T1 232010067 Full text

PENDAHULUAN
Profesi akuntan publik diperlukan untuk dapat memberikan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan
informasi yang menyesatkan kepada masyarakat dan pemakai laporan keuangan.
Masyarakat dan pemakai laporan keuangan mengharapkan agar auditor dapat
memberikan jaminan mutlak (absolute assurance) mengenai hasil akhir proses
audit (Febrianty, 2012). Meskipun demikian, para investor tidak puas dengan
mengetahui kewajaran laporan keuangan saja. Para investor juga ingin
mengetahui kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan
operasinya (going concern).
Meskipun memprediksi kebangkrutan bukanlah tujuan utama audit, profesi
auditor seringkali dikritik karena tidak memberikan peringatan dini kemungkinan
kebangkrutan klien di masa yang akan datang dalam bentuk laporan audit dengan
pengecualian asumsi going concern (Raghunandan dan Rama, 1995). Dari sudut
pandang pengguna laporan keuangan, kebangkrutan tanpa diterbitkannya laporan
audit dengan pengecualian asumsi going concern, sering dianggap sebagai
kegagalan audit (McKeown et al., 1991).
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) seksi 341 menyebutkan bahwa
pertimbangan auditor atas kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya, tergantung dari kesangsian dalam diri auditor itu sendiri
terhadap kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya


1

dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan
auditan (Wijanarko, 2008).
Pendekatan audit baru yang dikembangkan oleh KPMG yang disebutkan dalam
Rao (1999) sebagai Business Measurement Process (BMP) atau Business Risk
Audit (BRA). Pendekatan BRA dikembangkan dari pendekatan systems-based
audit (SBA) yang berfokus pada area dengan risiko bisnis tertinggi, dan lebih
banyak menggunakan sudut pandang tujuan bisnis daripada menggunakan sudut
pandang pengendalian (Griffiths, 2005). BRA mengubah fokus auditor dari “lensa
akuntansi” atau pendekatan berbasis transaksi menjadi pendekatan “perspektif
sistem strategik” (Rao, 1999).
Pendekatan BRA dinilai dapat meningkatkan akurasi laporan audit. Karena dalam
penerapan BRA, auditor dituntut untuk mengidentifikasi risiko-risiko bisnis apa
saja yang dihadapi klien dan bagaimana klien mengatasi risiko tersebut.
Pemahaman yang lebih baik mengenai risiko bisnis klien, membantu auditor
untuk menemukan kecurangan dan kelalaian. Hal inilah yang menjadi perbedaan
utama antara pendekatan audit tradisional dengan pendekatan BRA. Sedangkan
pada audit konvensional, auditor lebih menekankan pada pengujian pengendalian

internal untuk menilai risiko salah saji. Semakin baik pengendalian internal, maka
semakin sedikit pengujian substantif yang dilakukan (Pusdiklatwas BPKP, 2007).
Bruynseels et al. (2006) pernah meneliti bagaimana pengaruh penerapan BRA dan
penggunaan auditor spesialis dalam meningkatkan akurasi laporan audit. Akurasi
audit ditunjukkan dengan pemberian opini going concern untuk perusahaan yang

2

akan bangkrut dalam waktu 1 tahun. Beberapa hipotesis yang diajukan Bruynseels
antara lain: (1) apakah kecenderungan menerbitkan opini going concern untuk
perusahaan yang akan bangkrut dalam waktu 1 tahun, pada auditor spesialis lebih
tinggi dibandingkan auditor non spesialis, (2) apakah kecenderungan menerbitkan
opini going concern untuk perusahaan yang akan bangkrut dalam waktu 1 tahun,
pada auditor yang menerapkan BRA lebih tinggi dibandingkan auditor yang tidak
menerapkan BRA, (3) auditor spesialis tidak tertipu oleh rencana strategik
perusahaan, sehingga kecenderungan menerbitkan opini going concern lebih
tinggi dibandingkan auditor non spesialis, dan (4) auditor yang menerapkan BRA
tidak tertipu oleh rencana strategik perusahaan, sehingga kecenderungan
menerbitkan opini going concern lebih tinggi dibandingkan auditor yang tidak
menerapkan BRA.

Karena belum banyak penelitian mengenai BRA di Indonesia, maka penulis
berpendapat penelitian mengenai penerapan pendekatan BRA juga perlu untuk
dilakukan di Indonesia. Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk membuktikan
apakah dengan menerapkan BRA, kecenderungan auditor menerbitkan opini
going concern menjadi lebih tinggi dibandingkan auditor yang tidak menerapkan
BRA.
Ke depannya, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain sebagai
berikut:
1. Bagi penulis

3

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan
mengenai bagaimana implikasi penerapan pendekatan BRA terhadap
kecenderungan penerbitan opini going concern oleh auditor.
2. Bagi auditor
Dapat memberikan rekomendasi pendekatan audit baru yang lebih baik
dalam menilai kemampuan going concern suatu entitas bisnis.
3. Bagi peneliti selanjutnya.
Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi penelitian selanjutnya

dan referensi tambahan dalam penelitian bidang lainnya.

