Makalah Tentang Rajungan tata sb

1

LAPORAN PRAKTIKUM
Aplikasi Komputer
Makalah Tentang Ikan

Disusun Oleh:
Novita Sahara Sinaga
J3H214059

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN PERIKANAN
BUDIDAYA
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014/2015

2

DAFTAR IS

DAFTAR ISI..............................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................2
Latar Belakang................................................................................................... 2
Tujuan................................................................................................................ 3
Manfaat.............................................................................................................. 4

PEMBAHASAN........................................................................................................................4
Habitat............................................................................................................ 4
Morfologi......................................................................................................... 5
Klasifikasi Rajungan......................................................................................... 6
Jenis – jenis rajungan....................................................................................... 6
Ciri-ciri Rajungan............................................................................................. 8
Populasi Rajungan........................................................................................... 9
Ekspor Rajungan........................................................................................... 10
Manfaat Rajungan......................................................................................... 10
Penggolonggan Daging Rajungan.................................................................12
Komposisi Kimia Rajungan............................................................................ 12

PENUTUP................................................................................................................................13
Kesimpulan....................................................................................................... 13
Saran................................................................................................................ 14


DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Nilai Proksimat Rajungan..................................................................................11
Tabel 2 Hasil analisa kimia daging kepiting dan rajungan..............................................13
DAFTAR GAMBA

Gambar 1 Rajungan jantan................................................................................................5
Gambar 2 Rajungan Betina...............................................................................................5

3

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Negara Indonesia dikenal sebagai negara bahari dimana wilayah lautnya
mencakup tiga perempat luas Indonesia atau 5,8 juta km2 dengan garis pantai sepanjang
81.000 km, sedangkan luas daratannya hanya mencapai 1,9 juta km 2. Wilayah laut yang
sangat luas tersebut mengandung sumber daya alam perikanan yang sangat berlimpah
(Bahar 2004), salah satunya adalah kepiting. Kepiting yang ada di Perairan Indo Pasifik

lebih dari 234 jenis dan sebagian besar yaitu 124 jenis ada di Perairan Indonesia. Jenis
kepiting yang populer sebagai bahan makanan dan mempunyai harga yang cukup mahal
adalah Scylla serrata, dan jenis lain yang tidak kalah penting di pasaran adalah
Portunus pelagicus yang biasa disebut rajungan (Bahar 2004).
Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan kepiting laut yang banyak terdapat di
Perairan Indonesia yang biasa ditangkap di daerah Gilimanuk (pantai utara Bali),
Pengambengan (pantai selatan Bali), Muncar (pantai selatan Jawa Timur), Pasuruan
(pantai utara Jawa Timur), daerah Lampung, daerah Medan, dan daerah Kalimantan
Barat. Rajungan telah lama diminati oleh masyarakat baik di dalam negeri maupun luar
negeri, oleh karena itu harganya relatif mahal. Manfaat rajungan sebagai bahan pangan
berupa daging rajungan kaleng yang berkualitas tinggi dan memiliki protein cukup
tinggi (Suwignyo 1989). P. pelagicus dikenal dengan blue swimming crab atau kepiting
pasir dan merupakan hasil samping dari tambak tradisional pasang-surut di Asia. Sejak
tahun 1973 di negara tetangga, rajungan (Portunus pelagicus) merupakan hasil laut yang
penting dalam sektor perikanan.
Rajungan di Indonesia sampai sekarang masih merupakan komoditas perikanan
yang memiliki nilai ekonomis tinggi yang diekspor terutama ke negara Amerika, yaitu
mencapai 60% dari total hasil tangkapan rajungan. Rajungan juga diekspor ke berbagai
negara dalam bentuk segar yaitu ke Singapura dan Jepang, sedangkan yang dalam
bentuk olahan (dalam kaleng) diekspor ke Belanda. Komoditas ini merupakan

komoditas ekspor urutan ketiga dalam arti jumlah setelah udang dan ikan. Sampai saat

