J01410
                                                                                KEMAMPUAN MENILAI DI KALANGAN MAHASISWA PROGDI PENDIDIKAN
EKONOMI FKIP UKSW DALAM PEMBELAJARAN JIGSAW DAN
DETERMINANNYA
Gracia Miranda Matruty, Donald Samuel Slamet Santosa
ABSTRAK
Penelitian ini berangkat dari rendahnya kemampuan menilai di kalangan mahasiswa Program
Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UKSW. Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan
kemampuan menilai mahasiswa melalui penilaian antar mahasiswa dalam metode
pembelajaran jigsaw, sekaligus menemukan determinan kemampuan menilai. Penelitian ini
adalah Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dipadukan dengan penelitian
kuantitatif korelasional. Objek yang diteliti dibatasi pada mahasiswa yang mengikuti
perkuliahan Perkembangan Peserta Didik semester genap 2016. Data dikumpulkan dengan
observasi dan dokumentasi. Data dianalisis secara deskriptif dan berlanjut pada analisis uji
hipotesis dengan teknik regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kemampuan menilai dapat ditingkatkan dengan adanya penilaian antar mahasiswa dalam
metode Jigsaw. Selain itu, ditemukan determinan kemampuan menilai, yaitu keaktifan dalam
diskusi dan tingkat penguasaan materi yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk itu
disarankan kepada dosen yang ingin meningkatkan kemampuan menilai mahasiswanya untuk
menggunakan penilaian antar teman dalam metode jigsaw, meningkatkan keaktifan
mahasiswa dalam diskusi dan penguasaan mahasiswa mengenai materi yang disampaikan.
Kata Kunci: Kemampuan menilai, Penilaian antar mahasiswa, Jigsaw
PENDAHULUAN
Orientasi dalam pembelajaran senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Bermula dari pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centred learning), kemudian
berubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (students centred learning), dan saat
ini, pusat pembelajaran adalah keduanya (teacher and students centred learning). Untuk
mewujudkan
orientasi
pembelajaran
yang
baru
tersebut,
guru
harus
mampu
mengimplementasikan kompetensi pedagogik yang dimilikinya.
Menurut Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang standar guru, terdapat 10
komponen dalam kompetensi pedagogik. Pengembangan kesepuluh komponen ini dalam diri
mahasiswa LPTK sebagai seorang calon guru adalah langkah yang sangat strategis.
Kesepuluh komponen ini dimulai dari mengenal karaktersiik peserta didik, dan berakhir
dengan melakukan tindakan reflektif terhadap semua proses pembelajaran yang
diselenggarakan. Inti dari kesepuluh komponen ini adalah perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pembelajaran. Dengan dikuasainya komponen-komponen kompetensi pedagogik
yang baik, mahasiswa berpeluang besar untuk dapat menjadi guru yang profesional.
Kenyataan yang ditemui di lapangan menunjukkan kondisi yang berbeda dengan
idealisme tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Mirakaho (2015) menunjukkan bahwa
kesiapan mahasiswa pada Program Studi Pendidikan Ekonomi UKSW dalam hal menjadi
guru profesional berada pada kategori yang rendah secara rata-rata. Hal ini menjadi bukti
bahwa mahasiswa memiliki kondisi yang rendah pada kesepuluh komponen kompetensi
pedagogik.
Lebih lanjut, berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada mahasiswa yang sama
dengan penelitian tersebut, tampak bahwa masalah utama yang dihadapi adalah kemampuan
menilai yang rendah. Ironisnya, kemampuan menilai merupakan salah satu kemampuan
terpenting yang harus dimiliki oleh guru (disamping kemampuan merencanakan dan
melaksanakan
pembelajaran).
Tanpa
kemampuan
menilai
yang
baik,
mahasiswa
dimungkinkan menjadi guru yang tidak profesional. Oleh karena itu, masalah ini dianggap
urgent dan perlu segera diselesaikan.
