PENGUKURAN LAJU KOROSI BAJA GALVANIS PREMIUM DAN PERTAMAX DENGAN METODE AMERIKA STANDARD TESTING DAN MATERIAL D-130 DI SPBU PERTAMINA SURABAYA.

PENGUKURAN LAJ U KOROSI BAJ A GALVANIS PREMIUM
DAN PERTAMAX
DENGAN METODE AMERIKA STANDARD TESTING DAN
MATERIAL D-130
DI SPBU PERTAMINA SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :

SETIYO WIBOWO
0832015006

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


SKRIPSI
PENGUKURAN LAJ U KOROSI BAJ A GALVANIS PREMIUM
DAN PERTAMAX
DENGAN METODE AMERIKA STANDARD TESTING DAN
MATERIAL D-130
DI SPBU PERTAMINA SURABAYA

oleh :
SETIYO WIBOWO
NPM. 0832015006

Telah Diper tahankan Dihadapkan
Dan Diter ima Oleh Tim Penguji Skr ipsi
Pada Tanggal 25 Oktober 2012
Tim Penguji

Pembimbing I

1.

Enny Ariyani,ST.MT.
NPY. 3700 9950 0411

Ir. Hari Purwoadi, MM.
NIP. 19560717 198703 1001

2.
Pembimbing II

Ir. Budi Santoso, M. MT.
NIP. 19561205 198703 1001
3.
Ir. Hari Purwoadi, MM.
NIP. 19560717 198703 1001

Ir, Akmal Suryadi, MT.
NIP. 19650112 199003 1001

Mengatahui,
Dekan Fakultas Teknologi Industri

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Ir. Sutiyono, MT.
NIP.19600713 198703 1001
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PENGUKURAN LAJ U KOROSI BAJ A GALVANIS PREMIUM
DAN PERTAMAX
DENGAN METODE AMERIKA STANDARD TESTING DAN
MATERIAL D-130
DI SPBU PERTAMINA SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
J urusan Teknik Industri

Oleh :


SETIYO WIBOWO
NPM. 0832015006

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN”J AWA TIMUR
2012
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan berkat
rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan kerja praktek dengan
baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan laporan ini berdasarkan pengamatan selama PKL dengan
kata-kata, informasi yang penyusun peroleh dari pembimbing lapangan dan dari para
staf operasional dilapangan dan Dosen pembimbing kerja praktek, juga dari literature

yang ada.
Atas terselesaikannya pelaksanaan kerja praktek dan terselesainya
penyusunan laporan kerja praktek ini, maka penyusun menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN
"Veteran" Jawa Timur.
2. Bapak DR.Ir. Minto Waluyo, MM, selaku sekretaris jurusan Teknik Industri
UPN "Veteran" Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Pailan,M,pd , selaku dosen pembimbing yang telah membimbing
kami dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini.
4. Bapak Hari Porwoadi, MM selaku dosen penguji yang telah meluangkan
waktunya untuk menguji Laporan Kerja Praktek ini.
5. Bapak Wawan , selaku pembimbing Lapangan Kerja Praktek di UD.
JESSLYNCOM.

i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6. Segenap Staf di UD. JESSLYNCOM

7. Kedua orang tua saya tersayang yang selalu senantiasa menasehati, membimbing,
dan memberikan arahan yang baik serta selalu mendoakan saya.
8. Terima kasih buat semua pihak yang terkait baik secara langsung maupun tidak
langsung yang terlibat dalam pembuatan atau penyelesaian laporan ini yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu.
Penyusun menyadari bahwa penulisan laporan Kerja Praktek Lapangan
ini masih jauh dari sempurna, baik isi maupan penyajian. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun akan penyusun terima dengan senang hati.
Akhir kata semoga Laporan Kerja Praktek Lapangan ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan semoga Tuhan
Yang Maha Esa memberikan rahmat dan berkat kepada semua yang telah
memberikan bantuan kepada penyusun, Amin.

Surabaya, 17 april 2012

Penulis

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ………………………………………………………...… i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. iv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………...… ix
BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang …………………….………………………………. 1
1.2.Tujuan dan Manfaat ……………………………...………………... 3
1.3.Ruang Lingkup …………………………………………….…........ 4
1.4.Sistematika Penulisan ………………………………….………….. 4

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA
2.1.Tinjauan Perusahaan ……………………………………………… 6
2.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ……………………………….. 6

2.1.2.Struktur Organisasi Perusahaan …………………………… 6
2.1.3. Deskripsi Tugas …………………………………………… 7
2.1.4. Visi dan Misi Perusahaan ………………………………… 7
2.1.5. Visi Perusahaan …………………………………………… 7
2.1.6. Misi Perusahaaan ………………………………………….. 7
2.2. Landasan Teori ………………………………………………….. 7

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.1. Penjualan ………………………………………………….. 7
2.2.2. E-Commerce ……………………………………………… 7
2.2.2.1. Mekanisme E-commerce ………………………….. 8
2.2.2.2. Fitur – fitur E-commerce ………………………….. 8
2.2.2.3. Manfaat E-Commerce ……………………………… 8
2.2.2.4. Kekurangan E-commerce …………………………… 8
2.2.2.5. Jenis – jenis E-commerce ……………………………. 8
2.2.3. Metode Pembayaran ………………………………………… 9
2.2.3.1. Pembayaran Offline ………………………………… 9
2.2.3.2. Pembayaran Online (Pay pad) ……………………… 9

2.2.4. Internet ……………………………………………………… 9
BAB III

SISTEM PRODUKSI
3.1.Bahan Baku ……………………………………………………….. 10
3.2.Mesin dan Peralatan …………………………………...………….. 11
3.2.1. Pelayanan Terhadap Konsumen …………………………….. 11
3.2.2. Pelayanan Purna Jual ……………......................................... 11
3.2.3. Kelengkapa Barang ………………………………………… 11
3.2.4. Harga Yang Kopentitip ……………………………………. 11
3.2.5. Garansi………………………………………………………. 11
3.2. 6. Pengetahuan tentang Berbagai Produk …………………….. 11
3.2.7. Kontak dan Custumer Servise ……………………………… 11

