Penyelidikan Dan Eksplorasi Gambut Di Daerah Daha Utara Kab. Hulu Sungai Selatan, Prov. Kalimantan Selatan

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PENYELIDIKAN DAN EKSPLORASI GAMBUT DI DAERAH DAHA UTARA
KAB. HULU SUNGAI SELATAN, PROV. KALIMANTAN SELATAN
J.A. Eko Tjahjono
Kelompok Program Penelitian Energi Fosil
SARI
Daerah penyelidikan dan eksplorasi endapan gambut terletak di Daerah Daha
Utara dan sekitarnya, yang berjarak 165 Km sebelah utara Kota Banjarmasin. Secara
administratif masuk dalam wilayah Kecamatan Daha Utara dan Selatan Kabupaten
Hulu Sungai Selatan, dan Kecamatan Candilaras Utara Kabupaten Tapin, Serta
Kecamatan Kuripan Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan. Secara
geografis daerah penyelidikan dibatasi dengan koordinat 2030’00” sampai 2045’00” LS
dan 114046’00” sampai 115007’00” BT. Luas daerah penyelidikan sekitar 38,5 Km x
27,5 Km.
Geologi regional daerah penyelidikan terletak dalam Cekungan Barito yaitu
pada posisi “Back Arch Basin”. Secara regional, batuan tertua yang terdapat disekitar
daerah tersebut yaitu batuan yang tersingkap disekitar lereng barat Pegunungan
Meratus, terletak disebelah Timur daerah penyelidikan, antara lain terdiri dari batuan
Pra-Tersier dan batuan sedimen Tersier dari Formasi Tanjung, Berai dan Formasi
warukin. Terakhir yaitu endapan batuan Kuarter yang berumur Plistosen dari Formasi

Dahor dan batuan Holosen yang berupa endapan Aluvium, tediri dari endapan pasir,
lempung, sisa-sisa tumbuhan dan endapan gambut yang diendapkan dalam
lingkungan paralic sampai fluviatil. Daerah penyelidikan umumnya didominasi oleh
endapan aluvial sungai dan rawa yaitu sekitar 70%, sedangkan sisanya 30% berupa
endapangambut.
Data fisik gambut di daerah ini berwarna cokelat tua sampai kehitaman, dengan
derajat pembusukan sedang sampai tinggi, yaitu H6 – H8 (Fine hemic - safric) dalam
skala Van Post, kandungan serat umumnya sekitar 5% sampai 10%, sedikit terdapat
serat kayu dan akar, kandungan air cukup tinggi. Tebal maksimum endapan gambut 5
meter lebih.
Hasil rata-rata analisis kimia contoh gambut, menunjukkan bahwa Lembab
Nisbi sekitar 79,30%; Lembab Jumlah 80,96%; Moisture 8,30%; Zat Terbang 50,70%;
Karbon tertambat 17,83%; Abu 23,16%; Total Sulphur 0,39%; Keasaman 4,2; Bulk
Density 0,236 dan Nilai Kalori sekitar 4180 Cal/gr. Kadar abu cukup tinggi,
menunjukkan bahwa endapan gambut di daerah Daha tersebut mempunyai tipe
endapan Topogenous, yang kurang baik sebagai bahan baku energi.
Sumberdaya Tereka endapan gambut kering yang tebalnya lebih besar dari 1
meter di daerah penyelidikan yaitu sekitar 167.677.056 Ton, dengan luas lahan gambut
yang tebalnya lebih dari 1 meter yaitu sekitar 23.342,8 Hektar.


Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

59

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PENDAHULUAN
Latar Belakang.
Mengacu
pada
kebijakan
pemerintah, bahwa komoditi berbagai
macam bahan baku energi di Indonesia,
mempunyai peran yang sangat strategis
dalam pembangunan perekonomian
Indonesia, maka kualitas dan kuantitas
akan keberadaannya harus dicari
mengingat perlunya data-data bahan
energi tersebut. Untuk itu maka harus
selalu diimbangi dengan kegiatan kegiatan pekerjaan yang menyangkut

inventarisasi dan penyelidikan dari
berbagai macam bahan baku energi,
baik melakukan kegiatan yang bersifat
lapangan maupun yang bersifat study
literature. Mengingat akan pentingnya
bahan baku energi alternatip pengganti
minyak bumi, yang salah satunya adalah
endapan
gambut,
yang
mana
keberadaannya cukup melimpah dan
sangat potensial dipakai sebagai bahan
bakar industri.
Untuk merealisasikan kebijakan
pemerintah, yang berdasarkan UndangUndang Pertambangan Nomor 4 Tahun
2010, dan sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi dari Pusat Sumber Daya
Geologi, serta ditunjang dengan adanya
dana dari Anggaran Pemerintah (DIPA)