4

ini seluruh kebutuhan ekspor rajungan masih mengandalkan dari hasil tangkapan di laut,
sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi populasi di alam.Alternatif yang sangat
bijaksana untuk menghindari kepunahan jenis kepiting ini melalui pengembangan budi
daya.
Beberapa spesies rajungan yang memiliki nilai ekonomis adalah Portunus
trituberculatus, P. gladiator, P. sanguinus, P. hastatoides dan P. pelagicus, sementara
yang banyak diteliti saat ini adalah P. pelagicus dan P.trituberculatus.
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah agar mengetahui tentang
rajungan agar kedepannya bisa lebih memahami seluk beluk tentang rajungan.
Manfaat
Manfaat yang diinginkan adalah untuk memberikan informasi tentang rajungan
sehingga dapat bermanfaat bagi pnulis sendiri dan para pembaca serta bai yang yang
memerlukannya.

5


PEMBAHASAN
Habitat
Habitat rajungan adalah pada pantai bersubstrat pasir, pasir berlumpur dan di
pulau berkarang, juga berenang dari dekat permukaan laut (sekitar 1 m) sampai
kedalaman 65 meter. Rajungan hidup di daerah estuaria kemudian bermigrasi ke
perairan yang bersalinitas lebih tinggi untuk menetaskan telurnya, dan setelah mencapai
rajungan muda akan kembali ke estuaria.
Rajungan banyak menghabiskan hidupnya dengan membenamkan tubuhnya di
permukaan pasir dan hanya menonjolkan matanya untuk menunggu ikan dan jenis
invertebrata lainnya yang mencoba mendekati untuk diserang atau dimangsa.
Perkawinan rajungan terjadi pada musim panas, dan terlihat yang jantan melekatkan diri
pada betina kemudian menghabiskan beberapa waktu perkawinan dengan berenang.
Sebagaimana halnya dengan kerabatnya, yaitu kepiting bakau, di alam makanan
rajungan juga berupa ikan kecil, udang-udang kecil, binatang invertebrata, detritus dan
merupakan binatang karnivora. Rajungan juga cukup tanggap terhadap pembeian pakan
furmula/pellet. Sewaktu masih stadia larva, hewan ini merupakan pemakan plankton,
baik phyto maupun zooplakton.
Disebutkan pula bahwa rajungan hidup pada kedalaman air laut sampai 40 m
pada daerah pasir, lumpur atau pantai berlumpur. Rajungan merupakan binatang

karnivora makanan rajungan berupa ikan dan binatang invertebrata. Kepiting pada fase
megalopa bersifat karnivora dan memakan zooplankton. Pada fase muda memakan
larva-larva ikan dan sejenisnya, setelah dewasa bersifat omnivorous scavenger
(pemakan segala dan bangkai), tetapi sebagai makanan kibiasaannya adalah bangkai
binatang dan bahan organik lainnya. Kepiting juga sering memakan mollusca dan jenis
crustacea lainnya terutama udang-udang kecil.
Morfologi
Ciri-ciri morfologi kepiting rajungan (Portunus pelagicus) adalah sebelah kiri
dan kanan karapaksnya terdapat duri yang besar. Duri-duri sisi belakang matanya
berjumlah sembilan buah (termasuk duri besar). Rajungan jantan karapaksnya berwarna

6

dasar biru ditaburi bintik-bintik putih yang beraneka ragam bentuknya. Sedangkan yang
betina berwarna dasar hijau kotor dengan bintik-bintik seperti jantan (Soim, 1994)
Menurut Afrianto dan Liviawaty (1992) pada bagian perut (dada) kepiting jantan
umumnya organ kelamin berbentuk segitiga yang sempit dan agak meruncing dibagian
depan, sedangkan organ kelamin kepiting betina berbentuk segitiga yang relatif lebar
dan dibagian depannya agak tumpul (lonjong).


