HUBUNGAN PENGETAHUAN PENCEGAHAN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF) DENGAN TINDAKAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DI DESA KUJUNG KECAMATAN WIDANG KABUPATEN TUBAN

  

HUBUNGAN PENGETAHUAN PENCEGAHAN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER

(DHF) DENGAN TINDAKAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN)

DI DESA KUJUNG KECAMATAN WIDANG

KABUPATEN TUBAN

  

Dian Hidayatul C, Dian Nur Afifah, Arifal Aris

ABSTRAK

…………......……….…… …… . .…. …… … ......………. …… …… . .….

  Pengetahuan pencegahan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) dan tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) penting bagi masyarakat khususnya bagi keluarga karena sangat berpengaruh pada kesehatan keluarga maupun masyarakat. Dari survey awal menunjukan bahwa 60% keluarga yang tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan pengetahuan pencegahan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) dengan tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di Desa Kujung Kecamatan Widang Kabupaten Tuban.

  Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi korelasi dengan pendekatan cross

  

sectional , populasinya adalah 100 keluarga di Desa Kujung Kecamatan Widang Kabupaten Tuban

  tahun 2011, dengan besar sampel 80 keluarga, mengunakan simple random sampling. Pada penelitian ini variabel independen adalah pengetahuan pencegahan Dengue Haemarrhagic Fever (DHF) dan variabel dependen adalah tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Instrument yang digunakan adalah lembar kuesioner, kemudian di uji dengan mengunakan uji koefisien

  kontingensi , α = 0,05

  Hasil penelitian menunjukan dari sebagian keluarga yang berpengetahuan kurang sebanyak 55,0% dan yang tidak melakukan PSN yaitu sebanyak 53,8% sedangkan dengan pengujian statistik dengan tingkat signifikasi α = 0.05 dengan uji koefisien kontingensi diperoleh hasil p = 0.031 (p < 0.05). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah H ditolak artinya ada hubungan pengetahuan pencegahan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) dengan tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di Desa Kujung Kecamatan Widang Kabupaten Tuban.

  Melihat hasil penelitian ini maka perlu bagi petugas kesehatan melakukan penyuluhan tentang pencegahan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) dan pentingnya tindakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

  Kata Kunci : Pengetahuan Pencegahan DHF, Tindakan PSN PENDAHULUAN

  biak di tempat-tempat penampungan air . …… . … … . seperti bak mandi, tempayan, drum dan

  Perilaku hidup bersih dan sehat barang bekas yang dapat menampung air merupakan perilaku seseorang menyangkut hujan di rumah dan tempat umum. Untuk kebersihan yang dapat mempengaruhi mencegah berjangkitnya penyakit ini, kesehatannya. Salah satu faktor yang nyamuk Aedes Aegypti perlu diberantas. mendukung perilaku hidup bersih dan sehat

  Departemen Kesehatan telah adalah kesehatan lingkungan. Kesehatan dari menetapkan 5 kegiatan pokok sebagai suatu komunitas bergantung pada integritas kebijakan dalam pengendalian penyakit DBD lingkungan fisik, nilai kemanusiaan dalam yaitu menemukan kasus secepatnya dan hubungan sosial, ketersediaan sumber yang mengobati sesuai protap, memutuskan suatu diperlukan dalam mempertahankan hidup dan mata rantai penularan dengan pemberantasan penanggulangan penyakit. vector (nyamuk dewasa dan jentik-jentiknya),

  Setiap wilayah yang terdapat nyamuk kemitraan dalam wadah POKJANAL DBD Aedes Aegypti mempunyai resiko untuk

  (kelompok kerja oprasional DBD), kejangkitan penyakit Demam Berdarah pemberdayaan masyarakat dalam gerakan

  Dengue (DBD). Nyamuk ini berkembang Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN 3M Plus) dan peningkatan profesionalisme pelaksanaan program.

  Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi terjadinya peningkatan utama adalah dengan memberdayakan masyarakat dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur). Kegiatan ini telah diintensifkan sejak tahun 1992 dan pada tahun 2000 dikembangkan menjadi 3M Plus yaitu dengan cara menggunakan larvasida, memelihara ikan dan mencegah gigitan nyamuk. Sampai saat ini upaya tersebut belum menampakkan hasil yang diinginkan karena setiap tahun masih terjadi peningkatan angka kematian.

  Dari suatu penelitian terhadap 1.457 rumah warga yang dilakukan selama tahun 2008 di kota Surabaya sebanyak 1.040 (71,3%) rumah yang belum melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Dan data dari Dinas Kabupaten Tuban mencatat dari Desa/Kelurahan endemis DBD yang melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk hanya 43% sedangkan sasarannya 100%. (Dinkes Kab Tuban).

