The laws of Republic Indonesia No. 6 year 2014 concerning the Villages is a product of the reformation era
1 Saifatul Husna * 2 , Syukriy Abdullah
1,2, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program Studi Akuntansi,Universitas Syiah Kuala e-mail: [email protected]* 1 [email protected] 2
Abstract
The laws of Republic Indonesia No. 6 year 2014 concerning the Villages is a product of the reformation era that became initial form of village autonomy in governing nor managing the Village’s finance. Considering the funds received by the village is sufficiently a large number and keeps increasing every year, then in governing and managing village’s finance, it required for reliable village apparatuses capacity and other appropriate fasilities in order to make the implementation more purposeful and more accountable. This study was conducted to provide empirically overview about the readiness of village apparatuses in implementating village finance in accountability in accordance to Law No. 6 of 2014 concerning the village.
This research was conducted in eight villages in District of Pidie, consists of, Bintang Hu, Dayah Baroe, Nien Lambideng, Arusan, Deyah Blang, Ribeun, and Lampoh Sirong. This research is descriptive study which used qualitative data by conducted interview and documentation. The result shows that in eight villages sampled, only one village were not ready in the planning process and accountability of village finance. The problem faced by village apparatuses in managing village’s finance is the lack of qualified human resources and have understanding about management of village’s finance, it results the village apparatuses prefer to use third parties services in preparing and formulating the reports required.
Keywords: The Laws of Village, Village Apparatuses Capacity, Village’s Finance Management, Accountability
1. Pendahuluan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 34,
desa memiliki wewenang berdasarkan hak asal- usulnya dalam mengurusi sistem di organisasi
1.1 Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dijelaskan bahwa desa merupakan
masyarakat, pembinaan kelembagaan bagi masyarakat kesatuan masyarakat yang berdasarkan hukum
dan lembaga hukum, pengelolaan atas tanah kas desa, memiliki batas wilayah dan wewenang untuk
dan pengembangan peranan masyarakat desa. mengatur Dalam penyelenggaraan pemerintahan atau sering serta mengurus urusan di dalam
disebut dengan otonomi desa, pemerintah desa tersebut
pemerintahan, kepentingan dari masyarakat setempat
membutuhkan sumber keuangan dan pendapatan desa yang
menurut prakarsa masyarakat, hak atas asal usul, atau
nantinya dikelola melalui APBDesa (Anggaran Pendapatan
hak secara tradisional yang telah diakui dan dihormati
dan Belanja Desa). Nantinya kepala desa yang akan
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
bertanggungjawab dalam pengelolaan keuangan desa yang
Republik Indonesia. Dari segi politis undang-undang
diatur dalam Peraturan Desa yang berpedoman pada
ini memberikan sebuah pelimpahan wewenang dari
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014
pemerintah pusat kepada pemerintah desa. Pemerintah
tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
desa mempunyai kewenangan yang disebut dengan
Pengelolaan keuangan desa berdasarkan Peraturan
otonomi desa.
Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 dikelola berdasarkan
asas-asas
transparansi, akuntabilitas,
Sulumin (2015) mendefinisikan otonomi desa
partisipatif dan dilakukan secara tertib dan disiplin terhadap
merupakan kewenangan bagi desa dalam mengatur
anggaran. Pengelolaan keuangan desa tersebut dikelola
kepentingan masyarakat sesuai dengan prakarsa yang
dalam 1 tahun anggaran yaitu mulai 1 Januari sampai
ada. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43
dengan 31 Desember. Pemegang kekuasaan pengelolaan
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
keuangan desa dan yang mewakili pemerintah desa dalam
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)
kepemilikan kekayaan desa yang dipisahkan tersebut Alokasi dana untuk desa yang kini disalurkan dipegang oleh kepala desa dan dibantu oleh PTPKD
setiap tahunnya kepada seluruh desa dalam penggunaannya (Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa). PTPKD
harus dapat dipertanggungjawabkan, mengingat setelah ini berasal dari unsur perangkat desa yang terdiri dari
adanya kebijakan ini desa mendapat alokasi anggaran yang sekretaris desa, kepala seksi, dan bendahara.
cukup besar dan pengelolaannya telah dilakukan secara
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
mandiri. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Dalam
tentang Desa dikemukakan bahwa struktur pendapatan
Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
desa terdiri atas pendapatan asli desa, bantuan dari
Keuangan Desa, disebutkan bahwa kepala desa wajib
pemerintah kabupaten, bantuan dari pemerintah pusat
menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa
dan pemerintah provinsi, sumbangan dari pihak
yang dapat dipertanggungjawabkan kepada bupati/walikota melalui camat paling lambat 1 bulan setelah akhir tahun
ketiga, dan pinjaman desa. Selengkapnya struktur
anggaran. Dengan jumlah dana yang tidak sedikit ini tidak
keuangan desa tersebut disajikan dalam tabel 1.1
menutup kemungkinan adanya tindakan penyelewengan yang berkaitan dengan pengelolaan dana desa yang harus
Tabel 1.1
dipertanggungjawabkan secara akuntabilitas.
Struktur Pendapatan Desa
Pengalokasian dana desa juga dapat menimbulkan kekhawatiran bagi sejumlah kalangan. Dikarenakan, belum
1.Pendapatan Asli Desa
• semua kepala desa dan perangkatnya memiliki kecakapan Hasil Usaha Desa
dalam membelanjakan dan membuat LPj (laporan
• Hasil Kekayaan Desa
pertanggungjawabannya). Tentunya ini akan menjadi suatu
• Hasil Swadaya dan Partisipasi
tantangan
dalam
penyelenggaraan keuangan desa.
