T1 802010129 Full text

PENGANTAR

LATAR BELAKANG
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat
mutlak dan terpenting untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.
Salah satu usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia yang
berkualitas adalah melalui pendidikan, yang bisa diwujudkan melalui
pendidikan formal di sekolah (Ali, 2007).
Salah satu proses pendidikan dapat dilakukan melalui kegiatan
pembelajaran yang dilakukan secara optimal dan efisien sehingga dapat
meningkatkan mutu pendidikan dan memiliki lulusan yang berkualitas
dan berkompeten yang dapat menunjang kemajuan bangsa dan Negara
(Ali, 2007). Untuk itu, siswa yang sedang berada di bangku Sekolah,
diharapkan

mampu

mengembangkan

semua


pengetahuan

dan

keterampilan yang dimilikinya, sehingga di sekolah seharusnya siswa
sudah harus dituntun untuk dapat berperan aktif dalam proses
pembelajaran.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari
keikutsertaannya dalam melaksanakan tugas belajarnya. Keaktifan siswa
dalam belajar dapat berwujud perilaku-perilaku yang muncul dalam
proses pembelajaran tersebut, seperti perhatian terhadap ulasan materi
pelajaran, respon terhadap suatu masalah dalam pembelajaran, dan
kedisiplinan dalam mengikuti pembelajaran (Silberman, 2012).
Dengan adanya keaktifan siswa di kelas akan menambah
pengetahuan yang mereka peroleh dari guru maupun dari siswa yang lain,
dan juga dapat meningkatkan kognitif siswa untuk mengikat pengetahuan
yang diperoleh dari proses pembelajaran di kelas dengan pengetahuan

1


2

yang sudah mereka miliki. Hal ini dimaksudkan agar para siswa nanti
mampu untuk bersaing di dunia pendidikan yang lebih tinggi. Sebaliknya,
Zaini, Munthe, & Aryani, (2004) menyatakan bahwa siswa yang kurang
aktif dalam proses pembelajaran, kemungkinan ada kecenderungan untuk
melupakan materi, dan lemah dalam memahami materi yang telah
diberikan oleh guru. Selain itu, jika siswa kurang aktif dalam proses
pembelajaran, tidak mungkin bisa menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas. Untuk itu, para siswa harus benar-benar aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran di kelas, tetapi kenyataannya para siswa
masih kurang aktif dalam proses pembelajaran (Alfauzi, 2010).
Hal ini dapat dilihat dari fenomena yang terjadi pada siswa SMA
Negeri 6 Ambon yang dalam proses pembelajaran memiliki peran aktif
yang kurang dalam menyimak materi, tidak bisa menjawab setiap
pertanyaan yang diberikan oleh guru, tidak aktif saat diskusi ataupun
praktikum yang sedang berlangsung sehingga berdampak hasil praktikum
yang gagal dan tidak sesuai dengan formatnya, ada yang tidur di kelas,
bahkan para siswa sering bolos saat proses pembelajaran sedang
berlangsung di kelas.

Sriyono (Sanjaya, 2007) mengatakan bahwa aktifnya siswa selama
proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan
siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila sering
bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan, dan senang diberi
tugas belajar. Keaktifan yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula
terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada
peningkatan prestasi.

3

Sukmadinata (2003) berpendapat bahwa, seseorang yang mempunyai
waktu istirahat yang cukup, mampu mengelola kegiatannya, dan keadaan
panca indera dan gizi yang baik akan membantunya untuk lebih bisa
berkonsentrasi dalam mendengar materi yang disampaikan oleh guru,
mencatat materi, membaca materi, melakukan diskusi dan memecahkan
masalah, serta melakukan setiap praktikum mata pelajaran dengan baik
dari pada siswa yang mengalami kondisi tubuh yang kelelahan. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran ialah self-regulation, yang

