View of PEMBELAJARAN BERBASIS MODUL FILSAFAT BAHASA DI STKIP PGRI PACITAN

  

PEMBELAJARAN BERBASIS MODUL FILSAFAT BAHASA

DI STKIP PGRI PACITAN

  1

2

1 Agoes Hendriyanto, Sugeng Suryanto 2 STKIP PGRI Pacitan, email: rafid.musyffa@gmail.com;\

STKIP PGRI Pacitan, email: dugenk1956@yahoo.com;

Abstract:

One of the most important keys of the university advancement in Indonesia is the

competitive grant research scheme. As one of that mentioned research scheme, this

research had been the second year to accomplish. The purpose of this Research

and Development (R&D) was to enhance the competence of students using the

module of scientific language philosophy. This research was carried out from 2016

on Indonesian Literature and Language Education Study program in STKIP PGRI

Indonesia

  Pacitan up to 2017. The research consisted of 12 meetings within 4 trials

using the single one-shot case study experimental method. This method aimed

at revealing the effect of the local wisdom-based scientific language philosophy

modules toward language competence. The research findings showed that the

  ≤ t

result of the first test compared to the second test was t = 2.77 2,021 within

12 table

the degrees of freedom 38 which meant that the language competence had been

increased. Furthermore, the second test compared to the third test was t =2.88

23 t

  

2,021 within the degrees of freedom 38. Finally, the third test compared

table to the fourth test result was tt = 2.79 2,021. Based on t test results, it can table

  34 be inferred that the module of scientific language philosophy based on the local wisdom is effective to increase the language competence.

  Keywords: Module, Philosophy of Language, and Scientific.

  Abstrak:

Penelitian pengembangan tahun kedua skema penelitian Hibah Bersaing. Tujuan

penelitian pengembangan tahun kedua salah satunya untuk peningkatkan

kompetensi mahasiswa dengan pembelajaran menggunakan modul filsafat bahasa

scientific. Penelitian dilaksanakan tahun 2016 pada program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Pacitan. Penelitian ini berlangsung

selama 12 kali pertemuan dengan 4 kali uji coba dengan metode eksperimen

single one shot case study untuk mengetahui pengaruh penggunaan modul filsafat

bahasa scientific berbasis nilai kearifan lokal terhadap kompetensi berbahasa.

  

Hasil penelitian sebagai berikut; pada uji coba tes pertama peneliti bandingkan

dengan hasil uji tes kedua dihasilkan t = 2,77 lebih besar dari t 2,021 dengan

12 tabel

derajat bebas 38. Uji coba pertama dibandingkan dengan hasil uji coba kedua

terjadi peningkatan kompetensi berbahasa. Hasil tes mahasiswa uji coba kedua

dibandingkan dengan uji coba ketiga dihasilkan uji t =2,88 lebih besar dari t

  23 tabel

2,021 derajad bebas 38. Sedangkan uji t selanjutnya membandingkan hasil dari

kompetensi berbahasa uji coba ketiga dengan hasil uji coba keempat dihasilkan t

  

= 2,79 lebih besar dari t 2,021. Berdasarkan hasil uji t pembelajaran dengan

34 tabel

  1252 Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 1251-1310

  read/2016/04/23/17424071).

  menggunakan modul filsafat bahasa scientific berbasis nilai kearifan lokal efektif untuk meningkatkan kompetensi berbahasa.

  Penelitian dilaksanakan di STKIP PGRI Pacitan bulan Pebruari sampai bulan Mei tahun ajaran 2016. Penelitian pengembangan untuk mengembangkan modul filsafat bahasa untuk meningkatkan kemampuan berbahasa mahasiswa. Sumber data Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

  METODE

  scientific untuk meningkatkan kompetensi berbahasa.

  mewujudkan kompetensi tersebut diharapkan pembelajaran dengan menggunakan modul filsafat bahasa

  Salah satu kompetensi yang harus dimiliki lulusan program studi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia mempunyai kompetensi berbahasa. Kompetensi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kompetensi interpersonal and communication skills dalam rangka me- ningkatkan kompetensi lulusan program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Untuk

  Susah terserapnya lulusan perguruan tinggi Indonesia karena tidak memiliki skill yang dibutuhkan perusahaan dan tidak punya critical skill. "Skill adalah langkah utama memasuki dunia kerja, setelah itu harus punya critical skill jika ingin berkembang dan masuk jajaran manajemen perusahaan. Selain hal itu era digital saat ini lulusan perguruan tinggi harus punya digital skills, yaitu tahu dan menguasai dunia digital serta agile thinking ability kemampuan berpikir banyak skenario, serta interpersonal and communication skills, keahlian berkomunikasi sehingga berani adu pendapat, para lulusan juga harus punya global skills yaitu skill tersebut meliputi kemampuan bahasa asing, bisa padu dan menyatu dengan orang asing yang berbeda budaya, dan punya sensitivitas terhadap nilai budaya (http://edukasi.kompas.com/

  Pengajaran modul merupakan bentuk pengajaran yang objeknya sebagian atau se- luruhnya didasarkan atas modul. Modul sebagai dasar atau acuan dalam pembelajaran di kelas harus direncanakan dengan mempertimbangkan mahasiswa, dosen, media pembelajaran, dan waktu kuliah. Modul diharapkan materinya berurutan dari hal sederhana ke materi yang lebih kompleks untuk memudahkan mahasiswa dalam memahaminya. Modul sebagai bahan belajar mandiri dengan melakukan kegiatan membaca, menyimak, memahami serta melakukan menger- jakan latihan yang selanjutnya hasil menulis tersebut akan dipresentasikan di depan kelas. Kemandirian dan tanggung jawab untuk menye- lesaikan setiap materi dalam modul sangat dibutuhkan dalam pembelajaran dengan modul.