• Hasil gotong-royong
Seharusnya pemerintah daerah memainkan peranan penting
• dalam memberikan perhatian atas kapabilitas para Lain-lain pendapatan asli Desa yang sah
penyelenggara pengelolaan keuangan desa dengan membuat
2. Bantuan dari pemerintah Kabupaten
• suatu petunjuk pengelolaan keuangan desa yang lebih rinci Bagian dari hasil pajak daerah dan
dalam rangka penyelenggaraan, penatausahaan, dan
retribusi daerah Kabupaten/Kota
pertanggungjawaban keuangan desa. Kepala desa dan
• Alokasi dana desa yang merupakan
aparatur desa masih perlu diberikan pemahaman melalui
bagian dari dana perimbangan yang
pelatihan atau sosialisasi mengenai pengelolaan keuangan
diterima Kabupaten/Kota
desa dan cara pertanggungjawaban dana desa. Agar tidak
• Bantuan Keuangan dari Anggaran
berurusan dengan hukum, maka perangkat desa, terutama
Pendapatan dan Belanja Daerah
kepala desa harus berhati-hati dalam mengelola dana desa. Berdasarkan artikel koran Serambi edisi 5 Mei
Kabupaten/Kota
2015 Kepala Bappeda Pidie, Muhammad Adam MT
3. Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan menjelaskan bahwa masa transisi pada tahun pertama Belanja Daerah Provinsi
peluncuran dana desa di Kabupaten Pidie masih perlu
4. Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pendampingan. Selain itu, aparatur desa harus harus
5. Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari diberikan sosialisasi dan dipersiapkan dengan baik agar pihak ketiga
dapat mengelola dana desa dengan baik sesuai dengan 6.Lain-lain pendapatan desa yang sah
peraturan yang telah ditetapkan.
Sumber: Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah Berkenaan dengan dana yang diluncurkan ke desa,
diuraikan diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat informasi
dirumuskan sebagai berikut “Bagaimana kesiapan aparatur Perimbangan Keuangan Kementrian Keuangan seperti
yang disampaikan
Direktorat
Jenderal
desa dalam pengelolaaan keuangan desa silihat secara dikutip dari laman Sekretariat Kabinet RI, menyebutkan
akuntabilitas sesuai Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 bahwa Aceh berada diurutan ketiga yang menjadi provinsi
tentang Desa di beberapa desa di Kabupaten Pidie”. yang paling banyak menerima dana desa yang dalam
APBN-P (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
1.3 Tujuan Penelitian
Perubahan) Tahun 2015 sebesar Rp 1,707 triliun setelah Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp 2,214 triliundan disusul
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan secara empiris bagaimana kesiapan
Provinsi Jawa Timur sebesar Rp 2,214 triliun, s edangkan
kabupaten/kota yang menerima dana desa paling banyak
aparatur desa dalam pengelolaan keuangan desa
adalah Aceh Utara Rp 222,413 miliar, Kabupaten Pidie Rp
secara akuntabilitas sesuai Undang-Undang Nomor 6
189,166 miliar, Kabupaten Bireun Rp 158,871 miliar,
Tahun 2014 tentang Desa di beberapa desa di
Kabupatan Aceh Besar Rp 156,476 miliar, dan Kabupaten
Kabupaten Pidie.
Tolikara (Papua) sebesar Rp 142,664 miliar.
I Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)
ISSN: 1978-1520
1.4 Kegunaan Penelitian
pengelolaan keuangan desa. Pendapatan desa tersebut Bagi akamedisi, penelitian ini diharapkan dapat
bersumber dari berbagai dana seperti pendapatan asli desa, menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang
alokasi anggaran dan pendapatan dan belanja pemerintah akuntansi sektor publik yaitu mengenai kesiapan aparatur
pusat, hasil pajak daerah dan retribusi, bantuan keuangan desa dalam pengelolaan keuangan desa secara akuntabilitas
daerah kabupaten dan provinsi, dan dana lainnya. sesuai Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, khususnya pada beberapa desa di Kabupaten Pidie,
2.4 Pengembangan Perangkat Desa
sedangkan bagi praktisi diharapkan dapat mengembangkan Desa sebagai organisasi pemerintah dibentuk dan literatur-literatur akuntansi yang sudah ada dan memperkuat
didirikan dengan tujuan untuk memberikan pelayanan penelitian sebelumnya yaitu berkaitan dengan kesiapan
kepada masyarakat. Karena memiliki tugas yang berat, aparatur desa dalam pengelolaan keuangan desa secara
organisasi pemerintah harus dipimpin dan diisi oleh sumber akuntabilitas sesuai Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
daya manusia terpilih yang memiliki semangat yang tinggi, tentang Desa.
komitmen yang utuh, dan kompetensi yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan
1. Kajian Pustaka
(Lembaga Administrasi Negara RI, 2009).
2.1 Pengertian Desa
manajemen personalia upaya Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
Dalam ilmu
peningkatan kualitas sumber daya manusia disebut 2014 tentang Desapada Pasal 1 Ayat (1) yang dimaksud
pengembangan karyawan. Tujuan pengembangan karyawan dengan desa adalah kesatuan masyarakat yang secara
adalah untuk memperbaiki efektifitas kerja karyawan dalam hukum memiliki batas wilayah dan wewenang dalam
kerja yang telah ditetapkan mengatur
mencapai hasil-hasil
(Heidjarachman, 2008:74). Perangkat desa yang kurang kepentingan bagi masyarakat setempat berdasarkan
dan mengurus urusan di
pemerintahan,
memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang bidang prakarsa masyarakat, hak atas asal usul, atau hak secara
tugasnya akan mengalami kesulitan dan kelambatan dalam tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
bekerja, yang berakibat pada pemborosan bahan, waktu, pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
dan biaya.
perangkat desa merupakan tentang Pemerintahan Desa Pasal 1 Ayat (5) juga
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005
Pengembangan
keharusan yang harus dilakukan secara terus-menerus, mendefinisikan desa sebagai kesatuan masyarakat yang
mengikuti perkembangan masyarakat, kemajuan teknologi, secara hukum memiliki batas-batas wilayah dan berwenang
dan bertambahnya tugas serta wewenang yang harus dalam
diemban. Ada beberapa cara pengembangan perangkat desa masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat
mengatur dan mengurus
kepentingan bagi
sesuai kekurangan dan kebutuhannya, yaitu: istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
1. Meningkatkan tingkat pendidikan
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peningkatan tingkat pendidikan dilakukan bagi para perangkat desa yang berpendidikan setingkat SD
2.2 Pemerintahan Desa
(Sekolah Dasar) dan SMP (Sekolah Menengah
Berdasarkan Peraturan Pemerintahan Nomor
Pertama). Perangkat desa yang belum tamat
43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
pendidikan setingkat(Sekolah Menengah Atas)
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
diwajibkan
menempuh
pendidikan melalui
Pasal 1 Ayat (1-2), yang dimaksud pemerintahan desa
Kelompok Belajar Paket B dan Paket C. Biaya yang
adalah penyelenggaraan mengenai urusan bagi
diperlukan untuk pendidikan bisa dianggarkan dalam APBDesa baik seluruhnya maupun sebagian yang
pemerintahan dan kepentingan bagi masyarakat
diberikan dalam bentuk bantuan pendidikan. Bahkan
setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
desa yang telah
Republik Indonesia, sedangkan pemerintah desa
berpendidikan setingkat SMA juga diharapkan
adalah kepala desa yang dibantu perangkat desa
menempuh
pendidikan
tinggi agar bisa
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa .
menyesuaikan diri dengan kemajuan masyarakat
Pemerintahan desa terdiri atas pemerintah desa (yang
yang dilayaninya.
