PROS Hartati S., Elizabeth Betty EK Komposisi Minyak Atsiri Full text

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW 
Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.1, ISSN:2087‐0922 

 

KOMPOSISI MINYAK ATSIRI TANAMAN BARU CINA
(Artemisia vulgaris ) YANG DIPEROLEH MELALUI CARA
PENYULINGAN UAP DAN AIR
 
(1)

Hartati Soetjipto , Elizabeth Betty Elok Kristiani (2)
(1)

Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
(2)
Fakultas Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
Email : hartatis2003@yahoo.com
 
 
ABSTRAK


Minyak atsiri Daun Tanaman Baru Cina (Artemisia vulgaris L) dari daerah Tawangmangu Jawa Tengah yang
diperoleh dengan cara penyulingan uap air, dianalisa dengan menggunakan Kromatografi Gas Spektroskopi
Massa. Hasil analisa menunjukan bahwa komposisi kimia minyak atsiri tersebut tersusun dari 34 komponen dan
didominasi oleh 10 komponen utama dengan kadar lebih dari 2 %. Komponen tersebut adalah 3,5-dimetil-4etiliden-sikloheks-2-en-1-on (25,21 %); germakrena (13,60 %); Isokaryofilena (11,43 %);Eucarvone (8,33 %);
Filifolone (5,56 %); 1,8-sineol (3,56 %); beta-selinena (2,84 %); Isopropilidena bisiklo (3,1,0)-heksana (2,77 %);
gamma-elemena (2,73 %); verbenona (2,47 %)

Kata kunci : Artemisia vulgaris, Tanaman Baru Cina, minyak atsiri, distilasi dan GCMS
PENDAHULUAN
 
Artemisia (mugwort) merupakan salah
satu anggota suku Asteraceae yang banyak
bermanfaat bagi manusia terutama sebagai
tanaman obat karena dilaporkan memiliki
bioaktivitas
seperti
antivirus,
antitumor,
antipiretik, antihepatitis dan antioksidan (Tan et

al., 1998 ). Salah satu contohnya adalah senyawa
artemisinin yang diperoleh dari A.cina sangat
terkenal karena efek antimalaria khususnya
terhadap plasmodium yang telah resisten
terhadap kinin.
A.vulgaris
yang
dikenal
sebagai
”common mugwort” memiliki
kandungan
artemisinin yang relatif rendah dibandingkan
jenis yang lain. Namun demikian A.vulgaris
mengandung minyak atsiri yang banyak
dimanfaatkan sebagai insektisida (Kaul et al
1978), antimikrobia (Kaul et al 1976) maupun
antiparasit (Jian et al 2005 dalam Judžentiené
and Buzelyté 2006).

banyak komponen senyawa kimia yang berwujud

cairan atau padatan dengan komposisi dan titik
didih beragam. ( Sastrohamidjojo, 2004 ). Secara
umum
minyak atsiri memiliki bioaktifitas
sebagai antimikrobia , namun juga dapat
dimanfaatkan sebagai flavor dalam pangan (
Belitz and Grosch, 1987; Bauer and Garbe, 1985
dalam Burt, 2004 ), sebagai bahan dasar parfum
dan oil bath (Schrader and Domsch, 2005 )
maupun dalam bidang kosmetik dan pengobatan
( Elsner and Maibach, 2005 ). Berdasarkan
kemampuannya sebagai senyawa antimikrobia
maka minyak atsiri berpotensi untuk digunakan
sebagai agensia antibiotika alami . Maka dari itu
penelitian tentang minyak atsiri masih layak
untuk terus ditumbuhkembangkan, mengingat
penggunaan antibiotika saat ini telah melahirkan
banyak generasi mikroba resisten.

Minyak atsiri dapat diperoleh melalui

pengepresan maupun penyulingan. Ada beberapa
jenis pengembangan metoda penyulingan
misalnya penyulingan air, penyulingan uap dan
Minyak atsiri atau minyak terbang adalah
kombinasi uap dan air yang dikenal sebagai
minyak mudah menguap yang tersusun dari
water steam distillation. (Guenther, 1987).
435 
 

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW 
Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.1, ISSN:2087‐0922 

 
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
mutu suatu minyak atsiri , bahkan sampai
berpengaruh terhadap perubahan komposisi
senyawa penyusunnya. Perubahan susunan
komponen kimia pada minyak atsiri dapat
berpengaruh

terhadap
kemampuan
bioaktivitasnya. Faktor tempat tumbuh, iklim,
cara panen maupun metoda ekstraksi yang
digunakan diyakini akan menimbulkan adanya
perbedaan minyak atsiri yang diperoleh.
Data A.vulgaris dari Indonesia belum
banyak yang dilaporkan, sehingga dalam
penelitian ini diteliti minyak atsiri A.vulgaris
yang diperoleh dengan metoda penyulingan uap
dan air, kemudian dianalisa komponen
penyusunnya dengan menggunakan kromatografi
gas dan spektroskopi massa.
 