  Kompetensi tersebut harus selalu relefan dengan terserapnya lulusan pada dunia kerja.

  berbasis nilai kearifan lokal diharapkan dapat meningkatkan kompetensi bahasa mahasiswa dalam pembelajaran filsafat bahasa.

  scientific

  dikembangkan melalui beberapa tahapan penelitian pengembangan, digunakan dalam kegiatan pembelajaran mata kuliah filsafat bahasa. Modul filsafat bahasa dalam

  scientific berbasis nilai kearifan lokal

  Tujuan dalam setiap kegiatan pem- belajaran atau yang lebih dikenal kompetensi harus ada dalam setiap topik kegiatan belajar di kelas. Tujuan atau kompetensi tersebut harus mengacu pada profil lulusan seiap perguruan tinggi masing-masing. Modul harus memuat kompetensi, kegiatan belajar, materi, evaluasi, rangkuman, dan tes formatif. Modul filsafat bahasa

  Pembelajaran dengan modul masih memerlukan dosen sebagai motivator dan fa- silitator dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Modul dijadikan media pembelajaran sehingga proses belajar di kelas masih dilakukan bukan belajar jarak jauh atau sejenisnya. Sugihartono, dkk (2007: 65) modul adalah suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas yang merupakan suatu paket kurikulum yang disediakan untuk belajar sendiri.

  Kata Kunci: modul, filsafat bahasa, dan

scientific.

  Agoes Hendriyanto & Sugeng Suryanto, Pembelajaran Berbasis Modul... 1253

  Sedangkan penilaian kompetensi atau kemampuan berbahasa dilaksanakan setiap proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan kompetensi membaca, menyimak, dan berbicara dilaksanakan penilaian pada proses kegiatan pembelajaran yang banyak dilakukan kegiatan diskusi kelompok.Penilaiannya menggunakan lembar observasi yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang aspek yang terjadi pada diri siswa, partisipasi siswa dalam pembelajaran, sikap khusus siswa, maupun respon siswa dalam mengikuti pembelajaran. Selanjutnya skor kompetensi tersebut di rata-rata untuk mendapatkan nilai akhir setiap uji coba untuk mendapatkan nilai standar deviasinya yang selanjutnya akan dilakukan uji t. Jika t hitung lebih besar dari t tabel pembelajaran dengan modul dapat meningkatkan kompetensi berbahasa. Rumus t sebagai berikut.

  Kompetensi atau karakteristik individu diakui sebagai syarat utama bagi keberhasilan

  First discussed and assessed by McClelland in the early 1970s, competencies, or individual characteristics, were recognized as significant predictors of employee performance and success, equally as important as an individual’s academic aptitude and knowledge content as indicated by tests scores or results (Lucia & Lepsinger, 1999). McClelland, (1973)a competency is the capability of applying or using knowledge, skills, abilities, behaviors, and personal.

  Sedangkan kompetensi linguistik meru- pakan gagasan penting dari setiap teori bahasa, sebagai salah satu dasar yang empiris. Itu berarti bahwa setiap gagasan harus dilandasi oleh kompetensi linguistik yang harus mengacu pada variasi, seperti kebanyakan fenomena linguistik lainnya (Lehmann, C, 2016: 36). Kompetensi istilah teknis mengacu pada kemampuan ideal penutur dan mitra tutur untuk suara asosiasi dan makna ketat sesuai dengan aturan tata bahasa, sebagai model untuk kompetensi ideal, menetapkan hubungan tertentu antara bunyi ujaran dan makna (Chomsky 1968:116)

  Palan (2007) kompetensi sebagai definisi karakteristik yang mendasari perilaku yang menggambarkan motif, karakteristik pribadi (ciri khas), konsep diri, nilai-nilai atau keahlian. Selanjutnya, kompetensi sebagai kombinasi dari keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), dan perilaku (attitude) harus menjadi tujuan utama jangan sebagai pelengkap sebuah modul atau bahan ajar.

