Pemerikasaan Kotoran Kuku Murid SD Negeri No.15 Limo Kampuang Kecamatan Banuhampu Sei Puar Kabupaten Agam.
ffi
l(gr,ORlH l(UKtt IIIURIDSD ilgeERI t{o.15
IJ}IO KNfl'UNNA rcEAHETAlt EAHUIIA}IPSSEI PUAR
f,ABTIPATEil AGA}I
tnIP$
q-zt
FE esd sfd
W
-Sd*f,ttc&*lran&ta4Qae.Falptwt{g{d+tsrm
o,s'{g*F"''pufi
o,t,,
Urfuwins"f,ntsfss
o6f
,'
sil$r+Hrr
il8P.96120025
FAMTTIS f,CDOICITRAN
uilnt€ns8rAs AllDAlss
PADAI6
a&fu
PEMERIT€AA]{ KofORAt{ KUKU 34URID $D I{EGERI No.l5
TTMO I(ATI{FUANG KEC/IMA'TflT BANUHAD,IPU SET PUAR
I(ABUPATEN AGAM
gKRIPSI
tDiajufo* sefid4adsahfr s.tu qwgt w*Qnune*p"6 ujia* afi$ir
SarjorcKpdoLtndn(S.Kd)aatatra&ttusKsdo?ilqan
Aniwrcius,nfllafas
O&fr.:
ss"sjRrArfTI
It8P.96120025
FAKULTAS KEDOKTERAN
UilMRSITAS AI{DALAS
PADANG
2001
l,
FIMER_II{$AAN KOTORAH KUKU MURU} Sn ilScERI No. 15
LIMO KAMPUANG KE,CAMATAN BANUHAMPU SEI PUAR
KABUPATEN AGAM
Shripsi
Otrch
Gp$RrANTr
NSP;$6tllXl25
Telrh dfuctujui oleh Pembimbing skripci Fakultrs Kedoktenu unand
Perbin ,skrlpl
Nrnr
'
'Jtbrtrn
Ttttilr T*ngnn
Pcmbimbing I
Fcnbinbing
Il
PEMERITGAAN KOTORAN KUKU MURII) SD NEGERI Ng. 15
tts{O
S'K
II
ry{xult$lt
il..
""
KABTIPATEI{ AGA}T
'
:i, .' l':
SLi'ipii
GUSRIANTT
NBP. !16120021t
.
t:..
:.
:.:
: ..,'l
:, :.:
.::
, 'l'
'Sa@
ouat,
'uwfi* fe & 4ad .e.errs@a
laq'Srya :9'10 l
W?
*cg@'.
lra l*lal funtaladal taalw lep*'d* fefu la* uutknlal.4ta, tirlag
0d4tt-6atlry W l.cerfry. e{4 adakl?lhlt 4&?ltad&f.
yag
(
tQttraatae. oblTrlt4tr* 4at Aea4t )
gataa, az.fa. gg
&Mttt ilnr 4aEr dnt V*g 4lrrtdlta lrQil, oclnglaa
as*telr lary ta* xnfal& lanta &4b *ah ttb
,iia&at
gfut dk 4@ u*t*to la* tpw a& fida l4'd Aael.
ffi, ,&egaw4t 4a'd t*n{Twrral te. I
6aa7an
4h.
Serrru ourap 6a,eau, &4s4& e2'on4, ryg 6euml Sw et, ry, lon*4t
&*aia hcnatr eter'cry ryg lottm
S€ne ry W l€,4t4 &iaaa A&4atl oW-ory gry tlilae ctffiul 'ou.q
Wa(rtp bwa.fd*qa fuon
Ser&??ufua e4,, W, ta#faq lh4.a 4/a4r4il ry
furnd,aqa'an
QercAailel
W
dnl4
low*a* eahr*. d& 6#ri4 tlz rae
a€tlat 7a4 taat daan
{a&d da, es44Fad'4
44a d4la* 14ft.
,f&addrlhh ullil' dla"'rh,
Kc rnmlx r&h-?ltr'lta /4th4. ., . . ..
/aara. &il..e
?dalKu Autut afu ufr.t n d& iataa e*
?dilKu ft*fatai atz Jla*an oadato'dado,aln
Ku tt*paltar w &'at td tatih
?af rybl* zat9 Fafa'-?fttz
th44 fuo r{pa behta. earda t4l4 t4l ala* wgp u&la e#14 /a.ta.*,
tn're tad&tAl faeilut& alqafu tac 444tel ful{aul f.lro{atutt*. !"rt
k444a aet-air&t (Rtoc, Raa, Rara daa Rilil todna hail ataa cheta ryg
tc$* m*t. ry rlkl irqaqa$ (na wa.
fut w t&.4rrate (?rkt?tn.?al d4 ?e. PaI EtdKau. Pal ttd
Ku. ?a( eil r*. ?a'(Daa ?ul, ?rhe"afaq, tlraq -(itt. td ?e. tat
uttc.ta e44fsfu. t ?at*a 6aatl *t ac7all dowt& &a,o an'q* W9 &fudlal
dmlet.
&at aad*u-uz&4natn tow4? &l?lttl*tfu& /a44ft. Sta&rha, Saara lat
Rlasllal tadna ta.tl tdua dtryal geg 6catu hdalSpaat ?r{S '96. tatqo,"at adatx4.
ABSTRACT
STUDENT'S NAIL CLEANLNES EXAIVTINATIOI{ I|I SD NEGERI NO.
r5 LIMO KAIVTPUAI\IG KECAIVTATAI{ BANU HAMPU SEI PUAR
KABUPATEN AGA}I
By
GUSRIANTI
Ascaris lumbricoides is an infectious wolm through soil still being a health
problem in lndonesia mostly in rural areas. The primary school No. 15 Limo
Kampuang is situattjd in rural areas, low sosio economically, poor sanitation and
poor self-cleanlines in children like growing long and dirty nails.
Research had been done in SD Negeri No.15 Limo Kampuang Kecamatan
Banuhampu Sei Puar Kabupaten Agam students to know the frequency of
student's positifl. Iwnbricoides egg in their nail's dirt.
