PENGELOLAAN KENAKALAN SISWA DI SMA NEGERI 1 NGADIROJO, PACITAN Pengelolaan Kenakalan Siswa di SMA Negeri 1 Ngadirojo.

0

PENGELOLAAN KENAKALAN SISWA
DI SMA NEGERI 1 NGADIROJO, PACITAN
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada
Program Studi Manajemen Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Magister dalam Ilmu Manajemen Pendidikan

Oleh:
Eko Budy Susetya
NIM : Q.100.090.315

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

0


1

1

PENGELOLAAN KENAKALAN SISWA
DI SMA NEGERI 1 NGADIROJO, PACITAN
Oleh:
Eko Budy Susetya1, Sutama2
1
Guru , 2Staff Pengajar UMS Surakarta
Abstract
The purpose of this research is to describe and explain the management
of stude t s Senior High School State 1 Ngadirojo, Pacitan. This is a qualitative
research. Data collection techniques in this study were used observation,
interview and documentation. Data analysis techniques in this research used
interactive analysis model that is data collection, data reduction, data
presentation, and conclusion. The results of this research are (1) Sources of
student delinquency that occurs in Senior High School State 1 Ngadirojo is come
from family environment, school, and community environments factors. From

the family, it comes from the student include selfishness owned by students.
From outside the student is the lack of discipline imposed by parents and
parental anger. From school environment is influence of his friends, the attitude
of the teacher while teaching in the classroom. Students s delinquency can also
be affected by communities where children live better with their peers and with
older adults or older. (2) Students s delinquency that occurred in Senior High
School State 1 Ngadirojo divided into two groups that is light and heavy
delinquency. For mild delinquency such as ditching, chat or crowded when
school hours lasted, smoking, do not made school homework, do not wear belts
and socks, often late for school. For heavy delinquency such as fighting, stealing,
taking drugs, etc. (3) Efforts to overcome student s delinquency is by doing
prevention from BK teachers through peer youth education, conducting coaching
through extracurricular activities, improve the effectiveness of parent and
community relations (PR). Efforts that is done by school to handle stude ts
delinquency is by repressive or hinder it by giving advice and warnings orally and
writing and doing engaging with parents. Attempts to overcome students s
delinquency that is curative or healing that is done by approaching the student
Keywords: management, student delinquency
PENDAHULUAN
Sekolah merupakan lembaga sosial yang keberadaannya merupakan

bagian dari sistem sosial negara bangsa. Ia bertujuan untuk mencetak manusia

2

susila yang cakap, demokratis, bertanggung jawab, beriman, bertakwa, sehat
jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, berkepribadian
yang mantap dan mandiri dan lain sebagainya (Soedijarto, 2008: 117). Dengan
demikian, sekolah mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas dan
sederajat mempunyai fungsi yang sama, yaitu mempersiapkan peserta didik
yang berkompetensi.
Sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia {human resources),
pada dasarnya pendidikan di sekolah maupun madrasah bertujuan untuk
mengembangkan aspek-aspek kemanusiaan peserta didik secara utuh, yang
meliputi kedalaman spiritual, aspek perilaku, aspek ilmu pengetahuan dan
intelektual, dan aspek keterampilan. Dengan demikian kualitas yang memadai
dan output merupakan sesuatu yang harus dihasilkan oleh sekolah maupun
madrasah sebagai satuan pendidikan yang tujuan dasarnya adalah menyiapkan
manusia-manusia berkualitas, baik secara intelektual, integritas, maupun
perannya dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu, baik sekolah maupun
madrasah harus membekali dirinya dengan kurikulum yang memadai (Mulyono,

2009: 185-186).
Di level sekolah, maka pelajar atau siswa diberikan ruang untuk
menciptakan struktur pengetahuan dan konstruks tentang identitas budaya
mereka sendiri. Perspektif ini mengimplikasikan keharusan menerima
keragaman konstruks siswa karena memang siswa sekolah datang dari berbagai
latar belakang nilai, keyakinan dan kultur, etnisitas, ideologi maupun agama.
Dalam konteks inilah maka pendidikan tidak bisa dikemas dengan cara
monokultural, melainkan tetap menyediakan ruang bagi siswa untuk bisa
memasuki arus transformasi yang menuntut legaletarian, demokratisasi dan
keadilan di tengah pluralitas budaya (Maliki, 2008: 266).
Menurut Hasbullah (2006: 44-45), guru bertanggung jawab atas
perkembangan potensi-potensi anak didik secara padu, baik kecerdasan
otaknya, emosionalnya, maupun spiritualnya. Pengabaian salah satu aspek ini

3

akan sangat merugikan perkembangan peserta didik dalam mengadakan
transformasi sosial budaya. Akibatnya, mereka mengalami kesulitan dalam
mewujudkan suasana yang semakin bersahabat, semakin bermartabat, dan
semakin tinggi menjunjung nilai-nilai keadilan.

Peserta didik adalah salah satu bagian masyarakat yang mengikuti
kegiatan pembelajaran secara formal dalam lembaga pendidikan formal, seperti
sekolah. Pendidikan tersebut diikuti secara berkesinambungan hingga mencapai
tingkatan tertentu. Selama mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut, peserta
didik juga menerima pendidikan dari dalam keluarga dan masyarakat. Keluarga
merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat
karena dalam keluarga manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa.
Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu
mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti dan
kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima oleh keluarga inilah
yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan
selanjutnya di sekolah (Ihsan, 2010: 57).
Di negara/masyarakat maju, hampir semua orang tua mengirimkan
anak-anak mereka ke pendidikan formal/sekolah, bahkan tidak sedikit bagi
mereka yang hidup di kota-kota besar saling berebut mendaftarkan anak-anak
mereka memasuki sekolah yang tergolong sekolah favorit. Namun demikian,
setiap anak sebagai peserta didik mempunyai pengalaman dan latar belakang
yang berbeda satu dengan yang lain. Inilah yang kemudian menjadi faktor
pembeda setiap peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di
sekolah.

