Hygiene Industri Penyakit Akibat Tekanan

BAB I
PENDAHULUAN

Yang dimaksud dengan tekanan udara ekstrim adalah tekanan udara
yang lebih besar (tinggi) atau tekanan udara yang lebih rendah dari tekanan
udara normal (1 atm). Bekerja di dalam lingkungan kerja yang tekanan udaranya
lebih besar dari tekanan udara normal telah dikenal sejak adanya pekerjaan
yang dilakukan di lingkungan yang kedap air (caisson work), dimana orang
melakukan pekerjaan di bawah tekanan udara yang lebih besar dari 1 atm.
Pekerjaan seperti ini termasuk pekerjaan para penyelam di perairan (di laut)
yang dalam, para pekerja tambang yang dalam, juga para pekerja yang bekerja
dalam pembuatan terowongan di bawah tanah, maupun terowongan di bawah air
(Soeripto, 2008).
Untuk dapat memahami pengaruh tekanan yang tinggi terhadap tubuh
manusia, kita perlu memahami kembali tentang berbagai hal sebagai berikut :
1. Hukum-hukum fisika seperti Hukum Archimides, Boyle, Charles, Dalton,
Henry, Tekanan Hidrostatik dan lain-lain.
2. Penggunaan satuan dari tekanan gas dan zat cair seperti 1 ATA, 1 psia dan
lain-lain.
3. Komposisi udara yang terdiri dari N2= 79%, O2= 20% dan gas-gas lain
seperti CO2, He, Ar, Ne dan lain sebagainya yang tekanannya adalah N2=

0,8 ATA, O2= 0,2 ATA, dan CO2= 0,02 ATA.
4. Ilmu faal manusia seperti sirkulasi darah, sistem pernafasan dan sistemsistem lain dalam tubuh manusia seperti mata, telinga dan lain sebagainya
(Soeripto, 2008).
Dengan memahami dan mempergunakan hal-hal tersebut di atas dapat
diketahui dan dijelaskan apa dan bagaimana pengaruh pekerjaan penyelaman di
perairan (di laut) yang dalam dan dalam lingkungan udara yang bertekanan
tinggi terhadap manusia (Soeripto, 2008).
1

Semua pengaruh yang timbul merupakan resiko atau bahaya bagi tenaga
kerja yang melakukan pekerjaan penyelaman dan bekerja dalam udara
bertekanan tinggi, yang harus diperhatikan sebaik- baiknya sebelum melakukan
pekerjaan tersebut, untuk menghindarkan atau mencegah terjadinya akibat atau
kecelakan dan penyakit akibat kerja (Soeripto, 2008).
Perlu diketahui bahwa setiap kaki (foot) seorang penyelam turun
(menyelam) di bawah permukaan air atau setiap kaki seorang pekerja
terowongan turun dibawah permukaan air tanah, maka ada suatu kenaikan
tekanan linear sebesar 0,445 lb/meter2 atau 0.443 psi untuk air tawar dan 0,445
psi untuk air laut. Sehingga apabila seorang penyelam bekerja di kedalaman 100
ft dibawah permukaan air laut, dia akan menerima tekanan sebear 44,5 psi

(Soeripto, 2008).

2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Tekanan Udara Ektrim
Tekanan udara ekstrim adalah tekanan udara yang lebih besar (tinggi) atau
tekanan udara rendah dari tekanan udara normal (1atm). (Soeripto, 2008)

2.2

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Udara
Ada 2 hal yang sangat mempengaruhi tekanan udara yaitu suhu dan tinggi
suatu daerah
a. Tinggi Suatu Tempat
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tinggi suatu tempat berbanding

terbalik dengan tekanan udara di daerah tersebut.
b. Suhu Udara
Suhu udara sangat mempengaruhi tekanan udaranya. Ketika suhu tinggi
molekul udara akan mengembang dan volume udara menjadi lebih besar.
Jika volume di udara di atas suatu tempat adalah tetap maka ketika suhu
udara naik, massa udara total akan berkurang, berat udara berkurang,
demikian juga dengan tekanan udara. Sebaliknya, ketika suhu rendah
makan tekanan udara akan semakin tinggi.

2.3

Resiko

Bahaya

Pada

Pekerjaan

Penyelaman


di

Perairan

yang

Dalam/Lingkungan Udara Bertekanan Tinggi
Setiap perubahan tekanan udara akan memberikan pengaruh dan
dampak terhadap tubuh manusia, yang merupakan resiko dan bahaya bagi
manusia, selain akan menimbulkan kecelakaan-kecelakaan juga akan dapat
menimbulkan penyakit-penyakit setelah tenaga kerja kembali ke udara biasa
(tekanan = 1 atm) (Soeripto, 2008).
Dampak-dampak penyelaman di perairan yang dalam (di laut) dan
lingkungan udara bertekanan tinggi terhadap tubuh manusia antara lain :
2.3.1 Pengaruh suhu-suhu air umumnya lebih dingin dari suhu badan dan
sebagai akibat pengaruh sinar matahari yang akan berkurang bila
menyelam lebih dalam (lebih dari 10 meter) suhu air akan menjadi lebih
dingin, akan menyebabkan penyelam kehilangan panas tubuh secara
3


konduksi yang lebih banyak. Suhu dingin yang berlebihan dapat
menyebabkan refleks yang berlebihan dan penyempitan pembuluh
darah di seluruh tubuh sehingga timbul perasaan sakit kepala dan
2.3.2

pusing yang berbahaya bagi penyelam (Soeripto, 2008)
Suara, Getaran dan Pendengaran
Suara adalah getaran atau tekanan periodik yang menjalar melalui
udara, cairan atau benda padat ke telinga manusia yang merupakan
sensor yang baik untuk suara pada media udara. Kecepatan suara
dalam media air besarnya 4 kali lebih besar daripada dalam media
udara, sehingga penyelam sulit untuk menentukan arah dan sumber
suara secara cepat. Air merupakan media penghantar udara yang baik
sehingga sering terjadi pantulan-pantulan suara dari karang atau tebingtebing dalam air atau dari dasar laut sendiri yang menyebabkan
kebisisngan (noisy) (Soeripto, 2008)
Suara dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan kerusakan tubuh
manusia terutama bagian tubuh yang berongga seperti sinus, rongga
dada, perut dan telinga atau bagian tubuh yang lunak seperti jaringan
otak, paru-paru dan usus (Soeripto, 2008).


2.3.3

Tekanan Hidrostatik Air
Tekanan hidrostatik air merupakan hambatan yang utama di dalam
penyelaman yang bias berupa tekanan langsung maupun tekanan tidak
langsung (Soeripto, 2008).
a. Tekanan tidak langsung
Tekanan dan konsentrasi udara dalam air akan bertambah besar
apabila penyelam menyelam lebih dalam. Konsentrasi dan tekanan
parsial Nitrogen dalam jaringan tubuh penyelam akan tergantung dari
kedalaman dan lamanya penyelaman, artinya semakin lama dan
dalam penyelam tersebut menyelam, maka kadar dan tekanan
parsial Nitrogen dalam jaringan tubuh semakin tinggi. Sehingga pada
kedalaman tertentu akan terjadi “saturasi” terhadap kadar dan
tekanan Nitrogen dalam jaringan tubuh.

4

Apabila penyelam secara tiba-tiba naik ke permukaan, maka akan

terjadi “super saturasi” terhadap udara biasa. Keadaan ini akan
sangat berbahaya bagi penyelam, karena udara yang terlarut dalam
jaringan tubuh akan menjadi gas kembali berupa gelembunggelembung gas yang akan masuk ke dalam sirkulasi dan terbesar
dalam darah dan jaringan. Gelembung- gelembung Nitrogen tersebut
dapat tersangkut atau berada pada tulang sendi dan di bawah otot,
menyebabkan kramp yang sangat hebat (sangat nyeri). Rasa sakit ini
dikenal dengan nama “penyakit bends” atau “penyakit caisson” atau
disebut juga “penyakit dekompressi.” Sedang gelembung Nitrogen
dalam darah (emboli) juga dapat menyumbat pembuluh darah, yang
dapat mengakibatkan kelumpuhan (Soeripto, 2008).
b. Tekanan Langsung
Kerusakan jaringan tubuh sebagai akibat langsung dari tekanan yang
dikenal dengan nama “BAROTRAUMA.” Tekanan hidrostatikakan
bertambah sesuai dengan kedalamannya. Hal ini dapat terjadi pada
saat menyelam (descent) atau saat naik ke permukaan (ascent).
Badan manusia yang sehat akan dapat mengadaptasi perubahan
tekanan ini sehingga tidak menimbulkan suatu akibat. Apabila karena
suatu sebab adaptasi ini tidak dapat mengadaptasi tekanan yang
ada, maka akan timbul kerusakan jaringan, seperti robeknya
membran timpani (barotrauma telinga), robeknya jaringan paru

(barotrauma paru), atau bisa terjadi “blowing up” atau “emergency
swimming ascent (ESA)” bila naik ke permukaan secara cepat atau
tiba-tiba.
Naiknya tekanan udara akan menyebabkan volume rongga gas di
dalam tubuh bertambah kecil dan akan mengakibatkan terjadinya
“squeeze”, dimana bila terjadi oedema atau pendarahan misalnya
pada sinus, paru-paru atau conjungtiva. Pemajanan kerja yang
terjadi di alam “caisson work” ataupun pekerja-pekerja tambang
yang dalam atau pekerja-pekerja yang melaksanakan pekerjaan
5

pembuatan terowongan, dimana gas bertekanan tinggi digunakan
untuk mengeluarkan air atau lumpur dan juga untuk memberi
topangan (menyangga) pada suatu bangunan. Manusia dapat
menahan tekanan udara yang besar, jika udara dapat bebas masuk
ke dalam paru-paru, sinus, dan telinga bagian tengah. Yang
dijumpai pada pekerja yang bekerja di bawah udara bertekanan
tinggi adalah sakit yang sangat nyeri dan kebuntuan (kemacetan) di
dalam telinga yang disebabkan oleh ketidakmampuan mengalirkan
udara ke telinga bagian tengah secara layak selama terjadi

kompresi dan dekompresi. Akibatnya banyak tenaga kerja yang
bekerja pada lingkungan udara bertekanan tinggi menderita
kehilangan daya dengar yang bersifat sementara maupun bersifat
sementara (Soeripto, 2008).
Selain hal-hal tersebut di atas, maka terdapat juga berbagai resiko
bahaya dalam pekerjaan penyelaman/lingkungan udara bertekanan tinggi
seperti:
a. High pressure neurogical syndrome (HPNS atau sindroma neurologis akibat
tekanan tinggi)
Di lingkungan hiperbarik (tekanan udara lebih besar dari tekanan udara
normal) maupun para penyelam dilaut yang dalam mereka juga menghadapi
pengaruh dari tekanan udara yang lebih besar dan tekanan udara normal.
Meskipun pada saat menyelam mereka telah menyandang ala-alat
pernafasan (SCUBA) untuk bernafas, atau mereka bernafas dari campuran
gas helium dan oksigen yang disalurkan melalui tekanan dari permukaan air.
Gas helium merupakan gas “inert diluents” dan kurang dapat larut didalam
darah dan jaringan disbanding nitrogen dan keberadaan gas helium tidak
banyak menimbulkan masalah dekompresi.
Namun HPNS dapat terjadi yang diakibatkan oleh keracunan helium pada
kedalaman yang dalam (130 meter atau lebih) yang berasal dari gas

campuran yang digunakan penyelam. Timbul gejala-gejala neurologis seperti
tremor, disorientasi, pingsan dan lain sebagainya.
6

b. Serangan binatang berbahaya
Serangan dapat berupa sengatan atau gigitan. Gigitan dapat menimbulkan
luka dan pendarahan yang hebat, sedang sengatan biasanya menimbulkan
reaksi alergi atau keracunan yang membahayakan kehidupan penyelam.
Beberapa binatang laut yang berbahaya antara lain:
-

Ikan hiu

-

Ubur-ubur

-

Kerang beracun


-

Ikan batu

-

Blue ring octopus

-

Ular laut, dsb

Binatang-binatang tersebut diatas umumnya tidak menyerang. Kemungkinan
terjadinya penyerangan dapat dihindari dengan sikap yang tenang dan
mengurangi gerakan-gerakan didalam air. Untuk menghindari serangan ikan
hiu dapat membawa serbuk anti hiu sebagai siapan penyelam.
c. Tenggelam
Tenggelam merupakan resiko yang dihadapi penyelam dan orang yang
berkecimpung didalam air, dan sering menyebabkan kematian akibat
masuknya air kedalam paru-paru.
Oleh karenanya setiap penyelam harus dapat berenang dan dilengkapi
dengan pelampung (rompi apung) yang dilengkapi tabung CO, sehingga
dapat dikembangkan dengan cepat.
2.4

Bekerja Di Lingkungan Udara Bertekanan Rendah
Tenaga kerja atau orang yang bekerja dilingkungan yang udaranya
bertekanan rendah, juga dapat menjadi subyek terhadap kekurangan oksigen,
dan berpengaruh buruk terhadap pernafasan dan penglihatan.
Penyakit-penyakit atau pengaruh buruk oleh karena kekurangan oksigen
ini sangat penting bagi mereka yang bekerja disuatu ketinggian, seperti bagi
para penerbang maupun mereka yang bekerja ditempat-tempat yang tinggi di
atas permukaan laut seperti mereka yang bekerja di gunung-gunung, serta
pendaki gunung.

7

Udara normal mengandung kira-kira 20% oksigen. Tanda-tanda fisiologis
yang pertama oleh karena kekurangan oksigen (anoxia) adalah meningkatnya
kecepatan bernafas dalam menghirup udara dalam-dalam. Kadar oksigen
kurang dari 16% mengakibatkan kepusingan, detak jantung menjadi cepat dan
sakit kepala.
Dalam hal masuk ke tempat yang kandungan oksigenya sedikit atau sama
sekali tidak mengandung oksigen, seseorang umumnya tidak mengalami gejalagejala peringatan, namun segera kehilangan kesadaranya dan tidak mengingat
peristiwanya, jika ia tertolong dan sadar kembali.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penyakit



Penyakit Akibat

Pekerjaan

Penyelaman

Perairan

yang

Dalam/Lingkungan Udara Bertekanan Tinggi
Saat ini telah banyak dikenal dan dipergunakan alat-alat bantu untuk
menyelam, yang kesemuanya bertujuan untuk memelihara kesehatan dan
keselamatan para penyelam dengan mengusahakan agar perubahan
fisiologis para penyelam dapat berlangsung dengan wajar tanpa komplikasi.
8

Suatu kenyataan bahwa sebagian besar penyelam adalah tenaga yang
terdidik dengan baik dan hanya melakukan penyelaman secara dan system
yang tradisional, sehingga kemungkinan terjadinya penyakit akibat pekerjaan
ini sangat besar dan perlu mendapat perhatian.
Beberapa panyakit yang timbul sebagai akibat penyelaman diperairan
dalam/dilingkungan udara yang bertekanan tinggi :
3.1.1 Barotrauma
Barotrauma adalah kerusakan jaringan dan sekuelenya yang terjadi
akibat perbedaan antara tekanan udara (tekan barometrik) di dalam
rongga udara fisiologis dalam tubuh dengan tekanan di sekitarnya.
a. Barotrauma telinga luar, diakibatkan lubang telinga tertutup oleh
cerumen atau ear plugs, dan bias terjadi pendarahan dan rasa perih
ditelinga serta rasa sakit, yang akhirnya dapat terjadi infeksi.
b. Barotrauma telinga tengah, diakibatkan kegagalan penyesuaian
tekanan telinga tengah dengan udara luar pada penyelam yang pilek
atau ada cerumin prop.
c. Barotrauma telinga dalam, merupakan komplikasi dari barotraumas
telinga tengah dimana penyelam melakukan valsava yang kuat
sehingga foramen rotundum pecah.
d. Barotrauma sinus, terdapat rongga (gas/udara) dalam tengkorak yang
mempunyai hubungan dengan tenggorokan. Kegagalan penyesuaian
tekanan udara dalam sinus dapat menyebabkan pendarahan disertai
rasa sakit
e. Barotrauma gigi, gigi yang berlubang sering mengalami barotraumas
gigi dengan rasa sakit pada gigi terutama pada saat menyelam dan
dapat disertai dengan pendarahan.
f. Barotrauma pari-paru, pada kedalaman tertentu paru-paru penyelam
akan berisi udara dengan tekanan tinggi sesuai dengan tekanan
absolute di kedalaman tersebut. Bila secara cepat dan tak terkendali
(blow up) penyelam naik ke permukaan, maka setelah sampai di
permukaan akan terjadi pengembangan volume paru yang sangat
cepat tanpa diimbangi dengan pengembangan dinding paru, sehingga
paru-paru pecah. Barotraumas paru sering diikuti dengan terjadinya

9

suatu

komplikasi

berupa

emphysema,

pneumothorex

atau

pendarahan paru serta emboli yang sering menyebabkan kematian.
g. Barotrauma usus, para penyelam pemula sering dengan tidak
sengaja menelan udara pada waktu bernafas dengan regulator
(mengadakan equalisasi), sehingga ketika berenang ke permukaan
udara bertekanan tinggi yang tertelan tadi akan mengembangb dan
dapat menyebabkan sembelit, sakit perut, muntah-muntah. Bisa juga
disebabkan meminum minuman yang mengandung soda (CO 2).
h. Barotrauma masker, umumnya terjadi bila penyelam sewaktu
berenang turun tidak menghembuskan udara ke rongga masker,
sehingga setelah daya lentur masker maksimal, maka untuk
mengimbangi tekanan udara masker, jaringan-jaringan lunak pada
wajah dapat terhirup kedalam masker.
3.1.2 Keracunan Gas-gas Pernafasan
Tekanan parsial gas pernafasan yang masuk kedalam jaringan tubuh
akan semakin tinggi sesuai dengan kedalaman penyelaman, yang
pada orang-orang yang rentan akan menyebabkan keracunan gas.
Oleh karenanya pada penyelaman diperairan yang dalam dianjurkan
untuk menggunakan campuran gas sepertigas Nitrox, gas Heliox,
ataupun campuran Helium dengan Nitrogen dan Oksigen.
a.
Keracunan Nitrogen (Nitrogen Narcosis), dapat terjadi pada
kedalaman 30 meter atau lebih, dengan akibat seperti orang
mabuk alcohol, yang semakin berat menyelam lebih dalam.
Akibat ini sangat tergantung daripada kondisi fisik penyelam
sebelum penyelaman dimulai, suhu air laut yang dingin, jenis
kerja didalam air, gelisah, kurang pengalaman atau menurunya
b.

kadar O2 serta meningkatnya kadar CO2.
Keracunan oksigen, hal ini dapat terjadi pada kedalaman 30
meter dengan gejala mual dan muntah-muntah, kepala terasa
ringan dan pusing, getaran-getaran halus pada otot wajah, bisa
terjadi halusinasi penglihatan atau pendengaran, inkoordinasi

c.

otot atau kehilangan ingatan setelah kejang.
Keracunan CO2, hal ini dapat terjadi akibat pencemaran yang
masuk

ke

kompresor
10

gas CO2 atau

tidak

berfungsinya

karbonabsorben
d.

yang

dipakai,

yang

bila

hebat

akan

menyebabkan kematian.
Keracunan CO, keracunan jenis ini terjadi akibat tercemarnya
udara dalam SCUBA dengan gas CO karena tidak sempurnanya
pembakaran udara dalam compressor atau pencemaran udara

dari mesin/pabrik dengan gas CO.
3.1.3 Penyakit Dekompresi
Adalah suatu keadaan yang paling harus dihindari oleh setiap diver.
Secara sederhana dekompresi didefinisikan sebagai suatu keadaan
medis dimana akumulasi nitrogen yang terlarut setelah menyelam
membentuk gelembung udara yang menyumbat aliran darah serta
system syaraf.
Dikenal dua jenis penyakit dekompresi dimana
a.
Jenis Pertama (Pain Only Decompression

Sickness)

menunjukan gejala rasa sakit yang hebat disertai kelelahan,
pusing dan rasa kantuk yang hebat disertai bercak-bercak
b.

merah yang gatal dikulit.
Jenis Kedua (Serious Decompression Sickness) merupakan
keadaan yang harus segera mendapat pertolongan, dimana
sudar terlihat adanya gejala-gejala neorologis (rasa ditusuk
jarum, kelemahan sampai kelumpuhan otot gerak, kebutaan),
gejala paru (nyeri dan rasa berat di dada, disertai batuk kering)

dan system kardiovaskular (Bends Shock).
3.1.4 Penyakit Penyelaman dengan “SSBA”
Penyelaman dengan SSBA (Surface Supply Breathing Apparatus)
memberikan benyak keuntungan seperti dapat menyelam lebih dalam
dan lama serta dapat dilakukan dalam kondisi lingkungan yang lebih
buruk. Akan tetapi cara ini lebih banyak mengandung resiko, dimana
selain penyakit atau keadaan diatas dapat terjadi dalam penyelaman
ini, juga dapat terjadi barotrauma badan atau pakaian selam terjadi bila
penyelaman dilakukan terlalu cepat atau penyelam gagal memasukan
udara kedalam pakaian selam untuk mengimbangi tekanan, sehingga
tekanan oleh tekanan air ke tubuh dan menyebabkan cedera leher
atau kematian penyalam.
11

3.2 Penyakit Akibat Tekanan Udara Rendah
Acute mountain sickness atau sering kita bilang “Monsick” adalah suatu
penyakit yang banyak menyerang para pendaki gunung. Penyakit ini
terjadi terutama pada pendakian lebih dari 2400 meter. Tidak jarang,
pendaki gunung meninggal karena mountain sickness.
Penyakit yang juga disebut altitude sickness ini terjadi karena
ketidakmampuan tubuh untuk beradaptasi dengan kondisi alam di
pegunungan yang berbeda dibandingkan dataran rendah. Di daerah
pegunungan, tekanan udara dan kadar oksigen lebih rendah dibanding
dengan dataran rendah, hal ini menyebabkan tubuh kekurangan oksigen.

BAB IV
SIMPULAN

Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun
pengusaha, kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi
upaya preventif terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
hubungan kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 diawali dengan cara
mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan
dari dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila
timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.
Peran tenaga kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja
adalah menjadi melalui pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui
pemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi pemeriksaan awal, pemeriksaan
berkala dan pemeriksaan khusus. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan
sakit pada tempat kerja dapat dilakukan dengan penyuluhan tentang kesehatan
dan keselamatan kerja.

12

Daftar Pustaka

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

http://docslide.net/documents/tekanan-udara-ekstrim.html
http://www.scribd.com/doc/136709207/Tekanan-Udara-Ekstrim#scribd
http://rumushitung.com/2013/07/28/tekanan-udara-rumus-alat-ukurnya/
http://www.faktailmiah.com/2010/09/26/rekor-rekor-manusia.html
http://www.belajardiving.com/dekompresi.php
http://id.wikipedia.org/wiki/Aerofisiologi
https://indonesia360derajat.wordpress.com/2014/02/09/mountain-sicknesspenyebab-dan-gejala-penyakit-di-gunung/

13