The design of this research is descriptif. Data's provided by examining the
nail's dirt using Ismid Modifikasi Method.
All the students in SD Negeri No,l5 Limo Kampuang ( 80 students ) were
examined for the nail's dir! providd the relative frequency of students positive
A. lumbricoides egg in nail's dirt was 25 o/o. The highest frequency of A. lumbricoides in class I and II each 30,76 Yo andzg$l7o. Frequency of A. Iumbricoides
which is higher at the boys pupil with 25,58 7o.
ABSTRAK
PEMERIKSAAN KOTORAI{ KUKU IvIURID SD NEGERI No. 15
LIMO KAMPUANG KECAMA'TAN BANUHAMPU SEI PUAR
KABIJPATE}I AGAi}t
,
Oleh
GUSRIANTI
Cacing yang ditularkan melalui tanah salatr satunya Ascaris lumbricoides
masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di lndonesia terutama di daerah
pedesaan. Sekolah Dasar No. 15 Limo Kampuang merupakan SD yang terletak di
daerah pedesaan dengan keadaan sosio ekonomi yang rendah dan sanitasi yang
jelek serta masih kurangnya kebersihan pribadi anak-anak seperti kuku yang
panjang dan kotor.
Telah dilakukan penelitian pada murid SD Negeri No. 15 Limo Kampuang
Kecamatan Banuhampu Sei Puar Kabupaten Agam untuk mengetbhui berapa
frekuensi murid yang mengandung telur r{. lumbricoides pada kotoran kukunya.
Desain penelitian ini adalah Deskriptif. Data diperoleh dengan melakukan
pemeriksaan kotoran kuku yang menggunakan Metode Modifikasi Ismid.
Seluruh murid SD No. 15 Limo Kampuang (80 orang anak) diperiksa
sampel kotoran kukunya, di dapatkan frekuensi relatif murid yang mengandung
telur 24. lumbricoides pada kotoran lcukunya 25 %.'Frekuensi A. lumbricoides
tertinggi didapatkan pada kelas I dan II, yaitu 3OJ6o/o dan 29,41yo. Frekuensi
A.lumbricoides lebih tinggi pada murid laki-laki yaitu 25,58%.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
"PEMERTKSAAN KOTORAN KIJKU MT'RID SD NEGERI NO. 15 LIMO
KAMPUANG KECAMA'TAN BANIJHAIVIPU SEI PUAR KABIIPATEN
AGAM". Tidak lupajuga shalawat dan salam kepadajunjungan Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa cahaya iman kepada kita semua. Slaipsi ini diajukan
sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir Sarjana Kedokteran
(S.Ked.) pada Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang.
Sehubungan dengan
sebesar-besarnya kepada
ini penulis meyampaikan ucapan terima kasih yang
:
1.
Dekan Fakultas Kedoheran Universitas Andalas Padang
2.
Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang yang
dengan gigih dan sabar telah mendidik penulis selama pendidikan
di Fakultas
Kedokteran ini.
3.
Ibu Dra. Nuzulia lrawati, MS, sebagai pembimbing I dan Ibu Dra. Hasmiwati,
M. Kes sebagai pembimbing II yang dalam
kesibukannya menyempatkan
waktu membimbing penulis dengan sabar, memberi saran dan masukan dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4.
Bapak Dr. Syatrir Syafei, MS, Bapak Drs. Adrial, M. Kes dan Ibu Dr. Arni
Amir, MS, selaku dosen penguji skripsi.
iii
5.
Bapak Dr. H.K. Suheimi. SpOG, selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberi bimbingan, perhatian, saran dan nasehat bagr penulis dalam
menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran ini.
6.
Bapak dan ibu staf pengajar dan karyawan Parasitologi Fakultas Kedolceran
Unand Padang
7.
Bapak dan lbu Guru SD Negeri
No. 15 Limo
Kampuang atas segala
bantuannya selama penulis melakukan penelitian ini.
8.
Orang tua tercinta dan adik-adikku (Rini, Rina, Rita dan Riko) terima kasih
atas cinta kasih, semangat, dorongan dan doanya selama ini.
9.
Saudara-saudaraku semua di jalan Dakwah, serta rekan-rekan'96 yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan
dan kesalahan, oleh karena itu penulis sangat mengbarapkan
kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan penulisan slnipsi ini. Dengan
adanya hasil karya tulis ini penulis mengharapkan karya ini bermanfaat dan bisa
dijadikan sebagai bahan masukkan bagi peneliti yang lain untuk kemajuan dan
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang kedokteran.
Wassalam.
Padang5 Januari2fi)l
Penulis
lv
DAFTAR
IST
Halaman
Abstract...
Abstrak...
Kata Pengantar......
Daftar Isi......
Daftar Tabel...
DaftarGambar...
BAB
I
i
ii
iii
v
vii
........--i.vlll
PENDAIIULUAN
LaArBelakang..
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian.
D. Manfaat Penelitian.
I
A.
BAB II
..- .--
....
3
3
...
-.......
4
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A.
Klasifikasi......
B. Hospes, Nama Penyakit dan
5
Habitat
Morfologr......
-.. ---.-.
D. Siklus HiduP...
E. Epidemiologi...
F. Sistem Penularan.
""" ""
G. Patologi dan Klinik
H. Diagnosa
I. Pengobatan......
J. Prognosis......
K. Pencegahan dan Pemberantasan
C.
5
5
8
l0
II
1l
12
12
15
15
BAB
III
METODOLOGI PET{ELITIAN
WaltudanTempatPenelitian.
B. Desain Penelitian.
l8
A.
l8
C. Populasi dan SamPel
D. Cara dan Teknik Pengumpulan
Data.--
l8
Alat...
F. Cara Kerja...
G. AnalisisData...
19
E. Batran dan
BAB
IV
BAB V
HASIL
19
20
PENELITIAN...
DISKUSI
Penelitian.
B. Kesimpulan......
C. Penutup dan Saran.
A. Diskusi Hasil
DAFTAR
...... 2I
KEPUSTAI(AAN...
LAMPIRAN
vt
--.
-.- 24
26
26
....
28
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel l.