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.3. Tenaga Kerja …………………………………………………….. 12
3.3.1. Jumlah Tenaga Kerja …......................................................... 12
3.4. Lingkungan Kerja ………………………………………………… 13

3.4.1.Kebisingan ………………………………………………….. 13
3.4.2.Suhu ……………………………………………..…….……. 14
3.4.3.Pencahayaan ………………………………………..…..…… 14
3.4.4. LIstrik ……………………………………………………….. 15
3.4.5. Limbah ………………………………………………………. 15
3.5. Metode Kerja ……………………………………………………… 16
3.6. Proses Operasional ……………………………………………….. 17
3.6.1. Proses Penyedian barang …………………………………… 17
3.6.2. Proses Transaksi ……………………………………………. 18
3.7. Produk …………………………………………………………….19
BAB IV

MANAJEMEN PERGUDANGAN DI UD. JESSLYNCOM
4.1. Tujuan Pergudangan di UD. Jesslyncom ………………………… 20
4.2. Sasaran Manajemen Pergudangan ………………………………. 20
4.3. Sistem Pengadaan Bahan ………………………………………… 21
4.4. Sistem Dan Prosedur Penyimpanan Barang ……………………… 22
4.5. Sistem Dan Prosedur Pengeluaran Bahan baku …………………. 22
4.6. Metode Penyimpanan ……………………………………………. 23


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB V

PEMBAHASAN
5.1.Perencanaan Produksi …………………………………………….. 24
5.2.Macam – macam Sistem Produksi …………………….………….. 25
5.3. Manajemen Pergudangan ………………………………………… 26

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ……………………………………………….............. 27
6.2 Saran ………………………………………………….…………... 28

DAFTAR PUSTAKA

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR LAMPIRAN

1. Sistem Antrian di UD. Jesslyncom

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAK

Penggunaan logam dalam perkembangan teknologi dan industri sebagai
salah satu material penunjang sangat besar peranannya, akan tetapi dalam
kehidupan sehari-hari banyak faktor yang menyebabkan daya guna logam
menurun salah satunya adalah korosi. Korosi adalah penurunan mutu logam
akaibat reaksi kimia maupun elektrokimia. Logam Baja Galvanis sering
digunakan untuk membuat tangki penampung BBM (Bahan Bakar Minyak)
khususnya Premium dan Pertamax serta kasus yang terjadi di lapangan tangki
tersebut mengalami korosi. Untuk itu, perlu dilakukan pengukuran laju korosi
(mm/year) untuk mengetahui seberapa besar laju korosi yang terjadi pada baja
galvanis di media Premium dan Pertamax.
Alat uji laju korosi yang dapat digunakan adalah copper strip corrosion
yang menggunakan metode ASTM D-130. Penelitian yang dilakukan adalah
penelitian eksperimen menggunakan variabel terikat laju korosi, berat spesimen,
tabel warna tembaga standar ASTM D-130. Variabel bebas adalah media
pengkorosi yaitu Premium dan Pertamax, variasi temperatur 40°C, 60°C, 80°C,
dan 100°C, serta waktu pengujian 1 jam dan 2 jam. Ukuran baja Galvanis 50 mm
x 15 mm x 2 mm, Data yang di analisis adalah selisih berat (Δ W), laju korosi, dan
membandingkan warna tembaga indikator dengan tabel warna tembaga standar
ASTM D -130.
Dari hasil pengujian didapatkan hasil sebagai berikut : besar laju korosi
(mm/year) pada media Premium lebih besar dari pada di media Pertamax. Pada
temperatur pengujian 100°C dan waktu 1 jam, laju korosi pada media Premium
maksimal sebesar 0,2442 mm/year, korosi identifikasi warna tembaganya
golongan 1b, pada media Pertamax maksimal sebesar 0,1832 mm/year, korosi
identifikasi warna tembaganya golongan 1b. Sedangkan pada waktu 2 jam, laju
korosi pada media Premium maksimal sebesar 0,2747 mm/year, korosi
identifikasi warna tembaganya 2a, pada media Pertamax maksimal sebesar 0,2137
mm/year, korosi identifikasi warna tembaganya golongan 2a. Laju korosi di
media premium lebih besar dari pada media pertamax. Salah satu faktor yang
mempengaruhi adalah nilai RON (Research Octane Number), semakin tinggi nilai
oktan dari bahan bakar maka kandungan Sulfur (S) dan Timbal (Pb) semakin
rendah.
Kata kunci: premium, pertamax, laju korosi, temperatur

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ix

ABSTRAC

The use of metal in the industrial and technological development as one of
the supporting material is very large role, but in everyday life are many factors
that cause the metal to power down one of which is corrosion. Corrosion is the
deterioration of metal akaibat chemical reactions and electrochemistry.
Galvanized steel metal often used to make fuel tanks (fuel oil), especially
Premium and Pertamax and cases that occurred in the field is experiencing tank
corrosion. For it is necessary to measure the corrosion rate (mm / year) to find out
how much the rate of corrosion occurring on galvanized steel in the media
Premium and Pertamax.
Corrosion rate of test equipment that can be used is a copper strip
corrosion using ASTM method D-130. Research is carried out experimental
studies using a variable rate of corrosion, the weight of the specimen, the copper
color chart standard ASTM D-130. The independent variable is the media
pengkorosi the Premium and Pertamax, variations in temperature of 40 ° C, 60 °
C, 80 ° C and 100 ° C, as well as testing time 1 hour and 2 hours. Galvanized steel
size 50 mm x 15 mm x 2 mm, data in the analysis is the weight difference (Δ W),
the corrosion rate, and compare the indicator with a copper color copper color
chart standard ASTM D -130.
From the test results obtained the following results: a large corrosion rate
(mm / year) on the Premium media is greater than in the media Pertamax. At
testing temperatures of 100 ° C and 1 hour, the rate of corrosion in the media at a
maximum of 0.2442 mm Premium / year, the color of copper corrosion
identification 1b group, at a maximum of media Pertamax 0.1832 mm / year, the
color of copper corrosion identification of groups 1b . While at the time of 2
hours, the corrosion rate on Premium media at a maximum of 0.2747 mm / year,
corrosion of the copper color identification 2a, the media Pertamax maximum of
0.2137 mm / year, corrosion of the copper color of the identification of class 2a.
The rate of corrosion in the media premium is greater than the media pertamax.
One of the factors that affect the value of RON (Research Octane Number), the
higher the octane rating of fuel then the content of sulfur (S) and Lead (Pb) is
getting low.
Key words: premium, pertamax, corrosion rate, temperature