  Tujuan pengajaran modul ialah membuka kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar me- nurut cara dan kecepatannya masing-masing (Sugihartono, dkk, 2007: 65). Mahasiswa akan akhirnya akan sangat tergantung pada mahasiswa baik kegiatan mandiri di rumah maupun kegiatan diskusi kelas. Kegiatan diskusi di kelas untuk mengurangi kelemahan belajar mandiri di rumah dengan melakukan kegiatan tersebut sebagai kegiatan belajar mengajar di kelas. Kompetensi Berbahasa

  mengolah kembali bahan yang telah disampaikan atau didiskusikan guna lebih meningkatkan dan memantapkan kompetensi yang didapatkan mahasiswa (Sugihartono, dkk, 2007: 65).

  ketiga, memberikan modul remedial untuk

  Pengajaran Dengan Modul Pengajaran modul juga mempunyai tujuan yang lain yaitu: pertama, memberikan kesempatan untuk memilih di antara sekian banyak topik dalam modul dalam rangka satu program; kedua, mengadakan penilaian secara berkala tentang kelemahan dan kelebihan mahasiswa dalam setiap kegiatan pembelajaran;

  ( X 1 – X 2 ) t = _______________ s p 1 + 1 n 1 n 2 X = Nilai rata-rata S p = Standar deviasi gabungan n = Jumlah sampel penelitian db = (n 1 + n 2 – 2)

  Untuk menguji efektifitas pembelajaran dengan modul dilakukan uji coba menggunakan metode eksperimen (studi kasus satu tembakan). Desain penelitian ini terdapat suatu kelompok diberi (perlakuan) dan selanjutnya diobservasi hasilnya ( adalah sebagai variabel independen dan hasil adalah sebagai variabel dependen. Dalam eksperimen ini subjek disajikan dengan beberapa jenis perlakuan lalu diukur hasilnya. Penelitian ini berlangsung selama 12 kali dengan 4 kali uji coba dimulai pada bulan Maret 2016 sampai Mei 2016.

  serta tes lisan, latihan, formatif baik dalam modul maupun saat pembelajaran berlangsung.

  METODE Penelitian dilaksanakan di STKIP PGRI Pacitan bulan Pebruari sampai bulan Mei tahun ajaran 2016. Penelitian pengembangan untuk mengembangkan modul filsafat bahasa untuk meningkatkan kemampuan berbahasa mahasiswa. Sumber data Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Instrumen penelitian lembar evaluasi, angket, serta tes lisan, latihan, formatif baik dalam modul maupun saat pembelajaran berlangsung.

  Salah satu kompetensi yang harus dimiliki lulusan program studi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia mempunyai kompetensi berbahasa. Kompetensi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kompetensi dalam rangka meningkatkan kompetensi lulusan program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Untuk mewujudkan kompetensi tersebut diharapkan pembelajaran dengan menggunakan modul filsafat bahasa untuk meningkatkan kompetensi berbahasa.

  3 budaya, dan punya sensitivitas terhadap nilai budaya ( http://edukasi.kompas.com/read/2016/04/23/17424071 ).

  Rumus t sebagai berikut.

  Selanjutnya skor kompetensi tersebut di rata- rata untuk mendapatkan nilai akhir setiap uji coba untuk mendapatkan nilai standar deviasinya yang selanjutnya akan dilakukan uji t. Jika t hitung lebih besar dari t tabel pembelajaran dengan modul dapat meningkatkan kompetensi berbahasa.

  lembar observasi yang digunakan untuk meng- umpulkan data tentang aspek afektif yang terjadi pada diri siswa, partisipasi siswa dalam pembelajaran, sikap khusus siswa, maupun respon siswa dalam mengikuti pembelajaran.

  Sedangkan penilaian kompetensi atau kemampuan berbahasa dilaksanakan setiap proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan kompetensi membaca, menyimak, dan berbicara dilaksanakan penilaian pada proses kegiatan pembelajaran yang banyak dilakukan kegiatan diskusi kelompok. Penilaiannya menggunakan

  Dalam eksperimen ini subjek disajikan dengan beberapa jenis perlakuan lalu diukur hasilnya. Penelitian ini berlangsung selama 12 kali dengan 4 kali uji coba dimulai pada bulan Maret 2016 sampai Mei 2016.

  Untuk menguji efektifitas pembelajaran dengan modul dilakukan uji coba menggunakan metode eksperimen single one shot case study (studi kasus satu tembakan). Desain penelitian ini terdapat suatu kelompok diberi treatment (perlakuan) dan selanjutnya diobservasi hasilnya dan hasil adalah sebagai variabel dependen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  1254 Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 1251-1310

  dengan bakat yang dimilikinya dan pengetahuan yang dimilikinya. Berdasarkan pendapat di atas kompetensi merupakan kemampuan menerapkan atau menggunakan pengetahuan, keterampilan, kemampuan, perilaku, dan pribadi.

  Important to the notion of competency- based education is that what is learned in the vocational or other skills training is based on

  1989). Gagasan paling utama untuk pendidikan berbasis kompetensi adalah bahwa apa yang dipelajari dalam pelatihan keterampilan kejuruan atau lainnya didasarkan pada standar yang diinginkan pihak industri yang menggunakan tenaganya. Kemampuan Chaplin (2000: 1) dapat diartikan sebagai kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan; tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan sesuatu perbuatan.