Distribusi frekuensi infeksi
A. lumbricoides
pada
murid SD Negeri No.l5 Limo lGmpuang Kecamatan
Bantrhampu Sei Puar Kabupaten
2.
Agam...
Distribusi frekuensi A.lumbricoides
pdt
No. 15 Limo Kampuang menurut jenis
3.
Distribusi frekuensi
pada murid SDN
'23
murid SDN
kelamin-.
23
A. Iwnbricoides dafi kelas I-VI
No.l5 Limo
Yll
Kampuang
24
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
l.
Cacing/.lumbricoides dewasa
6
,,
Telurl lumbricoidesyang tidak dibuatti
7
3. Teltn r4. lumbricoides yang berisi embrio.
7
4. Telur .4. lwnbr icoides yang dibuahi
7
5.
Siklus hidup A. lwbricoides
vlll
9
BAB
I
PENDAHULUAI\
A.
Latar Belakang
Infeksi cacing usus masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
terutama di negara berkembang. Salah satu spesies yang paling banyak ditemukan
adalah Ascaris lumbricoides
(l).
l.
Iumbricoides adalatt salah satu cacing yang
ditularkan melalui tanah (2).
Di Indonesia cacing ini tersebar luas, prevalensinya dapat mencapai 90%.
Penelitian Magdalena, Herjanto, Purnomo, Harijani, Ayda, Lianasari dan futa
(1997) tentang dampak pengobatan Albendazol dosis tunggal terhadap nematoda
usus
di SD Flores Timur dengan jumlah sampel 127 murid didapatkan frekuensi
A. Iumbricoides 49,83 % (3).Penelitian Suryq Safar dan Johar (1985) tentang
beberapa faktor sosial yang ada hubungannya dengan prevalensi cacing gelang
pada anak SD di Kota madya Padang didapatkan frekuensi A. Iumbricoides 49,60
o/o
(4). Penelitian lrawati, Ibrahim, I&is, Chaidir dan Syarif (1994) tentang
nematoda usus pada anak SD
Lubuk Minturun yang menggunakan 157 sampel
didapatkan frekuensi A. lnmbricodes 49,59
o/o
(5). Penelitian Emilda (2000)
mengenai frekuensi Soil Transmitted Helminths pada SD Negeri
No 15 Limo
Kampuang dengan menggunakanTi sampel didapatkan frekuensi A. Iumbricoides
90,66 %(6).
Tingginya prevalensi penyakit cacing
ini di
lndonesia disebabkan
Indonesia sebagai daerah yang beriklim tropik dengan kelembaban tinggi yang
memungkinkan telur cacing'ini
di tanah menjadi infektif. Hal ini
disebabkan
karena tanah masih merupakan
tempat membuang tinja oleh sebagian besar
penduduk yang rendah pengetatruannya tentang hygiene dan sanitasi lingkungan,
disamping itu juga karena kemiskinan dan kepadatan pendudulq yang menunjang
reinfeksi terus-menerus (5). Diperkirakan kehidupan
di
rentan terhadap infeksi cacing dari pada kehidupan
desa akan selalu lebih
di kota (7). Hat yang
mempermudatr penularan dari penderita ke orang lain adalah kebiasaan anak
bermain tanatr dan tidak membiasakan mencuci tangan sebelum makan serta
seringnya memakan makanan yang tercemar oleh telur cacing melalui lalat (8).
Transmisi A. lumbricoides daptjuga terjadi dengan perantaraan kotoran
lcnku yang mengandrmg telur A. lumbricoides yang infektif. Hal ini dapat dilihat
dari beberapa penelitian yang telatr dilalrukan sebelumnya. Penelitian Kobayashi
(l954)terhadap anak sekolah diJepang didapatkan frekuensi telurl. lumbricoidespada kotoran lcuku 2,8 7o. Takemita dan Tajima(1955) menernukan telur
A. lumbricoides
pada kotoran
hrkn murid laki-laki di sekolatr dasar lebih tinggt
o/o dan 9,7 Vo. Ismid dan Rukmono
dibandingkan murid perempuan yaitu 11,8
menemukan lcular positif telur cacing pada 3 diantara 312 penghuni panti asuhan
4
yang berumur antara 3-20 tatrun. Kuku seorang anak perempuan berumur l0
talrun positif
telurl.
lumbricoides yang dibuahi, tinjanya juga mengandung telur
A. lumbricoides. Telur A. Iumbricoides yang dibuahi juga ditemukan pada anak
laki-laki yang berumur 15 talrun dan telur A. lunbricoides didapatkan dalam
jumlah besar dalam tinjanya (9). Penelitian Agus dkk (1999) terhadap murid SD
Inpres Desa Tertinggal (IDT) di propinsi Sumatera Barat, didapatkan frekuensi
o/o
A. lumbricoides pada kotoran kuku sekitar 12,3 (10).
Sekolah Dasar Negeri No 15 Limo Kampuang Kecamatan Banuhampu Sei
Puar Kabupaten Agam merupakan SD yang terletak dikawasan pedesaan di kaki
Gunung Merapi dengan sebahagian besar penduduknya bermata pencaharian
sebagai petani, sehingga
hd ini mempermudah penularan telur l. Iumbricoides
yang ditularkan melalui tanah ditambah lagi dengan keadaan sanitasi yang belum
memadai dan kebiasaan penduduk mencemari lingkungan dengan tinja.
B.
Perumusan Masalah
Sampai sekarang infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah terutama
A. lumbricoides masih banyak terdapat di Indonesia tenrtama di daerah pedesaan
dan daerah kumuh. Pada penelitian Emilda (2000)
frekuensi
l.
di
Sei Puar didapatkan
lumbricoides 90,66 o4. Berbagai faktor ikun berperan terhadap
tingginya prevalensi A. Iumbricoides di daerah ini antara lain : daerah ini terletak
dikawasan pedesaan dengan kelembaban tinggi, sebagran besar penduduk bermata
pencarian sebagai petani, keadaan saniasi yang belum memadai, kebiasaan
penduduk mencemari lingkungan dengan tinja" kebiasaan anak-anak bermain
dengan tanah yang terkontaminasi oleh telur cacing yang infektif, serta masih
kurangnya kebersihan pribadi anak-anak seperti kuku yang panjang dan kotor dan
tidak membiasakan mencuci tangan sebelum memakan makanan jajanan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian lanjutan tentang, berapakah
frekuensi Murid SD Negeri No 15 Limo Kampuang Kecamatan Banuhampu Sei
Puar Kabupaten Agam yang mengandung telur A. Iumbricoides pada kotoran
kukunya
?