Upaya peningkatan kemampuan menilai dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah
satunya mengembangkan dan melaksanakan pendekatan, strategi, model, atau metode
pembelajaran inovatif yang secara langsung memberikan kesempatan praktek menilai bagi
mahasiswa.
Terdapat berbagai metode pembelajaran yang dapat diimplementasikan. Menurut
Silberman (1996), terdapat 101 strategi pengajaran aktif yang dapat diterapkan pada berbagai
subjek. Setiap metode memiliki spesialisasi untuk mewujudkan tujuan tertentu. Selain itu,
Slavin (2010) juga mengembangkan berbagai metode pembelajaran kooperatif yang memiliki
sintak pembelajaran berbeda satu dengan yang lain. Oleh karena adanya berbagai metode
pembelajaran yang tersedia, maka perlu ada strategi pemilihan metode pembelajaran.
Metode pembelajaran terbaik untuk kondisi yang dihadapi tergantung dari berbagai
faktor. Berikut ini beberapa referensi yang menunjukkan pertimbangan-pertimbangan yang
perlu dipikirkan dalam memilih metode pembelajaran.
1. Tujuan Pembelajaran yang ingin dicapai atau garis besar program pembelajaran
(Nursalam dan Efendi, 2008; Andayani, 2015; Anas, 2014).
2. Sarana/prasarana (Nursalam dan Efendi, 2008; Andayani, 2015, Anas, 2014).
3. Bahan kajian atau materi ajar (Nursalam dan Efendi, 2008; Anas, 2014) atau karakter
materi yang diajarkan (Andayani, 2015).
4. Tingkat kemampuan mahasiswa (Nursalam dan Efendi, 2008; Andayani, 2015; Anas,
2014) atau perbedaan jenjang pendidikan (Anas, 2014).
5. Latar belakang peserta didik (Anas, 2014).
6. Alokasi waktu (Andayani, 2015; Anas, 2014).
7. Jumlah siswa (Andayani, 2015; Anas, 2014).
8. Pengalaman guru (Andayani, 2015) atau kesanggupan guru (Anas, 2014).
9. Karakter kelas (Anas, 2014).
10. Tingkat kooperasi warga belajar, adanya kelompok yang dominan, performa dan
tingkat partisipasi (Anas, 2014).
Selanjutnya, perlu diketahui kondisi empiris mengenai mahasiswa yang menjadi objek
penelitian. Dalam hal ini, mahasiswa yang menjadi objek penelitian adalah mahasiswa
Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UKSW yang mengambil mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik Semester kedua 2015/2016. Hasil yang peroleh mengenai studi
ini adalah seagai berikut.
1. Tujuan pembelajaran adalah mahasiswa menguasai materi pelajaran (multiple
intelegences (Howard Gardner), theory of learning and neuroscience) dan
berkembangnya kemampuan menilai.
2. Gaya belajar 28 orang mahasiswa adalah: 18 orang auditory, 9 orang visual, dan
hanya 1 orang yang kinestetik.
3. Keberagaman mahasiswa tampak dari karateristik suku, jenis kelamin, agama, dan
sosial ekonomi keluarga. Namun, dalam hal usia, mahasiswa memiliki usia yang
relatif sama (19 tahun).
4. Waktu perkuliahan selama 3 jam perpertemuan. Kuliah dimulai pukul 07.00, sehingga
diasumsikan mahasiswa masih fresh dalam mengikuti perkuliahan.
5. Fasilitas yang tersedia adalah laptop, LCD, meja kursi sejumlah 50 unit, dan wifi.
Setiap mahasiswa telah memiliki telepon pintar yang dapat mengakses internet.
6. Ukuran kelas adalah 7x8 meter.
Berdasarkan kondisi-kondisi yang dihadapi dan pertimbangan-pertimbangan yang ada, maka
metode pembelajaran yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw.
Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dikembangkan oleh Slavin. Sebagai
pembelajaran kooperatif, jigsaw dapat diterapkan di kelas besar. Sintak metode pembelajaran
jigsaw adalah sebagai berikut.