  Sternberg (1994: 3) kemampuan adalah suatu kekuatan untuk menunjukkan suatu tindakan khusus atau tugas khusus, baik secara fisik maupun mental. Senada dengan pendapat Sternberg, Warren (1994: 1) mengemukakan bahwa kemampuan adalah kekuatan siswa dalam menunjukkan tindakan responsif, termasuk gerakan-gerakan terkoordinasi yang bersifat kompleks dan pemecahan problem mental. Kompetensi maupun kemampuan mempunyai arti yang sama yaitu menggabungkan penge- tahuan, keterampilan, dan bakat atau sikap seseorang untuk memecahkan persoalan baik secara langsung maupun tidak langsung.

  Nurhadi dan Agus G.S. (2003: 15) me- nye butkan bahwa kemampuan (kompetensi) merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kemampuan merujuk pada pengetahuan fundamental, keterampilan, dan pembawaan perilaku berkaitan pada keadaan seseorang dalam menunjukkan pemilikan suatu kompetensi Ella Yulaelawati (2004: 16). Dengan demikian kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang yang didasarkan dari penge tahuan, keterampulan dan sikap dan pem bawaan seseorang. Jadi kompetensi dan kemampuan keduanya merujuk pada penge- tahuan, keterampilan, sikap, bakat, dan karakter seseorang.

  Horby, (1995; 699) mengemukakan, ”

  Reading is a look and understand something

  tersebut membaca adalah melihat dan menge- tahui sesuatu yang berupa tulisan atau cetakan. Membaca adalah suatu penafsiran yang bermakna dari cetakan atau simbol verbal tulisan.

  Sementara Ferneaux (1999: 57), “Writing is

  essentially act: you usually write to communicate with audience, which has expatitions the key type (orgence) you produce”. Pengertiannya menulis

  dalam proses menulis ini penulis berkomunikasi dengan seorang audien yang memiliki kecakapan tentang jenis teks yang dihasilkan oleh penulis. Nunan (1989: 141) menyatakan bahwa “menulis adalah aktivitas kognitif yang kompleks dimana penulis membutuhkan untuk mempertunjukkan pengaturan sejumlah variable secara bersamaan”.

  Kompetensi menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung serta merupakan komunikasi tatap-muka atau face-to-face communication (Brooks, dalam Tarigan, 2008 : 3). Yetti Mulyati (2008: 2.3) menyatakan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, atau pesan serta memahami makna komunikasi. Setelah menyimak, siswa diminta menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi wacana yang diperdengarkan.

  Azies dan Alwasilah (1996: 82), menyimak adalah kemampuan seseorang memahami dan mereaksi apa yang baru saja dikatakan/ sebuah ujaran. Artinya menyimak tidak hanya mendengarkan tetapi dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

  Berbicara dapat dipandang sebagai suatu bentuk komunikasi lisan, suatu cabang ilmu tentang bahasa lisan, atau suatu aktivitas berbahasa dengan menggunakan bahasa lisan (Saksomo, 1997: 2). Tarigan (1986:15) bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan, tujuan utamanya untuk berkomunikasi.

  Agoes Hendriyanto & Sugeng Suryanto, Pembelajaran Berbasis Modul... 1255 PEMBAHASAN

  X Rata-rata Standar Deviasi

  Tahap uji coba pertama ini mahasiswa harus membaca dan memahami petunjuk pembelajaran yang terdapat dalam modul pertama “pendahuluan”. Modul pendahuluan ini mahasiswa kita bimbing dan kita arahkan kegiatan pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya. Secara garis besar mahasiswa harus membaca tiap modul di rumah dan mengerjakan latihan dalam modul pertama.

  Hasil Uji Coba Pertama Berdasarkan tabel 1 hasil nilai rata uji coba pertama (11,16). Hasil nilai tersebut di- jadikan dasar untuk membandingkan kegiatan pembelajaran dengan modul dengan uji coba berikutnya. Untuk uji coba pertama kita tidak bisa untuk melakukan uji t untuk mengetahui efektifitas pembelajaran dengan modul.

  Proses selanjutnya skor rata-rata nilai kompetensi berbahasa tersebut dalam tabel 1 melalui uji t untuk mengetahui efektifitas pembelajaran dengan modul dalam meningkatkan kemampuan berbahasa. Modul dinyatakan efektif dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa jika hasil perhitungan t hitung lebih besar dari t tabel dengan derajat bebas 38 dengan kesalahan 5%.

  38 2,021 Uji coba 4 20 16,45 2,14

  20 14,85 1,41 Uji coba 3 20 14,85 1,41 1,81 2,79

  Uji coba 2 20 13,05 2,43 2,98 2,88 38 2,021 Uji coba 3

  20 11,16 1,56 2,04 2,94 38 2,021 Uji coba 2 13,05 2,43

  20

  Tabel Uji coba 1

  T Hitung df (db) t

  Standar Deviasi

  Kegiatan Jumlah n

  Kegiatan diskusi kelas akan melatih mahasiswa untuk berbicara dengan dilandasi oleh fakta atau teori yang mendukungnya untuk menghasikan suatu simpulan terhadap per tanyaan dalam evaluasi modul. Latihan selama kegiatan belajar mengajar mata kuliah filsafat bahasa diharapkan terjadi peningkatan kompetensi membaca, menyimak, menulis, dan berbicara.