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bernrjuan untuk mengetahui frekuensi Murid SD Negeri No
15 Limo Kampuang Kecamatan Banuhampu Sei Puar Kabupaten Agam yang
mengandung telur
D.
l.
Iumbricoides pada kotoran kukunya
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi instansi terkait dan bagi
Fakultas Kedolceran Unand sebagai sumber informasi untuk pemberantasan dan
pencegahan infeksi cacing A. lumhricoides dan untuk menarrbatr wawasan ilmu
pengetahuan bagi pembacanya serta menanrbatr pengalaman belajar bagi penulis.
4
BAB TI
TINJAU{\ KEPUSTAKAAIi
A. Klasifikasi (f
l)
Nemathelmintes
Phylum
:
Klas
: Ascaroidea
Famili
: Ascaridae
Genus
: Ascaris
Spesies
: Ascaris ltmtbricoides
B.Ilospes, nama penyakit dan habitat
Manusia merupakan satu- satunya hospes Ascaris lumbricoides. Penyakit
yang disebabkannya disebut Askariasis. Cacing dewasa biasanya hidup didalam
rongga usus halus tapi pada keadaan yang luar biasa seperti demam, iritasi karena
obat anastesi dan manipulasi usus pada pembedahan, cacing mungftin bermigrasi
ketempat- tempat ektopik dan menyebabkan penyakit yang gawat (12).
C. Morfologi
Cacing dewasa berbentuk silindris yang mengecil pada kedua ujungny4
berwama putih susu sampai coklat muda Cacing jantan panjangnya 10-30 cm dan
lebarnya
24
mm. Cacing janAn lebih kecil dibanding cacing betina
dan
mempunyai ekor yang membengkok dimana terdapat dua buah spikulum yang
dapat keluar dari kloaka. Cacing betina lebih besar, panjangnya 22'35 cm dan
lebarnya 3-6 mm dan mernpunyai ekor yang lurus. Kepalanya mempunyai tiga
bibir pada ujung anterior dan mempunyai gigi kecit atau dentikel pada
bibir pada ujung anterior dan mempunyai gigi kecit atau dentikel pada pinggirnya
Bibirnya dapat ditutup dan dipanjangkan untuk memasulcan malianan. Pada cacing
betina, vulva terbulca pada perbatasan s€pertiga badan anterior dan tengah bagian
ini lebih kecil dan dikenal sebagai cincin kopulasi (12).
Seekor cacing betina dapat mengeluarkan 200.000 butir telur sehari, terdiri
dari telur yang dibuahi dan yang tidali dibuahi. Telur yang dibuahi besarnya 60 x
45p
dan yang tak dibuahi besamya 90
x 40p. Dibagian luar ada lapisan
al-
buminoid yang berbenjol-benjol kasar dan berfungsi sebagai penambah rintangan
dalam hal permeabilitas, tetapi lapisan ini kadang-kadang tidak ada. Telur mem-
punyai kulit hialin yang tebal yang berfirngsi sebagai struk-tur penyokong. Telur
yang tidak dibuahi berbentuk amorf dan butir-butir yang memantulkan cahaya
(12,13,14,15).
Gambar -
1 : Cacing A. lumbricoidesdewasa
Sumber
: Atlas Parasitologi
6
Kedokteran,1994
Gambar-2 :
Telurl. Iumbricoidesyang tidak dibuahi
Gambar-3 : Telur A. Iumbricoides yangberisi embrio
Gambar4 : Telur A. lumbricoitles yangdibuahi
Sumber: Atlas parasitologi Kedokteran,
1994
D. Siklus hidup
Dalam lingkaran hidupnya A.lumbricoide.s mempunyai dua tahap perkembangan, yaitu perkembangan pada tubuh manusia dan pada tanah. Perkem-
bangan didalam tubuh manusia, dimulai dengan masuknya telur yang matang
kedalam tubuh melalui mulut dengan perantaraan tangan, makanan, atau minuman
yang tercemar telur matang. Di dalam tubuh manusia cacing mengalami pendewasaan(16).
Cacing dewasa hidup didalam rongga usus kecil dimana cacing-cacing ini
mendapat makanan dari hospesnya. Cacing betina dapat mengeluarkan telur
200.000 butir sehari. Telur yang belum matang bila dikeluarkan bersama tinja.,
dalam lingkungan yang sesuai telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk
infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Suhu optimum untuk pertumbuhan
telur antara 2lo C
-
300 C. Bentuk
infektif ini bila termakan oleh manusia
akan
menetes diusus halus dan mengeluarkan larv4 larvanya menembus dinding usus
halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, lalu dialirkan ke jantung,
kemudian mengikuti aliran darah
ke paru, di dalam
paru-paru larva akan
menembus dinding pembuluh darah, dinding alveolus naik ke trakea melalui
bronkiolus dan bronkus menuju farink sehingga menimbulkan rangs.rngan pada
farink. Penderita batuk karena rangsangan ini akan menyebabkan larva masuk ke
esophagus, lalu menuju ke usus halus, diusus halus larva berubah menjadi cacing
dewasa. Sejak telur matang tertelan sampai jadi cacing dewasa bertelur diperlu
kan waktu kurang lebih 2 bulan (13,14,15 ).
Trngrn mrnbe*r $r hleldl
d.rlt n hYrtig btc.til obfi
rfrkrrle mrrucL. rYrrta&
d.bu. dtb.
E
t
t
GI
a,
a
?r
al
EI
flo'
n
ila
rE
Llvr
molrmbor mskoc+ m'mr'
*Lrn nttt drnvul+ krlen'
nrlo lctran abn Patlr. rn''r'irb6
miuf d,rrof. U.tCend kult due
bfi. nrrt ko rbnn PcmrPeslr'
r,fO
rmn kr crobgur mcr{rd
'"f,TffiF
nrfir d urtl.
