T1 232010097 Full text

(1)

1

PENDAHULUAN

Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan dari suatu entitas (PSAK 1 Revisi 2009). Sedangkan tujuan dari

pelaporan keuangan adalah “provide financial information about reporting entity that is useful to present and potential equity investors, lenders, and other creditors in making decisions in their capacity as capital providers” (Kieso 2011, 7). Meskipun banyak pihak yang menggunakan laporan keuangan, tujuan tersebut secara jelas meletakan investor sebagai pihak utama dari pelaporan keuangan dan proses alokasi modal sebagai fokus utama.

Efisiensi alokasi modal merupakan hal yang penting dalam mewujudkan ekonomi yang sehat. Namun informasi keuangan yang tidak handal dan tidak relevan menyebabkan alokasi modal yang buruk dan akhirnya mempengaruhi pasar sekuritas (Kieso 2011, 6). Untuk itu diperlukan suatu standar pelaporan keuangan guna menjamin kualitas dari suatu informasi keuangan.

Saat ini IFRS (International Financial Reporting Standard) bersama dengan US GAAP (United States Generally Accepted Accounting Principles) adalah salah satu dari dua standar pelaporan keuangan yang diakui secara global. Sebelum skandal akuntansi yang terjadi di Amerika Serikat, standar akuntansi rinci yang mengarah pada US GAAP dipandang sebagai bentuk paling efek tif (Eaton, 2005). Menurunnya popularitas US GAAP menyebabkan banyak negara beralih ke IFRS. Pada tahun 2012 lebih dari 100 negara yang menggunakan IFRS atau sedang dalam proses adopsi


(2)

2

IFRS (IFRS Foundation, 2012). IFRS berkembang sebagai jawaban atas pertanyaan yang ada dalam pikiran akuntan, professional keuangan, institusi keuangan dan regulator mengenai standar akuntansi manakah yang akan memecahkan keragaman praktik akuntansi seluruh dunia (Ankarath 2012, 12).

Pada tanggal 23 Desember 2008, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mendeklarasikan rencana Indonesia untuk melakukan konvergensi terhadap IFRS dalam pengaturan standar akuntansi keuangan (IAI, 2008). IAI mengungkapkan bahwa kepatuhan terhadap IFRS meningkatkan keterbandingan maupun transparansi dari laporan keuangan. Di samping itu relevansi dan kehandalan merupakan kualitas dasar dari informasi keuangan dalam kerangka konseptual IFRS. Sehingga perlu dipertanyakan apakah proses konvergensi IFRS yang tidak murah tersebut menghasilkan peningkatan kualitas akuntansi di Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konvergensi IFRS terhadap kualitas akuntansi di Indonesia. Kualitas akuntansi diukur dengan manajemen laba dan relevansi nilai, seperti penelitian yang dilakukan Liu et al. (2011). Manajemen laba Peningkatan kualitas akuntansi ditunjukkan dengan menurunnya tingkat manajemen laba dan meningkatnya relevansi nilai dari laba dan nilai buku ekuitas (Barth et al., 2008).

Penelitian mengenai pengaruh adopsi IFRS terhadap kualitas akuntansi di berbagai negara memperoleh hasil yang berbeda-beda. Adopsi IFRS di China terbukti meningkatkan kualitas akuntansi yang ditandai dengan peningkatan relevansi nilai


(3)

3

laba dan penurunan praktik perataan laba (Liu et al., 2011). Ames (2013) menggunakan kualitas laba dalam mengukur kualitas akuntansi dan menemukan bahwa tidak terjadi peningkatan yang signifikan terhadap kualitas laba setelah adopsi IFRS di Afrika Selatan. Sedangkan di Jerman, kualitas akuntansi mengalami perbaikan baik pada masa IAS maupun pada masa adopsi IFRS secara sukarela, namun terjadi penurunan kualitas akuntansi pada masa adopsi IFRS secara wajib (Paananen dan Lin, 2009). Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengeta hui pengaruh adopsi IFRS terhadap kualitas akuntansi di Indonesia.

Beberapa penelitian pernah dilakukan untuk mengetahui pengaruh adopsi IFRS terhadap kualitas akuntansi di Indonesia. Santy et al., (2012) menemukan bahwa adopsi IFRS di Indonesia tidak mempengaruhi tingkat manajemen laba pada perusahaan perbankan di Indonesia. Sedangkan Narendra (2013) berhasil menemukan bahwa adopsi IFRS berpengaruh positif terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur di Indonesia.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu, kualitas akuntansi tidak hanya diukur dengan menggunakan manajemen laba, namun juga relevansi nilai informasi akuntansi. Sampel yang digunakan tidak hanya berasal dari satu sektor industri saja, namun berasal dari enam sektor industri, yaitu industri dasar dan kimia; aneka industri; industri barang konsumsi; property dan real estat; infrastruktur, utilitas dan transportasi; perdagangan, jasa dan investasi.


(4)

4

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pengetahuan kepada para pembaca mengenai program konvergensi IFRS yang dilakukan di Indonesia serta dampaknya terhadap kualitas akuntansi di Indonesia. Selain itu penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi Ikatan Akuntan Indonesia dalam menerapkan regulasi maupun strategi konvergensi IFRS lebih lanjut.

TINJAUAN TEORITIS

Manaje men Laba

Manajemen laba dapat didefinisikan sebagai campur tangan yang disengaja oleh pihak manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal, dengan maksud memperoleh keuntungan pribadi (Schipper, 1989). Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan dalam pelaporan keuangan dan penataan transaksi untuk mengubah laporan keuangan dengan tujuan menyesatkan beberapa stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan ataupun untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang bergantung pada angka akuntansi (Healy dan Wahlen, 1999). Perilaku manajemen yang menguntungkan diri sendiri melalui manajemen laba dapat dijelaskan dengan teori keagenan. Pemilik perusahaan merupakan principal yang mendelegasikan tugas kepada agent yaitu manajemen. Agent akan bertindak memuaskan kepentingannya sendiri dan selalu memiliki informasi lebih dari yang dimiliki principal (Jensen dan Meckling, 1976).


(5)

5

Konve rgensi IFRS di Indonesia

Standar akuntansi yang berlaku di Indonesia telah mengalami perkembangan yang panjang sampai dengan saat ini. Pada tahun 1974, Ikatan Akuntan Indonesia telah menyusun standar akuntansi dengan nama Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) dengan US GAAP sebagai referensi utama. Namun sepuluh tahun kemudian standar akuntansi keuangan Indonesia beralih menggunakan standar milik International Accounting Standard Committee (IASC) sebagai referensi utama (IAI, 2009). Kemudian pada tahun 1994 IAI memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi terbitan IASC yang disebut dengan International Accounting Standard (IAS). Sehingga pada tanggal 1 Januari 2007 terdapat 28 PSAK yang disusun dengan menggunakan IAS sebagai referensi, 20 PSAK yang mengacu pada US GAAP, 8 PSAK yang dikembangkan sendiri oleh IAI dan sebuah PSAK bagi Bank Syariah yang mengacu pada Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution (AAOIFI) (Deloitte, 2007).

