PENILAIAN RISIKO KESEHATAN KERJA DI BENGKEL AUTO 2000 Mona Lestari, Imelda G Purba, Anita Camelia

PENILAIAN RISIKO KESEHATAN KERJA DI BENGKEL AUTO 2000

Mona Lestari, Imelda G Purba, Anita Camelia 1

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

HEALTH RISK ASSESSMENT IN BENGKEL AUTO 2000 ABSTRACT

Background: Health Risk Assessment (HRA) was a tool used to determine the hazards and their impact on health in the workplace by conducting hazard identification, exposure assessment, risk assessment, control and documentation. Bengkel AUTO 2000 Cabang Plaju Palembang has a variety of hazards as well as having a high enough exposure so that the health risk assessment needs to be done. The purpose of this study was to determine the description of work activities, identify potential hazards, exposure level, know to the risks that may arise, and to determine the priority control based on the Risk Management Matrix. Method: This study used descriptive survey, observational approach that uses Walk Through Survey, where results are walking through the checklist, and then analyzed in Matrix Hazard Rating, Matrix Exposure Rating, Risk Matrix, and developed into Risk Manageable Matrix. Result: The results of this study found hazards included in the high risk category was Noise, medium risk

categories was Illumination, Dust (TSP), Gas (CO, NO 2 , SO 2 ), solvent, heavy metal, food sanitation, and ergonomic, and low risk categories was vibration, thermal stress, water supply, and psychosocial. Conclusion: Based on these results, expected in Bengkel AUTO 2000 Cabang Plaju Palembang can be done by applying noise control with Hearing Conservation Program, such as evaluating noise exposure, employee training, audiometric evaluation, control engineering/administrative control, and Personal Protective Equipment, such as earplug. Keywords: Health Risk Assessment (HRA), potensial health hazard in workshop, noise

ABSTRAK

Latar Belakang: Penilaian risiko kesehatan adalah suatu alat yang digunakan untuk mengetahui bahaya dan dampaknya terhadap kesehatan di tempat kerja dengan melakukan identifikasi bahaya, penilaian exposure, penilaian risiko, serta pengendalian dan dokumentasi. Bengkel AUTO 2000 Cabang Plaju Palembang memiliki hazard yang beragam serta memiliki exposure yang cukup tinggi sehingga perlu dilakukan penilaian risiko kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui deskripsi aktivitas kerja, mengidentifikasi potensial hazard, tingkatan keterpajanan, mengetahui risiko-risiko yang mungkin timbul, serta mengetahui prioritas pengendalian berdasarkan Risk Manageability Matrix. Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey deskriptif dengan pendekatan observasional yang menggunakan teknik Walk Through Survey, dimana hasil Walk Through dibuat Check list, lalu di analisa dalam Matrix Hazard Rating, Matrix Exposure Rating, Risk Matrix, dan dikembangkan dalam Risk Manageability Matrix . Hasil Penelitian: Hasil penelitian ini didapatkan potensial hazard yang masuk dalam kategori risiko tinggi

yaitu kebisingan (noise), kategori risiko sedang yaitu pencahayaan (illumination), dust (TSP), gas (CO, NO 2 , SO 2 ), solvent, heavy metal, sanitasi makanan, serta faktor ergonomi, dan kategori risiko rendah, yaitu : getaran (vibration), iklim kerja panas (thermal stress), water supply, dan faktor psikososial. Kesimpulan: Potensial hazard dengan risiko tertinggi adalah kebisingan (Noise) sementara tindakan pengendalian untuk hazard tersebut belum optimal, sehingga diharapkan pada pihak Bengkel AUTO 2000 Cabang Plaju Palembang dapat melakukan pengendalian kebisingan dengan melaksanakan Program Konservasi Pendengaran (Hearing Conservation Programs), seperti mengevaluasi pemajanan kebisingan, adanya pelatihan para pekerja, evaluasi audiometri, melakukan pengendalian engineering/administative control , serta memberikan alat pelindung diri seperti earplug pada pekerja. Kata Kunci: Penilaian risiko kesehatan, potensi bahaya kesehatan di bengkel, kebisingan

Alamat Koresponding: Mona Lestari, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya. Jl. Palembang Prabumulih KM. 32, Indralaya Indah Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, email : monalestari.fkmunsri@gmail.com

PENDAHULUAN

akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya mobilisasi dan perekonomian

Bengkel merupakan

salah

satu

masyarakat, khususnya di Kota Palembang lingkungan kerja yang memiliki jenis bahaya

dan sekitarnya.

kesehatan yang beragam, mulai dari faktor Penggunaan teknologi dalam setiap

fisik, kimia, biologi, ergonomi dan

1 kegiatan perbengkelan di Bengkel AUTO psikososial. Berbeda halnya dengan bahaya

2000, selain membantu dalam pekerjaan, tidak keselamatan, dampak bahaya kesehatan tidak

jarang juga dapat menimbulkan pengaruh dapat langsung terlihat. Penyakit yang

buruk apabila tidak dikelola dengan baik. diakibatkan oleh bahaya kesehatan lebih

Bahaya kesehatan di lingkungan kerja dapat banyak

berkontribusi dalam kematian dilihat pada flow sheet yaitu melihat dari awal

dibandingkan dengan bahaya keselamatan. proses kegiatan perbengkelan hingga akhir Hal ini terlihat dari data International

kegiatan.

Labour Organization (ILO) yang menyatakan Berdasarkan studi literatur, bahaya

bahwa setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian kesehatan yang dapat muncul di lingkungan

yang disebabkan oleh karena penyakit atau kerja bengkel yaitu bising dan getaran untuk

yang disebabkan oleh pekerjaan. Sekitar faktor fisik, penggunaan thinner pada proses

300.000 kematian terjadi dari 250 juta pengecatan untuk faktor kimia, sanitasi

kecelakaan, dan sisanya adalah kematian lingkungan untuk faktor biologi, dan adanya

karena penyakit akibat kerja dimana bahaya ergonomi, serta stress kerja untuk

diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat

2 faktor psikosial. Bahaya yang dapat muncul hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya.

di lingkungan kerja memiliki batasan yang Sementara data dari Dewan Keselamatan dan

perlu diperhatikan, yang sering disebut Nilai Kesehatan Kerja Nasional (DK3N), setiap

Ambang Batas (NAB). Nilai Ambang Batas tahun di dunia terjadi 270 juta kecelakaan

(NAB) untuk setiap bahaya pun berbeda-beda kerja, 160 juta pekerja menderita penyakit

3 berdasarkan regulasi yang telah ditetapkan akibat kerja. Dengan melihat angka kejadian

suatu negara.

tersebut, perlu adanya upaya yang dilakukan Setiap bahaya yang ada di lingkungan

untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja tidak diperbolehkan melampaui Nilai

kerja pada pekerja, salah satunya adalah Ambang Batas (NAB) yang telah ditentukan

dengan melakukan penilaian risiko kesehatan. karena sangat berbahaya bagi kesehatan

Penilaian risiko kesehatan terdiri dari

Menjamin kesehatan pekerja identifikasi bahaya, penilaian exposure , berbanding lurus dengan meningkatnya penilaian risiko, serta penentuan prioritas

pekerja.

sehingga dapat tindakan pengendalian terhadap bahaya.