\y?/
e,
-
l(gr,ORlH l(UKtt IIIURIDSD ilgeERI t{o.15
IJ}IO KNfl'UNNA rcEAHETAlt EAHUIIA}IPSSEI PUAR
f,ABTIPATEil AGA}I
tnIP$
q-zt
FE esd sfd
W
-Sd*f,ttc&*lran&ta4Qae.Falptwt{g{d+tsrm
o,s'{g*F"''pufi
o,t,,
Urfuwins"f,ntsfss
o6f
,'
sil$r+Hrr
il8P.96120025
FAMTTIS f,CDOICITRAN
uilnt€ns8rAs AllDAlss
PADAI6
a&fu
PEMERIT€AA]{ KofORAt{ KUKU 34URID $D I{EGERI No.l5
TTMO I(ATI{FUANG KEC/IMA'TflT BANUHAD,IPU SET PUAR
I(ABUPATEN AGAM
gKRIPSI
tDiajufo* sefid4adsahfr s.tu qwgt w*Qnune*p"6 ujia* afi$ir
SarjorcKpdoLtndn(S.Kd)aatatra&ttusKsdo?ilqan
Aniwrcius,nfllafas
O&fr.:
ss"sjRrArfTI
It8P.96120025
FAKULTAS KEDOKTERAN
UilMRSITAS AI{DALAS
PADANG
2001
l,
FIMER_II{$AAN KOTORAH KUKU MURU} Sn ilScERI No. 15
LIMO KAMPUANG KE,CAMATAN BANUHAMPU SEI PUAR
KABUPATEN AGAM
Shripsi
Otrch
Gp$RrANTr
NSP;$6tllXl25
Telrh dfuctujui oleh Pembimbing skripci Fakultrs Kedoktenu unand
Perbin ,skrlpl
Nrnr
'
'Jtbrtrn
Ttttilr T*ngnn
Pcmbimbing I
Fcnbinbing
Il
PEMERITGAAN KOTORAN KUKU MURII) SD NEGERI Ng. 15
tts{O
S'K
II
ry{xult$lt
il..
""
KABTIPATEI{ AGA}T
'
:i, .' l':
SLi'ipii
GUSRIANTT
NBP. !16120021t
.
t:..
:.
:.:
: ..,'l
:, :.:
.::
, 'l'
'Sa@
ouat,
'uwfi* fe & 4ad .e.errs@a
laq'Srya :9'10 l
W?
*cg@'.
lra l*lal funtaladal taalw lep*'d* fefu la* uutknlal.4ta, tirlag
0d4tt-6atlry W l.cerfry. e{4 adakl?lhlt 4&?ltad&f.
yag
(
tQttraatae. oblTrlt4tr* 4at Aea4t )
gataa, az.fa. gg
&Mttt ilnr 4aEr dnt V*g 4lrrtdlta lrQil, oclnglaa
as*telr lary ta* xnfal& lanta &4b *ah ttb
,iia&at
gfut dk 4@ u*t*to la* tpw a& fida l4'd Aael.
ffi, ,&egaw4t 4a'd t*n{Twrral te. I
6aa7an
4h.
Serrru ourap 6a,eau, &4s4& e2'on4, ryg 6euml Sw et, ry, lon*4t
&*aia hcnatr eter'cry ryg lottm
S€ne ry W l€,4t4 &iaaa A&4atl oW-ory gry tlilae ctffiul 'ou.q
Wa(rtp bwa.fd*qa fuon
Ser&??ufua e4,, W, ta#faq lh4.a 4/a4r4il ry
furnd,aqa'an
QercAailel
W
dnl4
low*a* eahr*. d& 6#ri4 tlz rae
a€tlat 7a4 taat daan
{a&d da, es44Fad'4
44a d4la* 14ft.
,f&addrlhh ullil' dla"'rh,
Kc rnmlx r&h-?ltr'lta /4th4. ., . . ..
/aara. &il..e
?dalKu Autut afu ufr.t n d& iataa e*
?dilKu ft*fatai atz Jla*an oadato'dado,aln
Ku tt*paltar w &'at td tatih
?af rybl* zat9 Fafa'-?fttz
th44 fuo r{pa behta. earda t4l4 t4l ala* wgp u&la e#14 /a.ta.*,
tn're tad&tAl faeilut& alqafu tac 444tel ful{aul f.lro{atutt*. !"rt
k444a aet-air&t (Rtoc, Raa, Rara daa Rilil todna hail ataa cheta ryg
tc$* m*t. ry rlkl irqaqa$ (na wa.
fut w t&.4rrate (?rkt?tn.?al d4 ?e. PaI EtdKau. Pal ttd
Ku. ?a( eil r*. ?a'(Daa ?ul, ?rhe"afaq, tlraq -(itt. td ?e. tat
uttc.ta e44fsfu. t ?at*a 6aatl *t ac7all dowt& &a,o an'q* W9 &fudlal
dmlet.
&at aad*u-uz&4natn tow4? &l?lttl*tfu& /a44ft. Sta&rha, Saara lat
Rlasllal tadna ta.tl tdua dtryal geg 6catu hdalSpaat ?r{S '96. tatqo,"at adatx4.
ABSTRACT
STUDENT'S NAIL CLEANLNES EXAIVTINATIOI{ I|I SD NEGERI NO.
r5 LIMO KAIVTPUAI\IG KECAIVTATAI{ BANU HAMPU SEI PUAR
KABUPATEN AGA}I
By
GUSRIANTI
Ascaris lumbricoides is an infectious wolm through soil still being a health
problem in lndonesia mostly in rural areas. The primary school No. 15 Limo
Kampuang is situattjd in rural areas, low sosio economically, poor sanitation and
poor self-cleanlines in children like growing long and dirty nails.
Research had been done in SD Negeri No.15 Limo Kampuang Kecamatan
Banuhampu Sei Puar Kabupaten Agam students to know the frequency of
student's positifl. Iwnbricoides egg in their nail's dirt.
The design of this research is descriptif. Data's provided by examining the
nail's dirt using Ismid Modifikasi Method.