4

TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Opini Going Concern
Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha (Aiisiah, 2012).
Dalam asumsi going concern, suatu entitas diharapkan dapat berdiri dalam jangka
waktu yang cukup lama untuk mencapai tujuan organisasinya.
SA seksi 341 (PSA No.30) (IAPI, 2012) menyatakan bahwa auditor harus
mengevaluasi apakah terdapat keraguan yang mendalam tentang kemampuan
satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu
pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan auditan dengan
cara sebagai berikut:
1) Auditor mempertimbangkan apakah hasil dari prosedur yang dilakukan pada
saat merencanakan audit, mengumpulkan bukti, dan menyelesaikan audit
mengidentifikasi kondisi serta peristiwa yang apabila dipertimbangkan secara
menyeluruh, menunjukkan adanya alasan keraguan yang mendalam mengenai
kemampuan entitas untuk melanjutkan usaha selama periode yang wajar.
Mungkin diperlukan informasi tambahan tentang kondisi dan peristiwa

semacam itu, berikut bukti-bukti yang sesuai untuk mendukung informasi
yang dapat membantu mengurangi keraguan auditor.
2) Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai satuan usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia
harus:
a) Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan
untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.
5

b) Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif
dilaksanakan.
3) Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan
apakah ia memiliki kesangsian mengenai kemampuan satuan usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Jika
manajemen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak kondisi dan
peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha mempertahankan kelangsungan
hidupnya, auditor mempertimbangkan untuk memberikan pernyataan tidak
memberikan pendapat.
4) Jika manajemen memiliki rencana tersebut langkah selanjutnya yang harus
dilakukan auditor adalah menyimpulkan efektifitas rencana tersebut.

a) Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut tidak efektif, auditor
menyatakan tidak memberikan pendapat.
b) Jika

auditor

berkesimpulan

rencana

tersebut

efektif

dan

klien

mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor memberikan
pendapat wajar tanpa pengecualian.

c) Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien tidak
mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor memberikan
pendapat tidak wajar.
Dalam pelaksanaan prosedur audit mengenai going concern, auditor dapat
mengidentifikasi informasi mengenai kondisi tertentu yang menunjukkan adanya
kesangsian besar tentang kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan

6

kelangsungan hidupnya yang pantas, yaitu tidak lebih dari satu tahun sejak
tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (IAPI, 2012).
Penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan penerbitan opini going
concern antara lain: Wijanarko, (2008) dalam penelitiannya mengenai pengaruh
keahlian audit dan independensi terhadap pendapat audit atas kelangsungan usaha,
menunjukkan bahwa: (1) Keahlian audit tidak berpengaruh terhadap pemberian
opini going concern. (2) Sedangkan independensi berpengaruh secara signifikan
terhadap pemberian opini going concern. Ulya, (2012) dalam penelitiannya
mengenai pengaruh faktor keuangan dan non keuangan terhadap opini going
concern menyimpulkan bahwa debt default dan opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh positif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern.

Sebaliknya variabel kesulitan keuangan, reputasi auditor dan auditor client tenure
tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Widyantari,
(2011) meneliti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi opini audit going
concern. Dalam penelitiannya, Widyantari menyimpulkan bahwa: (1) likuididtas,
pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, dan auditor client tenure tidak
berpengaruh terhadap opini going concern. (2) Leverage dan opini audit tahun
sebelumnya berpengaruh positif.

(3) Sedangkan profitabilitas, arus kas, dan

ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap opini going concern.

Risiko Bisnis
Risiko bisnis merupakan kondisi yang dapat mengganggu kemampuan organisasi
untuk melaksanakan proses bisnis secara efektif. Auditor harus mengidentifikasi

7

risiko bisnis, mengevaluasi bagaimana risiko tersebut dapat meningkatkan
kecenderungan salah


saji

dalam laporan

keuangan, dan menggunakan

pengetahuan ini dalam melakukan perencanaan prosedur analitis (Eilifsen et al.,
2001).

Pendekatan Business Risk Audit
Menurut Abdullah dan Al-Araj (2011), terdapat lima pendekatan audit yang
umum digunakan auditor di Yordania:
Pendekatan yang pertama adalah Balance Sheet Approach dimana auditor
memfokuskan perhatian mereka pada item-item di neraca dan memverifikasi
semua aset dan kewajiban yang terdapat di neraca, dan kurang memperhatikan
item-item yang ada di laporan laba rugi.
Pendekatan yang kedua yaitu Substantive Procedures Approach dimana auditor
mendesain dan melakukan pengujian substantif untuk tiap-tiap transaksi yang
material dan saldo akun.

Pendekatan ketiga yaitu System Based Approach yang berpusat pada penilaian
efektivitas dan efisiensi pengendalian yang digunakan perusahaan, pengujian
kompilasi dan kesalahan sistem selama pemrosesan transaksi.
Pendekatan keempat yaitu Traditional Audit Risk Based dimana auditor
diharuskan untuk menilai risiko salah saji yang material, meskipun tidak dapat
mengecek seluruh transaksi, tetapi menilai apakah informasi yang diperoleh
relevan untuk mengidentifikasi risiko salah saji yang material atau tidak.
8

Pendekatan yang terakhir dan terbaru adalah Business Risk Audit Approach yang
bergantung pada risiko bisnis yang dihadapi sebagai sumber salah saji yang
material. Dengan pendekatan ini, auditor diharuskan memperoleh pengetahuan
mengenai bisnis klien untuk melihat apakah salah saji tersebut dapat memberikan
efek yang signifikan dalam laporan keuangan.
Menurut Romney (2012), langkah-langkah penerapan Business Risk Audit yaitu
sebagai berikut:


Menentukan ancaman (kecurangan dan kelalaian) yang dihadapi
perusahaan. Kesalahan yang disengaja maupun yang tidak disengaja dan

dampaknya terhadap sistem.



Identifikasi prosedur pengendalian yang mencegah, mendeteksi, atau
memperbaiki ancaman. Prosedur ini adalah pengendalian yang dilakukan
manajemen untuk meminimalkan ancaman, yang harus ditelaah dan diuji
oleh auditor.



Evaluasi prosedur pengendalian.
a. Telaah sistem. Yaitu prosedur pengendalian di tempat.
b. Pengujian pengendalian. Yaitu pengendalian yang berjalan.