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

x

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Penggunaan logam dalam perkembangan teknologi dan industri sebagai

salah satu material penunjang sangat besar peranannya, akan tetapi dalam
kehidupan sehari-hari banyak faktor yang menyebabkan daya guna logam
menurun. Salah satu penyebab hal tersebut adalah terjadinya korosi pada logam.
Korosi merupakan kerusakan material yang disebabkan oleh pengaruh
lingkungannya. Proses korosi yang terjadi disamping oleh reaksi kimia juga
diakibatkan oleh proses elektrokimia. Lingkungan yang berpengaruh dapat berupa
lingkungan asam, embun, air tawar, air laut, air danau, air sungai, dan air tanah.
Secara umum korosi merupakan proses dimana logam berubah bentuk
kimiawinya akibat bereaksi dengan zat kimia dilingkungan. Umumnya semua
logam larut didalam air, biasanya daya larut lambat, logam besi waktu direndam
dalam air melepaskan sebagian elemennya untuk larut dalam air. Berdasarkan
reaksi kimia secara langsung, dan reaksi elektrokimia. Korosi dapat terjadi
didalam medium kering dan juga medium basah. Sebagai contoh korosi yang
berlangsung didalam medium kering adalah penyerangan logam besi oleh gas
oksigen (O2) atau oleh gas belerang dioksida (SO2) dan di dalam medium basah
contohnya adalah apabila besi terendam didalam larutan asam klorida (HCl).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

2

Salah satu masalah yang banyak dihadapi oleh semua orang, khususnya
orang-orang yang bergerak di bidang teknik khususnya bidang industri pembuatan
tangki motor penampung BBM (premium dan pertamax). Berbagai usaha untuk
pengendalian korosi yang sekarang gencar dilakukan adalah untuk mengendalikan
kerusakan material yang diakibatkannya, agar laju korosi yang terjadi dapat
ditekan serendah mungkin dan sehingga tidak dapat melampaui nilai ekonominya,
atau jangan sampai logam menjadi rusak sebelum waktunya.
Berbagai macam korosi dapat terjadi dengan cepat apabila pengendalian
lingkungan dan pencegahan tidak dilakukan dengan baik yang akan memperparah
keadaan. Korosi yang terjadi pada lingkungan tersebut adalah korosi galvanis,
korosi batas butir, korosi intergranuler, korosi sumuran, dan korosi celah.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi permasalahan penelitian

ini adalah :
Berapa besar laju korosi (mm/year) logam baja galvanis premium dan
pertamax dengan suhu 40℃ , 60℃ , 80℃ dan 100℃

1.3

pada waktu 1 jam dan 2 jam?

Batasan Masalah
Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variasi temperatur uji yang digunakan adalah 40 oC, 60 oC, 80 oC dan 100 oC.
2. Logam yang dipilih adalah Baja Galvanis dan Tembaga.
3. Media pengkorosi yaitu bahan bakar premium dan pertamax.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

4. Ukuran spesimen baja galvanis, Panjang=50mm, Lebar=15mm, Tebal = 2 mm.
5. Tidak membahas struktur mikro baja galvanis sebelum dan sesudah diuji.

1.4

Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data yang digunakan dianggap valid.
2. Komposisi media pengkorosi premium dan pertamax dianggap seragam .

1.5

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui besarnya laju korosi (mm/year) baja galvanis
premium dan pertamax dengan temperature uji 40 o C, 60 o C, 80 o C dan, 100 o C
pada waktu 1 jam dan 2 jam.

1.6

Manfaat Hasil Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil drai penelitian ini adalah:

1. Sebagai masukan bagi masyarakat yang menggunakan baja galvanis sebagai
material

penunjang

aktivitas

ataupun

bahan

utama

konstruksi agar

memperhatikan masalah korosi.
2. Sebagai bahan pertimbangan dalam proses belajar mengajar terutama pada mata
kuliah teknik korosi bagi mahasiswa jurusan Teknik Industri Universitas
Pembangunan Nasional Surabaya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

3. Sebagai bahan pertimbangan dalam memilih bahan untuk membuat tangki
penampung BBM pada kendaraan bermotor.

1.7

Sistematika Penelitian
Untuk pembahasan dan penyusunan laporan Skripsi ini, maka penyusun

akan menguraikan sistematika penulisan laporan, sehingga dengan demikian
pembahasan tersebut diharapkan akan dapat dipahami secara menyeluruh dan
jelas. Adapun sistematika penulisan laporan Skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah,
tujuan masalah, asumsi, manfaat, sistematika penulisan.
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
Berisi tentang landasan teori yang menjadi refrensi atau acauan yang
akan digunakan untuk melakukan pembahasan dan analisa masalah
nantinya, yang mana landasan teori ini berisi teori-teori tentang sesuatu
metode ASTM D-130 pada media premium dan pertamax.
BAB III METODE PENELITIAN
Mencangkup lokasi pencarian data, metode pengumpulan data dan
pengolahan data.
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA
Berisi analisa dan pembahasn data yang didasarkan atas teori yang telah
diuraikan di atas dengan menggunakan data-data yang telah didapat
selama penelitian.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan dari hasil pembahasan dan analisa data yang telah
dikerjakan dan saran yang dianjurkan untuk pertimbangan perusahaan di
masa akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1