All the students in SD Negeri No,l5 Limo Kampuang ( 80 students ) were
examined for the nail's dir! providd the relative frequency of students positive
A. lumbricoides egg in nail's dirt was 25 o/o. The highest frequency of A. lumbricoides in class I and II each 30,76 Yo andzg$l7o. Frequency of A. Iumbricoides
which is higher at the boys pupil with 25,58 7o.
ABSTRAK
PEMERIKSAAN KOTORAI{ KUKU IvIURID SD NEGERI No. 15
LIMO KAMPUANG KECAMA'TAN BANUHAMPU SEI PUAR
KABIJPATE}I AGAi}t
,
Oleh
GUSRIANTI
Cacing yang ditularkan melalui tanah salatr satunya Ascaris lumbricoides
masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di lndonesia terutama di daerah
pedesaan. Sekolah Dasar No. 15 Limo Kampuang merupakan SD yang terletak di
daerah pedesaan dengan keadaan sosio ekonomi yang rendah dan sanitasi yang
jelek serta masih kurangnya kebersihan pribadi anak-anak seperti kuku yang
panjang dan kotor.
Telah dilakukan penelitian pada murid SD Negeri No. 15 Limo Kampuang
Kecamatan Banuhampu Sei Puar Kabupaten Agam untuk mengetbhui berapa
frekuensi murid yang mengandung telur r{. lumbricoides pada kotoran kukunya.
Desain penelitian ini adalah Deskriptif. Data diperoleh dengan melakukan
pemeriksaan kotoran kuku yang menggunakan Metode Modifikasi Ismid.
Seluruh murid SD No. 15 Limo Kampuang (80 orang anak) diperiksa
sampel kotoran kukunya, di dapatkan frekuensi relatif murid yang mengandung
telur 24. lumbricoides pada kotoran lcukunya 25 %.'Frekuensi A. lumbricoides
tertinggi didapatkan pada kelas I dan II, yaitu 3OJ6o/o dan 29,41yo. Frekuensi
A.lumbricoides lebih tinggi pada murid laki-laki yaitu 25,58%.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
"PEMERTKSAAN KOTORAN KIJKU MT'RID SD NEGERI NO. 15 LIMO
KAMPUANG KECAMA'TAN BANIJHAIVIPU SEI PUAR KABIIPATEN
AGAM". Tidak lupajuga shalawat dan salam kepadajunjungan Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa cahaya iman kepada kita semua. Slaipsi ini diajukan
sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir Sarjana Kedokteran
(S.Ked.) pada Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang.
Sehubungan dengan
sebesar-besarnya kepada
ini penulis meyampaikan ucapan terima kasih yang
:
1.
Dekan Fakultas Kedoheran Universitas Andalas Padang
2.
Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang yang
dengan gigih dan sabar telah mendidik penulis selama pendidikan
di Fakultas
Kedokteran ini.
3.
Ibu Dra. Nuzulia lrawati, MS, sebagai pembimbing I dan Ibu Dra. Hasmiwati,
M. Kes sebagai pembimbing II yang dalam
kesibukannya menyempatkan
waktu membimbing penulis dengan sabar, memberi saran dan masukan dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4.
Bapak Dr. Syatrir Syafei, MS, Bapak Drs. Adrial, M. Kes dan Ibu Dr. Arni
Amir, MS, selaku dosen penguji skripsi.
iii
5.
Bapak Dr. H.K. Suheimi. SpOG, selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberi bimbingan, perhatian, saran dan nasehat bagr penulis dalam
menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran ini.
6.
Bapak dan ibu staf pengajar dan karyawan Parasitologi Fakultas Kedolceran
Unand Padang
7.
Bapak dan lbu Guru SD Negeri
No. 15 Limo
Kampuang atas segala
bantuannya selama penulis melakukan penelitian ini.
8.
Orang tua tercinta dan adik-adikku (Rini, Rina, Rita dan Riko) terima kasih
atas cinta kasih, semangat, dorongan dan doanya selama ini.
9.
Saudara-saudaraku semua di jalan Dakwah, serta rekan-rekan'96 yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan
dan kesalahan, oleh karena itu penulis sangat mengbarapkan
kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan penulisan slnipsi ini. Dengan
adanya hasil karya tulis ini penulis mengharapkan karya ini bermanfaat dan bisa
dijadikan sebagai bahan masukkan bagi peneliti yang lain untuk kemajuan dan
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang kedokteran.
Wassalam.
Padang5 Januari2fi)l
Penulis
lv
DAFTAR
IST
Halaman
Abstract...
Abstrak...
Kata Pengantar......
Daftar Isi......
Daftar Tabel...
DaftarGambar...
BAB
I
i
ii
iii
v
vii
........--i.vlll
PENDAIIULUAN
LaArBelakang..
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian.
D. Manfaat Penelitian.
I
A.
BAB II
..- .--
....
3
3
...
-.......
4
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A.
Klasifikasi......
B. Hospes, Nama Penyakit dan
5
Habitat
Morfologr......
-.. ---.-.
D. Siklus HiduP...
E. Epidemiologi...
F. Sistem Penularan.
""" ""
G. Patologi dan Klinik
H. Diagnosa
I. Pengobatan......
J. Prognosis......
K. Pencegahan dan Pemberantasan
C.
5
5
8
l0
II
1l
12
12
15
15
BAB
III
METODOLOGI PET{ELITIAN
WaltudanTempatPenelitian.
B. Desain Penelitian.
l8
A.
l8
C. Populasi dan SamPel
D. Cara dan Teknik Pengumpulan
Data.--
l8
Alat...
F. Cara Kerja...
G. AnalisisData...
19
E. Batran dan
BAB
IV
BAB V
HASIL
19
20
PENELITIAN...
DISKUSI
Penelitian.
B. Kesimpulan......
C. Penutup dan Saran.
A. Diskusi Hasil
DAFTAR
...... 2I
KEPUSTAI(AAN...
LAMPIRAN
vt
--.
-.- 24
26
26
....
28
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel l.
Distribusi frekuensi infeksi
A. lumbricoides
pada
murid SD Negeri No.l5 Limo lGmpuang Kecamatan
Bantrhampu Sei Puar Kabupaten
2.
