KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 131 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS SERTIFIKASI BENIH BAWANG MERAH
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR : 131/Kpts/SR.130/D/11/2015
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS SERTIFIKASI BENIH BAWANG MERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
Mengingat
:
:
a.
bahwa budidaya bawang merah dapat menggunakan
umbi maupun biji;
b.
bahwa dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor
01/Kpts/SR.130/12/2012 tentang Pedoman Sertifikasi
Benih Hortikultura belum menyertakan sertifikasi benih
bawang merah biji;
c.
bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan b di atas,
maka dipandang perlu menetapkan Pedoman Teknis
Sertifikasi Benih Bawang Merah;
1.
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Perlindungan Varietas Tanaman (Lembaran Negara
Tahun 2000 Nomor 241, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4043);
2.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang
Hortikultura (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 132,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5170);
3.
Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 (Lembaran
Negara Tahun 2014 Nomor 101);
4.
Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang
Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Lembaran
Negara Tahun 2015 Nomor 85);
5.
Peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor
511/Kpts/PD.310/9/2006 tentang Jenis Komoditi
Tanaman
Binaan
Direktorat
Jenderal
Tanaman
Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan
Direktorat Jenderal Hortikultura juncto Keputusan
Menteri Pertanian Nomor 3599/Kpts/PD.310/10/2009;
6.
Peraturan
Menteri
Pertanian
01/Kpts/SR.130/12/2012 tentang Pedoman
Sertifikasi Benih Hortikultura
Peraturan
Menteri
Pertanian
46/Kpts/SR.130/VIII/2013;
7.
Peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor
25/Kpts/SR.1306/2013
tentang
Pedoman
Teknis
Sertifikasi Kompetensi Produsen dan Pengedar Benih
Hortikultura;
8.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/
SR.120/8/2012 tentang Produksi, Sertifikasi, dan
Pengawasan Peredaran benih Hortikultura (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 818) juncto
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 116 / Permentan
/SR.120/11/2013 (Berita Negara Republik Indonesia
tahun 2013 Nomor;1322);
9.
Peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor
43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Pertanian;
Nomor
Teknis
juncto
nomor
10. Peraturan Presiden Nomor 75/M Tahun 2015 tentang
Pemberhentian dan Pengangkatan Dari Dan Jabatan
Pimpinan Tinggi Madya di Lingkungan Kementerian
Pertanian.
]]
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
:
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN
TEKNIS SERTIFIKASI BENIH BAWANG MERAH
KESATU
:
Pedoman Teknis Sertifikasi Benih Bawang Merah seperti
tercantum dalam lampiran merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Keputusan ini.
KEDUA
:
Pedoman Teknis sertifikasi benih bawang merah sebagaimana
dimaksud pada diktum KESATU sebagai dasar pelaksanaan
sertifikasi benih bawang merah.
KETIGA
:
Dengan berlakunya Keputusan Menteri ini, Pedoman
Sertifikasi
Benih
Hortikultura
Nomor
01/Kpts/SR.130/12/2012 dan Keputusan Direktur Jenderal
Hortikultura
Nomor
101/Kpts/SR.130/D/VI/2015 sepanjang mengatur benih
Bawang Merah dinyatakan tidak berlaku lagi.
KEEMPAT
:
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Salinan Keputusan ini disampaikan Kepada Yth:
1. Menteri Pertanian (sebagai laporan);
2. Pimpinan Unit eselon I Lingkup Kementerian Pertanian;
3. Kepala Dinas Propinsi yang membidangi
tanaman hortikultura di seluruh Indonesia.
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR
: 131/Kpts/SR.130/D/11/2015
TANGGAL : 16 November 2015
I. PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang selalu
dibutuhkan setiap hari untuk penyedap masakan,baik untuk bumbu
maupun bawang goreng. Saat ini pemerintah telah menetapkan kebijakan
pemenuhan kebutuhan bawang merah dari dalam negeri, sehingga setiap
propinsi wajib menanam bawang merah. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut tentunya harus ada pertanaman bawang merah dalam jumlah besar
sepanjang tahun.Oleh karena itu diperlukan benih bawang merah dalam
jumlah banyak, rata-rata 1,2 ton/hadalam bentuk umbi.
Untuk meningkatkan pemenuhan benih bermutu dapat dikembangkan benih
dalam bentuk biji. Mengingat kondisi iklim di Indonesia yang beragam dan
benih bawang merah umbi tidak dapat disimpan dalam waktu yang cukup
lama, maka perlu dikembangkan penggunaan benih bawang merah biji (True
Seed of Shallot TSS) yang dapat disimpan dalam jumlah banyak dan lebih
lama serta tidak memerlukan tempat yang luas. Disamping itu benih bawang
merah biji cenderung lebih sehat dan lebih mudah distribusinya.
Dengan demikian maka untuk menyediakan benih bawang merah bermutu
baik dalam bentuk umbi maupun biji diperlukan Pedoman Teknis Sertifikasi
Benih Bawang Merah sebagai acuan bagi Pengawas Benih Tanaman (PBT)
dan penjamin mutu benih untuk melaksanakan sertifikasi benih.
2.
Maksud
Penyusunan Pedoman Teknis Sertifikasi Benih Bawang Merah dimaksudkan
untuk memberikan acuan kepada Pengawas Benih Tanaman dan penjamin
mutu benih agar dapat melaksanakan sertifikasi benih tersebut dengan baik
dan benar, sehingga diperoleh benih bawang merah bermutu sesuai dengan
persyaratan yang berlaku.
3.
Tujuan
Tujuan dari penerapan Pedoman Teknis Sertifikasi Benih Bawang Merah agar
produksi benih tersebut dilaksanakan melalui sertifikasi benih sehingga
diperoleh benih bawang merah bermutu untuk mencukupi kebutuhan benih
secara berkesinambungan.
4.
Ruang lingkup
Sertifikasi benih bawang merah meliputi pendahuluan, persyaratan
sertifikasi, tata cara sertifikasi benih dari umbi ke biji, dari biji ke umbi dan
dari umbi ke umbi serta tata cara memperoleh delegasi legalitas.
1
5.
Pengertian
Dalam pedoman ini,yang dimaksud dengan :
a.
Benih adalah tanaman hortikultura atau bagian darinya yang digunakan
untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan tanaman.
b.
Benih bermutu adalah benih yang varietasnya sudah terdaftar untuk
peredaran dan diperbanyak melalui sistem sertifikasi benih, mempunyai
mutu genetik, mutu fisiologis, mutu fisik serta status kesehatan yang
sesuai dengan standar mutu atau persyaratan teknis minimal.
c.
Benih sumber adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk
perbanyakan benih bermutu.
d.
Benih Penjenis yang selanjutnya disebut BS adalah benih generasi awal
yang berasal dari benih inti hasil perakitan varietas untuk perbanyakan
yang memenuhi stantar mutu atau Persyaratan Teknis Minimal BS.
e.
Benih Dasar yang selanjutnya disebut BD adalah keturunan pertama
dari Benih Penjenis yang memenuhi standar mutu atau Persyaratan
Teknis Minimal BD.
f.
Benih Pokok yang selanjutnya disebut BP adalah keturunan dari Benih
Dasar atau Benih Penjenis yang memenuhi standar mutu atau
Persyaratan Teknis Minimal BP.
g.
Benih Sebar yang selanjutnya disebut BR adalah keturunan Benih
Pokok, Benih Dasar atau Benih Penjenis.
h.
Benih bawang merah biji atau disebut True Seed of Shallot (TSS) adalah
benih hasil perbanyakan generatif.
i.
Tipe simpang adalah tanaman yang menyimpang dari sifat-sifat suatu
varietas sampai diluar batas kisaran yang telah ditetapkan
j.
Sertifikat kompetensi produsen hortikultura adalah keterangan atau
laporan pemeriksaan yang diberikan oleh instansi yang melaksanakan
tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih atas telah
terpenuhinya persyaratan seseorang atau badan usaha sebagai
produsen benih hortikultura
k.
Persyaratan Teknis Minimal adalah spesifikasi teknis benih yang
mencakup mutu genetik, fisik, fisiologis dan/atau status kesehatan
benih yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri
l.
Kadar air adalah berat air yang hilang karena pengeringan yang diukur
dengan metode oven atau alat ukur yang lain yang telah dikalibrasi
dinyatakan dalam persen terhadap berat basah (awal) contoh benih
m.
Benih murni adalah benih dari tanaman yang sedang diuji di
laboratorium termasuk yang mengkerut, belah atau rusak maupun
pecahan biji dengan ukuran lebih besar dari setengah ukuran benih
n.
Kotoran benih adalah segala benda asing selain benih, termasuk
pecahan biji yang ukurannya kurang dari setengah ukuran benih
2
o.
Daya berkecambah adalah proporsi jumlah benih yang berkecambah
normal dalam lingkungan tumbuh yang sesuai dan dinyatakan dalam
persen
II.
PERSYARATAN SERTIFIKASI
1.
Penyelenggara
Penyelenggara sertifikasi benih adalah :
a.
Instansi atau unit kerja pemerintah yang menyelenggarakan tugas
pokok dan fungsi bidang pengawasan dan sertifikasi benih hortikultura.
b.
Produsen benih yang memiliki sertifikat Sistem Manajemen Mutu (SMM)
di bidang perbenihan hortikultura.
2.
Pemohon
a.
Produsen benih yang memiliki sertifikat kompetensi dan belum memiliki
sertifikat SMM bidang perbenihan hortikultura.
b.
Instansi pemerintah yang memiliki tugas pokok dan fungsi di bidang
hortikultura yang belum memiliki sertifikat SMM bidang perbenihan
hortikultura.
3.
Benih sumber harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a.
Varietas telah terdaftar untuk peredaran.
b.
Berupa umbi untuk menghasilkan benih berupa biji dan umbi.
c.
Berupa biji,untuk menghasilkan benih berupa umbi.
d.
Berupa umbi untuk menghasilkan benih berupa umbi
e.
Diproduksi melalui sistem sertifikasi benih.
f.
Memenuhi Persyaratan Teknis Minimal (PTM) dan sesuai dengan kelas
benih yang dimaksud.
g.
Kelas benih sumber umbi harus lebih tinggi dari pada kelas benih umbi
dan/biji yang akan diproduksi, sedangkan kelas benih sumber bentuk
biji dapat lebih tinggi atau sama dengan kelas benih yang akan
diproduksi.
4.
Tempat Produksi :
a.
Jika dilakukan di lahan, maka lahan harus diberakan atau bekas
tanaman yang bukan satu famili,paling kurang 1 (satu) musim tanam
(3 bulan), dan bukan daerah kronis endemis penyakit terbawa benih.
b.
Jika dilakukan di dalam screen house maka dapat dilakukan dua kali
tanam berturut-turut.
5.
Isolasi/Jarak pertanaman antar varietas :
Isolasi dilakukan untuk menjaga agar tidak terjadi kontaminasi dengan
serbuk sari varietas lain.
5.1 Isolasi untuk pertanaman menghasilkan biji, dengan cara :
a.
Isolasi jarak :radius 1.000 m dari pertanaman bawang merah yang
berpotensi berbunga.
3
b.
Isolasi waktu : 60 haridari pertanaman disekitarnya. Jika dalam
kurun waktu tersebut ada potensi munculnya bunga dari
pertanaman lain, maka harus dilakukan isolasi barrier fisik
sebagaimana dimaksud pada huruf c.
c.
Isolasi barrier fisik, dapat berupa sungkup atau screen house
berupa kasa dengan ukuran mesh paling kurang 30 mesh per inch
setara dengan 48 lubang per cm2 untuk tipe rajut, atau untuk tipe
tenun ukuran mesh paling kurang 24 x 24 per inch.
d. Untuk menghasilkan benih kelas BS dan BD, harus menggunakan
screen house dengan ukuran mesh paling kurang 30 mesh per inch
setara dengan 48 lubang per cm2 untuk tipe rajut, atau untuk tipe
tenun ukuran mesh paling kurang 24 x 24 per inch.
5.2 Jarak pertanaman antar varietas untuk menghasilkan umbi dari
biji : 10 m.
5.3 Jarak pertanaman antar varietas untuk menghasilkan umbi dari umbi :
5m
6.
Unit sertifikasi
a.
Unit sertifikasi adalah lahan perbanyakan benih yang harus dinyatakan
dengan jelas batas-batasnya.
b.
Satu unit sertifikasi dapat terdiri dari beberapa petak dengan jarak antar
petak paling banyak 50 meter, tidak dipisahkan oleh varietas lain dari
komoditas yang sama dan perbedaan waktu tanam paling lama 7 hari.
c.
Luas satu unit sertifikasi:
d.
untuk perbanyakan biji paling kurang 1.000 rumpun tanaman,
paling banyak 2.000 m2.
Untuk perbanyakan umbi paling banyak 1 ha.
Satu unit sertifikasi terdiri satu varietas, satu kelas benih dan satu kali
penangkaran pada satu lokasi;
7.
Klasifikasi benih
a.
Apabila menggunakan benih sumber bentuk umbi, maka kelas benih
umbi dan / biji yang dihasilkan di bawah kelas benih sumber yang
ditanam dan sesuai dengan PTM yang dicapai.
b.
Benih sumber bentuk biji :
Umbi yang dihasilkan kelas benihnya sama dengan benih sumber yang
ditanam atau sesuai dengan PTM yang dicapai.
8.
Persyataran teknis minimal
Persyaratan teknis minimal diatur untuk masing-masing kelas benih, hasil
pemeriksaan pertanaman dan pengujian laboratorium.
