SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI

  Dosen :

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

(PSDA)

  SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI

1. SIFAT SIFAT SUNGAI

1.1. Pengertian Sungai Sungai adalah jaringan alur-alur alam dari kecil ke

  besar pada permukaan bumi, dimana air hujan yang dipermukaan bumi sebagian meresap ( Infiltrasi jatuh & Perkolasi ) kedalam tanah dan menguap ( Evaporasi ), sebagian sisanya akan melimpas dan mengalir membentuk alur-alur kecil, kemudian menjadi alur-alur sedang ( ) dan seterusnya mengumpul menjadi tributaries

1.2. Fungsi Sungai

  Sungai mempunyai fungsi pokok, yaitu : a.

  Menampung Curah Hujan (Air) disuatu daerah tertentu.

  b.

  Mengalirkan Air (air hujan) dari daerah yang lebih tinggi

  ke daerah yang lebih rendah atau dari hulu ke hilir yang akhirnya ke laut.

  c.

  Sebagai Drainasi Alam atau drainasi area dari suatu daerah.

d. Mengalirkan Sedimen sebagai fungsi morphologi dalam proses pembentukan daratan atau landscape.

1.3. Daerah Aliran Sungai ( DAS ) atau Daerah Pengaliran Sungai ( DPS )

  Dilihat dari fungsi menampung dan mengalir-nya atau

  mendrainasi-nya air di suatu daerah, maka daerah tertentu

  darimana sungai memperoleh air merupakan daerah

  tangkapan hujan (air), yang sekarang umumnya disebut

  “ Daerah Aliran Sungai (DAS) ”, tetapi sebenarnya lebih

  cocok dinamakan “Daerah Pengeliran Sungai (DPS)” yang

  dalam bahasa Inggris disebut dengan “Catchment Area atau Watershed ”.

1.3. Daerah Aliran Sungai ( DAS ) atau Daerah Pengaliran Sungai ( DPS ) Garis batas antara DPS – DPS ialah topografi punggung permukaan bumi yang dapat memisahkan dan membagi

  air hujan sewaktu jatuh ke bumi (tanah) ke masing-masing DPS.

  Dapat dijelaskan bahwa DPS besar adalah merupakan

  gabungan dari beberapa DPS sedang ( sub DPS besar )

  dan DPS sedang adalah gabungan beberapa DPS kecil, demikian seterusnya sampai DPS-DPS individu amat kecil yang dapat dengan mudah dibedakan di lapangan.

  Batas antara DPS ini disebut “Waterdevide”.

1.3. Daerah Aliran Sungai ( DAS ) atau Daerah Pengaliran Sungai ( DPS )

  Disamping sifat-sifat hujan sebagai faktor dominan ( sebagai masukan ), ada faktor-faktor lain yang penting dari suatu DPS (segaia proses) yang mempengaruhi karakteri / sifat pada sungai, yaitu : o

  Letak Geografis o Luas Areal ( daerah ) o Topografi o

  Geologi o Vegetasi

1.3. Daerah Aliran Sungai ( DAS ) atau Daerah Pengaliran Sungai ( DPS )

  Faktor-faktor tersebut tadi secara terpadu merupakan ekosistem suatu daerah pengaliran sungai ( DPS ), yang

  akan sangat berpengaruh terhadap besarnya debit banjir,

  corak hujan / banjir, debit dasar sungai, angkutan sedimentasi dan morphologi dari suatu sungai ( sebagai keluaran ). Agar lebih jelas dapat digambarkan sebagai berikut : intensitas MASUKAN HUJAN frekwensi letak geografis/iklim D.P.S. luas PROSES bentuk (Sungai Catchment) topografi geologi vegetasi debit banjir corak hujan / banjir KELUARAN ALIRAN AIR debit dasar

  Selanjutnya secara sederhana alur utama atau daerah aliran suatu sungai dapat dibagi atas 3 ( tiga ) bagian, yaitu :

a. Bagian Atas ( upstream ), dimana proses erosi berjalan ( sebagai erosi zone ) b.