Evaluasi kelemahan pengendalian untuk menentukan efeknya terhadap
lingkungan, waktu, atau kelanjutan proses audit.

Untuk lebih memperjelas perbandingan antara audit konvensional dengan audit
berpeduli risiko dapat digambarkan dalam penjabaran melalui tabel di bawah ini:
(Pusdiklatwas BPKP, 2007)

9

Tabel 2.1
Perbandingan Audit Konvensional dan Audit Berpeduli Risiko
Audit Konvensional
Audit Berpeduli Risiko
Perhatian auditor dititikberatkan pada Perhatian

auditor

lebih

jauh

lagi

risiko manajemen dalam kaitannya dititikberatkan pada penaksiran atas
dengan

pencapaian

tujuan

audit. risiko

(risk

assessment).

Auditor

Auditor akan melakukan analisis atas melakukan penaksiran risiko bukan
risiko manajemen yang mempengaruhi hanya semata-mata untuk audit namun
tujuan auditnya. Semakin memadai lebih difokuskan pada risiko atas
pengendalian intern maka pengujian kelangsungan
dan pembuktian audit (besarnya sampel aktivitas

dan

dalam

perkembangan

rangka

pencapaian

pengujian) yang harus dilakukan akan tujuan manajemen.
berkurang.
Auditor berfokus pada kejadian dan Auditor mencoba membuat skenario
kondisi masa lalu yang berdampak risiko di masa kini dan di masa depan
pada tujuan audit yang telah ditetapkan yang akan berdampak pada pencapaian
dengan tujuan untuk menilai tingkat tujuan
kewajarannya.

organisasi.

Sehingga

dalam

memberikan rekomendasi audit, lebih
dititikberatkan pada pengelolaan risiko
(risk management) selain pengelolaan
pengendalian (management control).

Laporan audit merupakan informasi Dalam laporan audit, auditor lebih
yang disampaikan kepada pihak-pihak menitikberatkan pada pengungkapan
yang berkepentingan dan pengguna proses

10

yang

memiliki

risiko

laporan sesuai tujuan audit yang dibandingkan pengungkapan berfungsi
sudah ditetapkan, terutama mengenai atau tidaknya suatu pengendalian.
berfungsi atau tidaknya pengendalian.
Pendekatan proses auditnya berbasis Pendekatan proses auditnya berbasis
sistem (system based audit).

risiko (risk based audit).

Audit berbasis sistem dilaksanakan atas Audit berbasis risiko dilaksanakan atas
dasar keberadaan suatu sistem yang dasar risiko-risiko dan melaporkan
sesungguhnya ada dan pengendalian kepada

pihak

yang dijalankan terkait dengan sistem risiko-risiko

manajemen

tersebut

apakah

telah

dapat

tersebut. Oleh karena itu dengan sistem dikelola dengan baik atau sebaliknya.
yang ada, dianggap akan mampu Dalam hal ini proses BRA dilaksanakan
mengatasi

semua

risiko.

Biasanya untuk

mengelompokkan

sejumlah

pengujian dilakukan dengan ”kuesioner risiko, dan proses menggambarkan
internal

kontrol”,

yaitu

dokumen ”sesuatu yang logis” dan bukan kondisi

standar yang digunakan dalam setiap aktual. Jika terdapat suatu risiko tetapi
penugasan audit.

tidak termasuk di dalam proses yang
dipetakan

maka

harus

dipecahkan

melalui proses yang baru.

Hubungan Penerapan Pendekatan BRA dengan Opini Going Concern
Dalam perencanaan audit, penting sekali dilakukannya evaluasi terhadap risiko
bisnis yang dihadapi klien. Bruynseels et. al., (2006) mencoba meneliti apakah
pengetahuan yang mendalam mengenai bisnis klien dan penggunaan BRA dapat

11

meningkatkan akurasi laporan audit. Dengan menerapkan pendekatan BRA,
auditor dapat memperoleh analisis yang mendalam mengenai bisnis klien.
Sehingga, dapat meningkatkan kemampuan auditor untuk mengidentifikasi
masalah going concern suatu entitas dan dapat mengurangi kegagalan pelaporan
audit.
Dalam penelitiannya, Bruynseels et. al. menggunakan auditor spesialis dalam
proses audit untuk mewakili variabel pengetahuan yang mendalam mengenai
bisnis klien, dan menggunakan kecenderungan auditor menerbitkan laporan audit
dengan pengecualian going concern untuk perusahaan yang akan bangkrut dalam
waktu kurang dari 1 tahun untuk mewakili variabel akurasi opini audit.
Bruynseels et. al., menduga bahwa auditor yang menerapkan BRA akan
cenderung menerbitkan opini going concern dibandingkan auditor yang tidak
menerapkan BRA.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah:
H1: Kecenderungan menerbitkan opini going concern pada auditor menerapkan
pendekatan BRA lebih tinggi dibandingkan auditor yang tidak menerapkan BRA.

12

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel
Subjek dalam penelitian ini yaitu auditor independen yang bekerja di Kantor
Akuntan Publik (KAP). Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah convenience sampling. Metode ini termasuk dalam kategori nonprobability sampling. Dengan metode ini, sampel diambil berdasarkan
ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya. (Siagian dan
Sugiarto, 2000)

Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini dan penjelasannya adalah
sebagai berikut:
1.

Pendekatan BRA.
Pendekatan BRA didefinisikan sebagai: audit yang difokuskan dan
diprioritaskan pada risiko bisnis dan prosesnya serta pengendalian terhadap
risiko yang dapat terjadi (Dunil Z, dalam Febrina, 2011).

2.