1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang heterogen sebanyak 4-5
mahasiswa perkelompok.
2. Secara individu,
masing-masing mahasiswa
mempelajari topik-topik dalam
kelompoknya.
3. Mahasiswa berpindah kelompok ke kelompok ahli yang membahas topik yang sama.
Di kelompok ini, mahasiswa mendalami topik yang dipelajarinya dengan cara diskusi,
tukar pikiran, dan sebagainya.
4. Mahasiswa kembali ke kelompok asal dan secara bergiliran mempresentasikan hasil
belajarnya pada teman sekelompoknya.
5. Test.
6. Group recognition.
Supaya metode pembelajaran yang dilaksanakan dapat menjawab kebutuhan
penelitian (meningkatkan kemampuan mengevaluasi), maka sintak original jigsaw sedikit
diubah. Dalam hal ini, tahap keempat, ketika mahasiswa mempresentasikan hasil belajarnya
pada teman sekelompok, teman-teman yang menjadi pendengar menilai presenter. Dengan
demikian, terdapat unsur penilaian antar teman dalam metode jigsaw yang dilaksanakan.
Selain menentukan tindakan yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan
menilai, penelitian ini juga akan mencari determinan kemampuan menilai. Sejauh ini,
referensi-referensi yang ada belum membahas adanya variabel determinan ini. Oleh karena
itu, strategi dalam menemukan determinan adalah strategi eksplanatori (bukan konfirmatori).
Ketika pembelajaran dilaksanakan, peneliti mengamati variabel-variabel yang muncul ketika
pembelajaran untuk menemukan determinan kemampuan menilai.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dipadukan dengan
penelitian kuantitatif. Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan menggunakan model
PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (Suparno, 2008). Dalam model ini, PTK
terdiri dari 3 kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan observasi, serta refleksi. Model ini
menekankan adanya kegiatan pelaksanaan dan observasi dilaksanakan bersama, tidak seperti
model Kurt Lewin yang dilaksanakan terpisah.
Ketiga tahapan tersebut dirinci dalam setiap kegiatan secara lebih spesifik. Hal-hal
yang dilaksanakan ketika perencanaan adalah:
1. Membuat Rencana Pelaksanaan (SAP) tentang materi yang akan diajarkan sesuai
dengan motode pembelajaran yang diajarkan. SAP disusun oleh peneliti dengan
pertimbangan dari pengajar. SAP ini berguna sebagai pedoman dosen (pengajar)
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.
2. Menyusun
dan
mempersiapkan
lembar
observasi
mengenai
pelaksanaan
pembelajaran.
3. Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang akan digunakan dalam setiap
pembelajaran.
4. Mempersiapkan soal tes untuk siswa yaitu tes yang akan diberikan pada akhir
pembelajaran dan tes yang diberikan pada akhir siklus. Soal tes disusun oleh peneliti
dengan pertimbangan guru yang bersangkutan.
Pada tahap tindakan dilakukan dengan menggunakan panduan perencanaan yang telah
dibuat dan dalam pelaksanaannya bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahanperubahan. Selama proses pembelajaran berlangsung, dosen mengajar mahasiswa dengan
menggunakan SAP yang telah disusun. Sedangkan peneliti menjadi pengamat (observer)
kegiatan mahasiswa pada saat proses pembelajaran di kelas. Observasi dilaksanakan selama
proses pembelajaran di kelas berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah
disusun. Observasi dilakukan untuk melihat secara langsung bagaimana partisipasi
mahasiswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Data yang diperoleh pada lembar observasi dianalisis kemudian dilakukan refleksi.
Pelaksanaan refleksi berupa diskusi antara pengajar observer dan perwakilan mahasiswa.
Diskusi tersebut bertujuan untuk mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan yaitu
dengan cara melakukan penilaian terhadap proses yang terjadi, masalah yang muncul, dan
segala hal yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan. Setelah itu mencari jalan keluar
terhadap masalah-masalah yang mungkin timbul agar dapat dibuat rencana perbaikan pada
siklus berikutnya.
