UNJUK KERJA REAKTOR GASIFIKASI SEKAM PADI SEBAGAI ALAT PEMBUATAN GAS PENGGANTI ELPIJI PADA RUMAH TANGGA

  Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2017

  ISSN (Cetak) 2527-6042 eISSN (Online) 2527-6050

UNJUK KERJA REAKTOR GASIFIKASI SEKAM PADI SEBAGAI

ALAT PEMBUATAN GAS PENGGANTI ELPIJI PADA RUMAH

1 2 TANGGA 3 4 5 Suliono* , Felix Dionisius , Yusup Nur Rohmat , Delffika Canra , Rahmat Bijak Karisma 1 Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Indramayu

  Kontak person: Suliono

  E-mail: sulionolee@gmail.com

  

Abstrak

Gasifikasi merupakan metode untuk menghasilkan energi alternatif dari biomassa berupa syngas

yang belum dikenal secara luas oleh masyarakat. Limbah sekam padi yang selama ini pemakaiannya

hanya untuk membakar batu bata dapat dialih fungsikan untuk kebutuhan rumah tangga. Melalui proses

gasifikasi sekam padi, masyarkat dapat mengganti elpiji dengan syngas dari biomassa. Penggunaan

gasifikasi secara langsung yang akan digunakan untuk memasak didapur tanpa ada penampungan gas

merupakan metode sederhana untuk memasak. Dari hasil penelitian karakteristik unjuk kerja reaktor

gasifikasi sekam padi sebagai alat pembuatan gas pengganti elpiji pada rumah tangga didapatkan gas

secara sempurna karena perbandingan udara dan sekam padi pada campuran yang pas yaitu Sekam

padi dengan massa 10 kg dengan tekanan udara masuk 3,612 m/s;. Dari hasil campuran tersebut

4

didapatkan kandungan synthetis gas untuk CH yaitu 5,32%;, visualisasi nyala api gas selama proses

gasifikasi serta lama waktu gas keluar dari reaktor saat memasak.

  Kata Kunci:

Gasifikasi, Metode langsung, Kecepatan udara masuk, Kandungan gas CH

4 , lama waktu gas keluar.

1. Pendahuluan

  Krisis energi yang melanda Indonesia mengakibatkan berbagai permasalahan yang bersifat multidimensi, mulai terjadinya kelangkaan bahan bakar minyak, kenaikan BBM dan elpiji serta kebutuhan pokok lainnya, hal tersebut dilakukan untuk penghematan dengan cara pengurangan tenaga kerja, serta permasalahan-permasalahan sosial ekonomi lainnya. Oleh sebab itu partisipasi dari semua pihak untuk memikirkan permasalahan yang timbul dimasyarakat [1]. Menurut penelitian yang dilakukan Krisnatuti pranadji. D [2] Pengeluaran yang dilakukan keluarga untuk keperluan bahan bakar rumah tangga berkisar antara Rp 15.000,00 - Rp 225.000,00 per bulan dengan rata-rata Rp 54.781,00 per bulan. Sementara itu, pada kelompok pengguna LPG dan bahan bakar lain proporsi terbesar (35%) mengeluarkan pengeluaran untuk bahan bakar/bulan sebesar Rp 31.000,00 - Rp 60.000,00. Rata-rata pengeluaran yang dikeluarkan keluarga contoh pengguna LPG (Rp 52.867 ,19) lebih sedikit dibandingkan dengan pengguna LPG dan bahan bakar lain (Rp 61.266,67). Keluarga contoh yang tidak menggunakan LPG memiliki pengeluaran untuk bahan bakar antara Rp 61.000,00- Rp 90.000,00 bagi pengguna minyak tanah, sedangkan pengguna kayu bakar menge-luarkan pengeluaran ≤ Rp 30.000,00.