  

Tabel 2. Data hasil uji coba terbatas dengan tingkat kesalahan 5%

  Nilai standar deviasi terjadi peningkatan sebagai berikut; uji coba 1 (11,16), uji coba 2 (0,65), uji coba 3 (0,74), dan uji coba 4 (0,82).

  STD 0,56 0,65 0,74 0,82 Berdasarkan tabel 1 di atas pengujian dilakukan empat kali uji coba dihasilkan skor rata-rata kompetensi bahasa meningkat; uji coba 1 skor nilai rata-rata sebesar 11,16, uji coba 2 sebesar 13,05, uji coba 3 dengan skor rata-rata 14,85, dan uji coba 4 skor rata-rata sebesar 16,45.

  20 Jumlah 205 261 297 329 Rata-rata 11,16 13,05 14,85 16,45

  20

  20

  20

  N

  Tabel 1. Skor Nilai Kompetensi Bahasa Uji Uji Uji Uji

  melalui penggunaan standar kompetensi dalam setiap modul yang harus dicapai oleh mahasiswa. Namun demikian pembelajaran dengan modul juga mempunyai kelemahan disebabkan menggunakan pendekatan tunggal yang monoton. Peran dosen cukup besar terutama pada saat tatap muka di kelas mahasiswa diberikan kebebasan untuk menanyakan materi yang tidak dikuasai. Adapun skor nilai kompetensi berbahasa mahasiswa dapat dilihat di tabel 1 berikut ini.

  Kedua, adanya kontrol terhadap hasil belajar

  Berdasarkan pengamatan di kelas yang menjadi keunggulan dari pembelajaran dengan modul sebagai berikut: pertama, berfokus pada kemampuan individual siswa, karena mereka memiliki kemampuan untuk bekerja sendiri dan lebih bertanggung jawab atas tindakannya.

  Uji coba pertama ini selama 4 kali per temuan sedangkan pertemuan pertama mahasiswa harus memahami petunjuk pem- belajaran dengan modul sehingga untuk pertemuan kedua akan menjalankan petunjuk dalam modul melakukan kegiatan diskusi kelas berdasarkan jawaban terhadap soal latihan. Jika

  1256 Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 1251-1310

  waktunya dirasakan masih mencukupi dosen bisa langsung memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi kepada mahasiswa yang telah membentuk kelompok diskusi.

  Pertemuan kedua dosen memantau per- kembangan jalannya kegiatan belajar diskusi kelas sehingga kegiatan tersebut berjalan sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dalam dari jaman Romawi sampai jaman sekarang ini. Mahasiswa diharapkan terjadi peningkatan kompetensi berbahasa terutama kemampuan menulis ilmiahnya yang terlihat dari jawaban soal latihan pada akhir modul pada buku folio yang telah disediakan.

  Kemampuan menyimak dan berbicara terlihat jelas pada saat pelaksanaan diskusi kelas. Hasil jawban dari soal latihan harus dipre sentasikan dan jika ada pertanyaan dari peserta diskusi harus dijawab oleh kelompok yang bertugas. Kemampuan menyimak dan berbicara sanat diperlukan dalam kegiatan ini. Proses uji coba pertama ini selama 4 kali per- temuan dengan menghasilkan nilai rata-rata kompetensi berbahasa yang terlihat jelas pada jawaban tertulis mahasiswa maupun jawaban lisan mahasiswa pada saat diskusi kelas. Hasil Uji Coba Kedua

  Berdasarkan tabel 1 hasil nilai rata uji coba kedua (13,05) lebih besar dari uji coba pertama (11,16). Perbandingan uji coba pertama dan kedua dapat digunakan untuk menghitung standar deviasi yang selanjutnya dapat untuk menghitung nilai t hitung . Hasil pengujian signifikansi diperoleh t 12 sebesar 2,94 lebih besar dari t tabel 2,021 derajat bebas 38, dengan tingkat kesalahan 0,05. Pembelajaran dengan menggunakan modul filsafat bahasa

  scientific

  dapat meningkatkan kompetensi bahasa mahasiswa.

  Uji coba kedua dengan materi “Hakikat Filsafat Bahasa” mahasiswa harus membaca modul ini dengan baik dan benar yang terdiri dari 40 halaman. Mahasiswa harus membagi waktu belajar dengan baik disebabkan dalam semester genap 2015/2016 mahasiswa juga harus belajar materi kuliah yang ditempuh dalam semester tersebut. Banyaknya tugas mata kuliah lain juga menjadi kendali mahasiswa dalam menyelesaikan modul “Hakikat Filsafat Bahasa”. jika mahasiswa belajarnya terencana tidak menjadi halangan bagi kegiatan belajar di kelas terutama kegiatan diskusi kelas dengan jawaban soal latihan yang telah dikerjakan di rumah.