Kecenderungan menerbitkan opini going concern
Opini going concern diberikan apabila terdapat keraguan yang mendalam
tentang kemampuan suatu perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan

13

hidupnya dalam jangka waktu kurang dari 1 tahun sejak tanggal laporan
keuangan auditan (PSA No. 30).
Kecenderungan menerbitkan opini going concern dalam penelitian ini diukur
melalui 2 pertanyaan, yaitu:
Pertanyaan pertama mengenai pendapat auditor terkait tingkat risiko bisnis
yang dihadapi bank. Pengukuran tingkat risiko bisnis menggunakan skala
likert dengan 5 alternatif jawaban yaitu: (1) Tidak ada, (2) Rendah, (3) Tidak
tahu, (4) Tinggi, dan (5) Sangat Tinggi.
Pertanyaan kedua mengenai bagaimana keinginan responden untuk
menerbitkan opini going concern terhadap bank tersebut. Pengukuran
keinginan responden menggunakan skala likert dengan 5 alternatif jawaban
yaitu: (1) Sangat lemah, (2) Lemah, (3) Ragu-ragu, (4) Kuat, dan (5) Sangat
kuat.

Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer yang
dilakukan dengan metode survei. Metode survei merupakan metode pengumpulan
data primer yang diperoleh secara langsung dari sumber asli yang menggunakan
pertanyaan lisan atau tertulis. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner
yang didesain dalam bentuk kasus dan pertanyaan.

14

Kuesioner dalam penelitian ini dibagi menjadi dua macam kuesioner. Kuesioner
tipe pertama menggambarkan perencanaan audit yang tidak menerapkan
pendekatan BRA. Pada kuesioner ini, digambarkan bahwa tim audit yang tidak
menerapkan BRA, hanya akan menemukan risiko pengendalian internal saja.
Sedangkan pada kuesioner tipe kedua menggambarkan perencanaan audit yang
menerapkan pendekatan BRA. Dalam kuesioner tipe kedua ini, tim audit
menemukan risiko-risiko bisnis yang dihadapi bank, antara lain risiko di bidang
ekonomi, politik, sosial, dan sebagainya.
Kasus untuk menggambarkan penerapan pendekatan BRA dalam penelitian ini
mengacu pada studi kasus yang dilakukan Eilifsen et al, (2001) pada sebuah bank
di tahun 1997. Dimana setelah menerapkan BRA, Eilifsen menyimpulkan terdapat
perbedaan-perbedaan identifikasi dan tingkat risiko-risiko bisnis yang diperoleh
auditor.
Responden akan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama akan
mendapat kuesioner tipe pertama yang tidak menerapkan BRA, dan kelompok
kedua akan mendapat kuesioner tipe kedua yang menerapkan BRA.

Teknik dan Langkah-langkah Analisis
Alat analisis statistik yang digunakan sebagai berikut:
1. Statistika deskriptif.
Yang digunakan untuk menganalisis karakteristik sampel menurut umur,
jenis kelamin, pendidikan terakhir, jabatan, dan lama bekerja.
15

2. Uji hipotesis.
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, digunakan alat uji yaitu uji
Mann-Whitney atau sering disebut juga sebagai Wilcoxon Rank Sum Test.
(Levine et.al, 2012).
Uji Mann-Whitney (Conover, 1980) merupakan metode non parametrik
yang digunakan untuk membandingkan 2 populasi yang saling
independen.
Metode non parametrik didasarkan pada rangking data sehingga tidak
dipengaruhi oleh nilai ekstrim. Oleh karena itu, metode non parametrik
dapat digunakan pada data:


Kualitatif (berskala nominal / ordinal), atau



Kuantitatif tetapi tidak berdistribusi normal.

Dalam uji Mann-Whitney, terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi
yaitu:


Sampel diambil secara acak dari masing-masing populasi.



Skala pengukuran minimal berskala ordinal.

Statistik penguji yang digunakan dalam uji Mann-Whitney adalah nilai TL
dan TU (Levine et.al, 2012). Tetapi, jika nilai n1 dan n2 cukup besar, maka
dapat digunakan statistik penguji Z sebagai pendekatan.
Rumusan hipotesis dan daerah kritik dalam uji Mann-Whitney yaitu:


Uji dua sisi, rumusan hipotesisnya yaitu:
H0: µ 1 = µ 2 dan H1: µ 1 ≠ µ2.

16

H0 ditolak apabila Zhitung ≤ - Zα/2 atau Zhitung ≥ Zα/2.


Uji 1 sisi kiri, rumusan hipotesisnya yaitu:
H0: µ 1 ≥ µ2 dan H1: µ 1 < µ 2.
H0 ditolak jika Zhitung < - Zα.



Uji 1 sisi kanan, rumusan hipotesisnya yaitu:
H0: µ 1 ≤ µ2 dan H1: µ 1 > µ 2.
H0 ditolak jika Zhitung > Z α.

Pengolahan uji Mann-Whitney dalam penelitian ini menggunakan SPSS
16.0

17

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tempat dan Waktu Penelitian
Responden yang bersedia berpartisipasi adalah auditor independen yang bekerja
di Kantor Akuntan Publik (KAP) di wilayah Jawa Tengah, DIY, dan Kalimantan
Barat. Jumlah kuesioner yang disebarkan berjumlah 168 kuesioner, yang
disebarkan mulai tanggal 27 Januari – 21 Februari 2014.
Dari 168 kuesioner tersebut, sebanyak 84 kuesioner telah diisi dan dikembalikan
kepada peneliti. Dengan rincian 37 kuesioner tipe pertama (Tidak menerapkan
pendekatan BRA) dan 47 kuesioner tipe kedua (Menerapkan pendekatan BRA).
Pengiriman kuesioner dilakukan dengan diantar langsung oleh peneliti, dibagikan
pada seminar dan melalui email.