Gambar 1 Rajungan jantan

7

Gambar 2 Rajungan Betina

Klasifikasi Rajungan
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Eumetazoa
Grade : Bilateria
Divisi : Eucoelomata
Section : Protostomia
Filum : Arthropoda

8

Kelas : Crustacea
Sub Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Sub Ordo : Reptantia

Seksi : Brachyura
Sub Seksi : Branchyrhyncha
Famili : Portunidae
Sub Famili : Portunninae
Genus : Portunus
Spesies : Portunus pelagic
Jenis – jenis rajungan
Jenis – jenis rajungan yang terdapat di Indonesia yaitu :
A. Nama daerah
Nama ilmiah

: Rajungan angina (Jakarta)
: Podophthalmus vigil

Jenis ini ditemukan di laut terbuka sampai kedalaman 70 meter, mereka juga
tertarik oleh sinar lampu. P. vigil dapat mencapai ukuran 14,2 cm lebar karapas,
mempunyai tangkai mata yang mudah dikenal karena panjang dan hanya ada satu duri
diujung kiri dan kanan punggungnya.
B. Nama daerah
Nama ilmiah


: Rajungan karang (Jakarta)
: Charybdis feriatus atau Charybdis cruciata

Rajungan ini di dasar perairan pantai, jumlah duri di kiri dan kanan matanya
masing – masing enam buah. Rajungan ini punggungnya terdapat lukisan tanda salib di
bagian depan. Karapas berwarna coklat kemerahan dan ukurannya mencapai 15 cm.
C. Nama daerah
Nama ilmiah

: Rajungan (jawa), kepiting bulan terang (Ambon)
: Portunus pelagicus

9

Jenis rajungan ini hidup di perairan pantai berpasir lumpur dan di perairan depan
hutan mangrove. Jumlah duri di kiri dan kanan matanya sembilan buah, warna jantan
adalah dasar biru dengan bercak – bercak putih terang sedangkan jenis betina dasar
hijau kotor dengan bercak – bercak putih kotor.
D. Nama daerah

Nama ilmiah

: Rajungan hijau (Jakarta), kepiting batu (Pulau Seribu)
: Thalamita crenata

Hidup di pantai yang dangkal dan payau bakau, warna hijau kemerahan, bagian
luar capitnya licin, lima buah duri terdapat di kiri dan kanan matanya, semakin ke arah
belakang semakin kecil ukurannya yaitu mencapai lebar 8 cm.
E. Nama daerah
Nama ilmiah

: Rajungan Batik (Jakarta)
: Charibdis natator

Punggung rajungan jenis ini bergaris – garis putus melintang, jumlah duri kiri
dan kanan matanya masing – masing enam buah, capitnya banyak duri dan bintil.
F. Nama daerah
Nama ilmiah

: Rajungan hijau (Jakarta), kepiting batu (Pulau Seribu)

: Thalamita danae

Warnanya hijau hampir menyerupai rajungan hijau tetapi bagian luar capitnya
tidak licin, melainkan berusuk membujur.

G. Nama daerah
Nama ilmiah

: Kepiting (jawa)
: Scylla serrata

Terdapat di tambak dekat pantai, hidup dalam lubang – lubang atau di pantai –
pantai yang ditumbuhi bakau. Bentuknya membulat dan kuat, kiri dan kanan mulutnya
terdapat deretan duri yang berjumlah sembilan buah, warnanya hijau kotor.

10

H. Nama daerah
Nama ilmiah

: Rajungan bintang (Jakarta)
: Portunus sanguinolentus

Terdapat di perairan dekat pantai, terdapat sembilan duri di kiri dan kanan mata
tetapi warnanya berlainan. Warna dasar punggung hijau kotor, terdapat tiga bulatan
merah coklat yang berjajar melintang pada bagian belakang punggung, dan ukurannya
lebih kecil dari P. pelagicus.
Ciri-ciri Rajungan
Warna rajungan jantan adalah dasar biru dengan bercak putih, sedangkan rajungan
betina berwarna dasar hijau kotor dengan bercak putih kotor. Induk rajungan
mempunyai capit yang lebih panjang dari kepiting bakau, dan karapasnya memiliki duri
sebanyak 9 buah yang terdapat pada sebelah kanan kiri mata. Bobot rajungan dapat
mencapai 400 g, dengan ukuran karapas sekitar 300 mm (12 inchi). Ukuran rajungan
antara yang jantan dan betina berbeda pada umur yang sama. Yang jantan lebih besar
dan berwarna lebih cerah serta berpigmen biru terang. Sedang yang betina berwarna
sedikit lebih coklat (Cowan, 1992).
Rajungan (P. pelagicus) memiliki karapas berbentuk bulat pipih, sebelah kiri-kanan
mata terdapat duri sembilan buah, di mana duri yang terakhir berukuran lebih panjang.
Rajungan mempunyai 5 pasang kaki, yang terdiri atas 1 pasang kaki (capit) berfungsi
sebagai pemegang, 3 pasang kaki sebagai kaki jalan, dan 1 pasang kaki berfungsi
sebagai dayung untuk berenang. Nontji (1986) menyatakan rajungan mempunyai 5
pasang kaki jalan, di mana kaki jalan pertama ukurannya besar, memiliki capit dan kaki
jalan terakhir mengalami modifikasi sebagai alat berenang. Kaki jalan pertama tersusun
atas daktilus yang berfungsi sebagai capit, propodos, karpus, dan merus. Sedangkan
pada kaki kelimayang mengalami modifikasi pada daktilus menyerupai dayung untuk
berenang dan berbentuk pipih.