Tahun Anggaran 2010, maka Pusat
Sumber Daya Geologi berkesempatan
untuk melakukan penyelidikan dan
ekslporasi mengenai endapan gambut di
daerah Daha Utara dan sekitarnya,
Kabupaten
Hulu
Sungai
Selatan,
Provinsi Kalimantan Selatan.
Maksud dan Tujuan.
Dalam rangka merealisasikan
kebijakan
pemerintah,
tentang
diversifikasi penggunaan energi selain
minyak bumi, yang harus terus
digalakkan, agar dapat menunjang
tersedianya kebutuhan energi yang


berkelanjutan, supaya laju pertumbuhan
perekonomian dapat berjalan secara
progresif, oleh karena itu perlu adanya
kegiatan
yang
terarah
mengenai
antisipasi kondisi tersebut, yaitu dengan
melakukan penyelidikan dan ekslporasi
mengenai endapan
gambut
yang
diperkirakan banyak tersebar di wilayah
Kabupaten Hulu Sungai Selatan Provinsi
Kalimantan Selatan, yaitu disekitar
daerah Daha Utara dan sekitarnya.
Penyelidikan ini bertujuan untuk
mengetahui tentang sebaran, ketebalan,
sumberdaya, kualitas, bentuk endapan
gambut dan kondisi geologi gambut serta

kedudukan endapan terhadap muka air
di daerah penyelidikan. Selain hal
tersebut, juga untuk mengetahui data
umum wilayah, seperti infra struktur,
kondisi sosial masyarakat, iklim, curah
hujan, demografi dan hal-hal lain yang
erat
kaitannya
dengan
kegiatan
selanjutnya. Seluruh data yang didapat
diharapkan merupakan data inventarisasi
yang
akan
menunjang
dalam
menentukan kegiatan selanjutnya seperti
prospek
pemanfaatan
dan

pengembangan
penggunaannya
dikemudian hari.
Selain itu, penyelidikan tersebut
berguna untuk penyusunan data base
dan penambahan informasi mengenai
keanekaragaman bahan galian yang
terdapat di daerah tersebut, juga
bertujuan untuk menggali potensi bahan
energi yang mungkin dapat ditemukan
dan dapat dikembangkan sebagai
penunjang pertumbuhan perekonomian
maupun perolehan pendapatan daerah
setempat, serta dapat berguna sebagai
acuan perencanaan pengembangan
wilayah.
Lokasi Daerah Penyelidikan.
Secara
administratif,
daerah

penyelidikan terletak di Kecamatan Daha
Utara
serta
Daha
Selatan
dan

60 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

sekitarnya, yang sebagian besar terletak
di Kabupaten Hulu Sungai Selatan,
sebagian
kecil
masuk
wilayah
Kecamatan Candilaras Utara, Kabupaten
Tapin
dan

Kecamatan
Kuripan,
Kabupaten Barito Kuala, Provinsi
Kalimantan Selatan, yang lokasinya
sekitar 165 Km sebelah Utara Kota
Banjarmasin. ( Gambar 1 ).
Secara
geografi
daerah
penyelidikan terletak diantara aliran
Sungai Barito dengan Sungai Negara,
yang
dibatasi
oleh
koordinat
0
0
115 07’00”
Bujur
114 46’00”sampai

Timur dan 2030’00” sampai 2045’00”
Lintang Selatan. Peta dasar yang
dipergunakan yaitu Peta Jantop, lembar
Paminggir dan Babirik serta peta Rupa
Bumi Bakosurtanal lembar Tumbukan
Banyu dan Rimbun Tulang, Kalimantan.
Sekala 1 : 50.000. Luas daerah
penyelidikan sekitar 38,5 Km Panjang x
27,5 Km Lebar.
Daerah
penyelidikan
dapat
dicapai dari Kota Banjarmasin dengan
menggunakan kendaraan roda empat ke
arah utara, yaitu ke Kota Kandangan
sebagai Ibu Kota Kabupaten Hulu
Sungai Selatan, sejauh 135 Km,
kemudian
diteruskan
ke

daerah
penyelidikan, yaitu di daerah Daha atau
disebut juga daerah Negara sejauh 30
Km, selanjutnya bekerja di lapangan
hanya dengan menggunakan kendaraan
air berupa perahu. Sampai di lapangan
umumnya menyusuri aliran Sungai
Negara dan Sungai Barito beserta anakanak sungainya, seperti Sungai Pandak
Daun, S. Pulatan dan S. Ambahai yang
berada pada bagian timurlaut daerah
penyelidikan. Sungai Kalanglawas dan
S. Kopang berada pada bagian
tenggara. Anak Sungai Ambahai Besar,
S. Bepanggang dan S. Tabatan berada
pada bagian utara dan baratlaut daerah
penyelidikan. Senajutnya Anak Sungai
Manuntung, S. Tabukan dan Anak

Sungai Talaga Batu berada pada bagian
barat
dan
baratdaya
daerah
penyelidikan.
KONDISI GEOLOGI
Geologi Regional.
Geologi
Regional
daerah
penyelidikan terdapat pada peta geologi
lembar
Amuntai,
terletak
dalam
cekungan Barito, yaitu pada posisi “Back
Arch Basin”. Batuan tertua yang dijumpai
disekitar daerah tersebut yaitu batuan
yang berumur Tersier, yang tersingkap
disekitar lereng barat Pegunungan
Meratus, yaitu terletak disebelah Timur Tenggara daerah penyelidikan, antara
lain terdiri dari batuan sedimen PraTersier dan batuan sedimen Tersier dari
Formasi Tanjung, Berai dan Formasi
Warukin. Terakhir yaitu endapan batuan
sedimen Kuarter yang berumur Plistosen
terdapat Formasi Dahor dan pada
Holosen terdapat endapan Aluvium,
yang mana pada endapan aluvium
tersebut
terdapat
endapan
pasir,
lempung, sisa-sisa tumbuhan dan
endapan gambut yang diendapkan
dalam lingkungan paralic sampai fluviatil
(Gambar 2).
Stratigrafi Regional.
Formasi batuan Tersier tertua
yang tersingkap pada Cekungan Barito
disekitar Kabupaten Hulu Sungai Selatan
adalah Formasi Tanjung berumur Eosen,
yang terdiri dari batupasir kuarsa, serpih
dengan sisipan batubara, setempat
sisipan batugamping, tersingkap pada
bagian timur daerah penyelidikan,
sedangkan
formasi-formasi
batuan
lainnya yang tersingkap yaitu Formasi
Berai berumur Oligosen, terdiri dari
napal, batugamping tebal berfosil,
dengan
sisipan
serpih
abu-abu.
Slanjutnya diendapkan Formasi Warukin
Bawah berumur Miosen, terdiri dari

