URGENSI IMPLEMENTASI SNI PRODUKBARANG DALAM RANGKA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

URGENSI IMPLEMENTASI SNI PRODUK/BARANG DALAM RANGKA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

Pupung Faisal * , Purnama Trisnamansyah ** ABSTRAK

Standardisasi barang atau produk melalui SNI dalam rangka Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) perlu diimplemetasikan seefektif mungkin. SNI dapat mencegah beredarnya barang atau

produk yang tidak bermutu di pasar dalam negeri. Produk yang tersaring merupakan produk yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan, keamanan, keselamatan, dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. SNI juga dapat mencegah masuknya barang atau produk impor bermutu rendah dengan harga murah yang berdampak pada pelaku usaha dalam negeri. Selain itu, penerapan SNI dalam rangka MEA pada barang atau produk yang dihasilkan oleh pelaku usaha dalam negeri

dapat meningkatkan daya saing barang atau produk tersebut di pasar dalam negeri dan pasar tunggal ASEAN. Regulasi mengenai SNI untuk barang atau produk telah tersebar di berbagai

peraturan perundang-undangan. Khusus dalam rangka implementasi MEA, telah terbit Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Peningkatan Daya Saing Dalam Rangka Menghadapi Masyarakat Ekonomi Association of Southeast Asia Nations dan Peraturan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Strategi Standardisasi Nasional Tahun 2015-2025.

Kata kunci: barang, daya saing, MEA, Standardisasi, SNI.

ABSTRACT

Standardization of goods or products through Indonesian National Standard (known as ‘SNI’) within the framework of the ASEAN Economic Community (AEC) is need to be implemented as effectively as possible. The SNI will prevent the circulation of goods or products with no quality in the domestic market. The products that do not meet the requirements of health, safety, safety and preservation of environmental functions will be filtered. The SNI also prevents the entry of low quality goods or imported products at low prices which will affect local business etities. In addition, the application of SNI in the framework of AEC to goods or products produced by domestic business entities can enhance the competitiveness of such goods or products in the domestic market and ASEAN single market. The SNI for goods or products has been regulated in various acts in Indonesia. Especially for the framework of the implementation of AEC, Indonesia already enacted the Presidential Instruction No. 6 of 2014 concerning Increasing Competitiveness in Order to face AEC, and Regulation of the Head of Indonesia National Standardization Agency Number 2 Year 2014 about National Standardization Strategy from 2015 to 2025.

Keywords: competitiveness, goods, MEA, standardization, SNI.

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Jl. Dipati Ukur 35 Bandung 40132, email: pupung.faisal@unpad.ac.id.

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Jl. Dipati Ukur 35 Bandung 40132, email: purnama.trisnamansyah@unpad.ac.id

Pupung Faisal, Purnama Trisnamansyah

Urgensi Implementasi SNI Produk/Barang Dalam Rangka Masyarakat Ekonomi Asean

PENDAHULUAN

dilakukan untuk menciptakan suatu mekanisme Dalam

memenuhi kebutuhannya, perdagangan yang lebih kondusif, agresif dan progresif. 3 setiap negara dihadapkan oleh banyaknya

keterbatasan. Mulai dari keterbatasan

Organisasi Perdagangan kemampuan dalam mengelola sumber daya Dunia atau World Trade Organization (WTO) alam sampai dengan keterbatasan SDM dan atau kerjasama perdagangan regional lainnya teknologi. Tidak semua kebutuhan yang seperti Uni Eropa, APEC, AFTA menyebabkan diperlukan oleh masyarakat dalam sebuah perdagangan dunia terdorong ke arah yang lebih negara dapat dipenuhi oleh sumber daya bebas dan terbuka. Melalui berbagai kerjasama dalam negara tersebut. Oleh karena itu, setiap perdagangan bebas tersebut diharapkan negara mau tidak mau harus melakukan terbebas dari praktik bisnis curang (unfair interaksi dengan dunia luar. Dengan adanya business practices) seperti sistem proteksi, tarif, interaksi internasional tersebut, diharapkan dan non-tarif sehingga dapat berkembang iklim

Kehadiran

setiap negara mampu saling melengkapi dan yang lebih kondusif. 4

saling memenuhi kebutuhan negara lainnya. Sesuai dengan tujuan tersebut, dalam Perdagangan luar negeri memiliki peran perkembangan saat ini, pembentukan sistem

yang sangat penting bagi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi sebuah negara. 1

perdagangan yang bebas tidak hanya melalui forum kerjasama ekonomi multilateral seperti

Perdagangan internasional merupakan WTO, tetapi juga melalui berbagai kerjasama faktor yang sangat penting dalam meningkatkan bilateral maupun regional dalam bentuk Free kemajuaan ekonomi negara-negara di dunia. Trade Area (FTA). Laporan WTO yang berjudul Menurut sejumlah ahli, jika perekonomian “ The Future of the WTO” yang diterbitkan dunia ingin makmur dalam suasana yang pada tahun 2005, menyebutkan perjanjian berubah seperti sekarang, maka perdagangan perdagangan bebas secara bilateral dan regional

harus memainkan peranan yang vital. 2 Secara saat ini sangat semakin berkembang. 5 umum perdagangan internasional berkembang

ASEAN Economic Community (disingkat ke arah perdagangan yang lebih luas, bebas, AEC) atau MEA adalah bentuk integrasi ekonomi

dan terbuka. Negara-negara secara bilateral, regional yang direncanakan untuk dicapai pada regional maupun global cenderung mengadakan tahun 2015. Tujuan utama AEC 2015 adalah kerjasama

penurunan menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan atau

dalam

bentuk

penghapusan hambatan-hambatan basis produksi dimana terjadi arus barang, jasa, perdagangan, tariff maupun non-tariff. Hal ini

1 Didin S.Damanhuri, Ekonomi Politik dan Pembangunan Teori, Kritik, dan Solusi bagi Indonesia dan Negara Sedang Berkembang, PT Penerbit IPB Press, Kampus IPB Taman Kencana Bogor: 2010, hlm.22.