Ali (2010: 4-5) menyatakan setiap individu pasti memiliki karakteristik
yang berbeda dengan individu lainnya. Perbedaan individual ini merupakan
kodrat manusia yang bersifat alami. Guru harus memahami bahwa setiap siswa
memiliki karakter yang berbeda-beda. Guru harus mengenal karakteristik, sikap
dan perilaku siswa di kelas agar dapat memberikan bimbingan dan

4

penanggulangan masalah jika diperlukan. Secara umum, sifat dan perilaku siswa
dapat digolongkan menjadi siswa pendiam/pemalu, siswa perenung, siswa
super aktif (hyper active), siswa malas (Yamin, 2008: 24-29).
Perbedaan tersebut dapat semakin berkembang ketika anak memasuki
lingkungan sekolah karena pergaulan yang semakin luas. Menurut Aqib (2009:
62-63), sekolah merupakan lingkungan yang memberikan pengaruh besar bagi
perkembangan dirinya karena pergaulan tidak hanya dalam lingkungan keluarga
tetapi juga dalam lingkungan sekolahnya. Pengalaman-pengalaman baru di
sekolah banyak mempengaruhi dan membantu proses penyelesaian tugas-tugas
perkembangan.
Menurut Asmani (2009: 58), salah satu faktor penting pendidikan adalah
guru karena guru adalah orang yang langsung berinteraksi dengan anak didik,

memberikan keteladanan, motivasi, dan inspirasi untuk terus bersemangat
dalam belajar, berkarya dan berprestasi.
Guru juga sebagai ibu/bapak tempat anak mengadu, berdiskusi, bertukar
pikiran, memecahkan masalah. Disamping itu, guru juga memiliki hak untuk
menghukum, melarang, menasehati anak tatkala dia salah. Kesuksesan guru
sebagai pendidik di sekolah berkat kerja sama dengan orang tua di rumah
tangga. Sebaliknya guru akan sukar mendidik, membimbing, dan melatih anak di
sekolah tanpa kerja sama dengan orang tua di rumah tangga.
Dalam mengatur sikap anak-anak di dalam satu sekolah, Arikunto (2008:
61) menganjurkan untuk menggunakan catatan tata tertib sekolah, yaitu aturan
tata tertib umum yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan dan ada tata tertib khusus untuk suatu sekolah. Tata tertib ini
disusun rapat guru. Dengan adanya tata tertib diharapkan setiap siswa terbiasa
mengikuti peraturan-peraturan. Lebih lanjut Arikunto menjelaskan bahwa tata
tertib mempunyai fungsi ganda, yaitu 1) untuk anak-anak itu sendiri agar secara
individual sikapnya baik, 2) mengatur agar peraturan di sekolah itu teratur, tidak

5

ada yang berkelakuan dan bersifat semaunya sendiri sehingga tidak ada

kekacauan di sekolah.
Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia
yang utuh, maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai
kematangan emosional dan sosial, sebagai individu dan anggota masyarakat,
selain mengembangkan kemampuan intelektualnya. Bimbingan dan Konseling
menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar bidang garapan pengajaran
tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan
pengajaran di sekolah itu. Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara khusus
terhadap semua siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan
kemampuannya secara penuh (Aqib dan Rohmanto, 2008: 117)
Bimbingan dan Konseling (BK) merupakan pelayanan psikologis yang
diberikan kepada siswa dalam lembaga pendidikan. Marsudi (2008: 28)
menjelaskan bahwa bimbingan merupakan proses yang menunjang pelaksanaan
pendidikan di sekolah. BK merupakan bagian yang integral dari pendidikan di
sekolah. Dalam keadaan tertentu, BK merupakan salah satu metode atau alat
untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah.
SMA Negeri 1 Ngadirojo, Kabupaten Pacitan yang merupakan salah satu
sekolah favorit juga memandang penting peranan BK dalam mendukung
kelancaran kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Dengan jumlah siswa yang
tergolong banyak dan permasalahan yang terjadi pada remaja, peranan BK

menjadi signifikan dalam menyelesaikan secara tuntas. Pihak sekolah telah
menunjuk dan menugaskan wali kelas dan guru BK dalam memonitor dan
menanggulangi permasalahan yang terjadi pada siswa, terutama yang berkaitan
dengan kenakalan remaja.
Bila ditilik dari kenakalan yang terjadi, maka di SMA Negeri 1 Ngadirojo,
Kabupaten Pacitan terjadi permasalahan serupa dimana beberapa siswa masih
melanggar ketertiban. Beberapa siswa yang termasuk kategori bermasalah
tersebut perlu untuk ditindaklanjuti sehingga kegiatan pembelajaran dapat

6

berjalan dengan lancar dan citra sebagai sekolah dapat dijaga. Kenakalan yang
terjadi, baik membolos, perkelahian maupun pelanggaran tata tertib lainnya
mendapat perhatian dari pihak sekolah selaku penanggung jawab kegiatan
pendidikan.
Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan kenakalan remaja
diantaranya Penelitian yang dilakukan oleh John P. Hoffmann dan Mikaela J.
Dufur (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Family And School Capital
Effe ts O


Deli

ue

: “u stitutes O

Co ple e ts? . Hasil penelitian

menunjukanb bahwa keluarga dapat menjadi sumber kenakalan bagi remaja.
Alasannya adalah kurangnya perhatian yang diberikan oleh orang tua kepada
anaknya sehinga membuat sang anak menjadi kurang perhatian dan kasih
sayang sehingga melampiaskannya melalui kenakalan.
Andrew M. Guest dan Nick McRee (2009) dalam penelitiannya yang
e judul

