ANALISIS PENDAPATAN USAHA PETANI TEMBAKAU MITRA PT. DJARUM DI KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)
ANALISIS PENDAPATAN USAHA PETANI MITRA TEMBAKAU
PT.DJARUM DI KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG
JURNAL PENELITIAN
Oleh :
DEAZ ARGA PRADIPTA
NIM : 23040113190018
PROGRAM STUDI S1 AGRIBISNIS
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
iv
ANALISIS PENDAPATAN USAHA
PETANI TEMBAKAU MITRA PT. DJARUM
DI KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG
Oleh :
D.A. Pradipta, 2)S.I. Santoso dan 2)B.M. Setiawan
1
Mahasiswa Agribisnis Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro
2
Staf Pengajar Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro
Email : deaz.arga@yahoo.com
1)
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 Desember 2016 hingga 31 Desember
2016. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapatan petani mitra
tembakau pada usahatani tembakau dan mengetahui tingkat profitabilitas usahatani
tembakau di Desa Tajuk, Kecamatan Getasan. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode sensus dengan jumlah sampel yaitu 100 orang. Analisis yang digunakan adalah
analisis pendapatan, analisis rasio profitabilitas dan uji One Sample t-Test. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan petani tembakau per responden yaitu
Rp 114.045.867,00 per musim tanam dengan rata-rata profitabilitas adalah 1.062%. Hasil
ini menunjukkan bahwa usahatani tembakau menguntungkan karena nilai profitabilitas
lebih besar dari suku bunga bank deposito dan suku bunga bank kredit (2,5% dan 5%).
Kata kunci : pendapatan, petani mitra, profitabilitas, tembakau, usahatani.
ABSTRACT
This research was done on 15th December 2016 until 31st December 2016. The
purpose of this research was to know the income of cooperated tobacco farmers and to
know the profitability of the tobacco farm in Tajuk Village, Getasan District. The method
that used in this research was census method and the respondents that was taken by this
method was 100 people. Data were analyze by income analysis, profitability ratio
analysis and One Sample t-Test. The result showed that the average of the income from
tobacco each farmer was IDR 114,045,867.00 each season with 1,062% profitability. The
results showed that tobacco farm is profitable because the value of the profitability is
greater than deposits interest rate and credit interest rate (2.5% and 5%).
Keywords : cooperated farmer, farming, income, profitability, tobacco.
v
PENDAHULUAN
Perkebunan adalah subsektor
dari sektor perkebunan yang berperan
penting dalam perekonomian sosial.
Subsektor
perkebunan
mempunyai
kontribusi yang terlihat dari pencapaian
PDB yang mencapai Rp 57,80 triliyun
pada tahun 2008 dan penerimaan dari
ekspor perkebunan pada tahun 2008
satu
tembakau
rakyat
(rajangan).
Sebanyak 43,6% (101.095 ha) ditanam
di Jawa Timur, 26,7% (61.295 ha) di
Jawa Tengah dan sisanya ada di Nusa
Tenggara
Barat
(NTB),
Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY), serta Bali.
Tembakau
rajangan
atau
tembakau
rakyat dengan persentase 30% umumnya
digunakan sebagai bahan baku rokok
mencapai US$ 13,97 milyar.
Salah
adalah
komoditas
perkebunan yang berpeluang untuk
berkembang
adalah
tembakau.
Tembakau
(Nicotiana
sp.)
kretek.
Kabupaten
Semarang
salah satu kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah
yang
memiliki
mengembangkan
lahannya
merupakan komoditas perkebunan
memproduksi
yang menjadi bahan baku utama
Lokasi
Penelitian
yang
dalam
adalah
Kecamatan
Getasan,
industri
rokok.
Indonesia
adalah
tanaman
dan
untuk
tembakau.
digunakan
karena
merupakan salah satu dari sepuluh
menurut Badan Pusat Statistika (2014),
negara produsen daun tembakau
Kecamatan Getasan memiliki luas lahan
dengan kontribusi yaitu 15.000 ton
penanaman tembakau yaitu 840 Ha.
atau 2,3% suplai dunia (Putri et al.,
Lahan tersebut merupakan yang terluas
2015). Tembakau juga merupakan salah
satu penghasil devisa negara yang besar
bagi negara. Hal tersebut terlihat pada
tahun 2004, dimana ekspor tembakau
memberikan kontribusi sebesar US $
180 ribu dan cukai pada tahun 2008
yaitu sebesar Rp 36,5 triliun (Hartoyo et
al., 2010).
Menurut jenisnya, sebanyak 75%
dibandingkan dengan kecamatan lain
yang ada di Kabupaten Semarang.
Berdasarkan Tabel 1, diketahui
bahwa pada tahun 2014, Kecamatan
Getasan memiliki lahan penanaman
tembakau paling luas
di Kabupaten
Semarang yaitu 840 ha dengan produksi
tembakau paling banyak di Kabupaten
Semarang yaitu 674,52 ton ton.
tembakau yang ditanam di Indonesia
6
Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan
Produktivitas Tembakau di
Kabupaten Semarang
Kecamatan
Getasan
Tengaran
Banyubiru
Sumowono
Bandungan
Bergas
Kaliwungu
Luas
panen
(ha)
840,00
26,00
26,00
24,00
21,00
18,00
3,00
Produkt
ivitas
(ton/ha)
0,80
0,80
0,79
0,80
0,79
0,67
0,75
Produksi
(ton)
674,52
20,83
20,67
19,24
16,71
12,21
2,25
Sumber : Badan Pusat Statistik
Kabupaten Semarang, 2014.