2 Hata, Perdagangan Internasional dalam Sistem GATT dan WTO Aspek-Aspek Hukum dan Non Hukum, Refika Aditama, Bandung: 2006, hlm.1

3 N. Rosyidah Rakhmawati, Hukum Ekonomi Internasional dalam Era Global, Bayumedia Publishing, Malang: 2006, hlm 125 4 Ibid., hlm.126

5 Marthin Khor dalam Makalah United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) pada 2007, diterjemahkan oleh K. Ayu Saraswati, Memperdagangkan Kedaulatan : Free Trade Agreement dan Nasib Bangsa, Insist Press, Yogyakarta: 2010, hlm.41

Jurnal Bina Mulia Hukum

Volume 2, Nomor 1, September 2017

investasi dan tenaga terampil yang bebas serta dan kecelakaan mobil yang terjadi karena ban

aliran modal yang lebih bebas. 6 Perwujudan mengelupas. 9

AEC tahun 2015 akan menempatkan ASEAN Hasil evaluasi terhadap produk yang sebagai kawasan pasar terbesar ke-3 di dunia. beredar pada tahun 2012, menunjukkan bahwa

Dengan jumlah penduduk terbesar di kawasan

31 % dari 621 jenis produk di pasar dalam negeri ASEAN, menjadi potensi yang sangat besar bagi tidak sesuai dengan ketentuan persyaratan

Indonesia menjadi ekonomi yang produktif dan teknis dan SNI. Pelanggaran tersebut dinamis. Integrasi ekonomi dalam mewujudkan didominasi oleh produk yang berasal dari impor AEC 2015 melalui pembukaan dan pembentukan sebesar 61% dan produk lokal sebesar 39%. pasar yang lebih besar, dorongan peningkatan Berdasarkan kategori produk yang melanggar efisiensi dan daya saing, serta pembukaan ketentuan, sebanyak 39% elektronika dan alat peluang penyerapan tenaga kerja di kawasan listrik, 20% alat rumah tangga, 13% suku cadang ASEAN, akan meningkatkan kesejahteraan

7 seluruh negara terutama bagi Indonesia. kendaraan, serta sisanya adalah produk bahan bangunan, makanan minuman dan Tekstil dan

Ironisnya, di lapangan masih ditemukan Barang Tekstil (TPT). 10

produk impor yang masuk ke Indonesia, Sebelum MEA berlaku efektif, tepatnya khususnya yang berkategori barang konsumsi awal tahun 2015 terindikasi adanya impor

rumah tangga, mulai dari makanan sampai produk baja secara unfair trade. Menurut dengan produk industri manufaktur, kualitasnya Indonesian Iron & Steel Industry Association di bawah Standar Nasional Indonesia (SNI) (IISA), impor baja berharga murah (dumping) dan terindikasi membahayakan kesehatan sangat mengganggu dan merugikan industri

masyarakat. 8 Sering ditemukan produk bertanda baja nasional. Praktik dumping dilakukan SNI yang tidak sesuai dengan persyaratan SNI. terhadap produk-produk baja non-SNI sehingga Sebagai contoh, banyak terjadi kebakaran yang sangat mengganggu produk-produk nasional

disebabkan oleh kabel yang tidak berkualitas, yang ber-SNI. 11 Artikel ini akan membahas dan bangunan yang runtuh karena tidak permasalahan: didukung oleh besi beton yang berkualitas,

6 Chairil, et.al., “Peluang dan Tantangan Indonesia Pada ASEAN Economic Community 2015”, <http://www.setneg.go.id/index. php?option=com_content&task=view&id=7911>, [ diakses pada 19/04/2017]

7 Tim Penyusun, “Kajian Atas 12 Sektor Prioritas Integrasi ASEAN 2012 (Automotives, Rubber Based Products, Agro Based Product)”, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perdagangan Luar Negeri Badan Penelitian Dan Pengembangan Perdagangan Kementerian

Perdagangan, 2010, www.kemendag.go.id/files/pdf/2014/01/06/Full-Report-ASEAN.pdf, [diakses 19/04/2017] 8 Suara Karya, “Banyak Barang Impor Tidak Penuhi Standar”, http://www.perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file...%5B...

Banyak%20barang%20impor..., [diakses 19/04/2017] 9 Eddy Herjanto, “Pemberlakukan SNI Secara Wajib Di Sektor Industri: Efektifitas Dan berbagai Aspek Dalam Penerapannya”, Jurnal Riset

Industri, Vol.V, No.2, 2011, hlm.122, <http:// www.kemenperin.go.id/download/4658/Pemberlakuan-SNI-Secara-Wajib-di-Sektor- industri-dan-Berbagai-Aspek-Dalam-Penerapannya>, [diakses 22/09/2016]

10 Tim Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri, “Analisis Pengembangan SNI Dalam Rangka Pengawasan Barang Beredar”, Badan Pengkajian Dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan, Kementerian Perdagangan, Jakarta, 2013, hlm.2, <http://www.kemendag.

go.id/files/pdf/2015/02/27/laporan-akhir-analisis-1425035988.pdf>, [diakses 19/04/2017] 11 Investor Daily, 20 Maret 2015, “Baja Dumping Rugikan Industri Nasional”, <http:// http://www.bumn.go.id/krakatausteel/

halaman/2>, [diakses 19/04/2017]

Pupung Faisal, Purnama Trisnamansyah

Urgensi Implementasi SNI Produk/Barang Dalam Rangka Masyarakat Ekonomi Asean

1. Bagaimanakah manfaat penerapan SNI

3. Setelah dilanda krisis keuangan Asia, terhadap barang atau produk dalam rangka

perlu memperkuat ASEAN sebagai a real pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN?

region. Sebagai sebuah kawasan ASEAN

2. Bagaimanakah urgensi penerapan secara yang berpopulasi 560 juta jiwa saat itu SNI wajib dan SNI sukarela terhadap barang

diyakini akan menjadi kuat. Hal inilah yang atau produk dalam rangka Masyarakat

menyebabkan lahirnya konsep ASEAN Ekonomi ASEAN?

Community pada 2003, baik dari segi

3. Bagaimanakah langkah khusus Pemerintah ekonomi, sosial, dan politik. dalam rangka mengefektifkan penerapan

4. Keinginan menjadikan ASEAN sebagai pusat SNI terhadap barang atau produk dalam

kerjasama ekonomi regional dan menjadi rangka Masyarakat Ekonomi ASEAN?

center of gravity. Untuk mewujudkannya perlu dukungan kekuatan ASEAN itu

PEMBAHASAN

sendiri. Inilah yang menjadi semangat bagi

Menciptakan Aliran Bebas Barang dalam

bagi negara-negara Asia tenggara untuk

Rangka Masyarakat Ekonomi ASEAN

menciptakan ASEAN Economic Community Liberalisasi ekonomi yang dilakukan

yang kuat.

5. Sesuai dengan perjanjian ASEAN Free oleh alasan keuntungan ekonomi yang dapat

negara-negara berkembang dilatarbelakangi

Trade Agreement, ASEAN menjadi satu diperolehnya.

pusat produksi regional yang memperoleh keuntungan dari perdagangan Internasional ditandai oleh complementary resources

Pesatnya

perkembangan

berlakunya berbagai kesepakatan perdagangan endowment yang ada di berbagai negara

antara negara-negara di dunia (WTO, NAFTA, ASEAN untuk menjual ke pasar ketiga. AFTA, APEC, EU), termasuk perkembangan

6. Fakta dan demografis yang menguntungkan. penting yang terjadi di ASEAN yaitu terbentuknya

Data sementara menunjukkan tingkat

urbanisasi di ASEAN secara keseluruhan Ekonomi ASEAN dilaksanakan dengan beberapa

Masyarakat Ekonomi ASEAN. 12 Masyarakat

berada di kisaran 42%, relative lebih tinggi alasan: 13 bila dibandingkan dengan India. Sebanyak

1. Sudah saatnya ASEAN menuju sesuatu yang 31,6% dari penduduk ASEAN berusia kurang lebih besar daripada sekedar forum diskusi

dari 15 tahun, 28,1% antara 15-29 tahun, atau talkshows.

sehingga 60% dari populasi di ASEAN berada

2. Mulai tahun 2000-an terjadi perkembangan di bawah usia 29 tahun. Ini membuktikan faktor eksternal maupun internal seperti

banyaknya persentase tenaga kerja muda. tumbuh-kembangnya dua raksasa ekonomi,

Data lain, sumber daya manusia ASEAN yaitu Tiongkok dan India menjadi faktor

ialah 21,5% berusia 30-34 tahun. Artinya eksternal. ASEAN berada dalam suatu

sekitar 81% dari populasi ASEAN di bawah kawasan yang membuatnya harus bersaing

usia 44 tahun, rata-rata usia yang sangat dengan kedua negara itu. sangat berpotensi untuk menggerakkan

ekonomi.