Agam...
Distribusi frekuensi A.lumbricoides
pdt
No. 15 Limo Kampuang menurut jenis
3.
Distribusi frekuensi
pada murid SDN
'23
murid SDN
kelamin-.
23
A. Iwnbricoides dafi kelas I-VI
No.l5 Limo
Yll
Kampuang
24
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
l.
Cacing/.lumbricoides dewasa
6
,,
Telurl lumbricoidesyang tidak dibuatti
7
3. Teltn r4. lumbricoides yang berisi embrio.
7
4. Telur .4. lwnbr icoides yang dibuahi
7
5.
Siklus hidup A. lwbricoides
vlll
9
BAB
I
PENDAHULUAI\
A.
Latar Belakang
Infeksi cacing usus masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
terutama di negara berkembang. Salah satu spesies yang paling banyak ditemukan
adalah Ascaris lumbricoides
(l).
l.
Iumbricoides adalatt salah satu cacing yang
ditularkan melalui tanah (2).
Di Indonesia cacing ini tersebar luas, prevalensinya dapat mencapai 90%.
Penelitian Magdalena, Herjanto, Purnomo, Harijani, Ayda, Lianasari dan futa
(1997) tentang dampak pengobatan Albendazol dosis tunggal terhadap nematoda
usus
di SD Flores Timur dengan jumlah sampel 127 murid didapatkan frekuensi
A. Iumbricoides 49,83 % (3).Penelitian Suryq Safar dan Johar (1985) tentang
beberapa faktor sosial yang ada hubungannya dengan prevalensi cacing gelang
pada anak SD di Kota madya Padang didapatkan frekuensi A. Iumbricoides 49,60
o/o
(4). Penelitian lrawati, Ibrahim, I&is, Chaidir dan Syarif (1994) tentang
nematoda usus pada anak SD
Lubuk Minturun yang menggunakan 157 sampel
didapatkan frekuensi A. lnmbricodes 49,59
o/o
(5). Penelitian Emilda (2000)
mengenai frekuensi Soil Transmitted Helminths pada SD Negeri
No 15 Limo
Kampuang dengan menggunakanTi sampel didapatkan frekuensi A. Iumbricoides
90,66 %(6).
Tingginya prevalensi penyakit cacing
ini di
lndonesia disebabkan
Indonesia sebagai daerah yang beriklim tropik dengan kelembaban tinggi yang
memungkinkan telur cacing'ini
di tanah menjadi infektif. Hal ini
disebabkan
karena tanah masih merupakan
tempat membuang tinja oleh sebagian besar
penduduk yang rendah pengetatruannya tentang hygiene dan sanitasi lingkungan,
disamping itu juga karena kemiskinan dan kepadatan pendudulq yang menunjang
reinfeksi terus-menerus (5). Diperkirakan kehidupan
di
rentan terhadap infeksi cacing dari pada kehidupan
desa akan selalu lebih
di kota (7). Hat yang
mempermudatr penularan dari penderita ke orang lain adalah kebiasaan anak
bermain tanatr dan tidak membiasakan mencuci tangan sebelum makan serta
seringnya memakan makanan yang tercemar oleh telur cacing melalui lalat (8).
Transmisi A. lumbricoides daptjuga terjadi dengan perantaraan kotoran
lcnku yang mengandrmg telur A. lumbricoides yang infektif. Hal ini dapat dilihat
dari beberapa penelitian yang telatr dilalrukan sebelumnya. Penelitian Kobayashi
(l954)terhadap anak sekolah diJepang didapatkan frekuensi telurl. lumbricoidespada kotoran lcuku 2,8 7o. Takemita dan Tajima(1955) menernukan telur
A. lumbricoides
pada kotoran
hrkn murid laki-laki di sekolatr dasar lebih tinggt
o/o dan 9,7 Vo. Ismid dan Rukmono
dibandingkan murid perempuan yaitu 11,8
menemukan lcular positif telur cacing pada 3 diantara 312 penghuni panti asuhan
4
yang berumur antara 3-20 tatrun. Kuku seorang anak perempuan berumur l0
talrun positif
telurl.
lumbricoides yang dibuahi, tinjanya juga mengandung telur
A. lumbricoides. Telur A. Iumbricoides yang dibuahi juga ditemukan pada anak
laki-laki yang berumur 15 talrun dan telur A. lunbricoides didapatkan dalam
jumlah besar dalam tinjanya (9). Penelitian Agus dkk (1999) terhadap murid SD
Inpres Desa Tertinggal (IDT) di propinsi Sumatera Barat, didapatkan frekuensi
o/o
A. lumbricoides pada kotoran kuku sekitar 12,3 (10).
Sekolah Dasar Negeri No 15 Limo Kampuang Kecamatan Banuhampu Sei
Puar Kabupaten Agam merupakan SD yang terletak dikawasan pedesaan di kaki
Gunung Merapi dengan sebahagian besar penduduknya bermata pencaharian
sebagai petani, sehingga
hd ini mempermudah penularan telur l. Iumbricoides
yang ditularkan melalui tanah ditambah lagi dengan keadaan sanitasi yang belum
memadai dan kebiasaan penduduk mencemari lingkungan dengan tinja.
B.
Perumusan Masalah
Sampai sekarang infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah terutama
A. lumbricoides masih banyak terdapat di Indonesia tenrtama di daerah pedesaan
dan daerah kumuh. Pada penelitian Emilda (2000)
frekuensi
l.
di
Sei Puar didapatkan
lumbricoides 90,66 o4. Berbagai faktor ikun berperan terhadap
tingginya prevalensi A. Iumbricoides di daerah ini antara lain : daerah ini terletak
dikawasan pedesaan dengan kelembaban tinggi, sebagran besar penduduk bermata
pencarian sebagai petani, keadaan saniasi yang belum memadai, kebiasaan
penduduk mencemari lingkungan dengan tinja" kebiasaan anak-anak bermain
dengan tanah yang terkontaminasi oleh telur cacing yang infektif, serta masih
kurangnya kebersihan pribadi anak-anak seperti kuku yang panjang dan kotor dan
tidak membiasakan mencuci tangan sebelum memakan makanan jajanan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian lanjutan tentang, berapakah
frekuensi Murid SD Negeri No 15 Limo Kampuang Kecamatan Banuhampu Sei
Puar Kabupaten Agam yang mengandung telur A. Iumbricoides pada kotoran
kukunya
?