Meskipun sejak tahun 1994 IAI telah melakukan harmonisasi dengan International Accounting Standards namun IAI baru menunjukan langkah serius pada akhir tahun 2008. Pada tanggal 23 Desember 2008, IAI meresmikan program konvergensi IFRS 2012 (Majalah Akuntan Indonesia, hal 20). Program konvergensi IFRS bertujuan untuk mencapai adopsi penuh IFRS versi 2009 pada tahun 2012. Sehingga laporan keuangan pada tahun 2011 telah menerapkan beberapa PSAK yang mengadopsi IFRS.


(6)

6

Manaje men Laba dan Konvergensi International Financial Reporting Standard

(IFRS)

Penelitian mengenai pengaruh adopsi IFRS terhadap manajemen laba di berbagai negara telah banyak dilakukan dan menemukan hasil yang berbeda antarnegara. Penelitian yang dilakukan pada 15 negara anggota Uni Eropa menunjukan penurunan tingkat manajemen laba, yang nampak pada penurunan manajemen laba terhadap target, penurunan nilai absolut discretionary accrual dan peningkatan kualitas akrual setelah adopsi IFRS (Chen, et al. 2010). Sama halnya dengan penelitian terhadap adopsi IFRS di Australia yang menunjukkan penurunan tingkat manajemen laba setelah adopsi IFRS (Elias, 2012). Namun, hal tersebut tidak senada dengan adopsi IFRS di Jerman, perusahaan pengadopsi IFRS tidak menunjukan perilaku manajemen laba yang berbeda dengan perusahaan pengguna German GAAP (Tendeloo dan Vanstraelen, 2005). Sedangkan penelitian di China menunjukan kesimpulan yang berbeda terhadap adopsi IFRS. Zhou et al. (2009), menunjukan bahwa perusahaan pengadopsi IFRS memiliki kemungkinan yang lebih kecil dalam meratakan labanya jika dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan local GAAP. Namun Li dan Park (2012) menemukan bahwa terjadi peningkatan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan China setelah adopsi IFRS. Penelitian di India menunjukan bahwa perusahaan pengadopsi IFRS memiliki kemungkinan yang lebih besar dalam melakukan perataan laba jika dibandingkan dengan perusahaan non-adopsi IFRS (Rudra dan Bhattacharjee, 2012).


(7)

7

Adopsi IFRS oleh Uni Eropa dan Australia pada tahun 2005 memulai efek domino yang menyebabkan IFRS digunakan lebih dari 120 negara di dunia pada saat ini (Larson dan Street, 2011). Demikian juga Indonesia yang memulai program konvergensi IFRS pada tahun 2009. Sebelum program konvergensi IFRS di Indonesia, International Accounting Standard dan United States Generally Accounting Principles merupakan dasar penyusunan utama standar akuntansi keuangan Indonesia. Saat ini IFRS terdiri dari sekitar 2000 halaman peraturan akuntansi, namun hal tersebut tidak sebanding dengan US GAAP yang dimuat dalam lebih dari 2000 pernyataan terpisah, dan banyak dari pernyataan terpisah tersebut yang memuat ratusan halaman. Perbedaan volume tersebut mencerminkan perbedaan antara rule-based approach yang mendasari US GAAP dengan principle-based approach yang mendasari IFRS (Gill, 2007). Principle-based accounting standards biasanya ditandai dengan pernyataan yang jelas mengenai tuj uan tetapi tidak memiliki petunjuk pelaksanaan yang rinci, sehingga akuntan dituntut untuk menggunakan pertimbangan profesional dalam penerapanya (Collins et al., 2012). Pertimbangan profesional tersebut menyebabkan meningkatnya alternatif terkait perlakuan akuntansi dari suatu transaksi. Pada akhirnya menyebabkan peluang manajemen laba semakin besar. Sehingga hipotesis yang dirumuskan berdasarkan uraian di atas adalah sebagai berikut:

H1 : Manajemen Laba di Indonesia setelah adopsi IFRS lebih besar daripada periode sebelum adopsi IFRS.


(8)

8

Relevansi Nilai (Value of Relevance)

Relevansi nilai akuntansi didefinisikan sebagai kemampuan dari informasi yang dikungkapakan oleh laporan keunagan untuk menjelaskan dan menyimpulkan nilai perusahaan (Kargin, 2013). Dalam penelitian ini relevansi nilai dari suatu informasi akuntansi diukur dengan menggunakan hubungan statistik dari informasi dalam laporan keuangan dengan harga saham perusahaan tersebut (Silipo et al., 2011; Chua et al., 2012; Bilgic dan Ibis, 2013).

Relevansi Nilai dan Adopsi International Financial Reporting Standard (IFRS)

Relevansi nilai telah banyak digunakan dalam berbagai penelitian sebagai salah satu dimensi dalam mengukur kualitas akuntansi. Sejalan dengan penelitian terhadap manajamen laba setelah adopsi IFRS, penelitian terhadap relevansi nilai setelah adopsi IFRS juga menunjukkan hasil yang beragam. Liu et al., 2011 menemukan peningkatan relevansi nilai setelah adopsi IFRS di China. Chua et al., 2012 menemukan peningkatan relevansi nilai pada pe rusahaan tercatat di Australia setelah peralihan Australian GAAP menjadi IFRS. Sedangkan penelitian terhadap relevansi nilai informasi akuntansi pada masa sebelum dan setelah penerapan IFRS oleh perusahaan tercatat di Turki menunjukkan bahwa terjadi peningkatan relevansi nilai dari nilai buku aset perusahaan (Kargin, 2013). Namun hasil yang sebaliknya diperoleh Khanagha (2011) yang menemukan penurunan relevansi nilai dari data akuntansi setelah implementasi IFRS oleh Uni Emirat Arab.


(9)

9

Pada tahun 2011 Financial Accounting Standard Board melakukan pembaruan Accounting Standard Codification Topic 820 tentang Fair Value Measurement, sedangkan International Accounting Standard Board menerbitkan IFRS 13 untuk mengatur Fair Value Measurement. Melalui ASC 820 dan IFRS 13, saat ini FASB dan IASB telah memiliki definisi yang sama untuk fair value atau nilai wajar, serta telah menyamakan berbagai aspek mengenai fair value. Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa IFRS menggunakan akuntansi nilai wajar dalam aspek yang lebih luas dibandingkan dengan US GAAP. Seiring berlakunya PSAK adopsi IFRS bersamaan dengan pencabutan PSAK berbasis US GAAP, akuntansi nilai wajar mulai populer di Indonesia. Nilai wajar merupakan pengukuran berbasis pasar yang tidak terpengaruh o leh faktor spesifik dalam perusahaan sehingga merupakan pengukuran yang tidak bias serta konsisten dari waktu ke waktu maupun lintas perusahaan. Tidak seperti nilai wajar, seiring berjalanya waktu harga historis akan menjadi tidak relevan dalam menilai posisi posisi keuangan perusahaan saat ini (Penman, 2007). Sehingga hipotesis yang dirumuskan berdasarkan uraian di atas adalah sebagai berikut:

H2 : Relevansi nilai akuntansi setelah adopsi IFRS lebih besar daripada periode sebelum adopsi IFRS.