produktivitas

kerja

produktivitas perusahaan. Bengkel AUTO 2000 merupakan salah

meningkatkan

Untuk mencapai hal tersebut, perlu adanya satu bengkel terbesar dan terlengkap di Asia

pengendalian khusus untuk menangani Tenggara, yang menyediakan pelayanan

bahaya-bahaya yang ada di lingkungan kerja. dalam

bentuk perbaikan, pengecatan, Namun, sebelum menetapkan pengendalian

pengelasan serta perawatan kendaraan. bahaya yang tepat perlu dilakukannya

Cabang Bengkel AUTO 2000 tersebar di penilaian risiko. Bengkel AUTO 2000 saat ini berbagai kota besar di Indonesia, salah belum melakukan penilaian risiko kesehatan

satunya yaitu Bengkel AUTO 2000 cabang sehingga belum mengetahui secara pasti Plaju Palembang. Saat ini, Bengkel AUTO bahaya apa saja yang dapat muncul di

2000 cabang Plaju Palembang dapat mencapai lingkungan kerjanya, serta seberapa besar

jumlah entry sebanyak 1.788 unit dengan bahaya tersebut bagi pekerja. Untuk itulah,

jumlah pekerja sebanyak 41 orang. Jumlah ini penilaian risiko kesehatan penting dilakukan jumlah pekerja sebanyak 41 orang. Jumlah ini penilaian risiko kesehatan penting dilakukan

langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini, yaitu: mempelajari hasil walk through

METODE

survey dalam bentuk check list dan flow sheet, Penelitian ini menggunakan metode

kemudian mengidentifikasi seluruh potensi penelitian

bahaya kesehatan dalam bentuk fisik, kimia, pendekatan observasional yang menggunakan

biologi, ergonomi, dan psiko-sosial pada teknik Walk Through Survey, dimana hasil

perbengkelan serta Walk Through dibuat check list, lalu di

seluruh

kegiatan

menilainya dengan standar penilaian bahaya analisa dalam matrix Hazard Rating, 5 Matrix

(hazard ratings) dan dikembangkan ke dalam

5 Exposure 5 Rating, Risk Matrix, dan

matrik hazard .

dikembangkan dalam Risk Manageability

Tabel 1. Hazard Rating

Hazard

Definisi

Rating (Potensi hazard dalam menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia)

0 Tidak menimbulkan cidera/gangguan kesehatan

1 Slight injury/Illness

(Menyebabkan cidera ringan dan sakit yang ringan. Biasanya menyebabkan gangguan kenyamanan, tidak mengganggu kinerja atau tidak menyebabkan kecacatan)

2 Minor injury/Illness

(Menyebabkan cidera ringan dan penyakit ringan yang mengganggu kinerja atau menyebabkan kehilangan waktu kerja)

3 Major injury/Illness

(Menyebabkan cidera serius dan penyakit yang berat, yang menyebabkan kecacatan dan mengganggu kinerja dan kehilangan waktu kerja yang lama)

4 Permanent total disability atau fatality

(Menyebabkan kecacatan total permanen atau kematian, misalnya: hidrogen sulfide, asbestos, dan benzene)

5 Multiple fatalities

(Menyebabkan kematian dalam jumlah yang banyak)

Lalu, seluruh bahaya yang telah diidentifikasi dilakukan penilaian dampak terhadap pekerja (exposure) dengan standar penilaian keterpajanan (exposure rating) dan dikembangkan ke dalam matrik Exposure.

Tabel 2. Exposure Rating

Exposure Rating

Definisi

A Very Low Exposure tidak menimbulkan gangguan kesehatan B Low

Exposure masih dibawah ambang batas, masih terkontrol dengan baik melalui kriteria screening dan performance

C Medium Exposure mendekati ambang batas, masih memenuhi kriteria screening dan performance. Namun kontrol terhadap nilai exposure dapat mengalami perubahan

D High Exposure diatas ambang batas, sudah tidak dapat dikontrol melalui kriteria screening dan performance , secara kontinu terus bertambah, jauh melebihi ambang batas

E Very High Exposure jauh melebihi ambang batas, sudah menimbulkan gangguan kesehatan pada individu yang terpapar

Setelah itu melakukan penilaian dan terakhir membuat Risk Manageability terhadap

risk masing-masing hazard Matrix (Boston Square). berdasarkan jenis hazard dan exposure-nya dalam lingkungan kerja dengan cara matrik exposure dikalikan dengan matrik hazard,

HASIL PENELITIAN

Kebisingan berdasarkan Penilaian risiko kesehatan dilakukan

Batas (NAB)

Permenkes Nomor 70 Tahun 2016 yaitu 85

pada dua lokasi di Bengkel AUTO 2000, yaitu dBA, yaitu pada Lokasi Stall General Repair Lokasi Stall General Repair dan lokasi Body

(dekat ruang Spooring), dengan tingkat and Paint Repair . Lokasi Stall General

kebisingan sebesar 86,4 dBA. Sementara di Repair merupakan area perbaikan mesin

lokasi Body and Paint Repair, area di dekat kendaraan, seperti penggantian oli, service

Oven Pengecatan berada di atas NAB, dengan berkala, serta kerusakan-kerusakan mesin

tingkat kebisingan yaitu 85,7 dBA. lainnya. Sedangkan lokasi Body and Paint

kebisingan pada sumber Repair merupakan area perbaikan kendaraan

Pengukuran

dilakukan pada sumber bising. Untuk di lokasi berupa pengecatan, penggantian

Stall General Repair , dilakukan pada mesin kendaraan, pemolesan, serta perbaikan

body

kompresor yang ada di lokasi tersebut. Untuk kerusakan-kerusakan berat yang lainnya.

di lokasi Body and Paint Repair, pengukuran dilakukan pada mesin kompresor, mesin oven

Identifikasi dan Tingkat Keterpajanan

pengecatan, dan pada peralatan kerja seperti

Faktor Fisik

gerinda tangan, dan pengetokan. Dari hasil

Bising ( Noise)

pengukuran, semua sumber bising berada di atas Nilai Ambang Batas Kebisingan (86,8-

Sumber bising pada lokasi Stall

106 dBA).

General Repair di Bengkel AUTO 2000 yaitu

bersumber dari kegiatan running test (tes

Pencahayaan ( Illumination)

kendaraan), mesin kompresor yang berada di Stall , dan Air Gun. Pada lokasi Body and

Pada lokasi Stall General Repair, Paint Repair , sumber bising berasal dari

pekerja membutuhkan pencahayaan lokal mesin oven pengecatan, mesin kompresor

untuk menunjang kegiatan pemeriksaan serta yang berada di dekat mesin oven pengecatan,

perbaikan mesin kendaraan dimana pekerjaan gerinda tangan, spray painting, kegiatan

tersebut tergolong pada pekerjaan yang teliti pengetokan, dari kegiatan pengelasan, serta

yaitu melihat benda yang kecil serta dilakukan dari kegiatan pemolesan. Keterpajanan tinggi

secara rutin, seperti pekerjaan memasang baut dan terus-menerus terhadap bising dapat

pada mesin di bawah mobil. Sedangkan untuk mengakibatkan Noise Induced Hearing Loss

lokasi Body and Paint Repair merupakan area (NIHL) bagi pekerja yang terpajan. Untuk

terbuka sehingga untuk pencahayaan sendiri mengetahui tingkat kebisingan di Bengkel

cukup memenuhi standar yang ditetapkan. AUTO

Pencahayaan yang tidak baik atau tidak kebisingan dengan menggunakan Sound Level

2000 dilakukan

pengukuran

memenuhi standar yang telah ditetapkan dapat Meter (SLM).Pengukuran dilakukan pada

berakibat terjadinya kelelahan kerja, kelalaian lingkungan kerja dan pada sumber di dua

kerja, yang berakibat terjadinya kecelakaan lokasi tersebut. Untuk lokasi Stall General

kerja. Pengukuran Pencahayaan/Intensitas Repair dilakukan pada lima titik, yaitu

Cahaya dengan menggunakan Lux Meter. masing-masing sudut lokasi dan di tengah-

Pengukuran dilakukan hanya pada lokasi Stall tengah lokasi. Untuk lokasi Body and Paint