merupakan wujud kemandirian dari seorang siswa dalam mengatur
dirinya sendiri untuk mencapai keberhasilan dalam sekolah (Suci, 2008).
Dengan adanya self-regulation ini diharapkan supaya siswa dapat
menyadari sejak dini bahwa penyelesaian tugas-tugas sekolah dapat
membantu siswa untuk memahami dan mampu mendapatkan hasil yang
baik dari proses pembelajaran yang mereka tekuni. Dalam proses
pembelajaran, siswa tidak hanya sekedar menerima dan menyerap
informasi yang disampaikan oleh guru, tetapi siswa dapat melibatkan diri
secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, agar hasil belajarnya lebih baik
dan sempurna. Dalam proses pembelajaran siswa, self-regulation pada
siswa juga ada peranannya terhadap keaktifan siswa, karena dengan
adanya self-regulation dapat membuat siswa bisa mengatur dirinya untuk
bisa ikut aktif dalam proses pembelajaran, sehingga suasana kelas bisa
lebih kondusif (Sardiman, 2012).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Barnard, dkk. (2008)
mengemukakan bahwa dengan self-regulation secara signifikan dapat
meningkatkan keaktifan pelajar yang belajar menggunakan media
elektronik dan jaringan internet seperti mencatat, meringkas, melakukan

4


proses elaborasi suatu pengetahuan, menemukan materi-materi belajar.
Namun penelitian lainnya yang dilakukan oleh Massa, dkk. (2005) yang
juga meneliti tentang kegiatan belajar secara online melalui internet
menemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara selfregulation dengan interaksi pelajar dan peran aktifnya dan juga dengan

hasil belajarnya. Hal ini disebabkan karena dalam memberikan instruksi
online (web) membutuhkan tindakan yang bersifat reflektif dan peran

aktif agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pelajar dalam
merancang, melihat dan mengevaluasi usaha belajar sehingga dapat
meningkatkan self-regulation dan hasil belajar mereka.
Melihat fenomena dan hasil penelitian yang ada, maka penulis ingin
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara selfregulation dengan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

MANFAAT PENELITIAN
Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan pengetahuan psikologi pendidikan dan psikologi perkembangan
mengenai besarnya hubungan self-regulation, terutama dengan keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran pada siswa SMA Negeri 6 Ambon.

Secara praktis, mafaat praktis dari penelitian ini adalah bagi siswa
diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan bagi siswa untuk
dapat mandiri dalam meregulasikan diri untuk bisa meningkatkan peran
aktifnya dalam proses pembelajaran, bagi guru sebagai masukan kepada
para guru agar dapat membantu meningkatkan kepekaan dan aktif untuk
membimbing

siswa

sebagai

usaha

untuk

mempertahankan

meningkatkan kualitas prestasi belajar peserta didiknya.

dan


5

TINJAUAN PUSTAKA
Keaktifan Siswa Dalam Proses Pembelajaran
Dierich (dalam Rintayati dan Putro, 2011) mengatakan bahwa
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan kegiatan belajar
yang harus dilaksanakan dengan giat, rajin, dan selalu berusaha dengan
sungguh-sungguh melibatkan fisik maupun mental secara optimal yang
meliputi Visual activities, Oral activities, Listening activities, Writing
activities, Drawing activities, Motor activities, Mental activities, dan
Emotional activities supaya mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

pengertian keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menurut Dierich
(dalam Rintayati dan Putro, 2011), yang dipakai dalam penelitian ini.

Aspek-Aspek Keaktifan Siswa Dalam Proses pembelajaran
Dierich (dalam Sardiman, 2012) menjelaskan aspek-aspek yang
terdapat dalam keaktifan siswa, yaitu:
a.


Visual Activities (kegiatan visual). Kegiatan ini meliputi: membaca,

melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, dan demonstrasi.
b.

Oral

Activities

(kegiatan

lisan).

Kegiatan

ini

meliputi:


mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu
tujuan, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan
pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.
c.

Listening Activities (kegiatan mendengarkan). Kegiatan ini meliputi:

mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau
diskusi kelompok.
d.

Writing Activities (kegiatan menulis). Kegiatan ini meliputi: menulis

cerita, menulis laporan, menulis karangan, bahan-bahan kopi,
membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

6

e.


Drawing Activities (kegiatan menggambar). Kegiatan ini meliputi:

menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, dan pola.
f.

Metric

Activities

(kegiatan

motor).

Kegiatan

ini

meliputi:

menyiapkan alat-alat percobaan, melakukan percobaan.

g.

Mental

Activities

(kegiatan mental).

Kegiatan ini meliputi:

merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis,
faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
h.