A School-Level Analysis of Adolescent Extracurricular Activity,

Delinquency, and Depression: The Importance of Situational Context . Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh
siswa di sekolah dapat menjadi wadah bagi siswa untuk menyalurkan bakat,

minat bahkan hobi yang dimiliki siswa. Dengan ada kegiatan yang positif yang
dimiliki oleh siswa dapat meminimalkan siswa untuk melakukan kenakalan
karena waktu luang mereka sedikit.
Noo a Ello e

200

dala

pe elitia

a a g e judul Adolescent

Delinquency and Social Control in Finnish Schools: A Multilevel Analysis . Hasil
penelitian menyatakan bahwa kenakalan remaja juga dipengaruhi oleh
lingkungan masyarakat tempat siswa yang bersangkutan tinggal. Oleh karena itu
diperlukan adanya kontrol dari masyarakat terhadap sikap siswa di masyarakat.
Tujuannya adalah apabila ada siswa yang melakukan kenakalan akan
mendapatkan sangsi sosial berupa teguran dari tokoh masyarakat.
Chris Baerveldt and BeateVolker (2008) dalam penelitiannya yang
e judul Revisiting Selection and Influence: An Inquiry into the Friendship

7

Networks of High School Students and Their Associationwith Delinquency . Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa kenakalan siswa dapat bersumber dari
hubungan pertemanan yang dimiliki siswa. Pada umumnya siswa yang
berteman dengan siswa yang melakukan kenakalan akan tertepengaruh untuk
ikut serta melakukan kenakalan.
Preston Elrod dan Irina R. Soderstrom (2008) dalam penelitiannya yang
e judul Theoretical Predictors Of Delinquency In And Out Of School Among A
Sample Of Rural Public School Youth . Hasil pe elitia

menyatakan bahwa

kenakalan yang dilakukan oleh siswa dapat dilakukan di dalam lingkungan
sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Oleh karena itu kenakalan siswa
dapat bersumber dari lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga atau
masyarakat.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu adanya pengelolaan yang
matang agar kenakalan siswa dapat ditangani dengan efektif dan efisien.
Pengelolaan kenakalan siswa mutlak memerlukan partisipasi dari sekolah selaku
penyelenggara kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Dari uraian tersebut
peneliti tertarik untuk mengungkap lebih jauh tentang Pengelolaan Kenakalan
Siswa di SMA Negeri 1 Ngadirojo, Kabupaten Pacitan.
Fokus penelitian ini adalah karakteristik pengelolaan kenakalan siswa di
SMA Negeri 1 Ngadirojo, Kabupaten Pacitan. Fokus penelitian ini diuraikan
menjadi 2 (dua) subfokus yaitu (1) Bagaimana pengelolaan sumber kenakalan
siswa di SMA Negeri 1 Ngadirojo, Kabupaten Pacitan?, (2) Bagaimana
pengelolaan Jenis-Jenis kenakalan siswa di SMA Negeri 1 Ngadirojo, Kabupaten
Pacitan?.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan karakteristik pengelolaan
kenakalan siswa di SMA Negeri 1 Ngadirojo, Kabupaten Pacitan. Secara khusus,
tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan pengelolaan sumber kenakalan
siswa di SMA Negeri 1 Ngadirojo, Kabupaten Pacitan, (2) Mendeskripsikan

8

pengelolaan Jenis-Jenis kenakalan siswa di SMA Negeri 1 Ngadirojo, Kabupaten
Pacitan.
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat diantaranya adalah
dapat mengembangkan pengelolaan siswa nakal secara efektif di SMA Negeri 1
Ngadirojo, Kabupaten Pacitan. Dapat mengetahui hambatan dan kemudahan
dalam pengelolaan siswa nakal di SMA Negeri 1 Ngadirojo, Kabupaten Pacitan.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena peneliti berusaha
untuk mengungkapkan dan memahami fakta-fakta atau gambaran sesuai
dengan kenyataan di lapangan tanpa melakukan intervensi terhadap kondisi
yang terjadi. Menurut Moleong (2007: 3) metodologi kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis dari
orang-orang dan perilaku yang diamati. Desain penelitian menggunakan
Penelitian Etnografi, yaitu sebuah pendekatan yang bersifat teoritis.
Dalam penelitian kualitatif, posisi sumber data manusia (narasumber)
sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki informasinya. Dalam
penelitian tesis ini, narasumber terdiri dari: Kepala Sekolah, Guru Bimbingan
Konseling, Wali Kelas serta Siswa yang terlibat dengan kenakalan. Data dalam
penelitian ini adalah data tentang kenakalan siswa di SMA Negeri 1 Ngadirojo.
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk pengumpulan data dalam
penelitian kualitatif pada umumnya menggunakan teknik observasi, wawancara
dan studi documenter.
Teknik analsis data dalam penelitian ini adalah Reduksi Data, Penyajian
data, Penarikan kesimpulan, Kesimpulan Akhir. Teknik keabsahan data dilakukan
dengan

menggunakan

conformability.

uji

kredibility,

transferability,

dependability,

9

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Pengelolaan sumber kenakalan siswa di SMA Negeri 1 Ngadirojo,
Kabupaten Pacitan.
Suatu kenakalan pasti ada sebabnya dan berbicara mengenai
kenakalan siswa maka hal-hal yang menjadi penyebab terjadinya kenakalan
siswa sangatlah komplek. kenakalan anak dan remaja ialah tingkah laku
individu yang bertentangan dengan syarat-syarat dan pendapat umum yang
dianggap sebagai acceptable yang baik oleh suatu lingkungan atau hukum
yang berlaku di suatu masyarakat yang berkebudayaan. Maksud dari definisi
tersebut adalah tindakan anak remaja yang bertentangan dengan hukum
yang berlaku di dalam masyarakat (Willis, 2008: 89). Di SMA N 1 Ngadirojo
dapat diketahui bahwa kenakalan siswa yang terjadi bersumber dari faktor
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Preston Elrod dan Irina R.
sode st o