General Repair karena pada lokasi Body and Repair dilakukan pada tiga titik, yaitu pada

Paint Repair merupakan area terbuka area dekat oven pengecatan, dekat pintu

pencahayaan berasal dari darurat dan area pemolesan.

sehingga

pencahayaan alami yaitu sinar matahari. Pada Berdasarkan hasil pengukuran di

saat dilakukan pengukuran cuaca sedang Lokasi Stall General Repair, terdapat nilai

cerah dan tanpa menggunakan pencahayaan tingkat kebisingan melebihi Nilai Ambang

buatan/lampu.

serta dengan beban kerja sedang dengan NAB

pencahayaan umum dengan menentukan lima 7 yaitu 28,0 C, maka hasil pengukuran Iklim titik pada lokasi Stall General Repair dan

Kerja Panas pada lokasi Stall General Repair pencahayaan o lokal, dengan pengukuran masih berada dibawah NAB yaitu 26,2 C

dilakukan pada pekerja yang bekerja di bawah (pada semua titik). Sementara di Lokasi Body mobil.

and Paint Repair berada di atas NAB yaitu berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI o 28,8 C(area di dalam Oven Pengecatan).

Standar minimal

pencahayaan

Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002, dimana untuk pekerjaan rutin dan pekerjaan halus

Getaran ( Hand Arm Vibration)

standar minimal secara berurutan adalah 300

8 Pada lokasi Stall General Repair, dan 1000 lux. Dari hasil pengukuran

getaran dapat ditimbulkan dari Air Gun. Pada menunjukkan bahwa masih ada intensitas

lokasi Body and Paint Repair, pekerja yang cahaya yang belum memenuhi standar

terpajan getaran adalah pekerja yang minimal

menggunakan peralatan kerja seperti gerinda pencahayaan umum, titik 1 (dekat ruangan

tangan, mesin las, dan mesin bor. Getaran- spare part ) dengan intensitas cahaya 295 lux

getaran yang ditimbulkan dari peralatan kerja dan untuk pencahayaan lokal berkisar antara

tersebut dapat mengakibatkan efek pada 23-39 lux.

tangan dan lengan (Hand Arm Vibration), seperti White Finger (tangan pucat),

Iklim Kerja Panas ( Thermal Stress)

degenerasi saraf, hilangnya indera peraba dan Iklim kerja panas dapat terjadi pada

perasa (untuk rasa panas), terhentinya lokasi Stall General Repair pada saat volume

pertumbuhan otot dan tenosynovitis, serta kendaraan yang meningkat sehingga lokasi

dapat menyebabkan kelainan pada otot dan tersebut padat akan kendaraan, ditambah lagi

rangka. Penilaian dampak keterpajanan pada dengan cuaca cerah pada siang hari.

bahaya getaran dilakukan dengan observasi. Sedangkan pada lokasi Body and Paint

Berdasarkan hasil observasi, pekerjaan- Repair , iklim kerja panas dapat dihasilkan

pekerjaan yang telah disebutkan di atas tidak dari oven pengecatan. Iklim kerja yang panas

dilakukan terus-menerus, dan dilakukan dapat berpengaruh pada kesehatan pekerja,

dalam frekuensi waktu yang tidak terlalu lama meliputi Heat Stroke, Heat Cramps, Heat

sehingga efek bagi kesehatan masih dapat Exhaustion, serta kemudian Heat Disorder.

dikontrol.

Pengukuran Iklim Kerja Panas dilakukan dengan menggunakan Indeks Suhu Basah dan

Faktor Kimia

Bola (ISBB) atau Welt Bulb Globe

Dust (TSP) dan Gas

Temperature (WBGT) Index. Pengukuran Debu (Dust) dalam hal ini merupakan dilakukan selama 30 menit.

Total Suspended Particulate (TSP), dapat Pengukuran

dihasilkan dari emisi gas buang kendaraan. dilakukan pada kedua lokasi. Pada lokasi stall

Selain itu, berasal juga dari tanah kering yang General Repair, pengukuran dilakukan pada

menempel pada kendaraan dan komponen dua titik, yaitu di tengah pada sebelah kiri dan

kendaraan, seperti rem dan Air Cleaner. Jika di tengah pada sebelah kanan. Pada lokasi

kadar TSP yang dihirup pekerja melebihi Body and Paint Repair, pengukuran dilakukan

NAB berdasarkan Baku Mutu Udara Ambien di area yang berada di bawah atap, serta di

menurut Peraturan Gubernur Sumatera dalam

Selatan Nomor 17 Tahun 2005 yaitu 230 Permenkes Nomor 70 Tahun 2016 untuk

oven pengecatan.

Berdasarkan

3 µg/Nm 9 /24 jam, maka dapat menimbulkan waktu kerja 75% dan waktu istirahat 25%

gangguan kesehatan berupa Pneumoconiosis, gangguan kesehatan berupa Pneumoconiosis,

dengan melihat jenis solvent yang digunakan

dan melihat dampak kesehatan pada pekerja dihasilkan dari proses pembakaran tidak

Gas berupa CO, NO 2 , dan SO 2 , dapat

dengan mempelajari Material Safety Data sempurna pada mesin kendaraan yang keluar

Sheet (MSDS).

melalui knalpot kendaraan pada saat running Ditinjau dari MSDS, thinner dapat test . Sehingga hal tersebut juga dapat

mengganggu kesehatan pekerja. Thinner dapat mempengaruhi kualitas udara pada Bengkel

menimbulkan iritasi pernafasan, iritasi mata, AUTO 2000. Kadar maksimum yang

dermatitis, sakit kepala, kehilangan kesadaran, diperbolehkan berdasarkan Baku Mutu Udara

gangguan pada ginjal dan jantung, bahkan Ambien

dapat berakibat pada kematian. Komposisi Sumatera Selatan Nomor 17 Tahun 2005

menurut

Peraturan Gubernur

thinner terdiri dari toluene dan aseton, untuk gas-gas tercemar ini adalah masing-

dimana toluene dan aseton juga dapat masing untuk CO yaitu 30.000 µg/Nm 3 /1 jam

berbahaya bagi pekerja, baik melalui atau 10.000 µg/Nm 3 /24 jam, untuk NO

3 3 kontak mata, kulit, dan terhirup oleh 400 µg/Nm /1 jam atau 150 µg/Nm /24 jam,

2 yaitu

3 pekerja. Target organ untuk toluene yaitu dan untuk SO 2 yaitu 900 µg/Nm /1 jam atau

3 9 ginjal, sistem saraf pusat, dan hati. Toluene 365 µg/Nm /24 jam. dapat menyebabkan iritasi mata, iritasi kulit,