  Berdasarkan hasil survey awal di Desa Kujung Kecamatan Widang Tuban didapatkan dari 20 keluarga hanya 8 (40%) yang sudah melakukan pemberantasan sarang nyamuk, 12 (60%) keluarga di Desa Kujung yang belum melakukan pemberantasan sarang nyamuk. Dari data tersebut di dapatkan masih banyaknya (60%) keluarga yang belum melakukan pemberantasan sarang nyamuk. Maka masalah penelitian dari data diatas adalah masih tingginya keluarga yang belum melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan baik.

  Faktor yang dapat mempengaruhi pencegahan DHF adalah lingkungan, biologis dan kimiawi. Faktor pertama lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhui perkembangan dan perilaku orang atan kelompok. Lingkunngan adalah input kedalam diri seseorang sebagai system adatif yang melibatkan baik faktor internal maupun factor eksternal. Semakin tinggi tingkat kebersihan lingkungan maka semakin rendah terjadinya penyakit DBD. Faktor kedua biologis Pengendalian secara bioligis merupakan pengendalian perkembangan hewan atau tumbuhan. Seperti pemeliharaan ikan cupang pada kola/ sumur yang sudah tak terpakai atau menggunakan dengan bakteri Bt H-14. Faktor ketiga kimiawi Pengendalian secara kimiawi adalah cara pengendalian serta pembasmian nyamuk dan jentik dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Diantaranya adalah : Pengasapan/togging dengan menggunakan malathion dan fenthion yang berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan aides aegypti dengan batas tertentu. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat yang sering menjadi tempat penampungan air. Apabila faktor tersebut diatas mendukung maka tindakan PSN akan berjalan dengan baik tanpa adanya hambatan dan sebaliknya jika faktor tersebut tidak mendukung maka akan timbul penyulit sehingga hal tersebut akan membawa dampak pada keluarga atau masyarakat.

  Cara memberantas nyamuk Aedes Aegypti yang tepat guna ialah melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yaitu kegiatan untuk memberantas jentik di tempat berkembang biaknya. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara 3 M plus (menguras, menutup, mengubur, serta menghindari gigitan nyamuk) tempat berkembang biak nyamuk penular penyakit Demam Berdarah Dengue atau usaha lain untuk memberantas jentik seperti abatisasi, memelihara ikan, dll.(Depkes RI, 2005)

  Pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) adalah kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular DBD (Aedes aegypti) di tempat-tempat perkembang biakannya. (Depkes RI, 2005).

  Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) merupakan suatu metode untuk mencegah penyakit DHF, yang dalam pelaksanaanya memerlukan peran serta penyakit agar hasil yang diperoleh maksimal,

HASIL PENELITIAN

  karena yang melakukan pemberantasan . … sarang nyamuk ini adalah masyarakat. Tapi

  1. Data Umum

  dalam kenyataanya masih banyak masyarakat

  1) Pekerjaan yang belum melakukan pencegahan ini. Tabel 1 Distribusi responden

  Untuk meningkatkan perilaku atau

  berdasarkan pekerjaan No Pekerjaan Jumlah Presentase responden (%)

  Sarang Nyamuk (PSN), kita perlu

  1 Petani 36 45,0

  meningkatkan rasa kepedulian masyarakat

  2 Pegawai 10 12,5

  khususnnya keluarga terhadap kesehatan

  3 Pedagang 29 36,2

  lingkungan dengan memberikan pengetahuan

  4 Tidak 5 6,2 bekerja

  tentang kesehatan lingkungan. Khususnya

  Jumlah 80 100

  tentang Pencegahan Dengue Haemorrhagic Dari Tabel 1 diatas diperoleh hasil

  Fever (DHF) dan Pemberantasan Sarang bahwa lebih dari sebagian responden bekerja Nyamuk (PSN). petani yaitu 36 keluarga (45,0%) dan

  Dari uraian diatas peneliti ingin sebagian kecil yaitu 5 keluarga (6,2%) tidak mengangkat penelitian tentang hubungan bekerja. pengetahuan pencegahan dengue haemorrhagic fevere (DHF) dengan tindakan

  2) Umur pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Tabel 2 Distribusi responden

  Tujuan penelitian di atas adalah

  berdasarkan umur

  Untuk mengatahui Hubungan Pengetahuan

  No Umur Jumlah Presentase (%)