(10)

10

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Periode analisis diklasifikasikan ke dalam 2 bagian (2006-2007 dan 2011-2012) untuk mencerminkan situasi sebelum dan setelah adopsi IFRS di dalam PSAK.

Pemilihan sampel yang digunakan dengan purposive sampling, dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI sejak 2005 sampai dengan 2012.

2. Perusahaan yang tidak berpindah industri sejak 2005 sampai dengan 2012. 3. Perusahaan yang tidak melakukan pemecahan saham dan penggabungan

saham pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni.

Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari laporan keuangan perusahaan yang di-download melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia, www.idx.co.id serta ringkasan harga saham pada Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Data yang digunakan untuk mengukur kualitas akuntansi adalah total aset, laba bersih, arus kas dari aktivitas operasi, piutang dagang, aset tetap kotor, penjualan, rasio return on assets, laba per lembar saham dan nilai buku per lembar saham.


(11)

11

Pengukuran Manajemen Laba

Manajemen laba diukur dengan menggunakan nilai absolut dari akrual diskresioner. Healy (1985) membedakan antara akrual yang dimandatkan oleh badan penyusun standar dengan akrual yang timbul karena kebijakan manajer. Akrual yang timbul karena kebijakan manajer disebut dengan akrual diskresioner atau abnormal akrual. Melalui pemikiran tersebut banyak penelitian yang mencoba menghitung akrual diskresioner dengan mengurangkan total akrual dengan estimasi akrual diskresioner (normal accrual). Sampai saat ini telah ditemukan beberapa model dalam mengestimasi besarnya akrual diskresioner (Jones 1991, Dechow et al., 1995; Lacker and Richardson, 2004; Kothari et al., 2005). Penelitian ini akan menggunakan model milik Kothari et al. (2005) yaitu cross-sectional modified Jones model with current-year ROA dalam mengukur besarnya akrual diskresioner. Model estimasi akrual diskresioner ini diterapkan untuk setiap one digit code atau sektor industri menutur Jakarta Stock Industrial Classification (JASICA). Akrual diskresioner diestimasi dengan persamaan berikut:

NDAi,t = (Assetsi,t-1)REVi,t - RECi,t)PPEi,t + ROAi,t Dengan NDAi,t adalah estimasi akrual diskresioner dibagi dengan total aset perusahaan i pada tahun t; Assetsi,t-1 adalah total aset perusahaan i pada tahun t-1;

REVi,t adalah perubahan penjualan dibagi dengan total aset perusahaan i pada tahun t; RECi,t adalah perubahan piutang dagang dibagi dengan total aset perusahaan i pada tahun t; PPEi,t merupakan jumlah kotor dari aset tetap yang dibagi dengan total


(12)

12

aset perusahaan i pada tahun t; ROAi,t adalah rasio return on assets perusahaan i pada periode t dan  dan merupakan parameter industri yang diperoleh menggunakan model regresi berikut untuk setiap jenis industri:

TAi,t = (Assetsi,t-1)REVi,t - RECi,t)PPEi,t + ROAi,t i,t

TAi,t merupakan total akrual perusahaan i periode t yang diperoleh dengan mengurangkan laba bersih dengan arus kas operasi (Net Income – Cash flow from Operation).

Setelah memperoleh besarnya akrual diskresioner tiap tahun, dilakukan uji beda untuk menguji hipotesis pertama. Dilakukan uji beda rata-rata absolute value of discretionary accruals sebelum adopsi IFRS dengan setelah adopsi IFRS.

Pengukuran Relevansi Nilai

Penelitian ini menggunakan model yang digunakan oleh Kwong, 2010 yaitu modified price model (Ohlson, 1995) dalam memeriksa hubungan antara nilai pasar ekuitas dengan dua variabel utama dalam pelaporan keuangan, yaitu nilai buku ekuitas dengan laba. Model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:

P

it+1 = 0 + 1 BVPSit + 2 EPSit + it

Dengan Pit+1adalah harga saham perusahaan i pada saat t+1 (akhir bulan Juni tahun berikutnya); BVPSit adalah nilai buku ekuitas per lembar saham perusahaan i pada


(13)

13

tahun t dan EPSit adalah laba bersih per lembar saham perusahaan i pada tahun t. Relevansi nilai diukur dengan besarnya koefisien korelasi (adjusted R2) antara variabel bebas dengan variabel terikat pada model regresi tersebut.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 2005 sampai dengan 2012. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 182 perusahaan dan meliputi 728 tahun perusahaan. Sampel yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Sampel Penelitian berdasarkan Sektor Industri

Sektor Industri Jumlah

Perusahaan

Tahun Perusahaan

Basic Industry and Chemicals 42 168

Miscellaneous Industry 31 124

Consumer Goods Industry 27 108

Property, Real Estate and Building Construction 24 96

Infrastructur, Utilitie and Transportation 13 52

Trade, Services and Investment 45 180

TOTAL 182 728


(14)

14

Statistik Deskriptif

Langkah awal analisis dimulai dengan mengidentifikasi tendensi sebaran dari masing- masing variabel. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk melihat kenderungan dari masing- masing variabel penelitian. Tabel 2 menyajikan ringkasan statistik deskriptif dari masing- masing variabel.

Tabel 2

Deskripsi Variabel Penelitian

Variabel Penelitian Sebelum Adopsi IFRS Setelah Adopsi IFRS

N Min Max Mean N Min Max Mean

Absolute DA 364 0.0019 4.5781 0.6304 364 0.0057 4.6870 0.6410

P (Share Price) 364 41 59000 2184.48 364 11 350000 6595.48

BVPS 364 -7355 28628 1219.32 364 -3221.04 37357.44 1877.52

EPS 364 -852 5095 154.91 364 17319.88 260474 1143.96

Sumber : Data sekunder yang diolah (2014) Pengujian Hipotesis

Adopsi IFRS dan Manaje men Laba

Berdasarkan Tabel 3, rata-rata absolute value of discretionary accruals setelah adopsi IFRS lebih besar jika dibandingkan periode sebelum adopsi IFRS. Namun, berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa perbedaan rata-rata absolute value of discretionary accruals sebelum dan setelah adopsi IFRS tidak signifikan. Sehingga H1 yang menyatakan bahwa manajemen laba di Indonesia setelah adopsi IFRS lebih besar daripada periode sebelum adopsi IFRS tidak didukung secara statistik. Hal ini terjadi karena dalam penelitian ini tidak memperhatikan kejadian-kejadian yang berpotensi mempengaruhi praktik manajemen laba oleh perusahaan


(15)

15

seperti penawaran saham. Selain itu, penerapan principle based yang menyebabkan meningkatnya fleksibilitas dalam pelaporan keuangan juga diimbangi dengan batasan-batasan dalam IFRS yang mengurangi kesempatan untuk melakukan earnings management.