Untuk mengetahui kadar TSP dan gas iritasi sistem pencernaan, dan dampak-

di Bengkel AUTO 2000 Cabang Plaju dampak yang sama seperti yang disebabkan Palembang dilakukan pengukuran kualitas

oleh thinner. Adapun untuk aseton dapat udara ambien dengan menggunakan metode

menyerang sistem saraf pusat pada Impinger. Hasil pengukuran kualitas udara

konsentrasi tinggi, iritasi mata, iritasi kulit,

kehilangan koordinasi dan keseimbangan, telah dilakukan oleh hyperkes (data

ambien dust (TSP) dan gas CO, SO 2 , NO 2 )

serta kematian.

perusahaan) sehingga tidak dilakukan lagi

pengukuran. Dari data hasil pengukuran,

Heavy Metal

diketahui bahwa kadar debu dan gas di Bengkel AUTO 2000 tidak ada yang melebihi

Heavy Metal terkandung dalam bahan NAB, dimana kadar debu berada antara

kawat las yang digunakan pada kegiatan 109,66-197,68 µg/Nm 3 , CO berada antara

pengelasan. Bahan kawat las yang digunakan 202,2-569,4 µg/Nm 3 , SO

berupa Electrode LB-52. Berdasarkan MSDS, 39,34-56,22 µg/Nm 3 , dan NO

2 berada antara

kandungan logam berat dalam Electrode LB- 35,52-39,78µg/Nm 3 .

2 berada antara

52 terdiri dari Besi (Fe) dan Mangan (Mn). Sedangkan jenis bahan/benda yang di las

Solvent

berupa Stainless. Berdasarkan MSDS, komposisi logam berat yang terkandung

Keterpajanan solvent dapat ditemukan dalam Stainless terdiri dari Cromium (Cr), pada pekerja yang sedang melakukan

Mangan (Mn), Nikel (Ni), Selenium (Se), pengecatan dan perbaikan kendaraan di lokasi

Molibenum (Mo) dan Besi (Fe).Tidak Body and Paint Repair . Pekerja menggunakan

dilakukan pengukuran terhadap kadar Heavy solvent sebagai pencampuran bahan cat serta

Metal , hanya dilakukan observasi dengan untuk membersihkan beberapa bagian

melihat jenis Heavy Metal apa yang kendaraan yang sulit dibersihkan dengan

digunakan dan melihat dampak kesehatan menggunakan air biasa. Jenis solvent yang

pada pekerja dengan mempelajari Material digunakan di Bengkel AUTO 2000 berupa

Safety Data Sheet (MSDS). thinner . Tidak dilakukan pengukuran terhadap

Ditinjau dari MSDS, Cromuim (Cr) makanan yang dikonsumsi oleh para pekerja dapat berbahaya bagi kesehatan, seperti

tidak dapat diketahui apakah sudah memenuhi kanker, iritasi hidung, gangguan pencernaan,

persyaratan hygiene sanitasi makanan sesuai iritasi mata dan bisa menyebabkan kematian.

dengan Keputusan Menteri Kesehatan Pajanan Nikel (Ni) dapat terjadi melalui

Indonesia Nomor kontak kulit, inhalasi dan saluran pencernaan. 10 715/Menkes/SK/2003. Perusahaan juga

Republik

Pajanannya dapat berakibat iritasi pada kulit, belum pernah melakukan uji laboratorium gangguan pada alat pernapasan, gangguan

terhadap makanan tersebut. gastrointestinal, serta kanker. Pajanan Besi (Fe) melalui inhalasi dapat menyebabkan

Water Supply

kanker paru-paru dan fibrosis pada paru-paru. Untuk memenuhi kebutuhan air minum Sedangkan

para pekerja, Bengkel AUTO 2000 Cabang mengakibatkan gangguan sistem saraf, sirosis

Plaju Palembang menyediakan air galon. hati, kerusakan otak, dan infeksi saluran

Sedangkan untuk kebutuhan air sanitasi, pernafasan bagian atas. Akibat dari pajanan

perusahaan mensuplai air dari Perusahaan Molibdenum (Mo) adalah iritasi pada hidung

Daerah Air Minum (PDAM). Air minum dari dan tenggorokan. Dan akibat dari Selenium

air galon yang dibeli dari Air Minum Depot (Se) berupa gangguan hati, muntah, sakit

Isi Ulang (AMSIU) yang berada di sekitar perut, iritasi mukosa, serta gangguan alat

lokasi perusahaan, serta untuk suplai air pencernaan.

sanitasi dari PDAM. Sementara, beberapa penelitian menyatakan bahwa masih banyak

Faktor Biologi

AMDIU serta PDAM yang belum memenuhi

Sanitasi Makanan

persyaratan berdasarkan Peraturan Menteri Bengkel AUTO 2000 Cabang Plaju

Kesehatan Republik Indonesia Nomor Palembang bekerja sama dengan jasa catering

492/MENKES/PER/IV/2010 tentang untuk memenuhi kebutuhan makan pekerja

Persyaratan Kualitas Air Minum. 11 Dampak pada hari kerja Senin sampai Jumat.

kesehatan bagi pekerja yaitu berupa Water Sedangkan untuk hari Sabtu dan Minggu,

Borne Diseases yang merupakan jenis-jenis perusahaan memakai jasa nasi bungkus dari

penyakit yang ditularkan air. rumah makan yang berada di sekitar

perusahaan. Seperti yang diketahui bahwa

Ergonomi

masih ada beberapa jasa boga yang tidak Pengukuran ergonomi menggunakan

memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan kuesioner dari Washington Administrative

dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

10 Code (WAC). Bahaya ergonomi yang

715/MENKES/SK/V/2003. Apabila

ditimbulkan dalam melakukan kegiatan makanan yang dikonsumsi pekerja Bengkel

perbengkelan di Bengkel AUTO 2000 yaitu AUTO 2000 tidak memenuhi persyaratan,

awkward posture , yang terjadi pada saat maka dapat menimbulkan masalah kesehatan jongkok, membungkuk, berdiri di bawah berupa Food Borne Diseases, keracunan

kendaraan yang menggunakan lift car dengan makanan, serta dapat berakibat fatal berupa posisi kepala mendongak ke atas atau posisi kematian.

berbaring di bawah kendaraan yang tidak Berdasarkan

hasil observasi

di

menggunakan lift car. Posisi kerja seperti itu lapangan, Bengkel AUTO 2000 Cabang Plaju

terjadi berulang-ulang meski tidak dalam Palembang belum mempunyai tim khusus

frekuensi waktu yang lama. Namun jika posisi untuk melakukan inspeksi terhadap makanan

kerja tersebut dilakukan secara berulang-ulang pada jasa catering maupun terhadap makanan

dengan posisi kerja yang berganti-ganti, maka pekerja berupa nasi bungkus. Sehingga dengan posisi kerja yang berganti-ganti, maka pekerja berupa nasi bungkus. Sehingga

pekerja di Bengkel AUTO 2000 Cabang Plaju cedera

Palembang, didapatkan 3 pekerja yang pinggang (low back pain).