Emotional Activities (kegiatan emotional). Kegiatan ini meliputi:

minat, membedakan, berani, dan tenang.
Siswa yang terlibat aktif dalam proses pembelajaran, adalah mereka
yang dapat mengikuti aktivitas-aktivitas belajar di sekolah dengan baik
seperti yang telah diuraikan di atas.

Ciri-Ciri Siswa Aktif Dalam Proses Pembelajaran
Suryosubroto (2002) mengatakan bahwa Siswa dikatakan aktif
dalam proses pembelajaran bila terdapat ciri-ciri, yaitu:
a.

Siswa berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran.

b.

Pengetahuan dipelajari, dialami, dan ditemukan oleh siswa.

c.

Mencobakan sendiri konsep-konsep.

d.

Siswa mengkomunikasikan hasil pikirannya.
Selain itu, Afiatin (2004) juga menyebutkan beberapa ciri siswa aktif

dalam proses pembelajaran, yaitu:
a.

Siswa memutuskan sendiri apa yang akan dipelajari dan bagaimana
cara mempelajarinya.

b.

Mempelajari sesuatu yang relevan dan bermakna bagi diri mereka.

c.

Mengaitkan apa yang sudah diketahuinya dengan pengalaman yang
diperolehnya sebelumnya.

7

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Keaktifan Siswa Dalam Proses
Pembelajaran
Kitsantas, dkk. (2009), mengatakan bahwa beberapa syarat bagi
siswa untuk mencapai kesuksesan akademik melalui peran aktifnya di
sekolah, salah satunya adalah pengaturan diri yakni pengaturan sebaikbaiknya terhadap pikiran, tenaga, waktu dan sumber daya lainnya dalam
belajar. Keberhasilan studi atau pencapaian tujuan dan cita-cita pada
masing-masing siswa berbeda, tergantung pada kemampuannya mengatur
dirinya sendiri untuk berhasil (Chen, 2002).

Self-Regulation

Bandura (dalam Gunarsa, 2004) mendefinisikan self-regulation
sebagai kemampuan individu untuk mempertahankan komitmennya
terhadap suatu tujuan selama periode waktu tertentu, khususnya pada
saat tidak ada penguatan dari luar diri individu ( external reward). Selfregulation ini membutuhkan aspek psikologis yang berguna untuk

menetapkan standar pribadi, mengawasi tindakan yang dilakukan dan
mengarahkan individu untuk berperilaku yang tepat dan mendukung
pencapaian yang maksimal dalam proses pembelajaran.
Zimmerman (dalam Arsal, 2010), mengatakan bahwa self-regulation
dapat dipahami sebagai keberadaan individu yang aktif secara
metakognitif, motivasi, dan perilaku pada proses belajarnya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. definisi self-regulation menurut
Zimmerman (dalam Arsal, 2010) yang dipakai dalam penelitian ini.

8

Aspek-Aspek Self-Regulation
Zimmerman (dalam Jonker, Gemser, & Visscher, 2011) menyatakan
bahwa ada 3 aspek dari self-regulation, yaitu: metakognitif, motivasi, dan
perilaku.
a.

Metakognitif yaitu suatu komponen mengenai kemampuan individu
dalam merencanakan, mengorganisasikan, melakukan pengawasan
dan mengevaluasi diri pada proses pembelajaran.

b.

Motivasi. Aspek ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam
mendorong diri sendiri berkeyakinan diri, dan berkonsentrasi pada
tujuan prestasi serta mampu mengelola emosi dan afeksi sehingga
siswa dapat beradaptasi terhadap tuntutan tugas.

c.

Perilaku (behavioral). Aspek ini berhubungan dengan kemampuan
siswa

dalam

mengatur

waktu,

mengatur

lingkungan

fisik,

memanfaatkan orang lain atau teman sebaya dan orang-orang
sekolah dalam upaya meningkatkan aktivitas pembelajarannya.
Penulis mengacu pada aspek tersebut adalah aspek-aspek tersebut
lebih sesuai dengan keadaan subjek yang akan diteliti sebagai pelajar
SMA dalam kegiatan menempuh studi di sekolah.