4
Tabel 1. Persyaratan Teknis Minimal Bawang Merah Biji
No
1
Parameter
Satuan
Kelas Benih **)
BS
BD
BP
BR
%
0,0
0,0
1,0
1,0
%
0,0
0,2
1,0
1,0
%
%
0,2
0,0
0,5
1,0
0,5
1,0
0,5
1,0
%
8,0
8,0
8,0
%
99,9
99,0
99,0
%
70,0
8,0
99,
5
70,
0
70,0
70,0
Lapang
a. Campuran varietas dan tipe simpang, maks
b. Kesehatan tanaman
Jumlah tanaman yang terserang OPT, maks
Virus
-
Onion Yellow Dwarf Virus (OYDV)
-
Shallot Laten Virus (SLV)
-
Leak Yellow Tripe Virus (LYSV)
Jamur
-
Bercak ungu (Alternaria porii)
Embun buluk (Peronospora. Destructor)
c. Pengelolaan lapang *)
2
Mutu Laboratorium
a. Kadar air, maks
b. Kemurnian fisik, min
c. Daya berkecambah
Catatan
*)
Pengelolaan lapang
1
Apabila pengelolaan lapang tidak baik, seperti banyak volunteer, gulma yang
menjadi sumber penyakit dan aphid sebagai vektor virus yang tidak
dikendalikan, tidak dibuat isolasi dari tanaman bawang merah dengan border
(screen atau tanaman barier 5-6 baris) maka pemeriksaannya tidak dapat
dilanjutkan
2
Jika pemeriksaan tidak memungkinkan untuk dilaksanakan karena kerusakan
mekanis pada daun, kerusakan berat oleh serangga, dan atau pertumbuhan
tanaman yang merana, maka pemeriksaannya tidak dapat dilanjutkan
Tabel 2. Persyaratan Teknis Minimal Benih Bawang Merah umbi
No
1
Parameter
Satuan
a. Campuran varietas dan tipe simpang, maks
Kelas Benih
BS
BD
BP
BR
%
0,0
0,0
1,0
1,0
%
0,0
0,2
1,0
1,0
Lapang
b. Kesehatan tanaman
Jumlah tanaman yang terserang OPT, maks
Virus
-
Onion Yellow Dwarf Virus (OYDV)
-
Shallot Laten Virus (SLV)
-
Leak Yellow Tripe Virus (LYSV)
Jamur
5
-
Bercak ungu (Alternaria porii)
%
0,2
0,5
0,5
0,5
-
Embun buluk (Peronospora. Destructor)
%
0,0
1,0
1,0
1,0
Mutu umbi
a. Campuran varietas dan tipe simpang, maks
%
0,0
0,2
0,5
1,0
b. Kesehatan tanaman
%
c. Pengelolaan lapang *)
2
Jamur
- Busuk leher batang (Botrytis alii)
- Bercak ungu (Alternaria porii)
- Busuk pangkal (Fusarium sp)
- Antraknose (Colletotricum gloeosporidies)
Bakteri busuk lunak
%
0,5
1,0
2,0
3,0
-
(erwina arotovara)
%
0,2
0,5
1,0
2,0
-
Kerusakan mekanis
%
0,5
1,0
2,0
3,0
Catatan
Pengelolaan lapang
*)
1
Apabila pengelolaan lapang tidak baik, seperti banyak volunteer, gulma yang
menjadi sumber penyakit dan aphid sebagai vektor virus yang tidak dikendalikan,
tidak dibuat isolasi dari tanaman bawang merah dengan border (screen atau
tanaman barier 5-6 baris) maka pemeriksaannya tidak dapat dilanjutkan
2
9.
Jika pemeriksaan tidak memungkinkan untuk dilaksanakan karena kerusakan
mekanis pada daun, kerusakan berat oleh serangga, dan atau pertumbuhan
tanaman yang merana, maka pemeriksaannya tidak dapat dilanjutkan
Perbanyakan kelas benih penjenis (BS) menjadi tanggung jawab pemilik
varietas dan atau pihak yang diberi kuasa.
10. Ketentuan kemasan
a.
Bahan kemasan harus terbuat dari bahan yang kuat dan dapat
melindungi mutu benih.
b.
Informasi pada kemasan benih bentuk biji meliputi :
Nama dan/alamat produsen benih dan atau pengedar benih
sebagai distributor atau agen tunggal dari varietas dimaksud.
Nomor sertifikasi kompetensi, nomor tanda daftar atau izin
produksi dan/pengedar benih.
Jenis, nama varietas dan nomor pendaftaran (register) varietas
tanaman hortikultura untuk peredaran atau nomor pelepasan
varietas.
Tanggal kadaluwarsa benih bentuk biji. Masa kadaluwarsa
12 bulan dari tanggal selesai uji dalam kemasan aluminium foil
atau kaleng dan 6 bulan dalam kemasan plastik. Jika kadar air
turun paling kurang 1 %, maka masa kadaluarsa menjadi 18
bulan.
6
Nomor sertifikat LSSM bagi produsen yang telah memiliki sertifikat
SMM dengan ruang lingkup produksi benih, diletakkan pada kiri
atas.
Volume benih dalam kemasan dengan gram atau butir.
Wilayah adaptasi
deskripsi, dan
Perlakuan pestisida (bila ada).
sesuai
dengan
dengan
pernyataan
dalam
11. Pelimpahan sertifikasi
a.
b.
Sertifikasi yang belum diselesaikan oleh suatu instansi yang
menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi di bidang pengawasan dan
sertifikasi benih dapat dilimpahkan penyelesaiannya ke instansi serupa
dipropinsi lain.
Pelimpahan sertifikasi pada huruf a. harus disertai dengan salinan atau
fotocopy dokumen tahapan sertifikasi terakhir dan berita acara
pelimpahan yang disahkan oleh Kepala Instansi yang menyelenggarakan
tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi.
12. Penguasaan benih
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Kelompok benih yang telah lulus sertifikasi dapat dialihkan tanggung
jawabnya kepada produsen lain yang telah memiliki izin produksi/tanda
daftar produsen atau pengedar benih yang telah terdaftar.
Harus disertai dengan berita acara yang ditandatangi oleh kedua belah
pihak dan diketahui oleh kepala Instansi yang menyelenggarakan tugas
pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi.
Label benih harus dilegalisasi oleh instansi yang melaksanakan
sertifikasi.
Legalitas dengan mencantumkan nomor seri label dan/atau stempel.
Jumlah nomor seri label harus sesuai dengan jumah kemasan benih.
Pemasangan label yang sertifikasinya dilaksanakan oleh instansi yang
menangani pengawasan dan sertifikasi benih dilakukan oleh produsen
dan disupervisi oleh Pengawas Benih Tanaman. Berita acara supervisi
pemasangan label menggunakan formulir model SL 07.
13. Kewajiban Produsen
a.
Mentaati peraturan perundang-undangan di bidang perbenihan
hortikultura.
b.
Bertanggung jawab atas mutu benih yang diproduksi
c.
Melaporkan kegiatan produksinya secara periodik kepada kepala dinas
kabupaten/kota yang membidangi perbenihan dengan tembusan
instansi yang menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi pengawasan
dan sertifikasi benih.
d.
Mendokumentasikan data produksi.
7
III.
TATA CARA SERTIFIKASI BENIH BAWANG MERAH
1.
Permohonan
a.
Diajukan oleh produsen benih atau instansi Pemerintah sebagaimana
dimaksud pada II.2.a dan b kepada instansi yang menyelenggarakan
tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih dengan
mengisi formulir/borang permohonan model SP Bwm.
b.
Apabila lokasi produksi berada diluar propinsi tempat wilayah kerja
instansi yang menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi pengawasan
dan sertifikasi benih pemberi sertifikat kompetensi produsen, maka
produsen harus:
1)
Menunjuk kuasa secara tertulis sebagai penanggungbjawab
produksi di wilayah tersebut;
2)
Menyerahkan fotocopy sertifikat kompetensi produsen yang telah
dilegalisir kepada instansi yang menyelenggarakan tugas pokok dan
fungsi pengawasan dan sertifikasi benih setempat;dan
c.
Pengajuan permohonan paling lama 7 hari sebelum tanam.
d.
Satu permohonan berlaku untuk satu unit sertifikasi;
e.
Permohonan dilampiri dengan:
1)
Fotocopy sertifikat kompetensi produsen;
2)
Label benih sumber atau surat keterangan benih penjenis dari
pemilik varietas atau pihak yang diberi kuasa. Peta/sketsa lokasi
perbanyakan;
3)
bukti penguasaan lahan; dan
4)
Surat keterangan bukan daerah konis endemis penyakit terbawa
benih yang diperoleh dari Balai perlindungan Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BPTPH) setempat.
2.
Lokasi produksi di luar wilayah pemberi tanda daftar atau izin usaha
produksi.
Produsen harus melaporkan secara tertulis tentang kegiatan produksi benih
yang dilakukan kepada instansi yang menyelenggarakan tugas pokok dan
fungsi pengawasan dan sertifikasi benih serta menyerahkan:
a.
Surat kuasa atau penunjukan penanggung jawab produksi di wilayah
tersebut;
b.
Fotocopy sertifikat kompetensi atau sertifikat Sistem Manajemen Mutu;
dan
3.
Instansi penyelenggara tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi
benih menerima permohonan sertifikasi, membukukan dan segera
menindaklanjuti permohonan tersebut.
8
4.
Pemeriksaan lapangan
4.1 Klarifikasi dokumen permohonan sertifikasi
a.
Dilaksanakan sebelum kegiatan di lapangan untuk memastikan
bahwa kegiatan yang akan dilaksanakan telah sesuai dengan
dokumen yang diajukan.
b.
Dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman (PBT).
c.
Dokumen yang telah memenuhi persyaratan administrasi diberikan
nomor induk.
d.
Pemberian nomor induk paling kurang memuat:
a = nomor urut permohonan sertifikasi
b = kode kelompok komoditas (B = buah, S =sayur, O =
tanaman obat)
c = kode jenis tanaman
d = kode Propinsi wilayah instansi yang menyelenggarakan
tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih
(BPSB)
e = kode kabupaten dimana benih diproduksi
masing-masing BPSB)
(tergantung
f = bulan permohonan sertifikasi
g = tahun permohonan sertifikasi
Urutan penulisan nomor induk tersebut adalah : a / b .c /d.e/f.g
4.2 Pemeriksaan Pendahuluan
a.
Dilakukan terhadap dokumen yang telah mempunyai nomor induk.
b.
Dilakukan sebelum sebar untuk benih sumber dari biji atau
sebelum tanam untuk benih sumber dari umbi.
c.
Faktor yang diperiksa meliputi kebenaran lokasi, benih sumber,
sejarah lapangan, isolasi dan rencana tanam.
d.
Laporan pemeriksaan pendahuluan menggunakan formulir/borang
model SLBwm.
4.3 Pemeriksaan Pertanaman
a.
Umum
1)
Permohonan pemeriksaan dilaksanakan sebelum pemeriksaan
pertanaman, dengan mengisi formulir/borang model SP 02
untuk sertifikasi benih biji atau SP 03 untuk sertifikasi benih
umbi.
2)
Dilaksanakan pada fase pertumbuhan tertentu yang sangat
berpengaruh terhadap mutu benih dan dilakukan setelah
roguing yang menjadi tanggung jawab produsen.
3)
Hasil pemeriksaan dinyatakan lulus apabila memenuhi
persyaratan teknis minimal (PTM) pada pemeriksaan
pertanaman.
4)
Hasil pemeriksaan diberitahukan secara langsung kepada
produsen diikuti pengiriman hasil pemeriksaan secara tertulis
9
5)
dengan menggunakan formulir/ borang model SL 02 atau SL
03.
Pemeriksaan ulang
Dilakukan satu kali untuk satu rangkaian pemeriksaan
pada pertanaman yang tidak memenuhi persyaratan;
Sertifikasi benih tidak dapat dilanjutkan apabila hasil
pemeriksaan ulang tidak memenuhi persyaratan;
Keputusan pemeriksaan ulang langsung disampaikan
kepada pemohon sertifikasi.
b. Metode pemeriksaan pertanaman
c.
Pemeriksaan dilakukan terhadap semua karakteristik
tanaman berdasarkan deskripsi varietas yang bersangkutan
dan serangan OPT yang menjadi target. Jumlah tanaman yang
diperiksa dilakukan terhadap paling kurang 1.000 contoh
rumpun yang diambil secara acak.
Penghitungan Varietas Lain (VL) dan/atau Tipe Simpang (TS)
menggunakan rumus:
Penghitungan serangan organisme pengganggu tumbuhan
(OPT) dihitung dengan rumus:
Pemeriksaan pertanaman
Pemeriksaan pertanaman dilakukan pada fase-fase yang sangat
menentukan mutu benih bawang merah.
1)
Benih sumber berupa umbi, menghasilkan benih berupa biji.
a)
Pemeriksaan pertama :
b)
Umur 20-25 hari setelah tanam.
Jumlah varietas lain dan tipe simpang dengan
mengamati parameter antara lain warna dan posisi
daun.
Kesehatan tanaman.
Pemeriksaan kedua :
Umur 35-45 hari setelah tanam.
Jumlah varietas lain dan tipe simpang dengan
mengamati parameter antara lain : warna daun,
bentuk ujung daun, posisi daun, warna dan bentuk
serta posisi tandan bunga (umbel), bentuk umbi,
warna umbi, warna leher umbi, posisi umbi.
Kesehatan tanaman.
10
c)
d)
2)
Pemeriksaan ketiga :
Menjelang panen biji, umur antara 85-95 hari
setelah tanam.
Jumlah varietas lain dan tipe simpang dengan
mengamati parameter antara lain : posisi tandan
bunga (umbel), bentuk umbi, warna umbi, warna
leher umbi, posisi umbi.
Jumlah rumpun yang tidak berbunga.
Kesehatan tanaman.
Umbi yang dihasilkan dari pertanaman tersebut di atas,
dapat dipergunakan sebagai benih dengan kelas benih
dibawah benih sumber dan memenuhi PTM.
Benih sumber berupa biji, menghasilkan benih berupa umbi
2.1 Pindah tanam
a)
Pemeriksaan pertama :
b)
Umur 20-25 hari setelah tanam.
Jumlah varietas lain dan tipe simpang dengan
mengamati parameter antara lain warna dan
posisi daun.
Kesehatan tanaman.
Pemeriksaan kedua :
Umur 35-45 hari setelah tanam.
Jumlah varietas lain dan tipe simpang dengan
mengamati parameter antara lain : warna daun,
bentuk ujung daun, posisi daun, warna umbi,
bentuk umbi, warna leher umbi, posisi umbi.
Kesehatan tanaman.