Pengertian Korosi
Kerusakan merupakan proses redoksi pada permukaan logam dan

lingkungannya. Korosi atau pengkaratan adalah kerusakan atau degradasi logam
akibat bereaksi dengan lingkungan yang korosif. Penyelidikan tentang sistem
elektrokimia telah banyak membantu menjelaskan mengenai korosi ini, yaitu
reaksi kimia antara logam dengan zat-zat yang ada di sekitarnya atau dengan
partikel-partikel lain yang ada di dalam matrik logam itu sendiri. Jadi dilihat dari
sudut pandang kimia, korosi pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion
pada permukaan logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan
beroksigen. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi. Pada
peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara)
mengalami reduksi. Karat logam umumnya berupa oksida atau karbonat.
Faktor yang berpengaruh dan mempercepat korosi yaitu :
1. Air dan kelembapan udara
Air merupakan salah satu faktor penting untuk berlangsungnya proses
korosi. Udara yang banyak mengandung uap air (lembab) akan mempercepat
berlangsungnya proses korosi.
2. Elektrolit
Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk
melangsungkan transfer muatan. Hal itu mengakibatkan elektron lebih mudah

6
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

untuk dapat diikat oleh oksigen di udara. Oleh karena itu, air hujan (asam) dan
air laut (garam) merupakan penyebab korosi yang utama.
3. Adanya oksigen
Pada peristiwa korosi adanya oksigen mutlak diperlukan.
4. Permukaan logam
Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub
muatan, yang akhirnya akan berperan sebagai anoda dan katoda. Permukaan
logam yang licin dan bersih akan menyebabkan korosi sukar terjadi, sebab
sukar terjadi kutub-kutub yang akan bertindak sebagai anoda dan katoda.
5. Letak logam dalam deret potensial reduksi
Korosi akan sangat cepat terjadi pada logam yang potensialnya
rendah, sedangkan logam yang potensialnya lebih

tinggi justru lebih awet.

http://aakbetmen.wordpress.com/category/ilmu-korosi).

2.2

Laju korosi
Laju korosi merupakan ukuran untuk menentukan besarnya degradasi

material akibat korosi dengan lingkungannya. Semakin besar nilainya maka,
material tersebut mengalami degradasi akibat korosi yang semakin besar. Dalam
penelitian ini metode yang digunakan adalah metode ASTM D-130 dengan
mengunakan alat uji Copper Strip Corrosion.
Prinsip dasar pengujian ini yaitu dengan menghitung kehilangan berat
pada sampel yang telah diuji. Kehilangan berat yang terjadi kemudian
dikonversikan menjadi suatu laju korosi dengan memperhitungkan kehilangan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

berat (W), luas permukaan yang terendam (A), waktu perendaman (t), dan massa
Jenis (d).
Persamaan laju korosi ditunjukkan oleh persamaan:
=

.
. .

……………………………………………(1)

Keterangan:
Corrosion Rate

= Laju korosi (mm/year)

W

= Kehilangan berat (gram)

d

= Masa Jenis (gram / cm3)

A

= Luas permukaan yang direndam (mm2)

t

= Waktu (Jam)

(Herbert H.Uhlig.1983.Corrosion and corrosion control.New York: Wiley)

2.3

Pengujian Laju Korosi dengan Copper Strip Corrosion ASTM D 130
Minyak bumi (crude petroleum) umumnya mengandung senyawa sulfur,

sebagian senyawa ini akan terikut sampai ke produk akhir walaupun dalam
pengkilangan sudah ada proses pembersihannya. Senyawa sulfur dalam produk
minyak bumi ada yang bersifat korosif, tingkat korosifnya harus dibatasi agar
konsumen tidak dirugikan.
ASTM D-130 mengatur cara untuk mendeteksi tingkat korosi pada
tembaga (corrosiveness to copper) dari produk-produk minyak bumi. Produk
minyak bumi yang diatur oleh standard ini meliputi aviation gasoline, aviation
turbine fuel, automotive gasoline, natural gasoline atau produk lainnya yang
memiliki RVP (Reid Vapor Pressure) tidak lebih besar dari 18 psi (124 kPa),

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

cleaners solvent, kerosene, diesel fuel, distillate fuel oil dan lubricating oil atau
produk sejenis lainnya.
Prinsip kerja sebuah tembaga (Polished copper strip) dimasukkan atau
direndam dalam sampel yang akan diuji, kemudian dipanaskan pada suhu tertentu
selama beberapa waktu sesuai karakteristik dari sampel. Selama direndam, copper
strip tersebut kemungkinan besar akan berubah warna sesuai dengan tingkat
korosi sampel. Setelah itu, copper strip diangkat, dikeringkan dan dibandingkan
warnanya dengan warna standard untuk mendapatkan tingkat korosif dari sampel
yang ditest.
Tabel 2.1 Konfigurasi Peralatan yang Digunakan
Sesuai ASTM D-130
No
Nama Alat
1
Test Tubes

Fungsi
Sebagai wadah untuk sample atau
spesimen yang akan di uji.

2

Test Bomb

Sebagai alat pelindung tube yang akan
direndam dalam fluida media
pengkorosi yang panas.

3

Test Bath

Sebagai wadah yang berisi fluida
media pengkorosi yang panas untuk
merendam tube yang berisi sampel

4

Thermometers

Untuk mengukur suhu test bath

Tabel Kelanjutam Konfigurasi Peralatan yang Digunakan
Sesuai ASTM D-130

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

No
Nama Alat
5
Polishing Vise

6

Identifikasi warna ASTM
Copper Strip Corrosion

Fungsi
Copper strip selama proses polishing
Untuk menahan

Tabel pembanding warna

(http://asro.wordpress.com/2008/08/20/pengukuran-copper-corrosionastm-d-130/
Tabel 2.2 Alat ukur Copper Corrosion ASTM D-130 dari beberapa vendor
(distributor) / Manufacturer.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

2.4

Pengertian material
Material adalah juga menjadi istilah atau kata lain dari kata bahan yang

merupakan sesuatu benda menjadi bahan baku dalam produksi. jadi Material
adalah bahan mentah yang belum diproses, tetapi kadang kala telah diproses
sebelum digunakan untuk proses produksi lebih lanjut. Umumnya, dalam
masyarakat teknologi maju, material adalah bahan konsumen yang belum selesai.
Beberapa

contohnya

adalah

besi,

tembaga,

aluminium

(http://id.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_bahan).
Secara umum material dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Logam
Umumnya unsur logam diberi nama akhiran ium. Umumnya logam ini
memiliki titik didih tinggi, mengilap, dapat dibengkokan, dan dapat
menghantarkan panas atau arus listrik.
2. Non logam
Umumnya memiliki titik didih rendah, tidak mengkilap, kadang-kadang
rapuh tidak bisa dibengkokkan dan sukar menghantarkan panas dan listrik
(http://syadiashare.com/pengertian-definisi-unsur-senyawa-dan-campuran).