  Menurut Penelitian Nuryanti dkk. [3] Konsumsi kayu bakar yang cukup besar terutama di daerah pedesaan karena ketersediaan pasokan. Selain itu, harga ekonomi (economic price) yang hampir tidak ada dalam mendapatkan kayu bakar di pedesaan juga menjadi daya tarik tersendiri. kayu bakar terlihat mendominasi, yaitu sebesar 174.968,6 SBM pada tahun 1990, 186.351,6 SBM pada tahun 1995, 205.651,1 SBM pada tahun 2000 dan 217.463,2 SBM pada tahun 2003. Bahkan untuk kelompok rumah tangga kaya, konsumsi kayu bakar juga terlihat cukup besar. Pada tahun 2003 misalnya, konsumsi kayu bakar mendominasi semua kelompok rumah tangga. sebagai sumber energi yang benar-benar terbarukan, biomassa mengacu pada semua bahan organik dari organisme hidup di berbagai ekosistem dan produk yang berasal darinya, seperti kayu, jerami atau sekam padi, limbah kayu. Biomassa sekam padi dipedesaan khususnya di indramayu sangat melimpah, hal ini cukup baik menjadikan biomassa sekam padi menjadi gas sebagai pengganti elpiji [4]. Gasifikasi mengacu pada konversi termo-kimia dari bahan yang mudah terbakar menjadi gas

  Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2017

  ISSN (Cetak) 2527-6042 eISSN (Online) 2527-6050

  sintesis dengan komponen utama seperti hidrogen (H2), karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan hidrokarbon ringan (CnHm) pada kondisi suhu tinggi [5].

2. Metode Penelitian

  Gasifikasi adalah proses konversi biomass secara thermokimia menjadi gas yang memiliki nilai bakar (flammable gas) dengan cara oksidasi parsial pada temperatur tinggi. Gasifikasi dengan bahan baku biomass padat ini terjadi pada kondisi yang terisolasi dari udara sekitar (oksigen terbatas), ruangan tertutup, dan berada pada tekanan yang cukup terhadap tekanan ambient [6]. Gas-gas yang dihasilkan 2 2 4 dari proses gasifikasi umumnya berbentuk CO, CO , H dan CH yang kemudian gas- gas ini disebut 3 Syngas atau Synthetic Gas. Nilai kalori dari gas hasil ini berkisar antara 1000- 1200 kcal.N/m [7]. Bahan bakar padat yang dimaksud adalah berupa biomass, batubara atau arang.

  

Gambar 1. Gasifier tipe downdraft [7]

  Pada gasifier tipe downdraft, terdapat empat zona diurut dari bagian atas gasifier hingga bawah yaitu drying, pyrolisis, oxidation, dan reduction. Pada tipe ini bahan bakar (biomass) dan udara dimasukkan dari bagian atas gasifier melalui laluan hopper dan mengalir turun ke grate yang merupakan tempat abu [8].

  Proses konversi biomassa ini dapat dilakukan secara langsung maupun tidak. Konversi secara langsung dapat dilakukan dengan proses pembakaran, sedangkan konversi secara tidak langsung dapat dilakukan dengan proses pirolisis dan gasifikasi. Yang membedakan keduanya dengan proses pembakaran adalah hasil prosesnya dan perbandingan antara jumlah bahan bakar (biomassa) dengan udara yang digunakan (AFR), seperti terlihat pada skema berikut [9]:

  

Gambar 2. Perbandingan udara-biomassa [9]

  Pada proses gasifikasi ada beberapa tahapan yang dilalui oleh biomassa sehingga pada akhirnya menjadi gas yang flammable. Tahapan gasifikasi dapat berbeda untuk setiap gasifier. Pada

  Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2017

  ISSN (Cetak) 2527-6042 eISSN (Online) 2527-6050

  tahap ini akan dijelaskan beberapa tahapan gasifikasi tipe downdraft. Berdasarkan penelitian [10] Proses tersebut meliputi :

  1. Drying

  Proses drying dilakukan untuk mengurangi kadar air (moisture) yang terkandung di dalam

biomass bahkan sebisa mungkin kandungan air tersebut hilang. Temperatur pada zona ini berkisar antara

100-250º C. Reaksi oksidasi yang terjadi pada reaktor menghasilkan energi panas yang cukup besar dan

menyebar ke seluruh bagian reaktor. Disamping itu kecepatan gerak media pengering turut

mempengaruhi proses drying yang terjadi 2

  → + + O (2.1)

  2. Pyrolisis

  Pyrolisis adalah dekomposisi thermo kimia dari biomassa menjadi berbagai produk yang

  bermanfaat. Selama pirolisis, molekul hidrokarbon kompleks biomassa terurai menjadi molekul yang lebih simple dan relatif lebih kecil seperti gas, cairan, dan char. Ini berlangsung pada suhu yang lebih besar dari 250-500 C

  • → ch (2.2) +

  3. Gasifikasi (reduction) zona utama untuk mendapatkan syngas. Proses reduksi adalah reaksi penyerapan panas (endoterm), yang mana temperatur keluar dari gas yang dihasilkan harus diperhatikan. Pada proses ini terjadi beberapa reaksi kimia. Di antaranya adalah Bourdouar reaction, steam-carbon reaction, water-

  

gas shift reaction, dan CO methanation yang merupakan proses penting terbentuknya senyawa –

senyawa yang berguna untuk menghasilkan flammable gas, seperti hydrogen dan karbon monoksida.