2.2 Tabur benih langsung
Sebelum pemeriksaan pertanaman harus dilaksanakan
penentuan sampel pendahuluan untuk menentukan
panjang baris tanaman yang akan diperiksa. Cara
pengambilan sampel tersebut yaitu dengan cara
menghitung populasi dalam 1 (satu) meter baris tanaman
dan diulang 3 (tiga) kali pada baris tanaman yang
berbeda yang ditentukan secara acak.Populasi rata-rata
dari ketiga ulangan dijadikan acuan untuk menentukan
panjang baris tanaman.
a)
Pemeriksaan pertama :
Umur 35-45 hari setelah tanam.
Jumlah varietas lain dan tipe simpang dengan
mengamati parameter antara lain warna dan
posisi daun.
Kesehatan tanaman.
11
b)
3)
Umur 65-75 hari setelah tanam.
Jumlah varietas lain dan tipe simpang dengan
mengamati parameter antara lain : warna daun,
bentuk ujung daun, posisi daun, bentuk umbi,
warna umbi, warna leher umbi, posisi umbi.
Kesehatan tanaman.
Benih sumber bentuk umbi, menghasilkan benih umbi.
a)
Pemeriksaan pertama :
b)
5.
Pemeriksaan kedua :
Umur 20-25 hari setelah tanam.
Jumlah varietas lain dan tipe simpang dengan
mengamati parameter antara lain warna dan posisi
daun.
Kesehatan tanaman.
Pemeriksaan kedua :
Umur 35-45 hari setelah tanam.
Jumlah varietas lain dan tipe simpang dengan
mengamati parameter antara lain : warna daun,
bentuk ujung daun, posisi daun, warna dan bentuk
serta posisi tandan bunga (umbel), bentuk umbi,
warna umbi, warna leher umbi, posisi umbi.
Kesehatan tanaman.
Pengawasan Pasca panen
5.1 Umum
a)
Kelompok benih yang lulus pemeriksaan pertanaman diberi
identitas yang jelas dan mudah dilihat.
b)
Identitas benih paling kurang meliputi: asal-usul, nomor kelompok,
jenis, varietas, volume dan tanggal panen.
c)
Volume kelompok benih bawang merah biji paling banyak 500 kg
dan 12.000 kg untuk umbi.
5.2 Penggabungan contoh benih
Penggabungan kelompok benih dapat dilakukan dengan ketentuan :
a)
Kelas benih sebar (BR), satu varietas dan lulus pemeriksaan
pertanaman;
b)
Dengan persetujuan Lembaga yang melaksanakan sertifikasi;
c)
Kelompok benih yang akan digabungkan harus memenuhi syarat :
Berasal dari pertanaman pada agroklimat yang sama atau
setara;
Dipanen pada periode yang sama
Disimpan pada kondisi yang sama
Memenuhi PTM
Fisik benih sama
12
d)
6.
Kelompok benih tersebut mempunyai identitas yang jelas.
Kelompok benih hasil penggabungan harus memenuhi syarat:
Komposisi benih homogen atau seragam;
Volume kelompok gabungan tidak melebihi volume maksimal
dari jenis yang dimaksud, apabila melebihi harus dibuat
kelompok baru;
Memenuhi PTM;
Dibuat identitas kelompok baru atau dapat menggunakan
salah satu nomor induk yang digabungkan;dan
Kelompok gabungan mudah ditelusuri asal-usulnya.
Pengujian mutu benih di laboratorium
6.1 Pengambilan contoh benih
6.1.1
Pengambilan Contoh Benih
Petugas pengambil contoh benih adalah Pengawas Benih
Tanaman (PBT) atau petugas penjamin mutu yang ditunjuk
oleh pimpinan lembaga yang bersangkutan, dengan syarat
telah memahami teknik pengambilan contoh benih.
a)
b)
c)
Produsen mengajukan permohonan pengambilan contoh
paling lambat 7 hari sebelum pelaksanaan menggunakan
formulir model SP05.
Persyaratan kelompok benih:
lulus pemeriksaan lapang, sudah diproses dan
homogen;
identitas jelas dan dapat ditelusuri;
wadah benih dalam keadaan tertutup dan tersusun
rapi; dan
tidak melebihi
ditentukan.
volume
maksimal
yang
telah
Cara pengambilan contoh :
dilakukan secara acak dan mewakili;
contoh primer untuk benih dalam wadah diambil
dari bagian atas, tengah, dan bagian bawah wadah
yang terpilih;
untuk benih curah atau dalam wadah yang besar,
contoh primer diambil dari berbagai titik dan
kedalaman benih;
pelaksanaan pengambilan contoh dapat dilakukan
pada saat pengemasan atau setelah pengemasan.
13
Tabel 3. Pengambilan contoh benih
Jumlah wadah
dalam lot
d)
6.1.2
7.
Jumlah contoh
primer yang diambil
paling kurang
Jumlah
wadah yang
harus diambil
1-4
3 contoh primer per
wadah
1-4
5-8
2 contoh primer per
wadah
5-8
9 - 15
1 contoh primer per
wadah
9 -15
16 -30
1 contoh primer per
wadah
9 - 15
31 - 59
20 contoh primer
20
≥ 60
30 contoh primer
30
Contoh kirim
Contoh benih dikirim ke laboratorium menggunakan
formulir model SL 05.
Berat contoh kirim benih bawang merah biji adalah
80 gram dan berat contoh kerja 8 (delapan) gram.
Metode Pengujian
Pengujian yang harus dilaksanakan untuk pengisian label
adalah kadar air, kemurnian fisik dan daya berkecambah :
Pengujian kadar air menggunakan metode oven atau alat
pengukur kadar air yang terkalibrasi.
Pengujian kemurnian fisik secara manual memisahkan
komponen benih murni, kotoran benih dan benih
tanaman lain.
Pengujian daya berkecambah, menggunakan metode
antar kertas, atas kertas atau pasir tergantung pada jenis
benihnya.
Pemeriksaan umbi di gudang
Tujuan pemeriksaan umbi di gudang dilakukan untuk mengetahui mutu fisik
dan status kesehatan benih.
7.1 Ketentuan pemeriksaan umbi di gudang
a.
Kelompok benih dinyatakan lulus apabila memenuhiPTM.
b.
Terhadap kelompok yang tidak memenuhi PTM dapat dilakukan
satu kali pemeriksaan ulang setelah pemilik benih melakukan
sortasi.
14
c.
d.
e.
7.2
Tahapan sertifikasi yang lebih lanjut tidak dapat dilakukan apabila
hasil pemeriksaan tidak memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud pada huruf c. di atas.
Permohonan pemeriksaan umbi di gudang diajukan paling lama 7
(tujuh) hari sebelum pemeriksaan dengan menggunakan formulir
model SP04.
Pengambilan contoh umbi untuk pemeriksaan dilakukan secara
acak, paling kurang 1000 umbi.
Tata cara pemeriksaan umbi
a.
Pemeriksaan dilakukan setelah sortasi dan pembuatan kelompok
benih.
b.
Waktu pemeriksaan
Umbi yang berasal dari pertanaman untuk menghasilkan biji,
pemeriksaan dapat dilaksanakan 2 minggu setelah panen.
Umbi yang berasal dari biji, pemeriksaan dapat dilaksanakan
paling kurang 1 bulan.
c.
d.
8.
Umbi yang berasal dari benih sumber bentuk umbi,
pemeriksaan dapat dilakukan 1-2 bulan setelah panen sampai
dengan sebelum munculnya tunas, sesuai dengan varietas dan
agroklimat.
Faktor yang diamati adalah varietas lain dan serangan penyakit.
Penghitungan persentase varietas lain (VL) dengan rumus:
Penghitungan
persentase
tanaman
terserang
Pengganggu Tumbuhan (OPT) dengan rumus:
Organisme
Sertifikat
8.1 Penerbitan sertifikat
a.
Sertifikat
benih
diterbitkan
oleh
Kepala
Instansi
yang
menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi pengawasan dan
sertifikasi benih untuk kelompok benih yang telah memenuhi
persyaratan teknis minimal di pertanaman dan laboratorium.
Kelompok benih yang tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan
kelas yang dimohonkan tetapi memenuhi persyaratan untuk kelas
dibawahnya diberikan sertifikat benih sesuai dengan persyaratan
kelas benih yang dicapai.
b.
Sertifikat diterbitkan untuk setiap kelompok benih yang lulus pada
pemeriksaan lapang dan laboratorium atau pemeriksaan umbi
gudang, dengan menggunakan formulir model SL 06.
15
8.2 Pembatalan sertifikat
Sertifikat benih dapat dibatalkan apabila kelompok benih:
a.
tidak sesuai dengan kondisi awal; dan/atau
b.
berpindah
tempat
tanpa
sepengetahuan
Instansi
yang
menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi pengawasan dan
sertifikasi benih.
9.
Pelabelan
9.1 Umum
a.
Benih yang diedarkan wajib diberi label.
b.
Kesesuaian label dengan kebenaran mutu benih dalam kemasan
yang diberi label menjadi tanggung jawab produsen.
c.
Syarat pemberian label : kelompok benih lulus sertifikasi (benih
bersertifikat).
d.
Bahan label yaitu kertas atau bahan lain yang kuat, tidak mudah
robek atau luntur.
e.
Label ditulis dalam bahasa Indonesia, mudah dilihat dan dibaca,
serta tidak mudah rusak.
9.2 Tata Cara
a.
Isi label benih bentuk biji paling kurang meliputi:
b.
Benih murni
Kadar air
Daya berkecambah
Nomor kelompok benih (lot)
Masa berlaku / tanggal kadaluwarsa.
Warna label
Warna label sesuai kelas benih
Kuning untuk Benih Penjenis.
Putih untuk Benih Dasar.
Ungu muda untuk Benih Pokok.
Biru muda untuk Benih Sebar/Hibrida.
Untuk kemasan dengan ukuran kecil dapat diberi tanda bulatan
dengan warna yang sesuai dengan kelas benihnya, dicetak
langsung/ditempel dipojok atas sebelah kanan pada kemasan
benih.
c.
Label
benih bawang merah umbi berbentuk segi empat,
perbandingan lebar dengan panjang = 1: (2 – 3) dan paling kurang
berisi :
Nama dan alamat produsen
Nomor kompetensi produsen
Jenis tanaman
Varietas
Kelas benih
Volume kemasan
16
d.
e.
f.
Tanggal panen
Tanggal pemeriksaan umbi
Logo dan nama instansi yang melegalisasi label
Pengecekan daya berkecambah
Selama masa berlakunya label harus dilakukan pengecekan daya
berkecambah terhadap kelompok benih yang bersangkutan.
Jangka waktu berlaku label
Masa berlaku label benih bentuk biji dihitung sejak pengujian
terakhir dan tergantung dari masing-masing komoditas serta
kondisi kelompok benih. Sedang untuk masa berlaku label benih
bawang merah biji 12 bulan dari tanggal selesai uji dalam kemasan
aluminium foil atau kaleng dan 6 bulan dalam kemasan plastik.
Jika kadar air turun paling kurang 1 %, maka masa kadaluarsa
menjadi 18 bulan.
Legalitas Label
Benih dalam kemasan yang sertifikasinya dilaksanakan oleh
instansi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi pengawasan
dan sertifikasi benih, legalitas berupa nomor seri label dan
stempel.
g.
h.
Benih dalam kemasan yang sertifikasinya dilaksanakan oleh
produsen yang telah memperoleh Sertifikat Sistem Mutu,
legalitas berupa nomor seri label.
Pemasangan label dilaksanakan oleh produsen.
Pemasangan label yang sertifikasinya dilaksanakan oleh instansi
yang menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi pengawasan dan
sertifikasi benih harus disupervisi oleh Pengawas Benih Tanaman.
Berita acara supervisi pemasangan label menggunakan formulir/
borang model SL 07.
17
IV.
DELEGASI LEGALITAS
Yang dimaksud dengan delegasi legalitas adalah pemberian kewenangan
penggunaan varietas oleh pemilik varietas atau pihak yang diberi kuasa kepada
produsen benih untuk memperbanyak BS. Untuk varietas publik domain, maka
dalam penerbitan Surat Delegasi Legalitas harus ada pendampingan dari pemulia
tanaman bawang merah. Bentuk surat delegasi legalitas seperti pada formulir/
borang model DL 02.
1.
2.
Persyaratan penerima delegasi legalitas
a.
Produsen benih atau instansi pemerintah yang telah memiliki sertifikat
kompetensi atau memiliki sertifikat sistem manajemen mutu di bidang
perbenihan hortikultura;
b.
Memiliki atau menguasai fasilitas pendukung perbanyakan benih
bawang merah kelas BS yang memadai;
c.
Menyediakan SOP perbanyakan benih bawang merah ;
d.
Menguasai SDM yang kompeten di bidangnya;
e.
Bersedia melaksanakan produksi benih sesuai dengan peraturan yang
berlaku ;
f.
Bersedia menjamin mutu benih yang diproduksi; dan
g.
Membuat nota kesepahaman.
Tata cara penerbitan delegasi legalitas
a.
3.
Pemohon mengajukan permohonan secara tertulis kepada pemilik/
kuasa varietas dengan menggunakan formulir/borang DL.01.dilampiri
dengan:
Fotocopy sertifikat kompetensi/Sistem Manajemen Mutu;
Surat pernyataan bersedia melaksanakan produksi dan menjamin
mutu benih sesuai dengan aturan perbenihan;dan
Peta lokasi produksi.
b.
Pemilik/kuasa varietas melaksanakan peninjauan lapangan untuk
memastikan kelayakan produsen.
c.
Delegasi legalitas diterbitkan apabila produsen telah dinyatakan layak.
d.
Masa berlaku delegasi legalitas adalah 2 (dua) tahun .
e.
Peninjauan ulang dilaksanakan setiap 12 bulan sejak penerbitan
sertifikat.