200

a g e judul Theoretical Predictors Of Delinquency In

And Out Of School Among A Sample Of Rural Public School Youth . Hasil
penelitian menyatakan bahwa kenakalan yang dilakukan oleh siswa dapat
dilakukan di dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
Oleh karena itu kenakalan siswa dapat bersumber dari lingkungan sekolah
dan lingkungan keluarga atau masyarakat.
Dari penelitian di atas terdapat persamaan dan perbedaan dengan
hasil penelitian. Persamaannya adalah kedua penelitian membahas tentang
sumber-sumber terjadinya kenakalan remaja. Perbedaanya adalah dalam
penelitian membahas tentang kenakalan remaja yang bersumber dari
lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.
Sedangakan pada penelitian terdahulu hanya menyatakan bahwa kenakalan
remaja dapat dilakukan di lingkungan sekolah dan luar lingkungan sekolah.
Penyebab kenakalan siswa yang bersumber dari lingkungan keluarga
terbagi menjadi yaitu dari dalam diri siswa dan dari luar diri siswa. untuk

10

faktor kenakalan siswa yang bersumber dari dalam diri siswa antara lain
adalah sikap egois yang dimiliki oleh siswa. Dimana orang tua harus
mengikuti semua keinginan siswa. dan apabila keinginan tersebut tidak
terpenuhi maka siswa akan menunjukkan ekspresi tidak suka dengan
melakukan kenakalan-kenakalan dengan harapan orang tua akan menuruti
kemauan mereka. Di SMA N 1 Ngadirojo terdapat beberapa siswa yang
melakukan kenakalan dengan alasan sebagai wujud protes kepada orang
tuanya yang tidak mau menuruti kemauan mereka seperti meminta HP
baru, uang, sepatu baru dll.
Sumber kenakalan siswa yang berasal dari luar diri siswa adalah
kurangnya disiplin yang diterapkan oleh orang tua terutama bagi siswa yang
orang tuanya bekerja baik diluar kota atau di luar negeri. Karena kurangnya
perhatian orang tua maka mereka mencari perhatian dengan melakukan
kenakalan-kenakalan dengan bolos sekolah, merokok di lingkungan sekolah
sampai terlambat masuk sekolah.
Selain kurangnya perhatian orang tua yang bekerja, kenakalan yang
dilakukan oleh siswa juga bersumber dari kemarahan orang tua. Kemarahan
orang tua dapat dikarenakan hubungan yang kurang harmonis di antara
ayah dan ibu. Dan terkadang kemarahan orang tua yang berlebihan
terhadap anak juga dapat menimbulkan bermacam reaksi dari anak yang
pada akhirnya menyeret anak untuk melakukan kenakalan. Sumber
kenakalan siswa yang berasal dari lingkungan keluarga adalah kemarahan
orang tua. Kemarahan yang dilakukan oleh orang tua pada umumnya
dikarenakan kurangnya keharmonisan hubungan orang tua di rumah.
Disamping lingkungan keluarga, hal terpenting dari sebab-sebab
timbulnya kenakalan siswa di SMA N 1 Ngadirojo adalah lingkungan sekolah.
Sekolah dapat menjadi penyebab timbulnya kenakalan siswa, yang mana
penyebab terjadinya kenakalan siswa dipicu dari pengaruh temantemannya. Hal ini sangatlah wajar apabila pengaruh dari teman itu

11

merupakan penyebab yang utama. Karena apabila siswa bergaul dengan
anak yang nakal maka dia bisa ikut menjadi nakal.
Untuk menghindari masalah yang akan timbul akibat pergaulan,
selain remaja diarahkan untuk mempunyai teman bergaul yang sesuai,
orangtua hendaknya juga memberikan kesibukan dan mempercayakan
sebagian tanggung jawab rumah tangga kepada si remaja. Pemberian
tanggung jawab ini hendaknya tidak dengan pemaksaan maupun mengadaada. Berilah pengertian yang jelas dahulu, sekaligus berilah teladan pula.
Sebab dengan memberikan tanggung jawab dalam rumah akan dapat
e gu a gi aktu a ak klu u a

tidak ka ua da sekaligus dapat

elatih

anak mengetahui tugas dan kewajiban serta tanggung jawab dalam rumah
tangga. Mereka dilatih untuk disiplin serta mampu memecahkan masalah
sehari-hari. Mereka dididik untuk mandiri. Selain itu, berilah pengarahan
kepada mereka tentang batasan teman yang baik.
Fakta bahwa hubungan pertemanan dapat menajdi sumber
kenakalan remaja di perkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Chris Baerveldt and BeateVolker (2008) dalam penelitiannya yang berjudul
Re isiti g Selection and Influence: An Inquiry into the Friendship Networks
of High “ hool “tude ts a d Thei Asso iatio

ith Deli

ue

. Hasil

penelitian ini menyatakan bahwa kenakalan siswa dapat bersumber dari
hubungan pertemanan yang dimiliki siswa. Pada umumnya siswa yang
berteman dengan siswa yang melakukan kenakalan akan tertepengaruh
untuk ikut serta melakukan kenakalan.
Dari penelitian di atas terdapat persamaan dan perbedaan dengan
hasil penelitian. Persamaannya adalah kedua penelitian membahas tentang
kenakalan remaja yang bersumber adri hubungan pertemanan. Dan
perbedaanya adalah dalam penelitian ini kenakalan remaja yang bersumber
dari pertemanan dalam bentuk bolos sekolah, merokok dilingkungan
sekolah, atau mungkin tawuran. Sedangan dalam penelitian terdahulu tidak

