PERSPEKTIF SOSIOLOGI DALAM PENELLITIAN K

MATERI 6

PERSPEKTIF SOSIOLOGI DALAM
PENELITIAN KUALITATIF
(Dibuat untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Metodologi Penelitian Non-Positif)

Oleh:
Heristiawati Sekar Widoretno

NIM.1606020301111033

Zahrotul Azizah

NIM. 166020301111041

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

Ada 5 pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penyelidikan dalam bab ini,

diantaranya yaitu penelitian naratif, penelitian fenomologi, penelitian teori dasar, penelitian
etnografi, dan studi kasus.
1. PENELITIAN NARATIF
Prosedur penerapan penelitian ini berfokus pada studi terhadap satu atau dua individu,
pengumpulan data melalui kisah-kisah mereka, pelaporan pengalaman-pengalaman individu dan
penataan secara kronologis. Jenis dari studi narasi ini diantaranya yaitu :
-

Studi biografi merupakan bentuk studi narasi dimana para peneliti menulis dan mencatat
pengalaman-pengalaman hidup orang lain.

-

Autogiografi adalah tulisan atau catatan-catatan oleh individu-individu yang merupakan
subjek penelitian.

-

Cerita lisan terdiri dari pengumpulan refleksi individu atau peristiwa dan sebab musabab dari
individu atau sejumlah individu.


-

Fokus kontekstual khusus yaitu menggambarakan keseluruhan kehidupan dari seorang
individu.

Prosedur pelaksanaan penelitian narasi yaitu :
1. Menentukan pertanyaan atau permasalahan penelitian
2. Memilih satu atau lebih para individu yang memiliki kisah dan pengalaman hidup melalui
ragam informasi
3. Mengumpulkan informasi tentang konteks kisah yang diteliti
4. Menganalisis kisah partisipan dan menceritakan kembali kedalam kerangka kerja yang
dapat membuat pemahaman
5. Bekerjasama / melibatkan partisipan dalam penelitian secara aktif
Tantangan dalam penelitian ini adalah seorang peneliti membutuhkan pandangan yang tajam
untuk mengenali sumber materi secara mendalam dan memiliki pemahaman yang jelas akan
konteks kehidupan seorang individu.
2. PENELITIAN FENOMELOGI
Penelitian fenomologi mendiskripsikan makna bagi sejumlah individu mengenai
pengalaman hidup mereka mengenai sebuah konsep atau gejala. Fenomologi berfokus pada

penggambaran apa yang dimiliki oleh semua partisipan secara umum. Tujuan fenomologi adalah
mengkhususkan pengalaman individu dengan sebuah gejala untuk sebuah gambaran inti yang

universal. Pada penelitian fenomologi ini, para peneliti kualitatif mengidentifikasi sebuah gejala,
kemudian mengumpulkan data dari individu-individu yang mengalami gejala tersebut dan
mengembangkan sebuah deskripsi campuran mengenai inti pengalaman bagi semua individu.
Terdapat dua jenis pendekatan terkait penelitian fenomenologi yaitu :
1. Fenomenologi hermenetik yaitu mendiskripsikan penelitian sebagai orientasi kea rah
pengalaman hidup (fenomenologi) dan menafsirkan teks kehidupan (hermenetik).
Pertama peneliti mengarah pada sebuah gejala (fenomena) , kemudian peneliti
merefleksikan dan mendiskripsikan terkait fenomena tersebut, memperbaiki hubungan
yang kokoh terkait topic penyelidikan dan mengimbangi bagian0bagian dari penulisan
secara keseluruhan.
2. Fenomologi transedental : lebih berfokus pada pada deskripsi pengalaman partisipan.
Pendekatan ini berfokus pada satu konsep yaitu epos (pengurungan/pengucilan), yaitu
para penyelidik mengesampingkan pengalaman mereka untuk mengambil perspektif yang
segar terhadap gejalan yang sedang diteliti. Selain itu, pendekatan ini juga didasari 2
konsep yaitu Dusquesne Studies in Phenomology Psycology dan prosedur analisis data
karya. Para peneliti mengembangkan deskripsi tekstural mengenai pengalaman pribadi
partisipan dan juga sebuah deskripsi structural terkait bagaimana partisipan mengalami