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bernrjuan untuk mengetahui frekuensi Murid SD Negeri No
15 Limo Kampuang Kecamatan Banuhampu Sei Puar Kabupaten Agam yang
mengandung telur
D.
l.
Iumbricoides pada kotoran kukunya
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi instansi terkait dan bagi
Fakultas Kedolceran Unand sebagai sumber informasi untuk pemberantasan dan
pencegahan infeksi cacing A. lumhricoides dan untuk menarrbatr wawasan ilmu
pengetahuan bagi pembacanya serta menanrbatr pengalaman belajar bagi penulis.
4
BAB TI
TINJAU{\ KEPUSTAKAAIi
A. Klasifikasi (f
l)
Nemathelmintes
Phylum
:
Klas
: Ascaroidea
Famili
: Ascaridae
Genus
: Ascaris
Spesies
: Ascaris ltmtbricoides
B.Ilospes, nama penyakit dan habitat
Manusia merupakan satu- satunya hospes Ascaris lumbricoides. Penyakit
yang disebabkannya disebut Askariasis. Cacing dewasa biasanya hidup didalam
rongga usus halus tapi pada keadaan yang luar biasa seperti demam, iritasi karena
obat anastesi dan manipulasi usus pada pembedahan, cacing mungftin bermigrasi
ketempat- tempat ektopik dan menyebabkan penyakit yang gawat (12).
C. Morfologi
Cacing dewasa berbentuk silindris yang mengecil pada kedua ujungny4
berwama putih susu sampai coklat muda Cacing jantan panjangnya 10-30 cm dan
lebarnya
24
mm. Cacing janAn lebih kecil dibanding cacing betina
dan
mempunyai ekor yang membengkok dimana terdapat dua buah spikulum yang
dapat keluar dari kloaka. Cacing betina lebih besar, panjangnya 22'35 cm dan
lebarnya 3-6 mm dan mernpunyai ekor yang lurus. Kepalanya mempunyai tiga
bibir pada ujung anterior dan mempunyai gigi kecit atau dentikel pada
bibir pada ujung anterior dan mempunyai gigi kecit atau dentikel pada pinggirnya
Bibirnya dapat ditutup dan dipanjangkan untuk memasulcan malianan. Pada cacing
betina, vulva terbulca pada perbatasan s€pertiga badan anterior dan tengah bagian
ini lebih kecil dan dikenal sebagai cincin kopulasi (12).
Seekor cacing betina dapat mengeluarkan 200.000 butir telur sehari, terdiri
dari telur yang dibuahi dan yang tidali dibuahi. Telur yang dibuahi besarnya 60 x
45p
dan yang tak dibuahi besamya 90
x 40p. Dibagian luar ada lapisan
al-
buminoid yang berbenjol-benjol kasar dan berfungsi sebagai penambah rintangan
dalam hal permeabilitas, tetapi lapisan ini kadang-kadang tidak ada. Telur mem-
punyai kulit hialin yang tebal yang berfirngsi sebagai struk-tur penyokong. Telur
yang tidak dibuahi berbentuk amorf dan butir-butir yang memantulkan cahaya
(12,13,14,15).
Gambar -
1 : Cacing A. lumbricoidesdewasa
Sumber
: Atlas Parasitologi
6
Kedokteran,1994
Gambar-2 :
Telurl. Iumbricoidesyang tidak dibuahi
Gambar-3 : Telur A. Iumbricoides yangberisi embrio
Gambar4 : Telur A. lumbricoitles yangdibuahi
Sumber: Atlas parasitologi Kedokteran,
1994
D. Siklus hidup
Dalam lingkaran hidupnya A.lumbricoide.s mempunyai dua tahap perkembangan, yaitu perkembangan pada tubuh manusia dan pada tanah. Perkem-
bangan didalam tubuh manusia, dimulai dengan masuknya telur yang matang
kedalam tubuh melalui mulut dengan perantaraan tangan, makanan, atau minuman
yang tercemar telur matang. Di dalam tubuh manusia cacing mengalami pendewasaan(16).
Cacing dewasa hidup didalam rongga usus kecil dimana cacing-cacing ini
mendapat makanan dari hospesnya. Cacing betina dapat mengeluarkan telur
200.000 butir sehari. Telur yang belum matang bila dikeluarkan bersama tinja.,
dalam lingkungan yang sesuai telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk
infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Suhu optimum untuk pertumbuhan
telur antara 2lo C
-
300 C. Bentuk
infektif ini bila termakan oleh manusia
akan
menetes diusus halus dan mengeluarkan larv4 larvanya menembus dinding usus
halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, lalu dialirkan ke jantung,
kemudian mengikuti aliran darah
ke paru, di dalam
paru-paru larva akan
menembus dinding pembuluh darah, dinding alveolus naik ke trakea melalui
bronkiolus dan bronkus menuju farink sehingga menimbulkan rangs.rngan pada
farink. Penderita batuk karena rangsangan ini akan menyebabkan larva masuk ke
esophagus, lalu menuju ke usus halus, diusus halus larva berubah menjadi cacing
dewasa. Sejak telur matang tertelan sampai jadi cacing dewasa bertelur diperlu
kan waktu kurang lebih 2 bulan (13,14,15 ).
Trngrn mrnbe*r $r hleldl
d.rlt n hYrtig btc.til obfi
rfrkrrle mrrucL. rYrrta&
d.bu. dtb.
E
t
t
GI
a,
a
?r
al
EI
flo'
n
ila
rE
Llvr
molrmbor mskoc+ m'mr'
*Lrn nttt drnvul+ krlen'
nrlo lctran abn Patlr. rn''r'irb6
miuf d,rrof. U.tCend kult due
bfi. nrrt ko rbnn PcmrPeslr'
r,fO
rmn kr crobgur mcr{rd
'"f,TffiF
nrfir d urtl.
\y?/
e,
-