  Pada uji coba kedua ini peneliti me- nanyakan hasil diskusi antar kelompok kecil yang dilakukan di rumah untuk mengerjakan latihan yang terdapat dalam modul “Hakikat Filsafat fokus kepada materi pembelajaran. Banyak sekali yang bermain-main dengan Handphone yang tidak ada hubungannya dengan materi pelajaran. Handphone harus dimanfaatkan untuk kegiatan positif terutama berkaitan dengan mencari sumber referensi jurnal dari internet. Jika ruangan kelas telah ada sambungan terhubung dengan internet kegiatan belajar ini sangat efektif. Namun jika belum tersambung dengan internet dengan baik maka kegiatan dengan mengunakan handphone tidak efektif malah dipergunakan untuk hal yang di luar materi kuliah.

  Jwaban latihan dan pertanyaan dan jawaban selama proses belajar berlangsung untuk akhir pertemuan kegiatan uji coba kedua ini mahasiswa harus mengumpulkan pekerjannya. Hasil dari pekerjaaan mahasiswa ini dijadikan alat untuk mengevaluasi mahasiswa apakah terjadi peningkatan atau tidak dengan melakukan uji t.

  Skor rata-rata nilai kompetensi berbahasa tersebut harus melalui uji t untuk mengetahui efektifitas pembelajaran dengan modul dalam meningkatkan kemampuan berbahasa. Modul dapat dinyatakan efektif dapat meningkatkan kompetensi bahasa mahasiswa jika hasil perhitungan t hitung lebih besar dari t tabel dengan derajat bebas 35 dengan kesalahan 5%. Berdasarkan tabel 1 hasil nilai rata uji coba kedua (13,05) lebih besar dari uji coba pertama (11,16). Sedangkan hasil uji t terlihat pada tabel 2.

  Berdasarkan tabel 2 dengan melakukan pengujian signifikansi diperoleh t 23 hitung 2,88 lebih besar dari t tabel 2,021 degan derajat bebas 38, kesalahan 0,05. Dengan demikian perbedaan hasil ujicoba 2 dan 3 signifikan. Modul filsafat bahasa

  scientific berbasis nilai kearifan lokal

  efektif digunakan karena dapat meningkatkan kompetensi bahasa mahasiswa. Hasil Uji Coba Ketiga

  Uji coba ketiga dengan materi modul

  Agoes Hendriyanto & Sugeng Suryanto, Pembelajaran Berbasis Modul... 1257

  akan membaca, menyimak dan menulis yang brkaitan dengan bidang kajian filsafat bahasa yang terdiri dari ontologi bahasa, epistemologi bahasa, dan aksiologi bahasa. Uji coba ini berlangsung selama 3 kali pertemuan dengan menekankan pada pencapaian mahasiswa dalam kompetensi berbahasa dan kemampuan berpikir kritisnya. Hampir sama dengan kegiatan uji mahasiswa sudah mengalami kejenuhan karena pembelajarannya monoton yang menjadi kendala bagi pembelajaran dengan modul.

  Berdasarkan tabel 2 uji t dengan mem- bandingkan hasil skor rata-rata uji coba kedua dengan uji coba ketiga diperoleh t 23 hitung

  2,88 lebih besar dari t tabel 2,021 dengan derajat bebas 38, kesalahan 0,05. Dengan demikian terdapat perbedaan skor kompetensi berbahasa hasil uji coba 2 dan 3 signifikan. Modul filsafat bahasa

  scientific berbasis nilai kearifan lokal

  efektif digunakan karena dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa pada uji coba kedua Mahasiswa banyak yang tidak menger- jakan latihan soal modul di rumah. Dosen sebagai motivator harus memberikan motivasi kepada mahasiswa aar menyelesaikan latihan soal tiap modul sebelum didiskusikan di kelas. Selain faktor tersebut banyak mahasiswa yang menjadi ketua kelompok berhalangan hadir yang juga menjadi penghambat kegiatan belajar mengajar di kelas. Untuk kegiatan pembelajaran uji coba ketiga ini mulai banyak terjadi kendala bagi pencapaian kompetensi mahasiswa.

  Mahasiswa akan menjawab pertanyaan dalam latihan harus terlebih dahulu membaca dan menyimak materi modul “bidang kajian filsafat bahasa”. Jawabannya harus dikerjakan di buku folio yang telah disediakan sebelum kegiatan belajar. Kemampuan menulis sangat beragam antara mahasiswa satu dengan lainnya hal ini tercermin dari jawaban.

  Jawaban mahasiswa terdapat tiga kata- gori; (1) menjawabnya secara berkelompok 3 orang sehingga jawabannya hampir sama, (2) menjawabnya secara mandiri karena tempat duduknya berbeda tidak menutup ke- mungkinan jawabannya akan dipinjam oleh temannya sehingga sama dengan temannya, (3) mahasiswa yang sudah mandiri sesuai dengan kemampuannya.