2. Diklat (Pendidikan dan Pelatihan) (Badan Permusyawaratan Desa).
meliputi kepala desa dan perangkat desa) dan BPD
Diklat diselenggarakan oleh lembaga khusus yang bertugas mengembangkan aparatur pemerintah.
2.3 Pengelolaan Keuangan Desa
Diklat sangat diperlukan bagi semua perangkat desa Menurut Undang-Undang Nomor 6Tahun 2014
baik yang baru diangkat maupun yang sudah lama tentang Desa Pasal 71 Ayat (1), keuangan desa adalah
bekerja agar dapat meningkatkan pengetahuan dan semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan
keterampilannya sesuai dengan bidang tugasnya. uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang
Pelaksanaan diklat bisa secara bertahap setiap tahun, berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa
misalnya pada tahun pertama dilakukan diklat bagi yang menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan, dan
kepala urusan tata usaha, tahun kedua bagi kepala
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)
urusan keuangan, dan seterusnya hingga semua tujuan yang tepat, (2) mengembangkan standar yang perangkat desa mendapat kesempatan mengikuti
dibutuhkan untuk pencapaian tujuan, (3) secara efektif diklat. Biaya pendidikan dan pelatihan bisa
mempromosikan penerapan pemakaian standar, (4) dianggarkan
mengembangkan standar organisasi dan operasi secara dianggarkan oleh masing-masing desa dalam
ekonomis dan efisien. Rasul (2003:11) menyatakan bahwa APBDes.
akuntabilitas
didefinisikan
secara sempit sebagai
3. Kursus atau in house training
kemampuan untuk memberi jawaban kepada otoritas yang
Kursus adalah proses pendidikan yang
lebih tinggi atas tindakan seseorang atau sekelompok orang
dilakukan pada suatu lembaga pendidikan
terhadap masyarakat secara luas atau dalam suatu
ketrampilan. In house training adalah pelatihan
organisasi.
yang dilakukan bagi karyawan di tempat
2.6 Prinsip-Prinsip Akuntabilitas
kerjanya dengan cara mengundang pelatih yang
Akuntabilitas sebagai salah satu pilar/prinsip
professional. Bagi perangkat desa yang
penting dalam good govermance juga memiliki beberapa
memiliki tugas khusus namun belum memiliki
prinsip yang harus diperhatikan dalam rangka efektifitas
keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan
penerapan konsep akuntabilitas. Prinsip-prinsip tersebut
bidang tugasnya maka perlu diberi kesempatan
menurut Citizen’s Circle
of Accountability dalam
mengikuti kursus. Seorang kepala atau staf
Andangatmadja (2011) dalam Stewart seperti dikutip LAN
urusan keuangan yang belum memiliki keahlian
dan BPKP (2001) meliputi:
dibidang keuangan maka diharuskan mengikuti
1. Intentions Disclosure
kursus akuntansi. Demikian juga bagi perangkat Wajar bagi pengemban akuntabilitas yang desa yang belum mampu mengoperasionalkan
melakukan kegiatan-kegiatan yang akan komputer atau teknologi informasi diharuskan
mempengaruhi publik, untuk menyampaikan mengikuti kursus komputer atau mengikuti in
kepada publik hasil-hasil yang akan house training bersama-sama perangkat lainnya.
diberikan. Selain itu juga dikemukakan Biaya kursus dan in house training bisa
alasan mengapa hasil tersebut bermanfaat, dianggarkan dalam APBDesa.
adil, dan wajar. Salah satu bentuk
4. Pengembangan sistem seleksi perangkat desa akuntabilitas dapat dilakukan dalam bentuk
Untuk mendapatkan perangkat desa yang berkualitas
ekuitas.
tentunya diperlukan sistem seleksi yang baik, yang
2. Directing Mind Visibility
memungkinkan mendapatkan sumber daya manusia
Laporan pemerintah atau organisasi lain
yang memiliki pengetahuan dan keterampilan sesuai
yang mempengaruhi publik dalam hal-hal
bidang tugas yang
akan
diberikan. Untuk
yang penting harus mengidentifikasikan
mendapatkan seorang kelapa urusan keuangan
directing mind atau will dari mereka yang
misalnya, maka disyaratkan bagi pelamar dari lulusan SMK program keahlian akuntansi atau
bertanggungjawab dan akuntabel untuk
suatu kegiatan tertentu. Laporan tersebut
lulusan SMA/MA
keterampilan akuntansi.
dipublikasikan untuk melaporkan kegiatan apa yang telah dilakukan oleh anggota
2.5 Akuntabilitas
organisasi, baik yang benar-benar telah
Akuntabilitas merupakan konsep yang dikenal
dilakukan atau yang gagal dilaksanakan.
dalam organisasi pelayanan publik, dimana masih diminati
3. Performance Visibility
didalam kompleksitas,
Kinerja aktual harus diungkapkan melalui
Akuntabilitas mempunyai arti mengurus dan mengaudit,
akuntabilitas publik yang memadai oleh para
melakukan tanggung jawab, laporan kinerja, menjawab atas
pengemban tanggungjawab yang memiliki
perilaku atau tindakan-tindakan yang telah dilakukan,
akuntabilitas kinerja. Pihak berwenang
keputusan dan tindakan, terbuka bagi pemeriksaan dan peradilan, serta bagian dari sanksi dan penghargaan
memberikan akuntabilitas bagi semua
(Wilson, 1993:123).
kegiatan
yang
dilaksanakan dan
Menurut Supriyono (2001:23) akuntabilitas adalah
pembelajaran
yang
diperoleh dari
perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
penerapannya dengan tepat waktu.