  Proses ini terjadi pada kisaran temperatur 600 sampai 1000º C. Berikut adalah reaksi kimia yang terjadi pada zona tersebut :

  Boudouard reaction 2 → 2 (-164.9 MJ/kgmol) (2.3)

  • Steam-carbon reaction :
  • 2 → + 2 (-122.6 MJ/kgmol)
  • water-gas shift reaction
  • 2 2 2 CO + H O = CO + H (+42,3 MJ/kgmol) (2.5) methanation 2 4<
  • 2 → (+75 MJ/kgmol) (2.6)
  • 2 4 2<
  • 3 ( -205.9 MJ/kgmol) + →

  (2.7)

  4. Oksidasi Parsial Proses oksidasi adalah proses yang menghasilkan panas (eksoterm) yang memanaskan lapisan karbon di bawah. Proses ini terjadi pada temperatur yang relatif tinggi, umumnya 700-1500 ºC. Pada temperatur setinggi ini pada gasifier downdraft, akan memecah substansi tar sehingga kandungan tar yang dihasilkan lebih rendah. Adapun reaksi kimia yang terjadi pada proses oksidasi ini adalah sebagai berikut : 2 → 2 (+393 / ) (2.8)

  • 2 → 2 ( +242 / ) (2.9)
  • 2 2 2<

  Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2017

  ISSN (Cetak) 2527-6042 eISSN (Online) 2527-6050

  

Gambar 3. Tahapan dan distribusi suhu pada Updraft gasifier [10]

  Penelitian arry Y Nurhayati dkk [11]. yang menggunakan tongkol jagung dan sekam padi sebagai briket untuk industri kecil dan rumah tangga dinilai sangat membantu petani untuk menghasilkan tambahan uang dan membantu membuang limbah hasil pertanian dipedesaan. Dari hasil penelitiannya gas yang dihasilkan dengan komposisi nilai kalor, kadar air dan abu; CO, CO2 dan HC; serta distribusi suhu dan lamanya api yang keluar. Penelitian ini juga ikut mempromosikan energi yang berkelanjutan serta mengurangi perubahan iklim.

  Equivalence ratio (ER) adalah salah satu parameter penting dalam proses gasifikasi sehingga

  ER berdampak pada kualitas dan kuantitas syngas yang diproduksi. Dampak dari ER seperti komposisi

  

syngas, heating value, dan kandungan tar [12]. ER dalam proses gasifikasi menggunakan udara dengan

  jumlah yang terbatas. ER yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah menimbulkan beberapa permasalahan. Jika ER terlalu kecil maka produk char bertambah, produksi syngas yang kecil, serta

  

heating value yang rendah. Sebaliknya pada ER yang tinggi dimana penggunaan jumlah udara yang

2 2

  besar maka meningkatkan komposisi gas CO dan H O dikarenakan semakin mendekati pembakaran 2 2 2 sempurna. Kehadiran gas CO dan H O mengakibatkan prosentase flammable gas CO dan H turun sehingga heating value nya turun pula. ER pada proses gasifikasi biasanya berkisar antara 0.2-0.3.

  Semakin tinggi nilai ER maka jumlah udara yang dimasukkan ke dalam gasifier semakin besar.

  

Equivalence ratio dihitung berdasarkan jumlah aktual udara/bahan bakar yang dimasukkan ke gasifier

  dibagi jumlah udara/bahan bakar stokiometri. Pada penelitian ini variasi ER dilakukan dengan memvariasikan putaran blower menggunakan dimmer sehingga ṁ udara yang memasuki gasifier akan berbeda.Rumus ER yaitu [9].  

    m air m fuel ar aktual

   / ( )    AFR Aktual   ER    

  AFR Stoic m air m fuel ar Stoich

   / ( )   

  Keterangan ER = Equivalence Ratio  

   