Bahan dan Metoda
Daun A.vulgaris diperoleh dari daerah
Tawang mangu. Peralatan yang digunakan
berupa 1 set alat destilasi uap air berupa
panci/dandang yang dikombinasikan dengan alat
distilasi.

Ekstraksi Minyak Atsiri dengan Penyulingan
Uap- Air ( Guenther, 1987 )
Daun
A.vulgaris
dipotong-potong
dimasukan dandang kemudian disuling dengan
cara penyulingan uap air
Identifikasi
Minyak
Atsiri
dengan
Kromatografi Gas Spektroskopi Massa (
KGSM )
Identifikasi komponen penyusun minyak
atsiri A.vulgaris dilakukan di laboratorium Kimia
Organik Fakultas MIPA Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta dengan menggunakan KGSM
SHIMADZU QP-2010S. Jenis Kolom yang
digunakan adalah Rastek RXi-5MS, panjang 30
meter, ID 0,25 mm. Kondisi pengoperasian alat

menggunakan gas pembawa Helium dengan
kecepatan alir 0.3 ml/menit dan tekanan kolom
13.7 kPa. Suhu pemanasan kolom 70,0 °C
selama 5 menit , suhu injeksi 300 °C, model
injeksi split. Total aliran : 80 ml/menit, aliran
kolom 0.50 ml/menit serta kelajuan linier 25.9
cm/detik.

Untuk
mengidentifikasi
spektrum
masing-masing puncak yang muncul pada
kromatogram digunakan Spektroskopi Massa.
Kondisi awal 4 menit dan berakhir sampai 47
menit, interval 0.50 detik dengan scan speed
1250, awal m/z 30.00 dan berakhir m/z 600.
Selanjutnya spektra yang diperoleh dibandingkan
dengan spektra massa standard data base Wiley
229 LIB.
Hasil dan Pembahasan

Hasil
penyulingan
uap-air
daun
A.vulgaris diperoleh rendemen minyak atsiri
sebesar 0.27%. Minyak atsiri berwarna kuning
muda jernih dengan bau khas daun Artemisia .
Hasil analisa KGSM minyak atsiri tersebut
menghasilkan kromatogram seperti di bawah ini (
Gambar 1).

Gambar 1. Kromatogram Minyak Atsiri
A.vulgaris Hasil Penyulingan Uap-Air
Setelah dibandingkan dengan spektrum
standard Wiley 229 LIB, analisa KGSM minyak
atsiri A.vulgaris menunjukan hasil bahwa minyak
atsiri tersusun dari 34 puncak dengan 10 puncak
dominan berkadar lebih dari 2% berturut-turut
adalah 3,5-dimetil-4- etiliden- sikloheks-2-ena-1one (25,21%), germakrena- D (13,60 %),
isokaryofilen (11,43 %), eukarvon (8.33%),

filifolone (5.56 %), 1,8-sineol (3,56 %), betaselinena (2,84 %), 6-isopropiliden bisiklo [3,1,0]
heksana (2,77 %), gama-elemena (2,73 %) dan
verbenonan(2,47 %) . Tabel 1

436 
 

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW 
Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.1, ISSN:2087‐0922 

 
Tabel 1 : Hasil Identifikasi Komponen Utama
Penyusun Minyak Atsiri Tanaman Baru Cina
(Artemisia vulgaris ) Penyulingan Uap-Air.

 
Minyak atsiri A.vulgaris dari Eropa
terutama tersusun dari monoterpen, sebagai
contoh dari Jerman terutama didominasi oleh
sabinen (16%), mirsene (14%) dan 1.8-sineol (10

%) ( Michaelis et al, 1982 dalam Judžentiené. A
and J. Buzelyté , B. 2006 ). α-thuyone dan
kamfor merupakan 2 komponen utama penyusun
minyak atsiri A.vulgaris dari India ( Misra and
Singh, 1986 dalam Judžentiené. A and J.
Buzelyté , B. 2006 ) , sedangkan 1,8- sineol,
kamfor dan α-terpineol mendominasi minyak
atsiri A.vulgaris dari Vietnam (Thao et al, 2004
dalam Judžentiené. A and J. Buzelyté , B.
2006 ) . Saadatian et al, 2012, melaporkan
bahwa minyak atsiri A.vulgaris dari Azerbaijan
barat Iran disuling dengan cara distilasi air
menghasilkan rendemen sebanyak 1,4 % dan
terdiri dari 64 komponen penyusun. Empat
komponen utamanya adalah alfa-pinen (23,56%),
mentol (9,71%), beta-eudesmol (8,29% ) dan
spatulenol (4,58 %).
Dari beberapa pustaka yang berhasil
dikumpulkan, tampak bahwa minyak atsiri A.
vulgaris yang tumbuh di berbagai belahan bumi