Manfaat Self-Regulation
Bandura (dalam Zimmerman, 2000) mengatakan bahwa dengan selfregulation,

manusia

akan

dapat

mengembangkan

kemampuan

berpikirnya, dan dengan kemampuan itu mereka dapat menentukan dan
memengaruhi tingkah lakunya dalam belajar dengan mengontrol
lingkungan. Ditambahkan juga oleh Zimmerman (2000) bahwa dengan
adanya self-regulation individu mempunyai perasaan yakin pada dirinya
untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan, usaha yang telah

9

dilakukan, dan perencanaan kegiatan belajar untuk mencapai prestasi
yang maksimal. Dengan kata lain, self-regulation dapat membantu siswa
untuk secara aktif mampu mengatur tindakan, cara berpikir, dan motivasi
dalam proses belajar untuk mencapai keberhasilan di dalam belajar
(Zimmerman, 2000).

Remaja
Istilah remaja atau adolescence berasal dari kata latin adolescer (kata
bendanya adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Monks, dkk. (2002) membagi masa remaja
menjadi beberapa fase, yaitu usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal,
15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan, dan usia 18-21 tahun
adalah masa remaja akhir.
Jadi, remaja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah remaja
pertengahan yang berusia 15-18 tahun.

Ciri-Ciri Remaja
Santrock (2002) mengatakan bahwa masa remaja bermula dengan
perubahan fisik yang cepat, pertambahan tinggi dan berat badan yang
drastis, perubahan bentuk tubuh, dan perubahan karakter seperti
pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan
perubahan suara. Pada masa perkembangan ini pencapaian kemandirian
dan identitas sangat menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak dan
ideal.
Papalia, dkk. (2004) mengatakan bahwa salah satu poin ciri masa
remaja (13-17 tahun) adalah memiliki masalah yang berhubungan dengan
keadaan jasmaninya, kebebasannya, nilai-nilai yang dianutnya, peranan

10

pria dan wanita dewasa, lawan jenis, masyarakat dan kemampuan
mengerjakan sesuatu yang terkadang sukar untuk diselesaikan karena
menganggap orangtua dan guru terlalu tua untuk mengerti pikiran dan
perasaannya.

Hubungan Antara Self-Regulation Dengan Keaktifan Siswa Dalam
Proses Pembelajaran
Pada dasarnya siswa yang berada di bangku Sekolah Menengah
Atas, merupakan bagian dari kategori usia remaja. Selama masa remaja,
minat dan cita-cita terus berkembang. Remaja idealnya mengembangkan
pendidikan dan pengetahuan agar mencapai sukses sebagai orang dewasa
nantinya (White dalam Santrock, 2002).
Untuk mewujudkan hasil belajar yang maksimal di sekolah, maka
keaktifan siswa dianggap penting dalam proses pembelajaran (Suryani,
2009). Tanpa adanya keaktifan siswa hasil yang dicapai tidak akan
maksimal (Nugraheni, 2007).
Ada beberapa faktor yang memengaruhi keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran di kelas, salah satunya ialah self-regulation, karena
self-regulation membantu siswa untuk secara aktif mampu mengatur

tindakan, cara berpikir, dan motivasi dalam proses belajar. Siswa yang
memiliki keinginan untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran, maka
mereka akan memperhatikan cara belajar mereka (Zimmerman dalam
Duckwort, dkk., 2009).
Dengan demikian, siswa yang terlibat aktif dalam proses
pembelajaran di kelas untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, mereka
akan memiliki self-regulation yang tinggi pula, artinya bahwa ketika

11

siswa mampu mengatur diri mereka untuk bisa berhasil, maka hal
tersebut akan terwujud (Susanto, 2006).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Evensen,
Salisburry-Glennon, & Glenn (2001) yang menemukan bahwa siswa
yang mampu mengatur dirinya dengan baik untuk belajar, cenderung
memiliki motivasi belajar di kelas melalui keterlibatannya dalam proses
pembelajaran lebih baik dari pada siswa yang tidak mampu mengatur
dirinya dalam belajar.

Hipotesa
Berdasarkan tinjauan yang telah dijelaskan di atas, maka dirumuskan
hipotesa penelitiannya adalah terdapat hubungan positif yang signifikan
antara self-regulation dengan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
pada siswa SMA Negeri 6 Ambon.

METODOLOGI PENELITIAN
Variabel Penelitian
Self-Regulation (Variabel Bebas)

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel bebas adalah
aspek-aspek dari self-regulation yaitu metakognitif, motivasi, dan
perilaku (Zimmerman dalam Jonker, Gemser, & Visscher, 2011).