  = mass flow udara bandingkan mass flow bahan bakar pada kondisi aktual

   m air / m fuel ( ar )  aktual      

  = mass flow udara dibandingkan mass flow bahan bakar pada kondisi

   m air / m fuel ( ar )  Stoich   ̇ pembakaran sempurna (stoichiometry)

  ℎ ̇ adalah perbandingan jumlah udara dan bahan bakar yang dibutuhkan untuk mendapatkan stoich ℎ ̇ pembakaran yang sempurna atau biasa disebut AFR . Perhitungan serbuk kayu diambil ̇ dari uji ultimate biomassa pada kondisi ar (as received). Rumus kimia untuk kesetimbangan stoikiometri nya adalah :

  Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2017

  ISSN (Cetak) 2527-6042 eISSN (Online) 2527-6050

  C H O +(α + ) (O + 3.76 N ) atau α β γ 2 2

  • CO H O +3.76 ( + - ) N
    • ̇
    • 2 2 2 (2.11)

      ℎ = 4,76 + + ̇ stoic (2.12)

      A/F = air – fuel ratio stoikiometri MW air = Molecular weight air (28,85) MW fuel = Molecular weight fuel (98,38)

    3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

      Metode yang dipakai dalam pengujian ini adalah menggunakan gasifikasi tipe downdraft dengan biomassa sekam padi. Dengan kapasitas reaktor 10 kg memungkinkan gas yang dihasilkan raktor lebih lama jika perbandingan antara udara dan biomassa sesuai. Sebelum pengujian dilakukan terlebih dahulu reaktor dipanasi dengan durasi waktu 5 menit. Pada saat pemanasan awal reaktor dibiarkan terbuka serta blower tekan dihidupkan, artinya suplai udara untuk memanasi reaktor akan lebih cepat temperatur menyebar keseluruh reaktor. Pembakaran yang ada didalam reaktor adalah pembakaran biasa dengan tekanan udara tidak diatur. Pengujian dilakukan dilaboratorium teknik mesin politeknik negeri indramayu. Untuk pengujian sendiri dilakukan pada sore atau malam hari dengan tujuan gas yang keluar bisa terlihat dengan baik.

      

    Gambar 4. Alat pengujian

      Keterangan

      1. Blower tekan

      2. Manometer U

      3. Reaktor Gasifikasi

      4. Cyclone

      5. Water scrubber

      6. Pompa air

      7. Pompa hisap Setelah pemanasan awal selesai selanjutnya memasukkan ulang sekam padi hingga penuh dan menutup kembali reaktor pengujian. Sisa pembakaran yang masih ada didalam reaktor memungkinkan biomassa terbakar jika suplai udara dari blower tekan dihidupkan. Fungsi dari blower tekan sendiri yaitu untuk memberikan suplai udara dan tekanan yang ada didalam reaktor. Gas atau asap yang belum atau sudah terbentuk keluar melalui saringan yang ada didalam reaktor menuju saluran keluar. Blower tekan secara terus menerus dihidupkan dan mengatur tekanan udara yang masuk kereaktor sampai yang keluar dari reantor berupa gas. Disamping blower tekan yang dihidupkan juga terdapat blower hisap yang berfungsi menghisap gas dari dalam. Sebelum gas keluar terlebih dahulu gas akan melewati cyclone, cyclone tersebut berfungsi untuk menampung abu dan kotoran lain yang ikut tercampur bersama gas. Setelah melewati cyclone gas menuju water scrubber, water scrubber yang dilengkapi pompa air berfungsi untuk menangkap abu, tar, dan lain-lain yang ikut larut bersama gas. Gas keluar dari water scubber menuju blower hisap dan melewati pengatur gas. Selanjutnya Gas dari biomassa yang sudah terbentuk siap untuk dipakai untuk pengujian.

      Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2017

      ISSN (Cetak) 2527-6042 eISSN (Online) 2527-6050

    3.1. Proses Pengambilan Syngas

      Menurut penelitian P. Punnarapong dkk [12] Bahan bakar gas dari gasifikasi biomassa bisa menjadi alternatif yang baik dan mampu menggantikan LPG untuk proses panas di industri manufaktur keramik. Pemanas dari LPG dimodifikasi dan diubah dengan syngas dari biomassa untuk digunakan sebagai pemanas termal. Pembakar premix yang dimodifikasi ternyata mampu bekerja dengan baik dengan gas dari biomassa sebagai bahan bakar, yang dapat memberikan daya termal pada kisaran 30-40 kW. Temperatur api pada saat keluar 1050-1200°C tergantung pada ekuivalensi ratio. Pengaruh dari perbadingan udara dan bomassa sangat penting untuk mendapatkan syngas yang baik.