  Bagian Tengah ( middle stream ), dimana terjadi proses erosi dan sedimentasi seimbang dan berjalan dinamis.

  c.

  Bagian Bawah ( down stream ), dimana proses

sedimentasi atau pengendapan lebih dominan. Gambar Profil Memanjang Sungai : ( kemiringan berubah oleh erosi dan pengendapan ) Bag.Atas/Hulu Bag. Tengah Bag. Bawah / Hilir Laut

  Erosi Kemiringan Eksogenitik Kemiringan Berubah Endapan / Sedimentasi Duga Lautan

  Bagian Atas / Hulu Aliran Sungai terletak di lereng gunung dengan kemiringan curam, sehingga aliran besar / deras disebut torrent. Torrent sering berada pada keadaan aliran kritis hingga sub kritis dengan kecepatan air dapat mencapai puluhan m’/detik,

  sehingga profil memanjang sungai ini sangat tidak beraturan ada yang curam atau terjal dan ada yang datar.

  Hal ini karena selain terjadi pengikisan atau erosi yang besar dan juga karena dasar dan sisi sungai terdiri dari bermacam-

  macam jenis tanah ( batuan, cadas, tanah liat, dsb. )

  Pada waktu banjir benda-benda yang diangkut ke hilir bukan sedimen halus saja, tetapi kerikil bahkan batu kerakal besar.

  Maka pada daerah atas sungai sering disebut erosi zone. Untuk mengatasi atau mengurangi hal-hal yang membahayakan, maka usaha yang perlu dilakukan ialah :

  a.

  Membangun Torrent Control, yaitu : check dam, sabo dam.

  b.

  Membangun Konservasi tanah-tanah DPS yang kritis, antara lain membuat :

  Terasering

  • Agroforestry
Hal tersebut untuk memeperkecil Sheet and Riil Erosion atau

  

hilangnya lahan / top soil dan akan menambah debit dasar /

base flow sungai.

  

Bagian Tengah aliran sungai , arus sudah mulai tenang

meskipun kemiringan rata-rata dasar sungai masih agak curam.

  

Kecepatan aliran banjir, sub kritis sampai dengan kritis

  mencapai ± 5 m’/detik. Benda-benda sedimen yang besar dan kasar dari kikisan daerah hulu mulai mengendap di bagian ini.

  Pada bagian tengah ini selain selalu terjadi proses pengendapan

  

sedimen ( agradasi ) dan juga masih terjadi proses pengikisan

( degradasi ), namun terjadi secara seimbang.

  Itulah sebabnya daerah tengah ini kurang lebih berada dalam keadaan seimbang dan dinamis. penampang melintang yang tersedia umumnya relatif

  Kondisi

  masih mencukupi untuk mengalirkan debit banjir, kecuali pada bagian peralihan ke bagian hilir sungai.

  

Bagian Bawah Aliran Sungai atau Hilir , berada di dataran

rendah pada ketinggian relatif kecil di atas permukaan air laut

rata-rata.

  Kemiringan sungai yang kecil menjadikan aliran subkritis dengan kecepatran arus banjir-pun mungkin hanya sekitar ± 2 m’/detik.

  Dengan kecepatan yang kecil ini untuk mengalirkan debit banjir tertentu akan membutuhkan penampang basah / melintang yang relatif lebih besar. Sehingga pada musim banjir air sering meluap ke daerah rendah di sekitar jkanan dan kiri bantaran sungai atau sering disebut flood

  Natural Levels ( Tanggul Alamiah ) ) AIR Flood Plain ( Dataran Banjir ) Sand Bank’s

  Low Water Bed ( Dasar Air Rendah ) Flood Plain ( Dataran Banjir ) Hight Water Level ( tinngi muka air banjir )

  Sungai bagian hilir ini sering disebut Alluvial.

  Karena kondisi tersebut, maka keadaan penampang melintang dan atau memanjang sungai relatif tidak stabil, sering bergerak berpindah secara dinamik mengikuti bentuk dan keadaan struktur tanah.

  Sehingga dapat berbentuk meandering atau bentuk

  yang berkelok-kelok .