2.5

Baja Galvanis

2.5.1

Pengertian Baja Galvanis
Baja merupakan paduan yang terdiri dari besi dan karbon serta unsur

lainnya. Karbon merupakan salah satu unsur yang penting karena dapat
meningkatkan kekerasan dan keuletan baja. Pada industri baja merupakan logam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

yang banyak digunakan baik dalam bentuk pelat, lembaran, pipa, batang, profil
dan sebagainya. Proses pembuatan baja dapat dikakukan melalui proses Bessemer,
Thomas, Siemens Martin, dapur listrik. Secara garis besar baja dikelompokkan
menjadi :
1. Baja karbon
Baja karbon adalah paduan besi karbon dimana unsur karbonnya
sangat menentukan sifatnya, sedang unsur paduan lainnya yang biasa
terkandung didalam baja karena proses pembuatannnya.
2. Baja paduan
Baja paduan adalah baja yang mengandung unsur-unsur tertentu
didalamnya agar didapatkan kualitas yang bagus dan unsur-unsur tersebut
kadarnya lebih rendah. Biasanya ditambahkan unsur karbon sehingga dikenal
istilah baja karbon. Unsur yang terdapat pada baja rendah unsur paduannya
dibawah 10 % dan baja paduan tinggi atau baja khusus unsur paduannya diatas
10 %. Baja paduan rendah mengandung unsur-unsur paduan sebagai elemen
tambahan pada besi dan karbon. Unsur-unsur paduan tersebut dapat berupa :
Alumunium (Al), Titanium (Ti), Iron (Fe), Zinc (Zn), dan lain-lain.

2.5,2

Struktur Baja
Baja mempunyai banyak sifat, misalnya: kekuatan, kekerasan dan

regangan.Adanya perbedaan sifat-sifat tersebut terutama karena zat arang yang
dikandung baja tidak terpadu. Hal ini tidak hanya disebabkan intensitas zat arang
melainkan cara mengadakan ikatan dengan besi yang dapat mempengaruhi sifat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

baja. Di dalam baja yang didinginkan secara lambat menuju suhu ruangan
(keadaan baja pada waktu pengiriman dari pabrik baja) dibedakan menjadi tiga
bentuk utama Kristal (Schonmetz : 1985).
a. Ferrit yaitu kristal besi murni terletak rapat saling berdekatan tidak teratur, baik
bentuk maupun besarnya. Ferrit merupakan bagian baja yang paling lunak.
Ferrit murni tidak akan cocok digunakan sebagai bahan untuk benda kerja yang
menahan beban karena kekuatan kecil.
b. Karbida besi (Fe3C) suatu senyawa kimia antara besi dengan karbon sebagai
unsur struktur tersendiri dinamakan sementit dan mengandung 6,7% karbon.
Rumus kimianya Fe3C. Terdapat tiga atom besi yang mengadakan ikatan
dengan sebuah karbon menjadi sebuah molekul karbida besi. Dengan
meningkatkan kandungan karbon maka kadar sementit akan semakin besar
pula. Sementit dalam baja merupakan unsur yang paling keras (Fe3C lebih
keras 270 kali dari besi murni).
c. Perlit, merupakan campuran erat antara ferrit dan sementit dengan kandungan
zat arang sebesar 0,8%. Dalam struktur perlintis, semua kristal ferrit terdiri dari
serpihan sementit halus yang memperoleh penempatan saling berdampingan
dalam lapisan tipis mirip lamel.
Bila kadar karbon baja melampaui 0,20%, suhu dimana sifat ferrit mulai
terbentuk dan mengendap dari austenit turun. Baja yang berkarbon 0,80%
disebut baja eutektoid dan struktur terdiri dari 100% perlit. Titik eutektoid
adalah suhu terendah dalam logam dimana terjadi perubahan dalam keadaan
larut padat dan merupakan suhu keseimbangan terendah dimana austenit terurai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

menjadi ferrit dan sementit. Bila kadar karbon baja lebih besar dari pada
eutektoid, perlu diamati garis pada diagram besi-karbida besi. Garis ini
menyatakan suhu dimana karbida besi mulai memisah dari austenit. Karbida
besi ini dengan rumus Fe3C disebut sementit. Sementit sangat keras dan rapuh.
Baja yang mengandung kadar karbon kurang dari eutektoid (0,80%) disebut
baja hipoeutektoid dan baja yang mengandung kadar karbon lebih dari
eutektoid disebut baja hipereutektoid (Amstead, 1989).

Gambar 2.1 Mikrofoto paduan besi – karbon yang memperlihatkan efek
pertambahan karbon atas struktur logam. (Amstead, 1989)

Dalam penggunaan baja baik itu pada bidang konstruksi, permesinan dan
kerajinan sebagai komponen permesinan dan konstruksi seringkali mengalami
kerusakan sebelum waktu yang diperhitungkan. Diantara sebab kerusakan logam
tersebut adalah karena terkorosi.
2.5.3

Keunggulan dari baja Galvanis adalah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

Adapun keunggulan dari baja galvanis adalah:
a. ketahanan terhadap karat : Lapisan zinc mencegah korosi dengan cara
melepaskan anoda di sekitar permukaan di area terbuka untuk melindungi
bagian yg terbuka itu.
b. Pola kemampuan yang baik : Lapisan zinc tidak akan mengelupas di bawah
metode bentuk yg normal.
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=4&ved=0CDAQFjAD&url=
http%3A%2F%2Fwww.knauf.co.id%2Fpdf%2Flsfbhs.pdf&rct=j&q=baja%20gal
vanis.
2.6

Tembaga (Cu)

2.6.1

Definisi tembaga
Cu (Tembaga) merupakan salah satu unsur logam transisi yang berwarna

cokelat kemerahan dan merupakan konduktor panas dan listrik yang sangat baik.
Tembaga terdapat dalam bentuk bebas maupun dalam bentuk senyawa-senyawa,
dan terdapat dalam bentuk biji tembaga seperti (CuFeS2), cuprite (Cu2O),
chalcosite (Cu2S), dan malasite (Cu2(OH)2CO3). Tembaga dengan nama kimia
Cupprum dilambangkan dengan Cu, unsur logam ini berbentuk kristal dengan
warna kemerahan. Dalam tabel periodik unsur-unsur kimia tembaga menempati
posisi dengan nomor atom (NA) 29 dan mempunyai bobot atom (BA) 63,546.