Statistika Deskriptif
Berikut adalah demografi responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini:

No

1

2

Tabel 4.1
Demografi Responden
Keterangan
Tidak
menerapkan
BRA
Jumlah Persentase
Berdasarkan Umur
< 25 tahun
14
38%
26-35 tahun
8
22%
36-50 tahun
6
16%
> 50 tahun
8
22%
Tidak mengisi
1
3%
Berdasarkan Jenis kelamin
Pria
26
70%
Wanita
10
27%

18

Menerapkan BRA
Jumlah

Persentase

16
11
13
5
2

34%
23%
28%
11%
4%

31
15

66%
32%

Tidak mengisi
1
3%
3
Berdasarkan Pendidikan terakhir
S3
0
0%
S2
7
19%
S1
25
68%
D3
5
14%
lainnya
0
0%
Tidak mengisi
0
0%
4
Berdasarkan Jabatan
Partner
5
14%
Manajer
1
3%
Senior auditor
11
30%
Junior auditor
19
51%
lainnya
1
3%
Tidak mengisi
0
0%
5
Berdasarkan Lama bekerja
< 1 tahun
6
16%
1-5 tahun
16
43%
6-10 tahun
6
16%
> 10 tahun
8
22%
Tidak mengisi
1
3%
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden

1

2%

2
6
33
3
1
2

4%
13%
70%
6%
2%
4%

7
2
13
21
2
2

15%
4%
28%
45%
4%
4%

10
21%
16
34%
7
15%
13
28%
1
2%
yang berpartisipasi dalam

penelitian ini kebanyakan berusia kurang dari 25 tahun, berjenis kelamin laki-laki,
pendidikan terakhir di tingkat S1, menduduki jabatan sebagai junior auditor, dan
telah memiliki pengalaman bekerja selama 1-5 tahun.

Hasil Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis penelitian yaitu apakah kecenderungan menerbitkan
opini going concern pada auditor yang menerapkan pendekatan BRA lebih tinggi
dibandingkan auditor yang tidak menerapkan BRA, maka digunakanlah uji MannWhitney. Berikut ini adalah tabel hasil uji Mann-Whitney:

19

Tabel 4.2
Hasil Uji Mann-Whitney

Mann-Whitney Test
Ranks
Penerapan_BRA
Total_skor

N

Mean Rank

Sum of Ranks

Tidak menerapkan

37

36.34

1344.50

Menerapkan

47

47.35

2225.50

Total

84

a

Test Statistics

Total_skor
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

641.500
1344.500
-2.199
.028

a. Grouping Variable: Penerapan_BRA

Dari hasil uji Mann-Whitney di atas, menunjukkan nilai Zhitung sebesar -2,199.
Sedangkan nilai Ztabel dengan α = 5% untuk pengujian 1 sisi sebesar -1,645.
Karena nilai Zhitung < Ztabel, maka H0 ditolak, atau H1 diterima.
Dengan kata lain, terbukti bahwa kecenderungan menerbitkan opini going
concern pada auditor yang menerapkan pendekatan BRA lebih tinggi
dibandingkan auditor yang tidak menerapkan BRA.
Hal ini disebabkan karena penerapan pendekatan BRA, akan memberikan auditor
analisis yang mendalam mengenai bisnis klien dan meningkatkan kemampuan
auditor untuk mengidentifikasi masalah going concern suatu entitas. Sehingga,

20

auditor akan lebih cenderung menerbitkan opini going concern untuk entitas
tersebut.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Choy dan King,
(2003). Dengan menggunakan eksperimen pada sejumlah pelajar, Choy dan King
membuktikan bahwa pendekatan BRA lebih akurat dibandingkan pendekatan
konvensional. Dengan memahami bisnis klien secara keseluruhan, akan
mendorong subjek untuk membuat keputusan yang lebih akurat.
Tetapi, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan
Bruynseels et al, (2006) yang menyatakan bahwa penerapan pendekatan BRA
tidak meningkatkan kecenderungan auditor untuk menerbitkan opini going
concern untuk perusahaan yang akan bangkrut dalam waktu kurang dari 1 tahun.
Bruynseels et al menjelaskan jika auditor tidak memiliki pengetahuan yang
mendalam mengenai bisnis klien, meskipun auditor tersebut menerapkan
pendekatan BRA, hasilnya tidak akan berbeda dengan jika auditor tersebut tidak
menerapkan BRA.

21

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah kecenderungan
menerbitkan opini going concern pada auditor yang menerapkan BRA lebih tinggi
dibandingkan auditor yang tidak menerapkan pendekatan BRA.
Setelah diuji menggunakan uji Mann-Whitney, diperoleh kesimpulan bahwa:
Kecenderungan menerbitkan opini going concern pada auditor yang menerapkan
pendekatan BRA lebih tinggi dibandingkan dengan auditor yang tidak
menerapkan BRA.
Hal ini mengindikasikan adanya pengaruh penerapan pendekatan BRA terhadap
penerbitan opini going concern.

Implikasi dan Saran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan auditor
eksternal untuk menerapkan pendekatan BRA dalam mengevaluasi kemampuan
going concern suatu entitas. Karena pendekatan ini membantu auditor menilai
risiko bisnis dan kemampuan going concern suatu perusahaan dengan lebih baik
dibandingkan pendekatan audit konvensional.
Untuk penelitian selanjutnya, dapat dikembangkan dengan menguji pengaruh
penerapan pendekatan BRA terhadap penerbitan opini going concern.
Atau dikembangkan berdasarkan pengalaman dan tingkat jabatan auditor yang
menerapkan BRA dengan pengaruhnya terhadap penerbitan opini going concern.