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi
4. Reciprocal Accountability
dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
Mereka yang memiliki posisi senior dalam
melalui suatu media
pertanggungjawaban
yang
suatu
organisasi menyampaikan
dilaksanakan secara periodik. Manajemen suatu organisasi
akuntabilitas
kepada anggota-anggota
dapat dikatakan sudah akuntabel apabila dalam pelaksanaan
organisasi tentang tiga hal, yang meliputi:
kegiatannya telah memenuhi persyaratan: (1) menentukan
I Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)
ISSN: 1978-1520 (a) untuk apa memilih tujuan-tujuan tertentu,
pertanggungjawaban (b) untuk siapa, dan (c) apa yang diharapkan.
memberikan
melakukannya secara wajar, jujur dan
5. The Balance of Power, Duties and bertanggungjawab. Hal ini berlaku bagi Accountibility
kedua belah pihak pemerintah maupun Keseimbangan antara kekuasaan, tugas dan
kelompok masyarakat yang berkepentingan. akuntabilitas akan mempengaruhi kewajaran
12. Wage of Abdications
dalam pemberian pertanggungjawaban.
pertanggungjawaban telah Selain itu juga memberikan harapan-harapan
Sepanjang
diberikan secara wajar, dan penilaian publik utnuk mengatasi hambatan-hambatan.
telah dilakukan dengan wajar, dan dinilai
6. Answering for Precaution Taken ada indikasi penyimpangan, akuntabilitas Merupakan suatu kewajiban bagi para
memberikan orientasi untuk menindaklanjuti pengambil keputusan untuk memberikan
penyalahgunaan wewenang, serta menunjuk informasi yang memadai tentang resiko-
warga negara lain yang lebih kompeten. resiko penting bagi keselamatan masyarakat,
Mardiasmo (2002:21) dalam Andangatmadja (2012)
sosial, keadilan hukum dan lingkungan serta
menjelaskan bahwa ada empat indikator akuntabilitas yang
apa yang bisa dilakukan untuk sedapat
harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik, diantaranya
mungkin menghindari atau meminimalkan
and legality , process
accountability , program accountability , dan resiko-resiko tersebut. policy
accountability . Accountability for probity and legality
7. Corporate Fairness
(akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum) terkait
Terjadinya conflict of interest yang timbul
dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan, kepatuhan
antara melayani kepentingan publik dan
birokrat terhadap hukum dan jaminan penegakan hukum,
melayani keinginan publik dan manajemen
serta peraturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan
organisasi menentukan
adanya
sember daya publik. Ukuran dari akuntabilitas hukum
pertanggungjawaban yang dipublikasikan,
adalah peraturan perundang-undangan yang berlaku.
pertanggungjawaban ini dapat mengurangi
Process accountability (akuntabilitas proses)
kemungkinan suatu organisasi berlaku tidak
terkait dengan memadai atau tidaknya prosedur dalam
wajar dan merugikan publik.
rangka pelaksanaan tugas. Proses akuntabilitas mencakup
8. Citizen Caution kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi
manajemen, dan prosedur administrasi. Proses akuntabilitas
Warga negara berperan aktif dalam meminta
ini termanifestasikan melalui pemberian pelayanan publik
haknya untuk pertanggungjawaban, serta
yang cepat, responsif, dan murah biaya.
menggunakan pertanggungjawaban tersebut
Program accountability (program akuntabilitas)
secara wajar.
terkait dengan pertimbangan-pertimbangan mengenai
9. Validation of Assertions
pencapaian tujuan. Apakah tujuan yang ditetapkan dapat
Pertanggungjawaban
publik
untuk
dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan
kehendak-kehendak,
hasil-hasil
atau
alternatif program yang memberikan hasil yang optimal
pembelajaran yang dilakukan memperoleh
dengan biaya yang minimal.
validasi dari kelompok publik yang berminat
Indikatorterakhir terkait akuntabilitas yang harus
dan memiliki pengetahuan, atau para praktisi adalahpolicy
accountability (akuntabilitas kebijakan). Akuntabilitas
yang profesional atau keduanya.
dengan pertanggungjawaban
10. Rights Roles
pemerintah baik pusat maupun daerah atas kebijakan-
Para pengemban
tanggungjawab
kebijakan yang diambil pemerintah terhadap legislatif dan
memberikan pertanggungjawaban untuk
masyarakat luas.
kehendak-kehendaknya, alasan-alasan yang dilakukan dan hasil-hasil yang dicapai.
3. Metode Penelitian
Kewajiban untuk
memberikan
3.1 Desain Penelitian
pertanggungjawaban tidak dapat dialihkan
Pengkajian
penelitian
ini menggunakan
kepada inspektur eksternal, pemeriksa
pendekatan kualitatif, yaitu data yang dikumpulkan bukan
komisaris, ombudsman, atau penilai lainnya. berupa angka-angka, melainkan berasal dari wawancara dan
dokumen resmi lainnya. Moleong (2007:6) mendefinisikan
11. Governing Body and Citizen Responsibility
penelitiankualitatif adalah penelitian yang bermaksuduntuk
Untuk membantu meningkatkan kewajaran
memahami fenomena tentang apa yangdialami oleh subjek
dan kelengkapan
pertanggungjwaban,
peneliti secara holistik,dan dengan cara deskripsi dalam
badan-badan yang memiliki legitimasi untuk
bentuk kata-katadan bahasa, pada suatu konteks khususyang
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)
alamiah dan dengan memanfaatkanberbagai metode
desa secara akuntabilitas sesuai dengan
alamiah.Tingkat intervensi dalam penelitian ini adalah
peraturan perundang-undangan.
intervensi minimal. Sekaran (2006:166) menjelaskan bahwa
2. Dokumentasi
dalam tingkat intervensi
minimal,
peneliti hanya
Menurut Arikunto (2010:201) metode
mengumpulkan data dan tidak melakukan tindakan untuk
dokumentasi adalah mencari data yang
mempengaruhi hasil penelitian. Horizon waktu dalam penelitian ini adalah cross sectional, dimana data yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
dikumpulkan hanya sekali baik selama periode harian,
majalah, prasasti, notulen rapat, legger,
mingguan atau bulanan.
agenda dan sebagainya. Dalam penelitian
3.2 Populasi dan Sampel
ini, dokumentasi diperoleh dari arsip
Menurut Sugiyono (2008:115) populasi adalah
kegiatan realisasi dana desa dan arsip
wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang
lainnya yang dianggap penting dan berkaitan
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
dengan pengelolaan dana desa.