Reproduksi Rajungan
Reproduksi menjadi suatu aktivitas penting untuk menjaga keberlangsungan
generasi dari P. pelagicus. Dalam proses reproduksi tingkah laku menjadi bagian yang

11

lazim dilakukan oleh makhluk hidup lainnya untuk menarik pasangannya dengan
memberi sinyal-sinyal yang dipahami oleh lawan jenis. Demikian pula yang terjadi pada
spesies yang pintar menari ini. Ketika spesies jantan mengalami matang maka akan
mencoba menarik perhatian spesies betina yang mengarah pada kematangan gonad.
Ritual yang biasa dan unik adalah ketika spesies jantan berdiri tinggi dengan
menggunakan kaki jalan sebagai tumpuan, sesekali menggali substrat pasir,
meregangkan capit mengarah ke luar tubuh atau melipatnya ke arah dalam dan pada saat
ini feromon dilepaskan ke air yang berperan sebagai komunikasi untuk menarik spesies
betina. Pelepasan senyawa kimia yang terkandung dalam urin ini ditujukan ke arah
betina melalui pergerakan arus air dibantu oleh kaki renang menuju betina, hal ini
dilakukan berulang kali hingga spesies betina tertarik. Ketertarikan betina ditandai
dengan adanya respon meregangkan capit dan melipat seolah melambai-lambai, namun
spesies betina tetap tidak bergerak mendekati jantan. Yang aktif bergerak mendekat
adalah spesies jantan, namun betina telah bersedia pada posisinya dan mencoba tenang
hingga Jantan berada di bagian atasnya, pada keadaan ini disebut sebagai prakopulasi
atau berpasangan. Pada tahap ini, spesies betina tetap berada dalam buaian spesies
jantan dan diperkirakan sekitar 2-7 hari hingga menjelang waktu ekdisis (molting).
Terdapat beberapa keistimewaan bagi spesies betina, yakni mendapatkan jaminan
keamanan dari spesies jantan oleh pemangsaan predator apalagi pada kondisi lunak
sesaat setelah molting. Periode kritis ini berlangsung hingga karapas kembali menjadi
keras sekitar 48 jam. Pada tahap selanjutnya, terjadi kopulasi dengan bagian abdomen
saling bersentuhan dan membuka. Spesies betina berada di bawah jantan dengan posisi
abdomen membuka dan akan memfasilitasi masuknya gonopods, yakni pleopod yang
merupakan organ intromittent panjang yang bukan penis namun berfungsi menyalurkan
sperma (spermatophore) ke dalam gonopores betina. Kopulasi akan berlangsung sekitar
5-12 jam.
Populasi Rajungan
Populasi rajungan di alam semakin terancam dengan rusaknya habitat dan juga
eksploitasi oleh nelayan di beberapa daerah sehingga mengakibatkan rendahnya
ketersediaan rajungan di alam. Penangkapan kepiting rajungan yang berlebih itu tak
lepas dari besarnya permintaan untuk ekspor, antara lain ke Amerika Serikat, Australia,

12

Kanada, dan beberapa negara Eropa. Permintaan pasar terhadap rajungan yang sangat
tinggi harus segera diatasi dengan melakukan budidaya/akuakultur terhadap spesies
yang dimaksud. Prospek akuakultur rajungan cukup besar namun kendala-kendala
teknis

hingga

saat

ini

masih

menghambat

kesuksesan dalam akuakultur.