Gambar 2.2 tembaga
(Sumber : http:// Wikipedia.com)
Gambar 2.2 Tembaga

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

Unsur tambahan di alam dapat ditemukan dalam bentuk persenyawaan
atau dalam senyawa padat dalam bentuk mineral. Dalam badan perairan laut
tembaga dapat ditemukan dalam bentuk persenyawaan ion seperti CuCO3, CuOH,
dan sebagainya (Fribeg, 1977).
Tembaga (Cu) mempunyai sistim kristal kubik, secara fisik berwarna
kuning dan apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop bijih akan berwarna
pink kecoklatan sampai keabuan. Unsur tembaga terdapat pada hampir 250
mineral, tetapi hanya sedikit saja yang komersial. Pada endapan sulfida primer,
kalkopirit (CuFeS2) adalah yang terbesar, diikuti oleh kalkosit (Cu2S), bornit
(Cu5FeS4), kovelit (CuS), dan enargit (Cu3 AsS4). Mineral tembaga utama dalam
bentuk deposit oksida adalah krisokola (CuSiO3.2HO), malasit (Cu2(OH)2CO3),
dan azurit (Cu3(OH)2(CO3) (http://butchibelog.blogspot.com).
2.6.2

Sejarah tembaga
Pada zaman Yunani, logam ini dikenal dengan nama chalkos. Tembaga

merupakan sumber penting bagi orang-orang Roma dan Yunani. Pada zaman
Roma, ia dikenal dengan nama aes Cyprium (aes merupakan istilah umum Latin
bagi tembaga seperti gangsa dan logam-logam lain, dan Cyprium sendiri karena
dulunya tembaga banyak ditambang dari Cyprus). Dari dua kata itulah maka
menjadi kata cuprum dan dalam Bahasa Melayu kuprum.
Tembaga dikaitkan dengan dewi Aphrodite/Venus dalam mitologi,
kerana wajahnya yang cantik bercahaya, berguna dalam pembuatan cermin, dan
berkaitan dengan Cyprus sendiri merupakan tempat yang suci bagi dewi tersebut.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

Dalam bidang kimia, simbol untuk tembaga adalah juga simbol yang digunakan
untuk planet Venus.
Dalam sejarahnya, penggunaan tembaga oleh manusia tercatat dari
kurang lebih 10.000 tahun lalu lamanya. Peleburan tembaga nampaknya telah
berkembang secara baik di beberapa belahan dunia. Di samping berkembang di
Anatolia pada 5000 SM, tembaga juga dikembangkan di China sebelum 2800 SM,
Amerika Tengah sekitar 600 TM, dan Afrika Barat sekitar 900 TM
(http://butchibelog.blogspot.com).
2.6.3

Macam-macam tembaga
Bentuk Cu dalam batuan beku:

a. Sebagai butiran oksida agak kecil yang menempati antara lempeng silikat
b. Sabagai ion atau garam terserat dalam selaput pada permukaan hablur silikat
Cu dalam tanah terutama dalam bentuk Cu2+ terendapkan, sedangkan dalam
larutan dalam bentuk ion dan berbagai kompleks Cu. Pengendapan Cu oleh
sistem tanah cukup kuat menjadikan Cu melebihi kapasitas Cu dalam larutan
rendah.
2.6.4

Peranan tembaga
Adapun peranan tenbaga adalah sebagai berikut:

a. Kegunaan tembaga
1. Tembaga adalah suatu komponen dari berbagai enzim yangdiperlukan untuk
menghasilkan energi, anti oksidasi dan sintesa hormon adrenalin serta untuk
pembentukan jaringan ikat.
2. Tembaga mempunyai beberapa fungsi dalam pembentukan klorofil, walau
unsur ini tidak terkandung dalam klorofil.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

3. Tembaga merupakan suatu unsur yang sangat penting dan berguna untuk
metabolisme. Batas konsentrasi dari unsur ini yang mempengaruhi pada air
berkisar antara 1 – 5 mg/l merupakan konsentrasi tertinggi. Dalam industri,
tembaga banyak digunakan dalam industri cat, industri fungisida serta dapat
digunakan sebagai katalis, baterai elektroda, sebagai pencegah pertumbuhan
lumut, turunan senyawa-senyawa karbonat banyak digunakan sebagai
pigmen dan pewarna kuningan.
4. Tembaga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dari komponen listrik, koin,
alat rumah tangga, hingga komponen biomedik. Tembaga juga dapat dipadu
dengan logam lain hingga terbentuk logam paduan seperti perunggu atau
monel.
5. Tembaga berperan khususnya dalam beberapa kegiatan seperti

enzim

pernapasan sebagai tirosinase dan silokron oksidasi.
6. Tembaga juga diperlukan dalam proses pertumbuhan sel darah merah yang
masih muda, bila kekurangan sel darah merah yang dihasilkan akan berkurang
(http://butchibelog.blogspot.com).
2.6.5

Kerugian tembaga
Tembaga bersifat racun. Ini dapat terjadi ketika tembaga menumpuk

dalam tubuh akibat penggunaan alat masak tembaga. Unsur Cu yang berlebih
dapat merusak hati dan memacu sirosis. (http://butchibelog.blogspot.com)
2.6.6

Daerah persebaran t embaga

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Gambar 2. 3 Persebaran Logam Tembaga (http://digilib.unnes.ac.id).