  Pada bagian hilir ini terjadi proses pengendapan yang lebih

  

besar dari pada terjadinya pengikisan, kecuali pada saat debit

banjir berlebihan.

  Pada mulut atau muara sungai sebagai tempat terjauh air dan Hal ini akan menyebabkan terjadinya sedimentasi yang besar dan akan membentuk delta-delta ( deposisi ) dibagian muara ini dan hal ini akan menyebabkan perpanjangan sungai. Pada sungai yang belum ditanggul pembentukan delta ini akan

  

lambat, karena air dapat meluap ke daerah flood plain, namun

jika dibuat tanggal hal tersebut tidak dapat terjadi.

  Sehingga pembangunan tanggul akan menjadikan proses

  

pembentukan delta akan lebih cepat, apalagi jika DPS hulu

  bersangkutan amat kritis ( contoh kasus sungai cimanuk ), maka hal ini akan menaikan dasar sungai dan berarti kebutuhan peninggian tanggul guna melanjutkan debit air yang sama dengan sebelumnya. Hal ini merupakan salah satu akibat negatif dari

  Gambar Bagian Bawah Sungai pada Umumnya : A A Bohic line Crossing Atamox Bar Point Bar Pool C C Pool E E Crossing B B D F F 1). Broinded ( terpencar ) D ( lurus ) ( berbelok ) 2). Strogh 3). Meandering A A C C F E E F

1.4. Pengembangan Wilayah Sungai ( PWS )

  Pada umumnya suatu DPS yang relatif besar akan selalu berbatasan dengan DPS - DPS kecil dan sedang yang pendek-pendek sungainya, tetapi daerah tersebut umumnya dataran rendah sampai dengan rawa-rawa yang potensial untuk irigasi. Pengaturan DPS besar dengan DPS-DPS sedang dan kecil tetangganya akan dapat memberikan potensi yang maksimal

  guna dikembangkan (dalam kesatuan aspek air dan lahan) se- cara terpadu, menyeluruh, optimal dan berkelangsungan untuk berbagai tujuan ( serba guna / multi propose dan

1.4. Pengembangan Wilayah Sungai ( PWS )

  

Proyek Serba Guna / Multi Propose, seperti antara lain :

  Irigasi / Banjir / Konversi DPS Hulu / Pembangkit Listrik Tenaga Air ( PLTA ) / Penyediaan Bahan Baku Air Bersih (untuk : Domistik, Industri) / Rekreasi / Peng- lontoran ( sebagai Drainasi Perkotaan ) / Masalah Polusi (

  untuk Netralisir Pencemaran Kimia, Air, dsb ) / yang

  dihubungkan dengan Masalah Kependudukan, Sosial dan Lingkungan, dari penggabungan DPS-DPS tersebut.

1.4. Pengembangan Wilayah Sungai ( PWS )

  Penggabungan DPS - DPS yang dilihat dengan cara pendekatan kepentingan yang menyeluruh tersebut dinamakan

Wilayah Pengembangan dari suatu Sungai ( River Basin

Development ) atau dengan sebutan lain dapat dikatakan

  suatu Kawasan Pengembangan Pengairan secara Total ( sumber daya air dan sumber daya alam lainnya yang erat kaitannya dengan air ).

  Pada waktu ini oleh pengambil keputusan dan para ahli hidroteknik : konsep terpadu, menyeluruh, optimal dan berkelangsungan ini diungkapkan sebagai :

1.4. Pengembangan Wilayah Sungai ( PWS )

  Dengan melihat kesatuan wilayah sungai sebagai dasar pengembangan daerah, diharapkan dapat dicapainya “Optimum use and control of available water at river basin level ”.

  Jelas disini bahwa Pembuatan Waduk

  • – Waduk Serbaguna

  yang dibarengi dengan pengelolaan DPS hulu yang baik akan sangat mempertinggi potensi air dari wilayah sungai

  bersangkutan.