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

61

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

batupasir kapuran berfosil, napal,
batulempung dan batupasir kuarsa,
sedangkan Formasi Warukin Atas terdiri
dari batupasir selingan batulempung
dengan
sisipan
batubara
dengan
ketebalan batubara hingga 20 meter.
Terakhir diendapkan Formasi Dahor
berumur Plistosen, terdiri dari batupasir
tufaan dan konglomerat lepas, lempung,
oksida
besi,
lignitan
abu-abu
kecokelatan.
Terakhir
diendapkan
Satuan endapan permukaan, yang
berupa endapan aluvial dan gambut
(Tabel 1).
Struktur Geologi Regional.
Secara
umum
daerah
penyelidikan
berupa
pedataran,
sedangkan
struktur
geologi
yang
berhubungan dengan kegiatan tektonik,
tidak
dijumpai
di
area
daerah
penyelidikan, akan tetapi disebelah
tenggara wilayah Kabupaten Hulu
Sungai Selatan, terdapat beberapa
struktur sinklin dan antiklin, yang dikenal
dengan nama antiklin Meratus, yang
terdapat di bagian timurlaut Kota
Banjarmasin dan sekitarnya, dengan
sumbu
utama
umumnya
berarah
timurlaut - baratdaya.
Indikasi Endapan Gambut
Potensi
lahan
gambut
di
Indonesia sebanyak 26 juta hektar (
Anderson, 1964) yang merupakan
peringkat
nomer
empat
terbesar
cadangan
gambut
dunia,
dan
berdasarkan kajian pustaka diambil dari
tulisan penyelidikan terdahulu, yaitu
mengenai dataran rendah dan rawarawa sepanjang pantai timur Sumatra
dan pantai barat sampai selatan
Kalimantan yang terbentuk kira-kira 5000
tahun yang lalu, menyebutkan bahwa
wilayah pesisir barat sampai selatan
Pulau Kalimantan umumnya terdiri dari
endapan gambut, seperti halnya di

daerah Penyelidikan disekitar lokasi
daerah Daha Utara di Kabupaten Hulu
Sungai Selatan, dari 40% wilayahnya
didominasi oleh endapan aluvial, gambut
dan rawa, yang sisanya berupa endapan
batuan sedimen Tersier.
Indikasi endapan gambut di
lapangan, yaitu ditandai dengan adanya
morfologi bentang alam pedataran.
Terdapat
rawa-rawa
yang
airnya
berwarna cokelat tua sampai kehitaman,
dengan pola aliran air yang bermeander
dan berawa serta mempunyai ketinggian
permukaan yang hampir datar, yaitu
berkisar dari 2m sampai 8m dari
permukaan air laut. Tanah di daerah ini
umumnya berwarna cokelat tua sampai
kehitaman, sangat lunak dan mudah
ditusuk-tusuk, tanah di daerah tersebut
umumnya kurang subur, meranggas
serta kering dan mudah terbakar pada
musim kemarau, yang disebabkan oleh
turunnya muka air tanah pada endapan
gambut sehingga endapan gambut
menjadi sangat kering. Pada endapan
gambut yang mempunyai ketebalan
kurang dari 1 meter, umumnya dijumpai
sawah ladang penduduk, tetapi pada
endapan gambut yang mempunyai
ketebalan lebih dari 1 meter umumnya
ditumbuhi oleh tanaman semak seperti
rerumputan liar serta perkebunan
tanaman keras seperti kelapa sawit,
hutan alang-alang yang umumnya khas
terdapat di daerah Kalimantan Selatan.
Geologi Daerah Penyelidikan.
Daerah penyelidikan terletak
diantara dua aliran sungai besar, yaitu
Sungai Barito disebelah barat dan sungai
Negara disebalah timur, yang mana
kedua sungai besar tersebut mengalir
dari arah utara ke selatan dan bertemu
pada
bagian
selatan
daerah
penyelidikan.
Penduduk
umumnya
bertempat tinggal disekitar pinggiran
sungai dan danau atau rawa-rawa.