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah
4. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
seluruh desa di Kabupaten Pidie yang berjumlah 731 desa
4.1 Proses Perencanaan Pembangunan Desa Melalui
dari 23 kecamatan. Teknik penarikan sampel dalam
RPJM Desa
penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Dari 23 kecamatan yang ada di Kabupaten Pidie, penelitian
tentang Desa Bagian Kesatu Pasal 79, pemerintah desa ini dilakukan di 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Batee,
harus menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai Kecamatan Simpang Tiga, Kecamatan Kembang Tanjong,
dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan dan Kecamatan Mutiara. Untuk penelitian ini setiap
pembangunan kabupaten/kota. Perencanaan pembangunan kecamatan yang telah dipilih akan diambil 2 desa dari
desa ini nantinya akan disusun secara berjangka yang masing-masing kecamatan, sehingga jumlah desa yang akan
diawali dengan penyusunan RPJM Desa (Rencana diteliti adalah 8 desa.
Pembangunan Jangka Menengah Desa) untuk jangka waktu Pemilihan kecamatan tersebut sebagai lokasi
6 tahun yang akan ditetapkan dengan peraturan desa. RPJM penelitian didasari pertimbangan Peraturan Menteri Desa,
Desa merupakan satu-satunya dokumen perencanaan yang Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor
ada di desa yang digunakan untuk pedoman dalam
5 Tahun 2015 Pasal 3 mengenai Penetapan Prioritas penyusunan APBDesa (Anggaran Pendapatan dan Belanja Penggunaan Dana Desa Tahun 2015 bahwa dana desa
Desa)yang diatur dalam peraturan pemerintah. Untuk itu, diprioritaskan untuk membiayai belanja pembangunan dan
ketersediaan RPJM Desa sangat diperlukan untuk menilai pemberdayaan masyarakat desa, salah satunya adalah
bagaimana kesiapan pemerintah desa dalam mengelola dengan pengembangan potensi ekonomi lokal dan
keuangan desa.
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara Pentingnya proses perencanaan pembangunan desa berkelanjutan dibidang pangan, energi, kemaritiman dan
juga dijelaskan lebih rinci dalam Qanun Kabupaten Pidie kelautan, serta pariwisata dan industri. Kecamatan yang
Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pemerintahan Gampong Bab telah dipilih tersebut telah memiliki kriteria yang sesuai
VIII Pasal 56 yang menjelaskan bahwa rencana dengan penetapan prioritas penggunaan dana desa dan
pembangunan desa yang dengan nama lain disebut dianggap sudah cukup mewakili populasi.
gampong meliputi RPJMG (Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Gampong),
RKPG (Rencana Kerja
3.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Pembangunan Gampong, Duek Pakat Gampong, dan Menurut Arikunto (2010:203) metode penelitian
Musrembang Gampong. Dalam penyusunan perencanaan adalah berbagai cara yang dilakukan peneliti untuk
wajib melibatkan lembaga mengumpulkan data dalam penelitiannya. Dalam penelitian
pembangunan gampong
dan lembaga sosial ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah
kemasyarakatan gampong serta masyarakat setempat. sebagai berikut:
Dari hasil wawancara langsung yang dilakukan di
1. Wawancara
8 desa di Kabupaten Pidie, 2 desa belum selesai dalam
Wawancara sebagai upaya mendapatkan
menyusun RPJM Desa tahun 2015 walaupun anggaran dana
informasi dengan cara bertanya langsung
desa yang diberikan sudah di akhir tahun berjalan. Desa
kepada informan dengan bertatapan muka.
yang belum menyiapkan dokumen tersebut adalah Desa
Adapun wawancarayang dilakukan adalah
Bintang Hu Kecamatan Batee dan Desa Lambideng
wawancara tidak berstruktur kepada seluruh
Kecamatan Simpang Tiga. Ketika ditanya mengenai
aparatur desa dengan pedoman yang telah
ketersediaan RPJM Desa di desa tersebut, Salamuddin selaku Kepala Desa Bintang Hu menyatakan bahwa:
dibuat sebelumnya. Teknik wawancara ini
Desa belum memiliki RPJM Desa. RPJM Desa
digunakan untuk mengungkapkan secara
sedang disusun oleh pihak kantor di kecamatan.
mendalam tingkat kesiapan aparatur desa di
Kami menggunakan jasa pihak kantor karna
Kabupaten Pidie dalam pengelolaan dana
kurangnya sumber daya manusia yang handal dan
I Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)
ISSN: 1978-1520
mengerti tentang proses penyusunan RPJM Desa kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan ini. Dengan menggunakan jasa tersebut, desa
yang berlaku, maka kepala desa dapat menetapkan hanya menjelaskan gambaran pokok mengenai
rancangan APBDesa tersebut melalui peraturan desa. pembangunan
Namun jika rancangan APBDesa tersebut dianggap tidak selanjutnya memberikan imbalan jasa sebesar Rp
sesuai dan masih kurang layak, maka kepala desa harus 2.500.000,- kepada pihak kantor tersebut.
melakukan penyempurnaan paling lama 7 hari kerja sejak diterimanya hasil evaluasi.
Sama halnya dengan Desa Bintang Hu, Kepala Desa Ketika ditanya mengenai ketersediaan APBDesa, Lambideng Kecamatan Simpang Tiga Ramli Usman
hampir keseluruhan desa yang diteliti sudah memiliki menyatakan bahwa:
APBDesa kecuali Desa Lampoh Sirong Kecamatan Untuk RPJM Desa sampai bulan Februari 2016 ini
Mutiara. Namun, yang sedikit berbeda adalah mekanisme masih belum disiapkan. Kendala yang dialami desa
atau proses penyusunan APBDesa khususnya penyampaian yaitu terbatasnya waktu yang diberikan untuk
APBDesa kepada bupati/walikota untuk penyusunan
mengedepankan dan memprioritaskan pembuatan Dari hasil wawancara mengenai ketersediaan APBDesa karna menjadi syarat pemberian dana
APBDesa yang dilakukan kepada Zakaria selaku Kepala desa. Jika APBDesa belum disiapkan maka desa
Desa Lampoh Sirong menyatakan bahwa: tersebut tidak mendapatkan alokasi dana ke desa.