12 Subianta Mandala, “Harmonisasi Hukum Perdagangan: Sejarah, Latar Belakang Dan Model Pendekatannya”, Jurnal Bina Mulia Hukum, Volume 1, Nomor 1, September, 2016, hlm. 54

13 Ibid., hlm.30-31

Jurnal Bina Mulia Hukum

Volume 2, Nomor 1, September 2017

Untuk itu, disusunlah empat pilar Dari keempat pilar tersebut, salah satu Masyarakat Ekonomi ASEAN saling berkaitan pilar pembentukan MEA adalah bertujuan erat dan saling memperkuat satu sama lainnya. menciptakan adanya aliran bebas barang di

Keempat pilar yang menopang MEA adalah: 14 wilayah regional ASEAN. Aliran bebas barang

1. ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis merupakan salah satu sarana utama dalam produksi ( single market and production mewujudkan pasar tunggal dan basis produksi. base) ditandai oleh aliran bebas barang, Pasar tunggal untuk barang (dan jasa) juga aliran bebas jasa, aliran bebas investasi, akan mempermudah pengembangan jaringan aliran bebas tenaga kerja terdidik dan produksi di kawasan dan meningkatkan aliran modal yang lebih bebas. Selain kapasitas ASEAN sebagai pusat produksi global itu, yang termasuk kelompok ini adalah atau sebagai bagian dari mata rantai pasokan

sektor integrasi prioritas, sektor makanan, global. 15

pertanian, dan kehutanan. Negara-negara anggota ASEAN kemudian

2. ASEAN sebagai kawasan ekonomi berdaya menyepakati pembentukan ASEAN Trade in saing tinggi (competitive economic region) Goods Agreement (ATIGA) pada tanggal 27 ditandai adanya peraturan kompetisi, Februari 2009, yang merupakan kodifikasi perlindungan konsumen, hak atas kekayaan atas keseluruhan kesepakatan ASEAN dalam intelektual, pengembangan infrastruktur, liberalisasi dan fasilitasi perdagangan barang perpajakan, dan e-commerce di semua ( trade in goods). ATIGA bertujuan untuk: negara anggota ASEAN.

a.mewujudkan kawasan arus barang yang bebas

dengan sebagai salah satu prinsip untuk membentuk pengembangan ekonomi yang merata pasar tunggal dan basis produksi dalam ASEAN ( equitable economic development) ditandai Economic Community yang dituangkan dalam oleh pengembangan usaha kecil dan AEC Blueprint, b.meminimalkan hambatan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN dan memperkuat kerjasama di antara negara- untuk negara-negara CMLV (Cambodia, negara anggota ASEAN, c.menurunkan biaya Myanmar, Laos, dan Vietnam).

3. ASEAN sebagai

kawasan

usaha, d.meningkatkan perdagangan dan

4. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi investasi dan efisiensi ekonomi, e.menciptakan secara penuh dengan perekonomian global pasar yang lebih besar dengan kesempatan ( integration into the global economy) dan skala ekonomi yang lebih besar untuk para ditandai oleh pendekatan yang koheren pengusaha di negara-negara anggota ASEAN, dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan f.menciptakan kawasan investasi yang

dan peningkatan peran serta dalam jejaring kompetitif. 16

produksi global.

14 Ibid., hlm.37

15 Tim Penyusun Departemen Luar Negeri, “Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Blue Print)”, Direktorat Kerjasama ASEAN, Departemen Luar Negeri RI, 2009, <http://www.kemenlu.go.id>, [diakses 10/10/2015]

16 Tim Penyusun Departemen Perdagangan RI, “Cetak Biru Menuju ASEAN Economic Community 2015”, <http://www. kemendag. go.id.>, [diakses 25/09/2015]

Pupung Faisal, Purnama Trisnamansyah

Urgensi Implementasi SNI Produk/Barang Dalam Rangka Masyarakat Ekonomi Asean

Dalam rangka mencapai aliran bebas b.konsensus dan tidak memihak, c.transparansi barang di wilayah regional ASEAN, salah dan keterbukaan, d.efektif dan relevan, satu instrumen hukum yang diterapkan e.koheren, f.dimensi pembangunan nasional,

adalah Standard, Technical Regulation and dan g.kompeten dan tertelusur. 20 Standardisasi

Conformity Assesment Procedures. Standar, bertujuan untuk: 21

peraturan teknis dan prosedur penilaian

a. Meningkatkan jaminan mutu, efisiensi kesesuaian harus diterapkan oleh setiap negara

produksi, daya saing nasional, persaingan anggota ASEAN, sehingga dapat mengurangi

usaha yang sehat dan transparan hambatan perdagangan yang tidak diperlukan

dalam perdagangan, kepastian usaha, ( unnecessary obstacles) dalam membangun

dan kemampuan pelaku usaha, serta pasar tunggal dan basis pasar produksi regional

kemampuan inovasi teknologi. ASEAN. ASEAN Policy Guidline on Standards and

b. Meningkatkan perlindungan kepada Conformance diimplementasikan secara lebih

konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan transparan, lebih berkualitas atas penilaian

masyarakat lainnya, serta negara, baik dari kesesuaian yang lebih baik, dan partisipasi aktif

aspek keselamatan, keamanan, kesehatan, sektor swasta. 17 maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup, dan

Kebijakan Standardisasi di ASEAN

c. Meningkatkan kepastian, kelancaran, dan Standardisasi merupakan suatu kegiatan

efisiensi transaksi perdagangan barang dan/ dalam rangka memperoleh tahapan yang

atau jasa di dalam negeri dan luar negeri. optimal sebagaimana definisi berikut: 18 Standardisasi memberikan manfaat secara

“… (The) activity of establishing, with umum bagi masyarakat, dalam hal: 22 regard to actual or potential problem,

a. Memperlancar transaksi arus barang dan provisions for common and repeated use,

jasa dalam perdagangan domestik maupun aimed at the achievement of the optimum

internasional. Selain itu, berguna untuk degree of order in a given context”.

menghilangkan hambatan teknis dalam Standardisasi

perdagangan melalui harmonisasi standar. merencanakan, merumuskan, menetapkan,

adalah

proses

b. Membantu mempercepat desiminasi sistem menerapkan, memberlakukan, memelihara,

manajemen, teknologi dan inovasi. dan mengawasi standar yang dilaksanakan

c. Meningkatkan daya saing bisnis dengan secara tertib dan bekerja sama dengan semua

mutu, keamanan, pemangku

fokus

terhadap

kepentingan. 19 Standardisasi keselamatan, kesehatan dan pelestarian dilaksanakan berdasarkan asas: a.manfaat,

lingkungan.