      Gambar 5. Pengambilan syngas Hasil akhir dari sebuah gasifikasi biomassa adalah gas yang mudah terbakar/(flamable gas).

      Gas yang keluar dari alat blower hisap menuju saluran alat pengatur tekanan sehingga gas yang keluar bisa dikontrol (valve). Alat pengontrol tersebut juga dapat berfungsi sebagai pengatur gas yang keluar dari blower hisap apakah gas atau asap biasa. Gas yang keluar dari blower hisap akan hubungkan dengan selang/hose menuju kompor masak tanpa melalui tabung gas (metode langsung) yang tekanan gas tersebut berasal dari blower hisap.

      

    Gambar 6. Api gasifikasi pada kompor

      Gas yang keluar dari dari pipa blower hisap selanjutnya dimasukkan kekompor melalui selang gas. Proses ini merupakan hasil pengujian yang dilakukan pada perbedaan variasi tekanan udara yang masuk. Selang yang dipakai adalah selang elpiji dengan panjang 7 meter dan diameter dalam 12 mm. Udara tersebut harus bisa menghasilkan AFR dengan Sekam padi dengan massa 10 kg. dengan tekanan udara masuk 3,612 m/s. Dengan masuknya udara tersebut menghasilkan AFR, hal ini yang membedakan warna api pada gasifikasi pada masing-masing AFR. Terlihat Visualisasi warna api pada AFR 1,13 Warna api tetapi stabil. Dari warna api tersebut terdapat nilai kandungan komposisi kimia, 4 2 2 yaitu CH sebesar 1,42277%, H sebesar 5,19365%, N sebesar 41,19869%, CO sebesar 17,93 %, 2 2 CO sebesar 11,87131%, O sebesar 16,38359%.

      Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2017

      ISSN (Cetak) 2527-6042 eISSN (Online) 2527-6050

      3.2. Distribusi temperatur reaktor

    Gambar 7. Distribusi temparatur reaktor

    1 o

      Pada gambar 7 diatas yaitu termokopel 1 (T ) memiliki temperatur sampai 70

      C, mengindikasikan bahwa termokopel 1 merupakan permulaan zona drying, dimana kandungan moisture yang dimiliki 2 sekam padi dihilangkan melalui proses penguapan atau evaporasi. Sementara untuk termokopel 2 (T ) o 2 memiliki temperatur hingga 232 C hal ini mengindikasikan bahwa, T ini akan masuk pada zona pirolysis o o sesuai dengan keterangan diatas zona pirolysis memasuki temperatur 30 C-800 C, dimana biomassa yang mengalami pemanasan terus–menerus, diharapkan mampu menghilangkan kandungan volatile 3 biomassa. Sedangkan pada termokopel 3 (T ), fenomena distribusi temperatur yang terjadi memiliki 3 rentang temperatur yang sama, hanya saja terdapat pada termokopel 3 (T ) temperatur yang terjadi o lebih tinggi yaitu 800 C daripada T 3 , semakin tinggi ER maka semakin cepat pula daya hisap blower sehingga proses terjadinya pembakaran didalam reaktor lebih cepat. Sedangkan pada termokopel 4 4 o 5

      (T ) temperatur yang terjadi lebih tinggi yaitu 900

      C. Pada temperatur 5 (T ) memiliki temperatur yang rendah, yaitu temperatur gas yang akan dihisap oleh blower hisap. Pada pembacaan terlihat memiliki o temperatur 120 C.

      3.3. Lama gas keluar pada proses pengujian Gambar 8. Perbandingan keluaran gas

      Pengujian waktu keluaran syngas ini dilakukan saat merebus air dalam 1 liter, dimana waktu yang dibutuhkan dari awal hingga air mendidih dengan suhu awa 27 C. Hasil pengujian menunjukkan perbandingan memasak air meggunakan elpiji dan syngas dengan perbedaan waktu yang signifikan.

      Memasak air menggunakan elpiji memerlukan waktu 5 menit, sedangkan memasak air dengan menggunakan syngas memerlukan waktu 13 menit. Ini menunjukkan komposisi kimia dari metana dan butana yang ada pada elpiji sangat tinggi dan panas yang dihasilkan cukup besar, sedangkan komposisi 4 2 2 kimia pada syngas CH sebesar 1,42277% H sebesar 5,19365%, N sebesar 41,19869%.