Pemegang delegasi legalitas menerbitkan Surat keterangan BS, paling kurang
berisi nama dan alamat produsen, nama varietas, nomor lot/kode produksi,
PTM yang dicapai dan volume kemasan sebagaimana pada formulir/borang
18
DL 03.Pemberian surat keterangan ini dilakukan untuk setiap
pengeluaran/pengiriman benih. Untuk biji harus dicantumkan tanggal
kadaluarsa, sedangkan untuk umbi harus ditambahkan tanggal panen dan
tanggal pemeriksaan di gudang.
4.
Delegasi legalitas harus dicabut apabila selama masa berlakunya delegasi
legalitas tersebut produsen tidak memenuhi nota kesepahaman atau
melakukan pelanggaran terhadap peraturan perbenihan.
5.
Pemberi delegasi legalitas harus menyampaikan laporan penerbitan atau
pencabutan delegasi legalitas ke Direktur Jenderal Hortikultura melalui
Direktur Perbenihan Hortikultura, paling lama 1 (bulan) setelah penerbitan
atau pencabutan.
19
LAMPIRAN II KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR
: 131/Kpts/SR.130/D/11/2015
TANGGAL
: 16 November 2015
No.
Kode Model
Tentang
1
SP Bwm 01
Permohonan Sertifikasi Benih Bawang Merah
2
SP Bwm 02
Permohonan Pemeriksaan Pertanaman Sertifikasi Benih
Bawang Merah (Bentuk Biji)
3
SP BWm 03
Permohonan Pemeriksaan Pertanaman Sertifikasi Benih
Bawang Merah (Bentuk Umbi)
4
SP Bwm 04
Permohonan Pemeriksaan Umbi di Gudang Sertifikasi
Benih Bawang Merah
5
SP Bwm 05
Permohonan Pengambilan Contoh Benih Untuk Pengujian
di Laboratorium
6
SL Bwm 01
Laporan Pemeriksaan
Bawang Merah
Pendahuluan
Sertifikasi
Benih
7
SL Bwm 02
Laporan Pemeriksaan Pertanaman
Bawang Merah (Bentuk Biji)
Sertifikasi
Benih
8
SL Bwm 03
Laporan Pemeriksaan Pertanaman
Bawang Merah (Bentuk Umbi)
Sertifikasi
Benih
9
SL Bwm 04
Laporan Pemeriksaan Umbi Sertifikasi Benih Bawang
Merah
10
SLBwm 05
Pengiriman Contoh Benih ke Laboratorium
11
SL Bwm 06
Permohonan Registrasi Label Sertifikasi Benih Bawang
Merah
12
SL Bwm 07
Berita Acara Pemasangan Label
13
DL01
Permohonan delegasi legalitas
14
DL 02
Surat Delegasi legalitas
15
DL 03
Surat keterangan BS
16
DL 04
Laporan Penerbitan Delegasi Legalitas
17
DL 05
Laporan Pencabutan Delegasi Legalitas
20
Model SP Bwm 01
Perbanyakan benih
Umbi
Biji
....................,Tanggal .....................................
Kepada Yth,
Kepala BPSB
di .................................
No. Induk
:
MT
:
*)
PERMOHONAN SERTIFIKASI BENIH BAWANG MERAH
Kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama (pemohon)
:
.................................................
Nomor Sertifikat Kompetensi
:
Nama badan usaha
:
.................................................
Alamat
:
Dengan ini kami mengajukan permohonan sertifikasi benih dengan lokasi dan perencanaan seperti di bawah ini :
1.
2.
3.
Lokasi penangkaran
Blok
:
.................................................
Kampung
:
.................................................
Desa
:
.................................................
Kecamatan
:
.................................................
Kabupaten/Kota
:
.................................................
Varietas
:
.................................................
m2/ ha
Luas penangkaran
:
.................................................
Kg/ton**)
Volume benih yang akan ditanam
:
.................................................
Tanggal tanam
:
.................................................
Rencana penangkaran
Benih sumber
bentuk biji **)
4.
Umbi **)
Varietas
:
...............................................
varietas
:
......................................
Kelas benih
:
...............................................
Kelas benih
:
......................................
...............................................
Tanggal panen
:
......................................
Tanaman sebelumnya
Jenis tanaman
:
Varietas
:
Sertifikasi
Ya
No. Sertifikasi
5.
:
Tidak
Lulus
Tidak lulus
...............................................
Lampiran
a)
Peta/denah lokasi penangkaran
b)
Label benih sumber
...................., Tgl ................
Pemohon
(...........................................)
Catatan
*) diisi oleh BPSB, **) : coret yang tidak perlu
diisi tanda V
Tembusan YTH
1. Pengawas Benih Tanaman ...................…........
2. Arsip
1
Model SP Bwm 02
Pemeriksaan
Kepada Yth.
Pertama
Kepala BPSB
di .................................
Kedua
No. Induk
:
MT
:
*)
menjelang panen
Ulangan
PERMOHONAN PEMERIKSAAN PERTANAMAN
SERTIFIKASI BENIH BAWANG MERAH (BENTUK BIJI)
Kami yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama (pemohon)
:………………………….
Nama badan usaha
:…………………………
Alamat
: …………………………
Nomor Sertifkat Kompetensi
: ………………………..
Nomor Tanda Daftar
: ………………………..
Dengan ini kami mengajukan permohonan lapangan sertifikasi benih ………, kelas ……dengan data seperti di
bawah ini,
1. Lokasi penangkaran (disertai peta)
Kampung
: ……………………
Desa
: ……………………
Kecamatan
: ……………………
Kabupaten / kota
: ……………………
2. Luas penangkaran
: …………………... m / ha
3. Benih yang diproduksi
Jenis
Varietas
Kelas benih
BD
: …………………..
: …………………..
4. Isolasi yang digunakan :
Jarak
2
BP
U : ………..m
BR
S : ………..m
T : …………
B : …….m
Waktu …………hari
Barrier ........., baris ............, tanaman….............
Areal kami sudah siap diperiksa tanggal …………….., maka kami mohon dengan hormat bantuannya agar
areal tersebut dapat diperiksa pada tanggal tersebut.
Demikian, atas perhatiannya disampaikan terima kasih.
……….....…, tanggal ……......
Pemohon
(..................………………….)
Catatan
Diisi tanda V
Tembusan Yth,
1. Pengawas Benih Tanaman ...........................................
2. Arsip Propinsi, Satgas/ Instalasi / WKPB
2
Model SP Bwm 03
Pemeriksaan
Kepada Yth.
Pertama
Kepala BPSB
di .................................
Kedua
No. Induk
:
MT
:
*)
menjelang panen
Ulangan
PERMOHONAN PEMERIKSAAN PERTANAMAN
SERTIFIKASI BENIH BAWANG MERAH (BENTUK UMBI)
Kami yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama (pemohon)
:………………………….
Nama badan usaha
:…………………………
Alamat
: …………………………
Nomor Sertifkat Kompetensi
: ………………………..
Nomor Tanda Daftar
: ………………………..
Dengan ini kami mengajukan permohonan lapangan sertifikasi benih ………, kelas ……dengan data seperti di
bawah ini,
1. Lokasi penangkaran (disertai peta)
Kampung
: ……………………
Desa
: ……………………
Kecamatan
: ……………………
Kabupaten / kota
: ……………………
2. Luas penangkaran
: …………………... m / ha
3. Benih yang diproduksi
Jenis
Varietas
Kelas benih
BD
: …………………..
: …………………..
4. Isolasi yang digunakan :
Jarak
2
BP
U : ………..m
BR
S : ………..m
T : …………
B : …….m
Waktu …………hari
Barrier ........., baris ............, tanaman….............
Areal kami sudah siap diperiksa tanggal …………….., maka kami mohon dengan hormat bantuannya agar
areal tersebut dapat diperiksa pada tanggal tersebut.
Demikian, atas perhatiannya disampaikan terima kasih.
……….....…, tanggal ……......
Pemohon
(..................………………….)
Catatan
Diisi tanda V
Tembusan Yth,
1. Pengawas Benih Tanaman ...........................................
2. Arsip Propinsi, Satgas/ Instalasi / WKPB
3
Model SP Bwm 04
Kepada Yth,
Kepala BPSB
di …………………………...........
No. Induk
MT
:
:
PERMOHONAN PEMERIKSAAN UMBI DI GUDANG
SERTIFIKASI BENIH HORTIKULTURA
Kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama (pemohon)
Nama badan usaha
Alamat
: ………………………….. ; Nomor Sertifikat Kompetensi : ………..……………… ;
: ………………………….. ; Nomor Tanda Daftar
: ………..……………… ;
: …………………………..
Dengan ini kami mengajukan permohonan pemeriksaan gudang untuk umbi / rimpang **)
benih………………………..dengan data seperti di bawah ini :
1. Asal Lokasi penangkaran
Kampung
Desa
Kecamatan
Kabupaten
: …………………………..
: …………………………..
: …………………………..
: …………………………..
: …………………………..
2. Luas penangkaran
: ………………………….m / Ha
3. Benih yang akan diproduksi
Jenis
Varietas
Kelas
Nomor kelompok (lot)
Volume benih
: ………………………….
:…………………………..
:
BD
: ………………………..
: ………………………..Kg/ton **)
2
BP
BR
Kelompok benih tersebut di atas telah siap diperiksa pada tanggal ………………………………………..
Kami mohon dengan hormat bantuannya agar dapat dilakukan pemeriksaan umbi / rimpang **) pada
tanggal tersebut.
Demikian, atas perhatiannya disampaikan terima kasih.
………….., tanggal ……...
Pemohon
(………..........…………..)
Catatan
*) Diisi oleh BPSB, **) : coret yang tidak perlu
Diisi tanda V
Tembusan Yth,
1. Pengawas Benih Tanaman .....................…........
2.Arsip
4
Model SP Bwm 05
Kepada Yth,
Kepala BPSB
di …………………………...........
No. Induk
MT
:
:
PERMOHONAN PENGAMBILAN CONTOH BENIH UNTUK PENGUJIAN DI LABORATORIUM
Kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama (pemohon)
Nama badan usaha
Alamat
: ………………………….. ;
: ………………………….. ;
: ………………………….. ;
No. Sertifikat kompetensi : …………………………
Dengan ini kami mengajukan permohonan pengambilan contoh benih di gudang untuk keperluan pengujian di laboratorium
dengan data seperti di bawah ini :
1. Lokasi penangkaran
Kampung
Desa
Kecamatan
Kabupaten
: ……………………………….
: ……………………………….
: ……………………………….
: ………………………………
:………………………………
2. Luas penangkaran
: ………………………………m
3. Benih yang akan diproduksi
Varietas
Kelas
No. kelompok (lot)
Volume benih
Jumlah wadah
: ……………………………...
BD
BP
: …………………………….
: …………………………… Kg
: ……………………….......
2
BR
Kelompok benih tersebut di atas telah siap diambil contohnya pada tanggal ………………………., kami mohon dengan
hormat bantuannya agar dapat dilaksanakan pengambilan contoh tersebut.
Demikian, atas perhatiannya disampaikan terima kasih.
..….., tanggal ……………
Pemohon
(………….............…………..)
Catatan
*) : coret yang tidak perlu
Diisi tanda V
Tembusan Yth,
1. Pengawas Benih Tanaman.....................................
2. Arsip
5
Model SL BWm 01
KOP Instansi penyelenggara pengawasan dan sertifikasi benih hortikultua (BPSB)
LAPORAN PEMERIKSAAN PENDAHULUAN SERTIFIKASI BENIH BAWANG MERAH
1.
2.
3.
4.
Nama pemohon
:
Nama badan usaha
:
Alamat
:
No. Induk
:
MT
:
*)
................................................
Nomor Sertifikasi Kompetensi
:
.....................................
Lokasi penangkaran
Blok
:
.................................................
Kecamatan
:
....................................
Kampung
:
.................................................
Kabupaten/Kota
:
....................................
Desa
:
.................................................
Jenis tanaman
:
.................................................
Varietas
:
...................................
Volume calon benih
:
.................................................
Kg/ton *)
Tanggal perbanyakan
:
.................................................
Rencana penangkaran
Benih sumber
Umbi
Biji
a.
Produsen
:
.................................................
b.
Jumlah
:
.................................................
c.
Kelas benih
:
.................................................
d.
Rekomendasi oleh
:
..............................................
:
..............................................
Kg/ton *)
BPTPH
Nomor surat
5.
Tanaman sebelumnya
6.
Isolasi
:
.................................................
waktu
Barier
Jarak
7.
Persyaratan lain
:
a.
Peta/denah lokasi penangkaran
tersedia
tidak tersedia
b.
Label
tersedia
tidak tersedia
c.
Hasil penangkaran benih
d.
Fasilitas pendukung
Umbi
8
Biji
tersedia
tidak tersedia
Kesimpulan
menuhi /tidak memenuhi persyaratan utuk sertifikasi benih *)
Mengetahui
...................., Tgl ................
Pengawa Benih Tanaman
(...........................................)
(...........................................)
Catatan
*) ; coret yang tidak perlu
diisi tanda V
Tembusan YTH
Arsip provinsi, Satgas.Intalasi/WKB
6
Model Bwm SL02
KOP Instansi penyelenggara Pengawasan dan sertfikasi benih (BPSB)
Pemeriksaan
No. Induk
:
MT
:
Fase vegetatif tanggal………….
Fase generatif tanggal………
Menjelang panen tanggal…….
Ulangan ………………
LAPORAN PEMERIKSAAN PERTANAMAN
SERTIFIKASI BENIH BAWANG MERAH (BENTUK BIJI)
1. Nama (pemohon)
Nama badan usaha
Alamat
Nomor Sertifikat Kompetensi
: ………………………….
: ………………………….
: ………………………….
: ………………………….
2. Lokasi penangkaran
Kampung
Desa
Kecamatan
Kabupaten / kota
: …………………………
: …………………………
: …………………………
: …………………………
: …………………………
3. Benih yang akan diproduksi
Jenis
Varietas
Kelas
Luas penangkaran
: …………………………
: …………………………
BD
: ……………………… m2/ Ha
4. Hasil pemeriksaan :
Umbi
a
Isolasi
:
BP
BR
Biji
Jarak
U…………...
S…………...
B…………...
T …………..
Waktu : ..........hari
Barrier ……...baris, tanaman ..........
b. Varietas lain/tipe simpang ……………%
c.
..................