mengalami stress kerja. Pengolahan kuesioner

Psikososial

dengan penentuan scoring menggunakan Faktor psikososial yang dapat muncul

Skala Likert. Pekerja dapat dinyatakan di Bengkel AUTO 2000 Cabang Plaju

mengalami stress kerja apabila jumlah scoring Palembang yaitu stress kerja. Stress kerja

dari kuesioner tersebut diatas 75%. Dilihat dapat disebabkan oleh beberapa hal

dari hasil kuesioner ketiga pekerja tersebut, berdasarkan NIOSH, seperti adanya konflik

stress kerja yang dialami oleh pekerja tersebut pada peran, pimpinan bertindak tidak fair,

yaitu karena adanya konflik pada peran suasana kerja yang kurang harmonis,

mereka sebagai anggota kerja, selain itu juga upah/gaji kurang atau bahkan tidak

menurut mereka pimpinan di unit kerja mencukupi. 12 Serta, pekerja kurang atau tidak

mereka seringkali bertindak tidak fair, serta mendapat kesempatan untuk mengembangkan

pekerjaan yang mereka kerjakan terlalu berat keahlian dan tidak mendapat kesempatan

dan mereka tidak punya kekuasaan untuk untuk dipromosikan ke jabatan yang lebih

mengubahnya. Stress kerja juga dapat saja baik, serta pekerjaan terlalu berat dan tidak

timbul akibat pekerjaan yang monoton. Selain punya kekuasaan untuk mengubahnya. Selain

itu, beban untuk mencapai target yang itu, pekerjaan yang monoton, pekerja

ditetapkan oleh perusahaan. Perusahaan diharuskan untuk melakukan pekerjaan secara

mengharuskan pekerja untuk bekerja dengan cepat dan target entry yang harus dicapai

cepat, serta adanya rasa takut tidak dapat pekerja tiap bulannya juga dapat menjadi

memberikan pelayanan yang baik kepada penyebab timbulnya stress pada pekerja.

pelanggan atau pekerja tidak dapat meng- Pengukuran

handle pekerjaan akibat over target. menggunakan kuesioner baku dari NIOSH. 13

faktor

psikososial

Tabel 3. Matrik Penilaian Potensial Hazard (Hazard Rating)

Score Faktor Fisik

Elemen

Potensi Bahaya

Bising (Noise)

4 Pencahayaan (Illumination)

NIHL

2 Iklim Kerja Panas (Thermal Stress)

Accident

Heat Disorders 2 Getaran (Hand Arm Vibration)

White Finger , Kelainan Otot dan Rangka 3

Faktor Kimia

Dust (TSP) Pneumokoniosis 4

Chemical asphyxiants 4 Solvent

Gas (CO, SO 2 , NO 2 )

4 Heavy Metal

Iritasi respirasi, Kematian

Metal Fume Fever, Cancers

Faktor Biologi

Sanitasi Makanan

4 Water Supply

Food Borne Diseases , Kematian

Water Borne Diseases

Ergonomi

Musculoscletal Diseases (MSDs)

Psikososial

Stress Kerja

Hasil kajian terhadap bahaya yang ada matrik identifikasi bahaya (hazard rating) dan di Bengkel AUTO 2000 kemudian diberi

matrik exposure rating, masing-masing score score . Penilaian bahaya dimasukkan kedalam

dapat dilihat pada Tabel 3. dan Tabel 4.

Tabel 4. Matrik Penilaian Pemajanan ( Exposure Rating)

Score Faktor Fisik

Elemen

Exposure Level

Bising (Noise)

4 Pencahayaan (Illumination)

High (NAB)

4 Iklim Kerja Panas (Thermal Stress)

High (NAB)

3 Getaran (Hand Arm Vibration)

Medium (NAB)

Normal (NAB)

Faktor Kimia

Dust (TSP)

2 Gas (CO,SO 2 ,NO 2 )

Normal (NAB)

2 Solvent

Normal (NAB)

3 Heavy Metal

Medium (Data Sekunder)

Medium (Data Sekunder)

Faktor Biologi

Sanitasi Makanan

3 Water Supply

Medium (Observasi)

Good (Observasi)

Ergonomi

Awkward posture

Psikososial

Good (Quisioner)

Penilaian Risiko Kesehatan

adalah melakukan penilaian risiko. Penilaian Setelah melakukan penilaian pada

Risk Matrix didapatkan dari hasil perkalian potensial hazard dan tingkat keterpajanan

antara Hazard Rating dengan Exposure (exposure) di Bengkel AUTO 2000 Cabang

Rating (R=HxE).

Plaju Palembang, maka langkah selanjutnya

Tabel 5. Matrik Risiko ( Risk Matrix)

Exposure Rating

Hazard Rating

2 Stress Kerja

Iklim Kerja Panas

Pencahayaan

3 Getaran, Water Supply Ergonomi

4 Dust, Gas

Solvent, Heavy Metal,

Bising (Noise)

Sanitasi Makanan

Keterangan :

: Kategori Risiko Tinggi : Kategori Risiko Sedang : Kategori Risiko Rendah

Selanjutnya data yang telah didapat yang telah dilakukan oleh Bengkel AUTO dimasukkan dalam Risk Manageability

2000, maka daftar pada Risk Matrix diatas Matrix. Namun terlebih dahulu memasukan

dimasukkan ke dalam Risk Manageability tingkat pengendalian yang telah dilakukan

menentukan prioritas oleh Bengkel AUTO 2000 Cabang Plaju

Matrix guna

harus dilakukan Palembang untuk tiap-tiap variabel hazard.

Setelah menetapkan tingkat pengendalian

Tabel 6. Matrik Risiko ( Risk Matrix)

Pengendalian Faktor Fisik

Bising (Noise)

S Pencahayaan (Illumination)

R Iklim Kerja (Thermal Stress)

S Getaran (Hand Arm Vibration)

Faktor Kimia

Dust (TSP)

S Solvent

Gas (CO,SO 2 ,NO 2 )

S Heavy Metal

Faktor Biologi

Sanitasi Makanan

R Water Supply

Ergonomi

Psikososial

Keterangan: Tingkat Pengendalian:

Rendah (R) : Masalah tersebut belum dikelola dan pajanan belum dikendali Sedang (S)

: Masalah tersebut sudah dikelola tapi pajanan masih belumterkendali Tinggi (T)

: Masalah tersebut sudah dikelola dan pajanan sudah terkendali

Dust (TSP)

Medium

Food Sanitation

Gas Solvent

Heavy Metal

Ergonomi

Vibration

Thermal Stress

Low

Water Supply

Gambar 1. Risk Manageability Matrix

PEMBAHASAN

kebisingan yang berbeda. Sumber bising yang

Kategori Risiko Tinggi

terdapat pada lokasi Stall General Repair Berdasarkan hasil penelitian, potensial

berasal dari mesin dan alat yang sedang hazard di Bengkel AUTO 2000 cabang Plaju

dioperasikan di lokasi tersebut. Mesin dan alat Palembang yang termasuk dalam kategori

tersebut berupa mesin kompresor dan Air risiko tinggi adalah bising (Noise). Kebisingan

Gun . Jenis kebisingan pada mesin kompresor pada dua lokasi kerja, yaitu lokasi Stall

berupa kebisingan yang kontinu dengan General Repair dan lokasi Body and Paint

spektrum frekuensi yang luas, sedangkan pada Repair, memiliki sumber dan tingkat

Air Gun merupakan jenis kebisingan berupa Air Gun merupakan jenis kebisingan berupa