Petani
produksi
untuk
menjalankan
usahatani. Biaya tetap meliputi sewa
tanah dan pembelian alat-alat pertanian,
sedangkan biaya variabel meliputi biaya
bibit atau benih, biaya pupuk, biaya
pestisida dan termasuk ongkos tenaga
kerja
yang
dibayar
berdasarkan
penghitungan volume produksi (Erhans,
2000).
Penerimaan
adalah
seluruh
pendapatan yang diperoleh selama satu
yang
periode yaitu dengan cara mengalikan
responden
produksi yang diperoleh dengan harga
merupakan petani yang bermitra dengan
jual. Pendapatan adalah uang yang
PT.
diterima
digunakan
sebagai
Djarum
kemitraan
tembakau
biaya
dimana
tersebut
bentuk
adalah
dari
berupa
oleh
setiap
orang
dan
merupakan balas jasa untuk faktor-
pemberian kredit bibit, pupuk, pestisida
faktor
dan keranjang. Pola kemitraan ini
dipengaruhi
dianggap menguntungkan karena petani
dimiliki oleh petani. Besar atau kecilnya
tidak harus membeli sarana produksi
luas lahan sangat berpengaruh terhadap
sendiri melainkan diberi kredit sarana
produksi
produksi tanpa bunga oleh pihak PT.
usahatani
Djarum. Petani harus menjual ke pihak
Profitabilitas
perusahaan kemitraan dengan harga
usahatani memperoleh laba melalui
yang ditentukan perusahaan.
kemampuan dan sumber daya yang ada
Kemitraan
oleh
pertanian
Pendapatan
dapat
luas
yang
lahan
dan
(Mawardati,
adalah
pendapatan
2015).
kemampuan
tembakau
seperti kegiatan penjualan, kas, modal
dengan pihak PT. Djarum sudah berjalan
dan jumlah tenaga kerja. Semakin tinggi
cukup lama dan perlu diketahui seberapa
rasio profitabilitas maka semakin baik
menguntungkan
bagi
karena memberikan tingkat kembalian
petani sehingga analisis profitabilitas
yang lebih besar (Darsono dan Ashari,
perlu dilakukan untuk melihat seberapa
2005).
besar
petani
produksi.
usahatani
keuntungan
yang
ini
diperoleh
usahatani tembakau tersebut. Dalam
menjalankan usahatani diperlukan pula
7
METODE PENELITIAN
Tujuan
Penelitian ini dilakukan dengan
metode sensus. Lokasi yang digunakan
sebagai penelitian adalah Desa Tajuk,
Kecamatan Getasan yang terletak di
Kabupaten
Semarang.
Penelitian
dilakukan pada tanggal 15 Desember
2016
hingga
31
Desember
2016.
Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan metode sensus dimana
metode sensus adalah pengambilan data
dari populasi dengan cara mengambil
seluruh anggota populasi untuk diambil
datanya (Subana dan Sudrajad, 2001).
Responden pada penelitian adalah petani
mitra
PT.
Djarum
yang
menjual
tembakau dalam bentuk rajangan kering.
Jumlah sampel ini adalah 100 orang.
Analisis yang digunakan adalah analisis
pendapatan usahatani dengan rumus
sebagai berikut (Soekartawi, 2002) :
Total Revenue (TR)
= P.Q……... (1)
Total Cost (TC) = TFC + TVC……...(2)
Pendapatan (π) = TR - TC………….(3)
1
diuji
dengan
menggunakan uji One Sample t-Test. Uji
One Sample T-Test ini digunakan untuk
menguji apakah rata-rata satu sampel
berbeda nyata atau tidak dengan suatu
nilai tertentu yang digunakan sebagai
pembanding
(Prastito,
2004).
Pendapatan petani tembakau mitra akan
dibandingkan dengan Upah Minimum
Kabupaten (UMK). Menurut Keputusan
Gubernur Jawa Tengah No. 560/66
Tahun 2016, Upah Minimum Kabupaten
(UMK)
untuk
wilayah
Kabupaten
Semarang yaitu Rp 1.745.000,00 per
bulan.
Hipotesis Statistik :
a. H0 : µ 0 = Rp 1.745.000,00, artinya
tidak terdapat perbedaan yang nyata
antara
pendapatan
petani
mitra
dengan UMK Kabupaten Semarang
b. H1 : µ 1 ≠ Rp 1.745.000,00, artinya
terdapat perbedaan yang nyata antara
pendapatan
petani
mitra
dengan
UMK Kabupaten Semarang
Keterangan :
π
= Pendapatan
(Rp/Responden/MT)
TR
= Total Penerimaan
(Rp/Responden/MT)
TC
= Total Biaya Produksi
(Rp/Responden/MT)
P
= Harga produk tembakau
(Rp/Kg)
Q
= Jumlah produk (Kg)
TFC = Total Biaya Tetap (Rp)
TVC = Total Biaya Variabel (Rp)
MT
= Musim Tanam
Dasar pengambilan keputusan sebagai
berikut :
a. Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, maka
H1
diterima,
artinya
pendapatan
petani tembakau mitra per bulan
lebih besar dan lebih tinggi dari
UMK Kabupaten Semarang
b. Jika nilai signifikansi > 0,05, maka
H1 ditolak, artinya pendapatan petani
8
tembakau mitra per bulan kurang dari
Jika nilai signifikansi > 0,05, maka H1
atau sama dengan UMK Kabupaten
ditolak, artinya profitabilitas = tingkat
Semarang.
suku bunga deposito dan suku bunga
Analisis
profitabilitas
kredit sehingga usahatani tembakau
dihitung dengan rumus sebagai berikut
tidak menguntungkan dan tidak layak
(Soekartawi, 2002) :
untuk diberi pinjaman
Pendapatan
ota
ia a P od
rasio
x 100%…………(4)
i
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Pendapatan Usahatani
Tujuan
2
diuji
dengan
menggunakan uji One Sample t-Test.