22

Daftar Pustaka
Abdullah, Khalid Amin dan Reem Shaher Al- Araj. 2011. Traditional Audit
versus Business Risk Audit: A Comparative Study- Case of Jordan.
European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences.
Aiisiah, Nurul. 2012. Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan,
Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran
Perusahaan terhadap Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going
Concern. Skripsi Universitas Diponegoro. Semarang: Tidak dipublikasikan.
Bruynseels, Liesbeth, W. Robert Knechel, dan Marleen Wilekens. 2006. Do
Industry Specialists and Business Risk Auditor Enhance Audit Reporting
Accuracy?. Katholieke Universiteit Leuven. Unpublished.
Conover, WJ. Practical Nonparametric Statistics. John Wiley & Sons, 2ed. 1980.
Choy, Amy K. dan Ronald R. King. 2003. An Experimental Investigation of Audit
Decision-Making: An Evaluation Using System-Mediated Mental Models.
Washington University. Unpublished.
Diklat Penjenjangan Auditor Pengendali Teknis: Audit Berpeduli Risiko. 2007.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
edisi keempat.
Eilifsen, Aasmund, W. Robert Knechel, Philip Wallage. 2001. Application of The
Business Risk Audit Model: A Field Study. Accounting Horizons Vol. 15
No. 3.
Febrianty. 2012. Pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap Pertimbangan
Tingkat Materialitas Audit atas Laporan Keuangan. Jurnal Ekonomi dan
Informasi Akuntansi (JENIUS) vol. 2 no. 2 Mei.
Griffiths, Phil. 2005. Risk-Based Auditing illustrated edition. Gower Publishing
Ltd.
Ikatan Akuntan Publik Indonesia. 2012. Standar Profesional Akuntan Publik.
Jakarta: Salemba Empat.
Levine, DM., Krehbiel, TC & Berenson, ML. 2012. Business Statistics, 6th
edition. Pearson Prentice Hall.

23

McKeown, J.C., J.F. Mutchler, and W. Hopwood .1991. Towards an Explanation
of Auditor Failure to Modify the Audit Opinions of Bankrupt Companies.
Auditing: A Journal of Practice and Theory.
Rao, Hema. 1999. Book review: Auditing Organizations through a Strategic
System Lens: The KPMG Business Measurement Process. The CPA
Journal.
Raghunandan, K. dan D. V. Rama. 1995. Audit Reports for Companies in
Financial Distress: Before and After SAS No. 59. Auditing: A Journal of
Practice and Theory.
Romney, Marshall B. dan Steinbart, Paul J. 2009. Accounting Information
Systems, 11th edition. Prentice Hall.
Siagian, Dergibson dan Sugiarto. 2000. Metode Statistika untuk Bisnis dan
Ekonomi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Ulya, Alfaizatul. 2012. Opini Audit Going Concern: Analisis Berdasarkan Faktor
Keuangan dan Non Keuangan. Accounting Analysis Journal.
Widyantari, A. A. Ayu Putri. 2011. Opini Audit Going Concern dan FaktorFaktor yang Memengaruhi: Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia. Tesis Universitas Udayana. Bali: Tidak dipublikasikan.
Wijanarko, Chandra. 2008. Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap
Pendapat Audit atas Kelangsungan Usaha. Skripsi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah. Jakarta: Tidak dipublikasikan.

24

Lampiran 1 Kuesioner kasus 1
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN BUSINESS RISK AUDIT
TERHADAP PENERBITAN OPINI GOING CONCERN

Kepada
Responden yang terhormat
di tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan penyusunan skripsi guna menyelesaikan tugas akhir program
pendidikan S1 di Universitas Kristen Satya Wacana, saya:
Nama
: Vonny Handayani
NIM
: 232010067
Mengharap kesediaan Bapak/Ibu menjawab seluruh pertanyaan dalam kuesioner
ini dengan lengkap dan sebenarnya. Seluruh jawaban yang diterima dalam
penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan hanya akan dipergunakan untuk
keperluan akademis.
Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
IDENTITAS RESPONDEN (Diisi dengan lengkap)
Nama

:

................................................... .............

Nama KAP

: .................................................................

Alamat KAP

: .................................................................

Umur

:

< 25 thn
26 – 35 thn
36 – 50 thn
> 50 thn

Jenis kelamin

:

Pria

Wanita

Pendidikan terakhir

:

S3

D3

S2

Lainnya, ...........

Jabatan

:

S1
Partner

Junior Auditor

25

Manajer
Senior Auditor
Lama bekerja

:

Lainnya, ............

< 1 thn
1 – 5 thn
6 – 10 thn
> 10 thn

Petunjuk
Berikut ini akan disajikan sebuah kasus mengenai pelaksanaan audit pada sebuah
bank. Bapak/Ibu dimohon memilih jawaban yang mewakili keinginan Bapak/Ibu
dalam menerbitkan opini going concern untuk perusahaan berikut ini.
Opini going concern diberikan apabila terdapat keraguan yang mendalam tentang
kemampuan perusahaan berikut dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam jangka waktu kurang dari 1 tahun sejak tanggal laporan keuangan auditan
(PSA No. 30).
Kasus 1
Bank BULAN adalah bank milik negara yang terletak di negara
MATAHARI. Bank BULAN didirikan pada tahun 1992. Ketika negara
MATAHARI pecah menjadi negara MATA dan negara HARI pada 2012, bank
BULAN mengalami restrukturisasi dengan basis operasi di negara MATA.
Dalam melaksanakan audit, tim auditor fokus pada beberapa asersi laporan
keuangan seperti: penilaian pinjaman, penilaian dan kelengkapan investasi,
ketepatan waktu pengakuan pendapatan, kepatuhan dan pengungkapan, serta
penilaian dan pengungkapan item-item di luar neraca.
Pada tahap awal penilaian pengendalian internal, auditor menilai
pengendalian internal bank tidak terlalu baik. Dengan 2 risiko manajemen piutang
berikut yang dinilai cukup tinggi, yaitu:
 Penyimpangan kebijakan persetujuan / penolakan pemberian kredit oleh
manajer senior yang dapat menurunkan kualitas portofolio pinjaman.
 Pemrosesan transaksi yang tidak handal sehingga menyebabkan kesalahan
dalam pencatatan.
Bukti audit yang dikumpulkan, kebanyakan berupa pengujian substantif
terhadap saldo akun, pengungkapan, dan kepatuhan terhadap peraturan setelah
berakhirnya tahun fiskal. Biasanya auditor menggunakan konfirmasi piutang,
jaminan, deposit dan investasi, serta prosedur analitik untuk pengakuan
pendapatan dan evaluasi piutang tak tertagih.