Kebisingan dengan nilai 78,7-85,7 dBA. Hal tertutup berbeda dengan lokasi Body and

tersebut dikarenakan mesin oven pengecatan Paint Repair yang merupakan area terbuka.

dan mesin kompresor sedang dioperasikan Suara-suara yang ditimbulkan dari mesin

secara bersama-sama. Jenis kebisingan ini kompresor, Air Gun, serta suara deru mesin

merupakan kebisingan yang kontinu dengan kendaraan yang dihidupkan untuk mengecek

spektrum frekuensi yang luas. apakah mesin kendaraan dapat berfungsi

Sedangkan hasil pengukuran kebisingan dengan baik atau tidak, dapat bergema di

pada sumber kebisingan, semua sumber lokasi ini. Hasil pengukuran tingkat

melebihi Nilai Ambang Batas Kebisingan kebisingan pada lingkungan kerja untuk lokasi

yaitu melebihi 85 dBA. Serta dilakukan juga Stall General Repair, menyatakan bahwa pada

pengukuran terhadap pekerja yang terpajan, titik 4 melebihi NAB. Titik 4 tersebut

yaitu pekerja yang terpajan dari pekerjaan merupakan area kerja di depan Ruang

pengetokan sebesar 87-97 dBA serta pekerja Spooring, dengan hasil pengukuran 72,5-86,4

yang terpajan di sekitar mesin oven dBA.

pengecatan sebesar 84,9-86,8 dBA. Dari hasil Pada saat dilakukan pengukuran di titik

pengukuran pada pekerja yang terpajan, dapat

pekerja terpajan berlangsung kegiatan perbengkelan, seperti

4, sekitar area tersebut sedang banyak

disimpulkan

bahwa

kebisingan terputus-putus (intermitent) yang menaikkan kendaraan dengan menggunakan

melebihi NAB setiap harinya. lift car , suara mesin kendaraan yang sedang running test , dan suara manusia juga turut

Kategori Risiko Sedang

mempengaruhi pengukuran pada titik ini. Potensial hazard yang termasuk dalam Karena pada saat dilakukan pengukuran,

kategori risiko sedang adalah Pencahayaan terdapat pekerja yang sedang mengobrol di

(Illumination), Dust (TSP), Gas (CO, NO 2 , ruang spooring, selain itu, juga ada teriakan-

SO 2 ), Solvent, Heavy Metal, Food Sanitation, teriakan pekerja di lokasi Stall General

dan Ergonomi. Bahaya dari pencahayaan yang Repair . Seperti yang dinyatakan oleh Luxson,

tidak memadai pada saat melakukan pekerjaan bahwa tingkat kebisingan suara manusia

perbengkelan dapat menyebabkan cidera memang jauh lebih kecil dibandingkan

ringan pada pekerja yang mengganggu kinerja dengan sumber suara lainnya, namun

atau menghilangkan waktu kerja. Kurangnya demikian, suara manusia tetap diperhitungkan

14 pencahayaan pada saat melakukan pekerjaan sebagai sumber suara di tempat kerja.

mengakibatkan terjadinya Sementara, pengukuran kebisingan pada

dapat

saja

kecelakaan kerja, seperti tangan tertusuk atau sumber kebisingan yang terdapat pada lokasi

terjepit benda tajam pada mesin kendaraan. Stall General Repair, yaitu pengukuran pada

akibat kurangnya mesin kompresor juga melebihi NAB

Risiko

bahaya

pencahayaan/intensitas cahaya hanya dapat Kebisingan dengan nilai tingkat kebisingan

timbul pada lokasi Stall General Repair. 84,2-86,8 dBA. Sumber bising pada lokasi

Karena pada lokasi Body and Paint Repair Body and Paint Repair berasal dari mesin

merupakan area terbuka yang pencahayaannya oven pengecatan, mesin kompresor yang

berasal dari sinar matahari sehingga berada di samping mesin oven pengecatan,

pencahayaan di lokasi tersebut memenuhi gerinda tangan, pada kegiatan spray painting,

standard. Dari hasil pengukuran menunjukkan kegiatan pengetokan dan kegiatan pemolesan.

bahwa masih ada intensitas cahaya yang Setelah dilakukan pengukuran kebisingan

standar minimal pada lingkungan kerja di lokasi Body and

belum

memenuhi

pencahayaan yang telah ditetapkan, 8 terutama Paint Repair , didapatkan bahwa pada titik 1 pencahayaan yang telah ditetapkan, 8 terutama Paint Repair , didapatkan bahwa pada titik 1

terpajan debu dan gas.

mobil. Hasil intensitas cahaya yang diperoleh Kemudian potensi bahaya untuk gas melalui pengukuran sangat jauh di bawah

(CO, NO 2 , SO 2 ), gas CO dapat mengakibatkan standar.

Chemical Asphyxiants dimana CO berikatan Pada faktor kimia, didapatkan hazard

dengan Hemoglobin (Hb) 200 lebih kuat dari berupa debu (dust), dalam hal ini berupa Total

pada O 2 sehingga oksigen tidak dapat Suspended Particulate (TSP),TSP dihasilkan

berikatan dengan Hb. Menurut Departemen dari emisi gas kendaraan, mengandung timbal

Kesehatan, pengaruh utama polutan SOx hitam (Pb), serta dapat juga berasal dari tanah

terhadap manusia adalah iritasi sistem kering yang menempel pada mesin kendaraan 15 pernafasan. Sedangkan untuk gas NO

2 seperti rem dan Air Cleaner. Penyakit

sangat berbahaya bagi manusia. NO 2 bersifat Pneumokoniosis merupakan salah satu

racun terutama terhadap paru. Kadar NO 2 penyakit yang diakibatkan oleh keterpajanan

yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat debu, yang terjadi karena penimbunan debu

mematikan sebagian besar binatang percobaan dalam paru-paru. Gejala klinis keracunan

dan 90% dari kematian tersebut disebabkan timah hitam pada individu dewasa tidak akan

oleh gejala pembengkakan paru (edema timbul pada kadar Pb yang terkandung dalam

pulmonari ). Kadar NO 2 sebesar 800 ppm akan darah dibawah 80 mg Pb/100 gram darah

100% kematian pada namun hambatan aktivitas enzim untuk

mengakibatkan

binatang-binatang yang diuji dalam waktu 29 sintesa haemoglobin sudah terjadi pada

menit atau kurang. Pemajanan NO 2 dengan kandungan Pb normal (30 15 –40 mg). Ditinjau

kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap dari MSDS, gejala keracunan akut didapati

manusia mengakibatkan kesulitan dalam bila tertelan dalam jumlah besar yang dapat

bernafas. Untuk solvent dan heavy metal, menimbulkan sakit perut muntah atau diare

dilihat dari kandungan bahan kimianya dan akut.

ditinjau MSDS-nya, diketahui bahwa pekerja menyebabkan hilang nafsu makan, konstipasi

