KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI GAPLEK KETELA POHON (ManihotUtillisima, Pohl) VARIETAS MUKIBAT DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger.

i

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI GAPLEK
KETELA POHON (ManihotUtillisima, Pohl) VARIETAS MUKIBAT
DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

SRI HARTATIK
A 420 040 066

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2008

i


xv

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cadangan minyak mentah semakin menipis, sementara kebutuhannya
terus mengalami peningkatan. Selama ini kita hanya mengandalkan bahan
bakar minyak yang berasal dari fosil yang harganya terus meningkat.
Ketergantungan terhadap sumber energi fosil yang tidak terbarukan harus
beralih ke sumber energi alternatif berbahan baku nabati yang dapat
diperbaharui.
Harga bahan bakar minyak yang sangat murah karena subsidi yang
besar dari pemerintah (sebelum Oktober 2005), sehingga masyarakat tidak
ikut peduli untuk memikirkan bahan bakar alternatif (Susilo, 2006).
Ketika harga BBM semakin meningkat, bioetanol diharapkan dapat
dimanfaatkan sehingga bahan bakar pensubstitusi BBM untuk motor mesin.
Bahan bakar pensubstitusi bensin seperti, bioetanol dapat diaplikasikan dalam
bentuk bauran dengan minyak bensin (EXX), misalnya 10% etanol dicampur

dengan 90% bensin (gasohol E 10) atau digunakan 100% (E 100) sebagai
bahan bakar (Hambali, 2007).
Bioetanol merupakan suatu bentuk energi alternatif, karena dapat
mengurangi ketergantungan terhadap BBM yang harganya terus meningkat
dan sekaligus sebagai pemasok energi nasional. Bioetanol dapat diperoleh dari
fermentasi bahan-bahan yang mengandung glukosa, sukrosa maupun fruktosa.

1
xv

xvi
2

Bahan-bahan pembuatan bioetanol tersedia dan mudah didapatkan di
lingkungan tempat tinggal kita. Diantaranya umbi-umbian seperti singkong,
ketela, garut, ganyong, gembili dan lain-lain.
Pembuatan bioetanol dari bahan baku umbi ketela pohon secara
fermentasi dapat dijadikan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan bahan
bakar nabati yang semakin meningkat. Ketela pohon merupakan sumber
hayati untuk pembuatan bioetanol karena mengandung pati dan dapat ditanam

di lahan yang kritis sekalipun.
Pembuatan bioetanol dibutuhkan stater yaitu ragi (S. Cerevisiae) dan
kapang (Aspergillus niger). Kapang dapat menggunakan berbagai komponen
makanan, dari yang sederhana sampai yang komplek (Waluyo, 2005). Kapang
mampu memproduksi enzim hidrolitik, seperti: amilase, pektinase, proteinase,
dan lipase. Kapang mampu tumbuh pada bahan yang mengadung pati, pektin,
protein atau lipid dan pada substrat dengan konsentrasi gula dan garam tinggi.
Manfaat menggunakan Aspergillus niger adalah sekali kapang dapat mulai
tumbuh pada substrat, pertumbuhan yang ditandai dengan pembentukan
miselium dapat berlangsung dengan cepat (Winarno, 1989).
Berdasarkan hasil penelitian Hartono (2004), ubi kayu (ketela)
dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam proses fermentasi etanol karena
mengandung karbohidrat sebesar 36,89 dan dihasilkan alkohol sebesar 4,22%.
Kadar alkohol merupakan kodimen yang dibuat dari bahan berpati maka
bahan yang banyak mengandung karbohidrat akan menghasilkan alkohol yang
lebih banyak. Sedang dalam penelitian Sriyanti (2003), dari tiga varietas ubi