Keaktifan Siswa Dalam Proses Pembelajaran (Variabel Terikat)
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel terikat
adalah aspek-aspek dari keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang
meliputi Visual activities, Oral activities, Listening activities, Writing
activities, Drawing activities, Motor activities, Mental activities, dan

12

Emotional activities supaya mendapatkan hasil belajar yang maksimal

(Dierich, dalam Sardiman, 2012).

Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa SMA Negeri
6 Ambon yang berjumlah 388 siswa.
Menurut Sugiyono (2012) sampel merupakan sebagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik sampel yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah insidental sampling. Untuk
penentuan kelas mana saja yang menjadi sampel, penulis memberikan
hak kepada pihak sekolah untuk menentukannya.

Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan
sakala pengukuran psikologi, yang terdiri dari 2 skala, yaitu skala selfregulation dan skala keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Item

dalam skala-skala tersebut dikelompokkan dalam pernyataan favorable
dan unfavorable dengan menggunakan 4 alternatif jawaban dari skala
Likert yang telah dimodifikasi yaitu, Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S),
Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Keseluruhan data
diperoleh dari skala psikologi yang telah dibagikan kepada subjek.

Hasil Seleksi Item dan Reliabilitas Alat Ukur
1. Self-Regulation
Berdasarkan pada perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas
skala self-regulation yang terdiri dari 44 item, diperoleh item yang

13

gugur sebanyak 8 item dengan koefisien korelasi item totalnya
bergerak antara 0,314-0,749.
Sedangkan teknik pengukuran untuk menguji reliabilitas
adalah menggunakan teknik koefisien Alpha Cronbach, sehingga
dihasilkan koefisien Alpha pada skala self-regulation sebesar 0,921.
Hal ini berarti skala self-regulation reliabel
2. Keaktifan Siswa Dalam Proses Pmebelajaran
Perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas skala keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran yang terdiri dari 32 item,
diperoleh 31 item yang valid dengan koefisien korelasi item total
bergerak antara 0,309-0,707, dan koefisien Alpha pada skala
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sebesar 0,922 yang
artinya skala tersebut reliabel.

Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk menguji hubungan antara kedua
variabel penelitian adalah korelasi Product Moment dari Pearson. Dalam
penelitian ini, analisis data akan dilakukan dengan bantuan program
khusus komputer statistik yaitu SPSS version 17.0 for windows.

HASIL PENELITIAN
Uji Asumsi
Uji asumsi yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji
linearitas. Uji normalitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

14

Tabel Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Keaktifan Siswa
Dalam Proses
Pembelajaran

SelfRegulation
N
a,,b
Normal Parameters

87
107.86
14.241
.087
.068
-.087
.815
.519

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

87
94.25
12.475
.114
.062
-.114
1.061
.211

Pada skala self-regulation diperoleh hasil skor sebesar 0,815 dengan
probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,519 (p>0,05). Sedangkan pada
skor keaktifan siswa dalam proses pembelajaran memiliki nilai K-S-Z
sebesar 0,1061 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,211.
Dengan demikian kedua variabel memiliki distribusi yang normal.
Sementara dari hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of
Squares
KSDPP * Between Groups
SR

Within Groups
Total

(Combined)

Mean
Square

df

11325.220

38

Linearity

8551.080

1

298.032

Deviation from
Linearity

2774.140

37

74.977

2059.217

48

42.900

13384.437

86

F
6.947

Sig.
.000

8551.080 199.324 .000
1.748 .035

Hasil uji linearitas diperoleh nilai Fbeda sebesar 0,1748 dengan
signifikansi = 0,035 (p>0,05) yang menunjukkan hubungan antara self-

15

regulation dengan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah

tidak linear.

Uji Korelasi
Dari perhitungan uji korelasi antara variable bebas dan terikat, dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel Hasil Uji Korelasi antara Self-Regulation dengan Keaktifan
Siswa Dalam Proses Pembelajaran
Correlations
Self-regulation
Self-regulation

Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N

Keaktifan siswa
dalam proses
pembelajaran

1

Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N

Keaktifan siswa
dalam proses
pembelajaran
.799**
.000

87

87

.799**

1

.000
87

87

Hasil koefisien korelasi antara self-regulation dengan keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran, sebesar 0,799 dengan signifikansi =
0,000 (p