12

menjelaskan bentuk kenakalan remaja yang bersumber adri hubungan
pertemanan.
Sikap guru ketika mengajar di dalam kelas terkadang juga dapat
menjadi faktor pemicu kenakalan siswa. Guru yang cara mengajarnya keras
terkadang membuat siswa malas untuk mengikuti jam pelajaran guru yang
bersangkutan. Observasi dilapangan menunjukkan bahwa ada beberapa
gu u a g dia ggap sis a se agai gu u kille

aitu gu u a g galak da

cara mengajarnya keras. Sehingga membuat siswa enggan untuk mengikuti
pelajaran yang menyebabkan mereka jadi bolos sekolah atau meninggalkan
kelas pada jam pelajaran tersebut.
Kenakalan siswa juga dapat dipengaruhi lingkungan masyarakat
dimana anak tinggal baik dengan teman sebaya maupun dengan orang yang
lebih dewasa atau lebih tua. Dilingkungan masyarakat itulah siswa
menghabiskan dari waktu luangnya. Jadi tidak heran kalau kenakalan yang
terjadi pada siswa di sebabkan karena lingkungan masyarakat.
Noo a Ello e

200

dala

pe elitia

a a g e judul Adolescent

Delinquency and Social Control in Finnish Schools: A Multilevel Analysis .
Hasil penelitian menyatakan bahwa kenakalan remaja juga dipengaruhi oleh
lingkungan masyarakat tempat siswa yang bersangkutan tinggal. Oleh
karena itu diperlukan adanya kontrol dari masyarakat terhadap sikap siswa
di masyarakat.
Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian di atas dengan
hasil penelitian. Persamaannya adalah kedua penelitian membahas tentang
kenakalan remaja yang bersumber dari lingkungan masyarakat. Dan
perbedaanya adalah dalam penelitian ini membahas kenakalan remaja
seperti seperti tawuran namun belum dijelaskan bentuk sangsi yang
diberikan oleh masyarakat kepada siswa yang melakukan kenakalan.
Di SMA N 1 Ngadirojo menunjukkan bahwa sumber kenakalan siswa
adalah lingkungan masyarakat dimana siswa tinggal. Siswa yang berteman

13

dengan orang yang berkelakukan kurang baik maka dapat mempengaruhi
sifat siswa. Sebagai contohnya adalah siswa yang ikut tawuran atau
mengkonsumsi obat-obatan.
2. Pengelolaan Jenis-jenis kenakalan siswa di SMA Negeri 1 Ngadirojo,
Kabupaten Pacitan.
Kenakalan siswa yang terjadi di lingkungan SMA N 1 Ngadirojo
terbagi menjadi dua kelompok yaitu kenakalan yang sifatnya ringan seperti
membolos, ngobrol atau ramai ketika jam pelajaran berlangsung, merokok,
tidak mengerjakan PR sekolah, tidak memakai ikat pinggang dan kaos kaki,
sering terlambat datang ke sekolah, menyontek, dan berpacaran. Dan
kenakalan siswa yang sifatnya berat adalah kenakalan siswa yang sampai
pada pelanggaran hukum seperti tawuran, mencuri, mengkonsumsi
narkoba, dll.
Kenakalan siswa dalam bentuk membolos sekolah adalah pergi
meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan dari pihak sekolah. Membolos
disini pada hakikatnya mereka berangkat kesekolah dengan berpakain
seragam dari rumah akan tetapi mereka tidak datang ke sekolah mereka
pergi entah kemana. Keadaan seperti ini sering terjadi karena siswa merasa
bosan dengan suasana sekolah, dan adapula yang beralasan terlambat
akhirnya mereka memutuskan untuk membolos saja.
Selain membolos sekolah kenakalan yang sering dilakukan oleh siswa
adalah ngobol atau ramai sendiri ketika jam pelajaran berlangsung. Hal
seperti itu sering kali terjadi pada waktu proses belajar mengjar. Dimana
guru sedang menerangkan tetapi para siswa asyik mengobrol sendiri tanpa
menghiraukan gurunya. Disini siswa merasa bosan dengan suasana yang
begitu-begitu saja dimana guru hanya menerangkan dan siswa mendengar
dan mencatat apa yang guru berikan. Keadaan seperti itulah yang membuat
para siswa merasa bosan dengan suasana kelas yang kurang menyenangkan.

14

Penelitian yang dilakukan oleh Kyriacau pada tahun 2007 yang
berjudul The De elop e t of “tude t Tea he ’s Vie

of Pupil Mis eha io

during an Initial Teacher Training Program in England an Norway
menyebutkan secara keseluruhan, faktor utama akuntansi untuk kenakalan
u id di lapo ka se agai o a gtua a g tidak p o sekolah
nilai-nilai di anak-a ak

e eka

a g pali g se i g

e a a ka

elapo ka ke akala

murid adalah berbicara keluar dari gilirannya (misalnya berteriak, menyela,
pernyataan-pernyataan yang tidak tepat atau mengganggu obrolan selama
mata pelajaran) dan strategi itu dinilai paling positif jelas dan konsisten
mendirikan sekolah dan peraturan kelas tentang perilaku yang dapat
diterima dan yang tidak dapat diterima.
Kenakalan siswa juga dilakukan dalam bentuk lari dari sekolah pada
jam pelajaran sedang berlangsung. Lari dari sekolah pada jam pelajaran yang
sedang berlangsung adalah siswa yang masuk ke kelas dan mengikuti
pelajaran tetapi pada saat proses belajar mengajar berlangsung siswa
berpura-pura mau kebelakang namun pada akhirnya siswa tidak kembali lagi
ke kelas.
Kenakalan siswa yang di lingkungan sekolah yang bersifat ringan
lainnya adalah merokok. Merokok dilingkungan sekolah bagi para siswa
merupakan tindakan yang melanggar dan tidak diperbolehkan oleh pihak
sekolah. Merokok bagi para siswa merupakan kepuasan tersendiri bagi
mereka yang sudahterbiasa merokok dirumah maupun di sekolah. Dan ada
pula siswa yang hanya ikut-ikutan dan mencari perhatian supaya dipandang
oleh temannya.
Setiap sekolah mewajibkan para siswanya untuk memakai ikat
pinggang dan kaos kaki. Para siswa yang nakal sering kali tidak memakai ikat
pinggang dan kaos kaki, dikarenakan ada yang malas memakai ikat pingang
ada pula yang beralasan mereka terburu-buru berangkat sekolah sehingga
akhirnya lupa untuk memakai ikat pinggang. Sedangkan siswa yang tidak