Lestari, (2013) mengungkapkan bahwa salah satu upaya untuk mengurangi praktik manajemen laba, IFRS melakukan pembatasan reklasifikasi antar surat berharga. IFRS melalui IAS 39 melarang reklasifikasi surat berharga dari atau menuju FVTPL (fair value through profit or loss) atau surat berharga yang diukur dengan menggunakan nilai wajar. Ketika tidak dilakukan pembatasan, reklasifikasi ini dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan earnings management. Sebagai contoh, ketika suatu surat berharga yang diklasifikasikan sebagai held to maturity mengalami peningkatan fair value, manajemen akan melakukan reklasifikasi surat berharga tersebut ke dalam kelas FVTPL. Sehingga peningkatan fair value yang semula tidak diakui sebagai keuntungan akan diakui sebagai keuntungan dalam laporan laba rugi, maka besarnya laba bersih akan seo lah-olah meningkat. Berlakunya PSAK 55 yang merupakan adopsi IAS 39 secara langsung akan menghentikan manuver manajemen laba tersebut.

Selain itu IFRS mensyaratkan pengungkapan yang lebih rinci dalam laporan keuangan. Tingkat pengungkapan yang makin mendekati pengungkapan penuh (full disclosure) akan mengurangi tingkat asimetri informasi (ketidakseimbangan informasi) ketidakseimbanagan informasi antara manajer dengan pihak pengguna


(16)

16

laporan keuangan (Cahyati, 2011). Kondisi asimetri informasi ini menyebabkan penyusun laporan keuangan memiliki dominasi yang kuat atas informasi keuangan perusahaan dan berpotensi melakukan tindakan yang menguntungkan dirinya sendiri seperti manajemen laba. Sehingga secara langsung peluang manajemen laba akan berkurang karena syarat pengungkapan oleh IFRS.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Van Tendeloo dan Vanstraelen (2005), Jeanjean dan Stolowy (2008), dan Santy et al., (2012). Van Tendeloo dan Vanstraelen (2005) tidak menemukan perbedaan per ilaku manajemen laba antara perusahaan yang mengadopsi IFRS dengan pengguna German GAAP. Sedangkan Jeanjean dan Stolowy (2008) membuktikan bahwa tidak terjadi penurunan praktek manajemen laba di UK dan Australia. Begitu juga dengan Santy et al., (2012) yang tidak menemukan perbedaan signifikan besarnya manajemen laba sebelum dan setelah adopsi IFRS pada perusahaan perbankan di Indonesia.

Tabel 3 Uji Mann-Whitney

Adopsi IFRS N

Mean Rank

Sum of Ranks

Absolute DA Sebelum Adopsi IFRS 364 358.83 130614

Setelah Adopsi IFRS 364 370.17 134742

Total 728


(17)

17

Tabel 4 Test Statisticsa

Absolute DA Mann-Whitney U 64184.000

Wilcoxon W 130614.000

Z -.728

Asymp. Sig. (2-tailed) .467

Sumber : Data sekunder yang diolah (2014) Adopsi IFRS dan Relevansi Nilai Akuntansi

Berdasarkan Tabel 5, nilai Adjusted R2 periode setelah adopsi IFRS lebih besar jika dibandingkan dengan periode sebelum adopsi IFRS. Secara khusus peningkatan Adjusted R2 terjadi pada nilai buku ekuitas per lembar saham atau book value per share. Sehingga H2 yang menyatakan relevansi nilai akuntansi setelah adopsi IFRS lebih besar daripada periode sebelum adopsi IFRS didukung secara statistik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilak ukan oleh Ginting (2013), yang membuktikan bahwa terjadi peningkatan Adjusted R2 pada tahun 2012 jika dibandingkan dengan tahun 2010 dimana pada tahun 2012 jumlah PSAK yang mengadopsi IFRS lebih banyak jika dibandingkan dengan tahun 2010.


(18)

18

Tabel 5 Adjusted R2

Year Adjusted R Square

Sebelum Adopsi

IFRS 2006 0.592

2007 0.039

Setelah Adopsi IFRS 2011 0.632

2012 0.611

Sumber: Data sekunder yang diolah (2014)

KESIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konvergensi IFRS terhadap kualitas akuntansi di Indonesia, dalam hal ini kualitas akuntansi diukur dengan besarnya manajemen laba dan relevansi nilai akuntansi. Berdasarkan uji beda yang dilakukan dengan Mann-Whitney test setelah mengetahui bahwa distribusi data tidak normal, besarnya manajemen laba sebelum dan seudah adopsi IFRS tidak berbeda secara signifikan. Namun relevansi nilai dari informasi akuntansi setelah adopsi IFRS mengalami peningkatan yang ditunjukan dari peningkatan nilai Adjusted R2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kualitas akuntansi di Indonesia setelah adopsi IFRS, secara khusus peningkatan relevansi nilai informasi akuntansi.

Berdasarkan penelitian ini, diketahui bahwa tingkat manajemen laba tidak mengalami penurunan setelah adopsi IFRS. Hal ini diharapkan memacu Ikatan Akuntan Indonesia sebagai Lembaga Penyusun Standar Akuntansi di Indonesia untuk


(19)

19

dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada pada IFRS, antara lain dengan menetapkan aturan tambahan ataupun memperbaiki standar etika pro fesi bagi penyusun laporan keuangan. Begitu juga dengan kantor akuntan publik yang melakukan audit atas laporan keuangan, harus memperhatikan alternatif yang dipilih oleh pihak manajemen dalam melakukan praktik akuntansi, agar fleksibilitas yang ada tidak ditumpangi oleh kepentingan individu, namun dapat menggambarkan kondisi ekonomi dengan lebih baik.

Keterbatasan dan Saran

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dan kekurangan. Adapun keterbatasan dan kekurangannya adalah:

1. Sampel yang digunakan tidak meliputi perusahaan sektor pertanian dan pertambangan, karena ketersediaan data yang terbatas. Sehingga untuk penelitian selanjutnya dapat menambahkan perusahaan dalam sektor tersebut.

2. Masih terdapat beberapa IFRS versi 2009 yang belum diadopsi hingga tahun maupun 2012. Sehingga untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan periode 2013, di mana PSAK telah mengadopsi IFRS versi berikutnya.

3. Manajemen laba hanya diukur dengan menggunakan satu dimensi, yaitu besarnya absolute value of discretionary accruals. Sehingga untuk penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan dimensi pengukuran


(20)

20

manajemen laba yang lain seperti managing earnings toward target, income smoothing, dan accruals quality.


(21)

21

DAFTAR PUSTAKA

Ames, Daniel. (2013). IFRS Adoption and Accounting Quality: The Case of South Africa. Journal of Applied Economics and Business Research JAEBR, 3(3): 154-165.