    4. Kesimpulan

      Bahan bakar gas dari gasifikasi sekam padi mampu menggantikan gas elpiji dengan baik walaupun dalam pengujiannya syngas masih kurang sempurna jika dibandingkan dengan gas elpiji. Untuk visualisasi nyala api dilakukan pada kompor gas dengan tujuan apakah gas bisa nyala jika

      Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2017

      ISSN (Cetak) 2527-6042 eISSN (Online) 2527-6050

      disalurkan pada kompor masak. Hasil akhir pengujian syngas pada kompor bisa masuk dan bisa dipakai untuk memasak air hingga mendidih. Akan tetapi bila dibandingkan dengan menggunakan elpiji hasilnya akan lebih baik elpiji. Tetapi dalam hal pengeluaran keuangan dan kebersihan lebih baik menggunakan gas dari biomassa. Kendala pada pengujian ini adalah gas tidak bisa dimasuk kedalam tabung elpiji dengan dengan alasan tekanan kompresor kurang memadai.

      Referensi

      [1]. Sudarmanta. B, dkk, ”Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Sekam Padi Menggunakan Reaktor Downdraft dengan Dua Tingkat Laluan Udara “Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) ke- 8 Semarang, 2009.

      [2]. Krisnatuti Pranadji. D dkk, “Analisis Perilaku Penggunaan LPG Pada Rumah Tangga di Kota Bogor.” Jur. Ilm. Kel. &amp; Kons ISSN : 1907 - 6037 Vol. 3, No. 2, pp.1907 – 6037, 2010. [3]. Nuryanti dkk, “Analisa Karakteristik Konsumsi Energi Pada Sektor Rumah Tangga di Indonesia “.

      Seminar Nasional III SDM TEKNOLOGI NUKLIR). ISSN 1978-0176 YOGYAKARTA, 2007.

      [4]. C. Lertsatitthanakorn, J. Jamradloedluk and M. Rungsiyopas, ” Study of Combined Rice Husk Gasifier Thermoelectric Generator,” Energy Procedia 52, 2014, pp. 159 – 166. [5]. Alamsyah. R, dkk.”An Experimental Study on Synthetic Gas (Syngas) Production Through Gasification of Indonesian Biomass Pellet,” Energy Procedia 65, 2015, pp. 292 – 299. [6]. Tian Li, Yanqing Niub, Liang Wang, Terese Løvåsa,” Gasification of high heating-rate biomass- derived chars at elevated temperatures” Energy Procedia 105. 2017, pp. 642 – 647. [7]. Elmar Steurer, Georg Ardissone. “Hydrothermal Carbonization and Gasification Technology for Electricity Production using Biomass,” Energy Procedia 79, 2015, pp. 47 – 54. [8]. Gnanendra P.M &amp; Rajan N.K.S.” Experimental Study on Performance of Downdraft Gasifier Reactor under varied ratios of Secondary and Primary air flows” Energy Procedia 90, 2016, pp.

      38 – 49. [9]. Bhavanam,A. dan Sastry,R.C. “Biomass Gasification Processes in Downdraft Fixed Bed Reactors:

      A Review”, International Journal of Chemical Engineering and Applications., Vol. 2, No. 6. 2017 [10]. Tamam, Z,”Karakterisasi Unjuk Kerja Mesin Diesel Generator Set sistem Dual fuel Solar dan syngas Batubara,” Tesis Magister, 2014, ITS Surabaya.

      [11]. Arry Y Nurhayati dkk.” Endeavoring to Food Sustainability by Promoting Corn Cob and Rice Husk Briquetting to Fuel Energy for Small Scale Industries and Household Communities” Agriculture and Agricultural Science Procedia 2016, pp.386 – 395.

      [12]. Vladimirs Kirsanovs, Dagnija Blumberga, Mikelis Dzikevics, Alexandrs Kovals,” Design Of experimental Investigations On The Effect Of Equivalensi Ratio, fuel Moisture Content And Fuel Consumption On Gasification Process,” Energy Procedia 2016, pp.189–194. [13]. P. Punnarapong, T. Sucharitakul, N. Tippayawong.” Performance evaluation of premixed burner fueled with biomass derived producer gas,” Case Studies in Thermal Engineering, 2017 pp.40–46.