Analisis Pendapatan usahatani
Profitabilitas usahatani tembakau mitra
tembakau bersumber yang bersumber
akan dibandingkan dengan suku bunga
dari 100 responden pada Musim Tanam
deposito dan suku bunga kredit Bank
tahun 2016 dengan jumlah luas lahan
Rakyat Indonesia (BRI)
tanam yaitu 274.800 m2 dan rata-rata
Hipotesis :
luas
a. H0 : µ 0 = tingkat suku bunga deposito
responden.
dan suku bunga kredit, artinya tidak
terdapat perbedaan yang nyata antara
profitabilitas dengan tingkat suku
tanam
yaitu
2.748
m2
per
Biaya Produksi usahatani mitra
tembakau dapat dilihat pada Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa
rata-rata total biaya tetap per responden
bunga bank yang berlaku
b. H1 : µ 1 ≠ tingkat suku bunga deposito
dan suku bunga kredit, artinya
terdapat perbedaan yang nyata antara
yaitu Rp 2.891.853,00 selama satu
musim tanam yang diperoleh dari biaya
penyusutan, biaya Pajak Bumi dan
profitabilitas dengan tingkat suku
Bangunan (PBB) dan biaya sewa lahan.
bunga bank yang berlaku
Rata-rata
total
biaya
variabel
per
Dasar pengambilan keputusan sebagai
responden yaitu Rp 6.537.830,00 selama
berikut :
satu musim tanam yang diperoleh dari
a. Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, maka
biaya pupuk kandang, pupuk ZA, pupuk
H1 diterima, artinya profitabilitas ≠
NPK Fertila, pupuk KNO3, pestisida
tingkat suku bunga deposito dan suku
ridomil, pestisida kanfidor, pestisida
bunga
usahatani
marcis, pestisida ortien, biaya benih dan
tembakau menguntungkan dan layak
upah tenaga kerja. Dari total biaya biaya
untuk diberi pinjaman
tetap dan biaya variabel maka diperoleh
kredit sehingga
9
rata-rata
total
biaya
produksi
per
responden yaitu Rp 9.429.683,00 per
pemetikan daun tengah dan panen ketiga
merupakan pemetikan daun atas.
musim tanam.
Tabel 2. Tabel Biaya Produksi RataRata Usahatani per Responden per
Musim Tanam
Keterangan
Biaya Tetap :
Penyusutan
Biaya PBB
Sewa Lahan
Jumlah
Biaya Variabel :
Pupuk :
- Kandang
- ZA
- NPK Fertilla
- KNO3
Pestisida :
- Ridomil
- Kanfidor
- Marcis
- Ortien
Benih
Tenaga Kerja
Jumlah
Total
Jumlah
(Rp)
Persentase
(%)
133.710
101.602
2.656.541
2.891.853
1,42
1,08
28,17
30,67
1.243.375
101.288
888.650
717.950
13,19
1,07
9,42
7,61
210.572
98.115
23.646
43.534
50.000
3.160.700
6.537.830
9.429.683
2,23
1,04
0,25
0,46
0,53
33,52
69,33
100,00
Tabel 3. Penerimaan Usahatani Mitra
Tembakau Per Responden Per Musim
Tanam
Harga
Jual
(Rp/kg)
31.500
49.730
62.745
Panen Produksi
(Kg)
632,5
796,4
1.011
Panen I
Panen II
Panen III
Total
Jumlah
(Rp)
20.301.250
39.601.700
63.572.600
123.475.550
Sumber : Data Primer Diolah, 2017.
Rata-rata
penerimaan
usahatani
tembakau dari panen pertama hingga
panen ketiga dapat terlihat pada Tabel 3.
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa
total penerimaan dari panen pertama
hingga ketiga per responden adalah Rp
123.475.550,00 per musim tanam.
Pendapatan
Pendapatan adalah uang yang
diterima
oleh
segenap
orang
dan
Sumber : Data Primer Diolah, 2017.
merupakan balas jasa untuk faktor-
Penerimaan
faktor produksi. Total pendapatan sama
Penerimaan adalah seluruh pendapatan
yang diperoleh selama satu periode
diperhitungkan dari hasil penjualan atau
penaksiran kembali (Suratiyah, 2006).
Penerimaan pada usahatani tembakau
diperoleh selama tiga kali yaitu pada
dengan
total
penerimaan
dengan total biaya produksi (Case dan
Fair, 2007).
Tabel 4. Pendapatan Usahatani Mitra
Tembakau Per Responden Per Musim
Tanam
Keterangan
panen pertama hingga panen ketiga.
Panen pertama merupakan pemetikan
daun bawah, panen kedua merupakan
dikurangi
Penerimaan
Total Biaya Produksi
Pendapatan (π)
Jumlah
(Rp)
123.475.550
9.429.683
114.045.867
Sumber : Data Primer Diolah, 2017.
10
Rata-rata
pendapatan
petani
tingkat suku bunga deposito, sehingga
tembakau per responden adalah Rp
dapat
114.045.867,00 selama 1 musim tanam
tembakau tersebut menguntungkan dan
dan pendapatan petani per bulannya
semakin tinggi rasio profitabilitas maka
adalah Rp 19.007.644,50. Pendapatan
akan semakin baik
dikatakan
bahwa
usahatani
dibandingkan dengan Upah Minimum
Kabupaten
(UMK)
di
Kabupaten
Semarang yaitu Rp 1.745.000,00 per
Tabel 5. Hasil Uji One Sample t-Test
dengan Perbandingan Suku Bunga
Deposito
One-Sample Test
Test Value = 2.5
bulan. Berdasarkan hasil uji One Sample
t-Test, diketahui nilai sig (0.000) maka
95%
ni ai ig ≤ 0,05 ehingga dapat di ata an
Confidence
bahwa pendapatan petani tembakau
Interval of the
yang bermitra dengan PT. Djarum lebih
besar dan lebih tinggi dari UMK yang
ada di Kabupaten Semarang dan dari
hasil pengujian ini menunjukkan bahwa
Sig. (2t
Mean
Difference
df tailed) Difference Lower Upper
19.1 99
.000
1059.030 949.06 1169.0
Sumber : Data Primer Diolah, 2017.
petani tergolong sejahtera.