Agostino, M., D. Drago, dan D. D. Silipo. (2011). The value relevance of IFRS in the European banking industry. Rev Quant Finan Acc, 36: 437–457.

Barth, M., W. R. Landsman, dan M. H. Lang. (2008). International Accounting Standards and Accounting Quality. Journal of Accounting Research, 46, 467-498.

Bilgic, F. A., dan C. Ibis. (2013). Effects of New Financial Reporting Standards on Value Relevance – A Study about Turkish Stock Markets. International Journal of Economics and Finance, 5(10): 126-139.

Cahyati, Ari D. (2011). Peluang Manajemen Laba Pasca Adopsi IFRS: Sebuah Tinjauan Teoritis dan Empiris. JRAK, 2(1): 3-7.

Cahyonowati, N., dan D. Ratmono. (2012). Adopsi IFRS dan Relevansi Nilai Informasi Akuntansi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 14(2): 105-115.

Chen, H., Q. Tang, dan Y. Jiang. (2010). The Role of International Financial Reporting Standards in Accounting Quality: Evidence from the European Union. Journal of International Financial Management and Accounting 21:3.


(22)

22

Chua, E. Y. L., C. S. Cheong, and G. Gould. 2012. The impact of mandatory IFRS adoption on accounting quality: Evidence from Australia. Journal of International Accounting Research, 11 (1): 119–146.

Collins, D. L., W. R. Pasewark, dan M. E. Riley. (2012). Financial Reporting Outcomes under Rules-Based and Principles-Based Accounting Standards. Accounting Horizons American Accounting Association, 26(4): 681–705. Dechow, P. M R.G. Sloan, and A.P. Sweeney. 1995. Detecting Earnings

Management. The Accounting Review, 70(2): 193-225.

Deloitte. (2007). IFRS and Indonesian GAAP A Comparison. Jakarta.

Eaton, Sarah B (2005). Crisis and the Consolidation of International Accounting Standards: Enron, The IASB, and America. Business and Politics, 7(3), Art. 4. Gill, L.M. (2007). IFRS: Coming to America. Journal of Accountancy, June 2007: 70

–73.

Ginting, H. A. (2013). Pengaruh Penerapan IFRS terhadap Relevansi Nilai dari Nilai Buku per Lembar Saham dan Laba per Lembar Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Healy, P.M. 1985. The Effect of of Bonus Schemes on Accounting Decisions. Journal of Accounting and Economics, 7:85–107.


(23)

23

Healy, P.M. and J.M. Wahlen. (1999), A review of the earnings management literature and its implications for standard setting, Accounting Horizons December 1999: 365-383.

http://www.iaiglobal.or.id/berita/detail.php?id=19 diakses tanggal 17 Desember 2013

IFRS Foundation, “Report of the Trustees’ Strategy Review 2011, IFRSs as the Global Standards: Setting a Strategy for the Foundation’s Second Decade”, February 2012.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan (per 1 September 2007), Jakarta: Salemba Empat.

Jeanjean, T., Stolowy H. (2008). Do Accounting Standards Matter? An Exploratory Analysis of Earnings Management Before and After IFRS Adoption. Journal of Accounting and Public Policy, 27: 480–494.

Kieso, Donald E., J. J. Weygandt, dan T. D. Warfield. (2011).”Intermediate Accounting”, Volume 1, IFRS Edition, New York : John Wiley & Sons. Inc. Kothari, S.P., A.J. Leone and C. Wasley. (2005). Performance Matched Discretionary

Accrual Measures. Journal of Accounting and Economics, 39(1): 163–197. Larson, R., D. Street. (2011). IFRS Teaching Resources: Available and Rapidly

Growing. Accounting Education: An International Journal, 20(4), 317-338. Rudra, Titas. (2012). Does IFRs Influence Earnings Management? Evidence from


(24)

24

Santy, P., Tawakal, dan G. T. Pontoh. (2012). Pengaruh Adopsi IFRS terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanudin, Makasar.

Schipper, K. (1989). Commentary on earnings management. Accounting Horizons, 3: 91-102.

Kargin, Sibel. (2013). The Impact of IFRS on the Value Relevance of Accounting Information: Evidence from Turkish Firms. International Journal of Economics and Finance, 5(4): 71-80.

Khanagha, J. B. (2011). Value Relevance of Accounting Information in the United Arab Emirates. International Journal of Economics and Financial Issues, 1(2), 33-45..

Kwong, L. C. (2010). The Value Relevance of Financial Reporting in Malaysia: Evidence from Three Different Financial Reporting Periods. Malaysia International Journal of Business and Accountancy, 1(1): 1-19.

Larcker, D.F. and S.A. Richardson. (2004). Fees Paid to Audit Firms, Accrual Choices, and Corporate Governance. Journal of Accounting Research, 42(3): 625–656.

Lestari, Y. O. (2013). Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) dan Manajemen Laba di Indonesia. Skripsi. Fakultas Eko nomi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang


(25)

25

Liu, Chunhui, L. J. Yao, N. Hu & L. Liu. (2011). The Impact of IFRS on Accounting Quality in a Regulated Market: An Empirical Study of China. Journal of Accounting, Auditing & Finance, 26 (4), 659 – 676.

Majalah AI. 2009. Bagaimana Dunia Pendidikan Mengantisipasi Pemberlakuan IFRS 2012. No. 17, Tahun III. Halaman 20. Jakarta.

Nabil Elias. (2012). The Impact of Mandatory IFRS Adoption on Accounting Quality: Evidence from Australia. Journal of International Accounting Research 11(1): 147–154.

Nandakumar, A., R. Martin, K. J. Mehta, T. P. Ghosh, dan Y. A. Alkafaji. (2012).

Memahami IFRS Standar Pelaporan Keuangan Internasional”, Jakarta Barat: Indeks.

Narendra, Abhiyoga. (2013). Pengaruh Pengadopsia n International Financial Reporting Standard (IFRS) terhadap Manajemen Laba. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro. Semarang.

Ohlson, J.A. (1995). Earnings, book value and dividends in equity valuation. Contemporary Accounting Research, 11(2): 661-687.

Paananen, M., dan Lin, H. (2009). The Development of Accounting Q uality of IAS and IFRS over time: The Case of Germany. Journal of International Accounting Research, 8, 31-55.


(26)

26

Penman, Stephen H. (2007). Financial Reporting Quality: Is Fair Value a plus or a minus? Accounting and Business Research, Special Issue: International Accounting Policy Forum: 33-44.

Soderstrom, N. S., dan K. J. Sun. (2007). IFRS Adoption and Accounting Quality: A Review. European Accounting Review, 16, 675-702.

Van Tendeloo, B., dan A. Vanstraelen. (2005). Earnings Management under German GAAP versus IFRS. European Accounting Review 14(1): 155-180.

Zhou, H.,Y. Xiong, dan G, Ganguli. (2009). Does the Adoption of International Financial Reporting Standards Restrain Earnings Management? Evidence From An Emerging Market. Academy of Accounting and Financial Studies Journal, 13, Special Issue: 43-55.