Secara umum permasalahan dalam budidaya rajungan ini adalah merupakan usaha
yang relatif baru, masih adanya ketidakpastian dalam model bisnis, terdapat kompetisi
penggunaan ruang dengan budidaya udang, cost production tidak menentu, penanganan
yang dirasakan lebih sulit sehingga membutuhkan tenaga kerja yang tinggi, ketersediaan
benih di alam yang tidak pasti (untuk pembesaran), ketersediaan pakan pembesaran
yang murah dan kelangsungan hidup yang rendah akibat kanibalisme. Mungkin masih
terdapat banyak permasalahan namun upaya untuk mengatasi terus dikembangkan. Riset
dan pengembangan spesies ini di masa depan akan sangat berguna bagi kesempurnaan
teknik pembenihan dan pembesaran sehingga bisa diaplikasikan oleh masyarakat luas.
Ekspor Rajungan
Rajungan di Indonesia sampai sekarang masih merupakan komoditas perikanan
yang memiliki nilai ekonomis tinggi yang diekspor terutama ke negara Amerika, yaitu
mencapai 60% dari total hasil tangkapan rajungan. Rajungan juga diekspor ke berbagai
negara dalam bentuk segar yaitu ke Singapura dan Jepang, sedangkan yang dalam
bentuk olahan (dalam kaleng) diekspor ke Belanda. Komoditas ini merupakan
komoditas ekspor urutan ketiga dalam arti jumlah setelah udang dan ikan (Anonim,
1988). Sampai saat ini seluruh kebutuhan ekspor rajungan masih mengandalkan dari
hasil tangkapan di laut, sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi populasi di alam
(Supriyatna, 1999). Alternatif yang sangat bijaksana untuk menghindari kepunahan
jenis kepiting ini melalui pengembangan budi daya (Juwana, 2002).

Manfaat Rajungan
1. Rajungan Ternyata Mempunyai Kadar Lemak Rendah
Rajungan yang bernama latin Portunus pelagicus, merupakan jenis kepiting yang
sangat popular dimanfaatkan sebagai sumber pangan dengan harga yang cukup mahal.

13

Rajungan merupakan kepiting yang memiliki habitat alami hanya di laut. Rajungan juga
memiliki beberapa keunggulan yang sangat potensial untuk dikembangkan. Rajungan
dalam dunia perdagangan termasuk dalam kelompok “crab” (kepiting). Rajungan
disebut juga “swimming crab” (kepiting berenang) dan kepiting disebut “mud crab”
(kepiting bakau atau kepiting lumpur).
.

Daging rajungan mempunyai nilai gizi tinggi. Rata-rata per 100 gram daging

rajungan mengandung karbohidrat sebesar 14,1 gram, kalsium 210 mg, fosfor 1,1 mg,
zat besi 200 SI, dan vitamin A dan B1 sebesar 0,05 mg/ 100 g. Keunggulan nilai gizi
rajungan adalah kandungan proteinnya yang cukup besar, yaitu sekitar 16-17 g/ 100 g
daging rajungan. Angka tersebut membuktikan bahwa rajungan dapat dimanfaatkan
sebagai sumber protein yang cukup baik dan sangat potensial. Keunggulan lain adalah
kandungan lemak rajungan yang sangat rendah. Hal ini sangat baik bagi seseorang yang
memang membatasi konsumsi pangan berlemak tinggi. Kandungan lemak rendah dapat
berarti kandungan lemak jenuh yang rendah pula, demikian halnya dengan kandungan
kolestrol.
2. Untuk nilai proksimat rajungan dapat dilihat di bawah..
Tabel 1 Nilai Proksimat Rajungan
Jenis Komoditi
Rajungan jantan
Rajungan betina