Desa ini belum memiliki APBDesa. Untuk Untuk itu, desa terlebih dahulu menyiapkan
pembangunan desa APBDesa agar proses dan realisasi dana desa dapat
melakukan
program
menggunakan RPJM Desa sebagai acuan dan berjalan dengan baik.
pedoman dalam pelaksanaan pembangunan dan realisasi keuangan desa. Selama ini desa tetap
Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 melakukan pembangunan, kisaran dana yang tentang Desa Pasal 80 Ayat (1-4) menjelaskan bahwa dalam
digunakan hanya dibuat di catatan buku desa dan menyusun perencanaan pembangunan desa memang harus
nantinya akan digunakan sebagai informasi untuk mengikutsertakan masyarakat desa melalui musyawarah
pembuatan laporan pertanggungjawaban. perencanaan pembangunan desa. Musyawarah ini nantinya akan menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan
Pandangan kepala desa tersebut menggambarkan kebutuhan pembangunan desa yang didanai oleh APBDesa,
bahwa desa tersebut tidak menganggap APBDesa sebagai swadaya masyarakat desa, dan APBD kabupaten/kota.
sebuah kebutuhan yang penting dalam melaksanakan Prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan pembangunan
keuangan desa. Namun berdasarkan Peraturan Pemerintah desa tersebut dirumuskan berdasarkan penilaian terhadap
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang- kebutuhan masyarakat desa yang meliputi peningkatan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 91, kualitas dan akses terhadap pelayanan dasar, pembangunan
APBDesa sangat dibutuhkan karena seluruh pendapatan dan pemeliharaan infrastuktur dan lingkungan berdasarkan
desa yang diterima dan disalurkan melalui rekening kas kemampuan teknis dan sumber daya lokal yang tersedia,
desa dan seluruh penggunaannya ditetapkan melalui pengembangan ekonomi pertanian berskala produktif,
APBDesa. APBDesa ini yang nantinya akan menjadi pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk
pedoman dan acuan bagi aparatur desa untuk melakukan kemajuan ekonomi, dan peningkatan kualitas ketertiban dan
proses pertanggungjawaban berupa penyusunan LPj ketentraman masyarakat desa berdasarkan kebutuhan
(Laporan Pertanggungjawaban).
masyarakat desa. Berdasarkan penjabaran tersebut, maka APBDesa dianggap penting dan menjadi suatu keharusan bagi
4.2 Proses Penganggaran Dana Desa Melalui APBDesa
pelaksanaan pengelolaan keuangan desa. Dengan demikian Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Desa Lampoh Sirong Kecamatan Mutiara, dianggap belum Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan
siap dalam hal proses penganggaran yang dilihat dari Desa, proses penganggaran APBDesa disusun oleh
ketersediaan APBDesa. Untuk 7 desa lainnya yang sudah sekretaris desa berdasarkan RPJM Desa dan rencana kerja
memiliki APBDesa, hasil wawancara menggambarkan desa pertahun yang nantinya akan disampaikan kepada
perbedaan dalam mekanisme penyusunan APBDesa. kepala desa. Rancangan tentang APBDesa tersebut
Salamuddin selaku Kepala Desa Bintang Hu Kecamatan disampaikan oleh kepala desa kepada BPD (Badan
Batee menyatakan bahwa:
Permusyawaratan Desa) untuk dibahas dan disepakati Desa sudah memiliki APBDesa dan laporan bersama. Rancangan tersebut disepakati bersama paling
tersebut sudah disampaikan kepada masyarakat lambat bulan Oktober tahun berjalan. Setelah disepakati
dan dimusyawarahkan sebelumnya kepada seluruh bersama nantinya rancangan APBDesa akan disampaikan
aparatur desa. Penyusunan APBDesa pertama kali oleh kepala desa kepada bupati/walikota melalui camat
dilakukan oleh tuha delapan dan diperiksa kembali paling lambat 3 hari sejak disepakati untuk dievaluasi. Jika
oleh tuha peut. Ketika APBDesa dianggap telah rancangan APBDesa tersebut sudah sesuai dengan
sesuai dan mencapai mufakat, maka APBDesa
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)
akan disahkan oleh kepala desa melalui peraturan Qanun Kabupaten Pidie Nomor 8 Tahun 2011 desa. Namun, APBDesa tidak disampaikan kepada
tentang Pemerintahan Desa Pasal 60 Ayat (1-2) bupati atau camat setempat sehingga tidak adanya
menjelaskan bahwa kepala desa dalam melaksanakan proses evaluasi.
penatausahaan keuangan desa harus menetapkan bendahara desa yang dilakukan sebelumnya tahun anggaran
Ungkapan di atas menjelaskan bahwa desa tersebut bersangkutan dan berdasarkan keputusan kepala desa. telah memahami mekanisme atau proses penyusunan
Penetapan bendahara tersebut bertujuan untuk membuat APBDesa dengan baik, walaupun masih terdapat kelemahan
mengenai pelaksanaan pengawasan dan pengendalian dari pihak kabupaten/kota.
pertanggungjawaban
berkala
APBDesa, sehingga pelaksanaan APBDesa dapat dilihat Di Kecamatan Batee Desa Dayah baroe, Desa Nien
secara akuntabel dan transparan.