Serangan OPT
…………………………�
NOMOR : 131/Kpts/SR.130/D/11/2015
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS SERTIFIKASI BENIH BAWANG MERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
Mengingat
:
:
a.
bahwa budidaya bawang merah dapat menggunakan
umbi maupun biji;
b.
bahwa dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor
01/Kpts/SR.130/12/2012 tentang Pedoman Sertifikasi
Benih Hortikultura belum menyertakan sertifikasi benih
bawang merah biji;
c.
bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan b di atas,
maka dipandang perlu menetapkan Pedoman Teknis
Sertifikasi Benih Bawang Merah;
1.
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Perlindungan Varietas Tanaman (Lembaran Negara
Tahun 2000 Nomor 241, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4043);
2.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang
Hortikultura (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 132,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5170);
3.
Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 (Lembaran
Negara Tahun 2014 Nomor 101);
4.
Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang
Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Lembaran
Negara Tahun 2015 Nomor 85);
5.
Peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor
511/Kpts/PD.310/9/2006 tentang Jenis Komoditi
Tanaman
Binaan
Direktorat
Jenderal
Tanaman
Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan
Direktorat Jenderal Hortikultura juncto Keputusan
Menteri Pertanian Nomor 3599/Kpts/PD.310/10/2009;
6.
Peraturan
Menteri
Pertanian
01/Kpts/SR.130/12/2012 tentang Pedoman
Sertifikasi Benih Hortikultura
Peraturan
Menteri
Pertanian
46/Kpts/SR.130/VIII/2013;
7.
Peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor
25/Kpts/SR.1306/2013
tentang
Pedoman
Teknis
Sertifikasi Kompetensi Produsen dan Pengedar Benih
Hortikultura;
8.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/
SR.120/8/2012 tentang Produksi, Sertifikasi, dan
Pengawasan Peredaran benih Hortikultura (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 818) juncto
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 116 / Permentan
/SR.120/11/2013 (Berita Negara Republik Indonesia
tahun 2013 Nomor;1322);
9.
Peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor
43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Pertanian;
Nomor
Teknis
juncto
nomor
10. Peraturan Presiden Nomor 75/M Tahun 2015 tentang
Pemberhentian dan Pengangkatan Dari Dan Jabatan
Pimpinan Tinggi Madya di Lingkungan Kementerian
Pertanian.
]]
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
:
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN
TEKNIS SERTIFIKASI BENIH BAWANG MERAH
KESATU
:
Pedoman Teknis Sertifikasi Benih Bawang Merah seperti
tercantum dalam lampiran merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Keputusan ini.
KEDUA
:
Pedoman Teknis sertifikasi benih bawang merah sebagaimana
dimaksud pada diktum KESATU sebagai dasar pelaksanaan
sertifikasi benih bawang merah.
KETIGA
:
Dengan berlakunya Keputusan Menteri ini, Pedoman
Sertifikasi
Benih
Hortikultura
Nomor
01/Kpts/SR.130/12/2012 dan Keputusan Direktur Jenderal
Hortikultura
Nomor
101/Kpts/SR.130/D/VI/2015 sepanjang mengatur benih
Bawang Merah dinyatakan tidak berlaku lagi.
KEEMPAT
:
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Salinan Keputusan ini disampaikan Kepada Yth:
1. Menteri Pertanian (sebagai laporan);
2. Pimpinan Unit eselon I Lingkup Kementerian Pertanian;
3. Kepala Dinas Propinsi yang membidangi
tanaman hortikultura di seluruh Indonesia.
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR
: 131/Kpts/SR.130/D/11/2015
TANGGAL : 16 November 2015
I. PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang selalu
dibutuhkan setiap hari untuk penyedap masakan,baik untuk bumbu
maupun bawang goreng. Saat ini pemerintah telah menetapkan kebijakan
pemenuhan kebutuhan bawang merah dari dalam negeri, sehingga setiap
propinsi wajib menanam bawang merah. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut tentunya harus ada pertanaman bawang merah dalam jumlah besar
sepanjang tahun.Oleh karena itu diperlukan benih bawang merah dalam
jumlah banyak, rata-rata 1,2 ton/hadalam bentuk umbi.
Untuk meningkatkan pemenuhan benih bermutu dapat dikembangkan benih
dalam bentuk biji. Mengingat kondisi iklim di Indonesia yang beragam dan
benih bawang merah umbi tidak dapat disimpan dalam waktu yang cukup
lama, maka perlu dikembangkan penggunaan benih bawang merah biji (True
Seed of Shallot TSS) yang dapat disimpan dalam jumlah banyak dan lebih
lama serta tidak memerlukan tempat yang luas. Disamping itu benih bawang
merah biji cenderung lebih sehat dan lebih mudah distribusinya.
Dengan demikian maka untuk menyediakan benih bawang merah bermutu
baik dalam bentuk umbi maupun biji diperlukan Pedoman Teknis Sertifikasi
Benih Bawang Merah sebagai acuan bagi Pengawas Benih Tanaman (PBT)
dan penjamin mutu benih untuk melaksanakan sertifikasi benih.
2.
Maksud
Penyusunan Pedoman Teknis Sertifikasi Benih Bawang Merah dimaksudkan
untuk memberikan acuan kepada Pengawas Benih Tanaman dan penjamin
mutu benih agar dapat melaksanakan sertifikasi benih tersebut dengan baik
dan benar, sehingga diperoleh benih bawang merah bermutu sesuai dengan
persyaratan yang berlaku.
3.
Tujuan
Tujuan dari penerapan Pedoman Teknis Sertifikasi Benih Bawang Merah agar
produksi benih tersebut dilaksanakan melalui sertifikasi benih sehingga
diperoleh benih bawang merah bermutu untuk mencukupi kebutuhan benih
secara berkesinambungan.
4.
Ruang lingkup
Sertifikasi benih bawang merah meliputi pendahuluan, persyaratan
sertifikasi, tata cara sertifikasi benih dari umbi ke biji, dari biji ke umbi dan
dari umbi ke umbi serta tata cara memperoleh delegasi legalitas.
1
5.
Pengertian
Dalam pedoman ini,yang dimaksud dengan :
a.
Benih adalah tanaman hortikultura atau bagian darinya yang digunakan
untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan tanaman.
b.
Benih bermutu adalah benih yang varietasnya sudah terdaftar untuk
peredaran dan diperbanyak melalui sistem sertifikasi benih, mempunyai
mutu genetik, mutu fisiologis, mutu fisik serta status kesehatan yang
sesuai dengan standar mutu atau persyaratan teknis minimal.
c.
Benih sumber adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk
perbanyakan benih bermutu.
d.
Benih Penjenis yang selanjutnya disebut BS adalah benih generasi awal
yang berasal dari benih inti hasil perakitan varietas untuk perbanyakan
yang memenuhi stantar mutu atau Persyaratan Teknis Minimal BS.
e.
Benih Dasar yang selanjutnya disebut BD adalah keturunan pertama
dari Benih Penjenis yang memenuhi standar mutu atau Persyaratan
Teknis Minimal BD.
f.
Benih Pokok yang selanjutnya disebut BP adalah keturunan dari Benih
Dasar atau Benih Penjenis yang memenuhi standar mutu atau
Persyaratan Teknis Minimal BP.
g.
Benih Sebar yang selanjutnya disebut BR adalah keturunan Benih
Pokok, Benih Dasar atau Benih Penjenis.
h.
Benih bawang merah biji atau disebut True Seed of Shallot (TSS) adalah
benih hasil perbanyakan generatif.
i.
Tipe simpang adalah tanaman yang menyimpang dari sifat-sifat suatu
varietas sampai diluar batas kisaran yang telah ditetapkan
j.
Sertifikat kompetensi produsen hortikultura adalah keterangan atau
laporan pemeriksaan yang diberikan oleh instansi yang melaksanakan
tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih atas telah
terpenuhinya persyaratan seseorang atau badan usaha sebagai
produsen benih hortikultura
k.
Persyaratan Teknis Minimal adalah spesifikasi teknis benih yang
mencakup mutu genetik, fisik, fisiologis dan/atau status kesehatan
benih yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri
l.
Kadar air adalah berat air yang hilang karena pengeringan yang diukur
dengan metode oven atau alat ukur yang lain yang telah dikalibrasi
dinyatakan dalam persen terhadap berat basah (awal) contoh benih
m.
Benih murni adalah benih dari tanaman yang sedang diuji di
laboratorium termasuk yang mengkerut, belah atau rusak maupun
pecahan biji dengan ukuran lebih besar dari setengah ukuran benih
n.
Kotoran benih adalah segala benda asing selain benih, termasuk
pecahan biji yang ukurannya kurang dari setengah ukuran benih
2
o.
Daya berkecambah adalah proporsi jumlah benih yang berkecambah
normal dalam lingkungan tumbuh yang sesuai dan dinyatakan dalam
persen
II.
PERSYARATAN SERTIFIKASI
1.
Penyelenggara
Penyelenggara sertifikasi benih adalah :
a.
Instansi atau unit kerja pemerintah yang menyelenggarakan tugas
pokok dan fungsi bidang pengawasan dan sertifikasi benih hortikultura.
b.
Produsen benih yang memiliki sertifikat Sistem Manajemen Mutu (SMM)
di bidang perbenihan hortikultura.
2.
Pemohon
a.
Produsen benih yang memiliki sertifikat kompetensi dan belum memiliki
sertifikat SMM bidang perbenihan hortikultura.
b.
Instansi pemerintah yang memiliki tugas pokok dan fungsi di bidang
hortikultura yang belum memiliki sertifikat SMM bidang perbenihan
hortikultura.
3.
Benih sumber harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a.
Varietas telah terdaftar untuk peredaran.
b.
Berupa umbi untuk menghasilkan benih berupa biji dan umbi.
c.
Berupa biji,untuk menghasilkan benih berupa umbi.
d.
Berupa umbi untuk menghasilkan benih berupa umbi
e.
Diproduksi melalui sistem sertifikasi benih.
f.
Memenuhi Persyaratan Teknis Minimal (PTM) dan sesuai dengan kelas
benih yang dimaksud.
g.
Kelas benih sumber umbi harus lebih tinggi dari pada kelas benih umbi
dan/biji yang akan diproduksi, sedangkan kelas benih sumber bentuk
biji dapat lebih tinggi atau sama dengan kelas benih yang akan
diproduksi.
4.
Tempat Produksi :
a.
Jika dilakukan di lahan, maka lahan harus diberakan atau bekas
tanaman yang bukan satu famili,paling kurang 1 (satu) musim tanam
(3 bulan), dan bukan daerah kronis endemis penyakit terbawa benih.
b.
Jika dilakukan di dalam screen house maka dapat dilakukan dua kali
tanam berturut-turut.
5.
Isolasi/Jarak pertanaman antar varietas :
Isolasi dilakukan untuk menjaga agar tidak terjadi kontaminasi dengan
serbuk sari varietas lain.
5.1 Isolasi untuk pertanaman menghasilkan biji, dengan cara :
a.
Isolasi jarak :radius 1.000 m dari pertanaman bawang merah yang
berpotensi berbunga.
3
b.
Isolasi waktu : 60 haridari pertanaman disekitarnya. Jika dalam
kurun waktu tersebut ada potensi munculnya bunga dari
pertanaman lain, maka harus dilakukan isolasi barrier fisik
sebagaimana dimaksud pada huruf c.
c.
Isolasi barrier fisik, dapat berupa sungkup atau screen house
berupa kasa dengan ukuran mesh paling kurang 30 mesh per inch
setara dengan 48 lubang per cm2 untuk tipe rajut, atau untuk tipe
tenun ukuran mesh paling kurang 24 x 24 per inch.
d. Untuk menghasilkan benih kelas BS dan BD, harus menggunakan
screen house dengan ukuran mesh paling kurang 30 mesh per inch
setara dengan 48 lubang per cm2 untuk tipe rajut, atau untuk tipe
tenun ukuran mesh paling kurang 24 x 24 per inch.
5.2 Jarak pertanaman antar varietas untuk menghasilkan umbi dari
biji : 10 m.
5.3 Jarak pertanaman antar varietas untuk menghasilkan umbi dari umbi :
5m
6.
Unit sertifikasi
a.
Unit sertifikasi adalah lahan perbanyakan benih yang harus dinyatakan
dengan jelas batas-batasnya.
b.
Satu unit sertifikasi dapat terdiri dari beberapa petak dengan jarak antar
petak paling banyak 50 meter, tidak dipisahkan oleh varietas lain dari
komoditas yang sama dan perbedaan waktu tanam paling lama 7 hari.
c.
Luas satu unit sertifikasi:
d.
untuk perbanyakan biji paling kurang 1.000 rumpun tanaman,
paling banyak 2.000 m2.
Untuk perbanyakan umbi paling banyak 1 ha.
Satu unit sertifikasi terdiri satu varietas, satu kelas benih dan satu kali
penangkaran pada satu lokasi;
7.
Klasifikasi benih
a.
Apabila menggunakan benih sumber bentuk umbi, maka kelas benih
umbi dan / biji yang dihasilkan di bawah kelas benih sumber yang
ditanam dan sesuai dengan PTM yang dicapai.
b.
Benih sumber bentuk biji :
Umbi yang dihasilkan kelas benihnya sama dengan benih sumber yang
ditanam atau sesuai dengan PTM yang dicapai.
8.
Persyataran teknis minimal
Persyaratan teknis minimal diatur untuk masing-masing kelas benih, hasil
pemeriksaan pertanaman dan pengujian laboratorium.