memiliki susunan komponen dan kandungan
yang berbeda. Beberapa komponen senyawa
muncul di setiap jenis minyak atsiri yang diteliti
namun kandungannya tidak sama. Sebagai
contoh 1,8-sineol, germakrene – D, β-Karyofilen
ditemukan pada minyak atsiri A.vulgaris dari
Indonesia juga ditemukan di dalam minyak atsiri
A.vulgaris dari Jerman, India, Vietnam maupun
Iran. Namun ada juga komponen tertentu yang
hanya muncul pada minyak atsiri yang berasal

dari daerah tertentu saja, misalnya 3,5-dimetil-4etiliden-sikloheks-2-ena-1-one yang merupakan
komponen utama dari minyak atsiri A.vulgaris
Indonesia dengan kadar yang tinggi (37.94 %)
ternyata tidak ditemukan sebagai senyawa utama
dari minyak atsiri yang berasal dari negara lain (
Soetjipto dan Kristiani, 2012). Terbukti bahwa
perbedaan tempat tumbuh sangat berpengaruh
terhadap kandungan senyawa penyusun minyak
atsiri tumbuhan. (Burt, 2004 )
 

KESIMPULAN
1.Rendemen minyak atsiri A.vulgaris yang
diperoleh dengan cara penyulingan uap-air
adalah sebesar 0.27 % b/b.
2. Minyak atsiri A.vulgaris dari Jawa Tengah
yang
diperoleh dengan metoda penyulingan uap-air
tersusun dari 34 komponen senyawa dengan
10
senyawa dominan berkadar lebih dari 2 %
berturut-turut adalah 3,5- dimetil-4-etilidensikloheks-2-en-1-on (25,21 %); germakrena
(13,60 %); Isokaryofilena (11,43 %);Eucarvone
(8,33 %); Filifolone (5,56 %); 1,8-sineol (3,56
%); beta-selinena (2,84 %); Isopropilidena
bisiklo (3,1,0)-heksana (2,77 %); gammaelemena (2,73 %); verbenona (2,47 %)
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terimakasih ditujukan kepada Universitas
Kristen Satya Wacana khususnya PR V untuk
dukungan dana sehingga penelitian ini dapat
terlaksana. Hasil ini adalah bagian dari proyek
Hibah Bersaing internal UKSW.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka:
[1] Belitz. D H and W.Grosch . 1985. Food
Chemistry. Springer Verlag. New York.
774 pp.
[2] Burt, S. 2004. Essential Oil: their anti
bacterial
properties
and
potential
application in foods – a review. International

437 
 

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW 
Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.1, ISSN:2087‐0922 

 
Journal of Food Micro
biology 94, p.223253
[3].Elsner, P and I. H. Maibach. 2005.
Cosmeceuticals and Active Cosmetics.
2nd. Ed. Taylor and Francis. New York.
[4] Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri jilid 1.
(Terjemahan). Penerbit Universitas
Indonesia. 505 halaman.
[5]. Judžentiené. A and J. Buzelyté , B.
2006. Chemical composition of essential
oils Artemisia vulgaris L. (mugwort)
from North Lithuania. CHEMIJA. 2006.
T. 17. Nr. 1. P.12 – 15.
[6]. Kaul VK., SS Nigam and KL.Dhar. 1976.
Antimicrobial Activities of the Essential
Oils of Artemisia absinthium Linn,
Artemisia vestita Wall and Artemisia
vulgaris Linn. The Indian Journal of
Pharmacy 38(1):21-22
[7]. Kaul VK., SS Nigam and AK Banerjee.
1978. Insectisidal Activity of some
essential oils. The Indian Journal of
Pharmacy 40(1): 22
[8]. Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak
Atsiri. Penerbit Gajah Mada University
Press. Yogyakarta. 248 halaman.
[9]. Schrader, K. and A. Domsch 2005.
Cosmetology-Theory and Practice. Vol III,
p.62. Verlag fur Chemische Industrie.
Augsburg.
[10]. Saadatian, M., M. Alizadeh, M. Agahaei
and I. Sharifian. 2012. EJEAFChe, 11 (5),
[493-496].
[11]. Soetjipto, H dan.E.B.E Kristiani., 2013.
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan
Pendidikan Kimia V. Universitas Negeri
Sebelas Maret, Solo, 6 April 2013.
[12].Tan RX, WF Zheng and HQ Tang 1998.
Biologically Active Substances from The
Genus Artemisia. Planta Medica, 64 (4):
295-302

438