Tabel 6 menunjukkan hasil uji
One Sample t-Test dengan perbandingan
Profitabilitas
suku bunga kredit BRI yaitu 10%
Berdasarkan
hasil
penelitian
diperoleh rata-rata nilai profitabilitas
yaitu 1.062% yang kemudian akan
dibandingkan
dengan
suku
bunga
deposito dan suku bunga kredit Bank
Rakyat Indonesia (BRI).
Tabel 5 menunjukkan hasil uji
One Sample t-Test dengan perbandingan
suku bunga deposito BRI yaitu 2,5% per
6 bulan dan diperoleh nilai sig yaitu
(0.000) ehingga ni ai ig ≤ 0,05 ma a
H1 diterima H0 ditolak. Rata - rata nilai
selama 1 tahun sehingga diperoleh suku
bunga
yaitu
5,0%
per
6
bulan.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh
nilai sig yaitu (0.000) sehingga nilai sig
≤ 0,05 ma a H1 diterima dan H0 ditolak.
Hasil
analisis
menyatakan
bahwa
terdapat perbedaan yang nyata antara
profitabilitas dengan suku bunga kredit
yang berlaku, sehingga dapat dikatakan
bahwa usahatani tembakau di Desa
Tajuk tersebut layak untuk diberikan
pinjaman.
profitabilitas petani responden sudah
cukup baik karena sudah lebih dari
11
Tabel 6. Hasil Uji One Sample t-Test
dengan Perbandingan Suku Bunga
Kredit
t
.000
Confidence
penyuluh pertanian pihak perusahaan
Difference
Sumber : Data Primer Diolah, 2017.
tembakau
kredit yaitu modal Rp 100.000,00, benih
gram,
pupuk,
pestisida
dan
keranjang.. Petani yang ingin bermitra
dengan PT. Djarum harus mengisi
formulir
registrasi
yang
diberikan
kepada pihak PT. Merabu dan kemudian
petani
petani mitra sesuai dengan standar pihak
perusahaan.
Berdasarkan
dengan PT. Djarum berupa pemberian
10
agar budidaya yang dijalankan oleh
SIMPULAN
Kemitraan
petani
tersebut
akan
diberi
SOP
(Standart Operating Procedure). SOP
merupakan perjanjian standar antara
pihak petani dan PT. Djarum. Petani
yang bermitra tersebut harus menjual
hasil tembakau dalam bentuk rajangan
kering ke PT. Merabu dimana PT.
Merabu merupakan produsen tembakau
dengan PT. Djarum.
Berdasarkan
SOP
di
Petani juga mendapat bimbingan dari
1056.530 946.56 1166.5
Kemitraan
tersebut
95%
df tailed) Difference Lower Upper
19.06 99
kredit
periode tanam tembakau selanjutnya.
Interval of the
Mean
hasil panennya maka petani harus
mengembalikan
One-Sample Test
Test Value = 5,0
Sig. (2-
petani tidak dapat membayar kredit dari
(Standart
Operating Procedure), petani harus
disimpulkan
penelitian dapat
bahwa
petani
mitra
tembakau yang berada di Desa Tajuk,
Kecamatan Getasan memperoleh ratarata pendapatan dari panen pertama
hingga ketiga per responden yaitu Rp
114.045.867,00
selama
satu
musim
tanam (Rp 19.007.644,50 per bulan) dan
rata-rata profitabilitas usahatani mitra
tembakau adalah 1.062%. Dari hasil
tersebut diketahui bahwa usahatani mitra
tembakau sangat menguntungkan dan
layak untuk diberi pinjaman.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2014. Data
Strategis Kabupaten Semarang.
Badan Pusat Statistik, Semarang.
Case, K.E. dan R.C. Fair. 2007. PrinsipPrinsip
Ekonomi.
Erlangga,
Jakarta. (Diterjemahkan oleh Y.A.
Zaimur).
membayar kredit dari pihak PT. Djarum
dengan hasil panennya dan apabila
12
Darsono dan Ashari. 2005. Pedoman
Praktis
Memahami
Laporan
Keungan. Andi, Yogyakarta.
Erhans. 2000. Akuntansi Berdasarkan
Prinsip Akuntansi Indonesia.
Ercontara Rajawali, Jakarta.
Hartoyo, S., N. Kusnadi dan S.U.
Kuntjoro.2010.
Analisis
produktivitas usahatani tembakau
di kabupaten Pamekasan. J.
Organisasi dan Manajemen. 6 (2):
119-131.
Mawardati. 2015. Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi pendapatan
usahatani
pinang
kecamatan
Sawang kabupaten Aceh Utara. J.
Agrisep. 16 (1): 61-65.
Prastito, A. 2004. Masalah Statistik dan
Rancangan Percobaan dengan
SPSS. Elex Media Komputindo,
Jakarta
Putri, E.A., A. Suwandari dan J.A.
Ridjal. 2015. Analisis pendapatan
dan efisiensi biaya usahatani
tembakau Maesan 2 di kabupaten
Bondowoso. J.SEP. 8 (1): 64-69.
Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani.
UI Press, Jakarta.
Subana, M. dan Sudrajat. 2001. Dasar Dasar Penelitian Ilmiah. Pustaka
Setia, Bandung.
Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani.
Penebar Swadaya, Jakarta.
13
PT.DJARUM DI KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG
JURNAL PENELITIAN
Oleh :
DEAZ ARGA PRADIPTA
NIM : 23040113190018
PROGRAM STUDI S1 AGRIBISNIS
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
iv
ANALISIS PENDAPATAN USAHA
PETANI TEMBAKAU MITRA PT. DJARUM
DI KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG
Oleh :
D.A. Pradipta, 2)S.I. Santoso dan 2)B.M. Setiawan
1
Mahasiswa Agribisnis Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro
2
Staf Pengajar Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro
Email : deaz.arga@yahoo.com
1)
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 Desember 2016 hingga 31 Desember
2016. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapatan petani mitra
tembakau pada usahatani tembakau dan mengetahui tingkat profitabilitas usahatani
tembakau di Desa Tajuk, Kecamatan Getasan. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode sensus dengan jumlah sampel yaitu 100 orang. Analisis yang digunakan adalah
analisis pendapatan, analisis rasio profitabilitas dan uji One Sample t-Test. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan petani tembakau per responden yaitu
Rp 114.045.867,00 per musim tanam dengan rata-rata profitabilitas adalah 1.062%. Hasil
ini menunjukkan bahwa usahatani tembakau menguntungkan karena nilai profitabilitas
lebih besar dari suku bunga bank deposito dan suku bunga bank kredit (2,5% dan 5%).
Kata kunci : pendapatan, petani mitra, profitabilitas, tembakau, usahatani.
ABSTRACT
This research was done on 15th December 2016 until 31st December 2016. The
purpose of this research was to know the income of cooperated tobacco farmers and to
know the profitability of the tobacco farm in Tajuk Village, Getasan District. The method
that used in this research was census method and the respondents that was taken by this
method was 100 people. Data were analyze by income analysis, profitability ratio
analysis and One Sample t-Test. The result showed that the average of the income from
tobacco each farmer was IDR 114,045,867.00 each season with 1,062% profitability. The
results showed that tobacco farm is profitable because the value of the profitability is
greater than deposits interest rate and credit interest rate (2.5% and 5%).
Keywords : cooperated farmer, farming, income, profitability, tobacco.
v
PENDAHULUAN
Perkebunan adalah subsektor
dari sektor perkebunan yang berperan
penting dalam perekonomian sosial.
Subsektor
perkebunan
mempunyai
kontribusi yang terlihat dari pencapaian
PDB yang mencapai Rp 57,80 triliyun
pada tahun 2008 dan penerimaan dari
ekspor perkebunan pada tahun 2008
satu
tembakau
rakyat
(rajangan).
Sebanyak 43,6% (101.095 ha) ditanam
di Jawa Timur, 26,7% (61.295 ha) di
Jawa Tengah dan sisanya ada di Nusa
Tenggara
Barat
(NTB),
Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY), serta Bali.
Tembakau
rajangan
atau
tembakau
rakyat dengan persentase 30% umumnya
digunakan sebagai bahan baku rokok
mencapai US$ 13,97 milyar.
Salah
adalah
komoditas
perkebunan yang berpeluang untuk
berkembang
adalah
tembakau.
Tembakau
(Nicotiana
sp.)
kretek.
Kabupaten
Semarang
salah satu kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah
yang
memiliki
mengembangkan
lahannya
merupakan komoditas perkebunan
memproduksi
yang menjadi bahan baku utama
Lokasi
Penelitian
yang
dalam
adalah
Kecamatan
Getasan,
industri
rokok.
Indonesia
adalah
tanaman
dan
untuk
tembakau.
digunakan
karena
merupakan salah satu dari sepuluh
menurut Badan Pusat Statistika (2014),
negara produsen daun tembakau
Kecamatan Getasan memiliki luas lahan
dengan kontribusi yaitu 15.000 ton
penanaman tembakau yaitu 840 Ha.
atau 2,3% suplai dunia (Putri et al.,
Lahan tersebut merupakan yang terluas
2015). Tembakau juga merupakan salah
satu penghasil devisa negara yang besar
bagi negara. Hal tersebut terlihat pada
tahun 2004, dimana ekspor tembakau
memberikan kontribusi sebesar US $
180 ribu dan cukai pada tahun 2008
yaitu sebesar Rp 36,5 triliun (Hartoyo et
al., 2010).
Menurut jenisnya, sebanyak 75%
dibandingkan dengan kecamatan lain
yang ada di Kabupaten Semarang.
Berdasarkan Tabel 1, diketahui
bahwa pada tahun 2014, Kecamatan
Getasan memiliki lahan penanaman
tembakau paling luas
di Kabupaten
Semarang yaitu 840 ha dengan produksi
tembakau paling banyak di Kabupaten
Semarang yaitu 674,52 ton ton.
tembakau yang ditanam di Indonesia
6
Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan
Produktivitas Tembakau di
Kabupaten Semarang
Kecamatan
Getasan
Tengaran
Banyubiru
Sumowono
Bandungan
Bergas
Kaliwungu
Luas
panen
(ha)
840,00
26,00
26,00
24,00
21,00
18,00
3,00
Produkt
ivitas
(ton/ha)
0,80
0,80
0,79
0,80
0,79
0,67
0,75
Produksi
(ton)
674,52
20,83
20,67
19,24
16,71
12,21
2,25
Sumber : Badan Pusat Statistik
Kabupaten Semarang, 2014.
Petani
produksi
untuk
menjalankan
usahatani. Biaya tetap meliputi sewa
tanah dan pembelian alat-alat pertanian,
sedangkan biaya variabel meliputi biaya
bibit atau benih, biaya pupuk, biaya
pestisida dan termasuk ongkos tenaga
kerja
yang
dibayar
berdasarkan
penghitungan volume produksi (Erhans,
2000).