17 Pusat Hubungan Masyarakat Kementerian Perdagangan RI, 2015,”Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, Pertanyaan Tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)”,.., op.cit., hlm.40-44

18 Tim Penyusun, Pengantar Standarisasi, Badan Standardisasi Nasional, Jakarta, 2009, hlm.10 19 Pasal 1 angka (1) Undang-Undang R.I. No.20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, L.N.R.I Tahun 2014 No.216

(selanjutnya disingkat dengan UU SPK) 20 Pasal 2 dan Penjelasan Pasal 2 UU SPK

21 Pasal 3 UU SPK 22 Tim Penyusun, Pengantar Standardisasi, op.cit, hlm.14

Jurnal Bina Mulia Hukum

Volume 2, Nomor 1, September 2017

d. Memfasilitasi penilaian dan pembuktian memperkuat daya saing nasional, meningkatkan kesesuaian.

keamanan produk, transparansi dan efisiensi

e. Optimalisasi infrastruktur standardisasi. pasar, sekaligus melindungi (keamanan produk), Standar dan Kesesuaian (standards and keselamatan konsumen, kesehatan masyarakat, 24

conformance) merupakan salah satu pilar kelestarian fungsi lingkungan hidup. utama dalam MEA yang menjadi tantangan

Pada prinsipnya standar dilakukan yang harus dihadapi oleh Sistem Standardisasi secara sukarela khususnya dipergunakan oleh Nasional Indonesia. Common Rules of Standards produsen sebagai acuan dalam pengendalian and Conformance merupakan salah satu dari mutu internal atau untuk kepentingan promosi pilar utama yang diperlukan untuk dapat bahwa produk terkait memiliki kualitas yang baik mewujudkan aliran barang secara bebas di pasar atau terjamin. Penerapan dan pemberlakuan ASEAN, yang juga sebagai basis pengembangan SNI secara wajib terhadap produk apabila infrastruktur mutu nasional sehingga Indonesia dipandang bahwa produk menyangkut dengan dapat melindungi kepentingan publik dan keselamatan, keamanan, kesehatan dan

lingkungan ASEAN dan mendorong daya saing kelestarian lingkungan. 25

MEA untuk bersaing dengan aliansi ekonomi

23 dunia lainnya. Sesuai dengan keperluan dan kepentingan nasional melalui regulasi teknis, SNI dapat

diterapkan secara wajib. Standar terkait Standar Nasional Indonesia Pada Barang atau dengan kesehatan, keamanan, keselamatan,

Produk

kepentingan perkembangan ekonomi nasional Standar Nasional Indonesia adalah dan kelestarian fungsi lingkungan hidup, maka dokumen berisi ketentuan teknis dari standar dapat diacu dalam suatu regulasi teknis suatu kegiatan yang hasilnya dirumuskan yang selanjutnya pemenuhannya bersifat wajib

secara konsensus (untuk menjamin agar ( mandatory). 26

suatu standar merupakan kesepakatan Pemberlakuan SNI secara wajib perlu pihak yang berkepentingan) dan ditetapkan dilakukan secara hati-hati untuk menghindari

(berlaku di seluruh wilayah nasional) oleh sejumlah dampak yang menghambat persaingan Badan Standardisasi Nasional (BSN) untuk sehat, menghambat inovasi dan menghambat

dipergunakan oleh seluruh pemangku perkembangan pelaku Usaha Kecil dan kepentingan dengan tujuan untuk mencapai Menengah (UKM), yang perlu didukung oleh keteraturan yang optimum ditinjau dari konteks pengawasan pasar baik pengawasan pra-pasar keperluan tertentu. SNI saat ini diusahakan agar dan pengawasan pasca-pasar untuk mengawasi menjadi standar nasional yang efektif (harus atau mengkoreksi produk yang tidak memenuhi

setara dengan Standar Internasional) untuk SNI tersebut. 27

23 Lampiran Peraturan Kepala Badan Standardiasi Nasional, No.2 Tahun 2014 tentang Strategi Standardisasi Nasional Tahun 2015-2025 24 Tim Penyusun, Pengantar Standardisasi, op.cit, hlm.70 25 Tim Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri, “Analisis Pengembangan SNI Dalam Rangka Pengawasan Barang Beredar”,…, op.cit.,

hlm.8 26 Tim Penyusun, Pengantar Standardisasi, op.cit, hlm.34-35

27 Ibid.

Pupung Faisal, Purnama Trisnamansyah

Urgensi Implementasi SNI Produk/Barang Dalam Rangka Masyarakat Ekonomi Asean

a. SNI tersebut harmonis dengan Standar produktivitas, daya guna produksi, mutu

Dalam rangka mendukung peningkatan

Internasional dan pengembangannya barang, jasa, proses, sistem dan atau personel,

didasarkan pada kebutuhan nasional, yang dimaksudkan untuk meningkatkan daya

termasuk industri.

saing, perlindungan konsumen, pelaku usaha,

b. SNI yang dikembangkan dengan tujuan tenaga kerja dan masyarakat khususnya di

penerapan regulasi teknis yang bersifat wajib bidang keselamatan, keamanan, kesehatan dan

didukung oleh infrastruktur yang kompeten lingkungan hidup, maka efektifitas pengaturan di

sehingga tujuan untuk memberikan bidang standardisasi perlu lebih ditingkatkan. 28 perlindungan kepentingan, keselamatan,

SNI bertujuan untuk memperlancar transaksi keamanan, kesehatan masyarakat atau perdagangan dan melindungi kepentingan

pelestarian fungsi lingkungan hidup dan konsumen serta meningkatkan daya saing

atau pertimbangan ekonomi dapat tercapai produk Indonesia di pasar global, karena pasar

secara efektif dan efisien. global menekankan pentingnya menerapkan

c. Infrastruktur yang diperlukan untuk standar mutu produk. 29 menunjang penerapan standar tersebut

Pasal 14 ayat (1) Peraturan Pemerintah memiliki kompetensi di tingkat nasional/ Nomor 102 Tahun 2000 Tentang Standardisasi

regional/internasional.