  Alias, N & Siraj, S (2012) untuk katagori dosen yang mandiri dosen dapat menjamin bahwa tipe mahasiswa aktif atau reflektif mempunyai komptensi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan lainnya. Hal ini didasarkan dari hasil penelitiannya yang berjudul evaluasi modul dilakukan antara 120 peserta yang melibatkan 30 peserta dari masing-masing gaya belajar (visual bahwa modul ini efektif untuk visual, aktif, reflektif dan bukan untuk peserta didik verbal. para peneliti juga membandingkan efektivitas modul menurut jenis kelamin. Modul verbal dan reflektif yang efektif untuk pelajar perempuan, bukan untuk pelajar laki-laki

  Hasil penelitian tersebut terbukti ke- benarannya mahasiswa perempuan yang aktif atau

  reflektif lebih tinggi kompetensinya jika

  dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki yang reflektif atau aktif. Mahasiswa perempuan kompetensi berbahasanya lebih tinggi jika dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki dalam pembelajaran dengan menggunakan modul filsafat bahasa. Perempuan mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin yang tinggi berkaitan dengan tugas yang tertulis di modul unuk diselesaikan dan mengikuti peunjuk kegiata belajar.

  Hasil Uji Coba Modul 4 Uji coba modul keempat mahasiswa sudah paham terhadap kegiatan pembelajaran dengan mempergunakan modul “Filsafat bahasa scientific berbasis nilai kerifan lokal jilid II dengan materi “Filsafat Bahasa dan Kekinian”. Seperti kegiatan uji coba sebelumnya mahasiswa telah mengerjakan latihan dalam modul ini. Kegiatan ini merupakan kegiatan akhir pembelajaran untuk uji coba modul filsafat bahasa. Mahasiswa sudah terbiasa dalam melakukan kegiatan diskusi kelas yang nanti terlihat dari rata-rata hasil kom petensi berbahasa yang digunakan untuk melihat peningkatan penggunaan modul dengan menggunakan uji t seperti dalam tabel . Mereka telah belajar materi keempat dan mengerjakan tugas latihan yang terdapat pada modul tersebut di buku folio masing-masing. Selanjutnya mahasiswa akan mempresentasikan hasil jawabannya pada saat diskusi kelas berlangsung. Evaluasi kompetensi berbahasa dilaksanakan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

  Berdasarkan uraian di atas peneliti menya- rankan pembelajaran menggunakan modul perlu mengetahui potensi awal mahasiswa berkaitan dengan kompetensi berbahasa mahasiswa. Modul perlu disesuaikan dengan konteks pembelajaran yang berkaitan dengan mahasiswa, sarana dan prasarana penunjang, waktu perkualiahan, jumlah mahasiswa dalam satu ruangan, dan faktor lingkungan lainnya. Pembelajaran dengan modul sangat tergantung dari kreatifitas dari pengampu mata kuliah kemampuan mahasiswa. Selain hal tersebut dosen pengampu wajib memilih materi disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran. Oleh karena itu tidak semua materi dalam modul diajarkan kepada mahasiswa.

  2,88, t 34 = 2,79) lebih besar dari t tabel dengan derajat bebas 38 (2,021).

  SARAN

  lokal efektif untuk meningkatkan kompetensi berbahasa.

  scientific berbasis nilai kearifan

  2,79 lebih besar dari t tabel 2,021. Berdasarkan hasil uji t pembelajaran dengan menggunakan modul filsafat bahasa

  1258 Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 1251-1310

  Kesimpulannya Ho diterima pembelajaran dengan menggunakan modul filsafat bahasa scientific berbasis nilai kearifan lokal efektif digunakan untuk meningkatkan kompetensi berbahasa. Efektifitas modul memperlihatkan terjadinya peningkatan kompetensi mahasiswa terutama kompetensi menyimak, membaca, menulis dan berbicara.

  digunakan untuk meningkatkan kompetensi berbahasa mahasiswa (membaca, menulis, menyimak, dan berbicara). Berdasarkan tabel 2 hasil uji t menghasilkan t hitung (t 12 = 2,77, t 23 =

  Alias, N & Siraj, S. 2012. Design And Development Of Physics Module Based On Learning. Style And Appropriate Technology By Employing Isman Instructional Design Model TOJET: The Turkish Online Journal of Educational Technology

  scientific berbasis nilai karakter efektif

  Pembelajaran dengan modul filsafat bahasa

  Seperti halnya uji coba sebelumnya dalam uji coba keempat rasa kebosanan mahasiswa sudah nampak jelas. Apalagi tugas mata kuliah lainnya sudah menumpuk dan pengerjaaannya sistem kebut semalam atau kebut pagi hari mahasiswa semakin merasa terbebani dan malas untuk mengerjakan tugas latihan dalam modul. Hal ini terlihat dari kesiapan mahasiswa dalam kegiatan uji coba keempat. Berdasarkan uji coba keempat pembelajaran dengan melakukan kegiatan pengembangan modul juga meningkatkan kompetensi mahasiswa

  . Nilai rata-rata ujicoba ketiga sebesar 14,85 lebih besar dari ujicoba 4 dengan skor nilai 16,45 34 2,79 lebih besar dari t tabel 2,021 dengan derajad bebas 38, tingkat kesalahan 0,05. Perbandingan antara uji coba 3 dan 4 dihasilkan t hitung lebih besar dari t tabel modul filsafat bahasa layak dan efektif digunakan dalam pembelajaran khususnya uji coba 4.