kondisi tertentu, dan menggabungkan antara deskripsi tekstural dan structural untuk
membuat inti dari keseluruhan pengalaman.
Prosedur-prosedur dalam penelitian fenomologi :
1. Menentukan permasalahan yang diuji
2. Menyediakan sejumlah contoh terkait fenomena yang diselidiki
3. Pengumpulan data partisipan. Biasanya terdiri dari wawancara mendalam dan wawancara
ganda
4. Partisipan ditanya terkait dua pertanyaan umum yaitu terkait apa yang dialami partisipan
terkait sebuah fenomenologi? dan konteks atau situasi apa yang secara khusus
berpengaruh pada pengalaman partisipan terhadap gejala fenomenologi?.
5. Analisis data fenomenologi
6. Membuat deskripsi dari apa yang dialami oleh para partisipan (tekstual deskripsi)
7. Membuat deskripsi gabungan (esensial/struktur invariant) dari deskripsi tekstural dan
structural

Tantangan dalam penelitian ini yaitu pada tahap implementasi. Pengisolasian pengalaman
pribadi mungkin sulit pada tahap implementasi. Peneliti harus mampu memiliki pemahaman
terkait epos untuk dapat merefleksikan keingintahuan. Para peneliti perlu menentukan bagaimana
dan dengan cara apa pemahaman individunya akan membawanya ke dalam studi.
3. PENELITIAN TEORI DASAR

Penelitian teori dasar adalah sebuah desain penelitian kualitatif dimana para peneliti
melakukan generalisir sebuah penjelasan umum (sebuah teori) dari sebuah proses, tindakan atau
interaksi yang terbentuk oleh pandangan-pandangan terhadap sejumlah besar partisipan.
Terdapat dua pendekapatan dalam penelitian teori dasar, yaitu :
1. Prosedur sistematis Strauss dan Corbin (1990,1998)
Para penyelidik mencari secara sistematis cara untuk mengembangkan teori yang
menjelaskan proses, tindakan, atau interaksi pada sebuah topik. Pengumpulan data dalam
dalam studi teori dasar adalah sebuah proses zig zag. Peneliti mengumpulkan informasi
dan membandingan hasil data untuk memunculkan kategori (data constant comparative/
perbandingan tetap analisis data).
2. Pendekatan konstruktifis (Charmaz, 2005,2006)
Pendekatan ini menggariskan secara jujur dalam pendekatan intpretif terhadap penelitian
dengan garis panduan yang fleksibel, fokus pada pengembangan teori yang bergantung
pada pandangan peneliti, mempelajari tentang pengalaman yang dilekatkan di dalam
jaringan tersembunyi, situasi dan hubungan dan membuat hirarki yang dapat dilihat
dalam kekuasaan, komunikasi, dan kesempatan.
Prosedur pelaksanaan penelitian dasar diantaranya yaitu :
-

Menentukan teori dasar


-

Pertanyaan

penelitian

seputar

bagaimana

individu

mengalami

proses

dan

mengidentifikasi langkah-langkah dalam proses

-

Pengumpulan data lain seperti pengamatan, dokumentasi, dan bahan audio visual

-

Analisis data (pengkodean terbuka)

-

Pengkodean poros

-

Pengkodean selektif

-

Menguraikan secara visual sebuah matrik kondisi yang menghubungkan aspek sosial,
sejarah, dan kondisi yang memengaruhi fenomena pusat.


-

Hasil dari proses pengunpulan data dan analisis data adalah sebuah teori.