Data dikumpulkan dengan teknik yang berbeda-beda sesuai karakteristik data. Hasil
belajar mengenai materi yang dipelajari dikumpulkan dengan teknik tes. Sedangkan data
kemampuan menilai dilakukan dengan menganalisis hasil penilaian antar mahasiswa.
Mahasiswa-mahasiswa yang memberikan nilai bagi temannya dengan angka yang relatif
dekat dengan rata-rata nilai yang diperoleh objek evaluasi dianggap memiliki kemampuan
yang lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang memberikan nilai jauh dari rata-rata
nilai yang diberikan oleh teman-teman yang lain. Selanjutnya data aktifitas mahasiswa
selama pembelajaran dikumpulkan dengan teknik observasi.
Analisis data juga dilaksanakan sesuai karakter setiap data yang telah dikumpulkan.
Data peningkatan hasil belajar dianalisis secara deskriptif. Data nilai mahasiswa secara
individual dibandingkan dengan kriteria minimal yang ditargetkan (dalam hal ini nilai 80).
Penelitian ini dikatakan berhasil jika lebih dari 80% mahasiswa mendapat nilai tes diatas 80.
Sedangkan analisis data terhadap kemampuan menilai dan determinannya dilakukan dengan
teknik rgresi linear berganda.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar mahasiswa dan
ditemukannya determinan dari kemampuan menilai. Setelah pembelajaran dilaksanakan
selama 2 siklus, sebanyak 26 orang mahasiswa (dari 28 mahasiswa) mendapatkan nilai diatas
80, sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran telah berhasil. Berikut data perkembangan
hasil belajar mahasiswa.
Tabel 1.
Peningkatan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Setiap Siklus
Ketuntasan
Prasiklus
Siklus 1
Siklus 2
Tuntas (>80)
12 (43%)
20 (71%)
26 (93%)
Tidak Tuntas (
                EKONOMI FKIP UKSW DALAM PEMBELAJARAN JIGSAW DAN
DETERMINANNYA
Gracia Miranda Matruty, Donald Samuel Slamet Santosa
ABSTRAK
Penelitian ini berangkat dari rendahnya kemampuan menilai di kalangan mahasiswa Program
Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UKSW. Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan
kemampuan menilai mahasiswa melalui penilaian antar mahasiswa dalam metode
pembelajaran jigsaw, sekaligus menemukan determinan kemampuan menilai. Penelitian ini
adalah Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dipadukan dengan penelitian
kuantitatif korelasional. Objek yang diteliti dibatasi pada mahasiswa yang mengikuti
perkuliahan Perkembangan Peserta Didik semester genap 2016. Data dikumpulkan dengan
observasi dan dokumentasi. Data dianalisis secara deskriptif dan berlanjut pada analisis uji
hipotesis dengan teknik regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kemampuan menilai dapat ditingkatkan dengan adanya penilaian antar mahasiswa dalam
metode Jigsaw. Selain itu, ditemukan determinan kemampuan menilai, yaitu keaktifan dalam
diskusi dan tingkat penguasaan materi yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk itu
disarankan kepada dosen yang ingin meningkatkan kemampuan menilai mahasiswanya untuk
menggunakan penilaian antar teman dalam metode jigsaw, meningkatkan keaktifan
mahasiswa dalam diskusi dan penguasaan mahasiswa mengenai materi yang disampaikan.
Kata Kunci: Kemampuan menilai, Penilaian antar mahasiswa, Jigsaw
PENDAHULUAN
Orientasi dalam pembelajaran senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Bermula dari pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centred learning), kemudian
berubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (students centred learning), dan saat
ini, pusat pembelajaran adalah keduanya (teacher and students centred learning). Untuk
mewujudkan
orientasi
pembelajaran
yang
baru
tersebut,
guru
harus
mampu
mengimplementasikan kompetensi pedagogik yang dimilikinya.