  Pencegahan Dengue Haemorrhagic Fever

  responden

  (DHF) Dengan Tindakan Pemberantasan

  1 < 20 th 4 5,0

  Sarang Nyamuk (PSN) di Desa Kujung

  2 20-35th 51 63,8 Kecamatan Widang Kabupaten Tuban. 3 > 35 th 25 31,2 Jumlah 80 100

METODOLOGI PENELITIAN

  Jenis penelitian ini adalah analitik Dari Tabel 2 diatas diperoleh hasil korelasional dengan menggunakan metode bahwa lebih dari sebagian responden

  simple random sampling . Populasi penelitian

  berumur 20-35 tahun yaitu 51 keluarga ini adalah Seluruh keluarga yang tinggal di (63,8%) dan sebagian kecil yaitu 4 keluarga

  Desa Kujung Kecamatan Plumpang (5,0%) berumur < 20 tahun. Kabupaten Tuban sedangkan sampelnya Sebagian keluarga yang tinggal di Desa

  2. Data Khusus

  Kujung Kematan Widang Kabupaten Tuban

  1) Pengetahuan Pencegahan DHF

  selama bulan Maret sampai September tahun

  Tabel 3 Distribusi responden

  2011. Dengan besar sampel 80 responden

  berdasarkan pengetahuan

  dari 100 populasi. Variabel independen yakni

  pencegahan DHF di Desa

  pengetahuan pencegahan DHF dan variabel

  Kujung Kecamatan Widang

  dependen yakni tindakan PSN. Pengumpulan

  Kabupaten Tuban Tahun data dengan menggunakan lembar kuesioner. 2011.

  Pengolahan data menggunakan Editing,

  Pengetahuan Presentase Coding, Scoring, Tabulating. Analisa data No Frekuensi

  Pencegahan DHF (%)

  menggunakan uji koefisien kontingensi

  1 Kurang 44 55,0

  dengan taraf signifikansi 0,05.

  2 Cukup 20 25,0

  3 Baik 16 20,0 Jumlah 80 100

  Dari Tabel 3 diatas diperoleh hasil bahwa hampir sebagian responden

  PEMBAHASAN

  berpengetahuan kurang yaitu 44 keluarga .… .… (55,0%) dan sebagian kecil respoden

  Dengue 1) Pengetahuan Pencegahan

  berpengetahuan baik yaitu 16 keluarga

  Haemorrhagic Fever (DHF) (20,0%).

  Berdasarkan pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar yaitu 44 keluarga (55,0%) berpengetahuan kurang,

  Tabel 4 Distribusi responden

  Menurut Wash, Linda V (2007), disebabkan

  berdasarkan tindakan PSN oleh faktor umur. No Tindakan PSN Frekuensi Presentase

  Faktor umur sangatlah berpengaruh

  (%) pada seseorang dalam berpengetahuan baik.

  1 Melakukan tindakan PSN 37 46,2

  Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa

2 Tidak melakukan tindakan 43 53,8 mayoritas keluarga berumur 20-35 tahun.

  PSN Jumlah 80 100

  Menurut Wash, Linda V (2007) dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi Dari Tabel 4 diatas menunjukkan perubahan pada aspek fisik dan psikologis bahwa lebih dari sebagian responden tidak (mental), pada aspek tersebut taraf berfikir melakukan tindakan PSN yaitu sebanyak 43 seseorang semakin matang dan dewasa keluarga (53,8%). sehingga keluarga sadar akan pentingnya pengetahuan tentang pencegahan DHF.

  3) Hubungan Pengetahuan Pencegahan Berdasarkan uraian diatas terdapat DHF Dengan Tindakan PSN Di Desa kesenjangan antara fakta dan teori. Pada Kujung Kecamatan Widang umumnya taraf berfikir keluarga yang Kabupaten Tuban Tahun 2011 berumur 20-35 tahun semakin matang dan

  Tabel 5 Tabel silang hubungan dewasa sehingga keluarga sadar akan pengetahuan pencegahan DHF pentingnya pengetahuan pencegahan Dengue dengan tindakan PSN Haemorrhagic Fever (DHF). Namun dari

  hasil penelitian mayoritas keluarga yang

  Pengetahuan Tindakan PSN Jumlah

  berumur 20-35 tahun berpengetahuan kurang

  Pencegahan Tidak Melakukan

  hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi

  DHF Melakukan

  tentang pengetahuan pencegahan Dengue

  ∑ ∑ ∑ % % % Haemorrhagic Fever (DHF), serta kurangnya

  Kurang 23 52,3 21 47,7 44 100

  motifasi petugas kesehatan dalam

  Cukup 15 75,0 5 25,0 20 100 Baik 5 31,2 11 68,8 16 100

  memberikan penyuluhan pada masyarakat mengenai pengetahuan pencegahan DHF.