Tantangan dalam studi teori dasar adalah peneliti harus mampu menyertakan alasanalasan, gagasan-gagasan teoritis atau pikiran sehingga analitis teori substantive dapat muncul.
Selain itu, para peneliti juga mengalami kesulitan dalam penentuan kategori yang mengalami
kejenuhan atau ketika sebuah teori sudah rinci secara memadai.
4. PENELITIAN ETNOGRAFI
Etnografi adalah suatu penelitian yang berfokus pada kebudayaan (perilaku,
pembicaraan, pemikiran, kebiasaan, dll) dalam sebuah kelompok budaya, meski terkadang
kelompok budaya ini merupakan sebuah komunitas (sejumlah guru atau pekerja sosial) tetapi
secara khusus adalah luas dan melibatkan banyak orang yang saling berinteraksi sepanjang
waktu (guru dalam sebuah sekolah secara keseluruhan, atau sebuah komunitas kelompok kerja
sosial). Etnografi merupakan sebuah disain kualitatif dimana para peneliti menggambarkan dan
menafsirkan pola-pola berbagi dan mempelajari bentuk nilai-nilai, perilaku, keyakinan dan
bahasa dari sebuah kelompok budaya. (Harris, 1968)
Etnografi merupakan sebuah penelitian dengan cara mempelajari sebuah kelompok
budaya yang pada akhirnya akan ditulis sebagai produk penelitian si peneliti. Sebagai proses,
etnografi melibatkan pengamatan mendalam terhadap kelompok melalui pengamatan partisipatif,

dimana para peneliti membenamkan diri dari waktu ke waktu ataupun tinggal bersama
masyarakat, mengamati dan mewawancarai kelompok partisipan. Para pelaku etnografi
mempelajari makna perilaku, bahasa dan interaksi di antara anggota kelompok budaya.
Terdapat dua bentuk populer etnografi yang ditekankan, yaitu etnografi realis dan
etnografi kritis.
1. Etnografi Realis
Etnografi realis dicirikan oleh Van Mannen (1988), merefleksikan sebuah perkembangan
khusus yang dibawa oleh para peneliti ke arah individu yang sedang distudi. Etnografi realis
merupakan sekumpulan objek situasi, secara khusus ditulis dari sudut pandang orang ketiga
mengenai pandangan dan pelaporan secara objektif terkait dengan informasi yang dipelajari
dari partisipan dalam sebuah studi penelitian. Dalam pendekatan etnografi ini, para etnografi
realis menceritakan studi dalam bentuk orang ketiga dengan pengungkapan yang tidak
memihak dan melaporkan mengenai apa yang diamati atau didengar dari partisipan.

2. Etnografi Kritis
Etnografi kritis merupakan sebuah jenis penelitian etnografi dimana para pengarang
membela terhadap emansipasi kelompok yang terpinggirkan dalam masyarakat (Thomas,
1993). Secara khusus para peneliti kritis merupakan para individu yang berpikiran politis,
yang mencari melalui penelitian mereka untuk menyuarakan keadaan dominasi dan
ketidaksetaraan (Carspecken dan Apple, 1992). Komponen utama sebuah etnografi kritis

meliputi sebuah orientasi yang memuat nilai-nilai khusus, pemberdayaan masyarakat
dengan memberikan mereka wewenang lebih, menentang keadaan statis dan mengarahkan
perhatian tentang kontrol dan kekuasaan. Para peneliti etnografi akan mempelajari
persoalan-persoalan kekuasaan, pemberdayaan, ketidakmerataan, ketidakadilan, dominasi,
ketertekanan, hegemoni dan pembohongan-pengorbanan.
Prosedur pelaksanaan penelitian etnografi diantaranya yaitu :
-

Benar-benar meyakini bahwa etnografi merupakan disain yang paling tepat yang
digunakan untuk studi permasalahan penelitian.

-

Mengenali dan menentukan sebuah kelompok budaya yang akan dijadikan studi.

-

Memilih permasalahan atau tema budaya untuk memelajari tentang keadaan sebuah
kelompok tertentu.


-

Menentukan jenis etnografi mana yang tepat untuk digunakan.

-

Mengumpulkan informasi dimana sebuah kelompok bekerja dan tinggal.

-

Menempa serangkaian kegiatan atau pola-pola sebagai produk akhir analisis ini.