Menurut Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang standar guru, terdapat 10
komponen dalam kompetensi pedagogik. Pengembangan kesepuluh komponen ini dalam diri
mahasiswa LPTK sebagai seorang calon guru adalah langkah yang sangat strategis.
Kesepuluh komponen ini dimulai dari mengenal karaktersiik peserta didik, dan berakhir
dengan melakukan tindakan reflektif terhadap semua proses pembelajaran yang
diselenggarakan. Inti dari kesepuluh komponen ini adalah perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pembelajaran. Dengan dikuasainya komponen-komponen kompetensi pedagogik
yang baik, mahasiswa berpeluang besar untuk dapat menjadi guru yang profesional.
Kenyataan yang ditemui di lapangan menunjukkan kondisi yang berbeda dengan
idealisme tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Mirakaho (2015) menunjukkan bahwa
kesiapan mahasiswa pada Program Studi Pendidikan Ekonomi UKSW dalam hal menjadi
guru profesional berada pada kategori yang rendah secara rata-rata. Hal ini menjadi bukti
bahwa mahasiswa memiliki kondisi yang rendah pada kesepuluh komponen kompetensi
pedagogik.
Lebih lanjut, berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada mahasiswa yang sama
dengan penelitian tersebut, tampak bahwa masalah utama yang dihadapi adalah kemampuan
menilai yang rendah. Ironisnya, kemampuan menilai merupakan salah satu kemampuan
terpenting yang harus dimiliki oleh guru (disamping kemampuan merencanakan dan
melaksanakan
pembelajaran).
Tanpa
kemampuan
menilai
yang
baik,
mahasiswa
dimungkinkan menjadi guru yang tidak profesional. Oleh karena itu, masalah ini dianggap
urgent dan perlu segera diselesaikan.
Upaya peningkatan kemampuan menilai dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah
satunya mengembangkan dan melaksanakan pendekatan, strategi, model, atau metode
pembelajaran inovatif yang secara langsung memberikan kesempatan praktek menilai bagi
mahasiswa.
Terdapat berbagai metode pembelajaran yang dapat diimplementasikan. Menurut
Silberman (1996), terdapat 101 strategi pengajaran aktif yang dapat diterapkan pada berbagai
subjek. Setiap metode memiliki spesialisasi untuk mewujudkan tujuan tertentu. Selain itu,
Slavin (2010) juga mengembangkan berbagai metode pembelajaran kooperatif yang memiliki
sintak pembelajaran berbeda satu dengan yang lain. Oleh karena adanya berbagai metode
pembelajaran yang tersedia, maka perlu ada strategi pemilihan metode pembelajaran.
Metode pembelajaran terbaik untuk kondisi yang dihadapi tergantung dari berbagai
faktor. Berikut ini beberapa referensi yang menunjukkan pertimbangan-pertimbangan yang
perlu dipikirkan dalam memilih metode pembelajaran.
1. Tujuan Pembelajaran yang ingin dicapai atau garis besar program pembelajaran
(Nursalam dan Efendi, 2008; Andayani, 2015; Anas, 2014).
2. Sarana/prasarana (Nursalam dan Efendi, 2008; Andayani, 2015, Anas, 2014).
3. Bahan kajian atau materi ajar (Nursalam dan Efendi, 2008; Anas, 2014) atau karakter
materi yang diajarkan (Andayani, 2015).
4. Tingkat kemampuan mahasiswa (Nursalam dan Efendi, 2008; Andayani, 2015; Anas,
2014) atau perbedaan jenjang pendidikan (Anas, 2014).
5. Latar belakang peserta didik (Anas, 2014).
6. Alokasi waktu (Andayani, 2015; Anas, 2014).
7. Jumlah siswa (Andayani, 2015; Anas, 2014).
8. Pengalaman guru (Andayani, 2015) atau kesanggupan guru (Anas, 2014).
9. Karakter kelas (Anas, 2014).
10. Tingkat kooperasi warga belajar, adanya kelompok yang dominan, performa dan
tingkat partisipasi (Anas, 2014).