15

memakai kaos kaki biasanya beralasan tidak kelihatan karena tertutup oleh
baju mereka.
Peraturan sekolah lainnya yang juga sering dilanggar oale siswa
adalah terlambat datang ke sekolah. Keterlambatan siswa ke sekolah
mungkin bagi siswa yang rumahnya jauh atau yang naik angkutan itu
memang sering terjadi. Namun bagi siswa yang rumahnya dekat dengna
sekolah juga terlambat datang ke sekolah. Para siswa yang terlambat
biasanya beralasan bangun kesiangan.
Selain kenakalan siswa yang jenisnya ringan, para siswa juga pernah
melakukan kenakalan yang jenisnya berat. Kenakalan yang mereka lakukan
adalah tawuran. Tawuran adalah suatu tindakan anarkis yang dilakukan oleh
dua kelompok dalam bentuk perkelahian masal di tempat umum sehingga
menimbulkan keributan dan rasa ketakutan (teror) pada warga yang ada di
sekitar tempat kejadian perkara tawuran. Tawuran dikategorikan kenakalan
siswa yang jenisnya berat karena tawuran melanggar hukum. Para siswa di
SMA N 1 Ngadirojo pernah melakukan tawuran dengan sekolah lain.
Menurut penjelasan guru BK, alasannya adalah saling ejek yang dilakukan
siswa.
Upaya dalam menanggulangi kenakalan siswa dilaksanakan secara
preventif (pencegahan), represif (mengahambat), maupun yang bersifat
kuratif (penyembuhan) dan rehabilitasi (perbaikan). Penanganan kenakalan
siswa tersebut dilakukan agar kenakalan siswa tersebut tidak terulang
kembali.
Upaya mengatasi tindakan kenakalan dengan cara preventif
(pencegahan) dilakukan oleh guru BK dengan tujuan untuk mencegah agar
jangan sampai terjadi kenakalan yang sama pada siswa yang lainnya. Di SMA
N 1 Ngadirojo, dalam menanggulangi kenakalan siswa guru BK memberikan
pendidikan remaja sebaya. Pendidikan remaja sebaya dilakukan sekolah
yang berfungsi sebagai pengembangan, penyalur perbaikan, pencegahan,

16

penglaman serta berfungsi sebagai pengajaran. Dengan pemberian
pendidikan tersebut supaya siswa dapat mengembangkan secara optimal
pergaulan dan perilaku terhadap guru maupun teman.
Selain kegiatan pendidikan remaja sebaya, upaya preventif yang
dilakukan SMAN 1 Ngadirojo adalah mengadakan pembinaan melalui
kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler dapat menumbuhkan jiwa
bertanggungjawab pada diri anak, sebab kegiatan tersebut siswa dituntut
untuk mandiri dan percaya diri dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawab dalam kegiatan tersebut. Kesibukan yang dapat dimiliki oleh
siswa adalah dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah.
Kegiatan ekstrakurikuler dapat membantu siswa untuk mengembangkan
bakat dan juga hobi yang dimilikinya. Hal itu itu diperkuat dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Andrew M. Guest dan Nick McRee (2009)
dalam penelitiannya yang berjudul A “chool-Level Analysis of Adolescent
Extracurricular Activity, Delinquency, and Depression: The Importance of
“ituatio al Co te t . Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kegiatan
ekstrakurikuler yang diikuti oleh siswa di sekolah dapat menjadi wadah bagi
siswa untuk menyalurkan bakat, minat bahkan hobi yang dimiliki siswa.
Dengan ada kegiatan yang positif yang dimiliki oleh siswa dapat
meminimalkan siswa untuk melakukan kenakalan karena waktu luang
mereka sedikit.
Dari penelitian di atas terdapat persamaan dan perbedaan dengan
hasil penelitian. Persamaannya adalah kedua penelitian sama-sama
membahas tentang upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi
kenakalan

siswa

salah

satunya

melalui

kegiatan

ekstrakkurikuler.

Perbedaannya adalah dalam penelitian ini siswa yang ikut dalam kegiatan
ekstrakurikuler mendapatkan pembinaan dari guru BK sedangkan pada
penelitian sebelumnya tidak dijelaskan.

17

Upaya preventif lain yang dilakukan pihak sekolah dalam menangani
kenakalan siswa adalah dengan meningkatkan efektifitas hubungan orang
tua dan masyarakat (humas). Hubungan sekolah dengan masyarakat
merupakan salah satu garapan administrasi pendidikan. Hubungan
masyarakat adalah proses komunikasi antara sekolah dengan msyarakat.
Meningkatkan hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan upaya
preventif yang efektif dalam mencegah terjadinya kenakalan siswa di luar
sekolah.
Keluarga adalah tempat perkembangan awal seorang anak, sejak
saat kelahirannya sampai proses perkembangan jasmani dan rohani
berikutnya. Bagi seorang anak, keluarga memiliki arti dan fungsi yang vital
bagi kelangsungan hidup maupun dalam menemukan makna dan tujuan
hidupnya. Untuk mencapai perkembangannya seorang anak membutuhkan
kasih sayang, perhatian dan rasa aman untuk berlindung dari orang tuanya.
Peran penting orang tua atau keluraga untuk meminimalkan
kenakalan siswa di perkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh John P.
Hoffmann dan Mikaela J. Dufur (2008) yang berjudul Family And School
Capital Effe ts O

Deli

ue

: “u stitutes O

Co ple e ts? . Hasil

penelitian menunjukanb bahwa keluarga dapat menjadi sumber kenakalan
bagi remaja. Alasannya adalah kurangnya perhatian yang diberikan oleh
orang tua kepada anaknya sehinga membuat sang anak menjadi kurang
perhatian dan kasih sayang sehingga melampiaskannya melalui kenakalan.
Dari penelitian di atas terdapat persamaan dan perbedaan dengan
hasil penelitian. Persamaannya adalah kedua penelitian tentang sumber
kenakalan siswa yang berasal dari kurangnya perhatian orang tua. Dan
perbedaannya adalah dalam penelitian ini dibahas tentang pentingnya
perhatian orang tua yang diberikan kepada siswa untuk meminimkan
kenakalan yang dilakukan oleh siswa.