Kecamatan Simpang Tiga, Desa Arusan Kecamatan Ramli selaku Kepala Desa Ribeun Kecamatan Kembang Tanjong, Desa Deyah Blang Kecamatan
Mutiara ketika ditanyai mengenai laporan realisasi Kembang Tanjong, dan Desa Ribeun Kecamatan Mutiara,
pelaksanaan APBDesa secara semesteran dan dana desa mekanisme atau penyusunan APBDesa telah dilaksanakan
yang diterima, beliau menjelaskan bahwa: secara sempurna. Proses penyusunan APBDesa dilakukan
Jumlah keseluruhan dana yang dimiliki oleh desa dengan mengumpulkan aparatur desa yang terkait. Setelah
adalah Rp 350.000.000,- untuk tahun 2015. Dana rancangan APBDesa disepakati dan dianggap layak,
tersebut direalisasikan untuk pembangunan kantor APBDesa kemudian dievaluasi oleh bupati setempat dan
geuchik, pembuatan mck, jalan rabat beton, dilakukan pengarahan lanjutan mengenai APBDesa.
kebutuhan BUPKK, dan posyandu. Mekanisme Menurut masing-masing desa yang diwakili oleh kepala
penyusunan laporan realisasi desa dan kaur pemerintahan, APBDesa sudah dibuat
atau proses
pelaksanaan APBDesa mengenai pembangunan berdasarkan kepentingan umum dan peraturan perundang-
dan lainnya nantinya akan dimusyawarahkan undangan yang berlaku.
kepada seluruh masyarakat dan disusun laporannya oleh bendahara desa. Setiap kegiatan yang telah
4.3 Proses Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa
dilaksanakan sudah memiliki laporan bukti
Melalui Laporan
RealisasiPelaksanaan
transaksi yang telah dikumpulkan per transaksi
Semesteran
pengeluaran.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan
Pemaparan Ramli menegaskan bahwa desa sudah memiliki Desa
kesadaran yang baik dalam proses pelaksanaan APBDesa pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan
menjelaskan bahwa semua
penerimaan dan
secara akuntabilitas. Sama halnya dengan Desa Lampoh desa dilaksanakan melalui rekening kas desa. Jika terdapat
Sirong Kecamatan Mutiara, Zakaria selaku kepala desa desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di
menjelaskan bahwa jumlah dana desa yang diterima sebesar wilayahnya maka pengaturannya secara lebih lanjut
Rp 320.000.000,- untuk tahun anggaran 2015 dan sudah ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/kota. Untuk semua
pembangunan dan rehabilitasi transaksi penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan di
direalisasikan
untuk
meunasah, kantor kepala desa, dan pengadaan berbagai desa harus memiliki bukti yang lengkap dan sah.
fasilitas lainnya seperti pengadaan komputer dan alat-alat Pemerintah desa juga dilarang melakukan pungutan sebagai
penting lainnya. Desa ini juga sudah memiliki laporan penerimaan desa selain yang telah ditetapkan dalam
semesteran yang merangkum peraturan desa. Selain itu, pengeluaran desa yang
pelaksanaan
secara
keseluruhan kegiatan yang telah dilakukan. Lampiran bukti mengakibatkan beban APBDesa tidak dapat dilakukan
transaksi juga telah disiapkan dengan baik sehingga laporan sebelum rancangan peraturan desa tentang APBDesa
pelaksanaan nantinya akan mendukung informasi untuk ditetapkan menjadi peraturan desa.
laporan pertanggungjawaban kedepannya. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113
Untuk Kecamatan Batee, Desa Bintang Hu yang Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa juga
diwakili oleh Kepala Desa Salamuddin menjelaskan bahwa: menjelaskan bahwa untuk pelaksana kegiatan mengajukan
Jumlah dana desa secara keseluruhan adalah Rp pendanaan untuk melaksanakan kegiatan harus disertai
333.799.722,- termasuk belanja tidak langsung dan dokumen berupa rencana anggaran biaya yang akan
untuk pembangunan fisik desa itu sendiri diverifikasi oleh sekretaris desa dan disahkan oleh kepala
berjumlah Rp 242.161.387,- yang secara jelas desa. Pelaksana kegiatan bertanggungjawab terhadap segala
dianggarkan dalam APBDesa. Dana tersebut tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban
direalisasikan untuk pembuatan gedung serba anggaran belanja kegiatan dengan mempergunakan buku
guna, rehabilitasi kantor kepala desa, dan pembantu kas kegiatan sebagai pertanggungjawaban
pembuatan menasah. Untuk pembuatan laporan pelaksana kegiatan di desa. Biaya-biaya pelaksana kegiatan
realisasi pelaksanaan APBDesa secara semesteran yang dilakukan harus mengajukan SPP (Surat Permintaan
itu sendiri, desa sudah menggunakan jasa pihak Pembayaran) kepada kepala desa yang terdiri atas SPP,
ketiga atau pihak kantor yang mampu membuat pernyataan tanggung jawab belanja, dan lampiran bukti
Selanjutnya desa akan transaksi.
laporan
tersebut.
memberikan imbalan jasa sesuai yang telah disepakati bersama. Untuk bukti transaksi, desa
I Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)
ISSN: 1978-1520
memiliki bukti yang lengkap dan lampiran tidak mampu membuat sendiri. Lampiran bukti transaksi yang sah sesuai yang dibutuhkan.
transaksi juga belum disiapkan, desa biasanya membeli
dan setiap kebutuhan Pernyataan kepala desa tersebut menggambarkan keadaan
barang
pembangunan pada toko yang sudah dikenal dan Desa Bintang Hu yang memiliki keterbatasan sumber daya
menyimpan bon di toko tersebut. Ketika manusia yang handal dalam menyusun laporan atau
membutuhkan bon atau bukti transaksi lainnya, dokumen yang dibutuhkan oleh desa selama proses
mendatangi toko tersebut dan pengelolaan dana desa. Berbeda halnya dengan Desa
desa
baru
menyiapkan bon yang diperlukan. Bintang Hu, Kepala Desa Dayah Baroe, TM Nasir,SE menjelaskan bahwa:
Pernyataan kepala desa menggambarkan secara jelas bahwa Desa Dayah Baroe menerima dana desa sebesar Rp
desa belum siap dalam proses pelaksanaan realisasi 335.000.000,- untuk tahun anggaran 2015. Dana
APBDesa secara semesteran. Seharusnya laporan ini sudah tersebut
harus diselesaikan ketika anggaran tahun berjalan sudah meunasah, pembuatan kantor geucik baru, dan
mencapai enam bulan. Namun, sampai akhir tahun berjalan pengadaan barang-barang lainnya. Desa juga sudah
desa belum juga memiliki laporan realisasi pelaksanaan memiliki laporan realisasi pelaksanaan APBDesa
APBDesa secara semesteran.