Nasional (PP 102/2000) menyatakan bahwa “terhadap barang dan atau jasa, proses, sistem Penerapan Standar Nasional Indonesia Pada

dan personel yang telah memenuhi ketentuan/ Barang atau Produk Dalam Implementasi spesifikasi teknis SNI dapat diberikan sertifikat Masyarakat Ekonomi ASEAN dan atau dibubuhi tanda SNI”. Selanjutnya

ASEAN Framework Agreement on Mutual dalam Pasal 1 angka (12) PP 102/2000, Recognition Arrangements menentukan bahwa bahwa sertifikat adalah “jaminan tertulis yang setiap anggota ASEAN dapat melakukan diberikan oleh lembaga/laboratorium yang tindakan hukum dalam rangka memastikan telah diakreditasi untuk menyatakan bahwa barang atau produk yang beredar di pasar barang, jasa, proses, sistem atau personel di negaranya telah memenuhi persyaratan. 31 telah memenuhi standar yang dipersyaratkan”. Untuk itu, negara-negara anggota ASEAN Masih dalam PP 102/2000, dalam Pasal 1 menyelaraskan standar pada produk sektor

angka (1), dinyatakan bahwa “tanda SNI adalah prioritas. 32 Sebagai langkah awal integrasi tanda sertifikasi yang dibubuhkan pada barang ekonomi ASEAN dan berdasarkan rekomendasi kemasan atau label yang menyatakan telah High Level Task Force on ASEAN Economic terpenuhinya persyaratan Standar Nasional Integration (HLTF-EI), ditetapkan 11 (sebelas) Indonesia”. Dalam implementasinya, SNI harus prioritas yang dijadikan percontohan dan

memenuhi kriteria di bawah ini: 30 dipercepat implementasinya. Sektor prioritas

28 Huruf a) Menimbang, Peraturan Pemerintah No.102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional. 29 Tim Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri, “Analisis Pengembangan SNI Dalam Rangka Pengawasan Barang Beredar”…, loc.cit. 30 Tim Penyusun, Pengantar Standardisasi, op.cit, hlm.36 31 ASEAN Framework Agreement on Mutual Recognition Arrangements, Member States of ASEAN, Art.1, 16 Desember, 1998, <https://

www.asean.org>, [diakses 15/10/2017] 32 Ibid., Art.3

Jurnal Bina Mulia Hukum

Volume 2, Nomor 1, September 2017

tersebut adalah electronics, healthcare, agro- untuk dapat mendukung penguatan ekonomi based product, rubber based products, wood bangsa dengan memanfaatkan perjanjian pasar based products, automotives, textiles and tunggal regional, yang akan dimulai dari MEA apparels, e-ASEAN, fisheries, air travel serta pada tahun 2015 dan kemudian APEC FTA pada

tourism. Kemudian ditambah dengan sektor tahun 2020. 35 PP 102/2000 menegaskan bahwa logistik, sehingga menjadi 12 (dua belas) sektor terdapat dua tujuan standardisasi yaitu: 36 prioritas. Percepatan ini merupakan bagian

1. Peningkatan kualitas hidup bangsa, yaitu dari upaya perintisan integrasi ASEAN. Dari 12

perlindungan terhadap konsumen, pelaku (dua belas) sektor prioritas tersebut, terdapat

usaha, tenaga kerja, dan masyarakat

6 (enam) sektor yang mencakup standards and lainnya, baik untuk keselamatan, keamanan, conformance. 33 kesehatan, maupun pelestarian fungsi

Perumusan SNI harus memenuhi

lingkungan hidup.

2. Peningkatan daya saing, yaitu penciptaan yaitu openess, transparency, consensus and

ketentuan WTO Code of Good Practice,

persaingan usaha yang sehat (di pasar impartiality, effectiveness and relevance,

dalam negeri) dalam perdagangan, serta coherence, dan development dimension.

membantu kelancaran perdagangan (bagi Konsep standardisasi di Indonesia menurut PP produk nasional) untuk menembus pasar

102/2000 mencakup Metrologi Teknik (Standar regional atau internasional. Nasional Satuan Ukuran dan Kalibrasi), Standar,

Peningkatan produktivitas nasional dapat Pengujian dan Mutu, mengacu pada konsep diukur dari penguasaan pasar domestik oleh internasional tentang Measurement, Standard, produk nasional yang secara prinsip dapat Testing and Quality Management (MSTQ) dicapai dengan peningkatan kemampuan Infrastructure. Konsep MSTQ infrastructure pelaku usaha untuk memenuhi persyaratan telah mengalami evolusi menjadi konsep pasar dan kecintaan bangsa Indonesia untuk National Quality Infrastructure (diterjemahkan membeli produk dalam negeri. Sebagai syarat Infrastruktur Mutu Nasional) yang merupakan awal, seluruh pelaku usaha harus mampu infrastruktur dasar yang diperlukan dalam memenuhi dan patuh terhadap persyaratan memastikan

keselamatan, keamanan, minimal yang ditetapkan di dalam regulasi kesehatan warga negara, dan kelestarian fungsi teknis terkait dengan produk tertentu. lingkungan hidup, serta peningkatan daya saing nasional di tengah pesatnya arus globalisasi. 34

Dalam rangka meningkatkan kualitas hidup dan daya saing, pemerintah telah

Infrastruktur Mutu Nasional Indonesia menetapkan tujuan dari pengembangan saat ini direalisasikan dalam bentuk Sistem standardisasi nasional tahun 2015-2025 yaitu Standardisasi Nasional, yang merupakan ”Mewujudkan Sistem Standardisasi Nasional

modal dasar yang terus menerus diperkuat untuk Meningkatkan Daya Saing dan Kualitas

33 Tim Penyusun, Buku Panduan Pemanfaatan Peluang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Ditjen Perundingan Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Jakarta: 2016, hlm.73

34 Lampiran I Peraturan Kepala Badan Standardiasi Nasional, No.2 Tahun 2014 tentang Strategi Standardisasi Nasional Tahun 2015-2025 35 Ibid. 36 Peraturan Pemerintah No.102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional

Pupung Faisal, Purnama Trisnamansyah

Urgensi Implementasi SNI Produk/Barang Dalam Rangka Masyarakat Ekonomi Asean

Hidup Bangsa ”, yang diarahkan antara lain penilaian kesesuaian yang diperlukan untuk terwujudnya sistem standardisasi nasional

penerapan regulasi teknis berbasis SNI. untuk melindungi keselamatan, keamanan,

6. Meningkatnya kesadaran pelaku usaha dan kesehatan masyarakat serta kelestarian

untuk mematuhi regulasi teknis berbasis SNI lingkungan hidup. Untuk mewujudkannya,

dan kesadaran konsumen untuk memilih terdapat 5 sasaran pokok yaitu: 37 produk bertanda SNI untuk menjamin

1. Tersedianya Standar Nasional Indonesia keselamatan, keamanan dan kesehatannya (SNI) yang menetapkan persyaratan minimal

serta menjaga kelestarian lingkungan bagi produk, proses, sistem maupun aspek

hidupnya.