Penerimaan
adalah
seluruh
pendapatan yang diperoleh selama satu
yang
periode yaitu dengan cara mengalikan
responden
produksi yang diperoleh dengan harga
merupakan petani yang bermitra dengan
jual. Pendapatan adalah uang yang
PT.
diterima
digunakan
sebagai
Djarum
kemitraan
tembakau
biaya
dimana
tersebut
bentuk
adalah
dari
berupa
oleh
setiap
orang
dan
merupakan balas jasa untuk faktor-
pemberian kredit bibit, pupuk, pestisida
faktor
dan keranjang. Pola kemitraan ini
dipengaruhi
dianggap menguntungkan karena petani
dimiliki oleh petani. Besar atau kecilnya
tidak harus membeli sarana produksi
luas lahan sangat berpengaruh terhadap
sendiri melainkan diberi kredit sarana
produksi
produksi tanpa bunga oleh pihak PT.
usahatani
Djarum. Petani harus menjual ke pihak
Profitabilitas
perusahaan kemitraan dengan harga
usahatani memperoleh laba melalui
yang ditentukan perusahaan.
kemampuan dan sumber daya yang ada
Kemitraan
oleh
pertanian
Pendapatan
dapat
luas
yang
lahan
dan
(Mawardati,
adalah
pendapatan
2015).
kemampuan
tembakau
seperti kegiatan penjualan, kas, modal
dengan pihak PT. Djarum sudah berjalan
dan jumlah tenaga kerja. Semakin tinggi
cukup lama dan perlu diketahui seberapa
rasio profitabilitas maka semakin baik
menguntungkan
bagi
karena memberikan tingkat kembalian
petani sehingga analisis profitabilitas
yang lebih besar (Darsono dan Ashari,
perlu dilakukan untuk melihat seberapa
2005).
besar
petani
produksi.
usahatani
keuntungan
yang
ini
diperoleh
usahatani tembakau tersebut. Dalam
menjalankan usahatani diperlukan pula
7
METODE PENELITIAN
Tujuan
Penelitian ini dilakukan dengan
metode sensus. Lokasi yang digunakan
sebagai penelitian adalah Desa Tajuk,
Kecamatan Getasan yang terletak di
Kabupaten
Semarang.
Penelitian
dilakukan pada tanggal 15 Desember
2016
hingga
31
Desember
2016.
Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan metode sensus dimana
metode sensus adalah pengambilan data
dari populasi dengan cara mengambil
seluruh anggota populasi untuk diambil
datanya (Subana dan Sudrajad, 2001).
Responden pada penelitian adalah petani
mitra
PT.
Djarum
yang
menjual
tembakau dalam bentuk rajangan kering.
Jumlah sampel ini adalah 100 orang.
Analisis yang digunakan adalah analisis
pendapatan usahatani dengan rumus
sebagai berikut (Soekartawi, 2002) :
Total Revenue (TR)
= P.Q……... (1)
Total Cost (TC) = TFC + TVC……...(2)
Pendapatan (π) = TR - TC………….(3)
1
diuji
dengan
menggunakan uji One Sample t-Test. Uji
One Sample T-Test ini digunakan untuk
menguji apakah rata-rata satu sampel
berbeda nyata atau tidak dengan suatu
nilai tertentu yang digunakan sebagai
pembanding
(Prastito,
2004).
Pendapatan petani tembakau mitra akan
dibandingkan dengan Upah Minimum
Kabupaten (UMK). Menurut Keputusan
Gubernur Jawa Tengah No. 560/66
Tahun 2016, Upah Minimum Kabupaten
(UMK)
untuk
wilayah
Kabupaten
Semarang yaitu Rp 1.745.000,00 per
bulan.
Hipotesis Statistik :
a. H0 : µ 0 = Rp 1.745.000,00, artinya
tidak terdapat perbedaan yang nyata
antara
pendapatan
petani
mitra
dengan UMK Kabupaten Semarang
b. H1 : µ 1 ≠ Rp 1.745.000,00, artinya
terdapat perbedaan yang nyata antara
pendapatan
petani
mitra
dengan
UMK Kabupaten Semarang
Keterangan :
π
= Pendapatan
(Rp/Responden/MT)
TR
= Total Penerimaan
(Rp/Responden/MT)
TC
= Total Biaya Produksi
(Rp/Responden/MT)
P
= Harga produk tembakau
(Rp/Kg)
Q
= Jumlah produk (Kg)
TFC = Total Biaya Tetap (Rp)
TVC = Total Biaya Variabel (Rp)
MT
= Musim Tanam
Dasar pengambilan keputusan sebagai
berikut :
a. Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, maka
H1
diterima,
artinya
pendapatan
petani tembakau mitra per bulan
lebih besar dan lebih tinggi dari
UMK Kabupaten Semarang
b. Jika nilai signifikansi > 0,05, maka
H1 ditolak, artinya pendapatan petani
8
tembakau mitra per bulan kurang dari
Jika nilai signifikansi > 0,05, maka H1
atau sama dengan UMK Kabupaten
ditolak, artinya profitabilitas = tingkat
Semarang.
suku bunga deposito dan suku bunga
Analisis
profitabilitas
kredit sehingga usahatani tembakau
dihitung dengan rumus sebagai berikut
tidak menguntungkan dan tidak layak
(Soekartawi, 2002) :
untuk diberi pinjaman
Pendapatan
ota
ia a P od
rasio
x 100%…………(4)
i
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Pendapatan Usahatani
Tujuan
2
diuji
dengan
menggunakan uji One Sample t-Test.