62 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Daerah penyelidikan sebagian besar
tersusun oleh endapan aluvial dan rawarawa, serta sebagian kecil, sekitar 30%
yang berupa endapan gambut yang
berumur Holosen dan berupa pedataran.
Morfologi Daerah Penyelidikan.
Morfologi endapan gambut di
daerah penyelidikan, umum merupakan
pedataran yang berawa dengan pola
aliran sungai yang sedikit berkelok pada
bagian hulu dan bermeander pada
bagian hilir dengan ciri khas airnya yang
berwarna cokelat, umumnya dipakai
sebagai sarana aktivitas penduduk.
Banyak terdapat kanal kanal sekunder
untuk keperluan pengairan persawahan
dan perkebunan serta sebagai sarana
transportasi
penduduk.
Elevasi
ketinggian topografi endapan gambut
berkisar dari 2 meter sampai 8 meter dari
permukaan laut. Pada daerah dataran
yang
begambut
tipis,
umumnya
ditumbuhi oleh tanaman rawa berupa
semak dan lahan persawahan serta
ladang, sedangkan pada daerah tinggian
yang gambutnya lebih tebal, ditumbuhi
oleh tanaman sejenis yaitu jenis alangalang dan perdu. Sebagian dari daerah
tersebut yang bergambut tipis telah
dimanfaatkan penduduk sebagai lahan
perkebunan
kelapa
sawit
dan
perkebunan semangka. Terdapat juga
lahan yang sudah rusak terbengkalai
karena gambutnya sudah habis, yang
sisa hanyalah berupa endapan rawa
yang tidak subur, banjir pada waktu
penghujan serta tandus pada waktu
kemarau.
Stratigrafi Endapan Gambut.
Stratigrafi endapan gambut di
daerah penyelidikan tersebut, hanyalah
berupa unit satuan endapan alluvial
berupa kerikil, pasir, lanau dan sisa
tumbuhan yang berumur Plistosen,
sedangkan unit satuan endapan rawa

berupa lempung halus pada bagian
bawah dan endapan gambut yang
berwarna cokelat tua kehitaman pada
bagian atas yang berumur Holosen (
Tabel 2 ). Pada bagian bawah endapan
gambut mengandung sedikit serat kayu
dan bagian atas mengandung sedikit
akar tanaman
Struktur Geologi Daerah Penyelidikan.
Secara umum struktur geologi
yang berhubungan dengan kegiatan
tektonik pada endapan gambut di daerah
penyelidikan tersebut, tidak dijumpai. Hal
tersebut telah ditunjukkan dengan
adanya struktur sedimen yang berupa
perlapisan sejajar dan relatip tidak
mengalami gangguan tektonik. Adapun
kenampakan morfologi tinggian dan
lembah bukan disebabkan oleh adanya
gejala
struktur
geologi,
namun
disebabkan oleh adanya faktor erosi
permukaan
karena
penurunan
permukaan
air
sungai,
sehingga
dibeberapa tempat terdapat bentuk
seperti perbukitan landai.
HASIL PENYELIDIKAN
Data lapangan.
Hasil penyelidikan lapangan pada
umumnya
merupakan
hasil
dari
pemetaan geologi permukaan hasil dari
pemboran gambut dan hasil analisis
laboratorium. data pemboran endapan
gambut di daerah penyelidikan tersebut,
dibuat dari hasil kegiatan pemboran
tangan
gambut
dan
pengukuran
koordinat serta ketinggian dari setiap
lokasi titik-titik bor. Penempatan lokasi
titik-titik bor di lapangan tersebut
direncanakan dan ditentukan secara
acak dan semi sistematis yang
disesuaikan
dengan
sarana
dan
prasarana yang ada di lapangan, yaitu
dengan cara menyusuri sungai, jalan
setapak, kanal dan paritan, yang

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

63

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

kemudian melakukan pemboran di
pinggir kanal atau paritan tersebut
dengan jarak minimal 25 meter dari sisi
kanal atau paritan tersebut.
Jarak titik-titik antar bor terdekat
yaitu berkisar dari 1500 meter hingga
2000 meter dalam setiap jarak
penyusuran lintasan pemboran. Setiap
titik lokasi bor telah diukur koordinatnya
dengan menggunakan GPS 12CX merek
Garmen dan diukur ketinggiannya dari
permukaan
air
laut
dengan
menggunakan alat ukur altimer SILVA
merek Alba, yang mana mengambil
datum yang ada dari desa Samuda
dengan ketinggian sekitar 2 meter dari
permukaan air laut.
Daerah penyelidikan dialiri sungai
besar utama yaitu Sungai Barito dan
Sungai Negara yang terdapat pada
bagian
barat
dan
timur
daerah
penyelidikan, mengalir dari arah timurlaut
kearah selatan yang dihubungkan
dengan sebuah kanal utama dan
puluhan Kanal sekunder, maka dari
beberapa kanal sekunder dihubungkan
dengan paritan tersier dan jalan setapak.
Kegiatan pemboran gambut di sekitar
daerah penyelidikan telah dilakukan
sebanyak 56 titik lokasi bor gambut
(Gambar 3), yang letaknya kira kira
terdapat pada bagian barat daerah
penyelidikan.
Pemboran
gambut
dilakukan dengan menyusuri sungaisungai sebagai berikut, yaitu menyusuri
aliran Sungai Negara dan Sungai Barito
beserta anak-anak sungainya, seperti
Sungai Pandak Daun, S. Pulatan dan S.
Ambahai yang berada pada bagian
timurlaut daerah penyelidikan. Sungai
Kalanglawas dan S. Kopang berada
pada
bagian
tenggara
daerah
penyelidikan. Anak Sungai Ambahai
Besar, S. Bepanggang dan S. Tabatan
berada pada bagian utara dan baratlaut
daerah penyelidikan. Senajutnya Anak
Sungai Manuntung, S. Tabukan dan