Gejala keracunan kronis

bisa

yang terpajan secara terus-menerus akan lelah sakit kepala, anemia, kelumpuhan

mengalami gangguan kesehatan. Untuk anggota badan, kejang dan gangguan

mengurangi keterpajanan, pekerja diberi penglihatan,

fasilitas APD berupa masker dan kacamata karsinogenik. 16 Kadar debu di bengkel juga

oleh perusahaan. Namun, tetap masih ada saja diperkuat dengan hasil penelitian Sihombing,

pekerja yang tidak menggunakan masker dan yang menyimpulkan bahwa dari 15 bengkel

kacamata yang berstandar. pandai besi terdapat 9 diantaranya tidak

Dalam hal sanitasi makanan Bengkel memenuhi syarat dengan kadar debu tertinggi

AUTO 2000 belum memiliki pengawasan pada bengkel pandai besi II yaitu 9,37 mg/m 3 terhadap penyediaan makanan pekerja

dan 6 bengkel pandai besi memenuhi syarat sehingga tidak diketahui bagaimana sanitasi dengan kadar debu terendah pada bengkel

makanan untuk pekerja. Seperti penelitian

3 pandai besi XV yaitu 8,96 mg/m 16 . Kadar yang dilakukan oleh Andriani, aplikasi debu ruang kerja pandai besi baik yang

higiene sanitasi makanan di Instalasi Gizi memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat

RSUD Palembang BARI tidak memenuhi dapat menyebabkan gangguan saluran

dikarenakan tingkat pernafasan pada pekerja 15 bengkel pandai 17 pencapaiannya hanya sebesar 52,7%. Hal ini

persyaratan

besi. 17 Ventilasi yang kurang baik serta alat tidak sesuai dengan Kepmenkes No. 715 penangkap debu yang belum bekerja dengan

tahun 2003 tentang Higiene Sanitasi Makanan sempurna mengakibatkan sirkulasi udara di

Jasa boga yang dapat dikategorikan Bengkel AUTO 2000 masih belum baik.

memenuhi persyaratan jika tingkat pencapaian memenuhi persyaratan jika tingkat pencapaian

di lokasi Body and Paint Repair masih berada pengawasan

dibawah Nilai Ambang Batas. Meskipun keracunan makanan, selain itu dapat

pengukuran iklim kerja panas pada sumber menimbulkan penyakit berupa Food Borne

ditemukan ada yang melebihi NAB yaitu di Diseases . Lalu, bahaya ergonomi yang dapat

dalam oven pengecatan, pekerja tidak terpajan dialami oleh pekerja terjadi akibat posisi kerja

panas secara terus menerus, waktu pajanan yang dilakukan berulang-ulang, seperti

pun bervariasi dan tidak melebihi waktu jongkok, berdiri dibawah mobil sambil

seharian, sehingga untuk bahaya iklim kerja mendongak, membungkuk, serta posisi kerja

panas masih bisa ditoleransi. yang tidak ergonomis pada saat berbaring di

Kemudian, water supply di Bengkel bawah kendaraan dapat menimbulkan

AUTO 2000 menggunakan air galon yang penyakit yang berat pada pekerja berupa

berasal dari Air Minum Depot Isi Ulang Muskuloskeletal Diseases (MSDs), seperti

(AMDIU) serta air sanitasi yang disuplai dari nyeri pinggang (low back pain). Selain itu,

Daerah Air Minum pekerja juga dapat menderita nyeri pada leher

Perusahaan

(PDAM).Terdapat perbedaan antara Air karena pekerjaan dibawah kendaraan yang

Minum Dalam Kemasan (AMDK) dengan Air mengharuskan pekerja untuk mendongak ke

Minum Depot Isi Ulang (AMDIU). AMDK atas, serta nyeri pada bagian kaki karena

rangkaian proses terlalu lama jongkok.

dihasilkan

melalui

pengolahan yang berstandar, selain dengan Semua potensial hazard yang ini rata-

ozonisasi juga memakai fasilitas industri yang rata masih berada pada batas wajar. Namun

qualified , karenanya hampir seluruh AMDK bukan berarti semuanya berada pada tingkat

memiliki sertifikat Standar Nasional Indonesia aman. Ada beberapa hal yang dapat memicu

(SNI). Sedangkan AMDIU tidak sebagus potensial hazard ini menjadi ancaman bagi

AMDK, baik dari proses pengolahan maupun kesehatan pekerja, diantaranya yaitu sifat

pada jaminan kualitas hasil olahannya. Hasil pajanan kumulatif, dimana apabila pekerja

pemeriksaan air minum di 8 AMDIU yang terpajan bahaya secara terus-menerus tanpa

dilakukan oleh Khoeriyah dan Anies diketahui memberi kesempatan bagi tubuh untuk me-

bahwa terdapat 6 AMDIU yang mengandung recovery , maka dampak kesehatan yang

coliform , sebesar 3 MPN/100mL untuk 5 diakibatkan oleh potensial hazard akan

AMDIU dan 4 MPN/100 mL untuk 1 AMDIU terlihat dengan seringnya lama masa kerja.

sehingga tidak memenuhi syarat Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Kategori Risiko Rendah 18 Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010. Potensial hazard yang tergolong dalam

Bahaya psikososial yang mungkin kategori risiko rendah adalah Getaran

muncul di Bengkel AUTO 2000 berupa stress (Vibration), Iklim Kerja Panas (Thermal

kerja, dilihat dari hasil kuesioner NIOSH. Stress ), Water Supply, dan faktor psikososial.

Penyebab pekerja tersebut mengalami stress Dari hasil observasi di lapangan, pekerjaan-

kerja jika dilihat dari hasil kuesioner ketiga pekerjaan yang menggunakan peralatan kerja

pekerja tersebut, yaitu karena adanya konflik yang dapat menimbulkan getaran tidak terlalu

pada peran mereka sebagai anggota kerja, sering digunakan sehingga bahaya ini masih

selain itu juga menurut mereka pimpinan di pada batas toleransi dalam penggunaanya

unit kerja mereka seringkali bertindak tidak dilihat dari frekuensi penggunaan. Sedangkan

fair , serta pekerjaan yang mereka kerjakan mengenai iklim kerja panas, dari hasil

terlalu berat dan mereka tidak punya pengukuran didapatkan hasil bahwa pada

kekuasaan untuk mengubahnya. Penyebab diatas diperkuat oleh pernyataan menurut

Greenberg dalam Situngkir, yang menjelaskan (vibration), iklim kerja panas (thermal stress), bahwa ada beberapa faktor yang dapat

water supply, dan faktor psikososial. menyebabkan stress kerja seperti beban kerja

Saran dari penelitian ini adalah sebagai berlebih, konflik peran dalam organisasi,

berikut:

pengembangan karier misalnya promosi

1. Tingkat Kebisingan di Bengkel AUTO jabatan, hubungan antar pribadi, hubungan

2000 Cabang Plaju Palembang tergolong tenaga kerja dengan rekan kerja, atasan dan

dalam Kategori Risiko Tinggi sehingga klien, serta ketidakpuasan tenaga kerja pada

perusahaan diharapkan dapat melakukan gaji. 19 Potensial hazard berikut berada pada

kebisingan dengan batas yang dapat diterima oleh tubuh pekerja.