Selanjutnya, perlu diketahui kondisi empiris mengenai mahasiswa yang menjadi objek
penelitian. Dalam hal ini, mahasiswa yang menjadi objek penelitian adalah mahasiswa
Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UKSW yang mengambil mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik Semester kedua 2015/2016. Hasil yang peroleh mengenai studi
ini adalah seagai berikut.
1. Tujuan pembelajaran adalah mahasiswa menguasai materi pelajaran (multiple
intelegences (Howard Gardner), theory of learning and neuroscience) dan
berkembangnya kemampuan menilai.
2. Gaya belajar 28 orang mahasiswa adalah: 18 orang auditory, 9 orang visual, dan
hanya 1 orang yang kinestetik.
3. Keberagaman mahasiswa tampak dari karateristik suku, jenis kelamin, agama, dan
sosial ekonomi keluarga. Namun, dalam hal usia, mahasiswa memiliki usia yang
relatif sama (19 tahun).
4. Waktu perkuliahan selama 3 jam perpertemuan. Kuliah dimulai pukul 07.00, sehingga
diasumsikan mahasiswa masih fresh dalam mengikuti perkuliahan.
5. Fasilitas yang tersedia adalah laptop, LCD, meja kursi sejumlah 50 unit, dan wifi.
Setiap mahasiswa telah memiliki telepon pintar yang dapat mengakses internet.
6. Ukuran kelas adalah 7x8 meter.
Berdasarkan kondisi-kondisi yang dihadapi dan pertimbangan-pertimbangan yang ada, maka
metode pembelajaran yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw.
Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dikembangkan oleh Slavin. Sebagai
pembelajaran kooperatif, jigsaw dapat diterapkan di kelas besar. Sintak metode pembelajaran
jigsaw adalah sebagai berikut.
1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang heterogen sebanyak 4-5
mahasiswa perkelompok.
2. Secara individu,
masing-masing mahasiswa
mempelajari topik-topik dalam
kelompoknya.
3. Mahasiswa berpindah kelompok ke kelompok ahli yang membahas topik yang sama.
Di kelompok ini, mahasiswa mendalami topik yang dipelajarinya dengan cara diskusi,
tukar pikiran, dan sebagainya.
4. Mahasiswa kembali ke kelompok asal dan secara bergiliran mempresentasikan hasil
belajarnya pada teman sekelompoknya.
5. Test.
6. Group recognition.
Supaya metode pembelajaran yang dilaksanakan dapat menjawab kebutuhan
penelitian (meningkatkan kemampuan mengevaluasi), maka sintak original jigsaw sedikit
diubah. Dalam hal ini, tahap keempat, ketika mahasiswa mempresentasikan hasil belajarnya
pada teman sekelompok, teman-teman yang menjadi pendengar menilai presenter. Dengan
demikian, terdapat unsur penilaian antar teman dalam metode jigsaw yang dilaksanakan.
Selain menentukan tindakan yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan
menilai, penelitian ini juga akan mencari determinan kemampuan menilai. Sejauh ini,
referensi-referensi yang ada belum membahas adanya variabel determinan ini. Oleh karena
itu, strategi dalam menemukan determinan adalah strategi eksplanatori (bukan konfirmatori).
Ketika pembelajaran dilaksanakan, peneliti mengamati variabel-variabel yang muncul ketika
pembelajaran untuk menemukan determinan kemampuan menilai.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dipadukan dengan
penelitian kuantitatif. Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan menggunakan model
PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (Suparno, 2008). Dalam model ini, PTK
terdiri dari 3 kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan observasi, serta refleksi. Model ini
menekankan adanya kegiatan pelaksanaan dan observasi dilaksanakan bersama, tidak seperti
model Kurt Lewin yang dilaksanakan terpisah.