xvi

3

xvii

kayu yakni varietas randu, mentega dan menthik ternyata kadar gula dan
alkohol tertinggi terdapat pada varietas mentega yakni sebesar 11,88 mg/dl
untuk kadar gula dan 2,94 mg untuk kadar alkohol. Tinggi rendahnya kadar
gula pada setiap varietas dipengaruhi oleh banyak sedikitnya kandungan pati
atau amilum pada ubi kayu setiap gramnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Lutfi (2006), menunjukkan
bahwa ampas umbi ketela pohon memiliki kadar alkohol yang cukup tinggi
maka akan menguntungkan apabila dapat memanfaatkan umbi ketela pohon
menjadi produk yang memiliki nilai jual karena kandungan karbohidrat
berpotensi sebagai bahan alternatif dalam pembuatan alkohol.
Penelitian di atas menunjukkan bahwa umbi ketela pohon mengandung
banyak pati sehinga dapat menghasilkan alkohol banyak, dari uraian diatas
diperlukan penelitian lebih lanjut dengan mengambil judul: KADAR
GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI GAPLEK
KETELA POHON (Manihot utillisima,Pohl) VARIETAS MUKIBAT
DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger.

B. Pembatasan Masalah

Agar tidak terjadi perluasan dalam permasalahan maka perlu adanya
pembatasan masalah, yaitu sebagai berikut:
1. Subyek penelitian adalah lama fermentasi umbi ketela pohon dan dosis
ragi.
2. Obyek penelitian adalah bioetanol dan glukosa umbi ketela pohon.

xvii

xviii
4

3. Paramater penelitian adalah pengukuran kadar bioetanol dan glukosa.

C. Perumusan Masalah
Suatu penelitian akan mudah dilaksanakan apabila telah diketahui apa
yang menjadi permasalahannya. Adapun masalah pokok dalam penelitian ini
adalah:
Berapakah kadar glukosa dan bioetanol hasil fermentasi umbi ketela pohon
pada waktu dan dosis yang berbeda?
D. Tujuan Penelitian

Tujuan pokok dari penelitian ini adalah:
Mengatahui kadar glukosa dan bioetanol hasil fermentasi umbi ketela pohon
(Manihot utillisima, Pohl)

E. Manfaat
Setiap penelitian diharapkan mempunyai manfaat bagi peneliti maupun
bagi masyarakat. Dalam penelitian ini manfaat yang diharapkan adalah:
1. Memberi sumbangan informasi kepada industri etanol tentang pengaruh
waktu fermentasi dan dosis ragi terhadap kadar etanol gaplek ketela
pohon.
2. Memberi sumbangan pemikiran dalam ilmu pengetahuan tentang
pengadaan bahan baku alternatif etanol.
3. Memberi nilai lebih terhadap ketela pohon di bidang fermentasi.

xviii

Dokumen yang terkait

LAMA FERMENTASI DAN DOSIS RAGI YANG BERBEDA PADA FERMENTASI GAPLEK KETELA POHON (Manihot utilissima, Pohl) VARIETAS MUKIBAT TERHADAP KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL

0 3 9

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI GAPLEK KETELA POHON ( Manihot utilissima Pohl ) PADA DOSIS RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA.

0 4 6

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG GAPLEK KETELA POHON (Manihot utillisima, Pohl) VARIETAS MUKIBAT DENGAN DOSIS RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA.

0 0 6

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissma, Pohl) VARIETAS MUKIBAT DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger.

0 0 6

LAMA INKUBASI DAN DOSIS RAGI PADA FERMENTASI TEPUNG GAPLEK (Manihot esculenta Crantz) TERHADAP KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger.

0 0 7

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI GAPLEK KETELA POHON (Manihot utillisima pohl) DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger.

0 0 6

KADAR GLUKOSA DAN KADAR BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissima pohl) DENGAN PENAMBAHAN H2SO4.

0 0 7

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA.

0 0 7

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissima,Pohl) VARIETAS MUKIBAT DENGAN PENAMBAHAN H2SO4.

0 0 7

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI GAPLEK KETELA POHON (Manihot Utilissima, Pohl) VARIETAS MUKIBAT PADA DOSIS RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA.

0 0 6