  Jumlah 43 52,5 37 46,2 80 100 2) Tindakan Pemberantasan Sarang

  Koefisien kotingensi = 0,282 p = 0,005 Nyamuk (PSN)

  Berdasarkan hasil penelitian yang Dari Tabel 5 diatas menunjukkan dikumpulkan melalui kuesioner pada Tabel 4 bahwa keluarga yang tidak melakukan bahwa sebagian besar keluarga (53,8 %) tindakan PSN sebanyak (53,2%) karena tidak melakukan tindakan PSN. Kepatuhan pengetahuan pencegahan DHF yang kurang keluarga dalam tindakan PSN dipengaruhi dan keluarga yang melakukan tindakan PSN oleh umur dan pekerjaan. sebanyak (47,7%) karena pengetahuan

  Faktor umur sangatlah berpengaruh pencegahan DHF yang kurang. bagi seseoarang dalam tindakan PSN. Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas keluarga berumur 20-35 tahun.

  Menurut Wash, Linda V (2007) dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis

  (mental), pada aspek tersebut taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa sehingga keluarga sadar akan pentingnya tindakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Berdasarkan uraian diatas terdapat umumnya taraf berfikir keluarga yang berumur 20-35 tahun semakin matang dan dewasa sehingga keluarga sadar akan pentingnya tindakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Namun dari hasil penelitian mayoritas keluarga yang berumur 20-35 tahun tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) hal ini disebabkan oleh pengetahuan keluarga yang kurang, pengetahuan tentang dengue haemorhagic fever (DHF) kurang, kurangnya motifasi petugas kesehatan dan masyarakat serta keluarga mengakibatkan efek samping dari tindakan PSN.

  Selain itu faktor pekerjaan mempengaruhi keluarga dalam tindakan PSN. Dari Tabel 1 menujukkan bahwa sebagian keluarga sebagai petani. Menurut mollad (2010) seseorang yang bekerja memilik kecenderungan sulit dalam membagi waktunya. Kebanyakan seorang petani lebih menutup diri terhadap informasi tentang kesehatan terutama pada pencegahan DHF sehingga memunculkan tindakan yang negatif, seperti tidak melakukan tindakan PSN dengan baik dan benar sesuai anjuran yang diberikan oleh tenaga kesehatan.

  Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) Dengan Tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Di Desa Kujung Kecamatan Widang Kabupaten Tuban Tahun 2011

  Berdasarkan Tabel 5 terdapat hubungan pengetahuan pencegahan DHF dengan tindakan PSN, bahwa keluarga yang berpengetahuan kurang sebagian besar tidak melakukan tindakan PSN. Sedangkan keluarga yang tingkat pengetahuannya baik sebagian kecil melakukan tindakan PSN. Dari uji analisis SPSS 16.0 menggunakan uji

  koefisien kontingensi yaitu terdapat hubungan

  antara pengetahuan pencegahan DHF dengan Tindakan PSN di Desa Kujung Kecamatan Widang Kabupaten Tuban Tahun 2011.

  Berdasarkan penjelasan diatas keluarga yang berpengetahuan kurang tidak melakukan tingkat pendidikan atau pengetahuan keluarga kurang bisa memahami dan mengaplikasikan informasi. hal ini yang mendukung sikap negatif dalam diri keluarga keluarga tidak patuh dalam melakukan tindakan PSN sesuai dengan anjuran tenaga kesehatan, meskipun demikian ada sebagian kecil keluarga yang patuh dalam melakukan tindakan PSN. Hal ini disebabkan karena peran pendidik atau petugas kesehatan, masyarakat dalam memberikan dukungan pada keluarga dalam melakukan tindakan PSN.

  Keluarga yang berpengetahuan baik memiliki perilaku yang baik pula dalam melakukan tindakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) mayoritas keluarga dalam melakukan tindakan PSN akan lebih mampu memahami dan mengaplikasikan informasi yang dimiliki. Keadaan tersebut membuat keluarga akan bersikap positif dan akan melakukan tindakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) sesuai dengan anjuran yang diberaikan tenaga kesehatan.