Analisis Pendapatan usahatani
Profitabilitas usahatani tembakau mitra
tembakau bersumber yang bersumber
akan dibandingkan dengan suku bunga
dari 100 responden pada Musim Tanam
deposito dan suku bunga kredit Bank
tahun 2016 dengan jumlah luas lahan
Rakyat Indonesia (BRI)
tanam yaitu 274.800 m2 dan rata-rata
Hipotesis :
luas
a. H0 : µ 0 = tingkat suku bunga deposito
responden.
dan suku bunga kredit, artinya tidak
terdapat perbedaan yang nyata antara
profitabilitas dengan tingkat suku
tanam
yaitu
2.748
m2
per
Biaya Produksi usahatani mitra
tembakau dapat dilihat pada Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa
rata-rata total biaya tetap per responden
bunga bank yang berlaku
b. H1 : µ 1 ≠ tingkat suku bunga deposito
dan suku bunga kredit, artinya
terdapat perbedaan yang nyata antara
yaitu Rp 2.891.853,00 selama satu
musim tanam yang diperoleh dari biaya
penyusutan, biaya Pajak Bumi dan
profitabilitas dengan tingkat suku
Bangunan (PBB) dan biaya sewa lahan.
bunga bank yang berlaku
Rata-rata
total
biaya
variabel
per
Dasar pengambilan keputusan sebagai
responden yaitu Rp 6.537.830,00 selama
berikut :
satu musim tanam yang diperoleh dari
a. Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, maka
biaya pupuk kandang, pupuk ZA, pupuk
H1 diterima, artinya profitabilitas ≠
NPK Fertila, pupuk KNO3, pestisida
tingkat suku bunga deposito dan suku
ridomil, pestisida kanfidor, pestisida
bunga
usahatani
marcis, pestisida ortien, biaya benih dan
tembakau menguntungkan dan layak
upah tenaga kerja. Dari total biaya biaya
untuk diberi pinjaman
tetap dan biaya variabel maka diperoleh
kredit sehingga
9
rata-rata
total
biaya
produksi
per
responden yaitu Rp 9.429.683,00 per
pemetikan daun tengah dan panen ketiga
merupakan pemetikan daun atas.
musim tanam.
Tabel 2. Tabel Biaya Produksi RataRata Usahatani per Responden per
Musim Tanam
Keterangan
Biaya Tetap :
Penyusutan
Biaya PBB
Sewa Lahan
Jumlah
Biaya Variabel :
Pupuk :
- Kandang
- ZA
- NPK Fertilla
- KNO3
Pestisida :
- Ridomil
- Kanfidor
- Marcis
- Ortien
Benih
Tenaga Kerja
Jumlah
Total
Jumlah
(Rp)
Persentase
(%)
133.710
101.602
2.656.541
2.891.853
1,42
1,08
28,17
30,67
1.243.375
101.288
888.650
717.950
13,19
1,07
9,42
7,61
210.572
98.115
23.646
43.534
50.000
3.160.700
6.537.830
9.429.683
2,23
1,04
0,25
0,46
0,53
33,52
69,33
100,00
Tabel 3. Penerimaan Usahatani Mitra
Tembakau Per Responden Per Musim
Tanam
Harga
Jual
(Rp/kg)
31.500
49.730
62.745
Panen Produksi
(Kg)
632,5
796,4
1.011
Panen I
Panen II
Panen III
Total
Jumlah
(Rp)
20.301.250
39.601.700
63.572.600
123.475.550
Sumber : Data Primer Diolah, 2017.
Rata-rata
penerimaan
usahatani
tembakau dari panen pertama hingga
panen ketiga dapat terlihat pada Tabel 3.
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa
total penerimaan dari panen pertama
hingga ketiga per responden adalah Rp
123.475.550,00 per musim tanam.
Pendapatan
Pendapatan adalah uang yang
diterima
oleh
segenap
orang
dan
Sumber : Data Primer Diolah, 2017.
merupakan balas jasa untuk faktor-
Penerimaan
faktor produksi. Total pendapatan sama
Penerimaan adalah seluruh pendapatan
yang diperoleh selama satu periode
diperhitungkan dari hasil penjualan atau
penaksiran kembali (Suratiyah, 2006).
Penerimaan pada usahatani tembakau
diperoleh selama tiga kali yaitu pada
dengan
total
penerimaan
dengan total biaya produksi (Case dan
Fair, 2007).
Tabel 4. Pendapatan Usahatani Mitra
Tembakau Per Responden Per Musim
Tanam
Keterangan
panen pertama hingga panen ketiga.
Panen pertama merupakan pemetikan
daun bawah, panen kedua merupakan
dikurangi
Penerimaan
Total Biaya Produksi
Pendapatan (π)
Jumlah
(Rp)
123.475.550
9.429.683
114.045.867
Sumber : Data Primer Diolah, 2017.
10
Rata-rata
pendapatan
petani
tingkat suku bunga deposito, sehingga
tembakau per responden adalah Rp
dapat
114.045.867,00 selama 1 musim tanam
tembakau tersebut menguntungkan dan
dan pendapatan petani per bulannya
semakin tinggi rasio profitabilitas maka
adalah Rp 19.007.644,50. Pendapatan
akan semakin baik
dikatakan
bahwa
usahatani
dibandingkan dengan Upah Minimum
Kabupaten
(UMK)
di
Kabupaten
Semarang yaitu Rp 1.745.000,00 per
Tabel 5. Hasil Uji One Sample t-Test
dengan Perbandingan Suku Bunga
Deposito
One-Sample Test
Test Value = 2.5
bulan. Berdasarkan hasil uji One Sample
t-Test, diketahui nilai sig (0.000) maka
95%
ni ai ig ≤ 0,05 ehingga dapat di ata an
Confidence
bahwa pendapatan petani tembakau
Interval of the
yang bermitra dengan PT. Djarum lebih
besar dan lebih tinggi dari UMK yang
ada di Kabupaten Semarang dan dari
hasil pengujian ini menunjukkan bahwa
Sig. (2t
Mean
Difference
df tailed) Difference Lower Upper
19.1 99
.000
1059.030 949.06 1169.0
Sumber : Data Primer Diolah, 2017.
petani tergolong sejahtera.