26

Pertanyaan:
Setelah membaca kasus di atas, menurut Bapak/Ibu, seberapa tinggi tingkat risiko
bisnis yang dihadapi bank BULAN?
(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Tidak Ada

Rendah

Tidak Tahu

Tinggi

Sangat Tinggi

Setelah membaca kasus di atas, seberapa besar keinginan Bapak/Ibu untuk
memberikan opini going concern terhadap bank BULAN?
(1)
Sangat Lemah

(2)

(3)

(4)

(5)

Lemah

Ragu-Ragu

Kuat

Sangat Kuat

Terima kasih

27

Lampiran 2 Kuesioner kasus 2
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN BUSINESS RISK AUDIT
TERHADAP PENERBITAN OPINI GOING CONCERN

Kepada
Responden yang terhormat
di tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan penyusunan skripsi guna menyelesaikan tugas akhir program
pendidikan S1 di Universitas Kristen Satya Wacana, saya:
Nama
: Vonny Handayani
NIM
: 232010067
Mengharap kesediaan Bapak/Ibu menjawab seluruh pertanyaan dalam kuesioner
ini dengan lengkap dan sebenarnya. Seluruh jawaban yang diterima dalam
penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan hanya akan dipergunakan untuk
keperluan akademis.
Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
IDENTITAS RESPONDEN (Diisi dengan lengkap)
Nama

:

............................................................

Nama KAP

:

............................................................

Alamat KAP

:

............................................................

Umur

:

< 25 thn
26 – 35 thn
36 – 50 thn
> 50 thn

Jenis kelamin

:

Pria

Wanita

Pendidikan terakhir

:

S3

D3

S2

Lainnya, ...........

S1
Jabatan

:

Partner

Junior Auditor
28

Manajer

Lainnya, ............

Senior Auditor
Lama bekerja

:

< 1 thn
1 – 5 thn
6 – 10 thn
> 10 thn

Petunjuk
Berikut ini akan disajikan sebuah kasus mengenai penerapan pendekatan Business
Risk Audit pada sebuah penugasan audit. Bapak/Ibu dimohon memilih jawaban
yang mewakili keinginan Bapak/Ibu dalam menerbitkan opini going concern
untuk perusahaan berikut ini.
Opini going concern diberikan apabila terdapat keraguan yang mendalam tentang
kemampuan perusahaan berikut dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam jangka waktu kurang dari 1 tahun sejak tanggal laporan keuangan auditan
(PSA No. 30).
Kasus 2
Bank BULAN adalah bank milik negara yang terletak di negara
MATAHARI. Bank BULAN didirikan pada tahun 1992. Ketika negara
MATAHARI pecah menjadi negara MATA dan negara HARI pada 2012, bank
BULAN mengalami restrukturisasi dengan basis operasi di negara MATA.
Dalam tahap awal penilaian pengendalian internal, tim auditor menilai
pengendalian internal bank BULAN tidak terlalu baik. Selain adanya risiko
pengendalian internal, bank BULAN juga menghadapi risiko-risiko bisnis sebagai
berikut:
Risiko ekonomi seperti :
 Terjadinya inflasi, pengangguran, dan perubahan tingkat suku bunga
yang berakibat pada kejatuhan di berbagai sektor perekonomian
(termasuk sektor perbankan) dan kemampuan finansial nasabah bank
BULAN.
 Akibat dari inflasi, pengangguran, dan perubahan tingkat suku bunga
menyebabkan kemungkinan nasabah bank BULAN tidak dapat
melunasi pinjamannya.
 Risiko jaminan akibat dari ketidakjelasan hukum di negara MATA
terkait penyitaan jaminan.

29



Kemungkinan kehilangan nasabah karena kenaikan reserve pada bank
sehingga dana yang dapat disalurkan oleh bank BULAN kepada
nasabah (dalam bentuk pinjaman) berkurang.
Risiko politik yang ditemukan tim audit, yaitu:


