harfiah tidak ada masa depan di dalamnya
25
karena terpisah didalam Allah. Ia menjadi seteru Allah yang
membenci hukum dan campur tangan Allah.
Sedangkan kehidupan yang dikuasai oleh Roh berpusat pada
Kristus dan tertuju kepada Allah yang adalah kehidupan itu
sendiri. Sama seperti Henokh yang hidup bergaul dengan Allah
yang diangkat oleh Allah. Menurut Paulus dosa datang ke dalam
dunia yang berakibat kepada maut dan kematian melalui tabiat
manusia tetapi manusia yang dikuasai oleh Roh yang tinggal
didalam Kristus biarpun mati dia akan dibangkitkan di dalam
kebangkitan Kristus.
Pemikiran dasar Paulus di sini ialah bahwa kesatuan orang
Kristen dengan Kristus tak dapat dipisahkan oleh apapun