Tabel 6 menunjukkan hasil uji
One Sample t-Test dengan perbandingan
Profitabilitas
suku bunga kredit BRI yaitu 10%
Berdasarkan
hasil
penelitian
diperoleh rata-rata nilai profitabilitas
yaitu 1.062% yang kemudian akan
dibandingkan
dengan
suku
bunga
deposito dan suku bunga kredit Bank
Rakyat Indonesia (BRI).
Tabel 5 menunjukkan hasil uji
One Sample t-Test dengan perbandingan
suku bunga deposito BRI yaitu 2,5% per
6 bulan dan diperoleh nilai sig yaitu
(0.000) ehingga ni ai ig ≤ 0,05 ma a
H1 diterima H0 ditolak. Rata - rata nilai
selama 1 tahun sehingga diperoleh suku
bunga
yaitu
5,0%
per
6
bulan.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh
nilai sig yaitu (0.000) sehingga nilai sig
≤ 0,05 ma a H1 diterima dan H0 ditolak.
Hasil
analisis
menyatakan
bahwa
terdapat perbedaan yang nyata antara
profitabilitas dengan suku bunga kredit
yang berlaku, sehingga dapat dikatakan
bahwa usahatani tembakau di Desa
Tajuk tersebut layak untuk diberikan
pinjaman.
profitabilitas petani responden sudah
cukup baik karena sudah lebih dari
11
Tabel 6. Hasil Uji One Sample t-Test
dengan Perbandingan Suku Bunga
Kredit
t
.000
Confidence
penyuluh pertanian pihak perusahaan
Difference
Sumber : Data Primer Diolah, 2017.
tembakau
kredit yaitu modal Rp 100.000,00, benih
gram,
pupuk,
pestisida
dan
keranjang.. Petani yang ingin bermitra
dengan PT. Djarum harus mengisi
formulir
registrasi
yang
diberikan
kepada pihak PT. Merabu dan kemudian
petani
petani mitra sesuai dengan standar pihak
perusahaan.
Berdasarkan
dengan PT. Djarum berupa pemberian
10
agar budidaya yang dijalankan oleh
SIMPULAN
Kemitraan
petani
tersebut
akan
diberi
SOP
(Standart Operating Procedure). SOP
merupakan perjanjian standar antara
pihak petani dan PT. Djarum. Petani
yang bermitra tersebut harus menjual
hasil tembakau dalam bentuk rajangan
kering ke PT. Merabu dimana PT.
Merabu merupakan produsen tembakau
dengan PT. Djarum.
Berdasarkan
SOP
di
Petani juga mendapat bimbingan dari
1056.530 946.56 1166.5
Kemitraan
tersebut
95%
df tailed) Difference Lower Upper
19.06 99
kredit
periode tanam tembakau selanjutnya.
Interval of the
Mean
hasil panennya maka petani harus
mengembalikan
One-Sample Test
Test Value = 5,0
Sig. (2-
petani tidak dapat membayar kredit dari
(Standart
Operating Procedure), petani harus
disimpulkan
penelitian dapat
bahwa
petani
mitra
tembakau yang berada di Desa Tajuk,
Kecamatan Getasan memperoleh ratarata pendapatan dari panen pertama
hingga ketiga per responden yaitu Rp
114.045.867,00
selama
satu
musim
tanam (Rp 19.007.644,50 per bulan) dan
rata-rata profitabilitas usahatani mitra
tembakau adalah 1.062%. Dari hasil
tersebut diketahui bahwa usahatani mitra
tembakau sangat menguntungkan dan
layak untuk diberi pinjaman.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2014. Data
Strategis Kabupaten Semarang.
Badan Pusat Statistik, Semarang.
Case, K.E. dan R.C. Fair. 2007. PrinsipPrinsip
Ekonomi.
Erlangga,
Jakarta. (Diterjemahkan oleh Y.A.
Zaimur).
membayar kredit dari pihak PT. Djarum
dengan hasil panennya dan apabila
12
Darsono dan Ashari. 2005. Pedoman
Praktis
Memahami
Laporan
Keungan. Andi, Yogyakarta.
Erhans. 2000. Akuntansi Berdasarkan
Prinsip Akuntansi Indonesia.
Ercontara Rajawali, Jakarta.
Hartoyo, S., N. Kusnadi dan S.U.
Kuntjoro.2010.
Analisis
produktivitas usahatani tembakau
di kabupaten Pamekasan. J.
Organisasi dan Manajemen. 6 (2):
119-131.
Mawardati. 2015. Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi pendapatan
usahatani
pinang
kecamatan
Sawang kabupaten Aceh Utara. J.
Agrisep. 16 (1): 61-65.
Prastito, A. 2004. Masalah Statistik dan
Rancangan Percobaan dengan
SPSS. Elex Media Komputindo,
Jakarta
Putri, E.A., A. Suwandari dan J.A.
Ridjal. 2015. Analisis pendapatan
dan efisiensi biaya usahatani
tembakau Maesan 2 di kabupaten
Bondowoso. J.SEP. 8 (1): 64-69.
Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani.
UI Press, Jakarta.
Subana, M. dan Sudrajat. 2001. Dasar Dasar Penelitian Ilmiah. Pustaka
Setia, Bandung.
Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani.
Penebar Swadaya, Jakarta.
13