Protein (%) Lemak (%)
16,85
0,10
16,17
0,35

Air (%)
78,78
81,27

Abu (%)
2,04
1,82

3. Penilaian Mutu
Penilaian mutu rajungan dapat dilakukan secara subjektif dan objektif. Penilaian
subjektif yang umum disebut juga sebagai penilaian organoleptik, menggunakan panca
indra pengamat untuk menilai faktor-faktor mutu yang umumnya dikelompokkan atas
penampakkan, aroma, cita rasa, dan tekstur. Sifat organoleptik sangat erat kaitannya
dengan sifat fisik rajungan, terutama dalam menentukan kesegarannya.
Rajungan yang masih segar memiliki penampakan yang bersih, tidak beraroma
busuk, dagingnya putih mengandung lemak berwarna kuning, dan bebas dari bahan
pengawet. Daging rajungan yang mulai membusuk terlihat dari warna kulitnya yang

14

pucat, terbuka dan merenggang, daging pun mengering, dan tak terdapat lagi cairan
clalam kulit, warna daging berubah kehitam-hitaman dan berbau busuk.
Rajungan yang kopong atau memiliki badan yang tidak berisi dapat diketahui dari
menekan bagian dada rajungan. Bila lunak berarti daging rajungan tersebut memang
tidak padat. Rajungan yang berkulit lunak memiliki ciri khas, yaitu seluruh tubuhnya
lunak. Kesegaran rajungan dapat dilihat dari bagian dada, warna daging di antara ruasruas kaki dan capit, membuka karapas dan melihat kondisi telur, insang dan lemi(lemak
dari rajungan). Bila rajungan tidak segar, bagian dada dan insang berwarna hitam,
sedangkan telur dan lemi terlihat mencair dan berlendir.
4. Aneka Manfaat Dari Rajungan
Air rebusan dan kandungan kitin, diperkirakan bisa mencapai 24.000 liter per
bulan. Air bekas rebusan rajungan ini cukup potensial untuk dijadikan bahan dasar
untuk pembuatan kerupuk kepiting. Kitosan dapat pula dimanfaatkan sebagai penyerap
yang efektif terhadap zat-zat yang tidak diinginkan, seperti tanin pada kopi.
Selain itu, kitin dan kitosan juga berfungsi sebagai bahan fungsional untuk proses
penjernihan air. Seperti lensa kontak, baik hard lens maupun soft lens, dapat dibuat dari
polimer kitin yang memiliki permeabilitas yang tinggi terhadap oksigen. Kitin dan
kitosan banyak dipergunakan sebagai bahan pembungkus kapsul, karena mampu
terdegradasi secara berangsur dan melepaskan obat dengan dosis yang terkontrol.
Beberapa turunan kitosan juga telah ditemukan memiliki sifat antibakteri dan
antikoagulan darah. Kemampuan lain dari kitin adalah dalam hal penggunaan sel-sel
leukemia, sehingga dapat berfungsi sebagai antitumor. Kitosan juga mulai diusulkan
sebagai bahan pembuat ginjal buatan. Kitin juga ditemukan memiliki sifat antikolestrol.
Penggolonggan Daging Rajungan
Daging rajungan dapat digolongkan menjadi lima jenis daging ( Philips Seafood
cit Mirzads, 2009) yaitu:
a) Jumbo lump atau kolosal (daging putih) yang merupakan jaringan terbesar yang
berhubungan dengan kaki renang.
b) Backfin (daging putih) yang merupakan jumbo kecil dan pecahan dari daging jumbo.

15

c) Special (daging putih) yang merupakan daging yang berada disekitar badan yang
berupa serpihan-serpihan.
d) Clawmeat (daging merah) yang merupakan daging dari bagian kaki sampai capit
dari rajungan.
e) Claw Finger (daging merah) yang merupakan bagian dari capit rajungan bersama
dengan bagian shell yang dapat digerakkan.
Komposisi Kimia Rajungan
Muchtadi dan Sugiyono (1992) menyatakan bahwa kandungan karbohidrat,
kalsium, besi, phosphor, vitamin A dan vitamin B dari rata-rata kepiting dan rajungan
berturut-turut adalah 14,1 %, 210 mg/100 g, 1,1 mg/100 g, 200 SI, dan 0,05 mg/100 g.
Daging kepiting dan rajungan mempunyai nilai gizi yang tinggi. Hasil analisa
proksimat daging kepiting dan rajungan antara jantan dan betina (BBPMHP 1995) dapat
dilihat pada Tabel 1.
Hasil analisa kimia daging kepiting dan rajungan
Tabel 2 Hasil analisa kimia daging kepiting dan rajungan
Protein (%)