2.7

Bahan bakar

2.7.1

Definisi bahan bakar
Bahan bakar adalah gabungan senyawa kimia terutama tersusun atas

karbon (C) dan hidrogen (H) yang apabila direaksikan dengan oksigen (O) pada
tekanan dan temperatur tertentu akan menghasilkan produk berupa gas dan
sejumlah energi panas (Tjokrowisastro,dkk, 1990 : 1).
Menurut kondisi fisiknya, bahan bakar dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Padat, meliputi : batubara, kayu, arang, kokas
2. Cair, meliputi : minyak yang berasal dari mineral / tambang (premium, minyak
solar, minyak diesel, minyak tanah, minyak residu), nabati (biosolar, biodiesel,
biopremium, bioethanol) dan hewan (lemak binatang).
3. Gas, meliputi : LNG (Liquified Natural Gas), LPG (Liquified Petroleum Gas),
coolgas, dan biogas.

2.7.2

Pengertian Bahan Bakar Minyak (BBM)

Pengertian bahan-bakar minyak (BBM) adalah:

a. Premium (Gasoline)Premium atau biasa disebut dengan bensin adalah bahan
bakar minyak dengan distilasi, berwarna kekuningan jernih dan digunakan pada
kendaraan bermotor bermesin bensin.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

b. Minyak Solar (Diesel Oil)
Minyak Solar adalah bahan bakar minyak dengan distilasi, berwarna kuning
kecoklatan yang jernih dan digunakan pada kendaraan bermotor bermesin
diesel.
c. Minyak Diesel (Residual Fuel Oil)
Minyak Diesel adalah bahan bakar minyak dengan distilasi, berwarna hitam
gelap tetapi tetap cair pada temperatur yang rendah dan digunakan pada
kendaraan bermotor bermesin diesel putaran rendah atau lambat (sekitar 3001000 rpm) serta dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk pembakaran
langsung dalam dapur industri tinggi.
d. Minyak Tanah (Kerosine)
Minyak Tanah adalah bahan bakar minyak dengan distilasi, tidak berwarna dan
jernih. Pada umumnya digunakan pada beberapa industri dan bahan bakar
keperluan rumah tangga.
e. Minyak Bakar Residu (Marine Fuel Oil)
Minyak Bakar Residu adalah bahan bakar minyak yang berasal bukan dari jenis
distilasi dan merupakan hasil dari sisa produk olahan minyak bumi lain. Minyak
bakar ini berwarna gelap dan lebih kental dari pada minyak diesel serta
mempunyai titik tuang tinggi dari pada minyak diesel. Minyak bakar ini pada
umumnya digunakan untuk bahan bakar pada pembakaran langsung dalam
dapur-dapur industri besar, pembangkit listrik tenaga uap dan lain-lain.
(Pertamina, 1997 : 4).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

2.7.3

Pengertian dan Spesifikasi Bahan Bakar Bensin (Premium)
Bensin atau bahan bakar kendaraan bermotor adalah cairan campuran

yang berasal dari minyak bumi dan sebagaian besar tersusun hidrokarbon serta
digunakan

sebagai

bahan

bakar

dalam

mesin

pembakaran

dalam.(www.wikipedia.com)
Tabel 2.3 Spesifikasi Bensin Premium 88 Menurut Surat Keputusan Dirjen
Migas 3674 K/24/DJM/2006

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

2.7.4

Pengertian dan Spesifikasi Bahan Bakar Pertamax
Pertamax juga direkomendasikan untuk kendaraan yang diproduksi diatas

tahun 1990 terutama yang telah menggunakan teknologi setara dengan electronic
fuel injection dan catalytic converters.
(http://www.bphmigas.go.id/p/bphmigaspages/bbm/jenis_bbm.html)
Tabel 2.4 Spesifikasi Bahan Bakar Pertamax
No

Sifat

Satuan

Batasan
Min

1 Angka Oktan Riset
2 Kandungan Timbal (Pb)
3 Distilasi
• 10% vol penguapan

4
5
6
7
8
9



50% vol penguapan



90% vol penguapan



Titik Didih akhir



Residu

Tekanan Uap Reid pada 37,8
°C
Getah Purwa
Periode Induksi
Kandungan Belerang
Korosi Bilah Tembaga
Uji doctor atau Belerang
Mercaptan

RON
gr/lt

92,0
0,013

°C
°C

Max

Metoda
Test
ASTM/L
ainnya
D 2699
D 3341/D
5059
D 86

74
88

125

°C

180

°C

205

% vol

2.0

kPa
mg/100ml
menit 240
% massa
3 jam/50°C
% massa

D 323
D 381
D 525
0.2
D 1266
No. 1
D 130
Negatif D 3227 /
0.0020 IP 30
10
% vol
11
dicampur
11 Kandungan Oxigenate
kan
12 Warna
Kandungan Pewarna
Biru
Visual
gr/100 Lt
0,13
Sumber: Bahan Bakar Minyak, Elpiji, dan BBG (Pertamina:Edisi Mei 2003)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

62
4 .0

23

2.8

Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah semakin tinggi temperatur uji (40

o

C, 60 oC, 80 oC, 100 oC)

laju korosi baja galvanis di media premium dan

pertamax dalam waktu 1 jam dan 2 jam maka, laju korosinya semakain besar
(mm/year)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1

Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Produksi Pelumas

Surabaya (UPPS) pertamina. Pada bulan Juni 2012 sampai data tercukupi.

3.2

Identifikasi Variabel
Identifikasi variabel terdiri dari :

1. Variabel Terikat adalah variabel yang dipengaruhi variabel bebas, dalam hal
ini adalah laju korosi baja galvanis pada tangki premium dan pertamax.
1. Variabel Bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel
bebas terdiri dari :
a. Kuat arus pengukuran laju korosi pada copper strip corrosion: 300A
b. Tegangan arus pengukuran laju korosi pada copper strip corrosion: 800 volt.
c. Volume media pengkorosi ± 35 ml
d. Material yang dipakai baja galvanis pada tangki kendaraan jenis tertentu
yang beredar di Indonesia.
e. Temperatur 40 °C, 60 °C, 80 °C, dan 100 °C

3.3

Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian merupakan uraian langkah-langkah kerja

kegiatan penelitian. Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.