lain yang berpotensi membahayakan Berdasarkan hal tersebut, secara umum keselamatan, keamanan dan kesehatan standardisasi nasional memiliki peranan yang

masyarakat serta kelestarian lingkungan sangat penting untuk memastikan produk yang hidup.

dapat melindungi keamanan, keselamatan dan

2. Diterapkannya good regulatory practice kesehatan segenap bangsa, dan perlindungan dalam regulasi teknis berbasis SNI dengan kelestarian lingkungan di seluruh wilayah tanah

skema yang tepat dan didukung oleh air, serta untuk memastikan daya saing produk pengawasan dan penegakan hukum yang yang diperlukan untuk membentuk kepercayaan adil dan konsisten.

di pasar domestik maupun pasar global. 38

3. Tersedianya lembaga penilaian kesesuaian yang terdiri dari laboratorium, lembaga Standardisasi sebagai instrumen regulasi

inspeksi, dan lembaga sertifikasi untuk teknis dapat melindungi kepentingan konsumen memfasilitasi produk, proses, sistem nasional dan juga produsen dalam negeri, maupun aspek lain yang dihasilkan oleh yaitu mencegah beredarnya barang yang pelaku usaha nasional untuk memenuhi tidak bermutu di pasar domestik khususnya persyaratan regulasi teknis berbasis SNI.

yang terkait dengan kesehatan, keamanan,

4. Termanfaatkannya

saling

pengakuan keselamatan, dan pelestarian fungsi lingkungan

regional dan internasional antar lembaga hidup. Melalui instrumen yang sama, dapat badan akreditasi dan antar lembaga dicegah masuknya barang-barang impor penilaian kesesuaian untuk mencegah bermutu rendah yang mendistorsi pasar dalam negeri karena berharga rendah. masuknya produk impor yang berpotensi 39 Lebih lanjut membahayakan keselamatan, keamanan, Herjanto mengemukakan bahwa globalisasi dan kesehatan masyarakat serta kelestarian perdagangan

membawa konsekuensi lingkungan hidup. masuknya produk-produk asing ke dalam

5. Tersedianya Standar Nasional Satuan negeri. Untuk mencegah masuknya produk- Ukuran (SNSU), bahan acuan bersertifikat, produk yang bermutu rendah, Pemerintah dan laboratorium kalibrasi untuk Indonesia menerapkan regulasi teknis dengan mendukung kegiatan produksi dan kegiatan memberlakukan beberapa SNI secara wajib

37 Tim Penyusun Departemen Luar Negeri, “Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Blue Print)”,…, op.cit., hlm.16 38 Ibid.

39 Eddy Herjanto, “Pemberlakukan SNI Secara Wajib Di Sektor Industri: Efektifitas Dan berbagai Aspek Dalam Penerapannya”,….., op.cit., hlm.121

Jurnal Bina Mulia Hukum

Volume 2, Nomor 1, September 2017

sebagai salah satu upaya perlindungan terhadap perkembangan regionalisasi perdagangan pengguna sekaligus perlindungan terhadap dalam rangka implementasi MEA pada tahun

industri dalam negeri. 40 Dengan demikian, 2015 dan perkembangan perjanjian pasar standardisasi dapat juga berfungsi sebagai alat bebas antara ASEAN dengan negara-negara kontrol teknis dalam melindungi kepentingan lain, penguatan standardisasi perlu diperkuat domestik yaitu dapat dipergunakan sebagai tidak hanya untuk bertahan di pasar dalam persyaratan teknis minimum yang harus negeri, tetapi sekaligus menyiapkan kekuatan

dipenuhi oleh barang impor untuk memasuki untuk penetrasi pasar global. 43 pasar domestik, sekaligus berfungsi sebagai

Hadirnya pasar tunggal ASEAN dalam alat perlindungan konsumen, khususnya bagi kerangka MEA akan membuka peluang yang

barang-barang yang menyangkut Kesehatan, sangat luas bagi produk-produk pengusaha Keamanan, Keselamatan, dan Pelestarian dalam negeri yang akan meningkatkan daya

Fungsi Lingkungan Hidup. 41 saing produk tersebut. Dengan semakin Pengamat Perindustrian, Drajad Irianto terbukanya pasar di wilayah ASEAN. Indonesia

berpendapat bahwa penerapan standardisasi harus meningkatkan harus meningkatkan daya dalam suasana perdagangan bebas perlu saing guna menghadapi integrasi perekonomian diperhatikan, dalam hal ini Indonesia telah dan meningkatkan potensi pasar domestik. memiliki SNI yang bertujuan untuk melindungi Dan salah satu strategi untuk membendung konsumen.

Penerapan standardisasi membanjirnya produk impor masuk ke

dimaksudkan untuk membendung arus barang Indonesia adalah standar. 44

impor yang masuk ke Indonesia, namun, jumlah Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam

SNI untuk produk-produk yang diterapkan praktinya diharapkan akan mendorong kesiapan di Indonesia masih sangat terbatas jika daya saing Indonesia dalam menghadapi

dibandingkan dengan negara-negara tetangga Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. seperti Malaysia, Jepang, dan Singapura yang Produk berstandar yang diakui dunia cenderung lebih ketat dalam standardisasi. internasional sangat penting bagi persaingan Sebagai akibatnya, barang-barang Indonesia dalam perdagangan bebas terutama dalam sulit masuk ke luar negeri (ekspor), sementara kawasan ASEAN. Standardisasi harus dilakukan barang-barang luar negeri lebih mudah untuk agar produk Indonesia tidak sulit bersaing masuk ke Indonesia di dalamnya produk tidak

42 dengan produk impor. 45 berkualitas. Untuk itu, memperhatikan

40 Ibid. hlm.122 41 Eddy Herjanto, “Standardisasi: Peran Dan Perkembangannya Dalam Memfasilitasi Perdagangan Di Indonesia”, … loc.cit. 42 Drajad Irianto, “Penerapan Standardisasi Produk Belum Maksimal”, Harian Ekonomi Neraca, Selasa, 29 Januari 2013, <http://www.

neraca.co.id/article/24345/penerapan-standardisasi-produk-belum-maksimal>, [diakses 23/09/2016]

43 Lampiran I Lampiran Peraturan Kepala Badan Standardiasi Nasional, No.2 Tahun 2014 tentang Strategi Standardisasi Nasional Tahun 2015-2025

44 Sjarief Widjaja, “Standar sebagai Alat Penjaga Membanjirnya Produk Impor dalam Menghadapi AEC 2015”, <http:// bsn.go.id/.../ Standar-sebagai-Alat-Penjaga-Membanjirnya-Produk-Impor-dalam-Men>, [diakses 21/05/ 2015]

45 Bambang Prasetya, “Menristek Minta BSN Tetapkan Standar Layanan Terbaik”, Kliping Berita, 31 Oktober, 2014, <http://www.bsn. go.id/main/berita/berita_det/5625/Menristek-Minta-BSN-Tetapkan-Standar-Layanan-Terbaik>, [diakses pada 19/04/ 2015]