  Uji terakhir yaitu dengan membandingkan skor rata-rata kompetensi berbahasa mahasiswa pada uji coba ketiga dibandingkan dengan uji coba keempat dihasilkan t hitung lebih besar dari t tabel

  Dosen selain sebagai vasilitator juga berfungsi sebagai evaluator kegiatan belajar di kelas.

DAFTAR PUSTAKA

  • – October 2012, Volume 11 Issue 4 Alec. 2009. Pikiran Dan Pemikiran. Erlangga.

  Jakarta. Chaplin, J.P. 2000. Kamus Lengkap Psikologi,

SIMPULAN DAN SARAN

  Terjemahan Kartini Kartono. Jakarta: Raja Grafindo Persada Chomsky, Noam 1968. Language and mind.

  New York: Harcourt, Brace & World.

  Kompetensi berbahasa dan kemampuan berpikir mahasiswa dengan menggunakan uji t untuk mengetahui pengaruh dari penggunaan modul terhadap komptensi. Pada uji coba tes pertama peneliti bandingkan dengan hasil uji tes kedua dihasilkan t 12 = 2,77 lebih besar dari t tabel 2,021 dengan derajat bebas 38. Uji pertama terjadi peningkatan kompetensi. Hasil tes mahasiswa pada uji t selanjutnya yaitu membandingkan hasil uji coba kedua dengan hasil uji coba ketiga dihasilkan uji t 23 =2,88 lebih besar dari t tabel 2,021 derajad bebas 38. Sedangkan uji t selanjutnya membandingkan dengan hasil uji coba keempat dihasilkan t 34 =

  Agoes Hendriyanto & Sugeng Suryanto, Pembelajaran Berbasis Modul... 1259

  Fisher; Alih bahasa: Benyamin Hadinata Code : 153.42 FIS b. Saksomo, D. 1997. Berbicara. Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sternberg, Robert J. 1994. Encyclopedia

  Communicative Classroom. Cambridge: Cambrigde University Press.

  Nurhadi dan Agus G.S. 2003. Pembelajaran

  Kontekstual/Contextual Teaching Learning (CTL) dan Penerapannya dalam KBM. Malang: Universitas Negeri Malang.

  Palan, R.. 2007. Competency Management –

  Teknik Mengimplementasikan Manajemen SDM Berbasis Kompetensi untuk Meningkatkan Daya Saing Organisasi.

  Jakarta: PPM.

  Rifa Rakhmasari. 2010. Pengaruh Handson Activity Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kontektual Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Ber- pikir Kritis. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: Tidak Diterbit- kan Berpikir kritis: sebuah pengantar/Alec

  of Human Intelligence. New York:

  Indonesia SD. Jakarta: Universitas

  Macmillan Publishing Company Sugihartono, dkk, 2007. Psikologi Pendidikan. UNY Press. Yogyakarta. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak Sebagai

  Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

  Tarigan, H. G. 1986. Berbicara sebagai Suatu

  Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

  Utomo, Tjipto. 1991. Peningkatan dan

  Pengembangan Pendidikan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

  Warren, Howard C. 1994. Dictionary of

  Psychology. Cambridge, Massachusetts: Houghton Mifflin Company. h t t p : / / e d u k a s i . k o m p a s . c o m / read/2016/04/23/17424071)/Kenapa.

  Terbuka Nunan, David. 1998. Designing Task for the

  Mulyati, Yetti. 2008. Keterampilan Berbahasa

  C. Snow & B. Powell . 2008. Oral Language

  Press Hornby. 1995. Oxfora Advanced Learner’s

  Competence, Social Skills And High-Risk Boys: What Are Juvenileoffenders Trying To Tell Us . Journal Compilation 2007

  National Children’s Bureau. Volume 22, (2008) Pp. 16–28. Ella Yulaelawati. 2004. Kurikulum dan

  Pembelajaran Filosofi, Teori, dan Aplikasi. Bandung: Pakar Raya.

  Facione, Pa. 2011. Critical Thinking: What It Is

  And Why It Counts. Orientation Lecture Series Learning To Learn: Developing Critical Thinking Skills. Learning Centre.

  Http://Www.Usyd.Edu.Au/Lc. Furneoux, Clare. 1999. Receni Materials on

  Teaching Writing (ELT Journal Vol 53/1 Januari 1999). Oxford: Oxford University

  Dictionary of Current English. Oxford:

  rather than for intelligence. American Psychologist, 28, 1-14.

  Oxford University Press Lehhman,C. 2009. Language competence.

  Theory and empiry. University of Erfurt

  39th Annual Meeting of the Societas Linguistica Europaea, Bremen, 30.08. – 02.09.06, Presidential address.

  Lucia, A. D., & Lepsinger, R. (1999). The Art

  And Science Of Competency Models: Pinpointing Critical Success Factors In Organizations. New York: Pfeiffer.

  Mansfield, B. 1989. Competence And Standards.

  In J. W. Burke (Ed.), Competency Based Education And Training (pp. 26-38).

  Sussex, England: Routledge. McClelland, D. C. 1973. Testing for competence

  Lulusan.Perguruan.Tinggi.Makin.Susah. Mendapat.Pekerjaan