  Dari beberapa urain diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan dapat mempengaruhi kepatuhan keluarga dalam melakukan tindakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) semakin baik pengetahuan keluarga maka semakin baik pula kepatuhan keluarga dalam melakukan tindakan PSN dan sebaliknya. Hal ini sesuai dengan teori Soekidjo Notoatmodjo (2003), bahwa seseorang yang berpengetahuan atau berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Oleh karena itu perlu memberikan wawasan dan bimbingan tentang pengetahuan pencegahan DHF dan tindakan PSN sehingga tindakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dapat terlaksana dengan baik dan maksimal.

3) Hubungan Pengetahuan Pencegahan

KESIMPULAN DAN SARAN

  … Depkes RI, (1992). Petunjuk Teknis .

  Penggerakan Pemberantasan

  1. Kesimpulan Sarang Nyamuk (PSN) Demam

  1) Lebih dari sebagian keluarga di Desa

  Beradarah Dengeu . Jakarta: Dirjen

  Kujung Kecamatan Widang Tuban PP & PL. memiliki pengetahuan kurang. 2) Lebih dari sebagian keluarga di Desa

  Depkes RI, (2005). Pencegahan dan Kujung Kecamatan Widang Tuban tidak

  Pemberantasan Demam Berdarah

  melakukan pemberantasan sarang

  Dengue di Indonesia. Jakarta :

  nyamuk (PSN) Dirjen PP & PL

  3) Ada hubungan pengetahuan pencegahan dengue haemorrhagic fever (DHF) Depkes RI, (2007). Pelatihan Bagi Pelatih dengan tindakan pemberantasan sarang

  Pemberantasan Sarang Nyamuk

  nyamuk (PSN) di Desa Kujung

  (PSN) Demam Berdarah Dengue Kecamatan Widang Kabupaten Tuban. Dengan Pendekatan Komunikasi Perubahan Perilaku. Jakarta :

  2. Saran

  Dirjen PP & PL Diharapkan supaya lebih dikembangkan lagi untuk menambah ilmu

  Effendi, Nasrul, (1998). Dasar-dasar khususnya tentang pengetahuan pencegahan

  Keperawatan Kesehatan

  DHF sehingga dapat dijadikan sebagai acuan

  Masyarakat . Jakarta : EGC

  bagi pihak lain dalam mengembangkan wacana tentang pengetahuan pencegahan Mardalis, (2004). Metode Penelitian Suatu DHF.

  Pendekatan Proposal. Jakarta :

  Diharapkan hasil penelitian ini dapat Bumi Aksara digunakan sebagai membangun bagi ilmu pengetahuan serta dapat digunakan sebagai Nursalam dan Siti Pariani, (2001). acuan penelitian selanjutnya.

  Pendekatan Praktis Metodologi

  Diharapkan dapat digunakan untuk

  Riset Keperawatan. Jakarta :

  meningkatkan partisipasi dalam program dan Salemba Medika sebagai sumber data dan masukan.

  Bidan perlu meningkatkan Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan penyuluhan pada keluarga atau masyarakat

  Metode Penelitian Ilmu

  tentang pengetahuan pencegahan DHF agar

  Keperawatan , Jakarta: Salemba

  masyarakat lebih mengerti bagaimana Utama. melakukan tindakan PSN yang benar.

  Diharapkan bias menambah jumlah Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan responden, jumlah sampel dan observasi

  Metode Penelitian Ilmu lebih lanjut pada responden. Keperawatan, Jakarta: Salemba

  DAFTAR PUSTAKA medika . . . . . .

  A. Azis Alimul Hidayat, (2007). Metode Praktiknya, Ahmad Watik, (2010). Dasar-

  Penelitian Kebidanan dan dasar Metodologi Penelitian Teknik Analisis Data. Jakarta: Kedokteran dan Kesehatan .

  Salemba Medika.

  Jakarta : Rajawali Pers Budiman Chandra, (2008). Metodologi

  Soekidjo Notoatmodjo, (2003). Pendidikan

  Penelitian Kesehatan . Jakarta : dan Perilaku Kesehatan . Jakarta:

  EGC Rineka Cipta Soekidjo Notoatmodjo, (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku .

  Jakarta : Rineka Cipta Soekidjo Notoatmodjo, (2007). Kesehatan

  Rineka Cipta Soekidjo Notoatmodjo, (2010). Metodologi

  Penelitian Kesehatan . Jakarta :

  Rineka Cipta Suharsini Arikunto, (2006). Prosedur

  Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

  Wahid Iqbal Mubarok, (2007). Buku Ajar Jakarta : EGC

  Wahid, Iqbal dkk, (2007). Promosi

  Kesehatan . Jakarta : Graha Ilmu

  http://abahjack.com/rmah-sehat-dalam-

  lingkungan-yang-sehat .html#more-13