Pupung Faisal, Purnama Trisnamansyah

Urgensi Implementasi SNI Produk/Barang Dalam Rangka Masyarakat Ekonomi Asean

Berkenaan dengan konteks produktifitas sebagai pihak yang terikat dalam peraturan ekonomi bangsa, indikator pertama daya saing

tersebut. Hal yang sama juga berlaku untuk bangsa dapat ditunjukkan oleh kemampuan

kebijakan penerapan dan pemberlakuan produk nasional untuk menjadi tuan rumah di

SNI Wajib terhadap suatu produk. negeri sendiri. Produk nasional di pasar domestik

Dalam rangka memberikan arah dan dipercaya oleh segenap bangsa Indonesia dasar mengenai peran dan fungsi SNI dalam

sebagai pilihan dalam pemenuhan kebutuhan rangka implementasi MEA, pemerintah telah hidupnya sehari-hari karena karakteristiknya menerbitkan peraturan perundang-undangan yang bermutu. Setelah mampu menjadi tuan terkait dengan SNI di samping peraturan rumah sendiri, produktifitas ekonomi nasional perundang-undangan yang telah ada. Instruksi perlu ditingkatkan dengan memperluas pasar Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun bagi produk nasional dengan memanfaatkan 2014 tentang Peningkatan Daya Saing Dalam perjanjian ekonomi regional dan pasar bebas Rangka Menghadapi Masyarakat Ekonomi yang akan semakin meluas pada periode 2015-

46 2025, Association of Southeast Asia Nations, yang termasuk implementasi dalam menginstruksikan lembaga pemerintah terkait MEA. dalam meningkatkan daya saing nasional Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dan kesiapan menghadapi pelaksanaan

upaya untuk mengefektifkan penerapan SNI. MEA, dan penerapan SNI menjadi salah satu Walaupun dilakukan pengawasan pasar, namun fokus pengembangan industri nasional pada masih dirasakan belum efektif, dibuktikan pengkajian kebijakan perdagangan dalam dengan masih banyaknya produk-produk mendukung implementasi MEA. yang SNI-nya diberlakukan secara wajib tetapi

Sebelum peraturan tersebut diterbitkan, kualitas produk yang beredar di pasar tidak

ketentuan mengenai SNI sudah tersebar Untuk itu, dalam berbagai produk peraturan perundang-

sesuai dengan persyaratan SNI. 47

dalam penerapan SNI secara wajib memuat pokok-pokok pikiran sebagai berikut: 48

undangan. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Standardisasi dan Penilaian

1. Suatu kebijakan yang mengikat banyak Kesesuaian, memuat ketentuan larangan pihak akan berlaku efektif bila kebijakan pelaku usaha yang memiliki sertifikat, tidak tersebut dirumuskan dalam suatu aturan memiliki sertifikat atau memiliki sertifikat tetapi yang jelas dan pasti tidak berpihak pada habis masa berlakunya, dibekukan sementara, kepentingan tertentu.

atau dicabut untuk: a. memperdagangkan atau

2. Hukum dan peraturan yang mengikat mengedarkan barang; b. memberikan jasa; sangat penting sebagai dasar untuk pijakan dan/atau c. menjalankan proses atau sistem, semua pihak dalam mengemban sebuah yang tidak sesuai dengan SNI atau penomoran tugas serta membagi hak dan wewenang SNI. Selain itu, pelaku usaha yang mengimpor

46 Tim Penyusun, “Draft Strategi Standardisasi Nasional 2015-2025”, Badan Standardisasi Nasional, Jakarta, Oktober 2013, <http://bsn. go.id/uploads/download/draft_strategi_standardisasi_1.pdf>, [diakses 19/04/2017]

47 Eddy Herjanto, “Standardisasi: Peran Dan Perkembangannya Dalam Memfasilitasi Perdagangan Di Indonesia”,., loc.cit. 48 Eddy Herjanto dan Dwinna Rahmi, “Kajian Kesiapan Pemberlakuan Secara Wajib Standar Mainan Anak-Anak”, Jurnal Riset Industri,

Vol. IV No.1, 2010, Hlm.7, <http://ejournal.kemenperin.go.id/jri/article/view/63>, [diakses 23/09/2016]

Jurnal Bina Mulia Hukum

Volume 2, Nomor 1, September 2017

barang dilarang memperdagangkan atau mewujudkan persaingan usaha yang sehat mengedarkan barang yang tidak sesuai dengan dalam perdagangan. SNI atau penomoran SNI.

Bagi produk impor, ketentuan mengenai Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 SNI wajib diatur dalam Pasal 19 ayat (1) PP Tentang Perindustrian, memuat ketentuan 102/2000) yaitu SNI yang telah diberlakukan bahwa setiap barang dan/atau Jasa Industri secara wajib, tidak hanya dikenakan pada barang yang tidak memenuhi SNI, spesifikasi teknis, dan/atau jasa yang produksi dalam negeri, dan/atau pedoman tata cara yang diberlakukan tetapi juga berlaku untuk barang dan/atau jasa secara wajib, maka pelaku usaha atau pemilik impor. Pengawasan SNI diatur pelaksanaannya barang dan/atau Jasa Industri wajib menarik dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor barang dan/atau menghentikan kegiatan Jasa 30/M-DAG/PER/7/2007 Tentang Standardisasi Industri. Kewajiban memenuhi ketentuan SNI, Jasa Bidang Perdagangan dan Pengawasan spesifikasi teknis, dan/atau pedoman tata cara SNI Wajib Terhadap Barang dan Jasa yang yang diberlakukan secara wajib oleh importir Diperdagangkan, bahwa pengawasan SNI secara dilakukan pada saat menyelesaikan kewajiban wajib terhadap barang yang diperdagangkan pabean.

dilakukan baik terhadap barang produksi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 dalam negeri maupun impor, yang dilakukan

Tentang Perdagangan, mengatur bahwa melalui pengawasan pra pasar dan di pasar. SNI atau standar lain yang diakui yang Selanjutnya Peraturan Menteri Perdagangan belum diberlakukan secara wajib dapat Nomor 20 Tahun 2009 Tentang Pengawasan diberlakukan berdasarkan atas kriteria Barang dan/atau Jasa yang Beredar di Pasar, keamanan, keselamatan, kesehatan, dan antara lain mengatur pengawasan pemenuhan lingkungan hidup. Produsen atau importir yang ketentuan standar dilakukan terhadap barang memperdagangan barang yang terkait dengan dan/atau jasa yang beredar di pasar yang telah keamanan, keselamatan, kesehatan, dan diberlakukan SNI wajib. lingkungan hidup wajib: a.mendaftarkan barang

Peraturan Menteri Perindustrian Nomor yang diperdagangkan kepada menteri; dan 86/M-IND/PER/9/2009

Tentang Standar b.mencantumkan nomor tanda pendaftaran Nasional Indonesia Bidang Industri, juga pada barang dan/atau kemasannya.