4
Tabel 1. Persyaratan Teknis Minimal Bawang Merah Biji
No
1
Parameter
Satuan
Kelas Benih **)
BS
BD
BP
BR
%
0,0
0,0
1,0
1,0
%
0,0
0,2
1,0
1,0
%
%
0,2
0,0
0,5
1,0
0,5
1,0
0,5
1,0
%
8,0
8,0
8,0
%
99,9
99,0
99,0
%
70,0
8,0
99,
5
70,
0
70,0
70,0
Lapang
a. Campuran varietas dan tipe simpang, maks
b. Kesehatan tanaman
Jumlah tanaman yang terserang OPT, maks
Virus
-
Onion Yellow Dwarf Virus (OYDV)
-
Shallot Laten Virus (SLV)
-
Leak Yellow Tripe Virus (LYSV)
Jamur
-
Bercak ungu (Alternaria porii)
Embun buluk (Peronospora. Destructor)
c. Pengelolaan lapang *)
2
Mutu Laboratorium
a. Kadar air, maks
b. Kemurnian fisik, min
c. Daya berkecambah
Catatan
*)
Pengelolaan lapang
1
Apabila pengelolaan lapang tidak baik, seperti banyak volunteer, gulma yang
menjadi sumber penyakit dan aphid sebagai vektor virus yang tidak
dikendalikan, tidak dibuat isolasi dari tanaman bawang merah dengan border
(screen atau tanaman barier 5-6 baris) maka pemeriksaannya tidak dapat
dilanjutkan
2
Jika pemeriksaan tidak memungkinkan untuk dilaksanakan karena kerusakan
mekanis pada daun, kerusakan berat oleh serangga, dan atau pertumbuhan
tanaman yang merana, maka pemeriksaannya tidak dapat dilanjutkan
Tabel 2. Persyaratan Teknis Minimal Benih Bawang Merah umbi
No
1
Parameter
Satuan
a. Campuran varietas dan tipe simpang, maks
Kelas Benih
BS
BD
BP
BR
%
0,0
0,0
1,0
1,0
%
0,0
0,2
1,0
1,0
Lapang
b. Kesehatan tanaman
Jumlah tanaman yang terserang OPT, maks
Virus
-
Onion Yellow Dwarf Virus (OYDV)
-
Shallot Laten Virus (SLV)
-
Leak Yellow Tripe Virus (LYSV)
Jamur
5
-
Bercak ungu (Alternaria porii)
%
0,2
0,5
0,5
0,5
-
Embun buluk (Peronospora. Destructor)
%
0,0
1,0
1,0
1,0
Mutu umbi
a. Campuran varietas dan tipe simpang, maks
%
0,0
0,2
0,5
1,0
b. Kesehatan tanaman
%
c. Pengelolaan lapang *)
2
Jamur
- Busuk leher batang (Botrytis alii)
- Bercak ungu (Alternaria porii)
- Busuk pangkal (Fusarium sp)
- Antraknose (Colletotricum gloeosporidies)
Bakteri busuk lunak
%
0,5
1,0
2,0
3,0
-
(erwina arotovara)
%
0,2
0,5
1,0
2,0
-
Kerusakan mekanis
%
0,5
1,0
2,0
3,0
Catatan
Pengelolaan lapang
*)
1
Apabila pengelolaan lapang tidak baik, seperti banyak volunteer, gulma yang
menjadi sumber penyakit dan aphid sebagai vektor virus yang tidak dikendalikan,
tidak dibuat isolasi dari tanaman bawang merah dengan border (screen atau
tanaman barier 5-6 baris) maka pemeriksaannya tidak dapat dilanjutkan
2
9.
Jika pemeriksaan tidak memungkinkan untuk dilaksanakan karena kerusakan
mekanis pada daun, kerusakan berat oleh serangga, dan atau pertumbuhan
tanaman yang merana, maka pemeriksaannya tidak dapat dilanjutkan
Perbanyakan kelas benih penjenis (BS) menjadi tanggung jawab pemilik
varietas dan atau pihak yang diberi kuasa.
10. Ketentuan kemasan
a.
Bahan kemasan harus terbuat dari bahan yang kuat dan dapat
melindungi mutu benih.
b.
Informasi pada kemasan benih bentuk biji meliputi :
Nama dan/alamat produsen benih dan atau pengedar benih
sebagai distributor atau agen tunggal dari varietas dimaksud.
Nomor sertifikasi kompetensi, nomor tanda daftar atau izin
produksi dan/pengedar benih.
Jenis, nama varietas dan nomor pendaftaran (register) varietas
tanaman hortikultura untuk peredaran atau nomor pelepasan
varietas.
Tanggal kadaluwarsa benih bentuk biji. Masa kadaluwarsa
12 bulan dari tanggal selesai uji dalam kemasan aluminium foil
atau kaleng dan 6 bulan dalam kemasan plastik. Jika kadar air
turun paling kurang 1 %, maka masa kadaluarsa menjadi 18
bulan.
6
Nomor sertifikat LSSM bagi produsen yang telah memiliki sertifikat
SMM dengan ruang lingkup produksi benih, diletakkan pada kiri
atas.
Volume benih dalam kemasan dengan gram atau butir.
Wilayah adaptasi
deskripsi, dan
Perlakuan pestisida (bila ada).
sesuai
dengan
dengan
pernyataan
dalam
11. Pelimpahan sertifikasi
a.
b.
Sertifikasi yang belum diselesaikan oleh suatu instansi yang
menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi di bidang pengawasan dan
sertifikasi benih dapat dilimpahkan penyelesaiannya ke instansi serupa
dipropinsi lain.
Pelimpahan sertifikasi pada huruf a. harus disertai dengan salinan atau
fotocopy dokumen tahapan sertifikasi terakhir dan berita acara
pelimpahan yang disahkan oleh Kepala Instansi yang menyelenggarakan
tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi.
12. Penguasaan benih
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Kelompok benih yang telah lulus sertifikasi dapat dialihkan tanggung
jawabnya kepada produsen lain yang telah memiliki izin produksi/tanda
daftar produsen atau pengedar benih yang telah terdaftar.
Harus disertai dengan berita acara yang ditandatangi oleh kedua belah
pihak dan diketahui oleh kepala Instansi yang menyelenggarakan tugas
pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi.
Label benih harus dilegalisasi oleh instansi yang melaksanakan
sertifikasi.
Legalitas dengan mencantumkan nomor seri label dan/atau stempel.
Jumlah nomor seri label harus sesuai dengan jumah kemasan benih.
Pemasangan label yang sertifikasinya dilaksanakan oleh instansi yang
menangani pengawasan dan sertifikasi benih dilakukan oleh produsen
dan disupervisi oleh Pengawas Benih Tanaman. Berita acara supervisi
pemasangan label menggunakan formulir model SL 07.
13. Kewajiban Produsen
a.
Mentaati peraturan perundang-undangan di bidang perbenihan
hortikultura.
b.
Bertanggung jawab atas mutu benih yang diproduksi
c.
Melaporkan kegiatan produksinya secara periodik kepada kepala dinas
kabupaten/kota yang membidangi perbenihan dengan tembusan
instansi yang menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi pengawasan
dan sertifikasi benih.
d.
Mendokumentasikan data produksi.
7
III.
TATA CARA SERTIFIKASI BENIH BAWANG MERAH
1.
Permohonan
a.
Diajukan oleh produsen benih atau instansi Pemerintah sebagaimana
dimaksud pada II.2.a dan b kepada instansi yang menyelenggarakan
tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih dengan
mengisi formulir/borang permohonan model SP Bwm.
b.
Apabila lokasi produksi berada diluar propinsi tempat wilayah kerja
instansi yang menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi pengawasan
dan sertifikasi benih pemberi sertifikat kompetensi produsen, maka
produsen harus:
1)
Menunjuk kuasa secara tertulis sebagai penanggungbjawab
produksi di wilayah tersebut;
2)
Menyerahkan fotocopy sertifikat kompetensi produsen yang telah
dilegalisir kepada instansi yang menyelenggarakan tugas pokok dan
fungsi pengawasan dan sertifikasi benih setempat;dan
c.
Pengajuan permohonan paling lama 7 hari sebelum tanam.
d.
Satu permohonan berlaku untuk satu unit sertifikasi;
e.
Permohonan dilampiri dengan:
1)
Fotocopy sertifikat kompetensi produsen;
2)
Label benih sumber atau surat keterangan benih penjenis dari
pemilik varietas atau pihak yang diberi kuasa. Peta/sketsa lokasi
perbanyakan;
3)
bukti penguasaan lahan; dan
4)
Surat keterangan bukan daerah konis endemis penyakit terbawa
benih yang diperoleh dari Balai perlindungan Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BPTPH) setempat.
2.
Lokasi produksi di luar wilayah pemberi tanda daftar atau izin usaha
produksi.
Produsen harus melaporkan secara tertulis tentang kegiatan produksi benih
yang dilakukan kepada instansi yang menyelenggarakan tugas pokok dan
fungsi pengawasan dan sertifikasi benih serta menyerahkan:
a.
Surat kuasa atau penunjukan penanggung jawab produksi di wilayah
tersebut;
b.
Fotocopy sertifikat kompetensi atau sertifikat Sistem Manajemen Mutu;
dan
3.
Instansi penyelenggara tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi
benih menerima permohonan sertifikasi, membukukan dan segera
menindaklanjuti permohonan tersebut.
8
4.
Pemeriksaan lapangan
4.1 Klarifikasi dokumen permohonan sertifikasi
a.
Dilaksanakan sebelum kegiatan di lapangan untuk memastikan
bahwa kegiatan yang akan dilaksanakan telah sesuai dengan
dokumen yang diajukan.
b.
Dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman (PBT).
c.
Dokumen yang telah memenuhi persyaratan administrasi diberikan
nomor induk.
d.
Pemberian nomor induk paling kurang memuat:
a = nomor urut permohonan sertifikasi
b = kode kelompok komoditas (B = buah, S =sayur, O =
tanaman obat)
c = kode jenis tanaman
d = kode Propinsi wilayah instansi yang menyelenggarakan
tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih
(BPSB)
e = kode kabupaten dimana benih diproduksi
masing-masing BPSB)
(tergantung
f = bulan permohonan sertifikasi
g = tahun permohonan sertifikasi
Urutan penulisan nomor induk tersebut adalah : a / b .c /d.e/f.g
4.2 Pemeriksaan Pendahuluan
a.
Dilakukan terhadap dokumen yang telah mempunyai nomor induk.
b.
Dilakukan sebelum sebar untuk benih sumber dari biji atau
sebelum tanam untuk benih sumber dari umbi.
c.
Faktor yang diperiksa meliputi kebenaran lokasi, benih sumber,
sejarah lapangan, isolasi dan rencana tanam.
d.
Laporan pemeriksaan pendahuluan menggunakan formulir/borang
model SLBwm.
4.3 Pemeriksaan Pertanaman
a.
Umum
1)
Permohonan pemeriksaan dilaksanakan sebelum pemeriksaan
pertanaman, dengan mengisi formulir/borang model SP 02
untuk sertifikasi benih biji atau SP 03 untuk sertifikasi benih
umbi.
2)
Dilaksanakan pada fase pertumbuhan tertentu yang sangat
berpengaruh terhadap mutu benih dan dilakukan setelah
roguing yang menjadi tanggung jawab produsen.
3)
Hasil pemeriksaan dinyatakan lulus apabila memenuhi
persyaratan teknis minimal (PTM) pada pemeriksaan
pertanaman.
4)
Hasil pemeriksaan diberitahukan secara langsung kepada
produsen diikuti pengiriman hasil pemeriksaan secara tertulis
9
5)
dengan menggunakan formulir/ borang model SL 02 atau SL
03.
Pemeriksaan ulang
Dilakukan satu kali untuk satu rangkaian pemeriksaan
pada pertanaman yang tidak memenuhi persyaratan;
Sertifikasi benih tidak dapat dilanjutkan apabila hasil
pemeriksaan ulang tidak memenuhi persyaratan;
Keputusan pemeriksaan ulang langsung disampaikan
kepada pemohon sertifikasi.
b. Metode pemeriksaan pertanaman
c.
Pemeriksaan dilakukan terhadap semua karakteristik
tanaman berdasarkan deskripsi varietas yang bersangkutan
dan serangan OPT yang menjadi target. Jumlah tanaman yang
diperiksa dilakukan terhadap paling kurang 1.000 contoh
rumpun yang diambil secara acak.
Penghitungan Varietas Lain (VL) dan/atau Tipe Simpang (TS)
menggunakan rumus:
Penghitungan serangan organisme pengganggu tumbuhan
(OPT) dihitung dengan rumus:
Pemeriksaan pertanaman
Pemeriksaan pertanaman dilakukan pada fase-fase yang sangat
menentukan mutu benih bawang merah.
1)
Benih sumber berupa umbi, menghasilkan benih berupa biji.
a)
Pemeriksaan pertama :
b)
Umur 20-25 hari setelah tanam.
Jumlah varietas lain dan tipe simpang dengan
mengamati parameter antara lain warna dan posisi
daun.
Kesehatan tanaman.
Pemeriksaan kedua :
Umur 35-45 hari setelah tanam.
Jumlah varietas lain dan tipe simpang dengan
mengamati parameter antara lain : warna daun,
bentuk ujung daun, posisi daun, warna dan bentuk
serta posisi tandan bunga (umbel), bentuk umbi,
warna umbi, warna leher umbi, posisi umbi.
Kesehatan tanaman.
10
c)
d)
2)
Pemeriksaan ketiga :
Menjelang panen biji, umur antara 85-95 hari
setelah tanam.
Jumlah varietas lain dan tipe simpang dengan
mengamati parameter antara lain : posisi tandan
bunga (umbel), bentuk umbi, warna umbi, warna
leher umbi, posisi umbi.
Jumlah rumpun yang tidak berbunga.
Kesehatan tanaman.
Umbi yang dihasilkan dari pertanaman tersebut di atas,
dapat dipergunakan sebagai benih dengan kelas benih
dibawah benih sumber dan memenuhi PTM.
Benih sumber berupa biji, menghasilkan benih berupa umbi
2.1 Pindah tanam
a)
Pemeriksaan pertama :
b)
Umur 20-25 hari setelah tanam.
Jumlah varietas lain dan tipe simpang dengan
mengamati parameter antara lain warna dan
posisi daun.
Kesehatan tanaman.
Pemeriksaan kedua :
Umur 35-45 hari setelah tanam.
Jumlah varietas lain dan tipe simpang dengan
mengamati parameter antara lain : warna daun,
bentuk ujung daun, posisi daun, warna umbi,
bentuk umbi, warna leher umbi, posisi umbi.
Kesehatan tanaman.