Lemak (%)

Air (%)

Abu (%)

Betina

11.45

0.04

80.68

2.45

Jantan

11.90

0.28

82.85

1.08

Betina

16.85

0.10

78.78

2.04

Jantan

16.17

0.35

81.27

1.85

Jenis Komoditi

Kepiting

Rajungan

PENUTUP

16

Kesimpulan
Rajungan (Portunus pelagicus) di Indonesia sampai sekarang masih merupakan
komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi yang diekspor terutama ke
negara Amerika, yaitu mencapai 60% dari total hasil tangkapan rajungan. Rajungan
juga diekspor ke berbagai negara dalam bentuk segar yaitu ke Singapura dan Jepang,
sedangkan yang dalam bentuk olahan (dalam kaleng) diekspor ke Belanda. Komoditas
ini merupakan komoditas ekspor urutan ketiga dalam arti jumlah setelah udang dan
ikan. Sampai saat ini seluruh kebutuhan ekspor rajungan masih mengandalkan dari hasil
tangkapan di laut, sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi populasi di
alam.Alternatif

yang

sangat

bijaksana

untuk

menghindari

kepunahan jenis kepiting ini melalui pengembangan budi daya.
Saran
Penulis merasa dalam penyajian makalah ini masih sangat banyak kekurangan
dan kelemahan. Oleh karena itu, kiranya teman-teman memberikan kritikan dan saran
yang nantinya akan berguna untuk memperbaiki hasil makalah yang akan datang serta
dapat bermanfaat bagi kita semua dikemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

17

Cholik, F., A.G. Jagatraya., R.P. Poernomo. dan A, Jauzi. 2005. Akuakultur: Tumpuan
Harapan Masa Depan Bangsa. Penerbit Masyarakat Perikanan Nusantara dengan Taman
Akuarium

Air

Tawar

Taman

Mini

”Indonesia

Indah”.

Jakarta.

415

h

Ikan Mania. 2007. Pengamatan Aspek Biologi Rajungan dalam Menunjang Teknik
Perbenihannya.

http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/31/

biologiMirzads.

pengamatan-

aspek-

rajungan-dalam-menunjang-teknik perbenihannya.
2009.

Pengemasan

Daging

Rajungan

Pasteurisasi

dalam

Kaleng.

http://mirzads.wordpress.com/2009/02/12/pengemasan-daging-rajungan-pasteurisasidalam-kaleng/.
Pulau Seribu.net. 2008. kepiting dan Kerabatnya. http://www.pulauseribu.net/ modules/
news/article.php?storyid=1154.
Roffi.

2006.

Budidaya

Rajungan.

http://akuakultur.wordpress.com/2006/12/23/

budidaya-rajungan-2/.
Susanto, N. 2010. Perbedaan antara Rajungan dan Kepiting. http://blog.unila.
ac.id/gnugroho/category/bahan-ajar/karsinologi/.
Tabloid Info. 2007. Jalan pintas pembenihan rajungan. http://tabloid_info.sumenep.go.i
d/index.php?option=com_content&task=view&id=233&Itemid=28.
Sumber : Nakamura (1990), Soim(1996), Supriyatna (1999), Juwana & Romimohtarto
(2000)
Sumber : Warta Penelitian Perikanan Indonesia, Volume 10 Nomor 1, 2004.
Tahya,A.M. 2012. Reproduksi Rajungan (Portunus pelagicus). [online].
www.akbarmarzukitahya-smart.blogspot.com.
http://darwisrumbaru.blogspot.com/2012/12/ranjungan_5.html

http://zaldibiaksambas.wordpress.com/2010/06/21/klasifikasi-rajungan/
http://denny-indra.blogspot.com/2011/10/sekilas-tentang-rajungan-portunus.html