Ketiga tahapan tersebut dirinci dalam setiap kegiatan secara lebih spesifik. Hal-hal
yang dilaksanakan ketika perencanaan adalah:
1. Membuat Rencana Pelaksanaan (SAP) tentang materi yang akan diajarkan sesuai
dengan motode pembelajaran yang diajarkan. SAP disusun oleh peneliti dengan
pertimbangan dari pengajar. SAP ini berguna sebagai pedoman dosen (pengajar)
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.
2. Menyusun
dan
mempersiapkan
lembar
observasi
mengenai
pelaksanaan
pembelajaran.
3. Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang akan digunakan dalam setiap
pembelajaran.
4. Mempersiapkan soal tes untuk siswa yaitu tes yang akan diberikan pada akhir
pembelajaran dan tes yang diberikan pada akhir siklus. Soal tes disusun oleh peneliti
dengan pertimbangan guru yang bersangkutan.
Pada tahap tindakan dilakukan dengan menggunakan panduan perencanaan yang telah
dibuat dan dalam pelaksanaannya bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahanperubahan. Selama proses pembelajaran berlangsung, dosen mengajar mahasiswa dengan
menggunakan SAP yang telah disusun. Sedangkan peneliti menjadi pengamat (observer)
kegiatan mahasiswa pada saat proses pembelajaran di kelas. Observasi dilaksanakan selama
proses pembelajaran di kelas berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah
disusun. Observasi dilakukan untuk melihat secara langsung bagaimana partisipasi
mahasiswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Data yang diperoleh pada lembar observasi dianalisis kemudian dilakukan refleksi.
Pelaksanaan refleksi berupa diskusi antara pengajar observer dan perwakilan mahasiswa.
Diskusi tersebut bertujuan untuk mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan yaitu
dengan cara melakukan penilaian terhadap proses yang terjadi, masalah yang muncul, dan
segala hal yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan. Setelah itu mencari jalan keluar
terhadap masalah-masalah yang mungkin timbul agar dapat dibuat rencana perbaikan pada
siklus berikutnya.
Data dikumpulkan dengan teknik yang berbeda-beda sesuai karakteristik data. Hasil
belajar mengenai materi yang dipelajari dikumpulkan dengan teknik tes. Sedangkan data
kemampuan menilai dilakukan dengan menganalisis hasil penilaian antar mahasiswa.
Mahasiswa-mahasiswa yang memberikan nilai bagi temannya dengan angka yang relatif
dekat dengan rata-rata nilai yang diperoleh objek evaluasi dianggap memiliki kemampuan
yang lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang memberikan nilai jauh dari rata-rata
nilai yang diberikan oleh teman-teman yang lain. Selanjutnya data aktifitas mahasiswa
selama pembelajaran dikumpulkan dengan teknik observasi.
Analisis data juga dilaksanakan sesuai karakter setiap data yang telah dikumpulkan.
Data peningkatan hasil belajar dianalisis secara deskriptif. Data nilai mahasiswa secara
individual dibandingkan dengan kriteria minimal yang ditargetkan (dalam hal ini nilai 80).
Penelitian ini dikatakan berhasil jika lebih dari 80% mahasiswa mendapat nilai tes diatas 80.
Sedangkan analisis data terhadap kemampuan menilai dan determinannya dilakukan dengan
teknik rgresi linear berganda.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar mahasiswa dan
ditemukannya determinan dari kemampuan menilai. Setelah pembelajaran dilaksanakan
selama 2 siklus, sebanyak 26 orang mahasiswa (dari 28 mahasiswa) mendapatkan nilai diatas
80, sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran telah berhasil. Berikut data perkembangan
hasil belajar mahasiswa.
Tabel 1.
Peningkatan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Setiap Siklus
Ketuntasan
Prasiklus
Siklus 1
Siklus 2
Tuntas (>80)
12 (43%)
20 (71%)
26 (93%)
Tidak Tuntas (