2.2 Tabur benih langsung
Sebelum pemeriksaan pertanaman harus dilaksanakan
penentuan sampel pendahuluan untuk menentukan
panjang baris tanaman yang akan diperiksa. Cara
pengambilan sampel tersebut yaitu dengan cara
menghitung populasi dalam 1 (satu) meter baris tanaman
dan diulang 3 (tiga) kali pada baris tanaman yang
berbeda yang ditentukan secara acak.Populasi rata-rata
dari ketiga ulangan dijadikan acuan untuk menentukan
panjang baris tanaman.
a)
Pemeriksaan pertama :
Umur 35-45 hari setelah tanam.
Jumlah varietas lain dan tipe simpang dengan
mengamati parameter antara lain warna dan
posisi daun.
Kesehatan tanaman.
11
b)
3)
Umur 65-75 hari setelah tanam.
Jumlah varietas lain dan tipe simpang dengan
mengamati parameter antara lain : warna daun,
bentuk ujung daun, posisi daun, bentuk umbi,
warna umbi, warna leher umbi, posisi umbi.
Kesehatan tanaman.
Benih sumber bentuk umbi, menghasilkan benih umbi.
a)
Pemeriksaan pertama :
b)
5.
Pemeriksaan kedua :
Umur 20-25 hari setelah tanam.
Jumlah varietas lain dan tipe simpang dengan
mengamati parameter antara lain warna dan posisi
daun.
Kesehatan tanaman.
Pemeriksaan kedua :
Umur 35-45 hari setelah tanam.
Jumlah varietas lain dan tipe simpang dengan
mengamati parameter antara lain : warna daun,
bentuk ujung daun, posisi daun, warna dan bentuk
serta posisi tandan bunga (umbel), bentuk umbi,
warna umbi, warna leher umbi, posisi umbi.
Kesehatan tanaman.
Pengawasan Pasca panen
5.1 Umum
a)
Kelompok benih yang lulus pemeriksaan pertanaman diberi
identitas yang jelas dan mudah dilihat.
b)
Identitas benih paling kurang meliputi: asal-usul, nomor kelompok,
jenis, varietas, volume dan tanggal panen.
c)
Volume kelompok benih bawang merah biji paling banyak 500 kg
dan 12.000 kg untuk umbi.
5.2 Penggabungan contoh benih
Penggabungan kelompok benih dapat dilakukan dengan ketentuan :
a)
Kelas benih sebar (BR), satu varietas dan lulus pemeriksaan
pertanaman;
b)
Dengan persetujuan Lembaga yang melaksanakan sertifikasi;
c)
Kelompok benih yang akan digabungkan harus memenuhi syarat :
Berasal dari pertanaman pada agroklimat yang sama atau
setara;
Dipanen pada periode yang sama
Disimpan pada kondisi yang sama
Memenuhi PTM
Fisik benih sama
12
d)
6.
Kelompok benih tersebut mempunyai identitas yang jelas.
Kelompok benih hasil penggabungan harus memenuhi syarat:
Komposisi benih homogen atau seragam;
Volume kelompok gabungan tidak melebihi volume maksimal
dari jenis yang dimaksud, apabila melebihi harus dibuat
kelompok baru;
Memenuhi PTM;
Dibuat identitas kelompok baru atau dapat menggunakan
salah satu nomor induk yang digabungkan;dan
Kelompok gabungan mudah ditelusuri asal-usulnya.
Pengujian mutu benih di laboratorium
6.1 Pengambilan contoh benih
6.1.1
Pengambilan Contoh Benih
Petugas pengambil contoh benih adalah Pengawas Benih
Tanaman (PBT) atau petugas penjamin mutu yang ditunjuk
oleh pimpinan lembaga yang bersangkutan, dengan syarat
telah memahami teknik pengambilan contoh benih.
a)
b)
c)
Produsen mengajukan permohonan pengambilan contoh
paling lambat 7 hari sebelum pelaksanaan menggunakan
formulir model SP05.
Persyaratan kelompok benih:
lulus pemeriksaan lapang, sudah diproses dan
homogen;
identitas jelas dan dapat ditelusuri;
wadah benih dalam keadaan tertutup dan tersusun
rapi; dan
tidak melebihi
ditentukan.
volume
maksimal
yang
telah
Cara pengambilan contoh :
dilakukan secara acak dan mewakili;
contoh primer untuk benih dalam wadah diambil
dari bagian atas, tengah, dan bagian bawah wadah
yang terpilih;
untuk benih curah atau dalam wadah yang besar,
contoh primer diambil dari berbagai titik dan
kedalaman benih;
pelaksanaan pengambilan contoh dapat dilakukan
pada saat pengemasan atau setelah pengemasan.
13
Tabel 3. Pengambilan contoh benih
Jumlah wadah
dalam lot
d)
6.1.2
7.
Jumlah contoh
primer yang diambil
paling kurang
Jumlah
wadah yang
harus diambil
1-4
3 contoh primer per
wadah
1-4
5-8
2 contoh primer per
wadah
5-8
9 - 15
1 contoh primer per
wadah
9 -15
16 -30
1 contoh primer per
wadah
9 - 15
31 - 59
20 contoh primer
20
≥ 60
30 contoh primer
30
Contoh kirim
Contoh benih dikirim ke laboratorium menggunakan
formulir model SL 05.
Berat contoh kirim benih bawang merah biji adalah
80 gram dan berat contoh kerja 8 (delapan) gram.
Metode Pengujian
Pengujian yang harus dilaksanakan untuk pengisian label
adalah kadar air, kemurnian fisik dan daya berkecambah :
Pengujian kadar air menggunakan metode oven atau alat
pengukur kadar air yang terkalibrasi.
Pengujian kemurnian fisik secara manual memisahkan
komponen benih murni, kotoran benih dan benih
tanaman lain.
Pengujian daya berkecambah, menggunakan metode
antar kertas, atas kertas atau pasir tergantung pada jenis
benihnya.
Pemeriksaan umbi di gudang
Tujuan pemeriksaan umbi di gudang dilakukan untuk mengetahui mutu fisik
dan status kesehatan benih.
7.1 Ketentuan pemeriksaan umbi di gudang
a.
Kelompok benih dinyatakan lulus apabila memenuhiPTM.
b.
Terhadap kelompok yang tidak memenuhi PTM dapat dilakukan
satu kali pemeriksaan ulang setelah pemilik benih melakukan
sortasi.
14
c.
d.
e.
7.2
Tahapan sertifikasi yang lebih lanjut tidak dapat dilakukan apabila
hasil pemeriksaan tidak memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud pada huruf c. di atas.
Permohonan pemeriksaan umbi di gudang diajukan paling lama 7
(tujuh) hari sebelum pemeriksaan dengan menggunakan formulir
model SP04.
Pengambilan contoh umbi untuk pemeriksaan dilakukan secara
acak, paling kurang 1000 umbi.
Tata cara pemeriksaan umbi
a.
Pemeriksaan dilakukan setelah sortasi dan pembuatan kelompok
benih.
b.
Waktu pemeriksaan
Umbi yang berasal dari pertanaman untuk menghasilkan biji,
pemeriksaan dapat dilaksanakan 2 minggu setelah panen.
Umbi yang berasal dari biji, pemeriksaan dapat dilaksanakan
paling kurang 1 bulan.
c.
d.
8.
Umbi yang berasal dari benih sumber bentuk umbi,
pemeriksaan dapat dilakukan 1-2 bulan setelah panen sampai
dengan sebelum munculnya tunas, sesuai dengan varietas dan
agroklimat.
Faktor yang diamati adalah varietas lain dan serangan penyakit.
Penghitungan persentase varietas lain (VL) dengan rumus:
Penghitungan
persentase
tanaman
terserang
Pengganggu Tumbuhan (OPT) dengan rumus:
Organisme
Sertifikat
8.1 Penerbitan sertifikat
a.
Sertifikat
benih
diterbitkan
oleh
Kepala
Instansi
yang
menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi pengawasan dan
sertifikasi benih untuk kelompok benih yang telah memenuhi
persyaratan teknis minimal di pertanaman dan laboratorium.
Kelompok benih yang tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan
kelas yang dimohonkan tetapi memenuhi persyaratan untuk kelas
dibawahnya diberikan sertifikat benih sesuai dengan persyaratan
kelas benih yang dicapai.
b.
Sertifikat diterbitkan untuk setiap kelompok benih yang lulus pada
pemeriksaan lapang dan laboratorium atau pemeriksaan umbi
gudang, dengan menggunakan formulir model SL 06.
15
8.2 Pembatalan sertifikat
Sertifikat benih dapat dibatalkan apabila kelompok benih:
a.
tidak sesuai dengan kondisi awal; dan/atau
b.
berpindah
tempat
tanpa
sepengetahuan
Instansi
yang
menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi pengawasan dan
sertifikasi benih.
9.
Pelabelan
9.1 Umum
a.
Benih yang diedarkan wajib diberi label.
b.
Kesesuaian label dengan kebenaran mutu benih dalam kemasan
yang diberi label menjadi tanggung jawab produsen.
c.
Syarat pemberian label : kelompok benih lulus sertifikasi (benih
bersertifikat).
d.
Bahan label yaitu kertas atau bahan lain yang kuat, tidak mudah
robek atau luntur.
e.
Label ditulis dalam bahasa Indonesia, mudah dilihat dan dibaca,
serta tidak mudah rusak.
9.2 Tata Cara
a.
Isi label benih bentuk biji paling kurang meliputi:
b.
Benih murni
Kadar air
Daya berkecambah
Nomor kelompok benih (lot)
Masa berlaku / tanggal kadaluwarsa.
Warna label
Warna label sesuai kelas benih
Kuning untuk Benih Penjenis.
Putih untuk Benih Dasar.
Ungu muda untuk Benih Pokok.
Biru muda untuk Benih Sebar/Hibrida.
Untuk kemasan dengan ukuran kecil dapat diberi tanda bulatan
dengan warna yang sesuai dengan kelas benihnya, dicetak
langsung/ditempel dipojok atas sebelah kanan pada kemasan
benih.
c.
Label
benih bawang merah umbi berbentuk segi empat,
perbandingan lebar dengan panjang = 1: (2 – 3) dan paling kurang
berisi :
Nama dan alamat produsen
Nomor kompetensi produsen
Jenis tanaman
Varietas
Kelas benih
Volume kemasan
16
d.
e.
f.
Tanggal panen
Tanggal pemeriksaan umbi
Logo dan nama instansi yang melegalisasi label
Pengecekan daya berkecambah
Selama masa berlakunya label harus dilakukan pengecekan daya
berkecambah terhadap kelompok benih yang bersangkutan.
Jangka waktu berlaku label
Masa berlaku label benih bentuk biji dihitung sejak pengujian
terakhir dan tergantung dari masing-masing komoditas serta
kondisi kelompok benih. Sedang untuk masa berlaku label benih
bawang merah biji 12 bulan dari tanggal selesai uji dalam kemasan
aluminium foil atau kaleng dan 6 bulan dalam kemasan plastik.
Jika kadar air turun paling kurang 1 %, maka masa kadaluarsa
menjadi 18 bulan.
Legalitas Label
Benih dalam kemasan yang sertifikasinya dilaksanakan oleh
instansi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi pengawasan
dan sertifikasi benih, legalitas berupa nomor seri label dan
stempel.
g.
h.
Benih dalam kemasan yang sertifikasinya dilaksanakan oleh
produsen yang telah memperoleh Sertifikat Sistem Mutu,
legalitas berupa nomor seri label.
Pemasangan label dilaksanakan oleh produsen.
Pemasangan label yang sertifikasinya dilaksanakan oleh instansi
yang menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi pengawasan dan
sertifikasi benih harus disupervisi oleh Pengawas Benih Tanaman.
Berita acara supervisi pemasangan label menggunakan formulir/
borang model SL 07.
17
IV.
DELEGASI LEGALITAS
Yang dimaksud dengan delegasi legalitas adalah pemberian kewenangan
penggunaan varietas oleh pemilik varietas atau pihak yang diberi kuasa kepada
produsen benih untuk memperbanyak BS. Untuk varietas publik domain, maka
dalam penerbitan Surat Delegasi Legalitas harus ada pendampingan dari pemulia
tanaman bawang merah. Bentuk surat delegasi legalitas seperti pada formulir/
borang model DL 02.
1.
2.
Persyaratan penerima delegasi legalitas
a.
Produsen benih atau instansi pemerintah yang telah memiliki sertifikat
kompetensi atau memiliki sertifikat sistem manajemen mutu di bidang
perbenihan hortikultura;
b.
Memiliki atau menguasai fasilitas pendukung perbanyakan benih
bawang merah kelas BS yang memadai;
c.
Menyediakan SOP perbanyakan benih bawang merah ;
d.
Menguasai SDM yang kompeten di bidangnya;
e.
Bersedia melaksanakan produksi benih sesuai dengan peraturan yang
berlaku ;
f.
Bersedia menjamin mutu benih yang diproduksi; dan
g.
Membuat nota kesepahaman.
Tata cara penerbitan delegasi legalitas
a.
3.
Pemohon mengajukan permohonan secara tertulis kepada pemilik/
kuasa varietas dengan menggunakan formulir/borang DL.01.dilampiri
dengan:
Fotocopy sertifikat kompetensi/Sistem Manajemen Mutu;
Surat pernyataan bersedia melaksanakan produksi dan menjamin
mutu benih sesuai dengan aturan perbenihan;dan
Peta lokasi produksi.
b.
Pemilik/kuasa varietas melaksanakan peninjauan lapangan untuk
memastikan kelayakan produsen.
c.
Delegasi legalitas diterbitkan apabila produsen telah dinyatakan layak.
d.
Masa berlaku delegasi legalitas adalah 2 (dua) tahun .
e.
Peninjauan ulang dilaksanakan setiap 12 bulan sejak penerbitan
sertifikat.
Pemegang delegasi legalitas menerbitkan Surat keterangan BS, paling kurang
berisi nama dan alamat produsen, nama varietas, nomor lot/kode produksi,
PTM yang dicapai dan volume kemasan sebagaimana pada formulir/borang
18
DL 03.Pemberian surat keterangan ini dilakukan untuk setiap
pengeluaran/pengiriman benih. Untuk biji harus dicantumkan tanggal
kadaluarsa, sedangkan untuk umbi harus ditambahkan tanggal panen dan
tanggal pemeriksaan di gudang.
4.
Delegasi legalitas harus dicabut apabila selama masa berlakunya delegasi
legalitas tersebut produsen tidak memenuhi nota kesepahaman atau
melakukan pelanggaran terhadap peraturan perbenihan.
5.
Pemberi delegasi legalitas harus menyampaikan laporan penerbitan atau
pencabutan delegasi legalitas ke Direktur Jenderal Hortikultura melalui
Direktur Perbenihan Hortikultura, paling lama 1 (bulan) setelah penerbitan
atau pencabutan.
19
LAMPIRAN II KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR
: 131/Kpts/SR.130/D/11/2015
TANGGAL
: 16 November 2015
No.
Kode Model
Tentang
1
SP Bwm 01
Permohonan Sertifikasi Benih Bawang Merah
2
SP Bwm 02
Permohonan Pemeriksaan Pertanaman Sertifikasi Benih
Bawang Merah (Bentuk Biji)
3
SP BWm 03
Permohonan Pemeriksaan Pertanaman Sertifikasi Benih
Bawang Merah (Bentuk Umbi)
4
SP Bwm 04
Permohonan Pemeriksaan Umbi di Gudang Sertifikasi
Benih Bawang Merah
5
SP Bwm 05
Permohonan Pengambilan Contoh Benih Untuk Pengujian
di Laboratorium
6
SL Bwm 01
Laporan Pemeriksaan
Bawang Merah
Pendahuluan
Sertifikasi
Benih
7
SL Bwm 02
Laporan Pemeriksaan Pertanaman
Bawang Merah (Bentuk Biji)
Sertifikasi
Benih
8
SL Bwm 03
Laporan Pemeriksaan Pertanaman
Bawang Merah (Bentuk Umbi)
Sertifikasi
Benih
9
SL Bwm 04
Laporan Pemeriksaan Umbi Sertifikasi Benih Bawang
Merah
10
SLBwm 05
Pengiriman Contoh Benih ke Laboratorium
11
SL Bwm 06
Permohonan Registrasi Label Sertifikasi Benih Bawang
Merah
12
SL Bwm 07
Berita Acara Pemasangan Label
13
DL01
Permohonan delegasi legalitas
14
DL 02
Surat Delegasi legalitas
15
DL 03
Surat keterangan BS
16
DL 04
Laporan Penerbitan Delegasi Legalitas
17
DL 05
Laporan Pencabutan Delegasi Legalitas
20
Model SP Bwm 01
Perbanyakan benih
Umbi
Biji
....................,Tanggal .....................................
Kepada Yth,
Kepala BPSB
di .................................
No. Induk
:
MT
:
*)
PERMOHONAN SERTIFIKASI BENIH BAWANG MERAH
Kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama (pemohon)
:
.................................................
Nomor Sertifikat Kompetensi
:
Nama badan usaha
:
.................................................
Alamat
:
Dengan ini kami mengajukan permohonan sertifikasi benih dengan lokasi dan perencanaan seperti di bawah ini :
1.
2.
3.
Lokasi penangkaran
Blok
:
.................................................
Kampung
:
.................................................
Desa
:
.................................................
Kecamatan
:
.................................................
Kabupaten/Kota
:
.................................................
Varietas
:
.................................................
m2/ ha
Luas penangkaran
:
.................................................
Kg/ton**)
Volume benih yang akan ditanam
:
.................................................
Tanggal tanam
:
.................................................
Rencana penangkaran
Benih sumber
bentuk biji **)
4.
Umbi **)
Varietas
:
...............................................
varietas
:
......................................
Kelas benih
:
...............................................
Kelas benih
:
......................................
...............................................
Tanggal panen
:
......................................
Tanaman sebelumnya
Jenis tanaman
:
Varietas
:
Sertifikasi
Ya
No. Sertifikasi
5.
:
Tidak
Lulus
Tidak lulus
...............................................
Lampiran
a)
Peta/denah lokasi penangkaran
b)
Label benih sumber
...................., Tgl ................
Pemohon
(...........................................)
Catatan
*) diisi oleh BPSB, **) : coret yang tidak perlu
diisi tanda V
Tembusan YTH
1. Pengawas Benih Tanaman ...................…........
2. Arsip
1
Model SP Bwm 02
Pemeriksaan
Kepada Yth.
Pertama
Kepala BPSB
di .................................
Kedua
No. Induk
:
MT
:
*)
menjelang panen
Ulangan
PERMOHONAN PEMERIKSAAN PERTANAMAN
SERTIFIKASI BENIH BAWANG MERAH (BENTUK BIJI)
Kami yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama (pemohon)
:………………………….
Nama badan usaha
:…………………………
Alamat
: …………………………
Nomor Sertifkat Kompetensi
: ………………………..
Nomor Tanda Daftar
: ………………………..
Dengan ini kami mengajukan permohonan lapangan sertifikasi benih ………, kelas ……dengan data seperti di
bawah ini,
1. Lokasi penangkaran (disertai peta)
Kampung
: ……………………
Desa
: ……………………
Kecamatan
: ……………………
Kabupaten / kota
: ……………………
2. Luas penangkaran
: …………………... m / ha
3. Benih yang diproduksi
Jenis
Varietas
Kelas benih
BD
: …………………..
: …………………..
4. Isolasi yang digunakan :
Jarak
2
BP
U : ………..m
BR
S : ………..m
T : …………
B : …….m
Waktu …………hari
Barrier ........., baris ............, tanaman….............
Areal kami sudah siap diperiksa tanggal …………….., maka kami mohon dengan hormat bantuannya agar
areal tersebut dapat diperiksa pada tanggal tersebut.
Demikian, atas perhatiannya disampaikan terima kasih.
……….....…, tanggal ……......
Pemohon
(..................………………….)
Catatan
Diisi tanda V
Tembusan Yth,
1. Pengawas Benih Tanaman ...........................................
2. Arsip Propinsi, Satgas/ Instalasi / WKPB
2
Model SP Bwm 03
Pemeriksaan
Kepada Yth.
Pertama
Kepala BPSB
di .................................
Kedua
No. Induk
:
MT
:
*)
menjelang panen
Ulangan
PERMOHONAN PEMERIKSAAN PERTANAMAN
SERTIFIKASI BENIH BAWANG MERAH (BENTUK UMBI)
Kami yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama (pemohon)
:………………………….
Nama badan usaha
:…………………………
Alamat
: …………………………
Nomor Sertifkat Kompetensi
: ………………………..
Nomor Tanda Daftar
: ………………………..
Dengan ini kami mengajukan permohonan lapangan sertifikasi benih ………, kelas ……dengan data seperti di
bawah ini,
1. Lokasi penangkaran (disertai peta)
Kampung
: ……………………
Desa
: ……………………
Kecamatan
: ……………………
Kabupaten / kota
: ……………………
2. Luas penangkaran
: …………………... m / ha
3. Benih yang diproduksi
Jenis
Varietas
Kelas benih
BD
: …………………..
: …………………..
4. Isolasi yang digunakan :
Jarak
2
BP
U : ………..m
BR
S : ………..m
T : …………
B : …….m
Waktu …………hari
Barrier ........., baris ............, tanaman….............
Areal kami sudah siap diperiksa tanggal …………….., maka kami mohon dengan hormat bantuannya agar
areal tersebut dapat diperiksa pada tanggal tersebut.
Demikian, atas perhatiannya disampaikan terima kasih.
……….....…, tanggal ……......
Pemohon
(..................………………….)
Catatan
Diisi tanda V
Tembusan Yth,
1. Pengawas Benih Tanaman ...........................................
2. Arsip Propinsi, Satgas/ Instalasi / WKPB
3
Model SP Bwm 04
Kepada Yth,
Kepala BPSB
di …………………………...........
No. Induk
MT
:
:
PERMOHONAN PEMERIKSAAN UMBI DI GUDANG
SERTIFIKASI BENIH HORTIKULTURA
Kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama (pemohon)
Nama badan usaha
Alamat
: ………………………….. ; Nomor Sertifikat Kompetensi : ………..……………… ;
: ………………………….. ; Nomor Tanda Daftar
: ………..……………… ;
: …………………………..
Dengan ini kami mengajukan permohonan pemeriksaan gudang untuk umbi / rimpang **)
benih………………………..dengan data seperti di bawah ini :
1. Asal Lokasi penangkaran
Kampung
Desa
Kecamatan
Kabupaten
: …………………………..
: …………………………..
: …………………………..
: …………………………..
: …………………………..
2. Luas penangkaran
: ………………………….m / Ha
3. Benih yang akan diproduksi
Jenis
Varietas
Kelas
Nomor kelompok (lot)
Volume benih
: ………………………….
:…………………………..
:
BD
: ………………………..
: ………………………..Kg/ton **)
2
BP
BR
Kelompok benih tersebut di atas telah siap diperiksa pada tanggal ………………………………………..
Kami mohon dengan hormat bantuannya agar dapat dilakukan pemeriksaan umbi / rimpang **) pada
tanggal tersebut.
Demikian, atas perhatiannya disampaikan terima kasih.
………….., tanggal ……...
Pemohon
(………..........…………..)
Catatan
*) Diisi oleh BPSB, **) : coret yang tidak perlu
Diisi tanda V
Tembusan Yth,
1. Pengawas Benih Tanaman .....................…........
2.Arsip
4
Model SP Bwm 05
Kepada Yth,
Kepala BPSB
di …………………………...........
No. Induk
MT
:
:
PERMOHONAN PENGAMBILAN CONTOH BENIH UNTUK PENGUJIAN DI LABORATORIUM
Kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama (pemohon)
Nama badan usaha
Alamat
: ………………………….. ;
: ………………………….. ;
: ………………………….. ;
No. Sertifikat kompetensi : …………………………
Dengan ini kami mengajukan permohonan pengambilan contoh benih di gudang untuk keperluan pengujian di laboratorium
dengan data seperti di bawah ini :
1. Lokasi penangkaran
Kampung
Desa
Kecamatan
Kabupaten
: ……………………………….
: ……………………………….
: ……………………………….
: ………………………………
:………………………………
2. Luas penangkaran
: ………………………………m
3. Benih yang akan diproduksi
Varietas
Kelas
No. kelompok (lot)
Volume benih
Jumlah wadah
: ……………………………...
BD
BP
: …………………………….
: …………………………… Kg
: ……………………….......
2
BR
Kelompok benih tersebut di atas telah siap diambil contohnya pada tanggal ………………………., kami mohon dengan
hormat bantuannya agar dapat dilaksanakan pengambilan contoh tersebut.
Demikian, atas perhatiannya disampaikan terima kasih.
..….., tanggal ……………
Pemohon
(………….............…………..)
Catatan
*) : coret yang tidak perlu
Diisi tanda V
Tembusan Yth,
1. Pengawas Benih Tanaman.....................................
2. Arsip
5
Model SL BWm 01
KOP Instansi penyelenggara pengawasan dan sertifikasi benih hortikultua (BPSB)
LAPORAN PEMERIKSAAN PENDAHULUAN SERTIFIKASI BENIH BAWANG MERAH
1.
2.
3.
4.
Nama pemohon
:
Nama badan usaha
:
Alamat
:
No. Induk
:
MT
:
*)
................................................
Nomor Sertifikasi Kompetensi
:
.....................................
Lokasi penangkaran
Blok
:
.................................................
Kecamatan
:
....................................
Kampung
:
.................................................
Kabupaten/Kota
:
....................................
Desa
:
.................................................
Jenis tanaman
:
.................................................
Varietas
:
...................................
Volume calon benih
:
.................................................
Kg/ton *)
Tanggal perbanyakan
:
.................................................
Rencana penangkaran
Benih sumber
Umbi
Biji
a.
Produsen
:
.................................................
b.
Jumlah
:
.................................................
c.
Kelas benih
:
.................................................
d.
Rekomendasi oleh
:
..............................................
:
..............................................
Kg/ton *)
BPTPH
Nomor surat
5.
Tanaman sebelumnya
6.
Isolasi
:
.................................................
waktu
Barier
Jarak
7.
Persyaratan lain
:
a.
Peta/denah lokasi penangkaran
tersedia
tidak tersedia
b.
Label
tersedia
tidak tersedia
c.
Hasil penangkaran benih
d.
Fasilitas pendukung
Umbi
8
Biji
tersedia
tidak tersedia
Kesimpulan
menuhi /tidak memenuhi persyaratan utuk sertifikasi benih *)
Mengetahui
...................., Tgl ................
Pengawa Benih Tanaman
(...........................................)
(...........................................)
Catatan
*) ; coret yang tidak perlu
diisi tanda V
Tembusan YTH
Arsip provinsi, Satgas.Intalasi/WKB
6
Model Bwm SL02
KOP Instansi penyelenggara Pengawasan dan sertfikasi benih (BPSB)
Pemeriksaan
No. Induk
:
MT
:
Fase vegetatif tanggal………….
Fase generatif tanggal………
Menjelang panen tanggal…….
Ulangan ………………
LAPORAN PEMERIKSAAN PERTANAMAN
SERTIFIKASI BENIH BAWANG MERAH (BENTUK BIJI)
1. Nama (pemohon)
Nama badan usaha
Alamat
Nomor Sertifikat Kompetensi
: ………………………….
: ………………………….
: ………………………….
: ………………………….
2. Lokasi penangkaran
Kampung
Desa
Kecamatan
Kabupaten / kota
: …………………………
: …………………………
: …………………………
: …………………………
: …………………………
3. Benih yang akan diproduksi
Jenis
Varietas
Kelas
Luas penangkaran
: …………………………
: …………………………
BD
: ……………………… m2/ Ha
4. Hasil pemeriksaan :
Umbi
a
Isolasi
:
BP
BR
Biji
Jarak
U…………...
S…………...
B…………...
T …………..
Waktu : ..........hari
Barrier ……...baris, tanaman ..........
b. Varietas lain/tipe simpang ……………%
c.
..................
Serangan OPT
…………………………