Anak Sungai Talaga Batu berada pada
bagian barat dan baratdaya daerah
penyelidikan.
Sifat Fisik Endapan Gambut.
Kenampakan
fisik
endapan
gambut di daerah penyelidikan, yang
secara megaskopis memperlihatkan
kenampakan sebagai berikut :
Warna, endapan gambut yang
terdapat dekat permukaan, setempat
dijumpai berwarna kehitaman. Warna
hitam diperkirakan karena pengaruh dari
terbakarnya material pembentuk gambut
di permukaan, serta pengaruh dari
derajat pembusukan dan kandungan zat
organik. Selanjutnya di bagian tengah,
umumnya endapan gambut berwarna
cokelat tua kehitaman, warna ini
bergradasi menjadi kehitaman bila
semakin
dekat
dengan
dasar
sedimentasi.
Dasar
sedimentasi
umumnya berupa endapan lempung dan
lanau, berwarna abu-abu gelap, dengan
sisipan tipis berupa laminasi dari
karbonan
sisa
tumbuh-tumbuhan.
Derajat
Pembusukan
(H),
derajat
pembusukan endapan gambut di daerah
tersebut,
teutama
yang
dekat
permukaan,
mempunyai
tingkat
pembusukan relatip sedang, adapun
untuk daerah yang mendekati dasar
cekungan,
derajat
pembusukannya
tinggi. Namun secara umum sebaran ke
arah horisontal tidak memperlihatkan
perubahan perbedaan yang mencolok,
terutama pada bagian tengah yang
mempunyai tingkat pembusukan sedang
sampai tinggi, yang menurut sekala Van
Post yaitu berkisar dari H6 sampai H8,
atau dalam kelompok Fine Hemic
sampai Safric dengan kandungan serat
berkisar dari 5% - 10%.
Kandungan kayu (W), kandungan
kayu dalam satu sekuen dari atas
sampai ke bawah dalam suatu endapan
gambut yaitu hampir tidak ada dan

64 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

homogen, kandungan kayu dijumpai
pada bagian bawah dalam jumlah yang
relatip sangat sedikit dibandingkan pada
bagian atas, hal ini dipengaruhi oleh
faktor
derajat
pembusukan
serta
kecepatan
pembentukan
gambut,
biasanya kayu yang terdapat dibawah
muka air tanah, lebih cepat mengalami
proses penggambutan, sedangkan kayu
yang terdapat diatas muka air tanah
mengalami pembusukan. Kandungan
kayu di daerah ini diperkirakan kurang
dari 5%. Kandungan Akar (R), umumnya
dijumpai pada bagian atas dalam
endapan gambut, tetapi jumlahnya tidak
banyak, yaitu berkisar dari 5% sampai
10%. Akar ini diperkirakan berasal dari
tumbuhan baru yang baru tumbuh diatas
tanaman lama yang sudah hancur.
Kandungan Air (M), kandungan
air atau kelembaban berkaitan erat
dengan kondisi muka air tanah. Gambut
yang terdapat diatas muka air tanah
biasanya
mempunyai
kelembaban
sekitar 85% sampai 90%, sedangkan
yang terdapat dibawah muka air tanah
biasanya mempunyai kelembaban lebih
besar dari 90%. Kondisi kandungan air
tersebut juga dipengaruhi oleh keadaan
cuaca pada saat pengambilan contoh di
lapangan.
Interpretasi model dari endapan
gambut, sementara ini hanya sematamata berdasarkan rekontruksi dari hasil
pemboran
gambut,
yang
dapat
direkontruksi dan diketahui dari hasil
penampangan isopah dari endapan
gambut yang berbentuk dom yang
cembung kebawah dan sedikit keatas,
yang menyebar agak memanjang ke
arah Timurlaut – Baratdaya
Kualitas Endapan Gambut.
Secara megaskopis, endapan
gambut berwarna cokelat tua kehitaman,
dengan derajat pembusukan di daerah
tersebut relatip tinggi. Kandungan kayu

dan akar dalam satu sekuen dari atas
sampai ke bawah yaitu tidak homogen
dan relatip sedikit. Kandungan air atau
kelembaban cukup besar. Analisis kimia
dan fisika contoh endapan gambut
dilakukan secara komposit, adapun jenis
pengerjaan analisis kimia dan fisika
contoh gambut di laboratorium dengan
parameternya yang akan diuji yaitu:
Lembab Nisbi (LN), Lembab Jumlah (LJ),
Persentasi Air Tertambat (M), Zat
Terbang (VM), Karbon Tertambat (FC),
Kandungan Abu (Ash), Sulfur Total (S),
Bulk Density (BD), Nilai Kalori (CV) dan
Keasaman
(pH).
Adapun
contoh
endapan
gambut
yang
diuji
di
laboratorium yaitu berjumlah 15 buah
contoh gambut, yang mana lokasi
pengambilannya
diperkirakan
dapat
mewakili
daerah
tersebut
secara
proporsional, yaitu diambil dari setiap
perubahan ketebalan endapan gambut
pada setiap aliran sungai, yang mana
contoh gambut tersebut dicampur dari
bagian atas sampai bawah pemboran
secara komposit. Kode contoh gambut
yang dianalisis adalah sebagai berikut :
DH-07, DH-08, DH-11, DH-13, DH-17,
DH-24, DH-28, DH-30, DH-32, DH-36,
DH-41, DH-47, DH-48, DH-49, DH-53.
Hasil analisis kimia dan fisika
pada contoh endapan gambut di daerah
penyelidikan adalah seperti tertera pada
tabel 3,4 dan 5. Dengan rata-rata hasil
analisis gambut yaitu : (LN) 79,30%; (LJ)
80,96%; (M) 8,30%; (VM) 50,70%; (FC)
17,83%; Abu 23,16%; (S) 0,39%; (pH)
4,2; (BD) 0,236 dan (CV) 4180 Cal/gr.
Hasil analisis kimia dan fisika
endapan gambut di sekitar daerah Daha
tersebut menunjukkan kadar kandungan
abu yang relatip cukup tinggi, bila
dibandingkan dengan kandungan abu
endapan gambut pada umumnya di
Kalimantan, oleh karena itu, endapan
gambut di daerah tersebut adalah
termasuk
tipe
endapan
gambut