mengatur bahwa pemberlakuan SNI secara Peraturan Pemerintah Nomor 102 wajib atas barang dan atau jasa di bidang Tahun 2000 Tentang Standardisasi Nasional industri (produksi dalam negeri atau impor yang menentukan bahwa pengembangan dan diperdagangkan dalam wilayah Indonesia) harus pembinaan

standardisasi, perumusan, terkait dengan aspek keselamatan, keamanan, penerapan dan pengawasan SNI bertujuan dan kesehatan masyarakat, pelestarian untuk meningkatkan perlindungan kepada lingkungan hidup, pertimbangan ekonomis dan konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja atau kepentingan nasional lainnya. dan masyarakat lainnya untuk kesehatan,

Sehubungan dengan hal tersebut, keselamatan, keamanan serta lingkungan; Indonesia harus dapat memanfaatkan membantu kelancaran perdagangan dan Pasar Tunggal ASEAN dalam implementasi

Pupung Faisal, Purnama Trisnamansyah

Urgensi Implementasi SNI Produk/Barang Dalam Rangka Masyarakat Ekonomi Asean

Masyarakat Ekonomi ASEAN bagi sebesar- dalam rangka untuk meningkatkan daya saing besarnya kepentingan bangsa Indonesia, barang atau produk di pasar bersama ASEAN untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai dalam implementasi Masyarakat Ekonomi model dalam mendorong daya saing nasional ASEAN.

antisipatif dalam Untuk itu, pemerintah menetapkan Program implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN,

dalam berbagai perjanjian ekonomi global. 49 Sebagai

upaya

Pengembangan Standardisasi Nasional yang langkah secara khusus oleh pemerintah yaitu difokuskan untuk memantapkan peran

telah menerbitkan instruksi presiden mengenai peningkatan daya saing dalam rangka

Standardisasi Nasional dalam hal untuk: 50

a. Melindungi kepentingan publik dan menghadapi MEA dan menyusun Strategi lingkungan.

Standardisasi Nasional 2015-2015, di samping

b. Meningkatkan kepercayaan terhadap berbagai peraturan perundang-undangan produk nasional di pasar domestik, dan

terkait yang sudah ada sebelumnya di mana di

c. Membuka akses produk nasional di pasar dalamnya telah mengatur mengenai SNI. global

DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN

Buku:

Penerapan SNI wajib maupun SNI sukarela Didin S.Damanhuri, Ekonomi Politik dan

terhadap barang atau produk yang beredar di Pembangunan Teori, Kritik, dan Solusi

pasar dalam negeri memiliki nilai manfaat dalam bagi Indonesia dan Negara Sedang melindungi konsumen dan dalam rangka untuk

Berkembang, PT Penerbit IPB Press, meningkatkan daya saing pengusaha dalam

Kampus IPB Taman Kencana Bogor: 2010. negeri dalam rangka implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN. SNI wajib melindungi Hata, Perdagangan Internasional Dalam Sistem

konsumen dan pelaku usaha dalam negeri dari GATT Dan WTO Aspek-Aspek Hukum Dan barang atau produk yang beredar di pasar dalam

Non Hukum, Refika Aditama, Bandung: negeri yang tidak memenuhi aspek kesehatan,

keamanan, keselamatan, dan pelestarian fungsi Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional lingkungan hidup. Dalam penerapannya, SNI

Suatu Pengantar, Raja Grafindo Persada, wajib perlu dilakukan seefektif mungkin dalam

Jakarta: 1997.

mencegah beredarnya barang atau produk yang Marthin Khor dalam Makalah United Nations

tidak memenuhi ketentuan SNI di pasar dalam Conference on Trade and Development

negeri yang akibatnya merugikan konsumen, (UNCTAD) pada 2007, diterjemahkan oleh

pelaku usaha, dan masyarakat pada umumnya. K. Ayu Saraswati, Memperdagangkan

Di sisi lain, diperlukan adanya upaya untuk Kedaulatan: Free Trade Agreement dan mendorong dan menyadarkan pelaku usaha Nasib Bangsa, Insist Press, Yogyakarta:

terhadap manfaat penerapan SNI sukarela

49 Ibid. 50 Ibid.

Jurnal Bina Mulia Hukum

Volume 2, Nomor 1, September 2017

Meria Utama, Hukum Ekonomi Internasional, Model Pendekatannya”, Jurnal Bina Mulia Fikahati Anesta, Jakarta: 2012.

Hukum, Volume 1, Nomor 1, September 2016.

N. Rosyidah Rakhmawati, Hukum Ekonomi International

Banyumedia Publishing, Malang: 2006. Peraturan Perundang-Undangan: Undang-Undang Dasar 1945.

Tim Penyusun, Buku Panduan Pemanfaatan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1994 Tentang Peluang Masyarakat Ekonomi ASEAN Pengesahan Agreement Establishing The (MEA), Ditjen Perundingan Perdagangan World Trade Organization. Internasional, Kementerian Perdagangan

Republik Indonesia: 2016. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang

Perindustrian.

Tim Penyusun, Pengantar Standardisasi, Badan Standardisasi Nasional, Jakarta: 2009.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang

Perdagangan.

Jurnal:

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Acep Rohendi, “Prinsip Liberalisasi Perdagangan

Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian. World Trade Organization (WTO) dalam Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000

Pembaharuan Hukum Investasi di Tentang Standardisasi Nasional. Indonesia (Undang-Undang Nomor 25

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor Tahun 2007)”, Padjadjaran Jurnal Ilmu

6 Tahun 2014 Tentang Peningkatan Hukum, Vol.1, Nomor 2, Agustus 2014. Daya Saing dalam Rangka Menghadapi

Eddy Herjanto dan Dwinna Rahmi, “Kajian Masyarakat Ekonomi Association of Kesiapan Pemberlakuan Secara Wajib

Southeast Asia Nations. Standar Mainan Anak-Anak”, Jurnal Riset

Keputusan Presiden RI Nomor 82 Tahun 2002 Industri, Vol. IV No.1, 2010, hlm.7, <http:// Tentang Pengesahan ASEAN Framework ejournal.kemenperin.go.id/jri/article/ Agreement on Mutual Recognition view/63>, [diakses 23/09/2016] Arrangements (Perjanjian Kerangka ASEAN

Eddy Herjanto, “Pemberlakukan SNI Secara Tentang Pengaturan Saling Pengakuan). Wajib Di Sektor Industri: Efektifitas Dan

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor berbagai Aspek Dalam Penerapannya”, 30/M-DAG/PER/7/2007

Tentang Jurnal Riset Industri, Vol.V, No.2, 2011, Standardisasi Jasa Bidang Perdagangan hlm.122, <http:// www.kemenperin. dan Pengawasan SNI Wajib Terhadap go.id/download/4658/Pemberlakuan- Barang dan Jasa yang Diperdagangkan. SNI-Secara-Wajib-di-Sektor-industri-dan-

Berbagai-Aspek-Dalam-Penerapannya>, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20 [diakses 22/09/2016]