(27)

27

LAMPIRAN

Lampiran 1

Daftar Perusahaan Sampel

No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan

1 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

2 SMCB Holcim Indonesia Tbk

3 SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk

4 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk

5 ARNA Arwana Citramulia Tbk

6 IKAI Intikeramik Alamasri Industri Tbk

7 MLIA Mulia Industrindo Tbk

8 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk

9 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk

10 BTON Betonjaya Manunggal Tbk

11 CTBN Citra Tubindo Tbk

12 INAI Indal Aluminium Industry Tbk

13 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Ltd Tbk

14 JPRS Jaya Pari Steel Corp. Tbk

15 LION Lion Metal Works Tbk

16 LMSH Lionmesh Prima Tbk

17 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk

18 TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk

19 BUDI Budi Acid Jaya Tbk

20 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk

21 EKAD Ekadharma International Tbk

22 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk

23 INTI Intanwijaya Internasional Tbk

24 SRSN Indo Acidatama Tbk

25 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk

26 AKKU Aneka Kemasindo Utama Tbk

27 APLI Asiaplast Industries Tbk

28 BRNA Berlina Tbk

29 FPNI Fatrapolindo Nusa Industri Tbk

30 IGAR Kageo Igar Jaya Tbk

31 SIMA Siwani Makmur Tbk

32 TRST Trias Sentosa Tbk


(28)

28

34 MAIN Malindo Feedmill Tbk

35 SIPD Sierad Produce Tbk

36 BRPT Barito Pacific Timber Tbk

37 SULI Sumalindo Lestari Jaya Tbk

38 TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk

39 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk

40 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Corp Tbk

41 SAIP Surabaya Agung Industry Pulp Tbk

42 SPMA Suparma Tbk

43 AUTO Astra Otoparts Tbk

44 BRAM Branta Mulia Tbk

45 GDYR Goodyear Indonesia Tbk

46 GJTL Gajah Tunggal Tbk

47 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk

48 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk

49 NIPS Nipress Tbk

50 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tbk

51 SMSM Selamat Sempurna Tbk.

52 ADMG Polychem Indonesia Tbk

53 ARGO Argo Pantes Tbk

54 ERTX Eratex Djaja Tbk

55 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk

56 HDTX Panasia Indosyntex Tbk

57 INDR Indo-Rama Synthetics Tbk

58 KARW Karwell Indonesia Tbk

59 MYRX Hanson International Tbk

60 MYTX APAC Citra Centertex Tbk

61 PBRX Pan Brothers Tbk

62 POLY Polysindo Eka Perkasa Tbk

63 RDTX Roda Vivatex Tbk

64 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk

65 SSTM Sunson Textile Manufacturer Tbk

66 TFCO Teijin Indonesia Fiber Tbk

67 BATA Sepatu Bata Tbk

68 BIMA Primarindo Asia Infrastructur Tbk

69 JECC Jembo Cable Company Tbk

70 KBLI GT Kabel Indonesia Tbk

71 KBLM Kabelindo Murni Tbk

72 SCCO Sucaco Tbk

73 VOKS Voksel Electric Tbk


(29)

29

75 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk

76 CEKA Cahaya Kalbar Tbk

77 DLTA Delta Djakarta Tbk

78 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk

79 MYOR Mayora Indah Tbk

80 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk

81 SKLT Sekar Laut Tbk

82 STTP Siantar Top Tbk

83 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk

84 ULTJ Ultra Jaya Milk Ind. Tbk

85 GGRM Gudang Garam Tbk

86 HMSP HM Sampoerna Tbk

87 RMBA Bentoel International Investama Tbk

88 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk

89 INAF Indofarma Tbk

90 KAEF Kimia Farma (Persero) Tbk

91 KLBF Kalbe Farma Tbk

92 MERK Merck Indonesia Tbk

93 PYFA Pyridam Farma Tbk

94 SCPI Schering Plough Indonesia Tbk

95 SQBI Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk

96 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk

97 MRAT Mustika Ratu Tbk

98 TCID Mandom Indonesia Tbk

99 UNVR Unilever Indonesia Tbk

100 LMPI Langgeng Makmur Ind. Tbk

101 BIPP Bhuwanatala Indah Permai Tbk

102 BKSL Sentul City Tbk

103 BMSR Bintang Mitra Semestaraya Tbk

104 CTRA Ciputra Development Tbk

105 CTRS Ciputra Surya Tbk

106 DART Duta Anggada Realty Tbk

107 DILD Dharmala Intiland Tbk

108 DUTI Duta Pertiwi Tbk

109 ELTY Bakrieland Development Tbk

110 FMII Fortune Mate Indonesia Tbk

111 GMTD Gowa Makassar Tourism Dev. Tbk

112 JRPT Jaya Real Property Tbk

113 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk

114 KPIG Kridaperdana Indahgraha Tbk


(30)

30

116 LPCK Lippo Cikarang Tbk

117 LPKR Lippo Karawaci Tbk

118 MDLN Modernland Realty Ltd Tbk

119 OMRE Indonesia Prima Property Tbk

120 RBMS Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk

121 SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk

122 ADHI Adhi Karya (Persero) Tbk

123 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk

124 TRUB Truba Alam Manunggal E. Tbk

125 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk

126 CMNP Citra Marga Nusaphala Persada Tbk

127 BTEL Bakrie Telecom Tbk

128 EXCL Excelcomindo Pratama Tbk

129 ISAT Indosat Tbk

130 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk

131 APOL Arpeni Pratama Ocean Line Tbk

132 BLTA Berlian Laju Tanker Tbk

133 CMPP Centris Multi Persada Pratama Tbk

134 HITS Humpuss Intermoda Transportasi Tbk

135 RIGS Rig Tenders Tbk

136 SMDR Samudera Indonesia Tbk

137 TMAS Pelayaran Tempuran Emas Tbk

138 AIMS Akbar Indomakmur Stimec Tbk

139 AKRA AKR Corporindo Tbk

140 EPMT Enseval Putra Megatrading Tbk

141 INTA Intraco Penta Tbk

142 INTD Inter-Delta Tbk

143 KONI Perdana Bangun Pusaka Tbk

144 LTLS Lautan Luas Tbk

145 MDRN Modern Photo Tbk

146 META Nusantara Infrastructure Tbk

147 MICE Multi Indocitra Tbk

148 SDPC Millennium Pharmacon Int’l Tbk

149 SUGI Sugi Sama Persada Tbk

150 TGKA Tigaraksa Satria Tbk

151 TIRA Tira Austenite Tbk

152 TMPI AGIS Tbk

153 TURI Tunas Ridean Tbk

154 UNTR United Tractors Tbk

155 WICO Wicaksana Overseas Int’l Tbk


(31)