18

Selain upaya preventif, dalam menaggulangi kenakalan siswa pihak
sekolah juga melakukan upaya represif atau menghambat. Upaya represif
tujuannya adalah untuk menahan dan menghambat kenakalan siswa
sesering mungkin dan jangan sampai timbul peristiwa yang lebih lanjut.
Upaya represif dapat dilakukan dengan memberikan nasehat dan peringatan
secara lisan dan tulisan.
Pemberian nasihan bisa diwujudkan dengan memberi peringatan
atau hukuman secara langsung terhadap siswa yang bersangkutan. Dengan
memberikan nasihan bertujuan agar siswa yang bersangkutan menyadari
akan perbuatannya dan tidak akan mengalinganya lagi. Selain dengan
memberikan peringan secara tertulis dan lisan, pihak sekolah juga
melakukan pendekatan dengan orang tua siswa. Pendekatan tersebut
dilakukan apabila siswa yang bersangkutan masih melakukan kenakalankenakalan walaupun sudah diberi nasihat dan peringatan. Tujuannya adalah
untuk mencari jalan keluar bagi anak tersebut dan menerapkan hidup
disiplin terhadap peraturan yang berlaku.
Dalam menanggulangi kenakalan siswa di sekolah, cara kuraitf
(penyembuhan) dan rehabilitasi (perbaikan) juga dapat dilakukan. Usaha
untuk menanggulangi kenakalan siswa yang bersifat kuratif atau
penyembuhan dilakukan dengan jalan mengdakan pendekatan kepada siswa
yang bersangkutan. Dengan mengadakan pendekatan ini diharapkan dapat
diperoleh akar permasalahan yang menyebabkan siswa nakal sehingga
dapat ditemukan jalan keluar dalam mengatasi kenakaln siswa.
Di SMA N 1 Ngadirojo, penanganan yang dilakukan sekolah adalah
dengan memberikan teguran dan nasihat kepada siswa yang bermasalah,
memberikan perhatian khusus kepada siswa yang bersangkutan, dan
menghubungan orang tua siswa. selain itu pihak sekolah juga melakukan
penanganan dengan pendekatan kasus perkasus secara individual.

19

PENUTUP
Kesimpulan yang dapat diambila adalah sebagai berikut :
1.

Sumber kenakalan siswa yang terjadi di SMA Negeri 1 Ngadirojo,
Kabupaten Pacitan dari faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
dan lingkungan masyarakat. Kenakalan siswa yang bersumber dari
lingkungan keluarga ada 2 yaitu dari dalam diri siswa dan dari luar diri
siswa. Faktor kenakalan siswa yang bersumber dari dalam diri siswa antara
lain adalah sikap egois yang dimiliki oleh siswa. Sumber kenakalan siswa
yang berasal dari luar diri siswa adalah kurangnya disiplin yang diterapkan
oleh orang tua dan kemarahan orang tua. Dilingkungan sekolah bersumber
dari pengaruh teman-temannya, sikap guru ketika mengajar di dalam kelas.
Kenakalan siswa juga dapat dipengaruhi lingkungan masyarakat dimana
anak tinggal baik dengan teman sebaya maupun dengan orang yang lebih
dewasa atau lebih tua.

2.

Kenakalan siswa yang terjadi di lingkungan SMA N 1 Ngadirojo terbagi
menjadi dua kelompok yaitu kenakalan yang sifatnya ringan dan berat.
Kenakalan yang sifatnya ringan antara lain membolos, ngobrol atau ramai
ketika jam pelajaran berlangsung, merokok, tidak mengerjakan PR sekolah,
tidak memakai ikat pinggang dan kaos kaki, sering terlambat datang ke
sekolah. Kenakalan siswa yang sifatnya berat antara lain tawuran, mencuri,
mengkonsumsi narkoba, dll. Upaya dalam menanggulangi kenakalan siswa
dilaksanakan secara preventif (pencegahan) dilakukan oleh guru BK melalui
pendidikan remaja sebaya, kegiatan ekstrakurikuler, meningkatkan
hubungan orang tua dan masyarakat (humas). Untuk upaya represif atau
menghambat dengan memberikan nasehat dan peringatan secara lisan dan
tulisan dan melakukan pendekatan dengan orang tua siswa. Untuk cara
kuratif (penyembuhan) dan rehabilitasi (perbaikan) juga dapat dilakukan
dengan jalan mengadakan pendekatan kepada siswa yang bersangkutan.

20

Saran yang dapat peneliti berikan antara lain :
1.

Bagi orang tua untuk mengatasi timbulnya kenakalan anaknya sangat
besar hendaknya ada penanaman pendidikan moral, pengetahuan nilai-nilai
agama, teladan dari orang tua sejak kecil, pengawasan dan perhatian pada
anaknya sangat diharapkan yang dapat mencegah timbulnya prilaku
menyimpang anaknya dikemudian hari.

2.

Bagi guru hendaknya mampu berpartisipasi aktif dan dapat bekerja
sama dengan pihak bimbingan konseling dalam kegiatan penanganan
masalah siswa serta memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa
yang memerlukan layanan kegiatan bimbingan dan konseling.

3.