Tantangan yang dihadapi oleh peneliti dalam melakukan penelitian etnografi adalah
peneliti perlu memiliki sebuah landasan dalam antropologi budaya dan pemaknaan sebuah sistem
sosial budaya juga konsep-konsep yang secara khusus diselidiki oleh para peneliti. Selain itu,
waktu yang digunakan untuk mengumpulkan data bersifat luas, yang artinya lama, karena dalam
melakukan penelitian, peneliti harus benar-benar mengikuti serangkaian kebudayaan dalam suatu
kelompok. Tantangan yang tak dapat dielakkan lagi yaitu peneliti pun harus benar-benar
menyesuaikan diri dalam kelompok yang ditelitinya.
5. PENELITIAN STUDI KASUS
Penelitian studi kasus mencakup studi mengenai sebuah persoalan yang diselidiki melalui
satu atau lebih kasus dalam sebuah sistem yang berbatas (misalnya, sebuah latar, sebuah
konteks). Penelitian studi kasus merupakan pendekatan kualitatif yang mana para peneliti

memeriksa sebuah sistem yang berbatas (sebuah kasus) atau sistem ganda berbatas (banyak
kasus) secara rinci, dalam pengumpulan data yang mendalam meliputi sumber informasi ganda
(misalnya, pengamatan, wawancara, materi audiovisual, dokumen dan laporan) dan melaporkan
sebuah deskripsi kasus dan sebuah kasus berbasis tema. Karakteristik studi kasus kualitatif
ditentukan oleh ukuran kasus yang berbatas, seperti apakah sebuah kasus mencakup individu
tunggal, beberapa individu, sekelompok, program, atau sebuah aktivitas. Diamping itu
dikhususkan juga dalam istilah-istilah yang diarahkan dalam analisis kasus.

Prosedur pelaksanaan penelitian studi kasus diantaranya yaitu :
Ada beberapa prosedur yang harus dilakukan oleh peneliti jika ingin melakukan penelitian
dengan metode studi kasus:
-

para peneliti menentukan terlebih dahulu jika pendekatan studi kasus merupakan
pendekatan yang paling tepat diterapkan dalam permasalahan penelitian.

-

para peneliti perlu mengenali kasus atau sejumlah kasus mereka

-

pengumpulan data dalam peneltian studi kasus secara khusus bersifat mendalam,
menggambarkan sumber informasi yang rangkap, seperti pengamatan, wawancara,
dokumentasi dan materi audiovisual.

-

jenis analisis data ini dapat berupa sebuah analisis menyeluruh terhadap keseluruhan
kasus, atau sebuah analisis yang disertakan terhadap aspek khusus dari kasus (Yin,
2003).

-

Pada fase akhir penafsiran, para peneliti melaporkan makna kasus, apakah makna
tersebut berasal dari pembelajaran tentang permasalahan-permasalahan dari sebuah
kasus (sebuah kasus pelengkap) atau pembelajaran mengenai sebuah situasi yang
asing/ tidak biasa (sebuah kasus hakiki)

Tantangan yang dihadapi oleh peneliti dalam melakukan penelitian dengan metode studi
kasus adalah tentu saja peneliti harus benar-benar mengerti permasalahan atau tema
penelitiannya. Karena peneliti tidak dapat mengajukan solusi yang paripurna untuk
permasalahannya,

maka

peneliti

perlu

membatasi

permasalahan

yang

ia

teliti.

Mempertimbangkan batasan-batasan sebuah kasus, bagaimanapun hal tersebut mungkin dibatasi
dalam penyebutan waktu, peristiwa dan proses merupakan sebuah tantangan. Sejumlah studi

kasus mungkin saja tidak memiliki poin awal dan akhir yang jelas dan peneliti akan perlu
mengatur sejumlah batasan yang secara memadai meliputi sebuah kasus.

PERBANDINGAN KELIMA PENDEKATAN

REFERENSI
Cresswel, John. W., (2007), Qualitative inquiry and research design: Choosing among five
approaches, USA: Sage Publication, Inc