secara semsteran yang disusun oleh bendahara desa yang dievaluasi secara langsung oleh kepala
4.4 Proses Penatausahaan dan Pertanggungjawaban
desa. Bendahara
Melalui LPj (Laporan
mengumpulkan setiap lampiran bukti transaksi
Pertanggungjawaban)
atau LPP (Laporan
yang nantinya akan diinformasikan kepada seluruh
Penyelenggaraan Pemerintahan)
masyarakat
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri pertanggungjawaban
Nomor 113 Tahun 2014 tentang Desa dijelaskan bahwa pembangunan.
setiap
kegiatan
proses penatausahaan dilakukan oleh bendahara desa. Bendahara desa wajib mencatat setiap penerimaan dan
Pendapat kepala desa tersebut sudah sesuai dengan pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014
secara tertib. Bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan tentang Pengelolaan Keuangan Desa yang menjelaskan
melalui laporan adanya keharusan ketersediaan bukti transaksi.
pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawaban ini Desa Nien Kecamatan Simpang Tiga, Desa Arusan
akan disampaikan setiap bulan kepada kepala desa dan Kecamatan kembang Tanjong, dan Desa Deyah Blang
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Dokumen yang Kecamatan Kembang Tanjong secara baik sudah menyusun
digunakan untuk penatausahaan transaksi penerimaan dan laporan realisasi pelaksanaan semesteran APBDesa. Jumlah
pengeluaran menggunakan buku kas umum, buku kas dana desa yang diterima juga sekitar Rp 320.000.000,-
pembantu pajak, dan buku bank.
sampai dengan Rp 330.000.000,- untuk tahun anggaran Untuk proses pelaporan, kepala desa akan 2015. Ketiga desa ini juga melakukan proses penarikan
menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa dana desa berdasarkan SPP yang dibuat oleh bendahara
berupa laporan semester pertama dan laporan akhir tahun desa dan disetujui oleh kepala desa. Setiap kegiatan baik itu
kepada bupati/walikota. Laporan realisasi pelaksanaan pembangunan fisik desa dan kegiatan pemberdayaan
APBDesa disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juli masyarakat lainnya telah memiliki bukti transaksi yang
tahun berjalan, sedangkan laporan semester akhir tahun lengkap.
disampaikan paling lambat pada akhir bulan Januari tahun Desa yang belum memiliki laporan realisasi
berikutnya. Selanjutnya kepala desa akan menyampaikan pelaksanaan APBDesa secara semesteran adalah Desa
realisasi pelaksanaan Lambideng Kecamatan Simpang Tiga. Ramli Usman
laporan
pertanggungjawaban
APBDesa kepada bupati/walikota setiap akhir tahun Kepala Desa Lambideng menjelaskan bahwa:
anggaran yang terdiri dari pendapatan, belanja, dan Jumlah dana desa yang kami terima adalah Rp
pertanggungjawaban realisasi 330.680.000,- untuk tahun anggaran 2015. Dana
pembiayaan.
Laporan
pelaksanaan APBDesa ditetapkan dengan peraturan desa tersebut direalisasikan untuk pembuatan kantor
yang dilampiri format laporan pertanggungjawaban realisasi geucik, jalan dasar desa, tempat wudhuk
pelaksanaan APBDesa tahun anggaran berkenaan, format meunasah, dan rehabilitasi sumur bor. Semua
laporan kekayaan milik desa per 31 Desember tahun program ini direalisasikan berdasarkan kebutuhan
anggaran berkenan, dan format laporan program pemerintah masyarakat setempat yang telah dimusyawarahkan
dan pemerintah daerah yang masuk ke desa. sebelumnya.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 penyusunan
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa juga APBDesa belum dilakukan. Desa nantinya akan
bahwa laporan menggunakan jasa pihak ketiga untuk pembuatan
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa laporan realisasi pelaksanaan APBDesa karena
merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dari laporan
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)
penyelenggaraan pemerintahan desa yang disampaikan baik dalam melakukan pertanggungjawaban setiap program paling lambat 1 bulan setelah akhir tahun anggaran.
pembangunan yang telah dilaksanakan. Walaupun kurun Laporan tersebut nantinya akan diinformasikan kepada
waktu penyampaian laporan pertanggungjawaban tidak masyarakat secara tertulis dengan menggunakan media
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, informasi yang mudah diakses oleh masyarakat. Media
tetapi desa sudah dianggap mampu dalam memenuhi tersebut diantaranya papan pengumuman, radio komunitas,
kewajibannya untuk membuat laporan pertanggungjawaban dan media informasi lainnya.
atau laporan penyelenggaraan pemerintahan. Berdasarkan Qanun Kabupaten Pidie Nomor 3
Ramli Kepala Desa Ribeun Kecamatan Mutiara Tahun 2010 tentang Alokasi Dana Gampong Pasal 15 Ayat
menjelaskan bahwa:
(1-2) menjelaskan bahwa pertanggungjawaban dana desa Desa sudah memiliki laporan pertanggungjawaban atau dengan nama lain dana gampong tersebut terintegrasi
untuk tahunan. Desa juga sudah memiliki fasilitas dengan pertanggungjawaban APBDesa, sehingga bentuk
sistem informasi yang memadai serta sumber daya pertanggungjawabannya
manusia yang handal untuk mengelola keuangan APBDesa. Bentuk laporan akhir dari penggunaan alokasi
adalah
pertanggungjawaban
desa dan membuat laporan pertanggungjawaban dana desa mencakup perkembangan pelaksanaan dan
dana desa. Laporan pertanggungjawaban juga penyerapak dana, masalah yang dihadapi dan rekomendasi
sudah diinformasikan kepada masyarakat dengan penyelesaian hasil akhir penggunaan dana desa, yang
menempel salinan laporan tersebut di papan dilakukan musyawarah sebelumnya dengan masyarakat
Menurut saya, proses desa. Penyampaian laporan tersebut dilaksanakan melalui
pengumuman.
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa jalur struktural yaitu tim pelaksana tingkat desa dan
sudah dilaksanakan secara akuntabilitas. diketahui oleh kepala desa ke tim pendamping tingkat kecamatan. Tim pendamping tingkat kecamatan tersebut
Pernyataan kepala desa tersebut sudah sesuai dengan membuat laporan dari seluruh laporan tingkat desa di
mekanisme pertanggungjawaban dan unsur akuntabilitas wilayahnya kepada bupati atau kepala badan pemberdayaan