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

65

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Topogenous,
yaitu
terbentuknya
endapan gambut di daerah tersebut,
nutrisinya sangat dipengaruhi oleh
campuran endapan air permukaan yang
diperkirakan berasal dari genangan
banjir Sungai Barito yang berada di
sebelah barat dan tidak jauh dari
akumulasi endapan gambut tersebut.
Sumberdaya Endapan Gambut.
Berdasarkan hasil olah data
lapangan, maka data ketebalan endapan
gambut dari lokasi titik-titik bor, yang
menghasilkan sebaran dan gambaran
isopach
endapan
gambut
yang
berinterval 2 meter, sehingga dapat
diketahui bahwa endapan gambut di
daerah tersebut mempunyai model
endapan yang berbentuk kubah yang
mempunyai ketinggian sekitar 2 meter
sampai 8 meter diatas muka air laut dan
mempunyai ketebalan hingga lebih dari 5
meter, maka Sumberdaya Tereka
endapan gambut yang tebalnya lebih
besar dari 1 meter di daerah
penyelidikan tersebut dapat dihitung.
Perhitungan tonase sumberdaya
endapan
gambut
kering
tersebut
dilakukan berdasarkan perkalian Volume
Gambut basah dengan besaran Bulk
Density, sedangkan Volume Gambut
basah diperoleh dari perkalian Luas
antar Isopach sebaran gambut dikalikan
dengan ketebalan rata-rata antar isopach
tersebut. Luas daerah sebaran endapan
gambut yang mempunyai ketebalan lebih
besar dari 1 meter di sekitar daerah
penyelidikan yaitu 710.496.000 m2 atau
sekitar 23.342,8 Hektar. Maka hasil
perhitungan
Sumberdaya
Tereka
endapan gambut kering yaitu sekitar
167.677.056 Ton, dengan besaran dari
Bulk Density rata-rata yaitu sekitar 0,236.
Keterangan lain mengenai perhitungan
Sumberdaya endapan gambut tersebut
dirangkum dan ditabulasikan seperti
dalam tabel 6.

Prospek
Pemanfaatan/Pengembangannya
Prospek
pemanfaatan
dan
pengembangan
endapan
gambut,
mengingat sebaran lahan gambut yang
relatif tidak luas di daerah ini, maka
pemanfaatan lahan gambut tersebut
dapat dibagi menjadi 3 kelompok zona
daerah berdasarkan ketebalannya, yaitu
:
Kelompok pertama, daerah lahan
gambut yang mempunjai ketebalan
gambut kurang dari 1 meter, disarankan
dapat
digunakan
sebagai
lahan
pemukiman penduduk dan persawahan,
karena daerah ini sebagian besar terdiri
dari endapan alluvial dan gambut tipis.
Pembuatan bangunan di daerah ini akan
lebih stabil bila dibandingkan dengan
daerah lainnya, dan persawahan akan
lebih baik karena mengandung nutrisi
yang cukup.
Kelompok kedua, daerah lahan
gambut yang mempunyai ketebalan
gambut berkisar dari 1 meter hingga 2
meter, disarankan dapat digunakan
sebagai lahan perkebunan, terutama
tanaman keras seperti kelapa sawit,
karet dan kayu-kayuan lainnya, karena
akar tanaman keras tersebut masih bisa
mencapai pada lapisan sedimen yang
berada dibawah lapisan gambut bila
sistem pengairannya baik.
Kelompok ketiga, daerah lahan
gambut yang mempunyai ketebalan
gambut lebih dari 2 meter dan posisinya
berada diatas muka air laut, disarankan
dapat dimanfaatkan untuk bahan baku
industri atau sebagai bahan baku energi
industri yang berupa briket dan
sebagainya, karena menurut hasil
analisis megaskopis gambut di daerah ini
adalah baik untuk bahan baku energi
dan media tanaman, disarankan pula bila
ketinggian gambut dibawah atau sama
dengan permukaan air tanah, sebaiknya