  Secara sederhana Potensi Sungai ini dapat dinyatakan dengan

  perbandingan debit banjir / maksimum dan debit dasar / Pembagian pendekatan PWS di Pulau Jawa :

1. BANTEN

  1.1. Teluk Lada

  6.3. Muria Utara

  6.2. Kuta

  6.1. Jlatun Seluna

  6. JLATUN SELUNA

  5. PEMALI COMAL

  4.2. Cisanggarung

  4.1. Cimanuk

  4. CIMANUK CISANGGARUNG

  3. JATILUHUR

  2. C.J.C

  1.2. Banten

  8. BRANTAS

  9. MADURA

  14. CITANDUY

  13.2 Kedu Selatan

  13.1 Serayu Kedu

  13. SERAYU KEDU

  12.2. Opak - Dayu

  12.1. Progo

  12. PROGO

  11. JATIM SELATAN

  10.2. Pekalen Sampean Selatan

  10.1. Pekalen Sampean Utara

  10. PEKALEN SAMPEAN

  15. JABAR SELATAN Pembagian pendekatan PWS di Pulau Jawa :

1.5. Pengembangan Antar Wilayah Sungai ( PAWS )

  Didalam kenyataan masing-masing wilayah sungai DPS mempunyai potensi air dan lahan yang berbeda-beda, sebagai contoh pulau Jawa : dibagian barat potensi air cukup baik, tetapi potensi lahan dalam ujud dataran rendah relatif kurang dibandingkan dengan potensi air tsb. Namun makin kebagian timur umumnya potensi air menurun oleh faktor letak geografi dimana hujannya berkurang, akan tetapi potensi tanah dalam ujud lahan dataran rendah ( low land ) relatif lebih luas ( Jawa Timur dan Madura ).

1.5. Pengembangan Antar Wilayah Sungai ( PAWS )

  Dengan melihat keadaan ini apabila kita dapat menyatukan

  seluruh wilayah sungai di Pulau Jawa dari Barat ke Timur

  dengan membuat saluran penghubung ( link canal ) yang

  memotong masing-masing sungai yang bermuara di utara,

  maka kekurangan air di daerah bagian timur jawa akan dapat disuplai dari bagian barat jawa yang relatif lebih

  banyak hujannya dan berpotensi untuk tempat waduk- waduk penyimpan air.

  Contoh yang telah ter-realisir adalah Pengembangan Sungai

  Bengawan Solo yang bermuaranya dapat mengairi daerah Jawa Timur.

1.5. Pengembangan Antar Wilayah Sungai ( PAWS )

  Pendekatan seperti ini disebut “Pengembangan Antar

  Wilayah Sungai ( PAWS )” atau “Inter River Basin Development”.

  Konsep ini pada bulan Oktober 1979 pernah dikemukakan oleh

  Prof. Dr. Bloamenstein kepada Departemen PU cq. Directorat

  Jendral Pengairan, sebagi konsep dalam mencapai “Optimasi Overall Water Management of Java Island ”.

1.5. Pengembangan Antar Wilayah Sungai ( PAWS )

  Dengan menyatukan sistem sungai-sungai di pulau Jawa akan dapat diperoleh hasil yang optimum dari penggunaan air untuk berbagai tujuan antara lain : a. Target Irigasi Perennial 3 (tiga) kali tanam per tahun untuk 2 ( dua ) juta ha.

b. Penyediaan Listrik Tenaga Air c.

  Dapat dikendalikannya keadaan air irigasi atau banjir dan drainasi daerah-daerah pantai.

  d.

  Saluran penghubung ( link canal ) tersebut dapat di-

1.5. Pengembangan Antar Wilayah Sungai ( PAWS )

  Lebih populer sistem ini dapat kita sebut dengan “Java Water

  Grid ”, yang bermakna identik dengan “Power Grid” dalam kelistrikan.

  Untuk membentuk Sistem Java Grid, tentunya merupakan suatu hal yang tidak mudah dan memerlukan pengkajian yang dalam dan luas ( menyeluruh ) serta dibutuhkan pendanaan yang sangat besar.

  Namun perlu dipikirkan penggabungan PAWS ini mulai dilakukan antara DPS – DPS yang memungkinkan , dimana pembangunan – pembangunan yan kan dan sedang berjalan