pengendalian

Program Konservasi Salah satu penyebabnya dikarenakan lama

melaksanakan

(Hearing Conservation pajanan terhadap bahaya tidak berlangsung

Pendengaran

seperti mengevaluasi lama dan terus-menerus. Selain itu, adanya

Programs ),

pemajanan kebisingan, adanya pelatihan tindakan pencegahan dan pengendalian

evaluasi audiometri, terhadap bahaya pun dapat mempengaruhi

para

pekerja,

pengendalian tingkat risiko yang ditimbulkan. Faktor

melakukan

engineering/administrative control , serta psikososial tidak tampak pada pekerja

memberikan Alat Pelindung Diri seperti dikarenakan

earplug pada pekerja. mengadakan program-program kesejahteraan

2. Diharapkan Bengkel AUTO 2000 dapat pekerja setiap tahunnya.

melakukan identifikasi potensial hazard di

KESIMPULAN DAN SARAN

lingkungan kerja. Dapat membentuk tim khusus untuk melakukan penilaian risiko

Pontensial hazard di Bengkel AUTO kesehatan serta untuk melakukan inspeksi

2000 cabang Plaju Palembang yang termasuk terhadap semua faktor risiko, serta

dalam kategori risiko tinggi yaitu dari mensosialisasikan dan menginformasikan

kebisingan (noise), kategori risiko sedang kepada pekerja mengenai potensi bahaya

yaitu pencahayaan (illumination), dust (TSP), yang mungkin timbul dari setiap kegiatan

Gas (CO, NO 2 , SO 2 ), solvent, heavy metal, serta mengimbau kepada pekerja untuk

sanitasi makanan, dan faktor ergonomic, dan selalu menggunakan APD.

kategori risiko rendah yaitu getaran

DAFTAR PUSTAKA

5. Shell Health Safety and Environment (HSE) Committee. Chemical Hazard:

1. Subaris, Heru dan Haryono. Hygiene Health Risk Assessment and Exposure Lingkungan Kerja. Jogjakarta: Mitra Evaluation; September 1995. Cendika; 2008.

2. Malaka, Tan. Health Risk Assessment of

Buchari. Penyakit Akibat Kerja dan Geothermal Operation: Case Study of

Penyakit Terkait Kerja; 2007 [cited 2011 Geothermal Power Plants in West Java, Jun

from:library.usu.ac.id/download/ft/07002

7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik 746.pdf. Indonesia Nomor 70 Tahun 2016 tentang

3. International Labour

Organization

Standar dan Persyaratan Kesehatan Subregional Office for South-East and Lingkungan Kerja Industri. The Pacific. Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) di Indonesia. Manila Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Nomor (Filipina); 2004. 1405/MENKES/SK/XI/2002

Indonesia

4. Harrianto, Ridwan. Buku Ajar Kesehatan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Kerja. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Perkantoran dan Industri. EGC; 2010.

tentang

9. Peraturan Gubernur Sumatera Selatan www.depkes.go.id/downloads/Udara.PD Nomor 17 Tahun 2005 tentang Baku

F.

Mutu Udara Amibien.

16. Sihombing, Karel F. Pengukuran Kadar

10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Debu dan Gangguan Saluran Pernafasan Indonesia

Pekerja Bengkel Pandai Besi di Desa 715/MENKES/SK/V/2003

Nomor

Sitampurung Kecamatan Siborongborong Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga.

tentang

Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2006.

11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik 2009 [cited 2011 October 06]. Available Indonesia

Nomor

from:

492/MENKES/PER/IV/2010

repository.usu.ac.id/handle/123456789/1 Persyaratan Kualitas Air Minum.

tentang

4786.

17. Andriani, Mewi, dkk. Analisis Aplikasi Safety and Health (NIOSH). Exposure to

12. National Institute for Occupational

Higiene Sanitasi Makanan di Instalasi Stress:

Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Hospitals.2008 [cited 2011 October 31].

Palembang BARI Tahun 2009.Jurnal Available

Kesehatan Bina Husada. 2010; 6 (2): 49- http://www.cdc.gov/niosh/docs/2008-

18. Khoeriyah, Ari, dan Anies. Aspek

13. National Institute for Occupational Kulitas Bakteriologis Depot Air Minum Safety and Health (NIOSH). Quality of

Isi Ulang (DAMIU) di Kabupaten Worklife Questionaire. 2002 [cited 2011

Bandung Barat. MKB. 2015; 47 (3): 137- July06].

http://www.cdc.gov/niosh/topics/ stress/.

19. Situngkir, Decy. Gambaran Stres Kerja

14. Luxson, Muhammad. dkk. Kebisingan di pada Terapis Anak Autisme di Yayasan Tempat Kerja. Jurnal Kesehatan Bina

Terapi Anak Autisme Kecamatan Medan Husada.2010; 6 (2): 75-85.

Baru di Medan Tahun 2010. 2010 [cited

2011 October 06]. Available from: Pencemar Udara dan Dampaknya

15. Departemen Kesehatan.

Parameter

repository.usu.ac.id/handle/123456789/2 terhadap Kesehatan. [cited 2011 October

0695.

31]. Available

from:

Dokumen yang terkait

ANALISIS DETERMINAN PERSEPSI PENGEMUDI BIS MAHASISWA UNSRI TENTANG RISIKO KECELAKAAN LALU LINTAS ANALYZE THE DETERMINANTS OF STUDENT BUS DRIVER UNSRI PERCEPTION ABOUT THE RISK OF TRAFFIC ACCIDENTS

0 0 9

KESIGAPAN BALAKAR (BARISAN SUKARELAWAN KEBAKARAN) DALAM MENANGGULANGI KEBAKARAN DI WILAYAH KABUPATEN SERANG BALAKAR ALACRITY IN TACKLING FIRES IN SERANG REGION IN 2011 Feriyanto Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Faletehan Serang ABSTRACT - BALAKAR ALACRITY IN

0 0 9

CHARACTERSTICS AMONG INJECTING DRUG USERS ACCESSING AND NOT ACCESSING NEEDLE AND SYRINGE PROGRAM IN PALEMBANG, SOUTH SUMATERA KARAKTERISTIK PENGGUNA NARKOBA SUNTIK (PENASUN) YANG AKSES DAN TIDAK AKSES LAYANAN JARUM DAN ALAT SUNTIK STERIL DI PALEMBANG, SUM

0 0 7

PERILAKU ANAK DALAM MEMILIH MAKANAN JAJANAN DI SD NEGERI 23 PALEMBANG CHILDREN BEHAVIOUR OF SNACKS PREFERENCE AT SD N 23 IN PALEMBANG

0 1 13

ANALISIS DETERMINAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUGU MULYO OGAN KOMERING ILIR TAHUN 2011-2012 DETERMINANTS ANALYSIS OF PULMONARY TUBERCULOSIS INCIDENCE IN TUGO MULYO PRIMARY CARE IN 20112012

0 0 9

ANALISIS DETERMINAN PERILAKU PETUGAS DALAM PENGELOLAAN LIMBAH CAIR SISTEM PET DI PT PUSRI PALEMBANG ANALYSIS OF DETERMINANT WORKERS BEHAVIOR IN EFFLUENT MANAGEMENT SYSTEM PET IN PT PUSRI PALEMBANG

0 1 8

OCCUPATIONAL FATIGUE ON WORKERS AT BENGKEL AUTO 2000PLAJU BRANCH IN PALEMBANG ON 2011

0 1 7

ANALISIS RISIKO PAJANAN GAS AMONIAPADA PEKERJA PETERNAKAN AYAM DI DESA LEMBAK SUMATERA SELATAN

0 0 9

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP KUALITAS HIDUP LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WARGA TAMA INDRALAYA Maulida Aulia, Anita Rahmiwati, Rico Januar Sitorus

0 0 6

ANALISIS HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA PEROKOK DI INDONESIA (ANALISIS DATA IFLS 2014) Indah Wahyuni Harahap, Rini Mutahar, Yeni

0 0 11