24
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

M ulai

St udi lapangan

Perumusan M asalah

St udi Pust aka

Tujuan Penelit ian
Pengum pulan Dat a :
-

M edia

: Premium dan Pertamax

-

Wakt u

: 1 jam dan 2 jam

-

Kuat Arus

: 300

-

Volt ase

: 800V

-

Volume Premium dan Pert amax: 35

-

Temperatur

: 40 ℃ , 60 ℃ , 80 ℃ , 100 ℃

-

Persiapan Percobaan
M aterial at au Sperim en: Baja Galvanis dan Tembaga
M esin

: Copper st rip corrosian

Alat Ukur

: Vernier caliper , St opw at ch, Neraca

Pengolahan Dat a
-

Laju Korosi

-

Berat sebelum dan sesudah pengujian

Hasil dan Pem bahasan
Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Langkah-langkah penelitian

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

3.4

Populasi dan sampel

3.4.1

Populasi Penelitian
Populasi adalah baja galvanis yang ada di pasaran. Populasi dalam

penelitian ini adalah laju korosi baja galvanis pada tangki kendaraan bermotor
yang beredar di Indonesia.

3.4.2

Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

Sampel penelitian pada penelitian ini adalah laju korosi baja galvanis pada tangki
kendaraan bermotor yang beredar di Indonesia pada media premium dan
pertamax.

3.5

Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan peralatan uji yang digunakan untuk

memperoleh data penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian. Instrumentasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Termometer
Termometer digunakan untuk mengukur suhu larutan pada laju korosi sehingga
diketahui temperatur dari larutan tersebut dan disesuaikan dengan suhu yang
digunakan:
a.

Bahan

: Kaca

b.

Skala

: 100 °C

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

Gambar 3.2 Termometer
2. Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk menghitung waktu pengukuran laju korosi.
a.

Merk

: Casio

b.

Penunjuk data : Digital

c.

Ketelitian

: 0,01 detik

Gambar 3.3 Stopwatch
3. Vernier Caliper (Jangka Sorong)
Vernier caliper (jangka sorong) digunakan untuk mengukur ketebalan,
panjang, dan lebar material uji atau spesimen sebelum pengukuran laju korosi:
a.

Merk

: Mitutoyo

b.

Ketelitian

: 0,02 m

Gambar 3.4 Vernier Caliper (Jangka Sorong)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

28

4. Copper strip corrosion
Copper strip corrosion digunakan untuk mengukur laju korosi suatu
logam pada media bahan bakar.
Test bomb

Pengatur suhu
Indikator suhu

Fluida panas

Test bath

3.6

Gambar 3.5 copper strip corrosion

Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja galvanis pada

tangki kendaraan jenis tertentu.Dengan unsur-unsur :

Tabel 3.2 Unsur - unsur Baja Galvanis
No
Komposisi
Persentase %
1

Alumunium (Al)

24,16

2

Titanium (Ti)

0,00

3

Iron (Fe)

3,71

4

Zinc (Zn)
72,12
Uji bahan laboratorium pertamina

Dimensinya adalah Panjang 50 mm, Lebar 15 mm, dan Tebal 2 mm.
2 mm

50 mm
15 mm
Gambar 3.6 Bahan penelitian baja plat galvanis.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

29

3.7

Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik

eksperimen, yaitu mengukur atau menguji obyek yang diteliti dan mencatat datadata yang diperlukan. Data-data yang diperlukan tersebut adalah berat spesimen
uji sebelum dan sesudah uji korosi beserta dengan pembanding laju korosi
terhadap warna tembaga.
3.8

Teknik Penyajian Data
Penyajian data berupa tabel dan untuk memperjelas tabel maka disajikan

grafik dengan penjelasan secara distributif.
3.9

Teknik Pengujian Data
Teknik pengujian data yang digunakan adalah menghitung berat untuk

spesimen uji sebelum uji korosi dan berat spesimen setelah uji korosi serta
mencocokan warna tembaga terhadap tabel warna yang sesuai dengan standar
metode ASTM D-130 dapat dilihat pada gambar 10. Untuk menghitung
penurunan berat dipakai persamaan sebagai berikut:
∆W = W1 – W2
Keterangan :
∆W

= Selisih berat spesimen uji

W1

= Berat awal spesimen uji

W2

= Berat akhir spesimen uji

Gambar 3.7 Warna Tembaga

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

30

Tabel 3.3 Warna Tembaga Metode ASTM D-130
Pengolongan
Golongan
Warna
jenis-jenis korosi
Slight Tarnish

1a

Light orange

18

Dark orange

2a

Claret red

2b

Lavender

Moderate tarnish

2d

Multicolored
(lavender, blue, silver, overlaid on
claret red)
Silvery

2e

Brassy or gold

3a

4b

Magenta
(overcast on brassy strip)
Multi colored with red and green
showing (peacock), but not grey
Transparent black, dark grey, gray or
brown with peacock green
Graphite or lusterless black

4c

Glossy or jet black

2c

Dark tarnish
3b
4a
Corrosion

3.10

Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif kuantitatif. Sehingga analisis data dilakukan dengan cara menelaah data
yang diperoleh dari eksperimen, dimana hasilnya berupa data kuantitatif dalam
bentuk tabel dan ditampilkan dalam bentuk grafik. Langkah selanjutnya adalah
mendiskripsikan data tersebut dalam bentuk kalimat yang mudah dibaca,
dipahami, dan dipresentasikan sehingga pada intinya adalah sebagai upaya
memberi jawaban atas permasalahan yang diteliti.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

31

3.11

Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian terdiri dari :

1. Mempersiapkan alat penelitian, yaitu bak pembersih, bak bilas, termometer,
kertas gosok 250 mesh, stopwatch, vernier caliper, copper strip corrosion,
test bomb, test tube, tissue, pinset, jig saw, baja galvanis, dan tembaga murni
99,9%.
2. Membersihkan potongan logam baja galvanis dengan kertas gosok 250 mesh
dengan alur pembersihan yang searah.
3. Membersihkan tembaga yang akan di gunakan sebagai pembanding.
4. Penimbangan spesimen uji seb