Perselisihan antara pemerintah negara MATA dan HARI terkait
pembagian aset ketika kedua negara bank berpisah pada 2012.
Pemerintah HARI tidak mau membayar hutangnya kepada bank.
 Ketidakjelasan dalam peraturan perpajakan di kedua negara yang
menempatkan bank BULAN pada risiko terkena sanksi perpajakan.
 Perselisihan dengan pemerintah HARI menjauhkan kerjasama
pengusaha di negara HARI dengan bank. Akibatnya nasabah bank
BULAN berkurang.
 Implikasi politik dari peraturan final pemerintah MATA mengenai
disposisi kepentingan pemerintah terhadap bank dan asetnya.
Risiko sosial yang dihadapi bank BULAN terkait perubahan bentuk negara
(dari negara komunis menjadi liberal):
 Karyawan tingkat menengah ke bawah terancam oleh perubahan
manajemen baru yang diterapkan dalam rangka meningkatkan daya
kompetitif bank BULAN.
 Beberapa nasabah potensial bank BULAN menjadi tidak percaya
dengan bank setelah mendapat pengalaman bertransaksi dengan
bank di negara barat.
 Ketidakpastian kemampuan bank BULAN dalam penyitaan jaminan.
Tim audit juga menemukan risiko baru yang sebelumnya tidak diperhatikan
terkait strategi dan tujuan bank. Karena strategi bank BULAN adalah melakukan
ekspansi ke dalam pasar baru, maka auditor memeriksa proses pengembangan
produk baru secara detil. Dalam hal serupa, tim audit juga menemukan bahwa
kesuksesan jangka panjang bank BULAN bergantung pada kemampuan bank
untuk mempertahankan dan rasionalisasi tenaga kerja mereka.
Teknologi informasi bank BULAN secara umum kurang berkembang
dibandingkan bank-bank di negara barat yang setara dan bagian yang paling
lemah yaitu pada area pelayanan konsumen dan pelaporan manajemen. Meskipun
demikian, pemrosesan transaksi secara manual cukup handal, karena karyawan
tingkat bawah telah mendapat pendidikan dan pelatihan yang cukup memadai
untuk menangani proses tersebut.
Pertanyaan:
Setelah membaca kasus di atas, menurut Bapak/Ibu, seberapa tinggi tingkat risiko
bisnis yang dihadapi bank BULAN?
30

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Tidak Ada

Rendah

Tidak Tahu

Tinggi

Sangat Tinggi

Setelah membaca kasus di atas, seberapa besar keinginan Bapak/Ibu untuk
memberikan opini going concern terhadap bank BULAN?
(1)
Sangat Lemah

(2)

(3)

(4)

(5)

Lemah

Ragu-Ragu

Kuat

Sangat Kuat

Terima kasih

31

Lampiran 3 Jawaban responden
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42

Penerapan BRA
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2

P1
4
3
5
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
2
4
4
4
4
4
5
4
4
2
4
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
5
4
4
32

P2
3
2
4
5
3
2
2
4
3
3
2
2
2
2
3
4
4
3
2
2
2
4
3
3
3
2
4
2
1
2
4
2
4
1
2
1
2
2
4
3
3
3

Total skor
7
5
9
9
7
6
6
8
6
7
6
6
6
6
6
8
8
5
6
6
6
8
7
8
7
6
6
6
6
6
8
6
8
6
6
5
6
6
8
8
7
7

43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

4
4
4
3
4
4
4
4
3
4
3
3
4
4
5
5
5
4
5
4
4
4
4
4
5
4
5
5
4
5
5
4
5
4
4
5
4
4
4
2
4
4

33

3
3
4
3
4
4
4
3
3
2
3
4
4
2
3
1
1
4
1
4
2
2
2
4
5
4
1
1
2
5
1
2
2
4
4
5
4
2
3
4
4
4

7
7
8
6
8
8
8
7
6
6
6
7
8
6
8
6
6
8
6
8
6
6
6
8
10
8
6
6
6
10
6
6
7
8
8
10
8
6
7
6
8
8

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Diri
• Nama lengkap : Vonny Handayani
• Alamat
: Jl. Moh Yamin no. 39 Ungaran, Jawa Tengah
• Alamat email : Vonny.handayani@yahoo.com
• No. HP
: 081 805 933 428
• Tempat lahir : Semarang
• Tanggal lahir : 4 November, 1992
• Agama
: Katholik
Latar Belakang Pendidikkan
• 2010 – 2014 Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Fakultas
Ekonomika dan Bisnis, Program Studi Akuntansi
• 2007 – 2010 SMA Sedes Sapientiae, Semarang
• 2004 – 2007 SMP Maria Mediatrix, Semarang
• 1998 – 2004 SD Mardi Rahayu I, Ungaran
• 1996 – 1998 TK Santa Maria, Ungaran
Seminar
• Seminar nasional “Emerging Risks in Information Systems from The
Audit Perspective”, 14 Juni 2013
• Kuliah umum “ Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)”, 1 April 2013
• Kuliah tamu “Dilema Kebijakan BBM”, 6 Februari 2012
• Seminar “Kesiapan Indonesia dalam era ACFTA”, 21 Januari 2012
• Seminar “ Satu Dasawarsa Reformasi Birokrasi”, 27 November 2012
• Seminar “Redenominasi Rupiah”, 19 Januari 2012
• Seminar nasional “Great Man Have Great Minds”, 30 Maret 2011
• National seminar “Penyusunan Laporan Keuangan Berdasarkan SAK
ETAP”, 5 April 2011
• National seminar “ Penyusunan Laporan Keuangan Berbasis SAK 2010”,
6 April 2011
Pengalaman Organisasi
• Senat Mahasiswa Fakultas 2011 – 2012 sebagai Team Point Card
• Technical Support dalam kegiatan “Leadership Outbond Training 2011 –
2012”
• Panitia kegiatan “Leadership Outbond Training 2012 – 2013”
• Panitia kegiatan “Cave Tubing Kalisuci”, 14 – 15 April 2012.
• Asisten dosen untuk mata kuliah: Pengantar Statistika, Laboratorium
Akuntansi Biaya, Aplikasi Komputer Akuntansi.

34

Pelatihan dan Kursus
• Kursus General German level 1 di Kotabahasa Salatiga, Januari – Juli
2013.
• Program Brevet A & B yang diadakan oleh Universitas Kristen Satya
Wacana, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Program Studi Akuntansi, Mei
2013.
• Kursus TOEFL Preparation di Rumah Belajar Margi Alit Salatiga, Juni Oktober 2013.

35