66 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

lahan gambut ini baik untuk konservasi
alam
guna
menjaga
ekosistem
lingkungan air tanah dan sebagainya.
Kegunaan gambut yaitu dapat
dimanfaatkan pada berbagai keperluan
seperti bahan bakar dan bahan dasar
industri. Sebagai bahan bakar bisa
berupa sod peat dan milled peat, yang
kemudian dapat dikembangkan lagi
menjadi briquettes, pellets, gas dan
lainnya. Bahan bakar ini dapat
digunakan
untuk
industri
seperti
pembangkit tenaga listrik, semen,
keramik, gelas atau dipakai untuk
keperluan rumah tangga. Sebagai bahan
dasar
industri,
gambut
dapat
menghasilkan bahan-bahan tertentu
setelah mengalami proses tertentu pula,
seperti untuk lumpur pemboran, pelarut
plastik, karbon aktip yang berporosity
tinggi, macam-macam gas, lilin, bahan
penyerap (air, protein, sulfat dan
pewarna), bila ditambah sodium sulfat
dapat menyerap logam berat (Air raksa,
Pb, Cd), dengan menambah unsur
tertentu gambut dapat dipakai sebagai
pupuk, dan serat-serat gambut dapat
dipakai sebagai boart.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan.
1. Kenampakan megaskopis,
endapan gambut di daerah ini berwarna
cokelat tua kehitaman, dengan tingkat
pembusukan sedang sampai tinggi, H6 –
H8 (fine hemic - safric), kandungan serat
umumnya sekitar 5% sampai 10%,
sedikit terdapat serat kayu dan akar,
kadar kandungan air umumnya cukup
tinggi. Ketebalan endapan gambut
mencapai lebih dari 5 meter. Posisi
dasar endapan gambut mencapai 2
meter diatas permukaan air laut,
sedangkan posisi puncak endapan
gambut bisa mencapai 8 meter. dengan
bentang alam umumnya pedataran dan

di beberapa tempat bermorfologi sedikit
berundulasi lemah.
2. Data analisis laboratorium
digunakan untuk mengetahui kualitas
endapan gambut, secara tidak langsung
akan berpengaruh pula terhadap jumlah
sumberdaya gambut kering, serta untuk
penentuan
pemanfaatan
endapan
gambut tersebut. Kadar abunya yang
relatif cukup tinggi, menunjukkan bahwa
endapan gambut tersebut mempunyai
tipe topogenous.
3. Sumberdaya Tereka endapan
gambut yang mempunyai ketebalan lebih
besar dari 1 meter di daerah
penyelidikan tersebut yaitu sekitar
167.677.056 Ton gambut kering, dengan
Bulk Density rata-rata yaitu sekitar 0,236.
Luas
lahan
gambut
di
daerah
penyelidikan yang ketebalannya lebih
dari 1 meter yaitu sekitar 23.342,8
Hektar, menyebar menyerupai bentuk
elip yang bersumbu memanjang ke arah
timurlaut – baratdaya, dan bergeometri
cembung.
4. Potensi utama bahan galian
yang terdapat di daerah penyelidikan
adalah endapan gambut, sebab selain
ketebalan gambut yang mencapai lebih
besar dari 5 meter, juga penyebarannya
menebal pada bagian tengah-barat
daerah penyelidikan, serta mempunyai
bentuk geometri dan model endapan
gambut yang menyerupai kubah atau
dome, yang posisi umumnya terletak 2
meter di atas permukaan air laut,
sehingga sangat memungkinkan lahan
gambut tersebut untuk dimanfaatkan
atau
dikembangkan
lebih
lanjut
penggunaannya.
Saran .
Beberapa
hal
yang
harus
diperhatikan
yaitu,
bahwasanya
eksploitasi endapan gambut disarankan
hanya pada daerah lahan gambut yang
ketebalannya di atas 2 meter dengan

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

67

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

posisi diatas permukaan air laut, dan
mempertimbangkan
keseimbangan
ekosistem air tanah. Mengingat kadar
abunya tinggi maka gambut tersebut
kurang baik untuk bahan bakar energi.
DAFTAR PUSTAKA
A.J.P. Goret,1983; General Studies of Mires; Swamp, Bog, Fen and Moor
(Ecosystems of The World 4A), Elsevier Scentific Publisahing Company, Amsterdam
– Ox for A New York.
Anderson, J. A. R. , 1964. The Structure And Development Of The Peat
Swamps Of Serawak And Brunei. Journal of Tropical Geography. vol. 18, 1964.
Diemont, W.H., and Supardi, 1986: Genesis of Indonesia Lowland Peats and
Possibilities for Development. Symposium and exhibition lowland development in
Indonesia, Jakarta. University of Illinois, Urbana,Illinois.
Euroconsult,(1984): Preliminary Assestment of Peat Development Potential.
Final Report Euroconsult, Ahrnem, The Netherland.
Geyh, H.R, Kudras Streif, H, (1974):Global changes in post Glacial Sea Level.
A Memorial Calculation Quartenary Research P.264-287.
N. Sikumbang dan R. Heriyanto, (1994) Peta Geologi lembar Amuntai,
Kalimantan Selatan Sekala 1 : 250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Bandung.
Shell International,
(1983) :
Utilization
of
PowerGeneration. Shell International Petroleum, London. .

Indonesian

Peat for

Supardi, 1983; Kegunaan gambut dan perkembangannya di Indonesia,
Direktorat Sumber Daya Mineral, Bandung.
Tim Penyusun, (2005). Konsep Pedoman Teknis Eksplorasi Endapan Gambut,
Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung

68 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

DAERAH PEN Y ELI DI K AN

Gambar 1. Peta Lokasi Penyelidikan Endapan Gambut Daerah Daha Utara
Dan sekitarnya, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan.

DAERAH PENYELIDIKAN

Gambar 2. Geologi Regional di Sekitar Lokasi Daerah Penyelidikan
Pada Peta Geologi Lembar Amuntai, Kalimantan Selatan

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

69

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Gambar 3 . Peta Lokasi Bor Gambut dan sebaran endapan Gambut

70 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Tabel 1. Stratigrafi Regional Formasi Batuan Sekitar Daerah Penyelidikan.
Zaman

Kala

Formasi

Lingk.