31

157 MPPA Matahari Putra Prima Tbk

158 RALS Ramayana Lestari Sentosa Tbk

159 RIMO Rimo Catur Lestari Tbk

160 BAYU Bayu Buana Tbk

161 FAST Fast Food Indonesia Tbk

162 JSPT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk

163 MAMI Mas Murni Indonesia Tbk

164 PANR Panorama Sentrawisata Tbk

165 PJAA Pembangunan Jaya Ancol Tbk

166 PNSE Pudjiadi & Sons Estates Ltd. Tbk

167 PTSP Pioneerindo Gourmet Int’l Tbk

168 ABBA Abdi Bangsa Tbk

169 FORU Fortune Indonesia Tbk

170 SCMA Surya Citra Media Tbk

171 TMPO Tempo Inti Media Tbk

172 ASGR Astra Graphia Tbk

173 CENT Centrin Online Tbk

174 DNET Dyviacom Intrabumi Tbk

175 LMAS Limas Centric Indonesia Tbk

176 MLPL Multipolar Corporation Tbk

177 MTDL Metrodata Electronics Tbk

178 ALKA Alakasa Industrindo Tbk

179 BMTR Bimantara Citra Tbk

180 BNBR Bakrie & Brothers Tbk

181 GEMA Gema Grahasarana Tbk


(32)

32 Lampiran 2

Statitstik Deskriptif Variabel yang digunakan untuk menghitung absolute value of discretionary accruals

Sebelum Adopsi IFRS Setelah Adopsi IFRS

N Min Max Mean Std.

Deviation N Min Max Mean

Std. Deviation

TA 364 1.504 0.594 0.022 0.173 364 1.104 2.841 0.015 0.224

1/Assets 364 0.000 0.000 0.000 0.000 364 0.000 0.000 0.000 0.000

D Revenue 364 2.197 2.099 0.186 0.457 364 5.530 3.997 0.160 0.463

D Receivable 364 0.332 0.652 0.045 0.108 364 1.066 2.231 0.032 0.200

GPPE 364 0.027 17.944 0.892 1.597 364 0.003 29.595 0.838 1.687

ROA 364 0.866 2.927 0.049 0.237 364 1.729 2.683 0.052 0.223

Sumber: Data sekunder yang diolah (2014) Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Variabel Penelitian

Sebelum Adopsi IFRS Setelah Adopsi IFRS

N Min Max Mean N Min Max Mean

Absolute DA 364 0.0019 4.5781 0.6304 364 0.0057 4.6870 0.6410

P (Share Price) 364 41 59000 2184.48 364 11 350000 6595.48

BVPS 364 -7355 28628 1219.32 364 -3221.04 37357.44 1877.52

EPS 364 -852 5095 154.91 364 17319.88 260474 1143.96

Sumber: Data sekunder yang diolah (2014)

Lampiran 3

Uji Normalitas Absolute Value of Discretionary Accruals

Periode

Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Absolute Value of DA Sebelum Adopsi IFRS 0.17141 364 0.000 0.78290 364 0.000

Setelah Adopsi IFRS 0.16502 364 0.000 0.77301 364 0.000

Sumber: Data sekunder yang diolah (2014)

Hasil pengujian dengan uji Kolmogorov-Smirnov memiliki signifikansi


(33)

33 Lampiran 4

Uji Asumsi Klasik

1. Multikolinieritas

2006 2007 2011 2012

Tolerance VIF Tolerance VIF Tolerance VIF Tolerance VIF

BVS 0.3274 3.0546 0.9358 1.0685 0.9857 1.0145 0.9995 1.0005

EPS 0.3274 3.0546 0.9358 1.0685 0.9857 1.0145 0.9995 1.0005

Sumber: Data sekunder yang diolah (2014)

Nilai Variance Inflation Factor untuk masing- masing variabel independen memiliki nilai kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel independen.

2. Heterokedastisitas (Uji Glejser)

2006 Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B

Std. Error

Beta

1 (Constant) 565.226 56.555 9.994 0.000

BVS_2006 0.061 0.046 0.115 1.326 0.186

EPS_2006 -0.287 0.350 -0.071 -0.822 0.412

a. Dependent Variable: ABS_RES

2007 Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B

Std. Error

Beta

1 (Constant) 277.965 23.612 12.699 0.000

BVS_2007 0.049 0.029 0.305 1.706 0.090

EPS_2007 -0.139 0.156 -0.159 -0.891 0.375


(34)

34

2011

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B

Std. Error

Beta

1 (Constant) 1395.271 162.874 11.772 0.000

BVS_2011 0.203 0.044 0.449 1.646 0.103

EPS_2011 -0.317 0.181 -0.170 1.031 0.305

a. Dependent Variable: ABS_RES

2012

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B

Std. Error

Beta

1 (Constant) -519.417 857.887 6.324 0.000

BVS_2012 2.667 0.219 0.680 0.193 0.847

EPS_2012 -0.005 0.011 -0.030 -0.434 0.665

a. Dependent Variable: ABS_RES

Nilai signifikansi pada masing- masing variabel independen memiliki nilai lebih dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan semua variabel bebas dari heteroskedastisitas.


(1)

29

75 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk

76 CEKA Cahaya Kalbar Tbk

77 DLTA Delta Djakarta Tbk

78 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk

79 MYOR Mayora Indah Tbk

80 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk

81 SKLT Sekar Laut Tbk

82 STTP Siantar Top Tbk

83 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk

84 ULTJ Ultra Jaya Milk Ind. Tbk

85 GGRM Gudang Garam Tbk

86 HMSP HM Sampoerna Tbk

87 RMBA Bentoel International Investama Tbk 88 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk

89 INAF Indofarma Tbk

90 KAEF Kimia Farma (Persero) Tbk

91 KLBF Kalbe Farma Tbk

92 MERK Merck Indonesia Tbk

93 PYFA Pyridam Farma Tbk

94 SCPI Schering Plough Indonesia Tbk 95 SQBI Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk

96 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk

97 MRAT Mustika Ratu Tbk

98 TCID Mandom Indonesia Tbk

99 UNVR Unilever Indonesia Tbk

100 LMPI Langgeng Makmur Ind. Tbk

101 BIPP Bhuwanatala Indah Permai Tbk

102 BKSL Sentul City Tbk

103 BMSR Bintang Mitra Semestaraya Tbk 104 CTRA Ciputra Development Tbk

105 CTRS Ciputra Surya Tbk

106 DART Duta Anggada Realty Tbk 107 DILD Dharmala Intiland Tbk

108 DUTI Duta Pertiwi Tbk

109 ELTY Bakrieland Development Tbk 110 FMII Fortune Mate Indonesia Tbk 111 GMTD Gowa Makassar Tourism Dev. Tbk 112 JRPT Jaya Real Property Tbk

113 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk 114 KPIG Kridaperdana Indahgraha Tbk 115 LAMI Lamicitra Nusantara Tbk


(2)

30

116 LPCK Lippo Cikarang Tbk

117 LPKR Lippo Karawaci Tbk

118 MDLN Modernland Realty Ltd Tbk 119 OMRE Indonesia Prima Property Tbk 120 RBMS Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk

121 SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk

122 ADHI Adhi Karya (Persero) Tbk 123 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk 124 TRUB Truba Alam Manunggal E. Tbk 125 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk 126 CMNP Citra Marga Nusaphala Persada Tbk

127 BTEL Bakrie Telecom Tbk

128 EXCL Excelcomindo Pratama Tbk

129 ISAT Indosat Tbk

130 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk 131 APOL Arpeni Pratama Ocean Line Tbk 132 BLTA Berlian Laju Tanker Tbk

133 CMPP Centris Multi Persada Pratama Tbk 134 HITS Humpuss Intermoda Transportasi Tbk

135 RIGS Rig Tenders Tbk

136 SMDR Samudera Indonesia Tbk 137 TMAS Pelayaran Tempuran Emas Tbk 138 AIMS Akbar Indomakmur Stimec Tbk

139 AKRA AKR Corporindo Tbk

140 EPMT Enseval Putra Megatrading Tbk

141 INTA Intraco Penta Tbk

142 INTD Inter-Delta Tbk

143 KONI Perdana Bangun Pusaka Tbk

144 LTLS Lautan Luas Tbk

145 MDRN Modern Photo Tbk

146 META Nusantara Infrastructure Tbk 147 MICE Multi Indocitra Tbk

148 SDPC Millennium Pharmacon Int’l Tbk

149 SUGI Sugi Sama Persada Tbk

150 TGKA Tigaraksa Satria Tbk

151 TIRA Tira Austenite Tbk

152 TMPI AGIS Tbk

153 TURI Tunas Ridean Tbk

154 UNTR United Tractors Tbk

155 WICO Wicaksana Overseas Int’l Tbk


(3)

31 157 MPPA Matahari Putra Prima Tbk 158 RALS Ramayana Lestari Sentosa Tbk 159 RIMO Rimo Catur Lestari Tbk

160 BAYU Bayu Buana Tbk

161 FAST Fast Food Indonesia Tbk

162 JSPT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 163 MAMI Mas Murni Indonesia Tbk

164 PANR Panorama Sentrawisata Tbk 165 PJAA Pembangunan Jaya Ancol Tbk 166 PNSE Pudjiadi & Sons Estates Ltd. Tbk 167 PTSP Pioneerindo Gourmet Int’l Tbk

168 ABBA Abdi Bangsa Tbk

169 FORU Fortune Indonesia Tbk 170 SCMA Surya Citra Media Tbk

171 TMPO Tempo Inti Media Tbk

172 ASGR Astra Graphia Tbk

173 CENT Centrin Online Tbk

174 DNET Dyviacom Intrabumi Tbk

175 LMAS Limas Centric Indonesia Tbk 176 MLPL Multipolar Corporation Tbk 177 MTDL Metrodata Electronics Tbk 178 ALKA Alakasa Industrindo Tbk

179 BMTR Bimantara Citra Tbk

180 BNBR Bakrie & Brothers Tbk

181 GEMA Gema Grahasarana Tbk


(4)

32

Lampiran 2

Statitstik Deskriptif Variabel yang digunakan untuk menghitung

absolute value

of discretionary accruals

Sebelum Adopsi IFRS Setelah Adopsi IFRS

N Min Max Mean Std.

Deviation N Min Max Mean

Std. Deviation

TA 364 1.504 0.594 0.022 0.173 364 1.104 2.841 0.015 0.224 1/Assets 364 0.000 0.000 0.000 0.000 364 0.000 0.000 0.000 0.000 D Revenue 364 2.197 2.099 0.186 0.457 364 5.530 3.997 0.160 0.463 D Receivable 364 0.332 0.652 0.045 0.108 364 1.066 2.231 0.032 0.200 GPPE 364 0.027 17.944 0.892 1.597 364 0.003 29.595 0.838 1.687 ROA 364 0.866 2.927 0.049 0.237 364 1.729 2.683 0.052 0.223

Sumber: Data sekunder yang diolah (2014)

Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Variabel Penelitian

Sebelum Adopsi IFRS Setelah Adopsi IFRS

N Min Max Mean N Min Max Mean

Absolute DA 364 0.0019 4.5781 0.6304 364 0.0057 4.6870 0.6410 P (Share Price) 364 41 59000 2184.48 364 11 350000 6595.48 BVPS 364 -7355 28628 1219.32 364 -3221.04 37357.44 1877.52

EPS 364 -852 5095 154.91 364 17319.88 260474 1143.96

Sumber: Data sekunder yang diolah (2014)

Lampiran 3

Uji Normalitas

Absolute Value of Discretionary Accruals

Periode

Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Absolute Value of DA Sebelum Adopsi IFRS 0.17141 364 0.000 0.78290 364 0.000 Setelah Adopsi IFRS 0.16502 364 0.000 0.77301 364 0.000

Sumber: Data sekunder yang diolah (2014)

Hasil pengujian dengan uji Kolmogorov-Smirnov memiliki signifikansi

kurang dari 0,05 (α = 5%) sehingga dapat disimpulkan data tidak terdistribusi normal.


(5)

33

Lampiran 4

Uji Asumsi Klasik

1.

Multikolinieritas

2006 2007 2011 2012

Tolerance VIF Tolerance VIF Tolerance VIF Tolerance VIF BVS 0.3274 3.0546 0.9358 1.0685 0.9857 1.0145 0.9995 1.0005 EPS 0.3274 3.0546 0.9358 1.0685 0.9857 1.0145 0.9995 1.0005

Sumber: Data sekunder yang diolah (2014)

Nilai

Variance Inflation Factor

untuk masing- masing variabel independen

memiliki nilai kurang dari 10 dan nilai

tolerance

lebih besar dari 0,10. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel independen.

2.

Heterokedastisitas (Uji Glejser)

2006

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B

Std. Error

Beta

1 (Constant) 565.226 56.555 9.994 0.000

BVS_2006 0.061 0.046 0.115 1.326 0.186

EPS_2006 -0.287 0.350 -0.071 -0.822 0.412

a. Dependent Variable: ABS_RES

2007

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B

Std. Error

Beta

1 (Constant) 277.965 23.612 12.699 0.000

BVS_2007 0.049 0.029 0.305 1.706 0.090

EPS_2007 -0.139 0.156 -0.159 -0.891 0.375


(6)

34

2011

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B

Std. Error

Beta

1 (Constant) 1395.271 162.874 11.772 0.000

BVS_2011 0.203 0.044 0.449 1.646 0.103

EPS_2011 -0.317 0.181 -0.170 1.031 0.305

a. Dependent Variable: ABS_RES

2012

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B

Std. Error

Beta

1 (Constant) -519.417 857.887 6.324 0.000

BVS_2012 2.667 0.219 0.680 0.193 0.847

EPS_2012 -0.005 0.011 -0.030 -0.434 0.665

a. Dependent Variable: ABS_RES

Nilai signifikansi pada masing- masing variabel independen memiliki nilai

lebih dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan semua variabel bebas dari

heteroskedastisitas.