Bagi Bimbingan Konseling membantu siswa sangat dibutuhkan karena
bisa jadi semakin lama akan semakin banyak dan beragam masalah siswa di
masa yang akan datang. Maka, perlu adanya suatu kegiatan dan tambahan
materi dan layanan yang terkait dalam upaya membantu mengatasi kendalakendala bagi muridnya di usia remaja, di mana bila kelak anak didiknya
sudah keluar dari sekolah bisa mampu menyelesaikan masalahnya tanpa
bergantung pada bimbingan konseling sekolah lagi.

4.

Bagi Sekolah hendaknya dapat menyediakan sarana prasarana, tenaga
dan berbagai kemudahan demi terlaksananya pelayanan bimbingan dan
konseling yang efektif dan efisien. Sedangkan terkait dengan kenakalan
remaja ini seharusnya sekolah bisa menindak tegas setiap hal yang memang
diperlukan ketegasan.

5.

Bagi siswa-siswi harus mampu membekali diri dengan nilai-nilai agama,
moral, pengetahuan agar mampu membentengi diri dari hal-hal yang kurang
bernilai dan juga hendaknya mampu memanfaatkan waktu dan masa
mudanya untuk hal-hal yang positif dan bernilai bagi dirinya kelak.

21

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad dan Asrori, Mohammad. 2010. Psikologi Remaja Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
Aqib, Zainal dan Rohmanto, Elham. 2008. Membangun Profesionalisme Guru dan
Pengawas Sekolah. Bandung: Yrama Widya.
Aqib, Zainal. 2009. Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Bandung: Yrama
Widya.
A d e M. Guest da Ni k M ‘ee . 200 . A “ hool-Level Analysis of Adolescent
Extracurricular Activity, Delinquency, and Depression: The Importance of
“ituatio al Co te t . J Youth Adolescence. 38:51–62, DOI
10.1007/s10964-008-9279-6
Arikunto, Suharsimi 2008. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Asma i, Ja al Ma u . 200 . Manajemen Pengelolaan dan Kepemimpinan
Pendidikan Profesional. Yogyakarta: DIVA Press.
Ch is Bae eldt a d BeateVolke . 200 . ‘e isiti g “ele tio a d I flue e: A
Inquiry into the Friendship Networks of High School Students and Their
Asso iatio ith Deli ue
. Canadian Journal of Criminology and
Criminal Justice
Hasbullah. 2006. Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan
Implikasinya terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Ihsan, Fuad. 2010. Dasar-Dasar Kependidikan: Komponen MKDK. Jakarta: Rineka
Cipta.
Joh P. Hoff a da Mikaela J. Dufu . 200 . Fa il A d “ hool Capital Effe ts
O
Deli ue : “u stitutes O Co ple e ts? .
Sociological
Perspectives, Vol. 51, Issue 1, pp. 29–62, ISSN 0731-1214, electronic ISSN
1533-8673.
Maliki, Zainuddin 2008. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Mulyono. 2009. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Yogyakarta:
Ar Ruzz Media

22

Marsudi, Saring 2008. Perkembangan Peserta Didik. Surakarta: BP FKIP UMS.
Moleong, Lexy 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Noo a Ello e . 200 . Adoles e t Deli ue
a d “o ial Co t ol i Fi ish
Schools: A Multilevel Analysis . Journal of Scandinavian Studies in
Criminology and Crime Prevention. ISSN 1404–3858 Vol 9, pp 47–64,
2008.
P esto

El od da I i a ‘. “ode st o . 200 . Theo eti al P edi to s Of
Delinquency In And Out Of School Among A Sample Of Rural Public School
Youth . Southern Rural Sociology, 23(2), 2008, pp. 131-156.

Soedijarto. 2008. Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita. Jakarta: Kompas.
Yamin, Martinis. 2008, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa.
Jakarta: Gaung Persada Press.

Dokumen yang terkait

Peran Guru Bimbingan Konseling dan Guru Pendidikan Agama dalam Pengelolaan Kenakalan Remaja di SMA Negeri 1 Ngadirojo Pacitan

1 5 13

STRATEGI PENGELOLAAN KEUANGAN DI SMP NEGERI 4 NGADIROJO Strategi Pengelolaan Keuangan Di SMP Negeri 4 Ngadirojo Pacitan.

0 1 14

STRATEGI PENGELOLAAN KEUANGAN DI SMP NEGERI 4 NGADIROJO Strategi Pengelolaan Keuangan Di SMP Negeri 4 Ngadirojo Pacitan.

0 3 19

PENGELOLAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAHDI SMP NEGERI 1 NGADIROJO PACITAN Pengelolaan Usaha Kesehatan Sekolah Di SMP Negeri 1 Ngadirojo Pacitan.

0 3 12

PENGELOLAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAHDI SMP NEGERI 1 NGADIROJO PACITAN Pengelolaan Usaha Kesehatan Sekolah Di SMP Negeri 1 Ngadirojo Pacitan.

0 4 13

PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA DALAM PENGELOLAAN KENAKALAN REMAJA Peran Guru Bimbingan Konseling Dan Guru Pendidikan Agama Dalam Pengelolaan Kenakalan Remaja Di SMA Negeri 1 Ngadirojo Pacitan.

0 1 11

PENDAHULUAN Peran Guru Bimbingan Konseling Dan Guru Pendidikan Agama Dalam Pengelolaan Kenakalan Remaja Di SMA Negeri 1 Ngadirojo Pacitan.

0 2 8

PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA DALAM PENGELOLAAN KENAKALAN REMAJA Peran Guru Bimbingan Konseling Dan Guru Pendidikan Agama Dalam Pengelolaan Kenakalan Remaja Di SMA Negeri 1 Ngadirojo Pacitan.

0 2 22

PENGELOLAAN KENAKALAN SISWA DI SMA NEGERI 1 NGADIROJO, PACITAN Pengelolaan Kenakalan Siswa di SMA Negeri 1 Ngadirojo.

0 0 11

PENDAHULUAN Pengelolaan Kenakalan Siswa di SMA Negeri 1 Ngadirojo.

0 1 10