Lithologi

endapan

Gambut, sisa tumbuhan, lempung, pasir

Holosen

Aluvium

Paralic

dan lanau.
Berupa endapan sungai dan rawa

Kuarter

Batupasir tufaan dan konglomerat lepas,

Plistosen

Dahor

lempung, oksida besi, lignitan abu-abu

Fluviatil

kecokelatan.

Warukin

Pliosen

Atas
Warukin

Miosen

Bawah

Tersier
Oligosen

Berai

Eosen

Tanjung

Batupasir selingan batulempung dengan

Darat-

Sisipan batubara hingga 20 meter
Batupasir

kapuran

berfosil,

laut
napal,

Laut

batulempung dan batupasir kuarsa
Napal, batugamping massif, tebal, berfosil

Laut

Sisipan serpih abu-abu.
Batupasir kuarsa, serpih dengan sisipan

Darat-

batubara, setempat sisipan batugamping

laut

Tabel 2. Stratigrafi Endapan Gambut di Daerah Penyelidikan
UMUR
HOLOSEN

UNIT SATUAN
GAMBUT
LEMPUNG, LANAU

KUARTER

LINGKUNGAN
ENDAPAN RAWA

LANAU

PLISTOSEN

PASIR

ENDAPAN ALUVIAL

KERIKIL

.

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

71

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Tabel 3. Hasil Analisis Kimia/Fisika Contoh Gambut yang diambil dari
Lokasi DH-07, DH-08, DH-11, DH-13, DH-17.
KODE CONTOH
ANALYSIS

UNIT

BASIS

Lembab Nisbi

%

Lembab Jumlah

DH-07

DH-08

DH-11

DH-13

DH-17

ar

79,48

79,43

79,07

79,32

79,02

%

ar

81,18

81,12

80,78

81,06

80,76

Moisture

%

adb

8,29

8,23

8,18

8,39

8,31

Volatile Matter

%

adb

50,71

50,90

51,18

50,64

50,67

Fixed Carbon

%

adb

18,32

18,24

18,36

17,91

17,84

Ash

%

adb

22,68

22,63

22,28

23,06

23,18

Total Sulphur

%

adb

0,41

0,38

0,39

0,39

0,38

Bulk Density

adb

0,25

0,22

0,23

0,24

0,23

pH

adb

4,5

4,0

4190

4190

PROXIMATE

Calorific value

Cal

/ adb

gr

72 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

4,0

4,0

4,0

4203

4171

4160

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Tabel 4. Hasil Analisis Kimia/Fisika Contoh Gambut yang diambil dari
Lokasi DH-24, DH-28, DH-30, DH-32, DH-36.
KODE CONTOH
ANALYSIS

UNIT

BASIS

Lembab Nisbi

%

Lembab Jumlah

DH-24

DH-28

DH-30

DH-32

DH-36

ar

79,07

78,85

80,37

80,36

79,30

%

ar

80,81

80,63

81,85

81,83

81,04

Moisture

%

adb

8,29

8,40

7,56

7,46

8,42

Volatile Matter

%

adb

51,02

50,72

49,81

49,41

50,78

Fixed Carbon

%

adb

18,10

17,66

16,55

16,39

18,13

Ash

%

adb

22,59

23,22

26,08

26,74

22,67

Total Sulphur

%

adb

0,38

0,39

0,27

0,36

0,41

Bulk Density

adb

0,25

0,24

0,24

0,23

0,24

pH

adb

4,0

4,0

4,5

4,5

4,5

4183

4140

4122

4071

4180

PROXIMATE

Calorific value

Cal

/ adb

gr

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

73

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Tabel 5. Hasil Analisis Kimia/Fisika Contoh Gambut yang diambil dari
Lokasi DH-41, DH-47, DH-48, DH-49, DH-53.
KODE CONTOH
ANALYSIS

UNIT

BASIS

Lembab Nisbi

%

Lembab Jumlah

DH-41

DH-47

DH-48

DH-49

DH-53

ar

78,63

79,08

79,12

79,32

79,16

%

ar

80,49

80,85

80,91

81,12

80,96

Moisture

%

adb

8,69

8,48

8,55

8,70

8,64

Volatile Matter

%

adb

50,55

51,01

50,82

51,13

51,15

Fixed Carbon

%

adb

18,17

18,05

18,08

17,78

17,93

Ash

%

adb

22,59

22,46

22,53

22,39

22,28

Total Sulphur

%

adb

0,43

0,42

0,45

0,45

0,36

Bulk Density

adb

0,24

0,24

0,24

0,23

0,23

pH

adb

5,0

4,0

4,0

4,0

4,0

4155

4177

4174

4176

4187

PROXIMATE

Calorific value

Cal

/ adb

gr

Tabel 6. Perhitungan Sumberdaya Tereka Endapan Gambut Daerah Daha Utara.
Isopach

Tebal

No
(m)

(m)

1

1-3

2
3

Luas
2

Volume
3

Bulk

Sumberdaya

Density

(ton)

(m )

(m )

2

125.282.000

250.564.000

0,236

59.133.104

3-5

4

80.798.000

323.192.000

0,236

76.273.312

>5

5

27.348.000

136.740.000

0,236

32.270.640

233.428.000

710.496.000

0,236

167.677.056

Jumlah

74 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi