Pengembangan Active Learning Problem sheets (ALPS Kit) Momentum Linier Disertai Contest Rich Problem (CRP) dalam Pembelajaran Fisika dasar di FMIPA UNP - Universitas Negeri Padang Repository

,

Bidangllrnu: Pendidikan

LAPORAN AKHIR
PENELITIAN DOSEN MADYA

Pengembangan Active Learning Problem Sheets (ALPS Kit)
Momentum Linier Disertai Context Rich Problem (CRP)
Dalam Pembelajaran Fisika Dasar Di FMIPA UNP

Oleh :
Dra. Ermaniati Ramli
Drs. H-Masril,M.Si

Dibiayai oleh:
Dana DlPA APBN-P Universitas Negeri Padang
Sesuai dengan Surat Penugasan Pelaksanaan Penelitian Dosen Madya
Universitas Negeri Padang Tahun Anggaran 2012
Nomor: 715lUN35.21PG 12012 Tanggal 3 Desember 2012


FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNlVERSlTAS NEGERI PADANG
2012
LLLCYY-.I

:;!iL;;; ?'.;,>

"

I

.;r.w;,-.: ..-.
:!>

'"

m-=-.rr-.

.


..

...

.

m

;;,::~?!'>?m~b~:tl!

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian

: Pengembangan Aclive Learning Problent Sheets (ALPS Kit)
Momentum Linier Disertai Context Rich Problem (CRP)
Dalam Pembelajaran Fisika Dasar Di FMlPA UNP.

Bidangllmu
Ketua Peneliti

I . Nama Lengkap
2. N I P N K
3. NIDN
4. Pangkat/Golongan
5. Jabatan Fungsional
6. Fakultas/Jurusan
7. Pusat Penelitian
8. Alamat Institusi
9. Telpon/Faks/E-mail

: Pendidikan

: Dra. Ermaniati Ramli
: 19500802 197503 2 00 1
: 0002085005
: Pembina, Lektor Kepalal IV a
: Dosen
: FMIPA/JurusanFisika.
: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang
: JI. Prof. Hamka Kampus UNP Air Tawar Padang

: 075 1 70574201075 17051260 Fax 075 1 7055628

Biaya yang diusulkan

: Rp. 15.000.000,( lima belas juta rupiah)

Mengetahui

Padang, 26 Desember 20 12

NIP. 196105 10198703 1 0 2 0

NIP. 19500802 197503 2 001

Menyetujui
Ketua Lembaga Penelitian
Universitas Negeri Padang

ri Bentri, M.Pd)


-

ABSTRAK
Ermaniati Ramli, 2012. Pengembangan Active Learning Problem Sheet (ALPS) Kit
Momentum Linier Disertai Cotext Rich Problem (CRP) Dalam Pembelajaran Fisika Dasar Di
FMIPA UNP.
Mekanika adalah salah satu materi yang dibahas dalam mata kuliah Fisika Dasar.
Dinamika Partikel adalah bahagian dari mekanika yang mempelajari tentang gerak bends/
sistem dan gaya-gaya penyebabnya. Pemaharnan Momentum Linier mendasari pernahaman
tentang Mekanika secara keseluruhan. Berdasarkan hasil pengamatan pada saat membina
mata kuliah Fisika Dasar, mahasiswa belurn memperlihatkan kemandiriannya dalam
pembelajaran fisika. Hal ini terlihat dari motivasi dan aktivitas yang belum memadai. Masalah
utama mahasiswa, terkait kesulitan dalam menyatakan (mengidentifikasi) jenis-jenis gaya dan
menggambarkan vektor baik gaya maupun momentum yang bekerja pada suatu benda, sistem
di lingkungan tertentu. Untuk menanggulangi kesulitan tersebut diperlukan fasilitas tertentu
dalam pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu fasilitas ALPS Kit
Momentum Linier yang valid, praktis dan efektif dalam pembelajaran Fisika Dasar di FMIPA
UNP.
Metode penelitian ini menggunakan Pendekatan Penelitian Pengembangan
(Development and Research) dan model pengembangan ID1 (Instructional Development

Institute). Penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu; tahap analisis muka-belakangwont-end
analysis), tahap prototype dan tahap penilaian (assessment). Tahap analisis muka-belakang
meliputi kegiatan analisis materi dan menganalisis buku-buku Fisika tentang, Momentum
Linier, mengkaji ulang literatur tentang lembaran kerja dan ALPS Kit, sharing dengan tim
dosen Fisika Dasar, serta mempelajari karakteristik materi, sehingga diperoleh prototipe
ALPS Kit Momentum Linier. Tahap penilaian prototipe ALPS Kit Momentum Linier
divalidasi oleh tiga orang pakar (dosen sangat berpengalarnan dalam pembelajaran Fisika
Dasar ) tentang konstruk dan isi. Setelah dilakukan revisi tentang konstruk dan isi, dan
dinyatakan valid oleh validator, ALPS Kit Momentum Linier diujicobakan dalam proses
pembelajaran terhadap mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNP semester I
tahun 2012. Hal ini bertujuan untuk menyelidiki praktikalitas dan efektivitas produk.
Kepraktisan ALPS Kit Momentum Linier dilihat dari pemakaiannya dalarn proses
pernbelajaran. Keefektifan ALPS Kit Momentum Linier diperhatikan dari keterlaksanaannya
dalam proses pembelajaran.
Uji coba diarnati oleh dua orang observer. Intrurnen pengurnpulan data berupa lembaran
validasi untuk validator, lembaran angket tentang praktikalitas dan efektivitas untuk observer
dm mahasiswa. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) ALPS Kit Momentum Linier yang dirancang
sangat valid menurut pakar konstruk dan isi serta pakar pendidikan fisika; (2) ALPS Kit
Momentum Linier memenuhi kriteria praktikalitas yang mana dosen dan mahasiswa

menyatakan sangat praktis. (3) ALPS Kit Momentum Linier efektif digunakan dalam
pembelajaran, yang ditunjukkan dari keantusiasan, motivasi, aktivitas serta kerjasama
mahasiswa yang optimal selama proses pembelaiaran.
..
11

PENGANTAR
Kegiatan penelitian mendukung pengembangan ilmu serta terapannya. Dalam ha1 ini,
Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang berusaha mendorong dosen untuk melakukan
penelitian sebagai bagian integral dari kegiatan mengajamya, baik yang secara langsung
dibiayai oleh dana Universitas Negeri Padang maupun dana dari sumber lain yang relevan
atau bekej a sama dengan instansi terkait.
Sehubungan dengan itu, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang bekejasama
dengan Pimpinan Universitas, telah memfasilitasi peneliti untuk melaksanakan penelitian
tentang Pengembangan "Active Learning Problem Sheetn (ALPS) Kit Momentum
Linear Disertai "Context Rich Problem" (CRP) Dalam Pembelajaran Fisika Dasar Di
FMIPA UNP, sesuai dengan Surat Penugasan Pelaksanaan Penelitian Dosen Madya
Universitas Negeri Padang Tahun Anggaran 20 12 Nomor : 7 15/UN3 5.2/PG/20 12 Tanggal 3
Desember 2012.
Kami menyambut gembira usaha yang dilakukan peneliti untuk menjawab berbagai

permasalahan pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian
tersebut diatas. Dengan selesainya penelitian ini, Lembaga Penelitian Universitas Negeri
Padang akan dapat memberikan informasi yang dapat dipakai sebagai bagian upaya penting
dalam peningkatan mutu pendidikan pada urnurnnya. Disamping itu, hasil penelitian ini juga
diharapkan memberikan masukan bagi instansi terkait dalam rangka penyusunan kebijakan
pembangunan.
Hasil penelitian ini telah ditelaah oleh tim pembahas usul dan laporan penelitian,
kemudian untuk tujuan diseminasi, hasil penelitian ini telah diseminarkan ditingkat
Universitas. Mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pada
umurnnya dan khususnya peningkatan mutu staf akademik Universitas Negeri Padang.
Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terirna kasih kepada berbagai pihak
yang membantu terlaksananya penelitian ini, terutarna kepada pimpinan lembaga terkait yang
menjadi objek penelitian, responden yang menjadi sampel penelitian, dan tirn pereviu
Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang. Secara khusus, karni menyampaikan terima
kasih kepada Rektor Universitas Negeri Padang yang telah berkenan member bantuan
pendanaan bagi penelitian ini. Karni yakin tanpa dedikasi clan kerjasama yang tejalin seIama
ini, penelitian ini tidak akan dapat diselesaikan sebagaimana yang diharapkan dan semoga
kejasama yang baik ini akan menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Terirna kasih.
Desember 2012

.Ketua Lembaga Penelitian
,. Universitas Negeri Padang,
,Padang,

,Y

/
++
'I

' \

-

Dr. Alwen Bentri, M.Pd
NIP. 19610722198602 1 002

DAFTAR IS1

halarnan


I
I

HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK

~

I

I

...

KATA PENGANTAR

111

DAFTAR IS1

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

iv
vi

BAB I PENDAHULUAN
!

1

..
11

...

Vlll

ix

1

........................................................................1
B. Rumusan Penelitian ....................................................................
5
C. Tujuan Penelitian
......................................................................5
D. Spesifikasi Produk .....................................................................-5
-6
E. Manfaat Penelitian .....................................................................

A.

Latar Belakang

BAB I1 KAJIAN PUSTAKA
A.

B.

C.

Kajian Teori
..........................................................................
-7
1. Pembelajaran dan karakteristik pembelajaran fisika ..........................-7
9
2. Aktifrtas dalarn pembelajaran ....................................................
3. Karakteristik materi momentum linier
........................................11
4. Lembaran kerja ..................................................................
-12
5. Active Learning Problem Sheets Kit (ALPS) Kit
...........................12
ALPS Kit Momentum Linier
.......................................................13
I . Context Rich Problem (CRP) dan Karakteristiknya .........................15
2. Proses pembelajaran menggunakan ALPS Kit ...............................17
3. Kualitas ALPS Kit .............................................................. -18
Penelitian yang Relevan
...........................................................-19

BAB 111METODE PENELITIAN
A.

B.
C.
D.
E.

F.

7

21

Model pengembangan
...........................................................21
Rancangan pengembangan
......................................................21
Prosedur pengembangan
.........................................................21
Waktu dan Lokasi Penelitian
.......................................................25
........................................25
Teknik Pengumpulan Data dan Instnunen
1. Data
................................................................................25
2. Teknik pengumpulan data
.....................................................-25
3. Instnunen
........................................................................-25
Teknik Analisis Data ..................................................................
27
1. Validasi ALPS Kit momentum linier .........................................-27

2 . Kepraktisan ALPS Kit momentum linier
....................................28
3 . Keefektifan ALPS Kit ............................................................
29
4. Dokumen lembaran jawaban tentang ALPS Kit momentum linier ........30
BAB IV . Hasil Penelitian dan Pembahasan
A.
B.
C.
D.

Hasil Tahap Analisis Muka Belakang (front-end analysis) .....................31
Prototipe ALPS Kit Momentum Linier ............................................ 36
Revisi ALPS Kit
.................................................................... -72
Pembahasan ..........................
.
.
.......................................... -73

BAB V KESIMPULAN. IMPLIKASI DAN SARAN
A.

B.
C.

31

81

Kesimpulan
.......................................................................... 81
Implikasi
.............................................................................
-82
Saran
...................................................................................83

DAFTAR RUJUKAN

84

LAMPIRAN

86

Tabel 1

Teknik pengumpulan data dan instrumen setiap tahap penelitian

Tabel 2

Kategori skor setiap item menurut skala Likert

Tabel 3

Kategori hasil validasi yang diperoleh Validator

Tabel 4

Kategori skor setiap item menurut skala Likert

Tabel 5

Kategori hasil praktikaiitas

i

Tabel 6

Kategori skor setiap item menurut skala Likert

I

Tabel 7

Kategori hasil keefektifan

Tabel 8

Pokok Bahasan, Sub Pokok Bahasan Serta Jenis Kegiatan

I

I
I

I
I

Pada ALPS Ki Momentum Liniert
Tabel 9
I

I

Deskripsi Hasil Validasi Konstruk ALPS Kit Momentum Linier

Tabel 10 Deskripsi Hasil Validasi Isi ALPS Kit Momentum Linier
Tabel 11 Skor dan Nilai Validitas ALPS Kit Momentum Linier
Tabel 12 Nilai Validitas ALPS Kit Momentum Linier, Berdasarkan

Kriterial Syarat-syarat
Tabel 13 Kesan Dan Saran Validator Tentang Alps Kit
Momentum Linier
Tabel 14 Deskripsi Hasil Praktikalisasi ALPS Kit Momentum Linier
Tabel 15 Skor Dan Nilai Praktikalitas ALPS Kit Momentum Linier
(observer)
Tabel 16 Skor Dan Nilai Praktikalitas ALPS Kit Momentum Linier
(mahasiswa)
Tabel 17 Rekapitulasi Nilai Praktikalitas ALPS Kit Momentum Linier
Tabel 18 Kesan Dan Saran Mahasiswa Tentang Praktikalitas
ALPS Kit Momentum Linier
Tabel 19 Deskripsi Hasil Observasi Efektivitas ALPS Kit

Momentum Linier

Tabel 20 Skor d m Nilai Efektivitas ALPS Kit
Momentum Linier (Observer)

Tabel 21

Skor d m Nilai Efektifitas ALPS Kit
Momentum Linier (Mahasiswa)

Tabel 22 Rekapitulasi Nilai Setiap Kriteria Efehivitas
ALPS Kit Dinarnika Partikel

Tabel 23 Kesan Dan Saran Mahasiswa Tentang Efektivitas
ALPS Kit Momentum Linier

vii

-

Gambar 1

Rancangan Penelitian (adopsi dari Fauzan,2002:63)

Gambar 2

Validitas konstruk oleh tiga validator

Gambar 3

Validitas isi oleh masing-masing validator

Gambar 4

Validitas konstruk dan isi oleh ketiga validator

Gambar 5

Nilai Praktikalitas ALPS Kit Momentum L i e r
Oleh Observer

Gambar 6

Nilai Praktikalitas Lembaran Keja Momentum Linier
Oleh Mahasiswa

Gambar 7

Rekapitulasi Nilai Setiap Kriteria dan Rata-rata
Praktikalitas ALPS Kit Momentum Linier

Gambar 8

Nilai Praktikalitas oleh observer dan Mahusiswa
Serta Rata-rata

Gambar 9

Nilai Efektivitas ALPS Kit Momentum Linier
Oleh Observer

Gambar 10 Nilai Efektifitas ALPS Kit Momentum Linier
Gambar 11 Rekapitulasi Nilai Setiap Kriteria Dan Rata-rata

Efektifitas ALPS Kit
Gambar 12 Nilai Efektivitas ALPS Kit Momentum Linier

Oleh Observer dan Mahasiswa

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Validitas ALPS Kit Momentum Linier
Lampiran 2 Lembaran Validasi Kontruk Dan Isi Rancangan
Alps Kit Momentum Linier
Lampiran 3 Kisi-Kisi Praktikalitas ALPS Kit Momentum Linier
Lampiran 4 Lembaran Penilaian Praktikalitas
Alps Kit Alps Kit Momentum Linier
Lampiran 5 Kisi-Kisi Efektifitas ALPS Kit Momentum Linier
Lampiran 6 Lembaran Obsewasi Efektivitas
Alps Kit Momentum Linier
Lampiran 7 Lembaran Penilaian Praktikalitas
Alps Kit Momentum Linier
Lampiran 8 Lembaran Obsewasi Efektivitas
Alps Kit Momentum Linier
Lampiran 9 Alps Kit Momentum Linier

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika Dasar adalah salah satu mata kuliah yang mempelajari dasar-dasar fisika
sehubungan materi mekanika, kelistrikan dan kemagnetan, konsep suhu dan kalor,
gelombang dan optik serta Jisika modern. Salah satu pokok bahasan pada mata
kuliah Fisika Dasar adalah mekanika, yang membahas tentang keadaan dan sifatsifat gerak suatu bendd sistem sehubungan dengan lingkungannya. Bagian dari
mekanika yang khusus membahas tentang gerak suatu bendd sistem sehubungan
dengan gaya-gaya yang menyebabkannya disebut dinamika. Pembahasan tentang
dinamika dititikberatkan pada jenis-jenis dan sifat-sifat gaya yang bekerja serta
pengaruhnya terhadap gerak suatu bendal sistem. Sifat dan kondisi gaya-gaya yang
mempengaruhi suatu bendd sistem sangat tergantung pada lingkungan dimana
bendaf sistem itu berada. Oleh karena itu untuk dapat memahahami keadaan dan
sifat gerak suatu bendd sistem, maka bagaimana dan seperti apa gaya-gaya itu
mempengaruhi suatu bendat sistem harus diilustrasikan dengan gambar atau
diagram. Masalah dinamika akan dapat diselesaikan dengan optimal bila mahasiswa
betul-betul telah memahami tentang gaya sebagai vektor dan memahami berbagai
hukurn Newton tentang gerak serta aplikasinya.
Berdasarkan pengamatan dalam membina mata kuliah fisika dasar,
kelihatannya

mahasiswa

belum

memperlihatkan

kemandiriannya

dalam

pembelajaran fisika, ditandai oleh motivasi dan aktivitasnya yang belum memadai.
Hal ini mengakibatkan mahasiswa tidak mampu menerapkan konsep-konsep fisika
yang telah dipelajarinya untuk menjelaskan fenomena fisis yang biasa ditemui
dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa cenderung dapat menyelesaikan soal-soal
fisika yang berbentuk perhitungan sederhana, namun sedikit sekali dapat
menyelesaikan soal-soal yang menuntut pemahaman konsep dan keterkaitan antar
konsep. Sebagian mahasiswa yang dapat menyelesaikan soal-soal tentang
pemahaman keterkaitan antar konsep, namun bila diubah bentuk atau maksud
pertanyaannya, mereka mengalami kesulitan. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa pemahaman mahasiswa tentang fisika belum bermakna. Setelah ditelusuri,
ternyata ha1 ini disebabkan mereka terlatih mengerjakan soal-soal seperti itu.

Berdasarkan kenyataan ini, mampu mengerjakan soal fsika belum dapat dijadikan
sebagai ukuran bahwa mahasiswa telah memahami fisika.
Salah satu usaha untuk menanggulangi kesulitan mahasiswa dalam belajar
adalah dengan perancangan suatu fasilitas pembelajaran yang dapat membuat
mahasiswa beraktivitas dan melakukan interaksi aktif dalam menemukan dan
memahami konsep, prinsip-prinsip dan hukum-hukum yang berlaku. Tujuannya
agar mahasiswa mempunyai rasa percaya diri dalarn memecahkan masalah fisika.
Salah satu fasilitas yang diperkirakan praktis dapat membuat peserta didik
melakukan berbagai aktivitasl interaksi aktif dalam proses pembelajaran
sehubungan karakteritik materi dinamika partikel ini adalah Active Learning

Problem Sheet (ALPS). ALPS adalah suatu kit lembaran kerja yang
memungkinkan peserta didik melakukan pembelajaran aktif. Alasan bahwa fasilitas
yang ditawarkan berupa lembaran kerja adalah sebagai berikut:

1. Pengalaman dan pengamatan selama membina mata pelajaran fisika di SMA
PPSP IKIP Padang pada tahun delapan puluhan, pembelajarannya menggunakan
sistem modul, dengan lembaran kegiatan, lembaran krja dan perangkat lainnya.
Lembaran kerja itu berisi pertanyaan-pertanyaanl perintah-perintah sehubungan
dengan fenomena fisis yang sering ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Lembaran kerja dibuat sedemikian rupa, sehingga siswa termotivasi untuk
membaca, bernalar, berpikir kritis, kreatif dan analitis.
2. Demi kelancaran proses pembelajaran sebagai usaha mengatasi kesulitan seperti
diuraikan di atas, pada tahun 2006 telah dicoba merancang suatu lebaran kerja
sederhana. Lembaran kerja tersebut terdiri dari isu (pernyataan-pernyataan)
tentang suatu fenomena fisis sehari-hari, diikuti oleh pertanyaanl perintah yang
akan direspon mahasiswa agar mereka memahami fenomena tersebut.
Kenyataannya

sebagian

besar

mahasiswa

sangat

antusias

dalam

menggunakannya, bahkan ada beberapa diantaranya yang menuntut; "apakah

untuk materi berikutnya ada lembaran kerja seperti ini Iagi". Lembaran kerja
tersebut dibuat secara insidentil, artinya lahir dari inspirasi spontan dalam usaha
mencari cara penanggulangan masalah di atas. Jadi terciptanya lembaran kerja
itu belum berdasarkan aturan-aturan yang berlaku, namun kenyataannya
mendapat perhatian yang positif dari mahasiswa. Hal inilah salah satu yang

sangat memperkuat hasrat untuk mengembangkan lembaran kerja momentum
linier ini menjadi lembaran kerja yang optimal.
3. Sumber-sumber belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik dewasa ini
sangat banyak, baik bentuk maupun jenisnya, seperti buku-buku teks, media
elektronik, TV, Internet dan alam sekitar. Pendidikan di perguruan tinggi
merupakan pendidikan orang dewasa, bahwa orang dewasa biasanya mampu

mengarahkan dirinya sendiri, dapat memifih yang febih baik sesuai dengan
kebutuhannya. Mahasiswa sebagai peserta didik dewasa dapat memilih sumber
belajar yang disukainya. Penerapan fasilitas berupa lembaran kerja yang
diberikan pada mahasiswa, diharapkan dapat lebih mengoptimalkan proses
pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, maka fasilitas yang memungkinkan dapat
membuat mahasiswa melakukan berbagai aktivitas dalarn proses pembelajaran
adalah lembaran kerja. Suatu yang perlu diperhatikan adalah bagaimana

merancang suatu fembaran kerja agar dapat membuat peserta didik tennotivasi
dan melakukan berbagai aktivitas dalam belajar sehingga apa yang dipelajarinya
menjadi bennakna. Aktivitas seperti apa yang dapat dimunculkan mahasiswa dalam
proses pembelajaran, sangat tergantung pada bentuk representasi konsep-konsep
fisis yang hams diungkapkannya setelah belajar berdasarkan apa yang dituntut
dalam lembaran kerja.
A. Van Heuvelen dari Ohio State University mengembangkan suatu Kit
Kumpulan Persoalan-persoalan Konseptual Fisika yang dikenal dengan ALPS Kit.
ALPS Kit dirancang berdasarkan indikator-indikator yang diharapkan dari suatu
pembelajaran dan dikonstruksi dalam berbagai macam representrasi yang
memungkinkan terjadinya interaksi aktif, baik antara mahasiswa dengan dosen,
maupun antara mahasiswa dengan sesamanya. Jadi melalui berbagai representasi
konsep-konsep fisika tersebut diharapkan dapat memunculkan berbagai aktivitas
mahasiswa selama proses pembelajaran. Karakteristik dari ALPS Kit ini juga cocok
sebagai alat bantu untuk memonitor tingkat pemahaman siswa sesuai dengan apa
yang dikemukakan oleh Y. R. Tayubi, dkk (2005) sebagai berikut: "Karakteristik
persoalan yang dikonstruksi dalam ALPS Kit memenuhi kriteria instrumen yang
dibutuhkan untuk memonitor tingkat pemahaman mahasiswa".

Context rich problem adalah soal yang dibuat sedemikian rupa berbentuk

cerita pendek tentang fenomena-fenomena fisis yang biasa ditemui mahasiswa
dalam

kehidupan

sehari-hari

dengan

karakteristik

sebagai

berikut:

(a)

memungkinkan mahasiswa termotivasi mtuk mempertimbangkan penggunaan
konsep-konsep fisika pada konteks objek yang sesungguhnya dalam keadaan yang
sebenarnya; (b) memandang bahwa pemecahan masalah merupakan suatu
rangkaian keputusan; (c) menggunakan konsep-konsep fundamental untuk
menganalisis secara kualitatif sebelum melakukan perhitungan matematis.
Salah satu cara agar mahasiswa dapat menerapkan konsep-konsep yang telah
dipelajarinya, maka perlu diperkenalkan (diilustrasikan) beberapa fenomena fisis
yang relevan clan biasa ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bertujuan agar;
a) mahasiswa termotivasi dan berusaha dapat menerapkan konsep-konsep fisika
yang telah dipelajarinya dalam menjelaskan fenomena tersebut, b) konsep-konsep
yang telah dipelajari tidak merupakan konsep-konsep lepas yang tidak punya
keterkaitan satu sama lain, c) untuk melatih kemampuan mentransfer ide-idenya
pada contoh-contoh fenomena fisis dengan menggunakan konsep-konsep inti
sehingga pada akhirnya mereka mempunyai keterarnpilan memecahkan masalah
fisika. Oleh sebab itu, context rich problem diperkirakan cocok sebagai suatu
bentuk soal untuk mengaplikasikan konsep-konsep fisika bagi mahasiswa karena
context rich problem bersifat melatih cara berpikir tingkat tinggi, yaitu berpikir

kritis, kreatif dan analitis. Context rich problem akan digunakan sebagai
pemantapan pemahaman dalam rangka melatih mahasiswa dalam menyelesaikan
fenomena fisis sehari-hari. Berdasarkan latar belakang dan penjelasan yang
dikemukakan di atas, maka akan dilakukan penelitian berjudul: Pengembangan
Active Learning Problem Sheets (ALPS Kit) Momentum Linier Disertai Context
Rich Problem (CRP) Dalam Pembelajaran Fisika Dasar Di FMIPA UNP. ALPS Kit

ini akan digunakan sebagai salah satu perangkat dalam pembelajaran Fisika Dasar.
Oleh sebab itu sangat diharapkan mempunyai, validitas, praktikalitas dan efektiJitas
yang tinggi.

B. Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah pengembangan Active Learning

Problem Sheets (ALPS Kit) Momentum Linier Disertai Context Rich Problem
(CRP) dalarn Pembelajaran Fisika Dasar Di FMIPA memiliki validitas,
praktikalitas dan efektivitas yang baik?

C. Tujuan Penelitian
Secara urnurn tujuan penelitian ini adalah menghasilkan suatu kit Lembaran
Kerja (ALPS Kit) untuk membantu mahasiswa meningkatkan pemahaman konsep
Momentum Linier. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang:

1. Validitas ALPS Kit Momentum Linier, agar dapat digunakan dalarn
pembelajaran Fisika Dasar.

2. Praktikalitas ALPS Kit Momentum Linier, dalam penggunaannya pada proses
pembelajaran Fisika Dasar.

3. Efektiviitas ALPS Kit Momentum Linier, dalam penggunaannya pada proses
pembelajaran Fisika Dasar.

D. Spesifikasi Produk
Melalui penelitian ini diharapkan akan dihasilkan suatu ALPS Kit Momentum
Linier tentang konsep impuls d m momentum linier dengan karakteristik sebagai
beriku t:

1. ALPS Kit terdiri dari komponen-komponen antara lain ;
a. Petunjuk mengenai topik yang akan dibahas, pengarahan umurn, waktu yang
tersedia untuk mengerjakannya.

b. Rurnusan tujuan pembelajaran
c. Pokok-pokok materi dan uraian ringkasnya.
d. Prosedur kegiatan.

2. ALPS Kit dirancang berdasarkan berbagai pertirnbangan, antara lain:
a. Mengikuti persyaratan penyusunan dan pembuatan lembaran kerja, antara lain
syarat didaktik, syarat konstruksi d m syarat teknis.
b. Berdasarkan indikator-indikator yang diharapkan

c. Dikembangkan sesuai karakteristik materi dan sub materi pembelajaran.

d. Tampilan dapat berupa gagasan, pernyataan, maupun pertanyaan atau
perintah disertai gambar, misalnya gambar vektor, gambar lintasan, gambar
bendd sistem yang mengilustrasikan gerakan bendd sistem dan lain-lain.
e. Dapat digunakan dalam berbagai sesi pembelajaran, antara lain :
Sebagai media pembelajaran dalam penanaman konsep
Sebagai bahan diskusi dalam sesi tutorial dalam usaha pemantapan
pemaharnan konsep.
Sebagai pelengkap dalam pemantapan konsep agar terampil memecahkan
masalah-masalah fisika.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai:
1. Pedoman dan bahan pertimbangan bagi guru dan Dosen Fisika Dasar dalam
merancang perangkat lembaran keja.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dan dosen dalam memilih bentuk-bentuk
soal untuk melatih peserta didik berpikir tingkat tinggi.

3. Sebagai referensi bagi dosen-dosen dan peneliti laimya dalarn mengembangkan

fasilitas pembelajaran.

BAB I1
KAJlAN PUSTAKA
A.

Kajian Teori

1. Pembelajaran dan Karakteristik Pembelajaran Fisika
Kurikulum

Berbasis

Kompetensi

(KBK)

mengisyaratkan adanya

pergeseran fungsi guru/ dosen sebagai pemberi informasi beralih kepada
pemberi fasilitas Wsilitator), motivator, moderator, mediator, supervisor dalam
pembelajaran. Sehubungan dengan h g s i guru/ dosen sebagai fasilitator, sesuai
pandangan ilmu jiwa modem, Sardiman (2006:99) mengemukakan bahwa
"peserta didik dipandang sebagai organisme yang mempunyai potensi untuk
berkembang. Tugas guru/ dosen adalah membimbing dan menyediakan kondisikondisi agar peserta didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya".
Artinya guru/ dosen menyediakan fasilitas, namun yang mengolah dan mencema
adalah peserta didik, sesuai dengan bakat, kemampuan serta latar belakangnya
masing-masing. Guru, dosen sebagai motivator berfungsi

untuk memberi

dorongan pada peserta didik dalam usaha mencapai kompetensi-kompetensi
yang diharapkan. Sardiman (2006%) mengemukakan ada tiga fungsi motivasi
yang mempengaruhi adanya kegiatan atau aktifitas dalam belajar, yaitu: "a.)
mendorong peserta didik untuk berbuat, b) menentukan arah perbuatan, c)
menyeleksi perbuatan untuk mencapai tujuan".

Jadi bila guru/ dosen

memperhatikan dan melaksanakan ketiga ha1 tersebut berarti fungsi guru sebagai
motivator, moderator dan mediator telah tercakup. Dengan kata lain jika guru/
dosen dapat memberikan fasilitas dan motivasi yang tepat pada peserta didik
dalam pembelajaran, maka fungsi guru/ dosen sebagai fasilitator, motivator,
moderator, mediator dan supervisor akan dapat dilaksanakan dengan baik.
Pembelajaran menurut KBK berorientasi pada masalah nyata dalam
kehidupan peserta didik (kontekual), dimana pengetahuan dikonstruksi sendiri
oleh peserta didik menggunakan pendekatan konstruktivis, sesuai dengan proses
belajar yang dialaminya. Pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman dan
pengamatan sendiri biasanya lebih memberikan kesan yang berarti bagi
seseorang dan membuatnya lebih bersemangat untuk melakukan yang lebih baik

lagi. Sehubungan dengan ini Rosseau dalam Sardiman (2007; 96-97)
menyatakan bahwa "segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan
sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri,

..................." , sehingga dirasakan sebagai sesuatu yang bermakna. Belajar
tanpa adanya aktivitas adalah ngaur, tidak pernah terjadi. Seseorang akan
berpikir seiring dengan apa yang dilakukannya. Untuk menciptakan proses
pembelajaran yang bermakna clan optimal, peran guru/ dosen yang kreatif dan
inovatif sangat diperlukan, dimana kemampuan guru/ dosen dalam merancang
pembelajaran lebih diutamakan. Sesuai dengan paham konstruktivisme dan
peran guru/ dosen dalam pembelajaran, maka agar peserta didik dapat
membangun sendiri pengetahuannya secara optimal, maka guru1 dosen
diharapkan dapat merancang suatu fasilitas pembelajaran sedemikian rupa
sehingga merangsang dan membangkitkan aktivitas peserta didik. Adanya
fasilitas yang bersifat merangsang dan membangkitkan aktifitas, serta terarah,
akan mendorong mahasiswa untuk mencari informasi dari berbagai surnber yang
memungkinkan, selanjutnya mereka melakukan elaborasi, kolaborasi dan diskusi
sehingga mahasiswa akan merasakan pembelajarannya lebih bermakna.
Fisika adalah ilmu yang dikembangkan berdasarkan hasil pengamatan
tentang fenomena fisis yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. Jadi
karakteristik fisika yang juga sesuai dengan tuntutan KBK mengisyaratkan
bahwa pembelajaran fisika seharusnya bersifat kontektual dan kostruktivis.
Justru karena itu pembelajaran fisika dirancang sedemikian rupa sehingga

peserta didik termotivasi dan melakukan berbagai aklifitas dalam proses
pembelajaran. Hal ini menuntut para pendidik agar mampu merancang proses
pembelajaran yang optimal dan disertai dengan fasilitas pembelajaran. Salah
satu fasilitas yang diperkirakan praktis dapat membuat peserta didik dapat
melakukan berbagai aktifitas dalam proses pembelajaran adalah berupa

lembaran kerja. Masalah utarna adalah bagaimana merancang suatu lembaran
kerja agar dapat membuat peserta didik termotivasi dan melakukan berbagai
aktifitas dalam belajar sehingga apa yang dipelajarinya menjadi bermakna.
Aktifitas seperti apa yang dapat dimunculkan peserta didik dalam proses
pembelajaran, sangat tergantung pada bentuk representasi konsep-konsep yang

harus diungkapkan mahasiswa dalam lembaran kerja. Hal ini sangat

tergantung pada kompetensil tujuan pembelajaran serta karakteristik materi
terkait.
Aktivitas dalam pembelajaran

Pembelajaran adalah merupakan suatu proses yang dilakukan oleh dua
pihak, yaitu peserta didik dan pendidik. Masing-masingnya melakukan kegiatd
aktivitas yang berbeda, namun sasarannya adalah sama yaitu agar peserta didik
dapat belajar secara optimal serta memperoleh hasil sebagaimana yang
diharapkan. Aktivitas adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik

dan pendidik dalam proses pembelajaran. Jadi aktivitas adalah merupakan
prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi proses pembelajaran.
Paul B. Diedrich dalam Sardirnan ( 2006: 101) menggolongkan kegiatan/
aktivitas peserta didik dalam belajar seperti berikut:
1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekejam orang lain.
2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato.
4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin.
5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat graf~k,peta, diagram.
6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bemain, berkebun,
beternak.
7. Mental activifies, sebagai contoh: menanggapi, mengingat, memecahkan
soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8. Emotional activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Kutipan di atas menyatakan bahwa berbagai macam aktivitas dapat dilakukan
peserta didik dalam proses pembelajaran, baik aktivitas fisik maupun aktivitas
mental. Alternatif aktivitas mana dan seperti apa yang akan muncul tergantung
dengan kompetensil tujuan pembelajaran dan karakteristik materi. Selanjutnya
untuk menunjang ha1 ini Paul (1997) mengemukakan bahwa, "mahasiswa
seharusnya diberi pengalaman memanipulasi objek, memecahkan persoalan,
mencari jawaban, menggambarkan, meneliti, melakukan refleksi, berdialog,

mengungkapkan pertanyaan, mengekspresikan gagasan, dan lain-lain untuk
membangun pengetahuan bard'.
Peserta didik akan berpikir sesuai dengan aktifitas yang dilakukannya
terkait dengan apa yang diamatinya. Sehubungan ha1 ini Peaget dalam Sardiman
(2006: 100) menyatakan bahwa, "seorang anak befikir sepanjang ia berbuat".
Tanpa perbuatan atau aktifitas berarti anak tidak berpikir". Artinya semakin
banyak anak beraktifitas dan semakin bervariasi aktivitas yang dilakukannya,
maka proses berpikirnya akan semakin meningkat dan berkembang. Menurut
paham konstruktivisme, peserta didik akan membentuk pengetahuannya bila
dihadapkan pada suatu kontek yang sering ditemuinya dalam kehidupan seharihari, seperti mengamati tentang suatu benda. Pengamatan tentang sesuatu benda
memungkinkan timbulnya berbagai aktifitas peserta didik dalam proses belajar.
Selanjutnya apa dan bagaimana pemahaman anak tentang sesuatu yang
diperolehnya berdasarkan aktifitas-aktifitas tersebut seyogianya didiskusikan
kepada teman-temannya atau orang lain sehingga apa yang diperolehnya itu
menjadi bermakna. Hal ini sejalan dengan pendapat Cobb(1994) dalam Paul
(1997:46), menyatakan bahwa, "aktivitas mengerti selalu dipengaruhi oleh
partisipasi seseorang dalam praktek-praktek sosial dan kultural yang ada; situasi
sekolah, masyarakat, teman dan lain-lain". Sehubungan dengan ini Vygotsky
juga menekankan pentingnya interaksi sosial dengan orang-orang lain terutarna
yang mempunyai pengetahuan lebih dan sistern yang secara kultural telah
berkembang dengan baik (Cobb, 1996) dalam Paul (1997). Komunikasi verbal
dan berdialog bagi mahasiswa perlu dilatih dengan melakukan interaksi aktif
melalui diskusi dalam proses pembelajaran agar cara berpikirnya menjadi lebih
matang. Kematangan anak dalam berpikir inilah yang akan membawa anak
tersebut mempunyai keterampilan hidup (life skill) yang dapat diandalkan
menuju masa depannya. Jadi belajar bukan hanya sekedar learning to know, tapi
hams dikembangkan menjadi learning to do, learning to be, selanjutnya
learning to live together.
Usaha untuk mewujudkan pembelajaran seperti harapan di atas, salah
satunya dapat dilakukan dengan pemberian suatu fasilitas sedemikian rupa yang
memungkinkan peserta didik dapat beraktivitas selama proses pembelajaran.

Bagaimana dan seperti apa fasilitas yang disediakan pendidik tergantung pada
kompetensil tujuan pembelajarannya dan karakteristik materi. Jadi pembelajaran
kontektual dan konstruktivis mengisyaratkan bahwa fasilitas yang disediakan
diharapkan barisikan peristiwa atau fenomena fisis sehari-hari yang hams
dipahami oleh mahasiswa sesuai kompetensi dan materi terkait. Suatu peristiwa
atau fenomena akan dapat dipahami bila seseorang mengetahui konsep-konsep
dan keterkaitan antar konsep-konsep sehubungan peristiwa tersebut. Oleh sebab
itu untuk dapat memahami konsep-konsep, maka perlu adanya perintah-perintah
atau pertanyaan-pertanyaan terkait fenomena. Perintah atau pertanyaan itu
bersifat mengarahkan dan memungkinkan terjadinya komunikasi timbal balik
sesama mereka dalam memahami fenomena tersebut.
Pendapat-pendapat di atas hams dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

memilih atau merancang fasilitas yang akan diberikan pada peserta didik agar
dapat dirnanfaatkan secara efektif, antara lain:

1). Apa jenis atau bentuk fasilitas yang akan diberikan, agar peserta didik dapat
melakukan berbagai aktivitas selama proses pembelajaran. Maksudnya
apakah fasilitas itu memungkinkan dapat mendorong peserta didik untuk
berbuat, kearah mana dan seperti apa agar sesuai dengan kompetensil
tujuan pembelajaran.

2). Bagaimana kualitasl konstruksi fasilitas yang akan diberikan, agar peserta
didik dapat

melakukan berbagai aktivitas selama proses pembelajaran.

Artinya setelah menggunakan fasilitas tersebut peserta didik merasakan
proses pembelajarannya lebih bermakna.

3. Karakteristik Materi Momentum Linier
Momentum Linier adalah salah satu bahagian dari dinamika partikel yang
mempelajari gerak suatu bendd sistem, sehubungan dengan kuantitas gerak
yang terjadi. Kuantitas gerak suatu bendal sistem tergantung pada massa dan
kecepatan gerak bendd system tersebut. Momentum Linier sarna seperti halnya
gaya adalah merupakan besaran vektor yang arahnya ditentukan oleh arah
gerak. Pembahasan tentang momentum linier suatu benddsistem yang bergerak
diawali dengan adanya impuls gaya bekerja serta pengaruhnya terhadap gerak
bendd sistem tersebut. Sifat dan kondisi gerak suatu bendd sistem sangat

tergantung pada lingkungan dimana bendd sistem itu berada. Oleh karena itu
untuk dapat memahami keadaan dan sifat

gerak suatu bendd system,

mahasiswa diharapkan dapat menggambarkan momentum benda atau
momentum bahagian-bahagian system. Mahasiswa juga diharapkan dapat
manghubungkan keadaan dan sifat gerak suatu bendd system dengan hukumhukum Newton yang berlaku. maka bagaimana dan seperti apa gaya-gaya
mempengaruhi suatu bendd sistem hams diilustrasikan dengan gambar atau

skema. Oleh sebab itu mahasiswa sangat diharapkan dapat menggambarkan
momentum, perubahan momentum dan impuls yang bekerja pada suatu bendd
sistem. Momentum digambarkan berupa vektor, arah vektor menyatakan arah
gerak, sedangkan besar momentum dinyatakan dengan panjangnya vektor.
Masalah dinamika tentang gerak suatu bendal system juga dapat
diselesaikan dengan menggunakan konsep momentum dan impuls, hukurnhukurn Newton serta hukum kekekalan momentum linier.

4. Lembaran Kerja
Lernbaran kerja "worksheet" adalah lembaran-lembaran berisi tugastugas yang hams dikerjakan oleh peserta didik. Menurut Prayitno (Depdiknnas
2008), lembaran k e j a adalah sarana untuk menyampaikan konsep kepada
peserta didik baik secara individual maupun kelompok kecil yang berisi arahan
untuk melakukan berbagai kegiatan. Materi lembaran kerja dapat berupa
informasi pendukung, yaitu gambaran umurn atau ruang lingkup substansi yang
akan dipelajari. Kegunaan lembaran kej a menurut Depdiknas (2008) antara lain;
(a) mengaktifkan peserta didik selama proses pembelajaran, melatih
menemukan, mengembangkan keterkaitan antar konsep berdasarkan rentetan
proses pembelajaran.

5. Active Learning Problem Sheets Kit (ALPS Kit)
Active Learning Problem Sheets Kit (ALPS Kit) adalah suatu media
pembelajaran berupa lembaran kerja yang dirancang sedemikian rupa agar
dapat dimanfaatkan oleh peserta didik sehingga mereka melakukan berbagai
aktivitas &lam pembelajaran. ALPS Kit dirancang berdasarkan indikatorindikator yang diharapkan dari suatu pembelajaran dan dikonstruksi dalam
berbagai macam representrasi yang memungkinkan terjadinya interaksi aktif,

baik antara mahasiswa dengan dosen, maupun antara mahasiswa dengan
sesamanya atau surnber-sumber belajar yang memungkinkan. ALPS Kit
merupakan lembaran kerja yang berisi persoalan-persoalan konseptual fisika
yang

dikonstruksi

untuk

dikerjakan

mahasiswa.

Mahasiswa

dapat

memanfaatkannya baik secara individu maupun kelompok kecil dan dapat
difungsikan sebagai media atau alat bantu pembelajaran dalam rangka
meningkatkan pemahaman konsep mahasiswa dan untuk menggiring mereka
agar akhirnya mempunyai keterampilan dalam memecahkan masalah.
A. Van Heuvelen dari Ohio State University telah mengembangkan suatu
Kit Kumpulan Persoalan-persoalan Konseptual Fisika yang dikenal dengan
ALPS Kit. Karakteristik dari ALPS Kit ini juga cocok sebagai alat bantu
untuk memonitor tingkat pemahaman siswa sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Y. R. Tayubi, dkk (2005) sebagai berikut:
"Karakteristik persoalan yang dikonstruksi dalam ALPS Kit
memenuhi kriteria i n s t m e n yang dibutuhkan untuk memonitor tingkat
pemahaman mahasiswa" ALPS Kit dapat digunakan pada berbagai sesi
pembelajaran antara lain:
Interactively in a lectureformat
Dalam ha1 ini ALPS Kit dapat digunakan sebagai alat bantu dalam proses
belajar baik sebagai media penanaman konsep maupun sebagai alat untuk
memonitor pemahaman konsep.
Interactively in a recitationformat
Dalam hal ini dalam ALPS Kit dapat digunakan sebagai media dalam sesi
tutorial, soal-soal dalam ALPS Kit dapat digunakan sebagai tugas
kelompok untuk bahan diskusi pada sesi tutorial yang merupakan wahana
pemantapan penguasaan konsep di kalangan peserta didik.
For homework assignments to supplement book problems
Dalam hal ini soal-soal dalam ALPS Kit dapat digunakan sebagai
pelengkap soal-soal konseptual dari buku teks untuk pekej a a n rumah yang
juga berfbgsi sebagai wahana pemantapan pemahaman konsep dan
keterampilan memecahkan masalah.

B.

ALPS Kit Momentum Linier
ALPS Kit Momentum Linier sebagai suatu lembaran kerja yang
dikembangkan pada penelitian ini dirancang dengan mempertimbangkan
karakteristik materi momentum linier dan anal isis kebutuhan. Masalah utama
yang dialami mahasiswa adalah dalam ha1 menggambarkan momentum,
perubahan momentum dan impuls pada bahagian-bahagian system. Justru karena

itu kegiatan mahasiswa yang diharapkan pada umurnnya adalah menggambarkan
momentum, perubahan momentum dan impuls pada bahagian-bahagian system.
Fenomena fisis yang ditampilkan dinyatakan dalam berbagai representasi.
Tujuannya agar mahasiswa dapat berpikir mandiri secara terstruktur, menalar,
kritis dan analitis dalam menemukan prinsip dan hakikat hukum-hukum Newton
dan hukurn kekekalan momentum linier serta penerapannya.

Sebagairnana telah diuraikan di atas, ALPS Kit sebagai suatu lembaran
kerja dirancang untuk mata kuliah Fisika Dasar. Oleh sebab itu agar dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka harus memenuhi berbagai
persyaratan yang berlaku, yaitu syarat didaktii syarat konstruksi dan syarat
teknis, menurut pernyataan Depdikbud (1991:4 1) yaitu:
a). Syarat-syarat didaktik
Lembaran kerja sebagai salah satu bentuk sarana yang akan digunakan
pada proses pembelajaran haruslah mengikuti azas-azas pembelajaran
yang efektif yaitu:
1) Memperhatikan perbedaan individual, artinya lembaran kerja dapat
digunakan oleh peserta didik yang lamban, sedang maupun yang
pandai.Tekanan pada proses menemukan konsep-konsep suatu
materi pelajaran.
2) Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan,
sehingga mernungkmkan peserta didik mernperoleh kesempatan
untuk membaca, menulis,menggambar,berdiskusi dengan teman
sekelompoknya, menggunakan alat, melakukan percobaan dan
sebagainya
3) Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional,
moral dan estetika peserta didik.
4) Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi
peserta didik (intelektual, emosional dan sebagainya), bukan hanya
oleh materi pembelajaran saja.
b). Syarat-syarat konstruksi
Syarat konstruksi maksudnya adalah syarat-syarat yang berkenaan
dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat
kesukaran dan bersifat komunikatif :
1) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan
peserta didik.
2) Menggunakan struktur kalimat yang jelas.
3) Memiliki tata urutan yang sesuai dengan tingkat pemahaman
peserta didik.
4) Hindari pertanyaan yang terlalu terbuka.

5) Memberi ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada
peserta didik untuk menulis maupun menggambar pada lembaran
kerja.
6) Menggunakan kalimat yang sederhana dan jelas.
7) Gunakan lebih banyak ilustrasi dari pada kata-kata.
8) Dapat digunakan oleh peserta didik yang lamban maupun yang
cepat.
9) Memiliki tujuan belajar yang jelas serta manfaat dari materi
pelajaran sebagai sumber motivasi.
c). Syarat-syarat teknis

1. Tulisan
Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin
atau romawi.
Gunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf
biasa yang digaris bawahi.
Jumlah kata dalam satu baris tidak lebih dari sepuluh kata.

2. Gambar
Garnbar harus dapat menyampaikan pesard isi gambar tersebut
secara efektif
3. Penampilan
Penampilan lembaran kerja merupakan kombinasi yang sesuai
antara gambar dan tulisan serta menarik.
Kutipan tentang syarat-syarat di atas secara umum adalah
merupakan gambaran dari suatu lembaran kerja untuk digunakan dalam
proses pembelajaran. Lembaran kerja itu diharapkan dapat membuat setiap
peserta didik termotivasi untuk belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Lembaran

kerja

dirancang

sedernikian

rupa

sehingga

bersifat

membelajarkan dan mendidik, baik secara mandiri maupun kelompok
melalui proses pembelajaran yang menyenangkan dalam situasi dan
kondisi kondusif.

1. Context Rich Problem (CRP) dan Karakteristiknya
Context rich problem adalah soal-soal yang dibuat sedernikian rupa
sehingga berbentuk cerita pendek, pada urnurnnya tentang gejala-gejala
fisis yang pernah ditemui oleh mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari
dengan karakteristik sebagai berikut: pernyataan soal memunglunkan
mahasiswa termotivasi atau memberi alasan mereka ingin menghitungnya;
variabel-variabel yang belum diketahui tidak selalu ditunjukkan secara

jelas dalam pemyataan soal. Ada kalanya diperlukan asumsi-asumsi untuk
menyelesaikan soal. Informasi yang diberikan mungkin lebih banyak dari
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal tersebut; soal itu ada kalanya
membutuhkan pemahaman lebih dari satu prinsip fundamental dan tidak

disertai dengan gambar-gambar.
Karakteristik dari context rich program ini mengandung unsur memotivasi
peserta didik atau mengandung alasan "anda" harus menghitungnya,
objeknya benda nyata, proses yang ideal tercermin secara eksplisit, tidak
ada gambar atau diagram. Oleh karena itu peserta didik harus
memvisualisasikan situasi yang ada dalam cerita tersebut, dan masalah
tidak dapat dijawab dengan langsung memasukkan bilangan-bilangan pada
suatu rurnus. Pertanyaan semacarn ini menekankan peserta didik
mengambil

sejumlah

keputusan

berdasarkan

pengetahuan

yang

dirnilikinya Soal context rich program tidak dilengkapi dengan gambar,
tapi peserta didiklah yang diharapkan dapat menggambar, sebagai
responnya terhadap informasi soal .
Contoh soal Context Rich Problem :
Seseorang yang mengendarai mobilnya dengan kelajuan 50 km/jam,
mendekati persimpangan pada waktu lampu lalu lintas berubah kuning. Ia
tahu bahwa lampu kuning hanya hidup selama 2 sekon sebelurn berubah
merah, dan jaraknya dari persimpangan adalah 30 m. Haruskah ia
berhenti, atau mencoba mengejar sebelum lampu berubahlLebar
persimpangan 15 m. Perlambatan maksirnurn mobilnya adalah -6 m/s2, dan
mobil dapat dipercepat dari 50 km/ jam sampai 70 km/ jam &lam selang
waktu 6 s. Abaikan panjang mobil dan waktu reaksi pengendara tersebut.
Karakteristik masalah di atas mendorong dan menekankan
pentingnya bagaimana mahasiswa dalam mengambil keputusan untuk
meggunakan pengetahuan fisika mereka, Dengan demikian melalui soal

Context rich problem mahasiswa dilatih; a) agar terbiasa membaca soal
dengan baik clan seksama, b) membawa pikirannya (mengilustrasikan) ke
kehidupan nyata yang pemah ditemuinya sehari-hari, c) bila perlu
mahasiswa dapat menggambarkan situasi soal secara sederhana tetapi

komunikatif, d) memikirkan penyelesaian soal sebagai suatu langkah
pengambilan keputusan secara bertahap, e) menggunakan konsep-konsep
fisika yang fundamental secara kualitatif untuk menganalisis suatu
persoalan, f) memanipulasi dan atau memodifikasi rumus-rumus fisika
yang terkait.
Context

rich

problem

dirancang

untuk

mendorong

mahasiswa

menggunakan strategi penyelesaian soal yang terorganisasi dan logis.
Biasanya sebagai pemula (novice), peserta didik cenderung langsung
menggunakan rumus-rumus dan strategi coba-coba (trial and error).
Melalui CRP mahasiswa dilatih untuk melihat bahwa penyelesaian soal
fisika merupakan sesuatu yang dapat mereka kerjakan dengan baik
(sukses) dan membayangkannya sebagai sesuatu yang akan mereka
lakukan dalam karir mereka dalarn masa yang akan datang. Mereka
disadarkan bahwa menyelesaikan soal fisika bukan sekedar latihan yang
murni matematis tanpa penerapan dalam dunia nyata. Jadi penggunaan
contect rich problem adalah dalam usaha melatih mahasiswa berfikir kritis,
kreatif dan analitis. Soal-soal (CRP)dalam ALPS Kit dapat digunakan
sebagai pelengkap soal-sod konseptual dari buku teks untuk pekerjaan
rumah yang berfungsi sebagai wahana pemantapan pemahaman konsep
dan keterampilan memecahkan masalah. Mahasiswa sebagai peserta didik
dewasa perlu menyadari pentingnya proses pengambilan keputusan untuk
meggunakan pengetahuan fisika mereka dalam kehidupan. Proses
pengambilan keputusan sangat dibutuhkan oleh peserta didik, terutarna
mahasiswa demi tercapainya keterampilan hidup (life skilo yang optimal.
Oleh karena itu mereka hams terlatih dengan masalah-masalah dalam
kehidupan sehari-hari sehubungan bidang ilmunya.
2.

Proses Pebelajaran Menggunakan ALPS Kit

Proses Pebelajaran Fisika Dasar menggunakan ALPS Kit momentum
linier berlangsung secara konseptual, maksudnya mahasiswa terlebih dahulu
memahami konsep-konsep penting suatu materi. Setiap mahasiswa
diharapkan mencari informasi tentang konsep momentum dan impuls gaya

clan berbagai kondisi gerak melalui materi momentum linier dalam ALPS Kit

dan sumber-surnber yang relevan. Berikutnya mahasiswa melakukan
kegiatan-kegiatan yang diintruksikan dalam ALPS Kit sambil bersinergi
dalam kelompok kecil. Setiap kelompok membuat gambar dan diagram untuk
representasi yang berbeda pada kertas koran untuk ditarnpilkan didalam
diskusi kelas. Setiap kelompok menentukan salah seorang wakil untuk
mereprentasikan hasil kerjanya didepan kelas, sedangkan anggota kelompok
lain sebagai penanggap.

3. Kualitas ALPS Kit
Kualitas suatu pengembangan lembaran kerja dapat diketahui bila telah
dilakukan validasi dan diuji coba dalam proses pembelajaran untuk melihat
kepraktisan (praktikalitas) serta keefektifan (efektivitas). Hal ini sesuai
dengan pendapat Nieveen (1999) dalam Mulyardi (2006) bahwa kualitas
suatu pengembangan perangkat pembelajaran ditentukan oleh kesahihan
(validity), kepraktisan (practicality) dan keefektifan (eflectiveness ).
Kepraktisan suatu perangkat terkait adanya konsistensi antara tipologi
harapan dan operasional, keefektifan sehubungan dengan adanya konsistensi
antara tipologi harapan dan keterlaksanaannya

Dokumen yang terkait

Pengintegrasian Multimedia Untuk Meningkatkan Kualitas Perkuliahan Riset Operasi di Jurusan Matematika FMIPA UNP Padang - Universitas Negeri Padang Repository

0 0 42

Penggunaan Konsep Problem Solving Untuk Operasi Hitung Dalam Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar - Universitas Negeri Padang Repository

0 0 45

Problem Solving dan Peta Konsep dalam Pembelajaran Perkembangan Hewan: Analisis Persepsi Mahasiswa Terhadap Materi dan Metode - Universitas Negeri Padang Repository

0 0 11

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Problem Solving yang Diintervensi dengan Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa - Universitas Negeri Padang Repository

0 0 14

Peningkatan Kualitas Perkuliahan Elektronika Dasar 1 Menggunakan Pembelajaran Generatif Berbasis Modul Panduan Belajar Berwawasan STS di Jurusan Fisika FMIPA UNP - Universitas Negeri Padang Repository

0 0 16

Penyelesaian Soal-soal Fiska Menggunakan Minnesota Problem Solving Strategy - Universitas Negeri Padang Repository

0 0 12

Pengembangan Model Student-Centered Learning Berbasis E-Media dalam Mata Kuliah Teknologi Bahan di Jurusan Teknik Mesin FT UNP - Universitas Negeri Padang Repository

0 0 33

Pengembangan Model Pembelajaran Sosiologi - Universitas Negeri Padang Repository

0 0 85

Pembelajaran PAKEM dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar - Universitas Negeri Padang Repository

0 0 19

Pelatihan Penerapan Active Learning Pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bagi Guru-Guru Fisika Di Kabupaten Pesisir Selatan - Universitas Negeri Padang Repository

0 0 107